PERKEMBANGAN)
SMA NEGERI 99 JAKARTA
Disusun Oleh:
Kelompok 6:
Annisa Rahmawati (1106620038)
Arif Rahmad Setiawan (1106620071)
Dearni Dwi Yulianty (1106620020)
Vivia Naura Nadifa (1106620072)
i
LAPORAN HASIL ASESMEN KEBUTUHAN (INVENTORI TUGAS
PERKEMBANGAN) SMA NEGERI 99 JAKARTA
A. Rasional
Inventor Tugas Perkembangan (ITP) merupakan instrumen atau alat
ukur yang digunakan terutama untuk memahami tingkat perkembangan
individu. Hal ini dimaksudkan untuk menunjang kegiatan bimbingan dan
konseling di sekolah. Pada dasarnya, ITP disusun dalam bentuk empat
buku inventori, masing-masing untuk memahami perkembangan peserta
didik di tingkat SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi.
Pengembangan instrumen mengacu pada teori perkembangan diri
dari Loevinger yang terdiri dari tujuh tingkatan, yaitu tingkat impulsif,
tingkat perlindungan diri, tingkat konformistik, tingkat sadar diri, tahap
seksama, tingkat individualistik, dan tingkat otonomi. Begitupula, ada 11
aspek yang diukur khusus untuk siswa SLTA, yaitu (1) Landasan Hidup
Religius, (2) Landasaran Perilaku Etis, (3) Kematangan Emosional, (4)
Kematangan Intelektual, (5) Kesadaran Tanggung Jawab, (6) Peran Sosial
sebagai Pria dan Wanita, (7) Penerimaan diri dan Pengembangannya, (8)
Kemandirian Perilaku Ekonomis, (9) Wawasan Persiapan Karir, (10)
Kematangan Hubungan dengan Teman Sebaya, dan (11) Persiapan Diri
untuk Pernikahan dan Hidup Berkeluarga.
Pada kesempatan ini, instrumen ITP diterapkan khususnya pada
SMAN 99 Jakarta dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
perkembangan setiap individu pada kelas 10 dan 11. Pengolahan hasil ITP
dilakukan dengan program pengolahan ATP berbasis komputer.
B. Tujuan Asesmen
Tujuan asesmen yaitu mengukur dan mengetahui tingkat
perkembangan individu khususnya pada kelas 10 dan 11 di SMAN 99
Jakarta. Tujuan utamanya yaitu untuk menunjang kegiatan bimbingan dan
konseling di sekolah, namun dapat juga digunakan untuk mengetahui
tingkat perkembangan anak-anak dan remaja akhir pada umumnya.
Dengan alat ITP, pembimbing dapat memahami tingkat perkembangan
individu maupun kelompok, mengidentifikasi masalah yang menghambat
perkembangan dan membantu peserta didik yang bermasalah dalam
menyelesaikan tugas perkembangannya.
1
C. Manfaat Hasil Asesmen
Hasil ITP yang telah diolah menggunakan ATP berbasis komputer
akan membantu pengguna instrumen untuk mendapatkan informasi
mengenai tingkat perkembangan setiap individu sehingga dapat
memahami, memberi tanggapan, menangani, dan menentukan
perencanaan yang tepat dalam menghadapi isu perkembangan yang ada.
E. Profil Sekolah
1. Sejarah
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 99 Jakarta, berdiri sejak
tahun 1987 tepatnya tanggal 17 Juli 1987. Pada tahun pertama
pelajaran 1987-1988 sekolah yang dipimpin oleh Kepala Sekolah Bapak
Drs. Malani Manaf (Almarhum), Bangunan/Gedung SMAN 99 (SMA
BARU) terdiri atas dua lantai yang meliputi 10 ruang kelas belajar, 1
ruang Kepala Sekolah dan Tata Usaha, 1 ruang Guru, 1 ruang Koperasi,
1 ruang Perpustakaan, 1 ruang OSIS, 1 ruang Laborotorium IPA, 1
ruang PMR, 1 ruang Serba Guna, dan 1 rumah penjaga sekolah
dengan rombongan belajar sebanyak 9 kelas dan 432 siswa. Jalan
menuju SMA BARU dari jalan raya masih dalam bentuk jalan setapak
dan berputar.
Pengembangan dan pembangunan sarana prasarana belum
banyak dapat dilakukan karena situasi dan kondisi di mana SMAN 99
masih bernama SMA BARU, input siswa dengan NEM di bawah rata-
rata, keadaan ekonomi orang tua siswa yang kebanyakan juga di
bawah rata-rata, domisili siswa yang jauh dari sekolah (Depok,
Cibinong, Sawangan, Cililitan, Bekasi/Pondok Gede). Halaman sekolah
yang penuh dengan ilalang dengan ketinggian/panjang di atas 80 cm
dan lingkungan yang belum kondusif (masyarakat masih belum dapat
menerima keberadaan SMA BARU). Oleh karena itu pengembangan
2
dan pembangunan yang diutamakan pada saat ini adalah bagaimana
agar pelaksanaan KBM bisa berlangsung aman, tertib dan lancar,
pendekatan kepada lingkungan agar dapat menerima keberadaan
SMA BARU. Sedangkan untuk melengkapi sarana prasarana yang ada
juga baru difokuskan pada sarana Olah Raga, yang diupayakan
dengan membersihkan ilalang pada halaman sekolah secara swadaya
dan gotong royong. Pada tahun 1988, berdasarkan SK Kanwil
Depdikbud DKI Jakarta nomor: 025/O/1988, tertanggal 8 Februari 1988
yang masih status SMA Baru, diubah namanya menjadi SMA Negeri
99 Jakarta.
2. Identitas
Nama Sekolah : SMA Negeri 99 Jakarta
Alamat : Jalan Cibubur II, Ciracas, Jakarta Timur
Kode Pos : 13720
Status Sekolah : Negeri/Sekolah Katagori Mandiri
NSS : 30016
NIS : 301016410155
NSM/NPSN : 20103256
Tipe Sekolah : A
Akreditasi : A (tahun 2016 oleh BAN)
No Telepon : 021 8700979
Fax : 021 87704317
Tahun didirikan : 1987
Status Tanah : Milik Negara, Sertifikat Hak Guna
Luas Tanah : 11.800 m2.
Luas Bangunan : 2.646 m2.
3
3) Membekali peserta didik dengan kualitas karakter, literasi
dasar, dan kompetensi 4C (Critical thinking, Creatifity,
Communication, and Collaboration).
4) Menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang efektif dan
berkualitas.
5) Menyelenggarakan ekstrakurikuler berbasis kecakapan hidup.
6) Menciptakan iklim sekolah yang kondusif dan pengadaan
infrastruktur yang memadai untuk menunjang
penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran.
4
mengikuti perkembangan yang ada. Layanan ini dapat
dikatakan berjalan dengan sangat baik.
b. Layanan Peminatan atau Perencanaan Individual
1) Pengelompokan Peminatan
Saat kelas 10, mata pelajaran yang diajarkan merupakan
pada kelompok mata pelajaran umum. Kemudian ketika masuk
ke kelas 11 akan dikelompokkan mengenai kecenderungan
peminatan yaitu IPA dan IPS. Sistem ini baru diterapkan saat
kelas 10 ini sehingga belum dapat diukur keefektifan layanan
tersebut.
2) Pemetaan Perguruan Tinggi untuk Kelas 12
Guru BK melakukan asesmen untuk mengetahui pilihan
perguruan tinggi siswanya. Sebelumnya, guru BK juga
membantu memetakan nilai rapot untuk mengetahui peringkat
paralel yang akan direkomendasikan mengikuti SNMPTN.
Pemetaan ini biasanya ada drama yaitu saling bersaing untuk
bertahan memilih program studi beserta pilihan universitasnya.
Pilihan yang sama akan dipetakan maksimal 2 orang saja.
Program ini dari tahun ke tahun dinilai sangat efektif karena
banyaknya lulusan sekolah yang mendapatkan perguruan
tinggi negeri yang berjumlah di atas 200 orang.
c. Layanan Responsif
1) Konseling Individual
Biasanya, konseli didapatkan dari hasil observasi guru BK
dan juga data pribadi siswa, namun di SMAN 99 Jakarta lebih
banyak siswa yang secara suka rela menjadi konseli.
Pelaksanaannya di luar jam layanan BK di kelas, dan juga tidak
dapat dilakukan saat jam pelajaran lain berlangsung, sehingga
hanya dapat dilakukan saat pulang sekolah. Layanan ini sudah
terlaksana dengan baik.
2) Konseling Kelompok
Layanan ini belum tentu terjadi satu kali dalam satu
bulan, dapat dikatakan belum efektif. Karena sulit untuk
mengelompokkan masalah yang sama, tingkat masalah yang
berbeda menyebabkan sulitnya layanan ini terlaksana secara
rutin. Kadang layanan ini dilakukan meskipun tingkat
masalahnya berbeda. Layanan ini dapat dilaksanakan saat jam
pelajaran lain. Masalah yang paling sering dibahas yaitu
5
masalah muda-mudi (sosial), dan juga masalah yang berkaitan
dengan karier saat kelas 12.
3) Kunjungan Rumah (Home Visit)
Jika terdapat 2 hari siswa tidak hadir tanpa keterangan,
dan apabila terdapat absen yang mencurigakan, kesiswaan
akan melaporkan hal tersebut ke BK sehingga layanan ini
dilaksanakan. Hampir setiap minggu dilakukan, kira-kira 2-3 kali
di setiap tempat yang berbeda. Pelaksanaannya pun tidak
mengorbankan waktu mengajar dan janji terhadap orang lain,
namun disesuaikan dengan jadwal. Pihak yang menjadi target
kunjungan rumah seperti orang rumah terkait, tidak akan
memberi tahu sebelumnya agar mendapatkan data mengenai
kesesuaian realita di sekolah dan di rumah. Layanan ini sudah
terlaksana dengan sangat baik.
4) Alih Tangan Kasus (Referral)
Di sekolah terdapat siswa inklusi di mana membutuhkan
psikolog. Di sekolah ini ada 2 versi, yaitu menurut versi sekolah
merupakan alih tangan kasus dari wali kelas kepada kesiswaan.
Sedangkan versi menurut BK, layanan ini belum dapat
dilaksanakan karena guru BK hanya membantu surat izin untuk
berobat dari sekolah tanpa mendampingi secara langsung.
Masalah yang membutuhkan penanganan khusus diserahkan
sepenuhnya kepada orang tua peserta didik. Peran guru BK
hanya membantu perihal administrasi, karena biasanya orang
tua yang menginginkan untuk menangani sepenuhnya tanpa
perlu ada pendampingan dari Guru BK.
5) Konferensi Kasus
Pada tahun 2022 lalu, layanan sudah dilaksanakan
sebanyak 2 kali dengan masalah yang berbeda, di mana
banyak melibatkan banyak pihak mulai dari kepala sekolah,
kesiswaan, guru BK, wali kelas, guru agama, siswa yang
bermasalah, dan terkadang juga ada siswa lain yang menjadi
saksi. Program ini dilaksanakan di ruangan kepala sekolah, dan
dinilai cukup efektif.
d. Dukungan Sistem
1) Workshop/Pelatihan untuk Guru
Biasanya terdapat pelatihan dari pihak lain seperti ahli
psikologi, dan belakangan ini sudah ada sosialisasi terkait
merdeka belajar. Setiap tahun, biasanya hanya terlaksana satu
6
kali. Program ini dinilai efektif dan dapat membantu sesama
pendidik.
7
G. Prosedur Pengolahan, Norma, dan Analisis yang Digunakan
Prosedur pengolahan dan analisis ITP (Inventori Tugas
Perkembangan) dilakukan secara computerized dari aplikasi bernama ATP
(Analisis Tugas Perkembangan). ATP menyediakan berbagai fasilitas untuk
memudahkan dalam melakukan analisis terhadap perkembangan peserta
didik. Kemampuan-kemampuan tersebut antara lain:
1. Pengolahan data mentah secara cepat. Analisis kelompok, yang terdiri
atas: profil kelompok, grafik distribusi frekuensi untuk setiap aspek,
grafik distribusi frekuensi konsistensi, delapan butir tertinggi dan
terendah. Analisis per individu, yang terdiri atas: profil individual,
distribusi frekuensi nilai, delapan butir tertinggi dan terendah untuk
individu tersebut.
2. Visualisasi hasil pengolahan skor dalam bentuk grafi akan
memudahkan dan mempercepat dalam analisis.
3. Manajemen data terdiri atas pengelompokan siswa berdasarkan
kriteria tertentu, dan penggabungan kelompok.
4. Expor hasil pengolahan data ke Microsoft Excel. Impor data dari file
Microsoft Excel.
8
c. Aspek nomor 9 yaitu aspek Wawasan dan persiapan karir dengan
skor 4,73.
d. Aspek nomor 10 yaitu Kematangan hubungan dengan teman
sebaya dengan skor 4,73.
e. Aspek nomor 7 yaitu Penerimaan diri dan pengembangannya
dengan skor 4,71.
f. Aspek nomor 4 yaitu Kematangan Intelektual dengan skor 4,69.
g. Aspek nomor 8 yaitu Kemandirian perilaku ekonomis dengan skor
4,68.
h. Aspek nomor 2 yaitu Landasan perilaku etis dengan skor 4,66.
i. Aspek nomor 1 yaitu Landasan hidup religius dengan skor 4,57.
j. Aspek nomor 5 yaitu Kesadaran tanggung jawab dengan skor 4,55.
k. Sedangkan untuk aspek yang terkahir yaitu aspek nomor 3 yaitu
Kematangan emosional dengan skor 4,48.
9
b. Aspek Landasan Perilaku Etis
Pada hasil ATP menunjukkan bahwa ada 17 orang anak
yang memiliki landasan perilaku etis yang tinggi. Setiap masing-
masing aspek terdapat distribusi frekuensi aspek sendiri-sendiri
serta pada bagian bawah terdapat perhitungan statistik yaitu rata
rata 4,66, simpangan baku 0,37 dan koefisien variansi dari
masing-masing aspek 13,94%.
c. Aspek Kematangan Emosional
Pada hasil ATP menunjukkan bahwa ada 20 orang anak
yang memiliki kematangan emosional yang tinggi. Setiap masing-
masing aspek terdapat distribusi frekuensi aspek sendiri-sendiri
serta pada bagian bawah terdapat perhitungan statistik yaitu rata
rata 4,49, simpangan baku 0,36 dan koefisien variansi dari
masing-masing aspek 14,43%.
d. Aspek Kematangan Intelektual
Pada hasil ATP menunjukkan bahwa ada 25 orang anak
yang memiliki kematangan intelektual yang tinggi. Setiap masing-
masing aspek terdapat distribusi frekuensi aspek sendiri-sendiri
serta pada bagian bawah terdapat perhitungan statistik yaitu rata
rata 4,70, simpangan baku 0,37 dan koefisien variansi dari
masing-masing aspek 13,64%.
e. Aspek Kesadaran Tanggung Jawab
Pada hasil ATP menunjukkan bahwa ada 18 orang anak
yang memiliki kesadaran tanggung jawab yang tinggi. Setiap
masing-masing aspek terdapat distribusi frekuensi aspek sendiri-
serta pada bagian bawah terdapat perhitungan statistik yaitu rata
rata 4,55, simpangan baku 0,37 dan koefisien variansi dari
masing-masing aspek 14,51%.
f. Aspek Peran Sosial sebagai Pria dan Wanita
Pada hasil ATP menunjukkan bahwa ada 19 orang anak
yang memiliki peran sosial sebagai pria dan wanita yang tinggi.
Setiap masing-masing aspek terdapat distribusi frekuensi aspek
sendiri-sendiri serta pada bagian bawah terdapat perhitungan
statistik yaitu rata rata 4,92, simpangan baku 0,48 dan koefisien
variansi dari masing-masing aspek 16,42%.
g. Aspek Penerimaan Diri dan Pengembangannya
Pada hasil ATP menunjukkan bahwa ada 15 orang anak
yang memiliki penerimaan diri dan pengembangannya yang
tinggi. Setiap masing-masing aspek terdapat distribusi frekuensi
10
aspek sendiri-sendiri serta pada bagian bawah terdapat
perhitungan statistik yaitu rata rata 4,71, simpangan baku 0,43 dan
koefisien variansi dari masing-masing aspek 15,74%.
h. Aspek Kemandirian Perilaku Ekonomis
Pada hasil ATP menunjukkan bahwa ada 22 orang anak
yang memiliki kemandirian perilaku ekonomis yang tinggi. Setiap
masing-masing aspek terdapat distribusi frekuensi aspek sendiri-
sendiri serta pada bagian bawah terdapat perhitungan statistik
yaitu rata rata 4,69, simpangan baku 0,35 dan koefisien variansi
dari masing-masing aspek 12,92%.
i. Aspek Wawasan dan Persiapan Karir
Pada hasil ATP menunjukkan bahwa ada 19 orang anak
yang memiliki wawasan dan persiapan karir yang tinggi. Setiap
masing-masing aspek terdapat distribusi frekuensi aspek sendiri-
sendiri serta pada bagian bawah terdapat perhitungan statistik
yaitu rata rata 4,73, simpangan baku 0,38 dan koefisien variansi
dari masing-masing aspek 14,07%.
j. Aspek Kematangan Hubungan dengan Teman Sebaya
Pada hasil ATP menunjukkan bahwa ada 17 orang anak
yang memiliki kematangan hubungan dengan teman sebaya yang
tinggi. Setiap masing-masing aspek terdapat distribusi frekuensi
aspek sendiri-sendiri serta pada bagian bawah terdapat
perhitungan statistik yaitu rata rata 4,73, simpangan baku 0,45
dan koefisien variansi dari masing-masing aspek 16,43%.
k. Aspek Persiapan Diri untuk Pernikahan dan Hidup Berkeluarga
Pada hasil ATP menunjukkan bahwa ada 17 orang anak
yang memiliki persiapan diri untuk pernikahan dan hidup
berkeluarga yang tinggi. Setiap masing-masing aspek terdapat
distribusi frekuensi aspek sendiri-sendiri serta pada bagian bawah
terdapat perhitungan statistik yaitu rata rata 4,75, simpangan baku
0,40 dan koefisien variansi dari masing-masing aspek 14,37%.
11
Gambar 2. Grafik Distribusi Frekuensi Konsistensi
12
Gambar 3. Grafik Butir Tertinggi Kelompok Kelas X
13
Gambar 4. Grafik Butir Terendah Kelompok Kelas X
14
d. Aspek nomor 10 yaitu kematangan hubungan dengan teman
sebaya dengan skor 4,74.
e. Aspek nomor 11 yaitu aspek persiapan diri untuk pernikahan dan
hidup berkeluarga dengan skor 4,73.
f. Aspek nomor 2 yaitu landasan perilaku etis dengan skor 4,62.
g. Aspek nomor 9 yaitu aspek wawasan dan persiapan karir dengan
skor 4,60.
h. Aspek nomor 4 yaitu kematangan intelektual dengan skor 4,57.
i. Aspek nomor 5 yaitu kesadaran tanggung jawab dengan skor
4,56.
j. Aspek nomor 1 yaitu landasan hidup religius dengan skor 4,55.
k. Sedangkan untuk aspek yang terkahir yaitu aspek nomor 3 yaitu
kematangan emosional dengan skor 4,48
15
Pada hasil ATP menunjukkan bahwa ada 47 orang anak
yang memiliki landasan perilaku etis yang tinggi. Setiap masing-
masing aspek terdapat distribusi frekuensi aspek sendiri-sendiri
serta pada bagian bawah terdapat perhitungan statistik yaitu rata
rata 4,62, simpangan baku 0,40 dan koefisien variansi dari masing-
masing aspek 15,22%.
c. Aspek Kematangan Emosional
Pada hasil ATP menunjukkan bahwa ada 46 orang anak
yang memiliki kematangan emosional yang tinggi. Setiap masing-
masing aspek terdapat distribusi frekuensi aspek sendiri-sendiri
serta pada bagian bawah terdapat perhitungan statistik yaitu rata
rata 4,49, simpangan baku 0,35 dan koefisien variansi dari masing-
masing aspek 14,20%.
d. Aspek Kematangan Intelektual
Pada hasil ATP menunjukkan bahwa ada 39 orang anak
yang memiliki kematangan intelektual yang tinggi. Setiap masing-
masing aspek terdapat distribusi frekuensi aspek sendiri-sendiri
serta pada bagian bawah terdapat perhitungan statistik yaitu rata
rata 4,58, simpangan baku 0,43 dan koefisien variansi dari masing-
masing aspek 16,68%.
e. Aspek Kesadaran Tanggung Jawab
Pada hasil ATP menunjukkan bahwa ada 41 orang anak
yang memiliki kesadaran tanggung jawab yang tinggi. Setiap
masing-masing aspek terdapat distribusi frekuensi aspek sendiri-
sendiri serta pada bagian bawah terdapat perhitungan statistik
yaitu rata rata 4,57, simpangan baku 0,38 dan koefisien variansi
dari masing-masing aspek 14,90%.
f. Aspek Peran Sosial sebagai Pria dan Wanita
Pada hasil ATP menunjukkan bahwa ada 38 orang anak
yang memiliki peran sosial sebagai pria dan wanita yang tinggi.
Setiap masing-masing aspek terdapat distribusi frekuensi aspek
sendiri-sendiri serta pada bagian bawah terdapat perhitungan
statistik yaitu rata rata 4,91, simpangan baku 0,44 dan koefisien
variansi dari masing-masing aspek 15,23%.
g. Aspek Penerimaan Diri dan Pengembangannya
Pada hasil ATP menunjukkan bahwa ada 41 orang anak
yang memiliki penerimaan diri dan pengembangannya yang
tinggi. Setiap masing-masing aspek terdapat distribusi frekuensi
aspek sendiri-sendiri serta pada bagian bawah terdapat
16
perhitungan statistik yaitu rata rata 4,76, simpangan baku 0,41 dan
koefisien variansi dari masing-masing aspek 14,79%.
17
G
a
m
b
a
r
6
.
G
r
Gambar 6. Grafik Distribusi Frekuensi Konsistensi
18
Gambar 7. Grafik Butir Tertinggi Kelompok Kelas XI
19
Gambar 8. Grafik Butir Terendah Kelompok Kelas XI
20
dengan skor 4,90; (2) Kemandirian perilaku ekonomis dengan skor 4,80;
(3) Penerimaan diri dan pengembangannya dengan skor 4,76; (4)
Kematangan hubungan dengan teman sebaya dengan skor 4,74; (5)
Persiapan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga dengan skor 4,73;
(6) Landasan perilaku etis dengan skor 4,62; (7) Wawasan dan persiapan
karir dengan skor 4,60; (8) Kematangan intelektual dengan skor 4,57; (9)
Kesadaran tanggung jawab dengan skor 4,56; (10) Landasan hidup religius
dengan skor 4,55; dan (11) Kematangan emosional dengan skor 4,48.
Baik kelompok kelas X dan XI memiliki kesamaan butir tertinggi
dan terendah. Butir tertinggi terdapat aspek (5) kesadaran tanggung
jawab butir 2 dengan pernyataan " Saya menghormati orang lain, tanpa
melihat latar belakang sosial ekonomi, suku ataupun agama." dengan skor
tingkat perkembangan 5.71 (kelas X) dan 5.59 (kelas XI). Sedangkan butir
terendah berada pada aspek (1) landasan hidup religius dengan
pernyataan "Saya bersyukur kepada Tuhan yang maha Esa bila
memperoleh nikmat/kesenangan" dengan skor tingkat perkembangan
3.50 (kelas X) dan 3.42 (kelas XI).
Berdasarkan hasil analisis, terdapat rekomendasi yang dapat
ditujukan kepada pihak sekolah dan calon guru BK atau konselor, sebagai
berikut:
a. Pihak Sekolah
Mempersiapkan dan merancang program bimbingan dan
konseling sesuai dengan hasil ITP terutama untuk kelas X dan XI.
Menyelenggarakan program bimbingan dan konseling sesuai
dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan siswa.
Sebagai data awal yang diperlukan untuk arsip data bimbingan
dan konseling guna memperhatikan setiap individu untuk
memantau, memfasilitasi, dan membimbing tugas
perkembangannya agar berjalan dengan baik.
b. Calon Guru BK atau Konselor
Data dapat dimanfaatkan untuk merancang sebuah program
bimbingan dan konseling yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
Mempelajari dinamika ataupun keunikan dari individu yang
memiliki capaian tingkat perkembangan yang berbeda.
K. Penutup
Demikian laporan profil ITP (Inventori Tugas Perkembangan) siswa
kelas X dan XI SMAN 99 Jakarta. Semoga hasil asesmen ITP tersebut
dapat dijadikan sebagai data penunjang untuk merancang program BK
21
bagi pihak sekolah maupun calon guru BK atau konselor yang
berkompetensi dan profesional.
22
LAMPIRAN
23