Anda di halaman 1dari 10

TUGAS INDIVIDU

KEMAMPUAN BERBAHASA INDONESIA


“Menulis Di kelas Rendah Sekolah Dasar
(Kelas 1, 2, 3) dan Pembelajaran Lanjutan”

NAMA : MARIA NUNILA SEUK


NIM : 2222411009
SEMESTER/KELAS : II/A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
KUPANG
2022/2023
Peta Konsep

1. Pengertian Menulis di Kelas Rendah


2. Tujuan Menulis di Kelas Rendah (Menulis Permulaan)
3. Dasar-dasar Menulis di Kelas Rendah (Menulis permulaan)
4. Bentuk Latihan Menulis di Kelas Rendah (Menulis Permulaan)
5. Jenis-jenis Menulis di kelas Rendah (Menulis Permulaan)
6. Metode yang Digunakan Dalam Pembelajaran Menulis Permulaan
7. Media yang Digunakan Dalam Pembelajaran Menulis Permulaan
8. Kendala dan Soslusi Pembelajaran Menulis di Kelas Rendah

A. Menulis Di Kelas 1 Sekolah Dasar

➢ Pengertian Menulis di Kelas Rendah


Menulis merupakan kegiatan mengungkapkan ide menjadi suatu tulisan yang dapat dibaca dan
dinikmati oleh orang lain.
Pembelajaran keterempilan menulis permulaan di sekolah dasar merupakan pembelajaran dasar
serta pengenalan siswa kepada kegiatan menulis itu sendiri.
➢ Tujuan Menulis di kelas Rendah
Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1996: 125) menuliskan tujuan menulis permulaan dikelas 1 SD
adalah sebagai berikut:
• Siswa mampu menulis kata-kata dan kalimat sederhana
• Siswa mampu menuliskan kegiatan sehari-hari dengan kalimat sederhana
• Siswa mampu menceritakan dan menulis tentang benda-benda yang dikenal disekitarnya
dengan kalimat sederhana

Supriyadi, dkk. (1992: 217-218) menyebutkan bahwa tujuan menulis permulaan ialah agar siswa
memahami cara menulis permulaan dengan menggunakan ejaan yang benar dan mengomunikasikan
ide/pesan secara tertulis.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran menulis permulaan adalah agar
siswa paham dan memiliki dasar yang benar dalam menulis seperti kerapian, kejelasan, pembuatan kalimat
yang tepat, dan juga ketepatan huruf yang digunakan.

➢ Dasar-dasar Menulis di Kelas Rendah (Menulis Permulaan)


• Lagu ABC (Alfabet)

Pengenalan huruf (alfabet) dengan lagu sangat banyak membantu pembelajar yang sama sekali
belum mengenal huruf. Dengan demikian pembelajar yang belum pernah diajari huruf oleh orang tuanya
atau belum pernah diajari huruf ketika di taman kanak-kanak dapat dikenalkan dengan huruf melalui
lagu ABC.

Teks lagu ABC itu adalah sebagai berikut.

abcdefghijklmn
opqrstuvwxyz
• Memegang Pensil

Setelah mengenal huruf melalui lagu, pelajaran selanjutnya adalah pelajaran cara memegang pensil.
Hal ini mesti diperhatikan karena tidak semua pembelajar, khususnya di kelas satu, mengetahui atau
terbiasa memegang pensil. Memegang pensil pun perlu terbiasa. Dengan demikian, pembelajar yang
oleh orang tuanya tidak diajari memegang pensil (dan menulis) akan mempunyai kesempatan untuk
belajar memegang pensil. Dapatkah pengajar mengetahui berapa lama pembelajar akan terbiasa
memegang pensil?

Memegang pensil harus dengan erat tetapi lentur. Bila pembelajar tidak terbiasa, goresan pensilnya
akan bergerigi dan tidak mantap. Pengajar memerintahkan semua pembelajar perlu memegang pensil
dan menunjukkannya di udara. Selanjutnya pengajar berkeliling untuk memeriksa bila ada pembelajar
yang memegang pensil secara keliru. Pengajar mesti memperbaiki bila ada pembelajar yang keliru
memegang pensilnya.

Memegang pensil secara keliru, bila terbiasa dan terbawa hingga dewasa, akan menyebabkan tangan
mudah pegal ketika menulis. Pelajaran memegang pensil dengan tangan kiri membuat pembelajar PGSD
berpikir bahwa pelajaran menulis tidak bisa dikuasai dalam sekali atau dua kali pertemuan. Menulis awal
merupakan keterampilan motorik yang mesti dilatih dan dibiasakan.

Surana (2005: 121) mengemukakan langkah-langkah dan cara menulis diantaranya:

a. Tangan kanan untuk menulis


b. Tangan kiri untuk menekan buku
c. Jari tangan memegang pensil
d. Pensil diantara ibu jari dan telunjuk
e. Ibu jari telunjuk dan jari tengah menekan pensil
f. Ujung pensil diantara ketiga jari tersebut
g. Ibu jari menekan pensil ½ cm diatas ujung telunjuk
• Menggoreskan Pensil

Menggoreskan pensil merupakan latihan awal yang mesti dikuasai pembelajar. Di kelas satu,
menggoreskan pensil ini mesti dilakukan semua pembelajar. Pembelajar menggoreskan pensilnya secara
miring (diagonal), tegak (vertikal), datar (horizontal), lingkaran (circle, oval). Dengan demikian, pada
buku pembelajar akan terlihat sebagai berikut.

/////////////////////

||||||||||||||||||||||||

–––––––––––––

OOOOOOOOOOO

• Urutan Pengenalan Huruf

Huruf-huruf yang diperkenalkan kepada pembelajar tidaklah sekaligus 26 huruf dalam satu
pertemuan. Pelajaran pengenalan huruf boleh jadi hanya lima atau enam huruf satu pertemuan. Bahkan
selanjutnya hanya diperkenalkan dua atau tiga huruf dalam satu pertemuan. Juga ada huruf-huruf yang
tak perlu diajarkan, pada pembelajaran membaca atau menulis, yaitu huruf x, f, v, z. Huruf-huruf itu
diajarkan hanya pada waktu diperlukan atau ditanyakan pembelajar. Urutan pengenalan huruf yang
disampaikan kepada pembelajar adalah sebagai berikut.

1. Vokal : a, i, u, é, o, (e)
2. Konsonan I : c, d, g, j, y
3. Konsonan II : b, h, k, l, t
4. Konsonan III : m, n, s, p, r, w
5. Konsonan IV : f, q, v, x, z

Mengapa huruf vokal didahulukan? Karena vokal amat sering muncul dalam kata atau suku kata.
Mengapa kelompok pertama adalah c, d, g, j, y? Karena huruf-huruf ini mempunyai
kemiripan. Dalam pelajaran menulis pembelajar diajarkan huruf-huruf yang mempunyai kemiripan
agar pembelajar mudah dalam menulis. Dengan demikian setelah huruf c atau d, pembelajar diajari
huruf g karena kemiripannya. Huruf f dan h tidak diajarkan dalam waktu bersamaan karena
bentuknya jauh berbeda.

Mesti dipahami pula bahwa huruf e bisa dibaca sebagai é pepet dan e taling. Kesalahan
membaca e pepet sebagai e taling dan sebaliknya ini kerap dilakukan pembelajar (pembaca awal).
Pengajar mesti memperbaiki pengucapan pembelajar yang keliru. Tetapi pengajar tidak boleh
menyalahkan bila e pepet dibaca e taling dan sebaliknya. Katakanlah benar ini (pepet), tetapi di sini
pembelajar harus membaca e (taling).

• Asosiasi Huruf

Sebagaimana diungkap di atas, pelajaran menulis awal akan berkaitan dengan membaca awal.
Dengan demikian, sebelum pembelajar menulis, pembelajar terlebih dahulu diajari untuk mengenal
huruf-huruf yang akan dibacanya. Dengan demikian, pertama-tama pembelajar tidak diajari
membaca suku kata atau kata dahulu, melainkan membaca atau mengenal huruf.

Membaca huruf ini perlu ditekankan. Pengajar mesti yakin bahwa pembelajar (semua
pembelajar) menguasai huruf yaitu dapat membaca huruf-huruf. Sebaliknya bila pengajar merasa
bahwa semua pembelajar di kelasnya telah mampu mengenal huruf, pengajar dapat berlanjut pada
pelaran menulis atau membaca berikutnya, misalnya menulis suku kata atau menulis kata-kata
pendek.

Untuk dapat membaca huruf, pembelajar terlebih dahulu diperkenalkan pada huruf-huruf. Hal
ini penting dilakukan karena tidak semua pembelajar di kelas 1 mengenal huruf. Tidak semua
pembelajar pernah belajar di taman kanak-kanak (TK) atau playgroup. Tidak semua pembelajar
pernah diajari orang tuanya mengenal huruf (membaca dan menulis) sebelum pembelajar itu masuk
sekolah dasar.

Pengenalan huruf biasanya mempunyai urutan tertentu. Hal ini akan diuraikan pada bagian
selanjutnya. Dengan demikian urutan pelajaran membaca atau mengenal huruf tidaklah secara
alfabetis (a, b, c, d, e, f, ... dan seterusnya).

Dalam pengenalan huruf, pembelajar perlu mengenal kemiripan huruf dengan benda-benda di
sekitarnya. Hal itu dapat dilihat dari contoh berikut.

1. Huruf a seperti akar tunas kelapa atau mata, karena itu, untuk mengenalkan huruf a,
pengajar menuliskan a – akar, mata.
2. Huruf i seperti lilin, karena itu, untuk mengenalkan huruf i, pengajar menuliskan i – lilin.
3. Huruf u seperti sumur atau rumput, karena itu, untuk mengenalkan huruf u, pengajar
menuliskan u sumur, rumput.
4. Huruf e seperti lele atau dehem, embe, ember karena itu untuk mengenalkan huruf e,
pengajar menuliskan e – lele, dehem, ember, atau ember.
5. Huruf o seperti bola, karena itu untuk mengenalkan huruf e, pengajar menuliskan o – bola-
bola, dan seterusnya.
Kreatifitas pengajar dalam berkhayal dapat didiskusikan dengan pembelajar. Bila pembelajar
mempunyai gagasan kemiripan huruf dengan bentuk tertentu, pengajar dapat mempertimbangkan
untuk menerima gagasan itu.
• Kreasi Kata/Kalimat Awal
Berikut ini adalah contoh kata-kata awal yang diberikan kepada pembelajar.
Mm
ma Mi Mu Me mo
Mata: m-a-t-a Minum: m-i-n-u-m Muka: m-u-k-a Merah: m-e-r-a-h Mobil: m-o-b-i-l

➢ Bentuk Latihan Menulis di Kelas Rendah (Menulis Permulaan)


• Latihan memegang pensil dan duduk dengan sikap dan posisi yang benar
• Latihan gerakan tangan
• Latihan mengeblat
• Latihan menatap bentuk tulisan
• Latihan menyalin
• Latiahan menghubungkan tanda titik-titik yang membentuk tulisan
• Latihan menulis bebas/indah
• Latihan dikte/imla
• Latihan melengkapi tulisan
• Mengarang sederhana dengan bentuk gambar
➢ Jenis-jenis Menulis di kelas Rendah (Menulis Permulaan)
• Menulis huruf kecil
• Menulis huruf besar pada awal kalimat
• Menulis ejaan
• Menulis tanda baca
• Menulis tegak bersambung
➢ Metode yang Digunakan Dalam Pembelajaran Menulis Permulaan
• Metode Eja
• Metode Kata Lembaga
• Metode SAS
• Metode Global
➢ Media yang Digunakan Dalam Pembelajaran Menulis Permulaan
• Papan tulis
Digunakan untuk memberikan contoh, dan oleh siswa digunakan untuk menuliskan apa
yang ditugaskan oleh guru. Misalnya menulis kata, kalimat, nama sendiri, dan sebagainya.
• Papan selip
Digunakan oleh guru untuk menyelipkan gambar atau kartu kata, kartu kalimat yang harus
disalin oleh siswa atau gambar yang harus dituliskan judulnya oleh siswa.
• Papan tali
Digunakan untuk menggantunkan kartu kalimat, kartu-kartu kata, dan huruf yang harus
disalin oleh siswa, atau gambar yang perlu dituliskan judunya.
• Majalah anak-anak
Dapat digunakan untuk tugas menyalin kalimat sederhana yang ada didalamnya atau
menyalin judul.
➢ Kendala dan Soslusi Pembelajaran Menulis di Kelas Rendah

Kendala:

1. Tidak bisa menulis F, f, Q, q, X, x, Z, z.


2. Ada tulisan grafemis yang tertukar seperti d menjadi b atau sebalikny; m menjadi n atau
sebaliknya;
3. Adanya pengurangan tulisan grafemis ketika guru mengdiktekan tulisan ng, ny, menjadi g dan
y.
4. Adanya penambahan tulisan grafemis h, y, misalnya saya menjadi sayah, ia menjadi iya.

Solusi:

1. Siswa harus sering diberi movifasi belajar baik oleh guru maupun orangtuanya maupun orang
tuanya dengan bersabar.
2. Siswa diberi buku bacaan yang menarik dan didalam buku tersebut terdapat frekuensi yang
sering memunculkan huruf-huruf yang jarang ditemui seperti F, f, Q, q, X, x, Z, z.
3. Diberi motivasi gemar membaca karena dengan banyak membaca akan bertambah penguasaan
hurufnya.
4. Guru maupun orang tuanya harus memberi stimulus agar siswa dapat berani berbicara dan
mendapatkan jati dirinya.
5. Siswa harus banyak latihan menulis.
B. Menulis Di Kelas 2 dan 3 Sekolah Dasar

Menulis permulaan di kelas II ini menggunakan huruf – huruf besar pada pada awal kalimat dan
penggunaan tanda baca, tujuannya siswa memahami cara menulis permulaan dengan ejaan yang benar dan
mengkomunikasikan ide/pesan secara tertulis, untuk memperkenalkan cara menulis huruf besar di kelas II
SD mempergunakan pendekatan spiral maksudnya huruf demi huruf diperkenalkan secara berangsur-angsur
sampai pada akhirnya semua huruf dikuasai oleh para siswa. Tujuan pembelajaran yang diharapkan siswa
dapat menulis kalimat sederhana yang didiktekan guru menggunakan huruf tegak bersambung dan
memerhatikan penggunaan huruf capital.

• Menulis dengan mengunakan huruf capital diawal kalimat


Contohnya:
- adik sedang menonton tv
- Adik sedang menonoton tv
• menulis dengan huruf capital bersambung
contohnya:

ibu sedang memasak di dapur


Ibu Sedang Memasak di Dapur

Beberapa anak kelas dua melanjutkan kegiatan menulis dengan meyakinkan dan antusias seperti
yang dikerjakan di kelas satu. Mereka menghasilkan sebuah cerita yang menjelaskan kehidupan mereka. Bagi
anak-anak lain, menulis merupakan aktivitas yang tidak menarik. Kesalahan ejaan pada satu kata dapat
menyebabkan siswa melemparkan kertas itu sebelum mencoba menulis lagi. Bahkan tanda salah yang kecil
pun dapat menyebabkan anak membuang kertas dan memulai lagi.

Ketika anak meninggalkan dunia egosentris pada tahap operasi konkret, mereka mulai mengetahui
bahwa beberapa benda dapat dikenali sedang lainnya tidak. Anak-anak kelas satu jarang menghawatirkan
tulisan mereka, sebab mereka memberikan semua perhatian untuk menikmati aktivitas menulis dan bukannya
mencari reaksi pembaca atau kesalahan ejaan. Sebaliknya bagi anak-anak kelas dua pengesahan dan
penerimaan sangatlah penting. Suatu contoh, jika guru memuji cerita seorang siswa tentang binatang
kesayangannnya, siswa yang lain mungkin akan memilih cerita yang mirip tentang binatang dengan harapan
guru akan memuji pekerjaan mereka. Dengan demikian, pengakuan terhadap kemampuan diri mulai terlihat
di kelas dua.

Menulis di kelas III adalah agar peserta didik mampu menuangkan pikiran dan perasaannya dengan
bahasa tulis secara teratur dan teliti. Teknik pembelajaran menulis dikelompokan menjadi dua yakni menulis
cerita dan untuk keperluan sehari-hari:

a. Menulis cerita
Teknik ini terdiri dari enam macam yaitu 1). Menyusun kalimat, teknik menyusun cerita
dapat dilakukan dengan: menjawab pertanyaan, melengkapi kalimat, memperbaiki susunan
kalimat,, memperluas kalimat, subtitusi, transformasi dan membuat kalimat, 2). Teknik
memperkenalkan cerita meliputi: baca dan tulis, simak dan tulis, 3). Meniru model, 4). Menyusun
paragraf, 5). Menceritakan kembali dan 6). Membuat.
b. Menulis untuk kehidupan sehari-hari
Menulis untuk keperluan sehari-hari meliputi ragam menulis: menulis surat, menulis
pengumuman, mengisi formulir, menulis surat undangan, membuat iklan, dan menyusun daftar
riwayat hidup.
Model pembelajaran menulis cerita/cerpen di SD meliputi: menceritakan gambar, melanjutkan
cerita lain, menceritakan mimpi, menceritakan pengalaman. Dan menceritakan cita-cita.
C. Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Lanjutan.
Menulis lanjut diberikan kepada siswa mulai kelas 4 sampai kelas 6 sekolah dasar. Pengajaran
menulis lanjut berisikan kegiatan-kegiatan berbahasa tulis yang lazim digunakan dalam kehidupan sehari-
hari pada umumnya dan bidang pekerjaan pada khususya. Pembelajaran menulis lanjut di SD menekankan
pelatihan penulisan berbagai bentuk tulisan, misalnya surat, prosa, puisi pidato, naskah drama, laporan,
naskah berita, pengumuman, iklan, cara menulis ringkasan, dan mengisi formulir dan sebagainya.
Adapun materi pembelajaran menulis lanjut untuk kelas 4 sampai kelas 6 dapat dilihat
pencapaiannya sesuai dengan kompetensi-kompetensi berikut.

Kelas/Semester: IV/1

Menulis
Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dalam bentuk percakapan,
petunjuk, cerita, dan surat.
• Melengkapi percakapan yang belum selesai dengan memperhatikan penggunaan ejaan
(tanda titik dua, dan tanda petik).
• Menulis petunjuk untuk melakukan sesuatu atau penjelasan tentang cara membuat sesuatu
• Melengkapi bagian cerita yang hilang (rumpang) dengan menggunakan kata/kalimat yang
tepat sehingga menjadi cerita yang padu.
• Menulis surat untuk teman sebaya tentang pengalaman atau cita-cita dengan bahasa yang
baik dan benar dan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma,
dll.)

Kelas/semester : IV/2

Menulis

Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dalam bentuk karangan,
pengumuman, dan pantun anak

• Menyusun karangan tentang berbagai topic sederhana dengan memperhatikan penggunaan


ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma,dll.)
• Menulis pengumuman dengan bahasa yang baik dan benar serta memperhatikan
penggunaan ejaan.
• Membuat pantun anak yang menarik tentang berbagai tema (persahabatan, ketekunan,
kepatuhan, dll.) sesuai dengan ciri-ciri pantun.

Kelas/semester : V/1

Menulis

Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman secara tertulis dalam bentuk
karangan, surat undangan, dan dialog tertulis.

• Menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan


penggunaan ejaan.
• Menulis surat undangan (ulang tahun, acara agama, kegiatan sekolah, kenaikan kelas, dll.)
dengan kalimat efektif dan memperhatikan penggunaan ejaan.
• Menulis dialog sederhana antara dua atau tiga tokoh dengan memperhatikan isi serta
perannya.
Kelas/semester : V/2

Menulis

Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan fakta secara tertulis dalam bentuk ringkasan,
laporan, dan puisi bebas.

• Meringkas isi buku yang dipilih sendiri dengan memperhatikan penggunaan ejaan.
• Menulis laporan pengamatan atau kunjungan berdasarkan tahapan (catatan, konsep awal,
perbaikan, final) dengan memperhatikan penggunaan ejaan.
• Menulis puisi bebas dengan pilihan kata yang tepat.

Kelas/semester : VI/1

Menulis

Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dalam bentuk formulir, ringkasan,
dialog, dan paraphrase.

• Mengisi formulir (pendaftaran, kartu anggota, wesel pos, kartu pos, daftar riwayat hidup,
dll.) dengan benar.
• Membuat ringkasan dari teks yang dibaca atau yang didengar.
• Menyusun percakapan tentang berbagai topic dengan memperhatikan penggunaan ejaan
Mengubah puisi ke dalam bentuk prosa dengan tetap memperhatikan makna puisi.

Kelas/semester : VI/2

Menulis

Mengungkapkan pikiran dan informasi secara tertulis dalam bentuk naskah pidato dan surat resmi.

• Menyusun naskah pidato/sambutan (perpisahan, ulang tahun, perayaan sekolah, dll.)


dengan bahasa yang baik dan benar, serta memperhatikan penggunaan ejaan.
• Menulis surat resmi dengan memperhatikan pilihan kata sesuai dengan orang yang dituju.

Pembelajaran menulis di kelas tinggi berdasarkan kompetensi-kompetensi di atas dapat


dilakukan di antaranya melalui beberapa teknik berikut.

1. Kegiatan menulis berdasarkan rangsangan visual


Berdasarkan rangsangan visual kegiatan menulis dapat dilakukan dengan cara menyajikan
gambar atau film yang membentuk rangkaian cerita dan siswa diminta untuk membuat karangan
berdasarkan gambar atau film yang telah diperlihatkan.
2. Kegiatan menulis berdasarkan rangsangan suara
Bentuk kegiatan menulis ini dilaksanakan dengan cara menyajikan suara yang dapat
berbentuk dialog, ceramah, diskusi atau tanya jawab, baik yang berupa rekaman suara maupun
secara langsung langsung. Misalnya, siswa disuruh membuat karangan berdasarkan rekaman
yang telah didengarkan.
3. Kegiatan menulis dengan rangsangan buku.
Kegiatan menulis ini dilakukan dengan cara menyajikan teks bacaan, dan siswa diminta
untuk membuat karangan berdasarkan teks yang telah dibacanya. Bentuk tugas yang harus
dikerjakan siswa dapat berupa membuat ringkasan/rangkuman/sinopsis, membuat resensi, atau
mengkritik.
4. Kegiatan menulis laporan.
Bentuk kegiatan menulis laporan ini dilakukan dengan cara memintan siswa untuk
membuat laporan kegiatan yang pernah dilakukan sepeti melakukan kegiatan wawancara,
mengikuti khotbah jum’at, mengikuti seminar/diskusi, mengikuti darmawisata, atau kegiatan
perkemahan) atau kegiatan penelitian sederhana yang telah dilakukan.
5. Kegiatan Menulis surat
Kegiatan menulis surat dilakukan dengan cara: siswa diminta untuk menulis sebuah surat
(surat resmi yang dapat berupa surat lamaran kerja, surat undangan rapat; atau surat pribadi
yang dapat berupa surat kepada orang tua atau kepada teman).
6. Menulis berdasarkan tema tertentu
Kegiatan menulis yang didasarkan pada tema tertentu dilakukan dengan cara: menyajikan
sebuah atau beberapa topik dan siswa diminta untuk membuat suatu karangan berdasarkan topik
yang telah ditentukan.
7. Menulis karangan bebas
Menulis karangan bebas dilaksanakan dengan cara meminta siswa untuk membuat
karangan dengan tema dan sifat karangan yang ditentukan sendiri oleh siswa.

Anda mungkin juga menyukai