Anda di halaman 1dari 3

b.

Strategi Komunikasi Bencana dalam Pemulihan Bencana Tsunami 2011


Menurut Fokaefs dan Sapountzaki (2021), strategi komunikasi yang dilakukan
Pemerintah Jepang dalam pemulihan bencana tsunami 2011, yaitu:
1. Membentuk Pusat Informasi Sains
Jepang memiliki organisasi berbasis pengetahuan, yaitu Badan Meteorologi Jepang
atau The Japan Meteorological Agency (JMA), berada dibawah naungan Kementerian Tanah,
Infrastruktur, Transportasi, dan Pariwisata yang bertanggung jawab untuk mengeluarkan
informasi gempa bumi setelah terjadi gempa dan mengeluarkan peringatan dini (termasuk
peringatan tsunami) serta juga menyampaikan informasi darurat ilmiah, termasuk data
objektif tentang fenomena yang terjadi dan informasi kemungkinan tentang fenomena yang
akan terjadi. Organisasi ini juga merupakan organisasi di Jepang yang memberikan informasi
awal pada saat terjadinya bencana dan bertanggung jawab menyalurkan informasi tersebut ke
pemerintah pusat dan daerah, mekanisme darurat, dan media. Struktur yang ketat dan terpusat
dalam organisasi ini dapat memudahkan para ilmuwan berkomunikasi dengan berbagai
bentuk keahlian pada saat situasi multi-bencana, serta kolaborasi yang lebih baik antara
ilmuwan, manajer darurat, dan praktisi.
Selain dari operasi jangka panjang sistem peringatan dini gempa bumi dan tsunami di
Jepang, keunggulan Badan Meteorologi Jepang dalam memprediksi gempa bumi Tokai
berikutnya tidak diragukan lagi. Namun, setelah gempa bumi besar serta tsunami di Jepang
Timur, Badan Meteorologi Jepang mengakui kemungkinan pengurangan magnitudo gempa
bumi besar yang mengarah ke estimasi dan peringatan yang salah. Ketidakpastian ini
sekarang telah dimasukkan ke dalam skala pesan peringatan baru.

2. Badan-badan Administrasi Publik sebagai Sumber Informasi Darurat dan Otoritas


Sebagai Sumber Informasi dan otoritas ketika terjadi bencana, Jepang membentuk
Manajemen Dewan Manajemen Bencana Pusat atau The Central Disaster Management
Council (CDMC), yang dipimpin oleh Perdana Menteri dan terdiri dari semua anggota
Kabinet, kepala perusahaan publik besar, dan para ahli, yang bertanggung jawab dalam
menyiapkan dan melaksanakan rencana dasar manajemen bencana dan rencana bencana
gempa bumi di tingkat nasional. Pada saat bencana terjadi, Kantor Kabinet terlibat dalam
mengumpulkan dan menyebarkan informasi yang akurat, melapor kepada Perdana Menteri,
mendirikan sistem darurat (termasuk Markas Besar Penanggulangan Bencana Pemerintah)
dan koordinasi keseluruhan tindakan respons bencana di wilayah yang terkena dampak.
Setelah menerima informasi mengenai gempa bumi dan peringatan tsunami dari
pemerintah pusat, pihak berwenang daerah setempat dapat memberikan informasi darurat ke
media lokal dan masyarakat dalam waktu 4 sampai 20 detik (dalam lima bahasa) berdasarkan
sistem J-alert. J-alert merupakan sistem peringatan dini nasional berbasis satelit yang
digunakan oleh Jepang agar dapat langsung mengeluarkan peringatan mengenai ancaman dan
keadaan darurat kepada media lokal dan masyarakat. Perintah untuk evakuasi dan informasi
mengenai kondisi jalan juga diinformasikan melalui sistem ini serta pembaruan informasi
darurat. Selain itu, informasi darurat bencana juga disiarkan melalui pengeras suara dan
sirene kepada masyarakat di daerah pantai (dalam kasus peringatan tsunami), sementara
pesan peringatan disampaikan melalui televisi.

3. Peran Media Massa, Media Sosial, dan Jaringan Sosial sebagai Sumber Informasi.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, ketika gempa bumi terdeteksi dan Badan
Meteorologi Jepang mengeluarkan peringatan dini mengenai gempa bumi dan tsunami,
semua saluran televisi yang ada di Jepang menyiarkan pesan peringatan yang diikuti dengan
instruksi tentang apa yang harus dilakukan masyarakat ketika bencana. Menurut Hashimoto
dan Ohama (2014), penggunaan media sosial selama tsunami di Jepang sangat populer
terutama seperti Twitter dan Facebook yang digunakan oleh masyarakat Jepang selama dan
setelah bencana gempa bumi dan tsunami. Media sosial menjadi alat komunikasi penting bagi
masyarakat untuk mengumpulkan dan membagikan informasi mengenai lokasi bencana,
kondisi jalan, dan tempat pengungsian. Media sosial juga membantu pemerintah dan
organisasi kemanusiaan dalam merespon bencana dengan lebih efektif. Pemerintah Jepang
juga menggunakan Twitter sebagai sarana penyebaran informasi dan memperingatkan
masyarakat mengenai bahaya gempa susulan.
Kemudian, Badan Meteorologi Jepang juga membuat laporan khusus kepada
masyarakat dengan Aplikasi dan Situs Web yang sangat berguna ketika bencana terjadi.
Aplikasi dan Web tersebut memberikan berbagai informasi tentang parameter gempa bumi,
peringatan tsunami dan tips keselamatan, tempat perlindungan yang dan bantuan pasca
bencana. Jepang memiliki struktur pemerintahan yang kuat, yang di mana setiap lembaga di
tingkat nasional bersatu padu dalam menangani darurat bencana dalam skala besar.

Daftar Refrensi
Fokaefs, A., & Sapountzaki, K. (2021). Crisis Communication after Earthquakes in Greece
and Japan:Effects on Seismic Disaster Management. Sustainability, Vol. 13, No. 16.
DOI: https://doi.org/10.3390/su13169257
Hashimoto, Y., & Ohama, A. (2014). The Role of Social Media in Emergency Response: The
Case of the Great East Japan Earthquake. NIDS Journal of Defense and Security, No.
15, Hal. 99-126.

Anda mungkin juga menyukai