Bismillah Rehan Fix
Bismillah Rehan Fix
Oleh
Mochamad Raihan Fadhilah
41151010190093
Skripsi
Untuk memenuhi salah satu syarat ujian
guna memperoleh gelar Sarjana Hukum
pada Program Studi Ilmu Hukum
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA
BANDUNG
2023
LEMBAR PENGESAHAN UNTUK DISEMINARKAN
DI GUNUNG GUNTUR
NPM : 41151010190093
Fakultas : HUKUM
Pembimbing, Co Pembimbing,
Sri Mulyati Chalil, S.H., M.H. Diliya Mariam Rinjani S.H., M.H.
Menyetujui,
Sekertaris Program Studi.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi masalah
C. Tujuan penelitian
D. Kegunaan penelitian
E. Kerangka pemikiran
F. Metode penelitian
G. Sistematika penulisan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
OUTLINE...............................................................................................................iii
Daftar Isi...................................................................................................................v
BAB I.......................................................................................................................1
PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PENAMBANGAN GALIAN
PASIR SECARA ILEGAL DI GUNUNG GUNTUR.............................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Identifikasi Masalah....................................................................................11
C. Tujuan Penelitian........................................................................................12
D. Kegunaan Penelitian...................................................................................12
1. Aspek Teoritis.........................................................................................12
2. Aspek Praktis...........................................................................................12
E. Kerangka Pemikiran....................................................................................13
F. Metode Penelitian.......................................................................................16
G. Sistematika Penulisan..............................................................................19
BAB II....................................................................................................................21
TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA DAN SANKSI PIDANA
TERHADAP TINDAK PIDANA PELAKU PENAMBANGAN GALIAN PASIR
SECARA ILEGAL DI GUNUNG GUNTUR YANG MENGAKIBATKAN
KERUSAKAN DAN MEMICU BENCANA ALAM...........................................21
A. TEORI TINDAK PIDANA........................................................................21
1. Pengertian Tindak Pidana........................................................................21
2. Unsur-Unsur Tindak Pidana....................................................................23
3. Jenis-jenis tindak pidana.........................................................................25
4. Sanksi Pidana..........................................................................................27
B. Teori penegakan hukum..............................................................................30
1. Pengertian Penegakan Hukum.................................................................30
C. Pengertian dan Peraturan Penggalian Pasir dan Gunung............................32
1. Pengertian dan peraturan penggalian pasir..............................................32
2. Pengertian Gunung..................................................................................33
3. Golongan-golongan bahan galian............................................................36
4. Peraturan penggalian pasir......................................................................38
D. Ancaman Pidana Terhadap Pelaku Penambanngan Pasir Secara Ilegal.....39
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................43
BAB I
Dalam Undang – undang Nomor 22 Tahun 2001 Pasal 33 Ayat (3) Undang-
undang Dasar 1945 mengatur bahwa “Bumi, Air, dan kekayaan alam yang
besarnya untuk kemakmuran rakyat”. Sumber daya alam adalah unsur lingkungan
hidup yang terdiri atas sumber daya hayati dan non hayati yang secara
Sumber daya alam dan lingkungan hidup memiliki peran yang sangat strategis
bangsa dan negara.1 Pengertian tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Ahmad Redi pada tahun 2015 yang mana Dalam perspektif, konservatif,
manusia akan berhati-hati dalam mengelola sumber daya alam mengingat sumber
daya alam memiliki peran penting vital dalam keberlangsungan hidup masyarakat.
Sumber daya alam tidak hanya menjadi kepunyaan genrasi saat ini, namun ia pun
menjadi kepunyaan generasi yang akan datang. Sumber daya alam tidak hanya
1
Iswandi U, Pengelolaan Sumber Daya Alam,Cv Budi Utama,Yogyakarta,2020, Hlm 1.
dimiliki dan dimanfaatkan secara intergenerasi, namun juga anatar generasi.
Namun disisi lain terdapat pandangan lain yang menganggap bahwa sumber daya
agar sumber daya alam menjadi the engine of growth. Sumber daya alam
daya alam yang berlimpah merupakan kekayaan nasional. Kekayaan itu termasuk
bahan galian (tambang) yang mencakup mineral dan batubara. Mengingat mineral
dan batubara merupakan kekayaan alam yang terkandung di dalam bumi yang
merupakan sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui, pengelolaanya perlu
pembangunan ekonomi pada masa kini dan masa yang akan datang. Di pihak lain
terancam mencapai limitnya, yaitu meliputi ekosistem kawasan pantai dan sumber
daya bahari, ekosistem lahan pertanian, ekosistem air tawar, ekosistem padang
2
Ahmad Redi, “Dinamika Konsepsi Penguasaan Negara atas Sumber Daya Alam,”
Jurnal Konstitusi volume 12 Nomor 2 Juni 2015.
3
Nova Yanti Siburian, “Penegakan Hukum terhadap pertambangan pasir bahan galian
C,” Jurnal Fakultas Hukum Volume III Nomor 2 Oktober 2016.
rumput dan ekosistem hutan. Kerusakan-kerusakan sumber daya alam di dalam
Segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara di atur dalam suatu
tujuan negara baik secara khusus maupun umum. Secara khusus, tujuan negara
adalah untuk melindungi segenap bangsa dan tumpah darah indonesia dan untuk
menguasai secara penuh semua kekayaan yang terkandung di dalam bumi dan di
adalah gunung yang menyediakan potensi untuk bisa dimanfaatkan, seperti bahan
4
Kaelan, Pendidikan Pancasila., Paradigma ,Yogyakarta ,2004, Hlm 160-161.
untuk pembangunan infrastruktur. Baik bangun pribadi, swasta maupun
pemerintah
Hal-hal yang di analisis meliputi, iklim dan kualitas udara, fisiologi dan
geologi, kualitas air, lahan, flora dan fauna, sosial dan kesehatan masyarakat.
berbahaya dan beracun. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
5
Nanda Nugraha, Penegakan Hukum terhadap pelaku Pertambangan Pasir Bahan
Galian C ilegal menurut undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan, 2019
Skripsi.
2009 tentang perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup dimana
lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang memoengaruhi alam itu
hidup lain. Dalam Undang-Undang ini dinyatakan bahwa lingkungan hidup yang
sehat dan bersih merupakan hak asasi setiap orang, sehingga diperlukan kesadaran
pribadi dan lembaga baik lembaga pemerintan maupun non pemerintha agar
dai sisi pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam secara bijak menuju
produktivitas sumber daya manusia dan penyedia berbagai pelayanan. Keadaan ini
penambangan pasir liar di Kota Garut, Jawa Barat yang sekarang ini sangat
Dengan adanya penambangan secara ilegal yang terus terjadi sampai sekarang
tentu saja negara indonesia perlu menegakan hukum bagi pelaku yang melakukan
tanah.7 Definisi ini hanya difokuskan pada aktivitas penggalian atau pertambangan
merupakan anugerah tuhan yang maha esa yang wajib dilestarikan dan
bagi manusia dan makhluk hidup lainnya demi kelangsungan dan peningkatan
kualitas hidup itu sendiri. Akhir- akhir ini sering terjadi di sekeliling kita, namun
semua itu tanpa kita sadari. Misalnya saja pada pertambangan, pertambangan
perut bumi.
6
Adrian Sutedi, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, Sinar
Grafika ,Jakarta, 2010.
7
Salim Hs, Hukum Pertambangan di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014,
Hlm 7.
Pengertian pertambangan menurut Undang-undang No. 4 Tahun 2009 tentang
pertambangan Mineral dan Batu bara, Pasal 1 Ayat (1) Pertambangan adalah
sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan
Golongan A, meliputi mineral strategis seperti : Minyak, gas alam, bitumen, aspal,
natural wax, antaris, batu bara, uranium dan bahan radioaktif lainnya, nikel dan
meliputi berbagai jenis pasir, batu, limestone dan lain-lain.8 Pasal 37 Undang-
Izin usaha pertamabangan (IUP) diberikan oleh gubernur jika wilayah berada pada
oleh menteri ESDM jika wilayah tambang berada pada lintas wilayah provinsi.
Pasal 24 Ayat (3) hurf b peraturan pemerintah nomor 77 Tahun 2014 Tentang
8
Salim Hs ,Hukum Pertambangan di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta,2014,
Hlm 14.
perseorangan meliputi Surat Permohonan, Kartu Tanda Penduduk, NPWP, dan
telah memenuhi unsur yang dapat diancam hukum pidana sebagaimana ditentukan
tujuan agar pengusahaan bahan galian memberikan manfaat bagi negara yang
4 Tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batu bara pasal 158 yang
menyebutkan bahwa setiap orang yang melakukan usaha penambangan tanpa ada
izin usaha pertambangan (IUP), izin pertambangan rakyat (IPR) maka dapat di
pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak 10 Milyar Rupiah.
eksploitasi sumber daya lainnya, sebab pekerjaan penambangan tidak lebih dari
lingkungan hidup.9
adanya penegakan Hukum. Penegakan Hukum dari segi subjeknya dapat diartikan
sebagai upaya aparat penegak hukum untuk menjamin dan memastikan aturan
Sedangkan penegakan hukum dari sudut pandang objeknya dapat diatikan bahwa
penegakan hukum itu berarti mencakup atau meliputi nilai-nilai keadilan yang
penyidikan dalam pertambangan dapat dilihat dalam pasal 149 sampai dengan
pasal 150 Undang- Undang Nomor 4 Tahun 2009 dimana telah ditentukan
di golongkan menjadi dua macam, yaitu Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik
Kabupaten Garut merupakan salah satu kabupaten di provinsi Jawa Barat yang
kaya akan sumber daya alam. Kekayaan alam yang menonjol yaitu tambang pasir
gunung guntur, namun dalam pengelelolaan nya banyak sekali dijumpai sehingga
Terutama di wilayah Gunung Guntur banyak dijumpai para penambang liar yang
penambangan pasir di sejumlah lokasi. Hal itu jelas sekali melanggar ketentuan
dan Batu bara, suatu pertambangan bisa beroperasi dengan syarat harus memiliki
dapat diancam dengan hukum pidana. Unsur tersebut adalah perbuatan itu secara
mutlak telah memenuhi syarat formal, yakni sesuai dengan rumusan Undang-
Undang yang telah ditetapkan oleh kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan
yaitu bertentangan dengan cita-cita mengenai masyarakat atau suatu sifat melawan
hukum atau tindak pidana.11 Menurut penelitian yang dilakuka oleh dwi oktafia,
muhammad Ramadhan dan JS. Murdomo (2020 : 45) Penegakan hukum pidana
pada masyarakat yang mana masyarakat harus menyadari bahwa dalam proses
pokok yang penting harus di miliki oleh masyarakat itu sendiri. 12 Namun sering
11
Bismoyo, Kajian Hukum Pidana TerhadapPenambangan Pasir Tanpa Izin Di Sungai
Silau Kota Tanjung Balai Persefektif Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009, Skripsi, 2017, Hlm
9.
12
Dwi,M.Ramadhan,JS.Murdomo, Penegakan Hukum Pidana Terhadap Pelaku
Penambangan Pasir Secara Ilegal, Jurnal,Volume 2 ,2020, Hlm 45.
kali kita dapati beberapa dari masyarakat belum sadar akan perannya dalam
Berdasarkan data yang ada pada aparat penegak hukum di Indonesia, ditemukan
ini dapat dilihat dari banyaknya kasus penambangan liar yang terjadi di Indonesia
khususnya Kota Garut. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk
GUNUNG GUNTUR”
B. Identifikasi Masalah
sebaga berikut :
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh penulis dalam melakukan
D. Kegunaan Penelitian
1. Aspek Teoritis
2. Aspek Praktis
pasir tanpa izin atau secara ilegal sehingga lingkungan hidup tetap
terlestarikan.
E. Kerangka Pemikiran
kerangka teori karena ada hubungan timbal balik yang erat antara teori
doktrin hukum. Ketiga ciri tersebut dapat digunakan sekaligus atau salah
satunya.14
13
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alphabet, Bandung,
2019 Hlm 95.
14
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2008.
mencakup keputusan yang mereka keluarkan, aturan baru yang mereka
susun. Substansi juga mencakup hukum yang hidup (living law), bukan
hukum jika tidak ada aturan yang mengaturnya”. Sehingga bisa atau
15
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Pt Citra Aditya Bakti,Bandung, 2014, Hlm 20.
Berdasarkan judul yang diambil dalam penelitian ini maka peneliti dapat
mantap dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir
hidup.16
tidak sesuai atau melanggar suatu aturan hukum atau perbuatan yang
dilarang oleh aturan hukum yang disertai dengan sanksi pidana yang
16
Soerjono Soekanto, Faktor-faktor Yang mempengaruhi penegakkan Hukum, Raja
Grafindo, Jakarta, 2019, Hlm 5.
17
Bismoyo, Kajian Hukum Pidana TerhadapPenambangan Pasir Tanpa Izin Di Sungai
Silau Kota Tanjung Balai Persefektif Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009,Skripsi, 2017, Hlm
13-14.
3. Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Penambangan adalah
tambang.
F. Metode Penelitian
1. Metode Pendekatan
2. Spesifikasi Penelitian
18
Amirrudin, perpajakan pendekatan teori dan praktik di Indonesia, Salemba Empat
Dua Media, Jakarta, 2012, Hlm 118.
Spesifikasi dalam penelitian ini adalah deskriftif analitis, Deskriftif
gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang
mengetahui fenomena yang telah berlangsung saat ini dan dimana data
3. Tahap Penelitian
19
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alphabet, Bandung,
2018, Hlm 86.
20
Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D ,Alphabet, Bandung,
2009, Hlm 29.
b. Membatasi dan merumuskan permasalahan secara jelas.
dan studi dokumen yaitu pengumpulan data yang berasal dari literatur-
5. Analisis Data
21
Sukardi, Metodologi Penelitian pendidikan kompetensi dan praktiknya, Bumi Aksara,
Bandung, 2014, Hlm 158-159.
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-
kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan
G. Sistematika Penulisan
mengetahui keseluruhan isi dari penulis skripsi ini, maka dibuat sutau
BAB I PENDAHULUAN
kenal dengan istilah strafbaarfeit. Tindak pidana ini merupakan istilah yang
mengandung suatu pengertian dasar dalam ilmu hukum, sebagai istilah yang di
bentuk dengan kesadaran dalam memberikan ciri tertentu pada peristiwa hukum
yang konkrit dalam lapangan hukum pidana, sehingga tindak pidana haruslah di
berikan arti yang bersifat ilmiah dan di tentukan dengan jelas untuk dapat
masyarakat.
Delik dalam bahasa Belanda di sebut Strafbaarfeit, yang terdiri atas 3 (tiga)
21
22
Jadi istilah strafbaarfeit yaitu peristiwa yang dapat di pidana atau perbuatan yang
dapat di pidana sedangkan delik dalam bahasa asing di sebut delict yang artinya
“ perbuatan yang di larang oleh suatu aturan hukum laranagan mana di sertai
ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang
Perumasan tindak pidana hanya memuat tiga hal, yaitu subjek delik yang di tuju
Moeljatno tersebut maka merubah sistem hukum pidana di indonesia, baik secara
praktek maupun teoritis. Sekalipun asas ini tidak di praktekan secara massif di
dalam praktek hukum pidana dan tidak di terapkan dalam KUHP, namun setelah
23
Amir Ilyas, Asas-asas Hukum Pidana memahami tindak pidana da
pertanggungjawaban pidana sebagai syarat pemidanaan, Rangkang Education, Yogyakarta, 2012,
hlm.18.
24
Adami chazwi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian satu, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2010, Hlm. 71
25
Moeljatno, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban dalam Hukum Pidana, Bina
Aksara, Universitas Indonesia, 1983, hlm 12
23
melalui proses yang cukup panjang dan di masukannya asas ini secara eksplisit di
dalam RKUHP yang akan datang maka dapat di katatakan bahwa asas ini akan
suatu tidndak pidana, tidak selalu berarti perbuatannya bersalah atas hal itu. Untuk
tindak pidana tersebut. Dengan demikian, selain telah melakukan tindak pidana,
dengan kesalahan adalah dapat di celanya pembuat tindak pidana, karena dilihat
dari segi masyarakat sebenarnya dia dapat berbuat lain jika tidak ingin melakukan
perbuatan tersebut. 27
pidana di sebut dengan tindak pidana formil dimana sesuatu perbuatan dilarang
macam unsur, ialah unsur subjektif dan unsur objektif, unsur subjektif yaitu
26
Lukman Hakim “Implementasi teori dualitis Hukum Pidana di Dalam RUKHP”
Jurnal Krtha Bhayangkara, volum 13 No 1, Universitas Bhayangkara, Jakarta, 2019, hlm. 5.
27
Roeslan Saleh, Perbuatan pidana dan pertanggungjawaban pidana; dua pengertian
dasar dalam hukum pidana, Aksara Baru, Jakarta, 1983, hlm 89.
28
Satochid Kartanegara, Pengertian Melawan HukumI, Redaksi Hukum, Jakarta, 2020,
hlm.2.
24
unsur-unsur yang melekat terhadap diri pelaku atau berhubungan dengan diri si
pelaku, dan termasuk kedalamnya yaitu segala sesuatu yang terkandung di dalam
hatinya. Unsur objektif yaitu merupakan unsur yang berhubungan dengan keadaan
pelaku.29
Unsur-unsur subjektif dan objektif dari suatu tindak pidana meliputi diantara
lainya:
2. Maksud atau voornemen pada suatu percobaan atau poging seperti yang di
dan lainnya.
5. Persaan takut atau vress seperti yang terdapat di dalam rumusan tindak
pidana yaitu:
29
Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, PT Rikena Cipta, Jakarta, 2014,
Hlm. 183.
25
Dalam buku Sudarto, Simons berpendapat bahwa unsu-unsur tindak pidana yaitu
diantara lainnya:30
a. Perbuatan manusia (positif atau negatif, berbuat atau tidak berbuat atau
membiarkan)
Jenis-jenis tindak pidana dapat dibedakan atas dasar tetentu, antara lain: 31
dalam Buku III. Pembagian tindak pidana dapat menjadi “kejahatan” dan
kita menjadi Buku ke II dan Buku III melainkan merupakan dasar bagi
keseluruhan.
30
Sudarto, Ilmu Hukum Pidana, Fakultas Hukum Jenderal Soedirman, Purwokerto,
2013, Hlm.3.
31
Andi Hamzah, Bunga Rampai Hukum Pidana dan acara Pidana, Ghalia Indonesia,
Jakarta 2011, Hlm 25-27
26
yaitu pada menimbulkan akibat yang dilarang, karena itu siapa yang
dan di pidana.
pidana sengaja (dolus delicten) dan tindak pidana tidak sengaja (culpose
orang juga dapat di pidanakan jika ada kesalahan, misalnya Pasal 360 Ayat
misalnya Pencurian (Pasal 362 KUHP) dan penipuan (Pasal 378 KUHP).
4. Sanksi Pidana
seseorang atau kelompok yang telah melanggar ketentuan Negara.32 Dalam sistem
hukum pidana ada 2 (dua) jenis sanksi, yaitu sanksi pidana dan sanksi tindakan.
Sanksi Pidana yaitu merupakan sanksi yang paling banyak banyak di gunakan
yaitu jenis sanksi yang lebih banyak di atur di luar KUHP, bentuk-bentuknya
antara lain seperti perawatan di rumah sakit dan di kembalikan kepada orang
tuanya atau wali nya bagi orang yang tidak mampu bertanggung jawab dan anak
yang masih di bawah umur. Hal ini di sebabkan karena tidak semua kebutuhan
manusia dapat di penuhi secara sempurna. Disamping itu, manusia juga cenderung
memiliki kepentingan yang berbeda antara satu sama lainnya. Sehingga bukan
juga tidak dapat di biarkan tumbuh dan berkembang dalam masyarakat karena
merupakan hal yang tidak kalah pentingya guna mencari dasar pembenaran dari
pemasyarakatan tersebut.
3) Pidana kurungan yaitu salah satu jenis hukuman yang lebih ringan dari
kediaman yang terhukum, hukuman kurungan paling sedikit satu hari dan
4) Pidana denda pada zaman modern ini, pidana denda di jatuhkan terhadap
selain terpidana.
terapkan.
30
Hukum banyak sekali seginya dan luas sekali cakupannya karena hukum
bangsa tetapi juga masyarakat dunia yang selalu mengalami perkembangan dan
hukum identik dengan kebiasaan dan tradisi yang menjadi pedoman dalam
di kemukakan oleh Kadir Husin adalah suatu sistem pengendalian kejahatan yang
menyatakan, bahwa pada hakikatnya diskresi berada di antara hukum dan moral
lainnya yaitu: 36
34
Ahmad Ali, Menguak Tabir Hukum, Ghalia Indonesia , Jakarta, 2012, Hlm.12
35
Kadir Husin, Direksi Dalam Penegakan Hukum Pidana Indonesia, Universitas
Lampung, Bandar Lampung, 2013, Hlm.2.
36
Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang mempengaruhi penegak Hukum, Rajawali
press, Jakarta, 2008, Hlm.8.
31
1) Faktor hukumnya sendiri, yang di dalam tulisan ini akan di batasi pada
undang-undang saja.
menerapkan hukum.
di terapkan.
5) Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang di
Kelima faktor tersebut saling berkaitan dengan eratnya, oleh karena itu merupakan
esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur daripada efektivitas
penegakan hukum. Dengan demikian, maka kelima faktor tersebut akan dibahas
masyarakat Indonesia.
dapat berlangsung secara normal, damai, tetapi dapat terjadi juga karena
pelanggaran hukum. Dalam hal ini hukum yang telah dilanggar itu harus di
tegakkan. Melalui penegakan hukum inilah hukum itu menjadi kenyataan. Dalam
menegakkan hukum ada tiga unsur yang selalu harus di perhatikan, yaitu:
harus dapat memberi manfaat atau berdaya guna (utility) bagi masyarakat, namun
mencapai suatu keadilan. Kendati itupun demikian tidak dapat di pungkiri, bahwa
apa yang dianggap berguna (secara sosiologis) belum tentu adil, begitu juga
sebaliknya apa yang di rasakan adil (secara filosopis), belum tentu berguna bagi
masyarakat.37
bahan galian mineral non logam (pasir) yang mempunyai arti ekonomis. 38
batubara bahwa:
tambang”.
37
Sudikno Mertokusumo, Tentang Penemuan Hukum, Cahaya atma Pustaka,
Yogyakarta, 2014 Hlm 15
38
Muhammad Nurfatulloh, “Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Ramah Lingkungan
Penambang pasir di sungai krasak”, Indonesia Jurnal of Conservation volum 8 (02), UNNES,
2019, Hlm. 105.
33
batuan, di luar panas bumi, minyak dan gas bumi, serta air tanah”.
d. Air tanah
2. Pengertian Gunung
Gunung adalah suatu bentuk tanah yang menjulang yang letaknya jauh lebih
besar di bandingkan dengan bukit, tetapi pendapat ini tidak murni benar karna ada
bukit di suatu tempat bisa jadi lebih tinggi dibandingkan dengan apa yang disebut
a. Macanm-macam Gunung
permukaan bumi yang menjulang sangat tinggi keatas dan memiliki lereng,
39
Bambang Pranggono, percikan sains dalam Al-Quran, Media Percikan Lama,
Bandung, 2012, Hlm.39-40
34
puncak dan kaki Gunung40 Berdasarkan tipe letusan Gunung berapi yang ada di
Kebanyakan yang ada di dunia gunung berapi merupakan gunung api kerucut.
Kerucut ini terbentuk karena materi letusan gunung berapi merupakan campuran
antara hasil erupsi efusif dan erupsi eksplosif. Sebagian gunung berapi di
sumatera, jawa, bali, nusa tenggara dan maluku termasuk gunung berapi kerucut.
Gunug api maar terbentuk karena adanya leteusan eksplosif dari dapur magma
yang relative kecil atau dangkal. Contoh gunung api ini antara lain yaitu
Gunung ini terbentuk karena magam yang keluar dari dapur magma yang
bersifat cair. Di Indonesia tidak ada gunung yang berbentuk perisai. Gunung
b. Fungsi Gunung
40
Ibid 40
41
Ibid 41
42
A. Yanuar, Seri Sains : Gunung, Alprin, Semarang, 2020, Hlm.2-4
35
Fungsi gunung sangat penting bagi aliran air di sekitarnya. Hal ini karena
kebanyakan hulu sungai beraal dari gunung. Beberapa gunung yang bersalju juga
berfungsi sebagai penampungan air. Gunung salju meleleh pada musim panas dan
dapat mengairi sungai selama musimpanas. Sementara itu aliran sungai yang deras
yang berbeda. Setiap jenis hewan atau tumbuhan tertentu memiliki adaptasi di tiap
Gunung yang terbentuk dari proses geologi seperti letusan gunung berapi dan
Suhu menyebabkan tekanan udara berubah-ubah. Beda tekanan antara satu daerah
suhu sebesar 100’C antara kutub dan khatulistiwa dapat menyebabkan angin
bertiup lebih dari 1000 km/jam ke segala arah. Untuk mencegah agar hal ini tidak
Jika gunung berapi meletus, maka magma yang keluar dari dalam perut bumi
mengandung mineral dan unsur hara yang dapat menyuburkan tanah di sekitarnya.
Di samping itu gunung juga mengatur iklim lokal seperti suhu dan arah hujan.
Tanpa adanya gunung berapi maka suatu daerah akan menjadi daerah yang kering
bahan galian) kedalam suatu golongan yang di atur dengan peraturan pemerintah
golongan yaitu:
2) Bitumen padat;
4) Nikel, kobalt;
5) Timah;
adalah:
4) Batu permata;
a. Bahan galian strategis yaitu golongan bahan galian yang strategis bagi
b. Bahan galian golongan vital yaitu bahan galian yang dapat menjamin
kehidupan masyarakat.
38
c. Bahan galian non strategis dan non vital (golongan c) yaitu bahan galian
rakyat atau WPR. Kriteria untuk menetapkan WPR menurut Pasal 22 Undang-
meter.
pertambangan bahan galian C sepanjang tidak terletak di lepas pantai dan yang
galian C dan itupun yang tidak berada di lepas pantai serta tidak dalam rangka
Ilegal
secara ilegal atau tanpa izin maka dapat di kenakan pidana sebagaimana tertuang
dalam Pasal 158 sampai Pasal 165 Undang-undang Nomor 4 tahun 2009 tentang
1. Pasal 158
“setiap orang yang melakukan usaha penambangan tanpa IUP, IPR atau IUPK
sebagaimana dimaksud dalam pasal 37, pasal 40 ayat (3), pasal 48, pasal 67 ayat
(!), pasal 74 ayat (1) atau ayat (5) di pidana dengan pidana penjara paling lama
40
miliar rupiah)”.
2. Pasal 159
sebagaimana dimaksud dalam pasal 43 ayat (1), pasal 70 huruf e, pasal 81 ayat
(1), pasal 105 ayat (4), pasal 110, atau pasal 111 ayat (1) dengan tidak benar
3. Pasal 60
a. Setiap orang yang melakukan eksplorasi tanpa memiliki IUP atau IUPK
dengan kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak
rupiah).
4. Pasal 161
“setiap orang atau pemegang IUP operasi produksi atau IUPK operasi produksi
pengangkutan, penjualan mineral dan batubara yang dimaksud dalam pasal 37,
pasal 40 ayat (3), pasal 43 ayat (2), pasal pasal 48, pasal 67 ayat (1), pasal 74
ayat (1), pasal 81 ayat (2), pasal 103 ayat (2), pasal 104 ayat (3), atau pasal 105
ayat (1), di pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp.
5. Pasal 162
dari pemegang IUP atau IPK yang telah memenuhi syarat-syarat sebagaimana di
maksud dalam pasal 136 ayat (2) di pidana dengan pidana kurungan paling lama
1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).”
6. Pasal 163
a. Dalam hal tindak pidana sebagaimana di maksud dalam bab ini dilakukan
oleh suatu badan hukum, selain pidana penjara dan denda terhadap
tersebut berupa pidana denda dengan pemberatan ditambah 1/3 (satu per
b. Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), badan hukum
7. Pasal 164
42
Selain ketentuan sebagaimana diatur dalam pasal 158 sampai pasal 162
8. Pasal 165
DAFTAR PUSTAKA
43
Buku
A. Yanuar, Seri Sains : Gunung, Alprin, Semarang, 2020, Hlm.2-4
Adami chazwi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian satu, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2010, Hlm. 71
Adrian Sutedi, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, Sinar Grafika,
Jakarta, 2010.
Ahmad Ali, Menguak Tabir Hukum, Ghalia Indonesia , Jakarta, 2012, Hlm.12
Amir Ilyas, Asas-asas Hukum Pidana memahami tindak pidana dan
pertanggungjawaban pidana sebagai syarat pemidanaan, Rangkang
Education, Yogyakarta, 2012, hlm.18.
Amirrudin, perpajakan pendekatan teori dan praktik di Indonesia, Salemba
Empat Dua Media, Jakarta, 2012, Hlm 118.
Andi Hamzah, Bunga Rampai Hukum Pidana dan acara Pidana, Ghalia
Indonesia, Jakarta 2011, Hlm 25-27
Arifin Leonarda, Teori-teori hukum klasik dan kontemporen,, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 2016, Hlm 131.
Bambang Pranggono, percikan sains dalam Al-Quran, Media Percikan Lama,
Bandung, 2012, Hlm.39-40
Bismoyo, Kajian Hukum Pidana TerhadapPenambangan Pasir Tanpa Izin Di
Sungai Silau Kota Tanjung Balai Persefektif Undang-Undang Nomor 4
Tahun 2009, Skripsi, 2017, Hlm 9.
Bismoyo, Kajian Hukum Pidana TerhadapPenambangan Pasir Tanpa Izin Di
Sungai Silau Kota Tanjung Balai Persefektif Undang-Undang Nomor 4
Tahun 2009,Skripsi, 2017, Hlm 13-14.
Gatot Suparnomo, Hukum Pertambangan mineral dan batu bara di Indonesia,
Rineka Cipta,Jakarta, 2012, Hlm 16.
Iswandi U, Pengelolaan Sumber Daya Alam,Cv Budi Utama,Yogyakarta,2020,
Hlm. 1.
Peraturan Perundang-undangan
UU Nomor 22 Tahun 2001 Pasal 33 Ayat 3 tentang Minyak dan Gas Bumi
Sumber Lainnya