Anda di halaman 1dari 7

PERTEMUAN KE 4

KELOMPOK ORGANISME
(ALGAE DAN FUNGI/JAMUR)

A. Algae
Algae merupakan sekelompok organisme autotrof tanpa struktur organ yang
memiliki perbedaan fungsi yang nyata dan pernah digolongkan sebagai tumbuhan
bertallus oleh para ahli bidang biologi karena tiak memiliki akar, batang dan daun
secara jelas.

1. Habitat algae
Biasanya wujud algae adalah berupa sejumlah fitoplankton yang hidup dengan
kondisi melayang-layang di dalam air dan disebut neuston atau hidup di dasar
perairan tertentu dan disebut bersifat bentik. Algae yang bersifat bentik tersebut
dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu kelompok epilitik yaitu merupakan jenis
algae yang hidup diatas batu, kelompok epipalik yaitu jenis algae yang melekat pada
daerah lumpur atau pasir, kelompok epipitik yaitu jenis algae yang melekat pada
tanaman tertentu dan kelompok apizoik yaitu jenis algae yang melekat pada hewan
tertentu. Adapun berdasarkan habitatnya di perairan, algae dibedakan menjadi
beberapa kelompok sebagai berikut:
a. Algae suberial yaitu kelompok algae yang hidup di daerah permukaan air.
b. Algae intertidal yaitu kelompok algae yang akan muncul secara periodik ke
permukaan air akibat kondisi pasang surutnya perairan tersebut.
c. Algae sublittoral yaitu kelompok algae yang hidupnya berada di bawah
permukaan air.
d. Algae edafik yaitu kelompok algae yang kehidupannya berada di dalam tanah.

2. Perkembangan algae
Perkembangan algae secara aseksual dilakukan sebagaimana jasad eukariotik lain
yaitu dengan membentuk dua sel khusus atau gamet bersifat haploid yang saling
melebur dan menghasilkan suatu zygot yang bersifat diploid. Zygot tersebut
memiliki dua turunan pada setiap kromosomnya (2n) sedangkan gamet hanya
mempunyai satu turunan kromosom (1n). proses reduksi yang terjadi pada sejumlah
kromosom tersebut dinamakan meiosis. Waktu terjadinya meiosis cenderung
berbeda-beda pada setiap siklus hidupnya, tetapi beberapa jenis algae yang lain
mengalami masa yang singkat sejak dimulainya fase zygot hingga meiosis,
sehingga berada dalam fase haploid selama siklus hidupnya. Sebagian algae
berukuran besar atau makroskopik mempunyai dua macam struktur reproduktif
yaitu gametofit (haploid) dan sporofit (diploid), contohnya pada algae hijau Ulva.
Kelompok algae lain yang bersel tunggal melakukan perkembangbiakan dengan
cara membelah diri sebagaimana bakteri (prokariotik), ettapi pada proses
pemeblahan sel prokariotik terjadi replikasi DNA dan setiap sel yang dihasilkan
mengandung setengah dari DNA awal dan setengah dari DNA hasil replikasi.
Adapunpada algae eukariot juga terjadi proses pengandaan kromosom lebih
kompleks disebut dengan mitosis, dimana setiap sel hasil pembelahannya memiliki
kromosom turunannya. Kelompok algae lain multiseluler, melakukan
perkembangbiakan dengan berbagai cara, ada yang melalui proses fragmentasi atau
pemotongan bagian filament tertentu untuk menumbuhkan individu baru, dan ada
pula yang berkembangbiak dengan menghasilkan spora. Spora pada algae
mempunyai struktur yang berbeda degan endospora yang terdapat pada bakteri.
Spora tersebut ada yang dapat bergerak secara aktif sehingga disebut zoospore, dan
ada pula yang tidak dapat bergerak aktif.

3. Struktur sel algae


Sel algae terdiri dari nucleus yang dibatasi oleh membran sel. Pada bagian luar
membrane sel terdapat dinding sel yang disusun oleh selulosa. Di dalam sel algae
juga terdapat sitoplasma yang mengandung butiran pati, tetesan minyak serta
vakuola. Pada setiap sel algae terkandung satu atau lebih kloroplas yang bnetuknya
menyerupai cakram atau pita. Algae memiliki tiga jenis zat warna atau pigmen
untuk berfotosintesis yaitu klorofil, karotenoid, dan fikobilin. Semua jenis algae
yang memiliki kandungan klorofil a identik dengan klorofil yang terdapat pada
tumbuhan tinggi. Algae mempunyai dua macam karotenoid yaitu karoten dan
xantofil. Fikobilin yang terdapat pada algae juga terdiri dari dua macam yaitu
fikosianin dan fikoeritrin. Keberadaan pigmen selain klorofil menyebabkan
tertutupnya warna klorofil sehingga algae tidak berwarna hijau misalnya pada
beberapa algae terkandung sejumlah xantofil dan karoten yang banyak
menyebabkan algae menjadi berwarna cokelat. Algae menyimpan produk makanan
hasil fotosintesisnyanyang berupa pati dan lemak pada granula yang terdapat di
dalaam sel.

Tabel 1. Klasifikasi Algae Berdasarkan pada Kandungan Pigmen atau Zat Warna
yang Dimilikinya

No. Filum Bentuk Talus Pigmen Cadangan Komposisi


(Warna) Makanan Dinding sel
1 Chlorophyta Uniseluler, Klorofil a Tepung Polisakarida
(Ganggang ada yang Klorofil b atau pati terutama
Hijau) berkoloni, Karoten selulosa
berbentuk
filament dan
multiseluler
2 Phaeophyta Multiseluler Klorofil a Laminarin Selulosa
(Ganggang Klorofil b (sejenis dengan asam
Cokelat) Karoten karbohidrat alginate
Fukosantin berlemak)
3 Rhodophyta Multiseluler Klorofil a Tepung Selulosa
(Ganggang Fikobilin atau pectin,
Merah) Karoten juga
mengandung
kalsium
karbonat
4 Bacillariophyta Kebanyakan Klorofil a Leukosin Pectin, juga
(Diatom) uniseluler, Klorofil c (sejenis mengandung
beberapa Xantofil karbohidrat silicon
berkoloni berlemak) dioksida
5 Dinoflagellata Uniseluler Klorofil a Tepung Selulosa
Klorofil c
Karoten
6 Chrysophyta Kebanyakan Klorofil a Laminarin Selulosa
(Ganggang uniseluler, Klorofil c (sejenis
Keemasan) beberapa Karoten karbohidrat
berkoloni Xantofil berlemak)
7 Euglenophyta Uniseluler Klorofil a Paramylon Tanpa
Klorofil b (sejenis dinding sel
Karoten tepung)
Xantofil

4. Peranan algae bagi kehidupan


Algae merupakan dasar permulaan dalam rantai makanan dengan proses
fotosintesis yang dilakukannya, sehingga dapat disebut sebagai produsen primer
berbahan organik. Kegiatan fotosintesis yang dilakukan oleh algae juga
menghasilkan oksigen yang sangat penting aktivitas respirasi aerobiknya pada
organisme lain. Keberadaan algae yang bersifat saprofit sangat penting dalam upaya
pengendalian polusi yang berasal dari limbah sisa makanan dengan cara
menguraikannya. Sebagian besar algae mampu mensinstesis vitamin A dan D yang
kemudian dikonsumsi oleh makhluk air, salah satunya ikan untuk selanjutnya
disimpan di dalam organ hati dan diekstraksi. Hasil ekstraksi tersebut dapat
digunakan sebagai sumber makanan bervitamin yang baik ketika dikonsumsi oleh
manusia. Beberapa jenis algae menghasilkan racun secara ekstraseluler yang akan
dilepaskan ketika algae terdekomposisi pada peristiwa blooming algae yaitu ketika
populasi algae memadat sehingga menutupi permukaan perairan. Jenis algae
Gymnodinium dan Gonyaulax juga menghasilkan neurotoksin yang dapat
mematikan jenis binatang akuatik.

B. Fungi/Jamur

1. Struktur jamur
Fungi atau jamur atau cendawan didefinisikan sebagai suatu jenis organisme
eukariotik yang mempunyai inti sel dan organel-organel. Susunan jamur terdiri dari
hifa yang berupa benang-benangpanjang bersel tunggal. Kumpulan hifa yang
terdapat pada jamur disebut dengan miselium yang merupakan massa bennag dalam
jumlah besar yang terbentuk dari belitan hifa pada proses pertumbuhan jamur.
Identifikasi jamur cenderung mudah dilakukan dengan melihat warna miseliumnya.
Bagian terpenting pada tubuh jamur berbentuk sebuah tabung yang menyerupai
untaian benang panjang disertai dengan sekat-sekat pada sebagian jenis jamur dan
ada juga yang tidak bersekat pada sebagian jenis jamur yang lain. Hifa pada jamur
akan menumbuhkan cabang-cabang yang dapat membentuk sebuah jarring yang
disebut miselium. Pada sebagian koloni jamur tertentu hifanya tumbuh menjalar
dan pada sebagian koloni jamur yang lain hifanya tumbuh menegak.
Umunya hifa yang tumbuh menegak akan menghasilkan alat pembiak berupa spora,
sedangkan hifa yang tumbuh menjalar memiliki fungsi sebagai penyerap nutrient
dari substratnya dan digunakan sebagai penyangga bagi alat-alat reproduksi pada
jamur tersebut. Hifa yang tumbuh menjalar dikenal dengan istilah hifa vegetatif dan
hifa yang tumbuh tegak dikenal dengan istilah hifa fertil. Pada bagian apical jamur,
hifa terus menerus mengalami pertumbuhan, sehingga ukuran panjangnya tidak
dapat dipastikan pada setiap jamur. Umumnya diameter hifa berukuran sekitr 3-30
µm tetapi ukuran tersebut akan berbeda-beda pada setiap jenis jamur tergantung
pada kondisi lingkungan tempat jamur tersebut bertumbuh. Benang halus hifa
merupakan komponen dari dinding tubuler yang melingkupi sitoplasma dan
membrane plasma pada tubuh jamur. Sebagian besar jamur menyusun dinding
selnya dari sejumlah kitin atau polisakarida yang mengandung sejumlah pigmen
kuat dan fleksibel.
Pada struktur jamur bertipe sederhana tubuhnya hanya disusun oleh sel tunggal atau
benang-benang hifa saja, sedangkan pada struktur jamur tingkat tinggi tubuhnya
tersusun oleh sejumlah anyaman hifa yang disebut pseudoparenkim yaitu anyaman
hifa yang berstruktur padat serta seragam dan prosenkim yaitu suatu jalinan hifa
yang cenderung berstruktur kendor. Anyaman hifa yang berstruktur padat
umumnya digunakan oleh jamur untuk membuat rhizomorph atau sklerotium yang
dapat mengatasi suatu kondisi buruk di lingkungan tempat bertumbuhnya. Adapun
jalinan hifa berstruktur padat yang digunakan sebagai bantalan tempat tumbuhnya
bagian-bagian lain dari jamur disebut dengan stroma.

2. Klasifikasi jamur
Berdasarkan cara berkembangbiaknya jamur dibagi menjadi 4 kelas utama, yaitu:
a. Chitridiomycetes
Sebagian besar kelas Chitridiomycetes merupakan jenis organisme aquatik
berflagel yang bersifat parasit pada invertebrate air. Chitridiomycetes memiliki
dinding sel yang tersusun oleh senyawa kitin dan melakukan penyerapan
makanan dengan cara absorpsi. Sebagian besar anggota Chitridiomycetes akan
membnetuk hifa senositik dan bereproduksi dengan menggunakan spora
berflagel tunggal atau zoospora. Kelas Chitridiomycetes sering dikategorikan
sebagai bentuk peralihan antara Protista dan fungi. Chitridiomycetes
dimasukkan ke dalam kingdom fungi setelah dialkukan perbandingan antar
susunan DNA pada anggota kelas tersebut. Contoh jamur dari kelas
Chitridiomycetes adalah Synchytrium endobioticum yang merupakan jenis
pathogen ada umbi kentang. Physoderma maydis yang merupakan jamur
berbentuk noda pirang pada jagung dan Chytridium.
b. Zygomycetes
Zygomycetes merupakan sekelompok jamur saprofit yang bereproduksi secara
seksual dengan menggunakan zigosporangium dan menghasilkan zigospora.
Zygomycetes juga dapat melakukan proses reproduksi secara aseksual dengan
menggunakan spora aseksual (spora vegetatif) atau fragmentasi miselium yang
diproduksi oleh sporangium. Contoh jamur yang termask kelas ini yaitu
Rhizopus stolonifera, Rhizopus oryzae yaitu jamur pada tape, Rhizopus
oligosporus yaitu jamur pada tempe.
c. Ascomycetes
Kelompok jamur Ascomycetes memiliki karakteristik berupa kantung spora
yang disebut askus. Askus terbentuk dari sel yang membesar sehingga
membentuk sebuah kantong kecil yang di dalamnya terdapat sejumlah spora
yang disebut askospora yang terbentuk saat terjadi proses perkembangbiakan.
Contoh jamur dari kelas ini yaitu Saccharomyces cerevisiae yaitu jamur dalam
proses fermentasi alcohol dan Aspergillus flavus yaitu jamur penghasil racun
aflatoksin.
d. Basidiomycetes
Sebagian besar anggota Basidiomycetes merupakan jenis jamur payung dan
cendawan dengan hifa yang bersekat dan badan buah berbentuknpayung atau
kuping. Basidiomycetes merupakan organsime multiseluler yang memiliki fase
seksual dengan membentuk basidiospora melalui basidium. Contoh jamur kelas
Basidiomycetes yaitu Volvariella volvacea yang merupakan jamur bahan
makanan, Puccinia graminis yangmerupakan penyakit pada tebu.

3. Sifat-sifat jamur
Jamur memiliki beberapa sifat sebagai berikut:
a. Parasit obligat
Jamur yang memiliki sifat parasit obligat hanya akan bisa hidup pada inangnya
saja dan tidak akan bisa bertahan hidup diluar inang. Contoh: pneumonia carinii
yang merupakan jenis khamir yang menginfeksi organ paru-paru pada penderita
AIDS.
b. Parasit fakultatif
Jamur memiliki sifat parasit fakultatif akan dapat bertahan hidup meski berada
diluar inangnya. Kelompok jamur parasit ini membentuk parasit jika bertemu
dengan inang yang sesuai dan akan membentuk sifat saprofit jika hidup pada
inang yang tidak sesuai. Contoh: Pythium sp yang akan hidup sebagai saprofit
ketika berada di tanah lebap sehingga menyebabkan penyakit busuk pada
tanaman kecambah tembakau.
c. Saprofit
Jamur yang bersifat saprofit memiliki kemampuan untuk melapukkan susunan
suatu zat organic, seperti yang terdapat pada buah jatuh dan kayu yang tumbang.
Contoh: jamur dengan marga Trichoderma yang dapat mendekomposisi suatu
limbah organik sehingga menjadi kompos.

4. Pertumbuhan dan reproduksi jamur


Faktor-faktor yang mendukung proses pertumbuhan jamur meliputi kondisi
kelembapan udara yang tinggi, jumlah persediaan bahan organik yang dapat diserap
jamur sebagai bahan pertumbuhan dan reproduksi. Cara jamur bereproduksi adalah
seksual (generatif) atau aseksual (vegetatif) sedangkan cara jamur memperbanyak
diri adalah dengan memproduksi sejumlah besar spora aseksual ketika berada pada
habitat yang memiliki kondisi sesuai dengan kebutuhan hidup jamur tersebut

Anda mungkin juga menyukai