Anda di halaman 1dari 15

Implementasi Pancasila

Sebagai Sistem Filsafat dan


Tantangan
Oleh: MB3A & MB3B
Apa itu Filsafat?
Jika definisikan maka filsafat dapat diartikan sebagai gagasan yang penuh pengetahuan, hikmah dan
kebijaksanaan. Sedangkan secara umum filsafat adalah ilmu yang membahas segala fenomena yang
ada dalam kehidupan serta pemikiran manusia secara skeptis dan bersifat kritis.

Apa itu Filsafat Pancasila?


Sebagai refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya
bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan
menyeluruh.
PANCASILA
SEBAGAI SUATU SISTEM FILSAFAT

Pancasila sebagai sistem filsafat dapat dilakukan dengan cara deduktif dan induktif.
a. Cara deduktif yaitu dengan mencari hakikat Pancasila serta menganalisis dan menyusunnya secara sistematis
menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif.
b. Cara induktif yaitu dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat, merefleksikannya, dan menarik
arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala itu.

Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan organis.
Artinya, antara sila-sila Pancasila itu saling berkaitan, saling berhubungan bahkan saling mengkualifikasi. Pemikiran
dasar yang terkandung dalam Pancasila, yaitu pemikiran tentang manusia yang berhubungan dengan Tuhan, dengan
diri sendiri, dengan sesama, dengan masyarakat bangsa yang nilai-nilai itu dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Inti sila-sila
Pancasila meliputi:
a. Tuhan, yaitu sebagai kausa prima
b. Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial
c. Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri
d. Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan
gotong royong
e. Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain
yang menjadi haknya.
Alasan Diperlukannya Kajian
Pancasila sebagai Sistem
Filsafat
A. Filsafat Pancasila sebagai Genetivus Objectivus dan Genetivus
Subjectivus

Pancasila sebagai genetivus-objektivus, artinya nilai-nilai Pancasila


dijadikan sebagai objek yang dicari landasan filosofisnya berdasarkan
sistem-sistem dan cabang-cabang filsafat yang berkembang di Barat.
Pancasila sebagai genetivus-subjectivus, artinya nilai-nilai Pancasila
dipergunakan untuk mengkritisi berbagai aliran filsafat yang berkembang,
baik untuk menemukan hal-hal yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila
maupun untuk melihat nilai-nilai yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila.
Selain itu, nilai-nilai Pancasila tidak hanya dipakai dasar bagi pembuatan
peraturan perundang-undangan, tetapi juga nilai-nilai Pancasila harus
mampu menjadi orientasi pelaksanaan sistem politik dan dasar bagi
pembangunan nasional.
B. Landasan Ontologis Filsafat Pancasila

Ontologi menurut Aritoteles merupakan cabang filsafat yang


membahas tentang hakikat segala yang ada secara umum sehingga dapat
dibedakan dengan disiplin ilmu-ilmu yang membahas sesuatu secara
khusus. Ontologi membahas tentang hakikat yang paling dalam dari sesuatu
yang ada, yaitu unsur yang paling umum dan bersifat abstrak, disebut juga
dengan istilah substansi.
Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia, yang
memiliki hakikat mutlak yaitu monopluralis, atau monodualis, karena itu juga
disebut sebagai dasar antropologis. Subyek pendukung pokok dari sila-sila
Pancasila adalah manusia.

C. Landasan Aksiologis Pancasila

Pernahkah Anda mendengar istilah “aksiologi”? Kalau belum pernah,


maka satu hal yang perlu Anda ketahui bahwasanya istilah “aksiologis”
terkait dengan masalah nilai (value).
Landasan aksiologis Pancasila artinya nilai atau kualitas yang
terkandung dalam sila-sila Pancasila. Sila pertama mengandung kualitas
monoteis, spiritual, kekudusan, dan sakral. Sila kemanusiaan mengandung
nilai martabat, harga diri, kebebasan, dan tanggung jawab. Sila persatuan
mengandung nilai solidaritas dan kesetiakawanan. Sila keempat
mengandung nilai demokrasi, musyawarah, mufakat, dan berjiwa besar. Sila
keadilan mengandung nilai kepedulian dan gotong royong.
D. Landasan Epistemologis Filsafat Pancasila
Epistemologi adalah cabang filsafat pengetahuan yang membahas tentang
sifat dasar pengetahuan, kemungkinan, lingkup, dan dasar umum pengetahuan
(Bahm, 1995: 5). Epistemologi terkait dengan pengetahuan yang bersifat sui
generis, berhubungan dengan sesuatu yang paling sederhana dan paling
mendasar (Hardono Hadi, 1994: 23).
Landasan epistemologis Pancasila artinya nilai-nilai Pancasila digali dari
pengalaman (empiris) bangsa Indonesia, kemudian disintesiskan menjadi
sebuah pandangan yang komprehensif tentang kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Penjabaran sila-sila Pancasila secara epistemologis dapat diuraikan sebagai
berikut.
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, digali dari pengalaman kehidupan
beragama bangsa Indonesia sejak dahulu sampai sekarang.
b. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab digali dari pengalaman atas
kesadaran masyarakat yang ditindas oleh penjajahan selama berabad-abad.
c. Sila Persatuan Indonesia digali dari pengalaman atas kesadaran bahwa
keterpecahbelahan yang dilakukan penjajah kolonialisme Belanda melalui
politik Devide et Impera menimbulkan konflik antarmasyarakat Indonesia.
d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan digali dari budaya bangsa Indonesia yang
sudah mengenal secara turun temurun pengambilan keputusan berdasarkan
semangat musyawarah untuk mufakat.
e. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia digali dari prinsip-
prinsip yang berkembang dalam masyarakat Indonesia yang tercermin dalam
sikap gotong royong.
Sumber Pancasila
sebagai Sistem Filsafat

A. Sumber Historis Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Pembahasan sila-sila Pancasila sebagai sistem filsafat dapat ditelusuri dalam sejarah masyarakat Indonesia sebagai
berikut.
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, sejak zaman purbakala hingga pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia,
masyarakat Nusantara telah melewati ribuan tahun pengaruh agama-agama lokal.
b. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, dibuktikan melalui proklamasi kemerdekaan Indonesia yang memiliki
wawasan global dengan kearifan lokal, memiliki komitmen pada penertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian, dan keadilan sosial serta pada pemuliaan hak-hak asasi manusia dalam suasana kekeluargaan kebangsan
Indonesia.
c. Sila Persatuan Indonesia, bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk sosial, kultural, dan territorial. Bangsa
Indonesia dapat menyatu dalam suatu komunitas politik kebangsaan Indonesia.
d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan, sejarah
menunjukkan bahwa kerajaan-kerajaan pra-Indonesia adalah kerajaan feodal yang dikuasai oleh raja-raja autokrat.
e. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, masyarakat adil dan makmur adalah impian kebahagian yang
telah berkobar ratusan tahun lamanya dalam dada keyakinan bangsa Indonesia.
B. Sumber Sosiologis
Sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem filsafat dibagi dalam dua kelompok.
Kelompok pertama, Kelompok pertama masyarakat awam yang memahami Pancasila
sebagai sistem filsafat yang terdapat dalam agama, adat istiadat, dan budaya berbagai suku
bangsa di Indonesia. Kelompok kedua, masyarakat ilmiah-akademis yang memahami
Pancasila sebagai sistem filsafat dengan teori-teori yang bersifat akademis.
Menurut Notonagoro, Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan satu kesatuan utuh
yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Artinya, sila-sila Pancasila merupakan suatu kesatuan
utuh yang saling terkait dan saling berhubungan secara koheren. Notonagoro
menggambarkan kesatuan dan hubungan sila-sila Pancasila itu dalam bentuk kesatuan dan
hubungan hierarkis piramidal dan kesatuan hubungan yang saling mengisi atau saling
mengkualifikasi.
C. Sumber Politis

Sumber politis Pancasila sebagai sistem filsafat dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama,
meliputi wacana politis tentang Pancasila sebagai sistem filsafat pada siding BPUPKI, sidang PPKI, dan kuliah umum
Soekarno antara tahun 1958 dan1959, tentang pembahasan sila-sila Pancasila secara filosofis. Kelompok kedua,
mencakup berbagai argumen politis tentang Pancasila sebagai sistem filsafat yang disuarakan kembali di era reformasi
dalam pidato politik Habibie 1 Juni 2011.
Sumber politis Pancasila sebagai sistem filsafat berlaku juga atas kesepakatan penggunaan simbol dalam kehidupan
bernegara. Garuda Pancasila merupakan salah satu simbol dalam kehidupan bernegara. Dalam pasal 35 Undang-
Undang Dasar 1945 berbunyi sebagai berikut. ”Bendera Negara Indonesia ialah sang merah putih”. Pasal 36, ”Bahasa
Negara ialah Bahasa Indonesia”. Pasal 36A, ”Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka
Tunggal Ika”. Pasal 36B, ”Lagu kebangsaan Indonesia ialah Indonesia Raya”. Bendera merah putih, Bahasa Indonesia,
Garuda Pancasila, dan lagu Indonesia Raya, semuanya merupakan simbol dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
di Indonesia.
Argumen tentang Dinamika dan Tantangan
Pancasila sebagai Sistem Filsafat

a. Dinamika Pancasila sebagai Sistem Filsafat


Pada era pemerintahan Soekarno, Pancasila sebagai sistem filsafat dikenal dengan istilah
“Philosofische Grondslag”. Soekarno memikirkan perihal kemerdekaan bangsa Indonesia. Ide tersebut
disambut baik oleh berbagai kalangan, terutama dalam sidang BPUPKI pertama 1 Juni 1945. Akan tetapi,
ide tentang Philosofische Grondslag belum diuraikan secara rinci atau masih bersifat teoritis. Pada masa
itu, Soekarno lebih menekankan bahwa Pancasila merupakan filsafat asli Indonesia yang diangkat dari
akulturasi budaya bangsa Indonesia.
Pada pemerintahan Soeharto, kedudukan Pancasila sebagai sistem filsafat berkembang ke arah yang
lebih praktis melalui istilah weltanschauung. Artinya, filsafat Pancasila tidak hanya bertujuan mencari
kebenaran dan kebijaksanaan, tetapi juga digunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari. Atas dasar
inilah, Soeharto mengembangkan sistem filsafat Pancasila menjadi penataran P-4.
B. Tantangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Pertama, kapitalisme, yaitu aliran yang meyakini bahwa kebebasan individual


pemilik modal untuk mengembangkan usahanya dalam rangka meraih
keuntungan sebesar-besarnya merupakan upaya untuk menyejahterakan
masyarakat. Salah satu bentuk tantangan kapitalisme terhadap Pancasila
sebagai sistem filsafat ialah meletakkan kebebasan individual secara
berlebihan sehingga dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti
monopoli, gaya hidup konsumerisme, dan lain-lain.
Kedua, komunisme adalah sebuah paham yang muncul sebagai reaksi atas
perkembangan kapitalisme sebagai produk masyarakat liberal. Komunisme
merupakan aliran yang meyakini bahwa kepemilikan modal dikuasai oleh
negara untuk kemakmuran rakyat secara merata. Salah satu bentuk
tantangan komunisme terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat ialah
dominasi negara yang berlebihan sehingga dapat menghilangkan peran
rakyat dalam kehidupan bernegara.
C. Solusi Untuk Menghadapi Tantangan Terhadap Filsafat Pancasila

1. Kemampuan Profesional Yang Tinggi


Sifat tantangan yang dihadapi masa kini mengharuskan adanya profesionalisme di masing-masing
bidang untuk menanganinya. Apabila kemampuan profesionalisme ini tidak diperhatikan, yang
mengakibatkan kita tidak dapat bersaing dengan perusahaan asing yang terbuka masuk ke dunia
usaha Indonesia dengan segala kecanggihannya,kita akan tertinggal dan menjadi penonton di Tanah
Air sendiri.
2. Cinta Tanah Air
Sebagaimana generasi-generasi terdahulu berperan dalam menghadapi tantangan amannya atas
dasar rasa cinta tanah air yang mendalam, yang memberikan motivasi kuat untuk berjuang, maka
rasa cinta Tanah Air yang mendalam ini juga menjadi motivasi bagi generasi muda sekarang
dalam berjuang menghadapi tantangan zaman yang rumit.
3. Iman dan Taqwa Terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Sesuai dengan filsafat bangsa dan negara, pancasila, iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa senantiasa perlu dilaksanakan oleh setiap insan Indonesia.
4. Sikap Keterbukaan, Kebersamaan, dan Kemitraan
Dari pengalaman yang amat banyak serta beragam dari generasi muda sebelumnya, telah
berkembang keyakinan akan perlu dikembangkannya, sikap keterbukaan, kebersamaan, dan
kemitraan (K3).
5. Sikap Budaya Harmoni
Sikap budaya Indonesia yang sama dalam semua kebudayaan Indonesia adalah bahwa manusia
Indonesia menegakkan harmoni dalam hubungannya dengan alam semesta dan masyarakat.
Rangkuman
Pentingnya Pancasila sebagai sistem filsafat ialah agar dapat diberikan
pertanggungjawaban rasional dan mendasar mengenai sila-sila dalam Pancasila sebagai
prinsip-prinsip politik; agar dapat dijabarkan lebih lanjut sehingga menjadi operasional dalam
penyelenggaraan negara; agar dapat membuka dialog dengan berbagai perspektif baru
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; dan agar dapat menjadi kerangka evaluasi
terhadap segala kegiatan yang bersangkut paut dengan kehidupan bernegara, berbangsa,
dan bermasyarakat.
Bangsa Indonesia kini menghadapi tantangan yang jauh lebih rumit dibanding dengan
keadaan sebelumnya. Tantangan yang dihadapi bangsa dan negara yang sedang
membangun, di tengah-tengah arus globalisasi. Tantangan tersebut harus dihadapi dengan
kemampuan professional yang tinggi, dilandasi cinta tanah air yang mendalam serta iman dan
taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Generasi muda yang akan mengemban tugas
kepemimpian, kiranya perlu memahami serta melaksanakan sikap keterbukaan,
kebersamaan, dan kemitraan (K3), serta sikap budaya harmoni. Keempat sikap tersebut
harus menjadi cara hidup pemimpin, kini maupun di masa mendatang.
THANKS!

Anda mungkin juga menyukai