Anda di halaman 1dari 7

ISSN:2655-1586

Identifikasi Timbulnya Kawasan Kumuh di Kota Banda Aceh


(Studi Kasus : Gampong Jawa, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh)
Susi Ardilla1 Zahrul Fuady2 Zahriah 3
1Mahasiswa Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitar Syiah Kuala
2Dosen Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala
Email: Ardillasusi@gmail.com

Abstract
Gampong Jawa is one of the villages located in Kutaraja sub-district, Banda Aceh. History records where
the glory of the kingdom of Aceh once this village is the entrance gate to enter the city of Banda Aceh through the sea.
However, the present condition of Gampong Jawa is better known as the garbage dump facility (TPA) of Banda Aceh
City. Due to the existence of the TPA, this village appears illegal buildings that residents livelihood as scavengers in the
landfill, so from that emerged slum area around the landfill. Slum conditions in Gampong Jawa are located in the
Teungku Muda hamlet, with many piles of garbage and illegal houses with poor physical condition and insufficient
infrastructure

Keywords: slum area, Gampong Jawa, Banda Aceh

Abstrak
Gampong Jawa adalah salah satu kampung yang terletak di kecamatan Kutaraja, Banda Aceh. Sejarah
mencatat dimana dimasa kejayaan kerajaan Aceh dulu kampung ini merupakan gerbang masuk untuk masuk ke Kota
Banda Aceh melalui jalur laut. Namun kondisi sekarang Gampong Jawa lebih dikenal dengan fasilitas tempat
pembuangan akhir ( TPA) sampah Kota Banda Aceh. Karena adanya TPA tersebut kampung ini muncul bangunan-
bangunan ilegal yang penghuninya bermatapencaharian sebagai pemulung di TPA, maka dari itu timbullah kawasan
kumuh di sekitar TPA tersebut. Kondisi kumuh di Gampong Jawa terdapat di dusun Teungku Muda, dengan kondisi
banyaknya tumpukan sampah dan rumah ilegal yang kondisi fisik memprihatinkan dan sarana prasarana tidak
memadai.

Kata kunci : Kawasan Kumuh, Gampong Jawa, Banda Aceh.

1. Pendahuluan yang melanda Aceh menyebabkan berbagai dampak


1.1 Latar belakang dalam kehidupan masyarakat maupun pemerintah Aceh.
Kota Banda Aceh adalah salah satu kota yang Banyak rumah-rumah, perkantoran, pertokoan, bangunan
berada di Aceh dan menjadi ibukota provinsi Aceh, sekolah dan fasilitas lainnya dengan sekejap rata dengan
Indonesia. Dengan jumlah penduduk sekitar 259.913 tanah. Akibat musibah tersebut, aktivitas perekonomian
pada tahun 2017 dan luas wilayahnya adalah sekitar Aceh mengalami kelumpuhan. Pasca Tsunami 2004
61,36 km² [1]. Sekarang, kota Banda Aceh sudah berusia melanda Gampong Jawa juga mendapatkan bantuan-
814 tahun. Dalam usianya yang sudah melebihi delapan bantuan baik dari dalam negeri maupun luar negeri,
abad tentu Banda Aceh banyak memiliki permasalahan salah satunya adalah badan khusus bentukan presiden
dalam kehidupan masyarakatnya. Salah satunya adalah Susilo Bambang Yudhoyono, yakni Badan Rehabilitas
permasalahan tentang permukiman kumuh yang terdapat dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias. Kondisi Gampong
di Gampong Jawa. Jawa saat ini bahkan sudah tergerus oleh abrasi pantai.
Gampong Jawa adalah sebuah kampung yang Gampong Jawa memiliki fasilitas TPA (Tempat
terletak di kecamatan Kutaraja merupakan kampung Pembuangan Akhir) dari sampah-sampah yang berasal
yang bersejarah di Kota Banda Aceh dengan jumlah dari Kota Banda Aceh [2].
penduduk sekitar 1211 jiwa dan luas 30,24 ha. TPA Gampong Jawa pertama kali dibangun pada
Gampong Jawa berbatasan dengan Selat Malaka di tahun 1994 dengan luas 12 Ha. Saat bencana gempa
sebelah utara, sebelah selatan berbatasan dengan bumi dan Tsunami pada tahun 2004 silam TPA ini
Peulanggahan dan di sebelah timur berbatasan dengan hancur total dan menyapu semua sampah yang ada di
Krueng Aceh sedangkan di sebelah barat berbatasan sana. TPA Gampong Jawa direhabilitas pada tahun 2008
dengan Gampong Pande. Pada zaman pemerintahan oleh Badan Rehabilitas dan Rekontruksi (BRR) Aceh-
Kerajaan Aceh kawasan ini dahulunya merupakan salah Nias serta diperluas menjadi 21 Ha dan TPA mulai
satu bandar pelabuhan yang megah, dan juga merupakan beroperasi secara sanitary landfill (sampah ditimbun
pintu gerbang masuk untuk masuk ke Kota Banda Aceh harian) pada januari 2009. Untuk penutupan sampah ini,
melalui jalur laut. setiap tahunnya dibutuhkan tidak kurang dari 5000 m3
Gampong Jawa juga merupakan salah satu daerah tanah dan 3500 m3 kompos. Kompos digunakan untuk
yang paling parah diterjang gelombang Tsunami pada mengurangi bau tak sedap yang di timbulkan oleh
26 Desember 2004 silam. Gempa bumi dan Tsunami sampah [3].

47

JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN


VOLUME 5, No.1, Februari 2021, hal 47-53
ISSN:2655-1586

Tempat pembuangan akhir (TPA) di Gampong 1.5 Batasan penelitian


Jawa ini sudah melebihi kapasitas dan sudah sangat Pembatasan masalah dilakukan untuk menghindari
memprihatinkan karena terletak di sekitar permukiman ruang lingkup yang terlalu luas. Agar penelitian ini
penduduk. Kementrian Pekerjaan Umum membangun menjadi lebih terarah, maka penulis memberikan batasan
TPA Regional baru yang berlokasi di Kabupaten Aceh sebagai berikut :
Besar yaitu TPA Blang Bintang dengan luas 200 Ha, a. Penelitian ini dilakukan khusus pada Jln. Tgk
TPA Blang Bintang diproyeksikan untuk menjadi TPA Di Anjoeng, Dusun Tgk. Muda, Gampong Jawa
terpadu bagi Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh kecamatan Kutaraja Banda Aceh.
Besar [4]. Sebelum tsunami 2004 melanda Banda Aceh, b. Dalam laporan penelitian ini yang dimaksud
Gampong Jawa tidak termasuk dalam kategori dengan kondisi umum adalah sejarah kawasan,
permukiman kumuh, namun kawasan kumuh di kondisi geografis dan demografis kawasan dan
Gampong Jawa mulai terlihat pasca Tsunami 26 kondisi sosial ekonomi masyarakat di kawasan
Desember 2004 tepatnya di dusun Tengku Muda yang permukiman kumuh Dusun Tuan Dibanda,
penghuni kawasan tersebut merupakan orang pendatang Gampong Jawa.
yang berprofesi pemulung dan menjadikan TPA sebagai
sumber kehidupannya. Oleh sebab itu, perlu dilakukan 2. Tinjauan Pustaka
penelitian di Gampong Jawa ini khusus nya di dusun Sesuai dengan judul jurnal yaitu identifikasi
Tengku Muda, mengingat Gampong Jawa yang dulunya timbulnya kawasan permukiman kumuh di Kota Banda
adalah tempat pelabuhan yang megah di masa kejayaan Aceh dengan studi kasus Gampong Jawa maka akan
Kerajaan Aceh dan sekarang di jadikan sebagai tempat ditinjau mengenai kawasan kumuh.
pembuangan sampah Kota Banda Aceh.
2.1 Pengertian kawasan
1.2 Perumusan masalah Kawasan merupakan daerah yang mempunyai ciri
Perumusan masalahnya adalah sebagai berikut : tertentu, seperti tempat tinggal, pertokoan, industri dan
a. Faktor apa sajakah penyebab timbulnya sebagainya. Kawasan yaitu sebuah tempat yang memiliki
kawasan kumuh di Gampong Jawa? ciri serta memiliki kekhususan untuk menampung semua
b. Bagaimana kondisi eksisting Gampong Jawa? kegiatan manusia berdasarkan kebutuhan hidupnnya [5].
c. Bagaimana alternatif penyelesaian
permasalahan kawasan kumuh di Gampong 2.2 Pengertian kumuh
Jawa? Kumuh adalah kesan atau gambaran secara umum
tentang sikap dan tingkah laku yang rendah dilihat dari
1.3 Tujuan penelitian standar hidup dan penghasilan kelas menengah. Dengan
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah kata lain, kumuh dapat diartikan sebagai tanda atau cap
yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini yang diberikan golongan atas yang sudah mapan kepada
adalah : golongan bawah yang belum mapan [6].
a. Mengkaji dan mengidentifikasi faktor apa
sajakah penyebab timbulnya kawasan kumuh 2.3 Ciri-ciri permukiman kumuh
dan dampaknya bagi Kota Banda Aceh. Ciri-ciri kawasan kumuh dapat didefinisikan
b. Mengidentifikasi kondisi eksisting Gampong sebagai berikut :
Jawa a. Lingkungan yang berpenghuni padat (melebihi
c. Memberi gambaran penyelesaain tentang 500 orang per Ha),
permasalahan kawasan kumuh di Gampong b. Kondisi sosial ekonomi masyarakat rendah,
Jawa c. Jumlah rumahnya sangat padat dan ukurannya
dibawah standar,
1.4 Manfaat penelitian d. Sarana prasarana tidak ada atau tidak memenuhi
Manfaat dari penelitian ini adalah : syarat teknis dan kesehatan,
a. Kegunaan teoritis e. Hunian dibangun diatas tanah milik negara atau
Secara teoritis penelitian ini dapat digunakan orang lain dan diatur perundang undangan
sebagai bahan evaluasi bagi pihak-pihak yang yang berlaku [7].
menangani permasalahan kawasan kumuh,
sehingga permasalahan tersebut tidak semakin 2.4 Faktor-Faktor penyebab timbulnya
memprihatinkan. permukiman kumuh
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya
b. Kegunaan praktis kawasan kumuh adalah :
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan a. Kurangnya pelayanan dasar
masukan yang bermanfaat bagi penentu b. Penghuni kawasan kumuh mempunyai
kebijakan dalam penataan wajah Kota Banda keterbatasan atau tidak memiliki akses terhadap
Aceh umumnya dan Gampong Jawa khususnya, pelayanan dasar seperti fasilitas sanitasi,
serta penyusunan konsep-konsep program sumber air bersih, sistem pengumpulan dan
perbaikan perumahan dan permukiman di Kota pengolahan sampah
Banda Aceh untuk masa sekarang dan masa c. Rumah tidak layak untuk dihuni
yang akan datang.
48

JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN


VOLUME 5, No.1, Februari 2021, hal 47-53
ISSN:2655-1586

d. Kondisi rumah yang tidak layak huni dapat dilapangan sesuai dengan motodologi penelitian dan
diartikan sebagai rumah yang dibangun dengan hasil penelitian yang dicapai dengan teori-teori yang di
material tidak permanen untuk atapnya bukan kemukakan pada tinjauan kepustakaan.
genteng, lantainya tidak keras, dinding terbuat
dari bambu atau bahan-bahan bekas. Selain itu, 4.1 Identifikasi kondisi eksisting aspek fisik
rumah tidak layak huni juga dapat dilihat dari kawasan kumuh gampong Jawa
sisi luasan hunian dimana standar minimum 4.1.1 Identifikasi kondisi bangunan hunian
luasan yaitu 7,2 m2 . Kriteria hunian yang sehat adalah memenuhi
e. Permukiman dengan tingkat kepadatan tinggi kebutuhan fisiologis, antara lain pencahayaan,
f. Kepadatang bangunan tergolong tinggi apabila penghawaan, ruang gerak yang cukup, dan terhindar dari
lebih dari 100 bangunan per hektarnya dengan gangguan kebisingan[9]. Namun di kawasan kumuh
penduduk lebih dari 200 jiwa/km. Gampong Jawa ini bangunannya tidak sesuai dengan
g. Kondisi hidup yang tidak sehat dan lokasi yang persyaratan diatas dimana sebuah hunian tempat tinggal
beresiko harus memiliki ventilasi tidak kurang dari 5% dari luas
h. Kawasan yang terbangun di lokasi yang cukup lantai ruangan dan jendela 10% dari luas lantai ruangan,
beresiko terhadap kesehatan dan keselamatan maka dari itu sekitar 80% bangunan hunian kawasan
penghuninya seperti kawasan pinggiran sungai, permukiman kumuh di Gampong Jawa tidak layak huni.
kawasan tanah rawan longsor dan sebagainya
dimana hal ini beresiko terhadap keselamatan
jiwa manusia.
i. Ketiadaan jaminan hak bermukim
j. Pembangunan kawasan kumuh secara ilegal
menyebabkan kawasan tersebut terbilang tidak
aman [8].

3. Metodologi Penelitian
Dalam menulis karya tulis ini, metode penelitian Gambar 2 kondisi hunian kawasan kumuh Gampong Jawa
yang digunakan adalah metode kombinasi (mixed
method) antara kualitatif dan kuantitatif. Pengumpulan 4.1.2 Identifikasi kondisi jalan lingkungan
data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan Pada kondisi eksisting jalan lingkungan kawasan
sekunder. Data primer diperoleh dari observasi, kumuh Gampong Jawa ini dari segi fisiknya berkondisi
kuesioner, dan wawancara. Sedangkan data sekunder baik, jalan rabat beton dengan lebar jalan 3 meter hal ini
diperoleh dari studi literatur terhadap hasil-hasil masih memungkinkan dilalui oleh truk-truk sampah.
penelitian, laporan, peta, undang-undang, data yang Tetapi hunian-huniannya terlalu dekat dengan jalan, hal
diperoleh dari instansi pemerintah dll. ini tidak sesuai persyaratan dimana standar garis
Penelitian ini dilakukan di Gampong Jawa, sempadan bangunan untuk jalan lingkungan adalah 3
khususnya di Dusun Teungku Muda yang berlokasi di meter.
jalan Teungku di Anjong kecamatan Kutaraja, Banda
Aceh.

Gambar 3 Kondisi jalan lingkungan kawasan kumuh


Gambar 1 lokasi penelitian Gampong Jawa
Sumber : Google Earth, 2018
4.1.3 Identifikasi kondisi drainase lingkungan
Adapun batas-batas dari objek penelitian yaitu Kondisi eksisting drainase di kawasan kumuh
Batas utara : berbatasan dengan Selat Malaka Gampong Jawa ini belum memadai, drainase pada
Batas selatan : berbatasan dengan Gampong Pande kawasan ini merupakan sistem drainase permanen
Batas timur : berbatasan Dengan Krueng Aceh terbuka, dengan begitu sampah-sampah mudah
Batas barat : berbatasan dengan Dusun Tuan memenuhi drainase dan membuat drainase tersebut
Dibanda tersumbat akibat adanya sampah-sampah tersebut dan
menjadikan drainase tidak berfungsi dengan baik.
4. Hasil dan Pembahasan
Pada bab ini akan dikemukan hasil dari penelitian
yang diperoleh dari hasil wawancara dan pengamatan
49

JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN


VOLUME 5, No.1, Februari 2021, hal 47-53
ISSN:2655-1586

sesuai dengan persyaratan teknis. Hal ini dibuktikan


dengan bertaburnya sampah-sampah rumah tangga di
jalanan, samping rumah, depan rumah, di belakang, dan
dilahan kosong yang dijadikan sebagai tempat
pembuangan sampah. Dari hasil analisis bahwa di
kawasan kumuh Gampong Jawa tidak terdapat bak
sampah maupun TPS, dan juga tidak adanya mobil
pengangkut sampah yang mengangkut sampah ke TPA.

Gambar 4 Kondisi drainase lingkungan kawasan kumuh


Gampong Jawa

4.1.4 Identifikasi kondisi penyediaan air bersih dan


air minum
Saat ini pelayanan air bersih dan di Gampong Jawa
masih dilayani oleh PDAM namun hanya sebagian saja.
Masyarakat Gampong Jawa belum sepenuhnya terlayani Gambar 6 Kondisi persampahan di kawasan kumuh
Gampong Jawa
oleh air bersih, banyak di antara mereka susah
mendapatkan air bersih dikarenakan air sumur nya terasa
asin disebabkan mereka berada di daerah pesisir pantai. 4.2 Identifikasi kondisi eksisting aspek non
Masyarakat yang berdekatan dengan TPA memilih fisik kawasan kumuh gampong jawa
mengambil air untuk keperluan sehari-harinya dari TPA. 4.2.1 Identifikasi faktor urbanisasi
Gampong Jawa diapit oleh Krueng Aceh yang faktor urbanisasi merupakan faktor utama
membelah Gampong tersebut dengan Gampong terbentuknya permukiman kumuh di kawasan studi, bisa
Lampulo, karena dialiri sungai, banyak masyarakatnya di katakan hampir semua masyarakat yang menghuni
terutama yang berada di pemukiman kumuh permukiman kumuh ini merupakan pendatang dari
memanfaatkan air sungai tersebut untuk mencuci piring berbagai kota di indonesia, sekitar 14% berasal dari kota
dan baju. Untuk kondisi air minum, masyarakat Banda Aceh, 42 % berasal dari luar Kota Banda Aceh,
penghuni kawasan kumuh memperoleh air minum dan 44% merupakan pendatang yang berasal dari luar
dengan cara membeli air galon yang dijual di depot- Provinsi Aceh.
depot air isi ulang dengan harga Rp.5000 per galonnya.
4.2.2 Identifikasi jumlah penghuni
Berdasarkan hasil kuesioner dan observasi
lapangan diperoleh hasil bahwa faktor jumlah penghuni
merupakan faktor kedua terbentuknya kawasan
permukiman kumuh di Gampong Jawa ini. mereka yang
menempati permukiman kumuh ini rata-rata menempati
rumah dengan luas 5x4 m2 dihuni oleh 5 sampai 6
orang, hal ini tidak memenuhi standart yang ditetapkan
oleh Dirjen Cipta Karya yaitu 7,2 m/orang. dengan
begitu dapat diasumsikan bahwasanya 1 kamar tidur
Gambar 5 Kondisi air bersih kawasan kumuh Gampong dihuni oleh 2-3 orang, dan juga dengan luasan yang
Jawa terbatas menjadikan ruang-ruang tidak terpenuhi dan
tidak dapat untuk diorganisasikan dengan baik. Jumlah
4.1.5 Identifikasi pengelolaan air limbah penghuni rumah di permukiman kumuh di Gampong
Pengelolaan air limbah di kawasan kumuh Jawa ini juga ikut andil dalam terbentuknya permukiman
Gampong Jawa ini terbilang buruk, dimana air limbah kumuh tersebut. Dan apabila jumlah penghuni rumah
tidak dikumpulkan dalam satu saluran, dan tidak terdapat bertambah maka pemilik rumah akan memperluas
sumur resapan. Hal ini mengangkibat efek buruk pada bangunan mereka tanpa mehiraukan aturan-aturan yang
lingkungan dan kesehatan. Jika dibiarkan begitu saja hal berlaku, seperti KDB, KLB dan GSB yang
ini akan memperparah kondisi terjadi nya kumuh. diperbolehkan.
Pengelolaan air limbah merupakan salah satu aspek
penting dalam lingkungan permukiman dan perumahan 4.2.3 Identifikasi status kepemilikan hunian
padat penduduk. Pengelolaan sanitasi atau air limbah Menurut hasil pengamatan dan hasil kuesioner,
yang baik, meningkatkan kualitas lingkungan dan jika rumah mereka dengan status sewa kebanyakan
terhindar dari pencemaran terhadap air tanah penghuninya tidak memperhatikan keadaan lingkungan
atau kondisi hunian yang mereka sewa. Mereka tidak
4.1.6 Identifikasi sistem pengelolaan persampahan peduli jika terjadi kerusakan pada hunian tersebut karena
Berdasarkan analisis diperoleh bahwa semua mereka mengganggap bukan tanggung jawab mereka.
hunian di kawasan permukiman kumuh Gampong Jawa Dengan begitu semakin lama hunian tersebut semakin
tidak memiliki pengelolaan persampahan yang baik yang buruk disebabkan mereka tidak merawatnya. Dari
50

JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN


VOLUME 5, No.1, Februari 2021, hal 47-53
ISSN:2655-1586

wawancara dengan pak keucik Gampong Jawa, di 4.3 Penyelesaian permasalahan kawasan kumuh
kawasan permukiman kumuh Gampong Jawa ini banyak gampong Jawa
sekali pendatang-pendatang yang hanya menempati Penyediaan tong sampah. Dikarenakan dilokasi
kawasan ini sementara waktu saja dikarenakan mereka penelitian ini masyarakatnya membuat sampah
memiliki matapencaharian sebagai pemulung yang sembarangan, maka perlu diadakan tong sampah supaya
memulung sampah di TPA, bahkan mereka juga masyarakatnya tidak membuang sampah sembarangan
membawa serta barang-barang yang sudah dikumpulkan lagi
tersebut ketempat tinggal mereka dan diletakkan
dihalaman maupun ditepi jalan dan menyebabkan
kualitas lingkungan permukiman kumuh ini menjadi
rendah. Status hunian di kawasan permukiman kumuh
Gampong Jawa ini 65 % milik pribadi, yaitu mereka
membangunnya sendiri, dan 35% adalah hak sewa.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat grafik di bawah ini.

4.2.4 Faktor luas lahan


Sesuai hasil analisis data kuesioner terhadap (a)
faktor luas lahan maka di peroleh hasil bahwasanya
faktor luas lahan memiliki pengaruh yang rendah
terhadap terbentuknya permukiman kumuh ini, menurut
masyarakat yang menempati permukiman ini jumlah luas
lahan tidak mempengaruhi terjadinya kumuh, akan tetapi
mereka menganggap tempat hunian mereka sudah cukup
nyaman untuk di tempati, walaupun tempat hunian
mereka dihuni sekian banyak anggota keluarga mereka
tidak merasa terganggu.
(b)
4.2.5 Identifikasi kondisi ekonomi Gambar 8 (a) Kondisi eksisting (b) Saran
a. Jenis pekerjaan perbaikan
Sumber: Dokumentasi pribadi dan hasil analisa

Gambar 7 Pemulung TPA Gampong Jawa

Bermacam jenis pekerjaan masyarakat


permukiman kumuh Gampong Jawa ini, dari (a)
pemulung, nelayan, petugas kebersihan bahkan
ada yang berstatus mahasiswa. Tetapi lebih
dominan pemulung dan nelayan ketimbang
lainnya. Berdasarkan data kuesioner didapat yang
berprofesi sebagai pemulung adalah sebesar 58%,
nelayan 21%, mahasiswa 12 % dan petugas
kebersihan 9%.

b. Tingkat pendapatan
Menurut hasil pengumpulan data kuesioner di (b)
dapat penghasilan perbulan dari hasil memulung Gambar 9 (a) Kondisi eksisting (b) Saran perbaikan
barang bekas yaitu 44% berpenghasilan < Sumber: Dokumentadi pribadi dan hasil analisa
Rp.500.000, 46% berpenghasilan Rp.750.000 dan
10% berpenghasilan >Rp. 1.000.000. Untuk mencegah sampah-sampah yang dibuang
sembarangan masuk kedalam drainase, maka drainase di
buat secara tertutup menggunakan grill besi supaya
sampah-sampah tidak masuk ke drainase yang membuat
drainase tersumbat dan tidak berfungsi akibatnya
kawasan tersebut jadi kumuh.

51

JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN


VOLUME 5, No.1, Februari 2021, hal 47-53
ISSN:2655-1586

6. Kesimpulan dan Saran


6.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan : Bahwa
faktor utama penyebab terjadinya kawasan kumuh
adalah karena adanya sampah dan TPA di Gampong
Jawa sehingga sampah tersebut memicu masyarakat luar
untuk mencari sumber kehidupan dan mendirikan
hunian-hunian ilegal sehingga membuat kawasan
tersebut menjadi kumuh. Selain itu tidak adanya
(a) peraturan-peraturan dari pemerintah ataupun perangkat
desa setempat, sehingga membuat mereka lebih leluasa
mendirikan hunian-hunian ilegal tersebut.
6.2 Saran
Saran ini berdasarkan temuan dan kesimpulan dari
hasil penelitian. Saran ini berfungsi sebagai masukan
kepada berbagai pihak yang berhubungan dengan
penyelesaian permasalahan kawasan permukiman kumuh
Gambar 10 (a) Kondisi(b)
eksisting (b) Saran perbaikan yang terdapat di Gampong Jawa. Saran ini ditujukan
Sumber: Dokumentadi pribadi dan hasil analisa kepada pemerintah dan masyarakat

Kondisi jalan yang masih bermaterial tanah diganti 6.2.1 Saran untuk pemerintah Kota Banda Aceh
dengan paving blok, agar memudahkan warga yang a. Perlu disusun rencana program penangganan
menggunakan jalan tersebut selain itu juga memberikan kawasan kumuh untuk menyelesaikan
kenyamanan bagi penggunanya permasalahan di kawasan kumuh Gampong Jawa.
b. Perlu adanya kebijakan dan peraturan-peraturan
terkait kawasan permukiman kumuh agar tidak
menjadi lebih kumuh lagi di masa yang akan
datang

6.2.2 Saran untuk masyarakat Gampong Jawa


khususnya masyarakat dusun Tengku Muda
a. Perlu adanya persiapan baik moril maupun
materil terkait rencana penangganan kawasan
kumuh ini.
(a) b. Perlunya peran aktif masyarakat, kerjasama
masyarakat dan pemerintah memberikan
kemudahan dalam mencapai tujuan untuk
mewujudkan lingkungan yang sehat dan bersih.
c. Mendukung penuh program pemerintah yang
akan dijalankan.

Daftar Pustaka
[1] Badan Pusat Statistik Banda Aceh (2017) tentang
Jumlah penduduk Kota Banda Aceh
(b) [2] Bappenas tahun (2005) tentang Tempat
Gambar 11 (a) Kondisi eksisting (b) Saran perbaikan Pembuangan Akhir Kota Banda Aceh.
Sumber: Dokumentadi pribadi dan hasil analisa [3] Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan dan
Keindahan Kota Banda Aceh (2015) tentang
Penyediaan desain rumah layak huni bagi Pengelolaan Dan Daur Ulang Limbah. Banda
masyarakat yang memiliki tanah dan rumah pribadi Aceh
terutama masyarakat yang berada di kawasan kumuh, [4] Kementrian Pekerjaan Umum tahun (2015).
peyediaan desain rumah ini dimaksudkan agar [5] Kamus Besar Bahasa Indonesia Online (Diakses
masyarakatnya tidak lagi menghuni hunian yang pada 07 januari 2018)
memprihatinkan, dalam hal ini penyediaan rumah layak [6] Kurniasih, 2007. Strategi Penanganan Kawasan
huni sebaiknya ikut serta campur tangan pemerintah Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan Lingkungan
sehingga penyediaan rumah layak huni dapat Perumahan Dan Permukiman Yang Sehat (Contoh
dilaksanakan dan terutama sekali rumah ini Kasus: Kota Pangkalpinang). Bandung: Program
diperuntukkan bagi masyarakat kawasan kumuh yang Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas
kurang mampu dalam hal ekonomi. Islam Bandung.

52

JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN


VOLUME 5, No.1, Februari 2021, hal 47-53
ISSN:2655-1586

[7] Khomarudinm. 1997. Menelusuri Pembangunan


Perumahan dan Permukiman, Jakarta: Yayasan
Real Estate Indonesia, PT. Rakasindo, Jakarta.
[8] Prayitno, B. 2016, Skema Innovasi Penangan
Permukiman Kumuh, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
[9] Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes
RI). 2013 tentang Kriterian Hunian Sehat. Jakarta

53

JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN


VOLUME 5, No.1, Februari 2021, hal 47-53

Anda mungkin juga menyukai