Jak lexprivatum,+17.+Juita+J.+Timbuleng MENTAH
Jak lexprivatum,+17.+Juita+J.+Timbuleng MENTAH
3/Ags-Okt/2014
157
Lex Privatum, Vol.II/No. 3/Ags-Okt/2014
subtitusi atau mewakilkan lagi kepada kuasa lebih khusus menjadi pihak ketiga.
penerima hak subtitusi. Dalam hukum acara perdata sebagai hukum
formil terdapat suatu asas bahwa tidak ada
A. PENDAHULUAN kewajiban para pihak yang bersengketa
Secara keilmuan maka hukum sebagai tersebut untuk mewakilkan kepada orang
suatu instrumen yang salah satu tujuannya lain, sehingga pemeriksaan di persidangan
adalah untuk mengatur masyarakat terjadi secara langsung terhadap para pihak
tersebut dibedakan menjadi berbagai yang langsung berkepentingan. Akan tetapi
bidang, dimana menurut Achmad Ichsan para pihak dapat dibantu atau diwakili oleh
bila dilihat dari segi isinya maka hukum kuasanya kalau dikehendakinya.
dibedakan menjadi Hukum Publik yang Pemberian kuasa secara sosiologis,
meliputi Hukum Pidana, Hukum Tata dapat dikatakan sebagai lembaga yang
Negara, Hukum Acara Pidana, Hukum Acara terbentuk didalam kehidupan
Perdata dan Hukum Administrasi, selain itu kemasyarakatan, yang kemudian
dikenal juga Hukum Privat yang meliputi dituangkan dalam peraturan yang disahkan
Hukum Perdata dan Hukum Dagang. negara atau dalam undang-undang. Sebagai
Menurut J.C.T. Simorangkir dan suatu lembaga, pemberian kuasa dapat
Woerjono Sastropranoto maka yang disejajarkan dengan hak milik, jual beli, dan
disebut dengan hukum perdata adalah lain-lain yang kesemuanya itu tumbuh
hukum yang memuat semua peraturan- sebagai suatu kebiasaan yang ada dalam
peraturan, yang meliputi hubungan- masyarakat.
hubungan hukum antara orang yang satu
dengan orang yang lain didalam B. PERUMUSAN MASALAH.
masyarakat, dengan menitikberatkan 1. Bagaimana Bentuk-Bentuk Pemberian
kepada kepentingan perseorangan.2 Kuasa?
Didalam masyarakat tiap-tiap orang 2. Bagimana tahapan perkembangan
mempunyai kepentingan-kepentingannya pemberian kuasa subtitusi/khusus dalam
sendiri-sendiri, yang tidak hanya penyelesaian penanganan perkara di
bersamaan atau berlainan saja, akan tetapi pengadilan?
kadang-kadang juga dapat bertentangan
yang satu dengan yang lain. Maka hukum C. METODE PENELITIAN
perdatalah, yang menentukan, agar supaya Agar dapat menyelesaikan suatu
orang-orang dalam hubungan dan penelitian ilmiah diperlukan metode
pergaulan dalam masyarakat saling pendekatan yang tepat sesuai dengan
mengetahui dan saling menghormati hak- perumusan masalah yang telah ditentukan.
hak dan kewajiban-kewajibannya antara Jadi untuk menjelaskan hukum atau untuk
orang yang satu dengan orang yang lain, mencari makna dan memberikan nilai akan
sehingga masing-masing kepentingan dapat hukum tersebut hanya menggunakan
terjamin dan tidak terganggu. konsep hukum dan langka-langka yang yang
Masalah yang penting didalam ditempuh adalah Metode normatif.2
perwakilan substitusi penerima kuasa Penelitian Hukum normatif dapat juga
dalam perkara perdata tersebut adalah dilakukan terhadap peraturan perundang-
siapa yang menjadi pemberi dan penerima undangan, dengan tujuan sebagai berikut:
2 2
J.C.T. Simorangkir, MR. dan Woerjono Bahder J. Nasution, Metodologi Penelitian Ilmu
Sastropranoto, MR., “Peladjaran Hukum Indonesia”, Hukum, Penerbit CV. Mandar Maju, Bandung, 2008,
Penerbit Gunung Agung, Jakarta, 1957., hal 25 hal. 87
158
Lex Privatum, Vol.II/No. 3/Ags-Okt/2014
159
Lex Privatum, Vol.II/No. 3/Ags-Okt/2014
Mahkamah Agung Nomor 2 tahun 1959 1) Bahwa kuasa dapat diberikan dan
tentang Surat Kuasa Khusus jo Surat Edaran diterima dalam suatu akta umum, dalam
Mahkamah Agung Nomor 5 tahun 1962 suatu tulisan dibawah tangan, bahkan
dimana pada garis besarnya Mahkamah dalam sepucuk surat ataupun dengan
Agung menyatakan pembuatan surat kuasa lisan.
dengan kata-kata yang bersifat umum tidak Akta umum adalah akta yang dibuat oleh
diperkenankan, namun dalam SEMA ini dan dihadapan pejabat umum yang
Mahkamah Agung masih memberi toleransi diberikan wewenang oleh Undang-
terhadap surat kuasa tersebut dengan undang. Tulisan dibawah tangan adalah
menganjurkan para hakim yang menerima akta yang dibuat hanya oleh para pihak
surat kuasa yang bersifat umum tersebut saja (pemberi dan penerima kuasa).
untuk mengembalikan dan memerintahkan 2) Penerimaan suatu kuasa dapat pula
untuk diperbaiki dengan beberapa petunjuk terjadi secara diam-diam dan
seperlunya. disimpulkan dari pelaksanaan kuasa itu
oleh si kuasa.
2. 3. Sub Fase Penegasan.
Pada tanggal 23 Januari 1971 Mahkamah b. Isi pemberian kuasa
Agung mengeluarkan Surat Edaran Nomor 1 Banyak sekali isi dari pemberian kuasa,
tahun 1971 tentang Surat Kuasa Khusus namun sesuai dengan perundang-undangan
dimana dengan pertimbangan kebijakan dapat dibedakan menjadi sbb:
memberikan kelonggaran bagi penerapan 1) Pasal 1795 KUH Perdata menyebutkan
kuasa khusus sudah dirasa cukup lama bahwa isi pemberian kuasa sbb:
maka Mahkamah Agung menganggap para - Pemberian Kuasa secara Khusus yaitu
pihak yang berkepentingan yaitu pemberi mengenai hanya satu kepentingan
dan penerima kuasa di pengadilan hudah tertentu atau lebih.
harus tahu dan mengindahkan syarat-syarat - Pemberian Kuasa secara Umum yaitu
kuasa khusus sebagaimana ditentukan oleh meliputi segala kepentingan si pemberi
undang-undang, sehingga SEMA kuasa.
sebelumnya yang memberi petunjuk agar 2) Pasal 1797 KUH Perdata menyebutkan
hakim memerintahkan surat kuasa khusus bahwa si Kuasa tidak diperbolehkan
yang tidak memenuhi syarat dapat melakukan sesuatu apapun yang
diperbaiki tersebut dicabut. SEMA ini melampaui kuasanya: kekuasaan yang
membawa implikasi mulai saat diberikan untuk menyelesaikan suatu
diberlakukannya SEMA tersebut maka urusan dengan jalan perdamaian,
setiap surat kuasa khusus yang tidak sekali-kali tidak mengandung
memenuhi persyaratan haruslah ditolak. kekuasaan untuk menyerahkan
Hal ini selanjutnya ditegaskan lagi oleh perkaranya kepada putusan wasit.
Mahkamah Agung dengan mengeluarkan
SEMA Nomor 6 tahun 1994 tentang Surat Pada dasarnya pembubuhan materai
Kuasa Khusus. Dalam pemberian kuasa adalah hanya berfungsi sebagai suatu cara
yang terpenting juga harus diperhatikan untuk mengenakan pajak yang harus
tentang bentuk serat ini dalam penerimaan dibayar kepada negara terhadap suatu
kuasa sebagai perwakilannya dimana hal ini surat-surat atau dokumen-dokumen yang
dapat terdiri dari: dihasilkan atas perbuatan hukum tertentu
a. Bentuk surat kuasa dan dimaksudkan akan dijadikan sebagai
Bentuk dari surat kuasa menurut pasal alat bukti. Sehingga surat kuasa yang tidak
1793 KUH Perdata adalah: bermeterai, bukanlah berarti bahwa surat
160
Lex Privatum, Vol.II/No. 3/Ags-Okt/2014
kuasa tersebut menjadi tidak sah. Surat kata-kata “untuk atas namanya” ditinjau
Kuasa yang tidak bermeterai tersebut tetap dari sisi yuridis kata-kata
dapat dijadikan sebagai alat bukti, hanya “menyelenggarakan suatu urusan” berarti
saja sesuai undang-undang tentang materai bahwa disitu terdapat suatu perbuatan
bahwa perjanjian termasuk juga surat hukum yang akan mengakibatkan akibat
kuasa termasuk dokumen yang wajib hukum tertentu sedangkan kata-kata
dikenakan bea meterai, maka terhadap “untuk atas namanya” berarti adanya
surat kuasa yang tidak ada meterainya sesrorang yang mewakilkan kepada orang
tersebut harus dilunasi terlebih dahulu bea lain untuk melakukan suatu perbuatan
meterainya dengan cara yang telah diatur tertentu. Sehingga dapat diartikan bahwa
dalam Undang-undang tentang meterai. orang yang menerima kuasa dalam
Cara untuk melunasi bea meterai atas melakukan urusan tersebut adalah
surat kuasa yang tidak bermeterai adalah mewakili dan dalam hal ini berarti
dibelikan meterai di Kantor Pos dan Giro, sipenerima kuasa berbuat untuk dan atas
kemudian ditempelkan dalam lembar nama si pemberi kuasa, serta akan
kertas surat kuasa tersebut, kemudian menimbulkan hak dan kewajiban baik dari
dimintakan cap pos atau istilah lainnya si pemberi kuasa maupun penerima kuasa
adalah Nazekling. tersebut.
Pemberi Kuasa dapat saja mencabut a. Bentuk surat kuasa
wewenang kuasa setiap saat dan menuntut Bentuk dari surat kuasa menurut pasal
pengembalian kuasa untuk menghindari 1793 KUH Perdata adalah:
penyalahgunaan Surat Kuasa yang telah 1) Bahwa kuasa dapat diberikan dan
dicabut tersebut. diterima dalam suatu akta umum, dalam
Apabila seseorang tidak dapat suatu tulisan dibawah tangan, bahkan
menjalankan suatu urusan, maka dalam sepucuk surat ataupun dengan
alternatifnya adalah menunda urusan lisan.
tersebut sampai ia mampu melakukannya Akta umum adalah akta yang dibuat oleh
sendiri atau mewakilkan kepada orang lain dan dihadapan pejabat umum yang
untuk melakukannya. Mewakilkan kepada diberikan wewenang oleh Undang-
orang lain untuk menjalankan suatu urusan undang. Tulisan dibawah tangan adalah
itulah yang dalam bahasa sehari-hari akta yang dibuat hanya oleh para pihak
dikenal dengan pemberian kuasa. Terdapat saja (pemberi dan penerima kuasa).
beberapa pengertian tentang surat kuasa 2) Penerimaan suatu kuasa dapat pula
dan masalah-masalah yang perlu dibahas terjadi secara diam-diam dan
dalam surat kuasa yang ada hubungannya disimpulkan dari pelaksanaan kuasa itu
dengan kegiatan kita sehari-hari baik secara oleh si kuasa.
yuridis maupun dalam kenyataan
dilapangan. Berikut ini penulis sengaja b. Isi pemberian kuasa
menyajikan pembahasan tentang Banyak sekali isi dari pemberian kuasa,
pemberian kuasa (surat kuasa) dalam namun sesuai dengan perundang-undangan
bentuk tanya jawab guna lebih dapat dibedakan menjadi sbb:
mempermudah para pembaca untuk 1) Pasal 1795 KUH Perdata menyebutkan
memahaminya. bahwa isi pemberian kuasa sbb:
Perlu dicermati dan digarisbawahi dalam - Pemberian Kuasa secara Khusus yaitu
pengertian diatas adalah definisi menurut mengenai hanya satu kepentingan
KUH Perdata, dimana disitu terdapat kata- tertentu atau lebih.
kata “menyelenggarakan suatu urusan” dan
161
Lex Privatum, Vol.II/No. 3/Ags-Okt/2014
162
Lex Privatum, Vol.II/No. 3/Ags-Okt/2014
163
Lex Privatum, Vol.II/No. 3/Ags-Okt/2014
bertanggungjawab untuk orang yang telah dianggapnya perlu dan berguna berkenaan
ditunjuk olehnya sebagai penggantinya dengan pemberian kuasa ini sedianya dapat
dalam melaksanakan kuasanya: dilakukan Pemberi Kuasa sendiri dalam
- Jika ia tidak diberikan kekuasaan untuk perkara ini.
menunjuk seorang lain sebagai Demikian surat kuasa ini diberikan
penggantinya dengan upah (honorarium) dan hak retensi
- Jika kekuasaan itu telah diberikan serta dengan hak untuk melimpahkan
kepadanya tanpa penyebutan seorang (substitusi) baik sebagian maupun
tertentu, sedangkan orang yang seluruhnya yang dikuasakan ini pada orang
dipilihnya itu ternyata seorang yang tak- lain. Juga, jika terjadi permasalahan antara
cakap atau tak mampu. pemberi kuasa dan penerima kuasa akan
Jadi jelas bahwa pasal tersebut dilakukan dengan musyawarah untuk
menghendaki apabila pengangkatan kuasa mencapai mufakat. Hal ini diatur dalam
substitusi tidak diperbolehkan atau tidak Pasal 1800 – 1806 KUHPerdata. Sesuai
mendapat persetujuan dari Pemberi Kuasa dengan Pasal 1800 kewajiban terpenting
(pemberi kuasa pertama kali sebelum terbit yang harus dilaksanakan oleh si penerima
kuasa substitusi) dan apabila pengangkatan kuasa adalah melaksanakan kekuasaan
kuasa substitusi telah mendapat wewenang yang dilimpahkan kepadanya oleh pihak
dari Pemberi Kuasa tanpa menentukan yang memberikan kuasa, selama pemberian
siapa orangnya, ternyata orang tersebut kuasa tidak terhenti dalam hal-hal yang
tidak cakap atau tidak mampu maka hal disebutkan dalam Pasal 1813 dan
tersebut menjadi tanggung jawab dari seterusnya. Dan penerima kuasa
Pemberi Kuasa substitusi. bertanggung jawab atas segala kerugian
Pemberi Kuasa dapat saja mencabut yang diderita sebagai akibat dari ketiadaan
wewenang kuasa setiap saat dan menuntut pelaksanaan kekuasaan.
pengembalian kuasa untuk menghindari Apabila perjanjian pemberian kuasa
penyalahgunaan Surat Kuasa yang telah masih berlaku, si pemberi kuasa meninggal
dicabut tersebut. Penerima Kuasa dunia, maka menurut Pasal 1813 hal ini
berwenang pula untuk menghadap, menyebabkan perjanjian pemberian kuasa
menghadiri, dan mewakili Pemberi Kuasa berakhir. Akan tetapi ayat 2 dari Pasal 1800
dimuka persidangan pengadilan yang BW menentukan, apabila pada waktu si
berwenang semua instansi dan pejabat pemberi kuasa meninggal dunia, si
pemerintah maupun swasta, baik sipil penerima kuasa sudah mulai melakukan
maupun militer di seluruh wilayah hukum tugasnya selaku kuasa, maka ia diwajibkan
Republik Indonesia, Penerima kuasa untuk menyelesaikan tugasnya tersebut.
berwenang berbicara, memberikan Menurut Pasal 1801 BW si penerima
keterangan-keterangan, mendengar, kuasa tidak saja bertanggung jawab tentang
mengajukan, serta menolak saksi-saksi perbuatan-perbuatan yang dilakukan
serta alat-alat bukti lainnya, dengan sengaja tetapi penerima kuasa juga
menyelenggarakan ataupun menolak bertanggung jawab atas kelalaian dalam
menandatangani perdamaian diluar menjalankan tugasnya. Pasal 1802 BW
maupun didalam persidangan yang mewajibkan si penerima kuasa untuk
bersangkutan menerima dan memberikan melaporkan kepada si pemberi kuasa
tanda penerimaan perjanjian (kwitansi) dan tentang apa yang telah diperbuatnya dan
lain sebagainya satupun tiada yang memberikan perhitungan kepada si
dikecualikan. Penerima Kuasa dapat pemberi kuasa tentang segala apa yang
melakukan segala sesuatu yang telah diterimanya berdasarkan kuasanya,
164
Lex Privatum, Vol.II/No. 3/Ags-Okt/2014
sekalipun apa yang telah diterimanya itu orang-orang tersebut bertanggung jawab
tidak seharusnya dibayar kepada si pemberi bersama atas segala akibat dari pemberian
kuasa. Tanggung jawab Penerima Kuasa kuasa itu kepada si penerima kuasa.
substitusi Pasal 1803 KUH Perdata Kuasa dapat diberikan dan diterima
menegaskan bahwa “Si penerima kuasa dalam suatu akte umum, dalam suatu
bertanggung jawab atas orang yang telah tulisan dibawah tangan, bahkan dalam
ditunjuknya, sebagai pengganti posisinya sepucuk surat ataupun dengan lisan.
dalam melaksanakan kuasanya, yaitu Penerimaan suatu kuasa dapat pula terjadi
diantaranya adalah : secara diam-diam sesuai dengan ketentuan
- Jika ia tidak diberikan kekuasaan untuk yang ada dalam Pasal 1793 BW. Dari
menunjuk seorang lain sebagai ketentuan ini dapat kita lihat bahwa
penggantinya. pemberian kuasa itu adalah bebas dari
- Jika kekuasaan itu telah diberikan sesuatu bentuk cara (Formalitas) tertentu ;
kepadanya tanpa penyebutan seorang dengan perkataan lain, ia adalah suatu
tertentu, sedangkan orang yang perjanjian konsensual artinya sudah
dipilihnya itu ternyata seorang yang tak- mengikat (sah) pada saat tercapainya kata
cakap atau tak mampu. sepakat antara si pemberi dan penerima
Jadi jelas bahwa pasal tersebut kuasa.
menghendaki apabila pengangkatan kuasa
substitusi tidak diperbolehkan atau tidak PENUTUP
mendapat persetujuan dari Pemberi Kuasa A. Kesimpulan
(pemberi kuasa pertama kali sebelum terbit 1. Pemberi maupun penerima kuasa
kuasa substitusi) dan apabila pengangkatan harus bener-benar mengetahui
kuasa substitusi telah mendapat wewenang bentuk dan isi suatu surat kuasa yang
dari Pemberi Kuasa tanpa menentukan dapat dalam suatu akta umum,
siapa orangnya, ternyata orang tersebut dibawah tangan, sepucuk surat
tidak cakap atau tidak mampu maka hal ataupun dengan lisan. Dengan
tersebut menjadi tanggung jawab dari dipahami mengenai isi yang akan
Pemberi Kuasa substitusi. dilaksanakan sepenuhnya oleh
Kewajiban dari pemberi kuasa diatur penerima kuasa mengenai pemberian
dalam Pasal 1807 – 1812, dimana luasa secara umum mengenai satu
kewajiban dari pemberi kuasa adalah kepentingan tertentu atau lebih dan
sebagai berikut : Pemberi kuasa diwajibkan secara khusus meliputi segala
untuk memenuhi perikatan-perikatan yang kepentingan si pemberi kuasa.
dibuat oleh penerima kuasa menurut 2. Pemberian kuasa yang melakukan lagi
kekuasaan yang telah diberikan kepadanya. pengalihan hak dari penerima kuasa
Pemberi kuasa wajib untuk mengembalikan semula pada pihak ketiga yang
biaya-biaya yang telah dikeluarkan si dilakukan baik seluruhnya atau
penerima kuasa selama ia diberikan kuasa sebagian saja, pelaksanaanya pula
untuk mengurus segala urusan-urusan yang tidak mengurangi apa yang
dimiliki oleh si pemberi kuasa, serta si dimasudkan untuk melaksanakan
pemberi kuasa wajib untuk membayar upah kepentingan dari pemberi kuasa
kepada si penerima kuasa apabila hal ini utama, sehingga terlaksana maksud
telah diperjanjikan sebelumnya. dan kepentingan dari yang emberi
Apabila seorang penerima kuasa kuasa. Sehingga sepenuhnya
diangkat oleh lebih dari satu orang untuk tanggungjawab ada pada penerima
mewakili suatu urusan bersama maka kuasa yang melakukan subtitusi atau
165
Lex Privatum, Vol.II/No. 3/Ags-Okt/2014
mewakilkan lagi kepada penerima hak HAS. Natabaya, Prof., S.H., LL.M., “Sistem
subtitusi. Peraturan Perundang-Undangan
Indonesia”, Konstitusi Press & PT.
B. Saran Tatanusa, Jakarta, 2008.
1. Penulis berharap agar pemerintah Rachmad Setiawan, ”Hukum Perwakilan
khususnya para pembuat undang- dan Kuasa”, PT. Tatanusa, Jakarta, 2005.
undang untuk segera melakukan Retnowulan Sutantio, S.H., dan Iskandar
revisi atas KUHPerdata, khususnya Oeripkartawinata, S.H., ”Hukum Acara
dalam hal pasal-pasal yang berkaitan Perdata Dalam Teori Dan Praktek”, C.V.
dengan perjanjian pemberian kuasa, Mandar Maju, Bandung, 2002.
karena setelah di analisa secara Soerjono Soekanto, ”Sosiologi Suatu
mendalam ternyata banyak sekali Pengantar”, Penerbit Rajawali, Jakarta,
kekurangan yang terdapat di dalam 1982.
pasal-pasal yang berkaitan dengan Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian
perjanjian pemberian kuasa, yang Hukum, Penerbit Universitas Indonesia,
kemudian mengakibatkan munculnya (UI-PRESS), Jakarta, 1986.
berbagai interpretasi karena tidak Subekti, R. Prof., S.H., “Aneka Perjanjian”,
jelasnya peraturan perundang- PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995.
undangan yang ada. Subekti, R. Prof., S.H., dan R. Tjitrosudibio,
2. Penulis juga berharap agar dibuat “Kitab Undang-Undang Hukum Perdata”,
peraturan-peraturan yang mengatur Pradnya Paramita, Jakarta, 1995.
secara khusus mengenai perjanjian Sudikno Mertokusumo, Prof. Dr., S.H.,
pemberian kuasa, agar dapat “Hukum Acara Perdata Indonesia”,
memudahkan masyarakat Penerbit Liberty, Yogyakarta, 1998.
memperoleh kepastian hukum, Simorangkir, J.C.T. MR. dan Woerjono
sehingga dengan demikian akan Sastropranoto, MR., “Peladjaran Hukum
tercapai kepastian hukum. Indonesia”, Penerbit Gunung Agung,
Jakarta, 1957.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan
Penelitian Hukum, Penerbit PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2004.
Achmad Ichsan, S.H., “Hukum Perdata I A”,
PT. Pembimbing Masa, Jakarta, tanpa
tahun.
Ahmad Kamil, Drs. H., S.H., M.Hum., dan M.
Fauzan, Drs. H., S.H., M.M., .H., ”Ke Arah
Pembaruan Hukum Acara Perdata Dalam
SEMA Dan PERMA”, Kencana Prenada
Media Group, Jakarta, 2008.
Ali Boediarto, S.H., ”Kompilasi Peraturan
Hukum Acara Perdata”, Penerbit Varia
Peradilan-Ikatan Hakim Indonesia,
Jakarta, 2003.
Bahder J. Nasution, Metodologi Penelitian
Ilmu Hukum, Penerbit CV. Mandar Maju,
Bandung, 2008.
166