Anda di halaman 1dari 6

Tulisan 1// utama//

Pakai foto sendiri yang besar//

========1

>> Dr Ir H Deni Efizon MSc, Calon Rektor Unri 2022-2026

Majukan Unri
Usung Visi
Transformasi

EMPAT tahun lalu, di 2018. Waktu itu, namanya sudah dikenal luas. Sebab menjadi salah
seorang calon pada pemilihan rektor (Pilrek) Universitas Riau (Unri) periode 2018-2022. Ia
cukup berani berkompetisi dengan calon rektor petahana (incumbent). Alhasil, garis tangannya
belum beruntung. Calon petahana menang, dan kembali duduk di singgasana rektorat Unri.

Empat tahun berselang, ketika Pilrek kembali dihelat, namanya muncul lagi. Dan, secara resmi
pada Jumat (20/5) lalu, mengambil momen Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas), pun Jumat
barokah, ia secara resmi mendaftar ke panitia Pilrek Unri periode 2022-2026. Ia diantarkan oleh
keluarga besar Fakultas Perikanan dan Kelautan (Faperika) --setelah diadakan acara
pelepasan di aula Dekanat Faperika oleh Dekan Prof Dr Ir H Bintal Amin MSc dan jajaran
dosen, ke sekretariat panitia Pilrek di gedung Rektorat Unri. Ia pun secara sah dan resmi
diterima menjadi salah seorang calon rektor.

“Saya sangat serius. Ini sudah ditunjukkan sebagai pendaftar pertama. Dan, ini kan bukan yang
pertama. Empat tahun lalu ini sudah dimulai. Yang berani awal-awal deklarasi maju jadi rektor,
ya saya. Ini adalah bentuk pengabdian saya. Itulah bentuk keteguhan hati saya. Tentu saya
sudah mengukur diri. Makanya saya ambil momen Hari Kebangkitan Nasional untuk mendaftar.
Kita harus bangkit, mengubah Unri ke depan,” ujar Dr Ir H Deni Efizon MSc, saat bincang-
bincang bersama inforiau.

Keyakinannya semakin kuat. Karena, dari lima bakal calon rektor yang sudah resmi diterima
panitia Pilrek saat ini, yang berasal dari luar sistem hanya dirinya sendiri. “Kan dari lima calon
ini, cuma saya yang berasal dari luar sistem. Sedangkan yang emapt lagi, mereka termasuk ke
dalam sistem birokrat saat ini. Jadi, kalau yang di dalam sistem bicara begini dan begitu, lalu
ngapain saja mereka selama inim,” kata Deni lagi, sambil tersenyum.

Sosok Deni Efizon tidak asing lagi di Unri, terutama di lingkungan Faperika Unri. Ia
menyelesaikan jenjang S1 (sarjana) di Faperika Unri pada 1990 lalu. Gelar S2 (Master)
diperolehnya dari Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM), pada 2001. Sedangkan gelar
Doktor (S3), diselesaikannya pada 2012 di Universitas Padjadjaran Bandung. Sementara gelar
profesor, sedang proses penyelesaian. Kata dia, ini sudah ada tahapan, dan segera.

Kelebihan lain yang dimiliki ayah satu anak ini, adalah kekuatan jaringan (networking). Skala
Riau dan nasional. Antara lain, di Kementerian investasi, dan juga kerja sama dengan
perusahaan besar. Salah satunya dengan PT Pupuk Kaltim, yang salah satu proyeknya sedang
berjalan di Papua. Ada juga kerja di PLN, Pertamina di daerah operasi PHR (Pertamina Hulu
Rokan). Banyak lagi proyek lain. Begitu pun di Kementerian Kelautan, yakni menjadi tim penilai
ikan-ikan langka nasional, yang hanya 4 universitas terlibat, se Indonesia.

Berbincang dengan Deni Efizon tentang Unri ke depan, banyak ide-ide baru. Terlebih bila
dikaitkan dengan status Unri yang saat ini menuju PTN-BH (Perguruan Tinggi Negeri Berbadan
Hukum). “Kalua saya, untuk menuju Unri PTN-BH ini, untuk mendapatkan sumber-sumber
pendanaan, saya tidak ragu. Makanya, saya tidak mau jadi Wakil Rektor (WR). Sebab,
seberapa hebat pun program Wakil Rektor, kalau nanti rektornya tidak setuju, ya tidak akan
jalan juga. Karena Rektor itu kan adalah pengambil kebijakan,” jelasnya.

Apa saja yang akan dilakukan Deni untuk menunjang ketersedian dana di Unri? Menurutnya,
banyak. Ada program income generating. Misalnya, ada rumah sakit Unri yang sekarang sudah
jalan. Ini, kan bisa menjadi modal. Di sini, perputaran dananya sangat jelas. Karena PT yang
masuk ke PTN-BH pastilah punya unit bisnis yang bisa menjamin secara kontinu.

Ada juga potensi lain, yang bisa diberadayakan. Di dalam kampus Binawidya saja, kata dosen
Faperika Unri ini, misalnya di bidang perikanan. Dosen Unri itu ada 1.200, pegawai ada 800
orang. Berarti ada 2.000 ASN di Unri. “Ini tidak usah muluk-muluk, cukup 10% saja, artinya 200
orang. Kalau 200 orang ini seetiap hari belanja 1 kg ikan, dan 1 kg sayur, berarti kita harus
siapkan 200 kg setiap hari. Kenapa tidak diberdayakan kolam perikanan. Ini tentu akan
bergerak sendiri. Mahasiswa atau alumni bisa kita berdayakan, mengelolanya secara
professional. Hari ini, kita lihatlah, yang berkebun semangka itu orang luar, tetapi di dalam
kampus Unri. Kenapa ini tidak dikelola oleh Unri sendiri,” kata Deni panjang lebar.

Dengan begitu, para mahasiswa, selain bisa mengembangkan jiwa entrepreneur-nya, mereka
akan merasakan juga bahwa cara seperti ini akan lebih enak. Jadi, nanti mereka tidak semata-
mata setamat kuliah ingin jadi ASN semua.

Lalu, tambah Deni, bisa dihitung dalam satu hari itu berapa banyak kendaraan yang masuk ke
Unri. Kenapa ini tidak dimanfaatkan. Bisa beberapa merk kendaraan yang bisa diundang untuk
buka bengkel di dalam kampus. Tanpa Unri harus mengeluarkan modal. Hanya perlu
menyewakan lahan saja. Misalnya Honda saja. Kalau ada bengkel motor atau mobil di dalam,
tentu akan lebih memudahkan dosen dan mahasiswa. Jika di kampus mau servis mobil, tinggal
antar ke bengkel di dalam kampus, lalu dosen bisa mengajar. Begitu juga mahasiswa, bisa
antar ke bengkel, lalu mereka bisa kuliah. Nanti selesai kuliah, motor atau mobil itu selesai.

Belum lagi, kata dia, kampus Dumai. Ada kawasan mangrove yang begitu luas. Di sini, nanti
akan banyak pihak bisa diajak bersama-sama menjalankan usaha. Beberapa kegiatan
pendukung pun bisa pula dikembangkan di kampus Dumai. Misalnya, membuka kelas vokasi di
sana, untuk mendukung dunia usaha dan bisnis di Dumai.

Usung Visi Transformasi

Dari mana Deni Efizon akan membenahi Unri, jika nanti dipercaya menjadi rektor? Ia
mengeaskan, bahwa dirinya akan mengusung visi: transformasi. Menurutnya, kedepan Unri
harus bergerak cepat. “Kita ingin bergerak cepat, berlari untuk mengejar ketertinggalan Unri.
Kita harus berubah, kalau kita ingin maju. Kalau kita ingin tidak tertinggal dari yang lain,”
ujarnya bersemengat.

Berbagai program perbaikan Unri ini, akan dijalankan bersamaan. Seperti pembenahan
administrasi, pembinaan sumberdaya manusia (SDM), peningkatan IT atau digitalisasi,
intenasionalisasi, dan inftrastruktur, harus dikerjakan cepat.

Ia menyontohkan, saat ini misalnya banyak gedung-gedung mangkrak di Unri. Ini pun tidak bisa
dibiarkan begitu saja. Bangunan-bangunan ini harus pelan-pelan diselesaikan. Caranya, rektor
nanti akan berkonsultasi dan komunikasi dengan semua pihak terkait. “Kita berharap, paling
tidak di periode saya ini gedung-gedung mangkrak ini selesai,” ujarnya, sembari menyebutkan,
tentu pembangunan yang lain juga harus jalan.

Misalnya saja soal gerbang Unri. Ini, kan harus mencerminkan perguruan tinggi yang bergengsi.
Karena itu adalah wajah Unri. Ini, kan performace, jika bagus dari depan tentu ke dalam akan
lebih bagus. “Sambil lucu-lucu ni ya, jika nanti dipercaya jadi rektor, awal-awal itu saya akan
bangun lift-lah dulu di gedung Rektorat Unri itu,” kata Deni sambil tertawa.

Lalu, seperti apa Unri hari ini di mata Deni Efizon? Menurutnya, Unri bukan tidak ada
perkembangan. “Ada,” tegasnya. Tapi, di luar itu orang berlari. Makanya, ia juga membuat
tagline "Deni Berlari", karena ingin mengejar ketertinggalan Unri dari universitas lain. “Unri juga
harus berlari,” tegasnya lagi.

Ia menyontohkan, terkait ketertinggalan infrastruktur. Selain itu, juga dengan kondisi dunia
sekarang, Unri pun harus memperkuat IT. Ingat, pada 2018 lalu, waktu maju jadi calon Rektor
ketika itu, Menteri berpesan belanja IT harus besar. Karena ke depan ini akan diperlukan. Nah,
diakui Deni, Unri hari ini IT-nya masih biasa-biasa saja. Akses internet dan lainnya, pun masih
agak sulit.

Lalu yang lain, internasionalisasi. Dulu kata dia, ada KUI (Kantor Urusan Internasional). Saat
rektor sebelumya, lembaga ini langsung dibawah Rektor. Sekarang, KUI malah turun status, di
bawah LPPM. Sehingga perannya tidak nampak. Padahal, ini kunci Unri menjadi PT unggul.
Banyak sekali peluang di luar yang belum dimanfaatkan.

“Kita ini, kuncinya mau saja. Misal untuk membangun infrastruktur, banyak sekali perusahaan
yang bisa dimintai bantuan. Lakukan kerja sama, pendekatan dan rangkul mereka. Kalau rektor
mau kerja keras, yakin akan mau. Mereka kan beroperasi di Riau ini. Misal USU (Universitas
Sumatera Utara), dibangun auditorium besar dengan hanya menempelkan nama Tanoto
Foundation. Lalu di UI (Universitas Indonesia), ada gedung pasca sarja dibangun oleh Chevron.
Padahal perusahan ini beroperasi di Riau. Apa yang menomental di Unri? Ya, tak bisa
disalahkan mereka juga. Kalau kita perlu, tentu kita yang datang, tapi bukan dalam artian
mengemis. Saya punya konsep untuk itu. Dengan master plan Unri, kita akan kumpul.
Sampaikan maunya kita apa. Bisa mereka kerja sama untuk membantu Unri ini untuk maju.
Saya yakin itu bisa,” katanya.

Belum lagi, tambah Deni, hubungan Unri saat ini dengan pemerintah daerah kurang harmonis.
Ada beberapa kunci yang tidak dilakukan. Pertama, misalnya, Dewan Pertimbangan. Unri itu
punya dua, Dewan Pengawas (Dewas) dan Dewan Pertimbangan (Wantim). Kepemimpinan
Unri saat ini tak pernah membuat Wantim, padahal ini amanat statuta. Wantim ini ada 5,
ketuanya eks officio adalah Gubri. Lalu ada utusan tokoh masyarakat, utusan agama, utusan
pengusaha dan ada juga utusan alumni. Ini kalau diberdayakan, tentu akan jadi kekuatan besar
untuk kemajuan Unri.

“Kalau Gubri jadi Dewan Pertimbangan, pasti dia merasa kalau tidak ada peran, tentu dia akan
bertanya-tanya juga. Begitu juga dengan utusan dari unsur lain. Ini contoh. Karena harmonisasi
ini kurang, kita bisa lihat seperti apa keberpihakan Gubri ke universitas lain di Riau. Ini, bagi
saya, jadi tamparan. Kita belum memberdayakan Gubri melalui Wantim,” ujarnya
menyayangkan. Itulah kata dia, perlulah rektor punya banyak jaringan di luar. Jadi, dana di
dalam ini bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas SDM.

Yang paling tragis, kata dia lagi, banyak tenaga laboran di Unri, tetapi jarang yang
mengembangkan diri mereka lewat pelatihan, atau upgrade pengetahuan. Ini karena dana Unri
saat ini banyak terserap ke fisik. Sehingga dana-dana untuk non- fisik itu terbatas. Padahal, ini
penting untuk mengejar prestasi universitas.

Lalu, terkait juga dengan rangking-rangking yang diberikan kepada Unri. Baik dari Kementerian
Ristek Dikti maupun dari lembaga lain, seperti Webometrik dan lainnya. “Unri, kita lihat turun
terus. Ini, kan kita bisa tahu. Bahwa lembaga-lembaga ini punya standar penilaian. Kan, tinggal
dicari informasinya dan bisa diperkuat di situ untuk mendapatkannya. Sebenarnya tidak sulit.
Asalkan kita mau,” ujarnya lagi.

Sementara terkait dengan alumni, menurut Deni, alumni sangat potensial untuk ikut bersama-
sama memajukan Unri. Makanya mungkin selama ini belum dirangkul. Nanti jika dipercaya,
tentu akan dirangkul semuanya untuk bisa maju bersama. Beberapa alumni di luar Unri, pun
sudah selalu disampaikan agar memberikan masukan dan kritikan membangun untuk kemajuan
Unri. Jangan sampai para alumni ini membiarkan Unri ini jalan sendiri. Dengan berkolaborasi
dan bersinergi tentu akan bisa bersama melakukan transformasi untuk kemajuan Unri.**

Tulisan 2//
pakai foto dua foto jika bisa//

Berbekal Doa dan Dukungan


Orang-orang Terdekat

WALAU kalah pada pencalonan pertama, Dr Ir H Deni Efizon MSc tetap merasa bersyukur.
Sebab, pada 2018 itu, terus terang katanya, sedikit pun tidak terpikir untuk jadi rektor. Karena
banyak aturan yang dilanggar dan benturan-benturan. Tapi, dengan kondisi seperti itu pun,
waktu itu, terus diniatkan maju.

Dukungan pun, waktu itu, datang dari beberapa tokoh Unri. Misalnya Prof Muchtar Ahmad, Prof
Ashaluddin Jalil dan lain-lain. Tentu saja ini tidak mungkin ditolak. Bahkan, ada statement dari
Prof Muchtar Ahmad waktu itu: “Jika Anda tidak ikut maju saat ini, Anda jangan ikut rebut. Anda
jangan salahkan. Anda jangan protes, kalau kondisi Unri nanti tidak bagus. Itu yang ditekankan
ke saya. Karena ini adalah momen Anda,” ujar Deni, mengingat. Kunci terakhir ada di isteri.
“Begitu dia setuju saya oke maju,” tambah Deni.

Nah, pencalonan sekarang ini, yang kedua kali, tentu sudah full. Ketika pertarungan pertama itu
usai, sudah dibangun pula jaringan-jaringan untuk niat maju kali kedua ini. Apalagi didukug oleh
keluarga dekat. Mereka semua sama, ingin Unri berubah. Mereka terus saja mendukung. Jadi
bekal dukungan, doa dan semuanya, baik dari keluarga dekat maupun keluarga, termasuk juga
warga di dekat tempat tinggal, bahkan inshaaAllah support finansial pun mereka mau
mendukung.

Soal menang dan kalah, Deni sangat yakin, itu memang nasib. “Kalau tidak masuk, ini sudah
saya buktikan. Kalau soal kalah, saya tidak ada masalah dan sudah dibuktikan, dan tidak
pernah menjadi oposisi. Siapa yang menang, ya kita dukung. Bukan lantas kalah, kita jadi
oposisi. Tapi terus ikut membantu untuk memajukan Unri. Ini sudah dibuktikan, ketika maju di
Faperika, saya tetap dukung yang menang. Kalau kalah, sampai tidak teguran dan lain, itu
bukan sifat saya,” ujar Deni. Di Unri inilah, lanjut Deni lagi, hidupnya. Kalau hidup terus sampai
pensiun, ya di Unri.

Lalu, apa yang dilaklukan jelang pemilihan nanti? Terus terang, secara khusus tidak pula ada
yang khusus. “Kita yakin saja, semuanya dari Allah SWT. Tugas kita hanya berusaha, ikhtiar
dan setelah itu berdoa. Segela keputusan itu ada pada-Nya. Kalau Allah SWT sudah
berkehendak, apapun hambatan yang terjadi atau halangan, inshaaAllah jadi. Tapi kalau tidak,
ya tidak kan jadi juga,” ucapnya mantap.

Deni juga sempat bercerita panjang. “Saya ada pengalaman pribadi, terkait nasib dan rezeki.
Pada waktu saya diterima jadi dosen. Waktu itu menerima gaji sebagai CPNS 80%. Waktu itu
baru juga menikah. Pas pula waktu itu bulan puasa. Waktu itu ngontrak rumah di daerah
Gobah, Pekanbaru. Karena panas, ya dibelilah dengan gaji CPNS awal ini sebuah kulkas bekas
di Pasar Bawah. Ini untuk menguji kulkas bekas ini dingin atau tidak. Maka saya beli air tebu,
dan disimpanlah di dalam kulkas itu. Nah, waktu bedug bunyi saya bukalah kulkas ini. Apa yang
terjadi? Waktu pintu kulkas dibuka, menggelinding-lah air tebu itu ke bawah dan pecah sampai
di lantai. Mau diapakan lagi. Nah, ini hikmahnya, niat saya bagus. Waktu itu, bulan puasa pula.
Kulkas dibeli dengan gaji murni dan belum tercampur dengan yang lain, tapi kata Allah SWT itu
belum rezeki saya, tak sampai ke tenggorokan saya,” cerita Deni.

Di sisi lain, lanjutnya bercerita, ada pula tetangga waktu itu, di Gobah juga, dia seorang gharim
masjid. Kalau dilihat dari segi finansial rasanya tidak mungkin berangkat haji. Tapi kata Allah
SWT, bisa naik haji. Dia berangkat haji. “Saya kembalikan lah kesitu. Tapi, jangan pula kita
menunggu saja takdir itu datang. Tentu kita harus juga terus berusaha dan berdoa. Dan,
percayalah, kalua itu rezeki kita, ya pasti akan sampai,” ucapnya.

Bagaimana dengan komitmen untuk merangkul, jika seandainya menang dan ditakdirkan nanti
menjadi Rektor Unri? Kata Deni, dirinya malah berpikir, jika terpilih jadi rektor, dalam kabinetnya
akan diisi oleh orang-orang yang beragam. Dimana semua fakultas itu harus punya wakil di
kabinet tersebut. Sehingga jika ada sesuatu masalah atau info di fakultas masing-masing, maka
akan cepat diketahui. Atau jika ada info dari rektorat ke fakultas, tentu juga akan cepat
sampainya. Dengan seperti inilah komunikasi bisa dibangun dan kerja cepat bisa dilaksankaan.

Sebab, Deni sangat paham, jika hanya bergantung pada fakultas yang banyak mahasiswa,
tentu tidak bisa. Karena apa? Menurutnya, karena 10 fakutlas ini, ditambah dengan 1 program
pasca di Unri saat ini, adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Misalnya Fakultas
Kedokteran mahasiswanya sedikit, sementara FKIP yang begitu banyak mahasiswanya, lalu
dana lebih banyak, ya tidak begitu. Karena itu perlu juga nanti dilakukan subsidi silang.

“Saya ingat waktu itu, ketika bekerja di swasta, ketika di PT Charoen Pokphan Indonesia Tbk,
selama tiga tahun. Ketika di sini, ada satu produk yang dibuat hanya untuk menghasilkan uang.
Lalu, contoh lain, di Unilever. Dari sekian banyak produk tidak hanya untuk mencari uang, tapi
justru untuk menembak kompetitor. Nah, di Unri kalau kita membuka program S3 misalnya,
kalau mau mencari uang dari sini, tentu tidak bisa. Tapi lewat program S3 yang dibuka ini,
tujuannya adalah untuk menaikkan nama Unri,” bebernya memberi contoh. **

Jika bisa pakai foto//

Biondata Singkat

Nama : Dr Ir H Deni Efizon MSc


TTL : Sei Salak, 20 Oktober 1966

Pendiikan
S1 (Sarjana) : Universitas Riau (Unri) tahun 1985-1990
S2 (Master) : Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) tahun 2000-2001
S3 (Doktor) : Universitas Padjadjaran (UNPAD) tahun 2009-2012

Keluarga
Isteri : Dr Ir Hj Alit Hindri Yani MSc
Anak : Habibah Yasmin Pramesti

Anda mungkin juga menyukai