Anda di halaman 1dari 7

Makna Tawakal

‫بسم الله الرحمن الرحيم‬

‫التوكل واليقين‬

‫ِيم ْال َج ْي َشانِيَّ َيقُو ُل‬ ‫َأ‬ ‫هَّللا‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
ٍ ‫َح َّد َث َنا بُو َع ْب ِد الرَّ حْ َم ِن َح َّد َث َنا َحي َْوةُ ْخ َب َرنِي َب ْك ُر بْنُ َع ْم ٍرو َّن ُه َسم َِع َع ْب َد ِ ب َْن ُه َبي َْر َة َي ُقو ُل ِإ َّن ُه َسم َِع َبا َتم‬
‫هَّللا‬
‫ون َعلَى ِ َح َّق َت َو ُّكلِ ِه‬ ُ ُ ‫َأ‬ ُ َّ ‫هَّللا‬
َ ‫صلى ُ َعلَ ْي ِه َو َسل َم َيقو ُل لَ ْو َّنك ْم َت َت َو َّكل‬ َّ ‫هَّللا‬ ُ ْ ‫هَّللا‬
َ ِ َّ‫ب َرضِ َي ُ َعن ُه َيقو ُل ِإ َّن ُه َسم َِع َن ِبي‬ َّ ْ
ِ ‫َسم َِع ُع َم َر ب َْن ال َخطا‬
)‫الطي َْر َت ْغ ُدو ِخ َماصً ا َو َترُو ُح ِب َطا ًنا (رواه أحمد‬ َّ ‫لَ َر َز َق ُك ْم َك َما َيرْ ُز ُق‬

Dari Umar bin Khattab ra berkata, bahwa beliau mendengar Rasulullah SAW bersabda,
‘Sekiranya kalian benar-benar bertawakal kepada Allah SWT dengan tawakal yang sebenar-
benarnya, sungguh kalian akan diberi rizki (oleh Allah SWT), sebagaimana seekor burung diberi
rizki; dimana ia pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar, dan pulang di sore hari dalam
keadaan kenyang (HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majah).

Sekilas Tentang Hadits

Hadits ini merupakan hadits marfu’ dari Umar bin Khattab ra, yang diriwayatkan melalui jalur
sanad Abdullah bin Hubairah, dari Abu Tamim Al-Jaisyani, dari Umar bin Khattab, dari
Rasulullah SAW, diriwayatkan oleh :

• Imam Turmudzi dalam Sunan/ Jami’nya, Kitab Al-Zuhud An Rasulillah SAW, Bab Fi Attawakkal
Alallahi, hadits no 2344.
• Imam Ibnu Majah dalam sunnannya, Kitab Al-Zuhud, Bab Attawakkal Wal Yaqin, hadits no
4164.
• Imam Ahmad bin Hambal dalam tiga tempat dalam musnadnya, yaitu pada hadits no 205, 372
dan 375.

Makna Hadits Secara Umum

Hadits di atas menjelaskan tentang hakekat tawakal yang digambarkan oleh Rasulullah SAW
dengan perumpamaan seekor burung. Dimana burung pergi (baca ; mencari karunia Allah)
pada pagi hari dengan perut kosong karena lapar, namun di sore hari ia pulang dalam keadaan
perut kenyang dan terisi penuh. Karena pada hakekatnya Allah SWT lah yang memberikan
rizkinya sesuai dengan kebutuhannya.

Demikian juga manusia, sekiranya manusia benar-benar bertawakal kepada Allah SWT dengan
mengamalkan hakekat tawakal yang sesungguhnya, tentulah dari aspek rizki, Allah SWT akan
memberikan rizki padanya sebagaimana seekor burung yang berangkat pada pagi hari dengan
perut kosong dan pulang pada sore hari dengan perut kenyang. Artinya insya Allah rizkinya
akan Allah cukupi.

Makna Dan Hakekat Tawakal

Dari segi bahasa, tawakal berasal dari kata ‘tawakala’ yang memiliki arti; menyerahkan,
mempercayakan dan mewakilkan. (Munawir, 1984 : 1687). Seseorang yang bertawakal adalah
seseorang yang menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan segala urusannya hanya
kepada Allah SWT.
Sedangkan dari segi istilahnya, tawakal didefinisikan oleh beberapa ulama salaf, yang
sesungguhnya memiliki muara yang sama. Diantara definisi mereka adalah:

1. Menurut Imam Ahmad bin Hambal.

Tawakal merupakan aktivias hati, artinya tawakal itu merupakan perbuatan yang dilakukan oleh
hati, bukan sesuatu yang diucapkan oleh lisan, bukan pula sesuatu yang dilakukan oleh
anggota tubuh. Dan tawakal juga bukan merupakan sebuah keilmuan dan pengetahuan. (Al-
Jauzi/ Tahdzib Madarijis Salikin, tt : 337)

2. Ibnu Qoyim al-Jauzi

“Tawakal merupakan amalan dan ubudiyah (baca; penghambaan) hati dengan menyandarkan
segala sesuatu hanya kepada Allah, tsiqah terhadap-Nya, berlindung hanya kepada-Nya dan
ridha atas sesuatu yang menimpa dirinya, berdasarkan keyakinan bahwa Allah akan
memberikannya segala ‘kecukupan’ bagi dirinya…, dengan tetap melaksanakan ‘sebab-sebab’
(baca ; faktor-faktor yang mengarakhkannya pada sesuatu yang dicarinya) serta usaha keras
untuk dapat memperolehnya.” (Al-Jauzi/ Arruh fi Kalam ala Arwahil Amwat wal Ahya’ bidalail
minal Kitab was Sunnah, 1975 : 254)

Sebagian ulama salafuna shaleh lainnya memberikan komentar beragam mengenai pernak
pernik takawal, diantaranya adalah ungkapan : Jika dikatakan bahwa Dinul Islam secara umum
meliputi dua aspek; yaitu al-isti’anah (meminta pertolongan Allah) dan al-inabah (taubat kepada
Allah), maka tawakal merupakan setengah dari komponen Dinul Islam. Karena tawakal
merupakan repleksi dari al-isti’anah (meminta pertolongan hanya kepada Allah SWT) :
Seseorang yang hanya meminta pertolongan dan perlindungan kepada Allah, menyandarkan
dirinya hanya kepada-Nya, maka pada hakekatnya ia bertawakal kepada Allah.

Salafus saleh lainnya, Sahl bin Abdillah al-Tasattiri juga mengemukakan bahwa ‘ilmu
merupakan jalan menuju penghambaan kepada Allah. Penghambaan merupakan jalan menuju
kewara’an (sifat menjauhkan diri dari segala kemaksiatan). Kewaraan merupakan jalan
mmenuju pada kezuhudan. Dan kezuhudan merupakan jalan menuju pada ketawakalan. (Al-
Jauzi, tt : 336)

Tawakal merupakan suatu hal yang sangat diperhatikan dalam Islam. Oleh karena itulah, kita
dapat melihat, banyak sekali ayat-ayat ataupun hadits-hadits yang memiliki muatan mengenai
tawakal kepada Allah SWT. Demikian juga para salafus shaleh, juga sangat memperhatikan
masalah ini. Sehingga mereka memiliki ungkapan-ungkapan khusus mengenai tawakal.

Derajat Tawakal

Tawakal merupakan gabungan berbagai unsur yang menjadi satu, dimana tawakal tidak dapat
terealisasikan tanpa adanya unsur-unsur tersebut. Unsur-unsur ini juga merupakan derajat dari
tawakal itu sendiri:

1. (‫)معرفة بالرب وصفاته‬


Derajat pertama dari tawakal adalah : Ma’rifat kepada Allah SWT dengan segala sifat-sifat-Nya
minimal meliputi tentang kekuasaan-Nya keagungan-Nya, keluasan ilmu-Nya, keluasan
kekayaan-Nya, bahwa segala urusan akan kembali pada-Nya, dan segala sesuatu terjadi
karena kehendak-Nya, dsb.

2. (‫)إثبات في األسباب والمسببات‬


Derajat tawakal yang kedua adalah : Memiliki keyakinan akan keharusan melakukan usaha.
Karena siapa yang menafikan keharusan adanya usaha, maka tawakalnya tidak benar sama
sekali. Seperti seseorang yang ingin pergi haji, kemudian dia hanya duduk di rumahnya, maka
sampai kapanpun ia tidak akan pernah sampai ke Mekah. Namun hendaknya ia memulai
dengan menabung, kemudian pergi kesana denan kendaraan yang dapat menyampaikannya ke
tujuannya tersebut.

3. (‫)رسوخ القلب في مقام توحيد التوكل‬


Derajat Tawakal yang ketiga adalah : Adanya ketetapan hati dalam mentauhidkan
(mengesakan) Dzat yang ditawakali, yaitu Allah SWT. Karena tawakal memang harus disertai
dengan keyakinan akan ketauhidan Allah. Jika hati memiliki ikatan kesyirikan-kesyirikan dengan
sesuatu selain Allah, maka batallah ketawakalannya.

4. (‫ وسكونه إليه‬،‫ واستناده إليه‬،‫)اعتماد القلب على هللا‬


Derajat tawakal yang keempat adalah : Menyandarkan hati sepenuhnya hanya kepada Allah
SWT, dan menjadikan situasi bahwa hati yang tenang hanyalah ketika mengingatkan diri
kepada-Nya. Hal ini seperti kondisi seorang bayi, yang hanya bisa tenang dan tentram bila
berada di susuan ibunya. Demikian juga seorang hamba yang bertawakal, dia hanya akan bisa
tenang dan tentram jika berada di ‘susuan’ Allah SWT.

5. (‫)حسن الظن باهلل عز وجل‬


Derajat tawakal yang kelimana adalah : Husnudzan (baca ; berbaik sangka) terhadap Allah
SWT. Karena tidak mungkin seseorang bertawakal terhadap sesuatu yang dia bersu’udzan
kepadanya. Tawakal hanya dapat dilakukan terhadap sesuatu yang dihusndzani dan yang
diharapkannya.

6. (‫)استسالم القلب له‬


Derajat Tawakal yang keeman adalah : Memasrahkan jiwa sepenuhya hanya kepada Allah
SWT. Karena orang yang bertawakal harus sepenuh hatinya menyerahkan segala sesuatu
terhadap yang ditawakali. Tawakal tidak akan mungkin terjadi, jika tidak dengan sepenuh hati
memasrahkan hatinya kepada Allah.

7. (‫)التفويض‬
Derajat tawakal yang ketujuh yaitu : Menyerahkan, mewakilkan, mengharapkan, dan
memasrahkan segala sesuatu hanya kepada Allah SWT. Dan hal inilah yang merupakan
hakekat dari tawakal. Allah SWT berfirman: (QS. 40 : 44)

‫َوُأ َفوِّ ضُ َأمْ ِري ِإلَى هَّللا ِ ِإنَّ هَّللا َ بَصِ ي ٌر ِب ْال ِع َبا ِد‬
Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan
hamba-hamba-Nya".

Seorang hamba yang menyerahkan segala urusannya kepada Allah, maka ia tidak akan
berbuat melainkan dengan perbuatan yang sesuai dengan kehendak Allah. Karena dia yakin,
bahwa Allah tidak akan menetapkan sesuatu kecuali yang terbaik bagi dirinya baik di dunia
maupun di akhirat.
Tawakal Dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an sangat menaruh perhatian terhadap permasalahan tawakal ini. Sehingga kita jumpai
cukup banyak ayat-ayat yang secara langsung menggunakan kata yang berasal dari kata
tawakal. Berdasarkan pencarian yang dilakukan dari CD ROM Al-Qur’an, kita mendapatkan
bahwa setidaknya terdapat 70 kali, kata tawakal disebut oleh Allah dalam Al-Qur’an. Jika
disimpulkan ayat-ayat tersebut mencakup tema berikut:

1. Tawakal merupakan perintah Allah SWT.


Allah berfirman dalam Al-Qur’an (QS. 8 : 61)
‫َو َت َو َّك ْل َعلَى هَّللا ِ ِإ َّن ُه ه َُو ال َّسمِي ُع ْال َعلِي ُم‬
“Dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.”
Lihat juga QS.11:123, 25:58, 26:217, 27:79, 33:3, 33:48,

2. Larangan bertawakal selain kepada Allah (menjadikan selain Allah sebagai penolong)
Allah berfirman (QS. 17:2)
ً‫اب َو َج َع ْل َناهُ ه ًُدى لِ َبنِي ِإسْ َراِئي َل َأالَّ َت َّتخ ُِذوا مِنْ ُدونِي َوكِيال‬
َ ‫َوآ َت ْي َنا مُو َسى ْال ِك َت‬
Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat itu petunjuk bagi
Bani Israil (dengan firman): "Janganlah kamu mengambil penolong selain Aku,

3. Orang yang beriman; hanya kepada Allah lah ia bertawakal.


Allah berfirman (QS. 3 : 122) :
َ ‫َو َعلَى هَّللا ِ َف ْل َي َت َو َّك ِل ْالمُْؤ ِم ُن‬
‫ون‬
Dan hanya kepada Allahlah, hendaknya orang-orang mu’min bertawakal.
Lihat juga QS.3:160, 5:11, 5:23, 7:89, 8:2, 9:51, 58:10, 64:13.

4. Tawakal harus senantiasa mengiringi suatu azam (baca; keingingan/ ambisi positif yang kuat)
Allah berfirman (QS. 3 : 159)
َ ‫ت َف َت َو َّك ْل َعلَى هَّللا ِ ِإنَّ هَّللا َ ُيحِبُّ ْال ُم َت َو ِّكل‬
‫ِين‬ َ ْ‫َفِإ َذا َع َزم‬
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

5. Allah sebaik-baik tempat untuk menggantungkan tawakal (pelindung)


Allah berfirman (QS. 3: 173)
‫َو َقالُوا َحسْ ُب َنا هَّللا ُ َونِعْ َم ْال َوكِي ُل‬
“Dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik
Pelindung."
Lihat juga QS.4:81, 4:109, 4:132, 4:171.

6. Akan mendapatkan perlindungan, pertolongan dan anugrah dari Allah.


Allah berfirman (QS. 8 : 49):
‫َو َمنْ َي َت َو َّك ْل َعلَى هَّللا ِ َفِإنَّ هَّللا َ َع ِزي ٌز َحكِي ٌم‬
"Barangsiapa yang tawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana".
Lihat juga QS.17:65.

7. Mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat (surga)


Allah berfirman (QS. 16: 41-42):
َ ‫ظلِمُوا لَ ُن َبوِّ َئ َّن ُه ْم فِي ال ُّد ْن َيا َح َس َن ًة َوَألجْ ُر اآلخ َِر ِة َأ ْك َب ُر َل ْو َكا ُنوا َيعْ لَم‬
‫ُون‬ ُ ‫اجرُوا فِي هَّللا ِ مِنْ َبعْ ِد َما‬ َ ‫* َوالَّذ‬
َ ‫ِين َه‬
َ ُ‫ص َبرُوا َو َعلَى َرب ِِّه ْم َي َت َو َّكل‬
‫ون‬ َ ‫الَّذ‬
َ ‫ِين‬
Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan
memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat
adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui, (yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya
kepada Tuhan saja mereka bertawakkal.
Lihat juga QS.29:58-59.

8. Allah akan mencukupkan orang yang bertawakal kepada-Nya.


Allah berfirman (QS. 65:3):
‫ْث الَ َيحْ َتسِ بُ َو َمنْ َي َت َو َّك ْل َعلَى هَّللا ِ َفه َُو َحسْ ُب ُه ِإنَّ هَّللا َ َبالِ ُغ َأ ْم ِر ِه َق ْد َج َع َل هَّللا ُ لِ ُك ِّل َشيْ ٍء َق ْدرً ا‬
ُ ‫َو َيرْ ُز ْق ُه مِنْ َحي‬
Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya
Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan
ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.

Tawakal Dalam Hadits

Selain dalam Al-Qur’an, dalam haditspun, tawakal memiliki porsi yang sangat banyak. Dalam
kitab Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi mencantumkan 11 hadits. Sedangkan pelacakan melalui
CD ROM, kita mendapatkan terdapat sekitar 900 an hadits yang terdapat kata yang berasal dari
kata tawakal. (Dari 9 kitab hadits induk, yaitu Shahih Bukhari, Muslim, Sunan Abu Daud,
Timidzi, Nasa’i, Ibnu Majah, Addarimi, Muwatha’ Malik dan Musnad Imam Ahmad bin Hambal.)
Sebelas hadits yang dicantumkan Imam Nawawi dalam Riyadus Shalihin, telah mencakup
sebagaian besar hadits-hadits tentang tawakal. Dari hadits-hadits tentang tawakal ini, kita dapat
menyimpulkan beberpa poin :

1. Orang yang bertawakal hanya kepada Allah, akan masuk ke dalam surga tanpa hisab.

Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda:


‫ْط َوال َّن ِبيَّ َو َم َع ُه الرَّ ُج ُل‬ ُ ‫ْت ال َّن ِبيَّ َو َم َع ُه الرُّ َهي‬ ُ ‫ت َعلَيَّ اُأل َم ُم َف َرَأي‬ ْ ‫ض‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َقا َل ع ُِر‬ َ ِّ‫َّاس َعنْ ال َّن ِبي‬ ٍ ‫ْن َعب‬ ِ ‫َع ِن اب‬
َّ
ْ‫صلى ُ َعلَ ْي ِه َو َسل َم َو َق ْو ُم ُه َولَكِن‬ ‫هَّللا‬ َّ َ ‫ُوسى‬ َ
َ ‫ت َّن ُه ْم َّمتِي َفقِي َل لِي َهذا م‬ ‫ُأ‬ ‫َأ‬ ُ ‫ْس َم َع ُه َأ َح ٌد ِإ ْذ ُرف َِع لِي َس َوا ٌد َعظِ ي ٌم َفظ َن ْن‬
َ َ ‫َوالرَّ ُجالَ ِن َوال َّن ِبيَّ َلي‬
‫ُون َأ ْل ًفا‬
َ ‫ك َو َم َع ُه ْم َس ْبع‬ َ ‫اآلخ ِر َفِإ َذا َس َوا ٌد َعظِ ي ٌم َفقِي َل لِي َه ِذ ِه ُأ َّم ُت‬ َ ‫ظرْ ِإلَى اُألفُ ِق‬ ُ ‫ت َفِإ َذا َس َوا ٌد َعظِ ي ٌم َفقِي َل لِي ا ْن‬ ُ ْ‫ظرْ ِإلَى اُألفُ ِق َف َن َظر‬ ُ ‫ا ْن‬
َ‫ب َوال‬ ٍ ‫ون ال َج َّن َة ِب َغي ِْر ِح َسا‬ ْ ُ
َ ‫ِين َي ْد ُخل‬ َ ‫ِئك الذ‬َّ ‫ُأ‬
َ َ‫اض ال َّناسُ فِي ول‬ َ ‫ض َف َد َخ َل َمن ِزلَ ُه َف َخ‬ ْ ُ
َ ‫ب ث َّم َن َه‬ َ
ٍ ‫ب َوالَ َعذا‬ ٍ ‫ون ال َج َّن َة ِب َغي ِْر ِح َسا‬ ْ ُ
َ ‫َي ْد ُخل‬
‫ِين وُ لِ ُدوا فِي اِإلسْ الَ ِم َولَ ْم‬ َ ‫ذ‬ َّ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ه‬
ُ
ْ َ ْ َّ ‫ل‬ ‫ع‬ َ ‫ل‬ َ
‫ف‬ ‫م‬ ‫ه‬
ُ ‫ض‬
ُ ْ‫ع‬ ‫ب‬ ‫ل‬ ‫ا‬ َ
‫ق‬ ‫و‬
َ َ َ َ َ َ َ ُ‫م‬َّ ‫ل‬ ‫س‬ ‫و‬ ‫ه‬
ِ ْ
‫ي‬ َ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫هَّللا‬ ‫ى‬ َّ ‫ل‬ ‫ص‬َ ِ َ ‫هَّللا‬ ‫ل‬ ‫ُو‬ ‫س‬ ‫ر‬
َ ‫ُوا‬ ‫ب‬ ‫ح‬
ِ ‫ص‬َ َ ‫ِين‬‫ذ‬َّ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ه‬
ُ َّ
ْ َ ْ ‫ل‬ ‫ع‬َ ‫ل‬ َ
‫ف‬ ‫م‬ ‫ه‬
ُ ‫ض‬ُ ْ‫ع‬‫ب‬َ َ ‫ب‬
‫ل‬ ‫ا‬ َ
‫ق‬ َ
‫ف‬ ٍ ‫َع َذا‬
َ‫ِين ال‬ َّ ْ ‫َأ‬
َ ‫ُون فِي ِه َف خ َبرُوهُ َف َقا َل ُه ْم الذ‬ ُ َّ
َ ‫صلى ُ َعل ْي ِه َو َسل َم َف َقا َل َما الذِي َتخوض‬ َّ َ ‫هَّللا‬ َّ ‫هَّللا‬ ‫َأ‬
َ ِ ‫ُي ْش ِر ُكوا ِبا ِ َوذ َكرُوا ش َيا َء َف َخ َر َج َعلي ِْه ْم َرسُو ُل‬
َ ْ َ ‫هَّلل‬
‫ت ِم ْن ُه ْم ُث َّم‬ َ ‫ص ٍن َف َقا َل ْاد ُع هَّللا َ َأنْ َيجْ َعلَنِي ِم ْن ُه ْم َف َقا َل َأ ْن‬ َ ْ‫ون َف َقا َم ُع َّكا َش ُة بْنُ مِح‬ َ ُ‫ُون َو َعلَى َرب ِِّه ْم َي َت َو َّكل‬ َ ‫ون َوالَ َي َت َط َّير‬ َ ُ‫ون َوالَ َيسْ َترْ ق‬ َ ُ‫َيرْ ق‬
)‫ك ِب َها ُعكاشة (رواه مسلم‬ ُ َ َّ َ َ َ ْ َ ‫َأ‬ ‫هَّللا‬
َ ‫قا َم َر ُج ٌل آخ ُر فقا َل ْاد ُع َ نْ َيجْ َعلنِي ِمن ُه ْم فقا َل َس َبق‬ َ َ َ َ

Dari Abdullah bin Abbas ra, Rasulullah SAW bersabda: Telah ditunjukkan kepadaku keadaan
umat yang dahulu, hingga saya melihat seorang nabi dengan rombongan yang kecil, dan ada
nabi yang mempunyai penigkut satu dua orang, bahkan ada nabi yang tiada pengikutnya.
Mendadak telihat padaku rombongan yang besar (yang banyak sekali), saya kira itu adalah
umatku, namun diberitahukan kepadaku bahwa itu adalah nabi Musa as beserta kaumnya.
Kemudian dikatakan kepadaku, lihatlah ke ufuk kanan dan kirimu, tiba-tiba di sana saya melihat
rombongan yang besar sekali. Lalu dikatakan kepadaku, Itulah umatmu, dan di samping
mereka ada tujuh puluh ribu yang masuk surga tanpa perhingungan (hisab). Setelah itu nabi
bangun dan masuk ke rumahnya, sehingga orang-orang banyak yang membicarakan mengenai
orang-orang yang masuk surga tanpa hisab itu. Ada yang berpendapat; mungkin mereka adalah
sahabat-sahabat Rasulullah SAW. Ada pula yang berpendapat, mungkin mereka yang lahir
dalam Islam dan tidak pernah mempersekutukan Allah, dan ada juga pendapt-pendapat lain
yang mereka sebut. Kemudian Rasulullah SAW keluar menemui mereka dan bertanya, ‘apakah
yang sedang kalian bicarakan?’. Mereka memberiktahukan segala pembicaraan mereka. Beliau
bersabda, ‘ Mereka tidak pernah menjampi atau dijampikan dan tidak suka menebak nasib
dengan perantaraan burung, dan hanya kepada Rab nya lah, mereka bertawakal.” Lalu
bangunlah Ukasyah bin Mihshan dan berkata, ‘Ya Rasulullah SAW doakanlah aku supaya
masuk dalam golongan mereka.’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Engkau termasuk golongan
mereka.’ Kemudian berdiri pula orang lain, dan berkata, ‘doakan saja juga supaya Allah
menjadikan saya salah satu dari mereka.’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Engkau telah didahului
oleh Ukasyah.” (HR. Bukhari & Muslim).

2. Tawakal merupakan sunnah Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW sendiri senantiasa menggantungkan tawakalnya kepada Allah SWT. Salah satu
contohnya adalah bahwa beliau selalu mengucapkan doa-doa mengenai ketawakalan dirinya
kepada Allah SWT:
‫ك‬ ُ ‫ك َأ َنب‬
َ ‫ْت َو ِب‬ ُ ‫ك َت َو َّك ْل‬
َ ‫ت َوِإلَ ْي‬ ُ ‫ك آ َم ْن‬
َ ‫ت َو َعلَ ْي‬ ُ ‫ك َأسْ لَ ْم‬
َ ‫ت َو ِب‬ َ ِ ‫َّاس َأنَّ َرسُو َل هَّللا‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َك‬
َ َ‫ان َيقُو ُل اللَّ ُه َّم ل‬ ٍ ‫ْن َعب‬ ِ ‫َعنْ اب‬
)‫ون (رواه مسلم‬ َ ‫ُوت َو ْال ِجنُّ َواِإل ْنسُ َيمُو ُت‬ ُ ‫ت ْال َحيُّ الَّذِي الَ َيم‬ ‫َأ‬
َ ‫ت نْ ُتضِ لَّنِي ْن‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
َ ‫ك الَ ِإلَ َه ِإالَّ ْن‬ ُ ‫ت اللَّ ُه َّم ِإ ِّني َأع‬
َ ‫ُوذ ِبع َِّز ِت‬ ُ ْ‫صم‬َ ‫َخا‬
Dari Ibnu Abbas ra, bahwa Rasulullah SAW senantiasa berdoa, ‘Ya Allah hanya kepada-Mulah
aku menyerahkan diri, hanya kepada-Mulah aku beriman, hanya kepada-Mulah aku bertawakal,
hanya kepada-Mulah aku bertaubat, hanya karena-Mulah aku (melawan musuh-musuh-Mu). Ya
Allah aku berlindung dengan kemulyaan-Mu di mana tiada tuhan selain Engkau janganlah
Engkau menyesatkanku. Engkau Maha Hidup dan tidak pernah mati, sendangkan jin dan
manusia mati. (HR. Muslim)

3. Allah merupakan sebaik-baik tempat untuk bertawakal.

Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda :


َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ح‬ ‫َعنْ ابْن َعبَّاس َحسْ ُب َنا هَّللا ُ َونِعْ َم ْال َوكِي ُل َقالَ َها ب َْراهِي ُم َعلَ ْي ِه ال َّساَل م ح َ ُأ‬
‫ِين َقالُوا‬ ِ ‫ِين ْلق َِي فِي ال َّن‬
َ ‫ار َو َقالَ َها م َُح َّم ٌد‬ ‫ِإ‬ ٍ ِ
)‫اخ َش ْو ُه ْم َف َزا َد ُه ْم ِإي َما ًنا َو َقالُوا َحسْ ُب َنا هَّللا ُ َونِعْ َم ْال َوكِي ُل (رواه البخاري‬
ْ ‫اس َق ْد َج َمعُوا لَ ُك ْم َف‬َ ‫ِإنَّ ال َّن‬
Dari Ibnu Abbas ra, “Hasbunallah wani’mal Wakil’ kalimat yang dibaca oleh Nabi Ibrahim as
ketika dilempar ke dalam ap, dan juga telah dibaca oleh Nabi Muhammad SAW ketika
diprovokasi oleh orang kafir, supaya takut kepada mereka ; ‘sesungguhnya manusia telah
mengumpulkan segala kekuatannya untuk menghancurkan kalian, maka takutlah kamu dan
janganlah melawan, tapi orang-orang beriman bertambah imannya dan membaca, Hasbunallah
wa ni’mal Wakil (cukuplah Allah yang mencukupi kami dan cukuplah Allah sebagai tempat kami
bertawakal.” (HR. Bukhari)

4. Tawakal akan mendatangkan nasrullah.

Sebagaimana yang terdapat dalam hadits no 5, dalam kitab Riyadhus Shalihin. Dimana
dikisahkan pada saat perang Dzatur riqa’, ketika Rasulullah SAW sedang beristirahat di bawah
sebuah pohon, sedangkan pedang beliau tergantung di pohon. Ketika tiba-tiba datang seorang
musyrikin yang mengambil pedang beliau sambil berkata, siapa yang dapat melindungimu
dariku?. Namun dengan sangat tenang Rasulullah SAW menjawab Allah. Setelah tiga kali
bertanya, tiba-tiba pedang yang dipegangnya jatuh. Lalu Rasulullah SAW mengambil pedang
tersebut seraya bertanya, sekarang siapakah yang dapat melindungimu dari ku?

5. Tawakal yang benar tidak akan menjadikan seseorang kelaparan.

Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:


ِ ‫صلىَّ هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َيقُ ْو ُل لَ ْو َأ َّن ُك ْم َت َت َو َّكلُ ْو َن َعلَى‬
‫هللا َح َّق َت َو ُّكلِ ِه َل َر َز َق ُك ْم َك َما‬ ُ ْ‫ َسمِع‬:‫َعنْ َع َم َر َرضِ َي هللاُ َع ْن ُه َقا َل‬
ِ ‫ت َرس ُْو َل‬
َ ‫هللا‬
ً َ
)‫ َتغ ُدو ِخ َماصًا َو َتر ُْو ُح ِبطانا (رواه الترمذي‬،‫َيرْ زق الطي َْر‬ ْ َّ ُ ُ
Dari Umar ra, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,’sekiranya kalian bertawakal kepada
Allah dengan tawakal yang sebenar-benarnya, pastilah Allah akan memberikan rizki kepada
kalian sebagaimana Allah memberi rizki pada seekor burung. Pergi pagi hari dalam keadaan
perut kosong, dan pulang sore hari dalam keadaan perut kenyang. (HR. Tirmidzi)

6. Tawakal adalah setelah usaha.

Dalam sebuah hadits diriwayatkan:


)‫س ب َْن َمالِكٍ َيقُو ُل َقا َل َر ُج ٌل َيا َرسُو َل هَّللا ِ َأعْ قِلُ َها َوَأ َت َو َّك ُل َأ ْو ُأ ْطلِقُ َها َوَأ َت َو َّك ُل َقا َل اعْ ق ِْل َها َو َت َو َّك ْل (رواه الترمذي‬
ِ ‫َعنْ َأ َن‬
Dari Anas bin Malik ra, ada seseorang berkata kepada Rasulullah SAW. ‘Wahai Rasulullah
SAW, aku ikat kendaraanku lalu aku bertawakal, atau aku lepas ia dan aku bertawakal?’
Rasulullah SAW menjawab, ‘Ikatlah kendaraanmu lalu bertawakallah.” (HR. Tirmidzi)

Penutup

Tawakal yang merupakan perintah Allah dan sunnah Rasulullah SAW, jika dilakukan dengan
baik dan benar, insya Allah tidak akan menjadikan seorang hamba menjadi hina dan tidak
memiliki apa-apa. Karena tawakal tidak identik dengan kepasrahan yang tidak beralasan.
Namun tawakal harus terlebih dahulu didahului dengan adanya usaha yang maksiman.
Hilangnya usaha, berarti hilanglah hakekat dari tawakal itu.

Oleh kerananya, marilah kita meningkatkan rasa tawakal kita kepada Allah, dengan
memperbanyak unsur-unsur yang merupakan derajat dalam ketawkalan ke dalam diri kita.
Sehingga kitapun dapat masuk ke dalam surga Allah tanpa adanya hisab, sebagaimana yang
dikisahkan dalam hadits di atas. Amin.

Wallahu A’lam
Rikza Maulan, Lc., M.Ag.

Sumber : http://www.eramuslim.com/syariah/tafsir-hadits/makna-tawakal.htm

Anda mungkin juga menyukai