Anda di halaman 1dari 51

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TINDAK

PIDANA PERJUDIAN SABUNG AYAM (STUDI PADA


KEPOLISIAN RESOR KOTA BARELANG)

SKRIPSI

Oleh:
SYAHDAN PAIS
140710054

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS PUTERA BATAM

TAHUN 2021
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TINDAK
PIDANA PERJUDIAN SABUNG AYAM (STUDI PADA
KEPOLISIAN RESOR KOTA BARELANG)

SKRIPSI

Untuk memenuhi salah satu syarat


Memperoleh gelar Sarjana

Oleh:
SYAHDAN PAIS
140710054

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS PUTERA BATAM

TAHUN 2021

ii
iii
iv
ABSTRAK

Perjudian ialah murni spekulasi untung-untungan, pertaruhan yang dengan


sengaja yakni mempertaruhkan satu nilai ataupun sesuatu yang diasumsikan
bernilai dengan menyadari terdapatnya resiko serta harapan tertentu terhadap
kasus permainan, pertandingan, perlombaan serta peristiwa yang tidak/belum
tentu pasti capaiannya. Sedangkan Sabung Ayam atau permainan menyambung
ayam yang disebut juga sebagai beralaga ayam, ialah permainan adu dua ekor
ayam di suatu Gelanggang ataupun arena. Lazimnya ayam yang diadu sampai satu
diantaranya kabur ataupun kalah, bahkan sampai mati. Tujuan dari Penelitian ini
adalah untuk mengetahui bagaimanakah proses penegakan hukum dan apa saja
upaya dan hambatan penegakan hukum pada aksi pidana perjudian sabung ayam
di daerah hukum Kota Batam. Metode Penelitian yang di gunakan bersifat
Empiris yaitu penelitian yang berfokus pada penelitian dalam sesuatu kegiatan
atau keadaan dari objek penelitian dengan secara keseluruhan berdasarkan pada
pernyataan yang ada, serta membangun konsep yang sudah ada dan Metode
pengumpulan data dilaksanakan dengan Wawancara, Observasi dan Dokumentasi
Metode yang dapat dipakai oleh penulis pada analisis data yaitu dengan proses
mencari serta merancang dengan cara sistematis data yang didapatkan dari
capaian wawancara, catatan lapangan, serta dokumentasi. Secara mengumpulkan
data kedalam kategori, menjabarkan dalam unit-unit, merancang melalui pola,
menentukan yang mana lebih penting serta yang hendak dipelajari, serta
menciptakan hasil konklusi dengan sangat mudah dimengerti peneliti maupun
individu lainnya. Hasil Penelitian ini Menunjukkan bahwa Penegakan Hukum
terhadap pelaku perjudian sabung ayam telah ditindak berdasarkan ketentuan
dalam undang-undang yang berlaku dan upaya Penegak Hukum dalam
menegakkan undang-undang yang berlaku adalah dengan upaya Preventif dan
Represif.
Kata Kunci : Perjudian, Sabung Ayam

v
ABSTRACT

Gambling is pure chance speculation, deliberate betting, namely risking one value
or something that is considered valuable by realizing certain risks and
expectations at game events, matches, competitions and events that have no
certain outcome. Whereas Cockfighting or a game of connecting chickens, also
known as cock-fighting, is a game of fighting two chickens in an arena or arena.
Usually the chickens are pitted until one of them runs away or loses, even to
death. The purpose of this study was to determine how the law enforcement
process is and what are the efforts and barriers to law enforcement against the
crime of cockfighting gambling in the jurisdiction of Batam City. The research
method used is Empirical, namely research that focuses on research in an activity
or state of the object of research as a whole based on existing statements, as well
as building on existing concepts and data collection methods are carried out by
interviews, observation and documentation. used by the authors in data analysis,
namely the process of searching and compiling in a systematic way the data
obtained from interviews, field notes, and documentation. By collecting data into
categories, describing it in units, arranging through patterns, choosing which
ones are more important and which will be studied, and making the conclusions
very easily understood by researchers and others. The results of this study
indicate that law enforcement against perpetrators of cockfighting gambling has
been prosecuted based on the provisions of the applicable laws and the efforts of
law enforcers to enforce the applicable laws are preventive and repressive
measures.

Keyword : Gambling,CockFighting

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur pada Tuhan Yang Maha Esa yang sudah memberikan semua

rahmat serta karuniaNya, hingga penulis mampu menuntaskan laporan skripsi

yang ialah satu diantara syarat guna menuntaskan program studi strata satu (S1) di

Program Studi Ilmu Hukum Universitas Putera Batam.

Penulis sadar apabila skripsi ini tengah jauh dari kata sempurna. Maka,

kritik serta rekomendasi hendak penulis terima dengan senang hati. Bersama

semua keterbatasan, penulis sadar juga apabila skripsi ini tiada tercipta tanpa

pertolongan, arahan, serta motivasi dari beragam pihak. Maka, bersama seluruh

kerendahan hati, penulis mengucap terima kasih pada:

1. Ibu Dr. Nur Elfi Husda, S.Kom., M.Si. sebagai Rektor Universitas

Putera Batam;

2. Bapak Dr. Hendri Herman, SE. M.S.i sebagai Dekan Fakultas Ilmu

Sosial dan Humaniora;

3. Bapak Padrisan Jamba, S.H., M.H. sebagai Ketua Prodi S1 Ilmu Hukum

di Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Putera Batam;

4. Zuhdi Arman,S.H., M.H. selaku dosen Pembimbing Skripsi yang sudah

menyiapkan waktu guna memberi arahan serta petunjuk pada penulis

guna menuntaskan skripsi ini.

5. Semua Dosen Prodi Ilmu Hukum di Fakultas Ilmu Sosial dan

Humaniora Universitas Putera Batam yang sudah berlimpah menolong

vii
Penulis sepanjang menimba ilmu di Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum

Universitas Putera Batam;

6. Bapak IPTU Pandu Renata Surya,S.T.K, M.H. memperkenankan Penulis

guna melaksanakan studi serta penghimpunan data di Polresta Barelang

untuk menyempurnakan skripsi ini.

7. Teristimewa pada Keluarga Penulis yang sudah memberikan semangat,

dorongan, pertolongan, sampai pengorbanan dari awal masuk

perkuliahan sampai menuntaskan skripsi.

8. Pada semua rekan Ilmu Hukum Universitas Putera Batam yang tak

mampu disebutkan Penulis satu persatu.

Teristimewa pada Orang Tua penulis yang kerap mendoakan, dan memberi

dorongan serta pengorbanannya baik dari moril ataupun materil pada penulis

hingga penulis mampu menuntaskan skripsi ini tepat waktu.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberi kebaikan serta

mencurahkan hidayah serta taufiknya, Aamiin.

Batam, 18 Januari 2021

Syahdan Pais

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN.............................................................................i


HALAMAN JUDUL..............................................................................................ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS........................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iv
ABSTRAK..............................................................................................................v
ABSTRACT............................................................................................................vi
KATA PENGANTAR..........................................................................................vii
DAFTAR ISI..........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL.................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah................................................................................10
1.3 Batasan Masalah......................................................................................11
1.4 Rumusan Masalah...................................................................................11
1.5 Tujuan Penulisan.....................................................................................11
1.6 Manfaat Penelitian...................................................................................12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teori........................................................................................14
2.1.1 Teori Penegakan Hukum...................................................................14
2.1.2 Defenisi Hukum................................................................................15
2.1.3 Defenisi Hukum Pidana....................................................................16
2.1.4 Tindak Pidana...................................................................................18
2.1.5 Perjudian...........................................................................................22
2.1.6 Pengertian Sabung Ayam..................................................................24
2.2 Kerangka Yuridis....................................................................................25
2.2.1 Perjudian Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana..............26
2.2.2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian
.......................................................................................................... 27
2.2.3 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1981 Tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 7 tahun 1974..............................................29
ix
2.3 Penelitian Terdahulu................................................................................30
2.4 Kerangka Berfikir....................................................................................35
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Penelitian.................................................................................36
3.1.1 Jenis Penelitian..................................................................................36
3.1.2 Sifat Penelitian..................................................................................36
3.2 Metode Pengumpulan Data.....................................................................37
3.2.1 Jenis Data..........................................................................................37
3.2.2 Alat Pengumpulan Data....................................................................37
3.2.3 Lokasi Penelitian...............................................................................38
3.3 Metode Analisis Data..............................................................................39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil penelitian........................................................................................41
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................................41
4.1.2 Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perjudian
Sabung Ayam di Kota Batam............................................................45
4.1.3 Hambatan dan Upaya Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tindak
Pidana Perjudian Sabung Ayam di Kota Batam...............................48
4.2 Pembahasan.............................................................................................52
4.2.1 Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perjudian
Sabung Ayam di Kota Batam............................................................52
4.2.2 Hambatan dan Upaya Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tindak
Pidana Perjudian Sabung Ayam di Kota Batam...............................62
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan..................................................................................................70
5.2 Saran........................................................................................................72
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................74
LAMPIRAN

Lampiran 1. Pendukung Penelitian

Lampiran 2. Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 3. Surat Keterangan Penelitian

x
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Jumlah Perkara Perjudian 2018-2020............................................46

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia ialah negara hukum yang secara eksplisit termuat di Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NKRI) Tahun 1945 yang

derivasi dari Pancasila sebagai pandangan hidup. Pancasila menjadi (Grundnorm,

staatsfundamentalnorm) penyelenggaraan negara. Nilai kerohanian (dasar negara)

yang termuat di Pembukaan UUD NKRI Tahun 1945 menuntun rakyat Indonesia

mengarah ke sebuah harapan hidup kebangsaan yang bebas, merdeka menggapai

sebuah rakyat berkesejahteraan serta berkeadilan, dan membebaskan diri dari

seluruh hidup yang berlimpah derita serta kemiskinan.

Konsep negara hukum di Indonesia dirumuskan di Pasal 1 Ayat 3 UUD

NKRI tahun 1945, yaitu “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”. Tiap

pemikiran, prilaku, aksi, serta ketetapan pemerintah negara serta rakyatnya wajib

beralaskan dengan hukum. Konsekuensinya sebagaimana Pasal 28D Ayat 1 UUD

NKRI Tahun 1945 mengatur “tiap individu berhak akan pengakuan, jaminan

penjagaan, serta kepastian hukum yang adil dan perlakuan yang sepadan di

hadapan hukum”. Hukum Undang-undang ataua yang selanjutnya disebut (UU)

seyogyanya bersifat memaksa dan mengatur. Hukum yang memaksa adalah

aturan-aturan hukum yang sifatnya memaksa berupa adanya sanksi yang akan

dikenakan kepada si pelanggar aturan, sedangkan hukum yang mengatur lebih

1
2

cendrung diartikan sebagai aturan hukum yang melayani, mengayomi demi

terciptanya suatu keteraturan ataupun tertib umum. (Mega Fitri Hertini, 2015)

Selaku suatu negara yang berbasiskan hukum, Negara Indonesia amat

menitikberatkan pada tiap aksi serta perbuatan rakyatnya wajib berbasiskan harus

Pancasila yang mampu dinyatakan selaku filsafah ataupun basis pandangan hidup

bernegara serta Ideologi Negara dan Ligature (pemersatu) di peri kehidupan,

kebangsaan serta kenegaraan yang ialah asal dari semua sumber hukum. Pancasila

ialah konsesus nasional yang mampu diterimakan seluruh paham, golongan, serta

golongan rakyat di Indonesia (MPR, 2015).

Di konsiderans itu dipertegas mengenai sistem Negara Kesatuan Republik

Indonesia atau selanjutnya disebut (NKRI) ialah selaku “Negara Hukum” yang

berlandaskan Pancasila, yakni “Negara” yang menjunjung tinggi nilai moral, nilai

etika, nilai akhlak mulia serta negara yang berkepribadian luhur.(Djubaedah,

2011)

Di hidup bermasyarakat di suatu negara, tak mampu dibebaskan hendak

berlangsungnya benturan terhadap kepentingan rakyat guna menggapai maksud,

hingga untuk mencegah pergesekan serta dibutuhkan peraturan guna membatasi

perilaku, hingga dibutuhkan alat yang mampu dibuat referensi bersama guna

mempertahankan kesesuaian di pergaulan hidup bermasyarakat, berbangsa serta

bernegara, yakni berwujud perangkat serta peraturan hukum yang wajib ditaati

serta dijunjung tinggi, baik etika, moral serta norma yang kehidupan serta

terpelihara di suatu pergaulan rakyat.


3

NKRI yang mencakup orang serta warga negara yang kerap menciptakan

korelasi guna menjalankan tugas kewajiban dan mempertahankan kelangsungan

kehidupannya. Guna mempertahankan kelangsungan kehidupan pula tak

dimungkinkan warga Indonesia hendak membiarkan hidupnya yang labil.

Kehidupan yang labil dalam hal ini misalnya yang satu dibiarkan merusak yang

lain, serta lainnya mengganggu hidup warga guna keperluan sendiri tiada

memfokuskan keperluan umum, pasti tak dibiarkan. Semua yang dilaksanakan

individu serta mampu memusnahkan mental fisiologi bangsa lazimnya pasti

hendak membutuhkan sebuah pembenahan. Sebuah pembenahan keadaan tiada

pembenahan hidup tak dimungkinkan mampu menggapai selaku maksud sebuah

negara. (Djamali, 2012)

NKRI kini tengah menjalankan pembangunan Nasional, satu diantaranya

yang ada di Provinsi Kepulauan Riau yakni Kota Batam. Kota Batam ialah satu

diantara kota besar yang ada di Provinsi Kepulauan Riau. Daerah Kota Batam

mencakup Pulau Batam, Rempang serta Galang serta pulau kecil lain yang ada di

kawasan Selat Singapura serta Malaka, yang kini tengah menjalankan

pembangunan secara berkesinambungan mencakup beragam unsur di sector

hidup.

Guna menjalankan sebuah pembangunan yang secara berkesinambungan

pastinya hendak berlangsung sebuah perkembangan serta kelajuan jaman.

Bersama perkembangan dan kelajuan jaman itu, hingga rakyat butuh sebuah

kondisi perekonomian yang berkecukupan untuk menjaga kelangsungan

kehidupannya. Tingginya keperluan kehidupan tiap warga kadang mampu


4

memunculkan sebuah kondisi tiap elemen rakyat hendak melaksanakan beragam

cara guna mencukupi keperluan kehidupannya, serta tak mengindahkan apa cara

yang dilaksanakan itu ialah tindakan yang selaras ataupun dilarang sesuai

Undang- Undang (UU).

Dampak dari perkembangan serta kelajuan jaman itu memunculkan sebuah

kultur dan pola kehidupan rakyat yang modern. Sesuai yang Nampak kini telah

berlangsung sebuah transformasi, dimulai gaya hidup, pendidikan, bahkan

kekuasaan. Selaku rakyat bersama gaya hidup yang modern sudah jadi sebuah

perilaku konsumtif. Sadar ataupun tidaknya, pola hidup seperti ini tengah

berlangsung di rakyat sekeliling bahkan kita sendiri. Pola prilaku konsumtif tak

cuma berdampak ke rakyat bersama ekonomi menengah ke atas (standarisasi

kaya), namun pula memberi dampak ke rakyat bersama ekonomi menengah ke

bawah. Sifat komsumtif ialah tindakan individu yang senang belanja di jumlah

besar. Sifat rakyat yang ini memberi beragam efek pada apa yang hendak digapai,

hingga apakah diinginkan hendak digapainya bersama beragam cara, mampu

dilaksanakan bersama jalan yang salah yakni misalnya melaksanakan judi.

Pada era yang modern kini, beragam serta wujud dari judi telah meluas di

hidup rakyat sifatnya terang-terangan ataupun sembunyi-sembunyi. Bahkan

sejumlah dari rakyat condong tak memperdulikan perihal itu, serta melihat judi

selaku sebuah perihal wajar, yang tak butuh ditakutkan ataupun dipersoalkan.

Efek dari perjudian ini telah berlangsung di beragam lokasi di kota besar serta

meliputi semua kota yang terdapat di Indonesia, sampai Pedesaan. Satu diantara
5

efek judi ini, sudah berlangsung ataupun sudah memberi efek pada sebuah daerah

yang ada di Provinsi Kepulauan Riau yakni Kota Batam.

Perjudian saat ini sangat mudah ditemukan dan selaku sebuah yang tak

diperdulikan, beberapa melihat judi selaku perihal wajar yang tiada wajib

dipersoalkan ataupun diperbincangkan, dan pada beberapa orang ada yang

membuat wujud judi ini selaku mata pencarian. Satu diantara efek dari judi ini,

tak cuma berlangsung di individu dewasa saja, tetapi berpengaruh pula pada

remaja sampai ke ibu rumah tangga. Kota Batam ialah satu diantara kota besar

yang ada di Provinsi Kepulauan Riau bersama lokasi amat strategis. Selain ada di

jalur pelayaran ataupun perdagangan Internasional, Kota Batam mempunyai pula

jarak yang amat dekat ataupun berbatasan langsung bersama negara tetangga

yakni Singapura serta Malaysia. Batam jadi satu diantara kota terbesar yang

terdapat di Indonesia jadi kota yang ada di jalur perdagangan Internasional

ataupun lokasi keluar masuknya turis Mancanegara.

Kota Batam tak mampu terpisah dari beragam efek, baik efek sosial ataupun

kultur sampai implementasi gaya hidup layaknya negara tetangga, yang satu

diantaranya bersama membangun beragam lokasi hiburan misalnya gelanggang

permainan sampai ke beragam wujud judi. Beragam wujud judi yang ada di Kota

Batam mencakup judi permainan ketangkasan elektronik, dadu, judi, sie-ji

ataupun togel sampai Sabung ayam perihal lain.

Perjudian ialah satu diantara penyakit rakyat yang telah terdapat semenjak

beribu tahun lalu, semenjak familiarnya sejarah manusia. Awalnya judi tersebut
6

berbentuk permainan ataupun kesibukan pengisi waktu luang untuk menghibur

hati maka bersifat Rekreatif serta Netral. Di sifat netral ini, ditambah elemen baru

guna menstimulasi gairah di bermain serta meningkatkan ketegangan dan

pencitaan guna menang, yakni barang taruhan berwujud uang, benda ataupun aksi

yang bernilai. (Kartono, 2015)

Perjudian ialah murni spekulasi untung-untungan, taruhan yang sengaja

yakni mempertaruhkan sebuah nilai ataupun sesuatu yang diasumsikan bernilai

bersama sadar terdapatnya resiko serta cita tertentu terhadap kejadian permainan,

pertandingan, perlombaan serta peristiwa yang tak/belum pasti capainnya.

(Kartono, 2015)

Judi di NKRI telah berlangsung semenjak ratusan tahun lalu. Di masa

kejayaan kerajaan di Jawa serta wilayah luar berlimpah dilaksanakan judi lewat

beragam wujud sabungan. Contohnya sabung ayam, burung gemak jantan (yang

bertarung hingga satu diantaranya mati), biri-biri, kambing, kerapan sapi serta

permainan modern lain misalnya togel. Seluruh wujud judi itu lazimnya bersama

mengikutkan pertaruhan. Permainan itu sampai kini tengah ada di wilayah

pelosok tanah air. (Kartono, 2015)

Selaku sebuah yang diasumsikan amat menjanjikan, judi amat memberi

untung yang tiada wajib bersusah payah layaknya bekerja. Perjudian diasumsikan

selaku pilihan yang pas untuk warga kecil guna mendapat uang lebih gampang.

Tanpa mereka kurang sadar apabila sebab dari judi ini, jauh lebih bahaya serta
7

rugi dari keuntungan yang hendak didapat serta keuntungan yang amat jarang

didapatnya.

Sesuai Kitab Undang-undang Hukum Pidana atau selanjutnya disebut

(KUHP) Pasal 303 ayat (3), memaknai judi ialah setiap permainan yang

membasiskan cita guna menang, lazimnya bergantung terhadap untungan saja

serta jika pula cita tersebut menjadi tambah besar sebab kepintaran serta rutinitas

permainan. Mencakup pula permainan perjudian ialah taruhan mengenai ketetapan

lomba ataupun permainan lain yang tak diterapkan oleh mereka yang ikut

bermain, begitu pula semua permainan lain.

Dijabarkan di UU No. 7 Tahun 1974, perjudian ialah sebuah kejahatan,

yang hakikatnya berseberangan bersama Agama, Kesusilaan serta Moral

Pancasila, dan berbahaya guna penghidupan serta hidup rakyat, Bangsa serta

Negara. Sedang yang ada di Peraturan Pemerintah (PP) No. 9 Tahun 1981 cuma

mengontrol mengenai larangan pemberian ijin guna pelaksanaan semua wujud

serta macam judi oleh Pemerintah Pusat ataupun Daerah, baik yang diadakan di

Kasino ataupun dilokasi keramaian atau lokasi lain.

Meskipum perjudian telah dilarang serta diancam bersama hukuman yang

amat berat, sesuai yang dijabarkan di Pasal 303 ayat (1) KUHP, dihukum bersama

hukuman penjara selamanya 10 tahun ataupun setingginya 25 juta rupiah. Dan

pula ada di Pasal 303bis ayat (1) KUHP dijabarkan, diancam bersama pidana

penjara paling lama 4 tahun ataupun pidana denda paling banyak 10 juta rupiah.

Namun tengah banyak yang melaksanakan judi itu. Efek dari berlimpahnya
8

sejumlah rakyat yang melaksanakan judi diakibatkan manusia memiliki keperluan

basis yang wajib dicukupi, sedang tak seluruh individu mampu mencukupinya,

perihal ini disebabkan beragam faktor contohnya sebab tak memiliki pekerjaan

ataupun pendapatan lainnya guna mencukupi kerperluan itu, ataupun mampu pula

memiliki pekerjaan namun tak cukup guna mencukupi keperluan pokok. Pilihan

yang mereka jalankan guna mencukupi kekurangan keperluan itu misalnya

bersama melaksanakan judi perjudian, sebab perjudian mampu diasumsikan

selaku alternatif terbaik, yang dengan terpaksa wajib dilaksanakan walaupun

mereka mengetahui risiko demi memenuhi keperluannya serta keluarganya.

Beragam wujud judi ini, tak cuma berlangsung di wilayah Ibu Kota saja,

tetapi sudah berlangsung diberagam kota besar yang terdapat di Indonesia, bahkan

efek judi sudah merambah ke wilayah pelosok. Satu diantara wujud judi yang

tengah berlimpah dilaksanakan warga lazimnya ialah tindak pidana pelaku judi

sabung ayam.

Macam judi sabung ayam di Indonesia (Wikipedia Indonesia) telah ada

ataupun sudah berlangsung pada masa kerajaan demak. Yang terdapat pada satu

diantara cerita rakyat, dimana pangeran bermain sabung ayam serta menjumpai

ayahnya yang sudah membuang ibunya. Jadi sabung ayam atau permainan

menyambung ayam yang disebut juga sebagai beralaga ayam, ialah permainan adu

dua ekor ayam di suatu Gelanggang ataupun arena. Lazimnya ayam yang diadu

sampai satu diantaranya kabur ataupun kalah, bahkan hingga mati. Permainan ini

umum diikuti judi yang terjadi tidak jauh dari arena adu ayam.
9

Kini, judi sabung ayam tengah berlangsung di Kota Batam, tidak

pengecualian di wilayah pinggiran. Keadaan ini sebenarnya amat berserbarangan

bersama Visi ataupun Misi Kota Batam, yang dulu sudah ditetapkan selaku

Bandar Dunia yang Madani, bermakna ialah kota yang berbasiskan Keimanan

yang Hakiki, tetapi kini didominasi oleh wadah perjudian yang amat

berseberangan bersama prinsip Madani itu. Kota Batam yang awalnya familiar

bersama kawasan kota Industri serta ahli Kapal dan Teknologi, kelihatannya

tengah konstan jadi kawasan judi. Perjudian seakan bukan perihal yang tabu

disini, keresahan rakyat pada berlimpahnya perjudian layaknya mulai terabaikan.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Irsyad Dhahri, Karmila yang

terdapat pada jurnal Jurnal Supremasi Volume XII Nomor 1, April 2017 dengan

judul “Tinjauan Kriminologi Tentang Tindak Pidana Perjudian Sabung Ayam Di

Kabupaten Bone (Studi Pada Polres Bone)”. Faktor yang mengakibatkan

berlangsungnya Tindak Pidana Judi Sabung Ayam di warga Kabupaten Bone

adalah karena faktor rutinitas/hobi, pendidikan, lingkungan, ekonomi serta faktor

lemahnya penegakan hukum. Serta bagaimana usaha penanggulangan Tindak

Pidana Perjudian Sabung Ayam yang terjadi di masyarakat Kabupaten Bone

adalah dengan dua cara, yakni jalur non hukum ataupun aksi preventif serta

bersama jalur hukum ataupun aksi represif.

Dari uraian hasil penelitian yang dikemukan oleh Irsyad Dhahri, Karmila

diatas, hingga alasan penulis guna melaksanakan studi dan analisis ini, disebabkan

tengah berlimpahnya pelaku tindak pidana perjudian sabung ayam di kalangan


1

warga khususnya di Kota Batam. Atas basis itu hingga penulis amat tertarik guna

melaksanakan studi yang wujudnya Skripsi bersama judul:

“PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA

PERJUDIAN SABUNG AYAM (STUDI PADA KEPOLISIAN RESOR

KOTA BARELANG)”

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah ialah sebuah cara serta upaya yang dilaksanakan

penulis untuk melihat apa yang jadi pokok persoalan yang hendak dikaji hingga

studi ini mampu fokus serta terlaksana pada maksud yang dicitakan. Berikut

identifikasi persoalan di studi ini, yakni:

1. Perjudian sabung ayam ialah sebuah tindak pidana dan sudah pasti suatu

hal yang dilarang oleh undang-undang, dengan demikian perlu adanya

penegakan hukum dalam masalah ini. Sehingga yang menjadi kajian di

studi ini ialah Proses Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana

Perjudian Sabung Ayam di Kota Batam.

2. Perjudian sabung ayam ialah sebuah aktivitas yang dilarang UU, akan

namun kenyataannya perjudian sabung ayam tengah marak berlangsung

di masyarakat. Hingga yang jadi analisis di studi ini ialah Apa saja

Hambatan dan Upaya yang sudah dilakukan Aparat Penegak Hukum

untuk Menaggulangi Tindak Pidana Perjudian Sabung Ayam di Kota

Batam.
1

1.3 Batasan Masalah

Pada suatu studi seharusnya mempunyai sebuah pembatasan persoalan.

Perihal ini bermaksud guna memberi kejelasan pada batasan persoalan yang akan

didiskusikan supaya cakupan persoalan tak terlalu luas hingga tak menyeleweng

dari latar belakang serta identifikasi persoalan. Supaya studi ini mampu

berlangsung baik serta terarah, hingga penulis cuma membatasi persoalan yakni:

1. Ketika melakukan studi ini, hanya difokuskan mengenai bagaimana

proses penegakan hukum pada pelaku tindak pidana perjudian sabung

ayam di kota batam.

2. Dalam melakukan penelitian ini, hanya difokuskan tentang Hambatan

dan Upaya penegakan hukum pada pelaku tindak pidana perjudian

sabung ayam di Kota Batam ?

1.4 Rumusan Masalah

Supaya tercapainya maksud yang sangat dicitakan, hingga butuh adanya

rumusan masalah yang hendak dijabarkan di studi ini. Berikut yang jadi

perumusan masalah pada studi ini ialah :

1. Bagaimanakah Proses Penegakan Hukum Pada Pelaku Tindak Pidana

Perjudian Sabung Ayam di Kota Batam ?

2. Apakah Hambatan dan Upaya Penegakan Hukum Pada Pelaku Tindak

Pidana Perjudian Sabung Ayam di Kota Batam ?

1.5 Tujuan Penulisan

Berdasarkan hasil dari rumusan masalah diatas, maka maksud pembuatan

yang hendak digapai pada studi ini ialah:


1

1. Untuk mengetahui Bagaimanakah Proses Penagekan Hukum Pada Pelaku

Tindak Pidana Perjudian Sabung Ayam di Kota batam ?

2. Untuk mengetahui Apa saja Hambatan dan Upaya Penegakan Hukum

Pada Pelaku Perjudian Sabung Ayam Batam ?

1.6 Manfaat Penelitian

Semua wujud dan upaya dari studi ini ialah guna memberi manfaat yang

amat bermakna dikemudian hari. Maka di studi ini juga dicitakan mampu

memberikan kegunaan yakni:

1. Manfaat Teoritis :

a. Capaian studi ini dicitakan mampu memberi serta meperluas wawasan

gagasan dan ilmu dalam bidang Ilmu Hukum pada umumnya, serta

terkhusus di bidang Ilmu Hukum pidana.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat digunakan selaku tambahan acuan untuk instansi bersangkutan

yang berhubungan bersama obyek yang dikaji agar memberikan

partisipasi pada praktik hukum di Indonesia, utamanya guna aparatur

penegak hukum ketika mengimplementasikan ketetapan hukum.

b. Capaian yang didapat sepanjang melakukan studi ini mampu

menambah ilmu Peneliti terhadap dinamika serta persoalan

penyelenggaraan penegakan hukum terhadap sebuah UU hingga

mampu membandingkan antara teori yang didapat sepanjang

perkuliahan bersama praktek yang berlangsung di warga.


1

c. Dapat digunakan selaku referensi serta perbendaharaan perpustakaan

yang dicitakan bermanfaat guna mahasiswa serta mereka yang hendak

melihat serta mengkaji lebih jauh mengenai persoalan ini.

d. Capaian studi ini selaku bahan pengetahuan serta wacana untuk

penulis dan selaku persyaratan guna memenuhi tugas akhir guna

mendapat gelar Sarjana Hukum di Universitas Putera Batam.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teori


2.1.1 Teori Penegakan Hukum

Guna menggapai sebuah maksud hukum dibutuhkan teori yang mampu

menolong proses penuntasan sebuah persoalan ataupun perihal mewujudkan

tegaknya sebuah nilai ataupun norma hukum di kehidupan bermasyarakat,

berbangsa serta bernegara. Teori yang ada lazimnya sudah diakui serta sudah

menjalani proses panjang hingga diakui selaku teori yang mampu dibuktikan

ataupun dihubungkan bersama sebuah isu serta diakui mendekati benar.

Satu diantara teori yang familiar ialah teori penegakan hukum, yakni sesuai

Soerjono Soekanto penegakan hukum ialah aktivitas menyeleraskan korelasi nilai

yang terdeskripsikan di kaidah/prespektif nilai yang mantap serta

mengejewantahkan serta perilaku tindak selaku serangkaian pendeksripsian nilai

tahapan akhir guna mewujudkan, menjaga serta memelihara kedamaian pergaulan

kehidupan.(Soekanto, 2016).

Penegakan hukum pula ialah sebuah upaya guna merealisasikan gagasan

keadilan, kepastian hukum, serta kebermanfaatan sosial jadi nyata yang kerap

dikonklusikan selaku golongan utama dari maksud hukum. Maka penegakan

hukum pada hakikatnya ialah proses realisasi gagasan tersebut. Penegakan hukum

secara nyata ialah berlakunya hukum positif di prakteknya, yang hendaknya patut

guna ditaati. Maka, memberi keadilan di sebuah kasus bermakna menetapkan

hukum in concreto guna menjaga serta menjamin guna dipatuhinya hukum

14
1

materiil bersama memakai cara prosedural yang ditentukan hukum formal

(Soekanto, 2016).

Selaku sebuah proses yang sifatnya sistematis, penegakan hukum pidana

memperlihatkan diri selaku pengimplementasian hukum pidana (criminal law

application) yang proses pengimplementasiannya dilakukan aparatur penegak

hukum bersama kedudukan serta kegunaan mereka diawali dari Kepolisian,

Kejaksaan, Hakim, Advokat serta tak kalah utamanya terdapatnya posisi serta

aktif dari warga guna menanggung tegaknya serta ditaatinya suatu peraturan

hukum.

2.1.2 Definisi Hukum

Hukum ialah sebuah norma ataupun kaidah yang bermuatan larangan serta

perintah yang mengontrol hidup manusia. Berikut pengertian hukum sesuai

sejumlah ahli yakni:

1. Prof. Dr. P. Borst, hukum yakni semua aturan guna perilaku manusia

di masyarakat, yang penyelenggaraannya mampu dipaksakan serta

bermaksud memperoleh tata ataupun keadilan.

2. Prof. Dr. Van Kan, Hukum yakni semua aturan hidup yang sifatnya

memaksa guna menjaga keperluan manusia di hidup rakyat.

3. Dr. E. Utrechtc S.H., Hukum yakni himpunan petunjuk hidup tata

tertib sebuah rakyat serta hendaknya dipatuhi anggota rakyat yang

berkaitan.
1

4. S. K. Amin, S.H., Hukum yakni sekumpulan aturan mencakup norma

serta sanksi dan bermaksud menyelenggarakan ketertiban di pergaulan

manusia, hingga keamanan serta ketertiban terjaga.(Soeroso, 2013).

2.1.3 Definisi Hukum Pidana

Hukum pidana ialah sebuah aturan hukum mengenai pidana. Kata “pidana”

bermakna perihal yang “dipidanakan”, yakni oleh instansi yang berkuasa diberi ke

oknum selaku perihal yang tak enak dirasakannya serta pula perihal yang tidak

sehari-hari diberikan (Prodjodikoro, 2003).

Hukum pidana ialah golongan dari semua hukum yang berlaku di sebuah

negara, yang jadi basis serta peraturan guna:

a. Menetapkan tindakan mana yang tak bisa dilaksanakan, yang dilarang,

bersama diikuti ancaman ataupun sanksi yang berwujud pidana tertentu

untuk yang menyelewengkannya.

b. Menetapkan kapan serta perihal apakah pada mereka yang sudah

menyelewengkan larangan tersebut mampu dikenai ataupun dijatuhi

pidana sesuai yang diatur.

c. Menetapkan bersama cara bagaimana pengenaan pidana tersebut mampu

dilakukan jika terdapat individu yang disangka sudah menyelewengkan

larangan itu. (Moeljatno, 2015).

Sesuai sejumlah argumen ahli mengenai hukum pidana yakni:

a. Sesuai G.A van Hamel, hukum pidana ialah seluruh basis serta peraturan

yang diikuti sebuah negara guna menjalankan ketertiban hukum

(rechtsorde) yakni bersama melarang apa yang berseberangan bersama


1

serta megenakan sebuah nestapa pada yang menyelewengkan larangan

itu.

b. Sesuai D. Simons hukum pidana ialah semua perintah serta larangan,

yang penyelewengannya diancam bersama sebuah nestapa khusus

berwujud “pidana” oleh negara ataupun sebuah warga hukum publik

lainnya. Semua aturan yang menetapkan persyaratan untuk akibat hukum

itu, serta semua ketetapan guna mengenakan serta melaksanakan pidana

itu (Maramis, 2013).

Ada dua argumen yang berbeda mengenai maksud dari keberadaan hukum

pidana. Sesuai argumen yang pertama, maksud hukum pidana ialah guna menjaga

rakyat dari kriminalitas. Ialah sebuah kenyataan jika di rakyat terdapat

kriminalitas, hingga diselenggarakannya hukum pidana ialah guna menjaga warga

dari berlangsungnya kriminalitas.

Sesuai argumen yang kedua, maksud hukum pidana ialah menjaga orang

dari kemungkinan kesewenangan penguasa. Argumen ini dibasiskan sebuah titik

tolak kekuasaan condong disalahgunakan, hingga diselenggarakan hukum pidana

justru guna membatasi kekuasaan penguasa.

Diantara para sarjana hukum yang mengungkap mengenai maksud hukum

pidana ialah:

a. Guna menakut-nakuti individu jangan sampai melaksanakan kriminalitas,

secara orang banyak (generale preventie) ataupun orang tertentu yang

telah melaksanakan kriminalitas supaya nantinya tak melaksanakan

kriminalitas lagi (speciale preventive);


1

b. Guna mendidik ataupun membenahi individu yang telah menandakan

senang melaksanakan kriminalitas supaya jadi individu yang baik

tabiatnya hingga berguna untuk rakyat (Prodjodikoro, 2003).

2.1.4 Tindak Pidana

Istilah tindak pidana memperlihatkan gerak gerik perilaku serta jasmani

individu. Perihal itu ada pula individu guna tak berperilaku, namun bersama tak

berperilakunya ia, ia telah melakukan aksi pidana. Tentang kewajiban guna

berperilaku namun tak berperilaku, yang di UU menetapkan pada Pasal 164

KUHP, ketetapan di pasal ini mewajibkan individu guna mengungkap pada pihak

yang berwajib jika hendak muncul kriminalitas, ternyata ia tak mengungkap,

hingga ia mampu dijatuhi sanksi (Prasetyo, 2014).

Istilah aksi pidana selaku terjemahan dari strafbaar feit ialah yang

dijabarkan pihak pemerintahan cq. Departemen Kehakiman. Istilah ini berlimpah

dipakai di UU Tindak Pidana Khusus, contohnya: UU Tindak Pidana Korupsi,

UU Tindak Pidana Narkotika, serta UU tentang Pronografi yang mengontrol

secara khusus Tindak Pidana Pronografi (Prasetyo, 2014).

Sesuai pengertian argumen ahli lain mengenai tindak pidana ialah:

1. Sesuai Wirjono Prodjodikoro, “tindak pidana bermakna sesuatu tindakan

yang pelakunya mampu dijatuhi hukuman pidana”

2. Sesuai D Simons, tindak pidana (straafbaar feit) ialah kelakuan

(handeling) yang diancam memakai pidana yang sifatnya

menyelewengkan hukum, yang berkaitan bersama kekeliruan serta yang

dilaksanakan individu yang dapat bertanggung jawab (eene strafbaar


1

gestelde “onrechtmatige, met schuld in verband staaande handeling van

een toerekeningsvatbaar person’’)

3. Sesuai G.A.Van Hamel, sesuai yang diterjemahkan Moeljatno,

“straafbaar feit” ialah kelakuan orang (menselijke gedraging) yang

direncanakan di wet yang sifatnya menyelewengkan hukum, yang patut

di pidana (strafwardig) serta dilaksanakan kekeliruan.(Maramis, 2013)

Sesuai penjabaran beragam pengertian diatas, hingga mampu dikonklusikan

yang dinamai tindak pidana ialah perilaku yang oleh peraturan hukum dilarang

serta diancam bersama pidana, yakni definisi perilaku disini selain perilaku yang

sifatnya aktif (melaksanakan sesuatu yang sesungguhnya dilarang oleh hukum)

pula perilaku yang sifatnya pasif (tak berbuat sesuatu yang sesungguhnya

diwajibkan hukum)

Selepas melihat definisi yang lebih mendalam dari aksi pidana tersebut

sendiri, hingga di aksi pidana itu ada elemen aksi pidana, yakni:

1. Unsur Obyektif

Unsur yang ada diluar pelaku. Elemen yang terdapat korelasi bersama

kondisi, yakni di kondisi apabila aksi pelaku itu wajib dilaksanakan. Mencakup:

a. Perilaku menyelewengkan hukum;

b. Bobot dari si pelaku, contohn kondisi selaku pegawai negeri di

kriminalitas jabatan sesuai Pasal 415 KUHP, terhadap kondisi selaku

pengurus ataupun komisaris dari sebuah PT di kriminalitas sesuai Pasal

398 KUHP;
2

c. Kausalitas yaitu korelasi sebuah aksi selaku penyebab dengan sebuah

kenyataan selaku akibat.

2. Unsur Subjektif

Unsur yang ada ataupun melekat di diri pelaku, ataupun yang dikaitkan

bersama diri pelaku serta mencakup didalamnya segala sesuatu yang termuat di

hatinya. Elemen ini mencakup:

a. Kesengajaan ataupun ketidaksengajaan (dolus ataupun culpa);

b. Tujuan di sebuah percobaan, sesuai ditetapkan di Pasal 53 ayat (1)

KUHP;

c. Beragam tujuan sesuai ada di kriminalitas pencurian, penipuan,

pemerasan, serta lainnya;

d. merancang dulu, sesuai termuat di Pasal 340 KUHP, yakni pembunuhan

yang dirancang dulu;

e. Rasa takut sesuai yang ada di Pasal 308 KUHP. (Prasetyo, 2014)

Sedang sesuai argumen ahli hukum lain, yakni D. Hazewinkel-Suringa yang

dikutip Bambang Poernomo, guna mengungkap elemen-elemen aksi pidana yang

lebih rinci ialah:

a. Setiap delik berkaitan bersama tingkah laku manusia (menselijke

gedraging), berwujud bertindak ataupun tak bertindak (een doen of

nalaten). Hukum pidana kita ialah hukum pidana perbutan

(daadstrafrecht). Cogitationis poenam nemo patitur (tak seorang pun

mampu dipidana cum atas apa yang dipikirkannya).


2

b. Sejumlah delik mewajibkan terdapatnya akibat tertentu. Ini ada di delik

material.

c. Di berlimpah delik dirancang kondisi psikis, sesuai maksud (oogmerk),

sengaja (opzet), serta kealpaan (onachzaamheid ataupun culpa).

d. Sejumlah besar delik mewajibkan terdapatnya kondisi obyektif

(objectieve omstandigheden), contohnya penghasutan (Pasal 160) serta

pengemisan (Pasal 504 ayat 1) cuma mampu dipidana apabila

dilaksanakan di depan umum (in het openbaar).

e. Sejumlah delik mencakup apa yang disebut persyaratan tambahan guna

mampu dipidana. Contohnya di Pasal 123: “apabila pecah perang”;

Pasal 164 serta 165: “apabila kriminalitas tersebut jadi dilaksanakan”;

Pasal 345: “jika orang tersebut jadi bunuh diri”; Pasal 531 ‘apabila lalu

orang tersebut meninggal”.

f. Mampu dilihat pula selaku sebuah golongan elemen tertulis yang

khusus apa yang dirancang selaku menyelewengkan hukum

(wederrechtelijk), tanpa wewenang (zonderdaartoe gerechtigd te zijn),

bersama melampaui wewenang (overshrijiving der bevoegheid).

g. Lazimnya waktu serta lokasi tak merupakan elemen tertulis. Cuma di

perihal khusus pencipta UU memuatnya di rumusan delik, contohnya di

Pasal 122, di waktu perang (tijd van oorlog).

H.B VOS, sesuai yang dikutip oleh Bambang Poernomo, menjabarkan di

sebuah aksi pidana dimungkinkan terdapat sejumlah elemen, yakni:


2

a. Unsur tindakan ataupun perilaku individu, perihal bertindak ataupun

tidak (een doen of natalen);

b. Unsur sebab dari tindakan, yang berlangsung di delict tuntas. Unsur

akibat ini mampu diasumsikan sudah ternyata di sebuah perilaku.

Rumusan UU terkadang unsur akibat tak difokuskan di delict formil,

namun terkadang unsur akibat dijabarkan dengan tegas yang terpisah

dari perilakunya sesuai di delict materiel;

c. Unsur subjektif yakni keselahan, yang diciptakan dengan kata-kata

sengaja (opzet) ataupun alpa (culpa);

d. Unsur menyelewengkan hukum (wederrechtelijkeid);

e. Serta unsur lainnya sesuai rumusan UU serta digolongkan jadi sisi

obyektif contohnya di Pasal 160 dibutuhkan unsur dimuka umum (in

het openbaar) dari sisi subyektif contohnya Pasal 340 dibutuhkan

elemen dirancang dulu (voorbedachteraadi).

Tentang kewajiban guna bertindak namun tak bertindak, yang di UU

menetapkan di Pasal 164 KUHP, ketetapan di pasal ini mewajibkan individu guna

mengungkap ke pihak berwajib jika hendak muncul kriminalitas, ternyata dia tak

mengungkap, hingga dia mampu dijatuhi sanksi.(Prasetyo, 2014).

2.1.5 Perjudian

Perjudian ataupun permainan “judi” ataupun “perjudian” sesuai KBBI

ialah “Permainan menggunakan uang sebagai taruhan”. Perjudian dimaknai selaku

tindakan dengan berjudi. Berjudi sendiri dimaknai selaku mempertaruhkan uang

ataupun harta di permainan tebakan sesuai kebetulan, bersama maksud


2

mendapat sejumlah uang ataupun harta yang lebih besar dari pada total uang

ataupun harta mulanya. Definisi lainnya dari judi di bahasa Belanda mampu

dilihat pada kamus Istilah hukum Fockema Andreae yang menganggap

selaku “Hazardspel (Kansspel), yakni permainan judi, permainan untung-

untungan yang mampu dihukum sesuai aturan yang ada”. Selain itu, Perjudian

ialah permainan yakni pemain bertaruh guna menetapkan 1 pilihan diantara

sejumlah pilihan yakni cuma 1 pilihan saja yang tepat serta jadi pemenang,

pemain yang kalah hendak memberi taruhannya pada sipemenang, pertaruhan

serta total taruhan ditetapkan sebelum pertarungan dimulai.

Perjudian ialah pertaruhan sengaja yakni mempertaruhkan satu nilai ataupun

sesuatu yang diasumsikan bernilai, bersama menyadari adanya resiko serta cita

tertentu di kejadian permainan, perlombaan serta peristiwa yang tak ataupun

belum pasti capaiannya. Sesuai G.W.Bawengan perjudian ialah mempertaruhkan

uang ataupun benda berharga, mencitakan untung dengan basis spikulasi

belaka. Menciptakan profit ataupun cita guna menang yakni yang ialah daya

tarik untuk tiap judi. Perjudian sesungguhnya telah ada semenjak jaman dulu

dilaksanakan oleh masyarakat. Awalnya definisi perjudian sesuai yang dikenal

masyarakat ialah sebuah permainan, wujudnya ataupun jenisnya yang disertai

bersama taruhan ataupun yang di bahasa jawa dinamai ”totohan”. Dari

definisi yang diberi rakyat masyarakat tersebut kerap kali berlangsung

pengkaburan definisi judi, sebab untuk orang awam perjudian ialah segala

sesuatu yang berhubungan bersama taruhan saja. Lazimnya mereka tak

merasa jika telah melakukan judi, tetapi faktanya mereka sudah melakukan
2

perjudian itu, perihal tersebut dilaksanakan sebab guna mengisi waktu yang

senggang. Pada sebuah rakyat tanggapan mengenai perjudian amat berbeda rakyat

satu sama lainnya, yakni ada mereka yang menolak judi itu sebab

mengasumsikan perjudian sebagai sebuah tindakan setan ataupun dosa, serta

haram. Tetapi terdapat pula yang menerimanya, bahkan menyarankan selaku

sumber pendapatan inkonvensional. Sedangkan terdapat juga yang sifatnya

netral saja.

2.1.6 Pengertian Sabung Ayam

Sabung ayam ataupun di bahasa bali dinamai “tajen” (taji), serta di bahasa

bugis dinamai “Massaung Manu” (adu ayam), sudah meluas cukup mengakar di

hidup rakyat kita. Judi sabung ayam ialah sebuah aktivitas perjudian yang

dilaksanakan bersama memasangkan taji, yakni suatu pisau kecil yang

dipasangkan di kaki dua ayam jantan yang diadu selaky senjata guna mematikan

kompetitornya. Sabung ayam bisa dilaksanakan di arena sabung ataupun di lokasi

tersembunyi serta tak gampang di lacak oleh pihak berwajib. Sesuai Amiruddin

(2003:45) menjabarkan “sabung ayam ialah aktivitas mengadu keberanian serta

daya tempur pula nyali dari ayam yang jadi jago/gaco bersama cara mengadu

bersama ayam jago/gaco individu lainnya, aktivitas adu ayam belum pasti

langsung jadi aktivitas judi bergantung pada terdapatnya unsur taruhan ataupun

tidak, sebab terdapat individu yang mengadu ayam cuma guna kesukaan ataupun

sebab adat istiadat yang turun temurun”.

Definisi sabung ayam dijabarkan pula Johanes Papu (2002), menjabarkan

“sabung ayam ialah permainan adu 2 ayam di 1 arena. Lezimnya ayam yang diadu
2

sampai satu diantaranya kabur ataupun kalah. Bahkan sampai mati. Permainan ini

lazimnya di ikuti oleh perjudian yang terjadi tidak jauh dari arena adu ayam”.

Adu ayam jago ataupun dinamai sabung ayam ialah permainan yang sudah

dilaksanakan rakyat di kepulauan Nusantara semenjak dahulu. Permainan ini ialah

pertarungan ayam jago yang mempunyai taji serta kadang taji ayam jago ditambah

dan tercipta dari logam yang runcing. Di Bali permainan sabung ayam disebut

tajen. Tajen berasal dari tabuh rah (satu diantara yadnya/upacara dalam rakyat

Hindu). Hal tersebut bermaksud menyelaraskan hubungan manusia bersama

bhuana agung.

2.2 Kerangka Yuridis

Indonesia selaku negara hukum, sesuai termuat di UUD NKRI Tahun 1945

menjamin setiap warga negara mempunyai hak serta posisi yang sepadan di

hadapan hukum (equality before the law) hingga di penerapannya negara

menciptakan peraturangan UU guna menjamin hak setiap warga negara serta

mengontrol tata tertib berbangsa serta bernegara bersama hirarki aturan UU yang

berlaku sesuai di Pasal 7 ayat (1) UU No. 12 Tahun 2011 menjabarkan macam

aturan UU yakni;

a. UUD NKRI

b. Tap MPR

c. UU

d. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)

e. Peraturan Pemerintah

f. Peraturan Presiden
2

g. Perda Provinsi

h. Perda Kabupaten/Kota

Selaku negara hukum yang termuat di UUD NKRI Tahun 1945, hingga

penataan negara wajib dibasiskan oleh hukum, lewat aturan perundangan,

keputusan hakim, doktrin, serta perkembangan nilai di rakyat.

2.2.1 Perjudian Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Perjudian di KUHP termuat di Pasal 303 KUHP serta Pasal 303 ayat 1

KUHP, penjualan ialah tindakan yang dilarang. Sedangkan muatan dari pasal 303

KUHP ialah :

1. Bersama hukuman penjara lamanya 10 tahun ataupun denda sebanyak-

banyaknya 25 juta rupiah, dihukum siapa dengan tak berhak;

a. Menuntut pencaharian bersama jalan sengaja menyelenggarakan

guna memberikan perluaang guna judi, ataupun sengaja ikut campur

di usaha main judi;

b. Sengaja menyelenggarakan ataupun memberi peluang guna main

judi pada umum, ataupun sengaja ikut campur di usaha maka,

biarpun terdapat ataupun tidak perjanjiannya ataupun caranya apa

jugapun guna menggunakan peluang tersebut;

c. Ikut main judi selaku pencaharian;

2. Jika sitersalah melaksanakan kriminalitas tersebut di jabatannya, mampu

dia dipecat dari jabatannya tersebut.

3. Yang dianggap main judi yakni setiap, yang melandaskan pengharapan

guna menang lazimnya terganrung peruntungan saja, serta cita pula


2

tersebut menjadi tambah besar sebab kepintaran serta rutinitas pemain

yang itu terkalkulasi masuk main judi yakni pertaruhan mengenai

ketetapan perlombaan ataupun permainan lainnya, yang tak

diselenggarakan mereka yang ikut berlomba ataupun bermain tersebut,

demikian pula semua pertaruhan lainnya.

Sedang di Pasal 303 bis ayat 1 KUHP yang mengontrol mengenai tindak

pidana Perjudian berbunyi :

1. Bersama hukuman penjara selama-lamanya 4 tahun ataupun denda

sebanyak-banyaknya 10 juta rupiah dihukum :

a. Barang siapa memakai peluang main judi, yang diselenggarakan

bersama menyelewengkan ketetapan pasal 303;

b. Barang siapa ikut main judi di jalan umum ataupun dideket jalan

ataupun di lokasi yang mampu didatangi umum, terkecuali jika

pembesar yang berkuasa sudah memberikan ijin guna

melangsungkan judi tersebut,

2. Apabila ketika melaksanakan penyelewengan tersebut belum lalu dua

tahun, semenjak ketentuan putusan hukuman yang dulu untuk si

tersalah, lantaran satu diantara penyelewengan ini, hingga mampu

dijatuhi hukuman penjara selama-lamanya 6 tahun ataupun denda

sebanyak-banyaknya 15 juta rupiah.

2.2.2 Undang-Undang No. 7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian

Perjudian di hakekatnya berseberangan bersama agama, kesusilaan serta

moral pancasila dan berbahaya untuk penghidupan guna hidup rakyat, bangsa
2

serta negara. Maka butuh diselenggarakan upaya guna menertibkan judi,

membatasi hingga lingkungan sekecil-kecilnya, guna akhirnya mengarah ke

kepenghapusannya sama sekali dari semua daerah indonesia.

Pada ketetapan UU No. 7 Tahun 1974 pada Pasal 1 hingga 5 mengenai

penertiban perjudian dijabarkan;

Pasal 1

Menjabarkan tindak pidana perjudian ialah sebuah kriminalitas

Pasal 2

1) Mengubah ancaman hukuman di Pasal 303 ayat (1) KUHP, dari

hukuman penjara selama-lamanya 2 tahun 8 bulan ataupun denda

sebanyak-banyaknya 90 ribu rupiah jadi hukuman penjara selama-

lamanya 10 tahun ataupun denda sebanyak-banyaknya 25 juta rupiah.

2) Mengubah ancaman hukuman di Pasal 542 ayat (1) KUHP, dari

hukuman kurungan selama-lamanya 1 bulan ataupun denda sebanyak-

banyaknya 4.500 rupiah jadi hukuman penjara selama-lamanya 4 tahun

ataupun denda sebanyak-banyaknya 10 juta rupiah.

3) Mengubah ancaman hukuman di Pasal 542 (ayat 2) KUHP, dari

hukuman kurungan selama-lamanya 3 bulan ataupun denda sebanyak-

banyaknya 7.500 rupiah jadi hukuman penjara selama-lamanya 6 tahun

ataupun denda sebanyak-banyaknya 15 juta.

4) Mengubah sebutan Pasal 542 jadi Pasal 303bis.


2

Pasal 3

1) Pemerintah mengontrol penertiban perjudian selaras bersama jiwa serta

tujuan UU ini

2) Penyelenggaraan ayat (1) Pasal ini dikontrol bersama Peraturan

Perundang-Undangan

Pasal 4

Terkalkulasi semenjak berlakunya peraturan Perundang-Undangan

guna penertiban perjudian dimaksudkan Pasal 3 UU ini.

Pasal 5

UU ini mulai berlaku du tanggal diundangkan. Supaya tiap individu

mampu mengetahuinya, memerintahkan UU ini bersama peletakannya di

lembaran NKRI.

2.2.3 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1981 Tentang Pelaksanaan


Undang-Undang No. 7 tahun 1974

Pada PP No. 9 Tahun 1981 mengenai pelaksanaan UU No. 7 Tahun 1974, di

PP itu cuma mengontrol mengenai penertiban perjudian, yakni mengontrol

larangan pemberian izin pengadaan semua wujud serta macam judi oleh

Pemerintah Pusat ataupun Pemerintah Daerah, baik yang diadakan di Kasino,

ataupun lokasi keramaian atau yang dihubungkan bersama perihal lainnya. PP No.

9 Tahun 1981, jika ditinjau perpasal ialah;

Pasal 1

1) Pemberian izin pengadaan semua wujud serta macam perjudian

dilarang, perjudian yang diadakan di kasino, di lokasi keramaian,

ataupun yang dihubungkan bersama alasan lainnya.


3

2) Izin pengadaan perjudian yang telah diberi, dianggap dicabut serta tak

berlaku semenjak 31 maret 1981.

Pasal 2

Sesuai ketetapan Pasal 4 UU No. 7 Tahun 1974 mengenai penertiban

perjudian (Lembaran Negara Tahun 1974 No. 54, Tambahan Lembaran

Negara 3040), bersama berlakunya PP ini dianggap tak berlaku untuk

seluruh aturan UU mengenai perjudian yang berseberangan bersama PP ini.

Pasal 3

Perihal yang berkaitan bersama larangan pemberian izin pengadaan

perjudian yang belum dikontrol di PP ini hendak dikontrol tersendiri.

Pasal 4

PP ini awal berlaku di tanggal diundangkan.

2.3 Penelitian Terdahulu

Pada studi ini, penulis melakukan studi berdasarkan studi sebelumnya yang

dilaksanakan studi sebelumnya. Studi tersebut juga menjabarkan tentang masalah

hukum terkait pelaku tindak pidana perjudian sabung ayam. Berikut ini penulis

sajikan beberapa penelitian terdahulu, yaitu :

1. Zulkifli Ismail dalam Jurnal Krtha Bayangkara dengan judul “Peran

Hukum Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Perjudian Sabung Ayam

Pada Masa yang Akan Datang Melalui Pendekatan Non Penal” dengan

nomor ISSN: 2721-5784, Vol.13. No. 1 (Juni, 2019).

Penelitian Zulkifli Ismail mengkaji faktor yang mengakibatkan muncul

suburnya perjudian sabung ayam. Selain itu, tulisannya bermaksud guna


3

mengkaji usaha yang dilaksanakan pemerintah perihal pencegahan perilaku

pidana judi sabung ayam. Dari capaian studi dijabarkan perjudian sabung

ayam kerap disamarkan bersama penyelenggaraan upacara adat tabuh rah

yakni pelaku terdorong guna mendapat untung besar guna

kesejahteraannya.

Penelitian tersebut ditulis berdasarkan pasal 303 KUHP, 303 bis KUHP

serta UU No. 7 tahun 1974 mengenai Penertiban Perjudian.

Yang menjadi perbedaan penelitian penulis terhadap penelitian Zulkifli

Ismail yaitu, dalam usaha guna mencegah perjudian sabung ayam Zulkifli

Ismail mengambil jalan lewat pendekatan non penal disebabkan sabung

ayam kerap disamarkan memakai penyelenggaraan upacara adat.

2. Irsyad Dhahri, Karmila dalam Jurnal Supremasi dengan judul “Tinjauan

Kriminologi Tentang Tindak Pidana Perjudian Sabung Ayam di

Kabupaten Bone (Studi pada Polres Bone)” dengan nomor ISSN: 1412-

517X, Vol. XII. No.1 (April, 2017).

Tujuan penelitian yang diangkat oleh Irsyad Dhahri, Karmila ialah guna

melihat faktor yang mengakibatkan berlangsungnya aksi pidana judi sabung

ayam di rakyat kab bone serta guna melihat usaha pencegahan aksi pidana

perjudian sabung ayam yang berlangsung di rakyat kab bone.

Melihat tujuan studi tersebut penulis mengambil perbedaan pada tujuan

yang kedua yaitu untuk mengetahui bagaimanakah proses penegakan hukum

pada pelaku tindakan pidana perjudian sabung ayam pada studi kasus yang

berbeda yaitu kepolisian resor kota Barelang.


3

3. Sudriman, Didik Sukriono, Rusdianto Umar dalam jurnal Praksis dan

Dedikasi Sosial dengan judul “Potensi Desa Wisata Sabung Ayam Non

Judi di Kelurahan Nglegok, Kec. Nglegok, Kab. Blitar (Strategi

Konstruktif Mengatasi Judi Sabung Ayam Berbasis Wisata)” dengan

nomor E-ISSN: 2655-2469, Vol. 2, No. 2 (September, 2019).

Penelitian Sudirman, Didik Sukriono, dan Rusdianto bertujuan

menuntaskan persoalan sabung ayam, tetapi tak mencabut akar tradisi

sabung ayam tersebut dengan cara pengembangan desa wisata sabung ayam

non judi di Kel. Nglegok, Kec. Nglegok, Kab. Blitar.

Melihat tujuan yang diambil pada penelitian tersebut penulis

mengambil tujuan yang berbeda yaitu guna melihat faktor apa saja yang

mengakibatkan pelaku melaksanakan tindakan pidana perjudian sabung

ayam di Kota Batam serta guna tahu bagaimana proses penegakan hukum

pada pelaku tindak pidana perjudian sabung ayam di Kota Batam.

4. Pertiwi, H. Moch Ardi, & Galuh Praharafi Rizqia dalam jurnal Lex

Suprema dengan judul “Tinjauan Kriminologi Tentang Tindak Pidana

Judi Sabung Ayam di Kota Balikpapan” dengan nomor ISSN: 2656-

614, Vol. 2, No. 1 (Maret, 2020).

Rumusan masalah yang terdapat pada penelitian Pertiwi, H. Moch Ardi,

dan Galuh Praharafi Rizqia adalah fktor-faktor apa sajakah yang

menyebabkan terjadinya perjudian khususnya perjudian sabung ayam di

Kota Balikpapan.
3

Melihat rumusan masalah tersebut penulis mengambil rumusan masalah

dengan perbedaan dasar dua rumusan penelitian yaitu faktor-faktor apa saja

yang mengakibatkan pelaku melaksanakan aksi pidana perjudian sabung

ayam di Kota Batam serta bagaimana prosedur penegakan hukum pada

pelaku tindak pidana perjudian sabung ayam di Kota Batam.

5. Failin dan Ana Ramadhona dalam jurnal Cendekia Hukum dengan

judul “Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Perjudian Oleh

Kepolisian (Studi Kasus Polres Bukittinggi dan Polres Payakumbuh)”

dengan nomor P-ISSN: 2355-4657 E-ISSN: 2580-1678, Vol. 4, No.1

(September, 2018).

Rumusan masalah yang terdapat pada penelitian Failin dan Ana

Ramadhona ialah apa sebab berlangsungnya aksi pidana perjudian di daerah

hukum Polres Bukittinggi serta Kota Payakumbuh, apa hambatan di

pencegahan aksi pidana perjudian oleh penyidik Polres Bukittinggi serta

penyidik Polres Payakumbuh, serta bagaimana usaha pencegahan aksi

pidana perjudian oleh penyidik Polres Bukittinggi serta penyidik Polres

Payakumbuh.

Melihat rumusan masalah tersebut penulis mengambil rumusan masalah

dengan perbedaan dasar dua rumusan penelitian yaitu faktor-faktor apa saja

yang mengakibatkan pelaku melaksanakan pidana perjudian sabung ayam di

Kota Batam serta bagaimana langkah penegakan hukum pada pelaku tindak

pidana perjudian sabung ayam di Kota Batam.


3

6. I Komang Agus Dany Permadi dan I Wayan Suardana dalam jurnal

Kertha Wicara dengan judul “Penerapan Pasal 303 KUHP Dalam

Putusan Tindak Pidana Perjudian di Pengadilan Negeri Denpasar

(Analisis Putusan Nomor 716 / Pid.B / 2018 / PNDps)” dengan nomor

E-ISSN: 2303 – 0550, Vol. 9, No. 7 ( 2020 ).

Rumusan masalah yang terdapat pada penelitian tersebut ialah mengapa

perjudian masih terjadi di masyarakat dalam wilayah hukum PN Denpasar

dan bagaimanakah analisis putusan Nomor 716 / Pid.B / 2018 / PN Dps

guna menuntaskan perjudian.

Melihat rumusan masalah tersebut penulis mengambil rumusan masalah

yang berbeda dengan lokasi penelitian yang berbeda pula yaitu faktor-faktor

apa saja yang mengakibatkan pelaku melaksanakan aksi pidana perjudian

sabung ayam di Kota Batam serta bagaimana proses penegakan hukum pada

pelaku tindak pidana perjudian sabung ayam di Kota Batam.

7. I Wayan Gede Saputra K.W dalam E-jurnal Humanis dengan judul

“Sabung Ayam Pada Masyarakat Bali Kuno Abad IX-XII” dengan

nomor ISSN: 2302 – 920X, Vol. 15, No. 2 (Mei, 2016).

Rumusan masalah yang terdapat pada penelitian I Wayan Gede Saputra

K.W ialah sejak kapan kemunculan tradisi sabung ayam pada masyarakat di

Bali, apa fungsi sabung ayam pada masa Bali Kuno, dan bagaimana

perkembangan tradisi sabung ayam pada masa Bali Modern.

Melihat rumusan masalah tersebut penulis mengambil rumusan masalah

dengan perbedaan dasar dua rumusan penelitian yaitu faktor-faktor apa saja
3

yang mengakibatkan pelaku melaksanakan aksi pidana perjudian sabung

ayam di Kota Batam serta bagaimana langkah penegakan hukum pada

pelaku tindak pidana perjudian sabung ayam di Kota Batam.

2.4 Kerangka Pemikiran


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Jenis studi yang dipakai di studi ini ialah hukum empiris. Maksud empiris

ialah metode yang dapat dipakai, dilihat serta diobservasi individu lainnya

(Sugiyono, 2017). Penelitian hukum empiris ini adalah studi yang

menitikberatkan pada penelitian dalam sesuatu kegiatan ataupun kondisi dari

obyek studi dengan keseluruhan berbasiskan terhadap pernyataan yang ada, dan

membangun konsep yang sudah ada (Amiruddin & Asikin, 2018). Pada studi

empiris ini peneliti langsung meneliti di lapangan. Perhatian terutam dari macam

peneletian empiris ini ialah informasi yang didapat sesuai observasi peneliti yang

berlangsung secara nyata serta dilihat sesuai data yang didapat.

3.1.2 Sifat Penelitian

Sifat studi ini yaitu penelitian deskriptif yang bermaksud guna gambaran

sistematis, factual, serta akurat mengenai fakta serta sifat obyek ataupun obyek

tertentu. Gambarannya hendak diuraikan di bab 4 di studi ini bersama

menjabarkan bahasan yang didapat dari lokasi studi. Pemakaian deskripsi analisis

di sifat studi pada karya ilmiah ini, guna menggambarkan secara fakta yang

berhubungan tentang “Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana

Perjudian Sabung Ayam ( Studi Pada Kepolisian Resor Kota Barelang.

36
3

3.2 Metode Pengumpulan Data

3.2.1 Jenis Data

Adapun jenis data yang penulis peroleh adalah:

1. Sumber Data Primer merupakan data yang diperoleh peneliti secara

langsung lewat responden. Data ini didapatkan secara langsung dari

rakyat, karyawan instansi pemerintahan, swasta serta dari sumber lain,

yang utama data itu wajib berkaitan langsung bersama pokok persoalan

yang hendak dikaji serta berwujud data tidak resmi yang akan diteliti

penulis.

2. Sumber Data sekunder ialah data yang sudah ada yang terancang serta

telah dibuat wujud dokumen. Adapun sumber data sekunder dapat

berupa buku, jurnal, skripsi/tesis, dan artikel artikel hukum.

3.2.2 Alat Pengumpulan Data

Teknik dalam penghimpunan data berdasarkan yang dilaksanakan penulis

dapat menyempurnakan apa yang diperlukan yaitu:

1. Penelitian Lapangan merupakan studi yang dapat dilaksanakan

penelitian lewat cara menyelenggarakan studi secara langsung lewat

cara:

a. Observasi adalah studi dengan cara langsung dalam obyek studi

untuk mendapatkan data serta informasi yang dibutuhkan untuk hasil

penelitian penulis.
3

b. Wawancara adalah rangkaian informasi atau pengumpulan data yang

dilakukan memakai metode penulisan merancang tanya serta jawab

pada studi yang berlangsung dengan cara verbal yakni antara dua

individu ataupun lebih bertatap muka langsung berbincang tentang

materi atau informasi dari narasumber yang peneliti wawancara.

c. Dokumentasi yaitu sistem pengumpulan fakta-fakta data yang lewat

cara pengumpulan serta menganalisis data yang utama

pengimplementasian asas praduga tidak bersalah oleh peneliti.

2. Penelitian Kepustakaan merupakan studi yang dapat diperoleh data

sekunder dalam cara mencari serta mendalami dengan mengerti buku

yang terdapat hubungan bersama persoalan yang peneliti teliti. Skripsi

ini dilaksanakan guna mendapatkan banyak kemungkinan data atau

informasi serta teori yang mampu dipergunakan selaku petunjuk basis

pemikiran di diskusi persoalan (Sugiyono, 2012).

Lazimnya familiar 3 macam instrumen penghimpunan data, yang mencakup

dokumen ataupun bahan pustaka, observasi, serta wawancara (Soekanto, 2014).

Instrumen studi itu mampu dipakai sendiri ataupun secara bersamaan.

3.2.3 Lokasi Penelitian

Ketika melaksanakan studi ini, penulis melaksanakan batasan pada ruang

lingkup wilayah penelitian untuk dapat memastikan lokasi penelitian ini berada

dalam area lingkup yang penulis tetapkan dan supaya dalam pembahasannya,

penulis mampu menetapkan pusat permasalahan menjadi lebih terperinci dengan


3

adanya pembatasan wilayah atau ruang lingkup penelitian yang diperkecil ini,

sementara dengan itu penulis membuat pembatasan lokasi penelitian yang akan

dilakukan hanya pada tempat penelitian di tempat terhadap studi ini ialah di

daerag kerja instansi Kepolisian Resor Kota Barelang, berlokasi di jalan Jendral

Sudirman No 04, Sukajadi, Kec. Batam Kota. Dengan pembatasan lokasi

penelitian ini agar dapat menjadi lebih fokus dan mengakaji lebih dalam pada

Kepolisian Resor Kota Barelang dan mampu memberikan manfaat yang lebih

besar.

3.3 Metode Analisis Data

Metode yang dapat dipakai oleh penulis pada olah data yaitu dengan proses

mencari serta merancang dengan cara sistematis data yang didapatkan dari

capaian interview, catatan lapangan, serta dokumentasi. Secara mengumpulkan

data ke golongan, menguraikan dalam unit, membuat melalui pola, menentukan

yang mana lebih utama serta yang hendak didalami, serta menciptakan hasil

konklusi dengan sangat gampang dimengerti oleh peneliti ataupun individu

lainnya. (Sugiyono, 2012).

Metode yang dipakai penulis untuk melakukan olah data yakni selaras

bersama metode studi yang ditetapkan oleh penulis yakni metode studi empiris.

Studi empiris merupakan sebuah metode studi lewat cara menghimpun data-data

yang diperolah berdasarkan kenyataan yang dialami peneliti serta hasil wawancara

dan dokumen pendukung lainnya dan dianalisis data itu lalu dibuat serta

dibanding argumen para ahli, UU, serta teori-teori hukum untuk menjadi landasan
4

yuridis dalam penelitian sehingga dapat memeperoleh suatu hasil penelitian yang

mampu menjawab semua perumusan persoalan yang sudah penulis jabarkan di

bab sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai