Anda di halaman 1dari 10

Tugas

fiqih Munakahat
Presentasi Oleh
Muh Nur Ilyas Husain
212012044

IAIN SULTAN AMAI GORONTALO / 2023


Halaman 02

Isi Pokok UU No. 1 tentang


Perkawinan
DASAR PERKAWINAN
SYARAT – SYARAT PERKAWINAN
PENCEGAHAN PERKAWINAN
BATALNYA PERKAWINAN
PERJANJIAN PERKAWINAN
HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI
HARTA BENDA DALAM PERKAWINAN
PUTUSNYA PERKAWINAN SERTA AKIBITNYA
KEDUDUKAN ANAK
HAK DAN KEWAJIBAN ANTARA ORANG TUA
DAN ANAK
PERWALIAN
Halaman 03

Isi Pokok UU No. 7


tentang Peradilan Agama
Pengadilan Agama cukup berperan dalam proses penerapan hukum Islam di
Indonesia. Hal ini memang ada benarnya, namun sebagaimana nanti juga
akan diungkapkan oleh penulis lain mereka ternyata juga masih cukup
banyak menghadapi permasalahan sehingga diperlukan sekali adanya
komplikasi hukum Islam guna dijadikan pegangan dalam penerapan
hukumnya. Tetapi dengan melihat apa yang dikemukakan di atas kita akan
dapat memperoleh persepsi yang lebih luas tentang kedudukan Kompilasi
sebagai salah satu pedoman bagi para Hakim agama

MUH NUR ILYAS HUSAIN


isi
Halaman 04

pokok KHI
Kompilasi Hukum Islam (KHI) bisa dikatakan Hukum tidak lagi hanya terbatas pada
hukum substantif saja yang memang seharusnya menjadi porsi dari kompilasi akan
tetapi sudah cukup banyak memberikan pengaturan tentang masalah prosedural
atau yang berkenaan dengan tatacara pelaksanaan yang seharusnya termasuk
dalam porsi perundang-undangan perkawinan.

Hukum Islam pada garis besarnya bidang bidang hukum Perkawinan,


yang meliputi
hukum Kewarisan dan hukum Perwakafan.hukum Materiil yang dijadikan pedoman
dalambidang-bidang hukum tersebut di atas adalah
bersumber pada 13 kitabyang
kesemuanya madzhab Syafi’i.
Halaman 05
perubahan UU no 1 Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974
menyatakan bahwa perkawinan hanya diizinkan apabila pihak pria mencapai umur 19
(sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 (enam belas) tahun,
ketentuan tersebut memungkinkan terjadinya perkawinan dalam usia anak pada anak
wanita karena dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2OO2 tentang Pelindungan Anak didefinisikan bahwa anak adalah
seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan. Dalam pertimbangan yang sama juga disebutkan Pengaturan batas usia
minimal perkawinan yang berbeda antara pria dan wanita tidak saja menimbulkan
diskriminasi dalam konteks pelaksanaan hak untuk membentuk keluarga sebagaimana
dijamin dalam Pasal 28B ayat (1) UUD 1945, melainkan juga telah menimbulkan diskriminasi
terhadap pelindungan dan pemenuhan hak anak sebagaimana dijamin dalam Pasal 28B ayat
(2) UUD L945.Perubahan norma dalam UndangUndang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan ini menjangkau batas usia untuk melakukan perkawinan, perbaikan norma
menjangkau dengan menaikkan batas minimal umur perkawinan bagi wanita.
perubahan UU No. 7
06
Halaman

Dalam Undang-Undang ini kewenangan pengadilan di lingkungan Peradilan Agama


diperluas, hal ini sesuai dengan perkembangan hukum dan kebutuhan hukum
masyarakat, khususnya masyarakat muslim. Perluasan tersebut antara lain meliputi
ekonomi syari’ah. Dalam kaitannya dengan perubahan Undang-Undang ini pula, kalimat
yang terdapat dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama yang menyatakan: “Para Pihak sebelum berperkara dapat
mempertimbangkan untuk memilih hukum apa yang dipergunakan dalam pembagian
warisa. Penggantian dan perubahan kedua Undang-Undang tersebut secara tegas telah
mengatur pengalihan organisasi, administrasi, dan finansial dari semua lingkungan
peradilan ke Mahkamah Agung. Dengan demikian, organisasi, administrasi, dan finansial
badan peradilan di lingkungan Peradilan Agama yang sebelumnya masih berada di
bawah Departemen Agama berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama perlu disesuaikan. Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 4
Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, Pengalihan ke Mahkamah Agung telah
dilakukan. Untuk memenuhi ketentuan dimaksud perlu pula diadakan perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.
UU No. 1
13
Halaman

Perbedaan asas ini hanya pada bagian perbedaan umur nikah.


Sebelum di rubah umur nikah harus mencapai 21 tahun,dan itu di
ubah karena pembedaan perlakuan antara pria dan wanita itu
berdampak pada atau menghalangi pemenuhan hak-hak dasar atau
hakhak konstitusional warga negara, baik yang termasuk ke dalam
kelompok hak-hak sipil dan politik maupun hak-hak ekonomi,
pendidikan, sosial, dan kebudayaan, yang seharusnya tidak
bolehdibedakan semata-mata berdasarkan alasan jenis kelamin,
maka pembedaan demikian jelas merupakan diskriminasi. Karena
pada dasarnya jikalau umur sudah mencukupi dan sudah di restui
kedua pihak maka nikah adalah solusi untuk menghindari dosa dari
zina.
Halaman 07

UU N0. 7
Pada perubahan tersebut ada beberapa perubahan seperti syarat menjadi
hakim pada UU sebelumnya di sebutnya syaratnya harus pegawai negri
dan setelah di ubah syarat tersebu di hilangkan karena hakim bukan
lagi sebagai PNS melainkan Hakim sebagai Pejabat Negara. Ada pun
perbedaan lain seperti batas umur pemberhentian hakim yang di mana
pada pasal 18 pada waktu berumur 60 (enam puluh) tahun bagi Ketua,
Wakil Ketua, dan Hakim Pengadilan Agama, dan 63 (enam puluh tiga)
tahun bagi Ketua, Wakil Ketua, dan Hakim Pengadilan Tinggi Agama
dan setelah di ubah maka hakim bisa di berhentikan pada saat berumur 62
(enam puluh dua) tahun bagiketua, wakil ketua, dan hakim pengadilan
agama, dan 65 (enam puluh lima) tahun bagi ketua, wakil ketua, dan
hakim pengadilan tinggi agama. Dan pada pasal 46 sudah di hapus..
Terimakasi
Presentasi Oleh Muh Nur Ilyas Husain

Anda mungkin juga menyukai