Anda di halaman 1dari 185

RAJAWALI PERS

Divisi Buku Perguruan Tinggi


PT RajaGrafindo Persada
DEPOK
Perpustakaan Nasional: Katalog dalam terbitan (KDT)
Nur Hidayah
Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia/Nur Hidayah
—Ed. 1, Cet. 1.—Depok: Rajawali Pers, 2021.
xviii, 166 hlm. 23 cm.
Bibliografi: hlm. 155
ISBN 978-623-372-253-7

1. xxxxxxxxxx
Hak cipta 2021, pada penulis
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apa pun,
termasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit

2021.3302 RAJ
Nur Hidayah, S.Ag., S.E., M.A., Ph.D.
LITERASI KEUANGAN SYARIAH
Teori dan Praktik di Indonesia

Cetakan ke-1, Desember 2021


Hak penerbitan pada PT RajaGrafindo Persada, Depok
Editor : Putra Adi Syani, S.E., M.Ak.
Copy Editor : Risty Mirsawati
Setter : Jaenudin
Desain cover : Tim Kreatif RGP
Dicetak di Rajawali Printing
Bekerja sama dengan UIN Jakarta Press dan Puslitpen UIN Jakarta
Alamat: Jl. Ir. H. Juanda No. 95, Cempaka Putih, Kec. Ciputat Timur,
Kota Tangerang Selatan, Banten 15412

PT RAJAGRAFINDO PERSADA
Anggota IKAPI
Kantor Pusat:
Jl. Raya Leuwinanggung, No.112, Kel. Leuwinanggung, Kec. Tapos, Kota Depok 16456
Telepon : (021) 84311162
E-mail : rajapers@rajagrafindo.co.id http: //www.rajagrafindo.co.id

Perwakilan:
Jakarta-16456 Jl. Raya Leuwinanggung No. 112, Kel. Leuwinanggung, Kec. Tapos, Depok, Telp. (021) 84311162. Bandung-40243,
Jl. H. Kurdi Timur No. 8 Komplek Kurdi, Telp. 022-5206202. Yogyakarta-Perum. Pondok Soragan Indah Blok A1, Jl. Soragan,
Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Telp. 0274-625093. Surabaya-60118, Jl. Rungkut Harapan Blok A No. 09, Telp. 031-8700819.
Palembang-30137, Jl. Macan Kumbang III No. 10/4459 RT 78 Kel. Demang Lebar Daun, Telp. 0711-445062. Pekanbaru-28294,
Perum De' Diandra Land Blok C 1 No. 1, Jl. Kartama Marpoyan Damai, Telp. 0761-65807. Medan-20144, Jl. Eka Rasmi Gg. Eka
Rossa No. 3A Blok A Komplek Johor Residence Kec. Medan Johor, Telp. 061-7871546. Makassar-90221, Jl. Sultan Alauddin
Komp. Bumi Permata Hijau Bumi 14 Blok A14 No. 3, Telp. 0411-861618. Banjarmasin-70114, Jl. Bali No. 31 Rt 05, Telp. 0511-
3352060. Bali, Jl. Imam Bonjol Gg 100/V No. 2, Denpasar Telp. (0361) 8607995. Bandar Lampung-35115, Perum. Bilabong Jaya
Block B8 No. 3 Susunan Baru, Langkapura, Hp. 081299047094.
KATA PENGANTAR
DIREKTUR INFRASTRUKTUR EKOSISTEM SYARIAH
KOMITE NASIONAL EKONOMI DAN
KEUANGAN SYARIAH (KNEKS)

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt., yang telah memberikan


anugerah dan nikmat-Nya yang tak terhingga kepada kita semua.
Selawat dan salam semoga terus tercurah kepada Rasulullah Saw.,
yang telah membukakan mata hati kita, hingga dapat membedakan
antara baik dan buruk, halal dan haram, dan juga memberikan petunjuk
melaksanakannya.
Suatu kebahagiaan bagi kami dapat memberikan kata pengantar
untuk buku Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia yang
ditulis oleh Ibu Nur Hidayah, Ph.D., Dosen Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, UIN (Universitas Islam Negeri) Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Penulisan buku ini adalah salah satu ikhtiar untuk meningkatkan literasi
keuangan syariah di Indonesia. Buku ini sangat cocok menjadi referensi
dan bacaan untuk meningkatkan literasi keuangan syariah di Indonesia
karena penjelasan teori yang terdapat dalam buku ini dijelaskan secara
detail dan menyeluruh.
Penjelasan teori dalam buku ini juga dilengkapi dengan konsep
syariah yang berlaku, serta dilengkapi pula dengan penjelasan
implementasi teori perencanaan keuangan syariah dengan
konvensional.

v
Adanya studi kasus pembelajaran literasi keuangan yang terdapat
dalam buku ini akan membuat pembaca memiliki gambaran terkait
permasalahan-permasalahan yang disebabkan karena kurangnya tingkat
literasi keuangan yang mungkin saja mirip dengan permasalahan-
permasalahan yang dihadapi dalam keseharian.
Setiap pembahasan yang ada di dalam buku disertai dengan data-
data yang mendukung. Daftar pustaka dan literature review yang kaya
membuat buku ini semakin komprehensif untuk dibaca. Selain itu,
adanya penjelasan terkait urgensi dan nilai-nilai literasi keuangan
syariah yang perlu diterapkan pada masyarakat Indonesia diharapkan
mampu mendorong pembaca untuk mulai menerapkan nilai-nilai literasi
keuangan syariah dalam kehidupan sehari-hari.
Demikian, semoga kehadiran buku ini juga dapat memberikan
kontribusi yang positif dalam pengembangan ekonomi dan keuangan
syariah ke depan.

Assoc. Prof. Sutan Emir Hidayat, Ph.D.


Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah,
Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS)

vi Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


PRAKATA PENULIS

Dengan segala kerendahan hati, Penulis panjatkan puji dan syukur


kehadiran Allah Swt., karena atas izin dan rahmat serta hidayah-Nya,
buku yang berjudul Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia
dapat diselesaikan.
Buku ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tridarma
perguruan tinggi, yaitu penulisan dan penerbitan buku referensi berbasis
penelitian. Sesungguhnya penelitian yang mendasari penulisan buku
ini berasal dari penelitian penulis pada saat melaksanakan penelitian
yang berjudul “Pembelajaran Literasi Keuangan Syariah”.
Buku yang berbasis penelitian ini disusun berdasarkan hasil
pengamatan, focussed group discussion (diskusi kelompok terarah),
survei, dan keterlibatan langsung dalam proses penyusunan materi
pembelajaran literasi keuangan syariah dan penyampaian serta penulisan
enam bab yang menyertainya. Penulis menyadari, berhasilnya studi
dan penyusunan buku referensi berbasis penelitian ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan semangat dan
doa kepada Penulis dalam menghadapi setiap tantangan, sehingga
sepatutnya pada kesempatan ini Penulis menghaturkan rasa terima
kasih kepada:

Daftar Isi vii


1. Ibu Prof. Dr. Amany Burhanudin Umar Lubis, Lc., M.A., selaku
Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta para wakil rektor.
2. Bapak Drs. Jajang Jahroni, M.A., Ph.D., selaku Ketua Lembaga,
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Imam Subchi, M.A., selaku Kepala Pusat, Penelitian dan
Penerbitan (Puslitpen) LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Prof. Dr. Amilin, M.Si., Ak., CA., QIA., BKP., CRMP., selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.

Dengan demikian, diharapkan buku ini dapat bermanfaat dan dapat


memberikan sumbangsih pemikiran untuk perkembangan pengetahuan
bagi Penulis maupun bagi pihak yang berkepentingan.

Jakarta, 14 September 2021


Penulis

Nur Hidayah, S.Ag., S.E., M.A., Ph.D.


NIP. 19761031 200112 2 002

viii Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah
Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) v
PRAKATA PENULIS vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR TABEL xv
ABSTRAK xvii

BAB 1 PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Literasi Keuangan dalam Perspektif
Maqashid Syariah 7
C. Kondisi Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah
di Global dan Indonesia 11
D. Pengetahuan Perencanaan Keuangan Islami 14
E. Upaya untuk Meningkatkan Literasi dan Inklusi
Keuangan Syariah 15

ix
F. Strategi Peningkatan Literasi Ekonomi dan
Keuangan Syariah Sesuai Kelompok Umur 18
G. Pendidikan Literasi Keuangan Syariah dan
Pembelajaran Perencanaan Keuangan Syariah 26

BAB 2 PENGANTAR PERENCANAAN


KEUANGAN SYARIAH 29
A. Perencanaan Keuangan 33
B. Perencanaan Keuangan Syariah 40
C. Perbedaan Perencanaan Keuangan Syariah
dari Konvensional 46

BAB 3 PENGELOLAAN KEUANGAN SYARIAH:


ALIRAN KAS, MANAJEMEN UTANG, DAN
DANA DARURAT 51
A. Pengertian Pengelolaan Keuangan Syariah 53
B. Alokasi Anggaran 53
C. Manajemen Utang 54

BAB 4 PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN


INVESTASI SYARIAH 61
A. Maqashid Syariah Investasi Syariah 61
B. Pengertian Investasi Syariah 62
C. Dasar-dasar Perencanaan Investasi Syariah 63
D. Manfaat Investasi Syariah 64
E. Jenis-jenis Investasi Syariah 65
F. Risiko-risiko dalam Berinvestasi 71

BAB 5 PENGELOLAAN RISIKO DAN PERENCANAAN


ASURANSI SYARIAH 75
A. Mengenal Jenis-jenis Risiko 76
B. Asuransi Syariah 77
C. Hubungan Asuransi Syariah dengan
Maqashid Syariah 79

x Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


D. Perbedaan Asuransi Syariah dan Konvensional 81
E. Produk-produk Asuransi Syariah 83
F. Prospek Asuransi Syariah 83
G. Saran Berasuransi Menurut OJK 84

BAB 6 PERENCANAAN ZAKAT DAN PAJAK 89


A. Pajak 89
B. Zakat 94

BAB 7 PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN DANA


PENSIUN, WARIS, DAN WAKAF 101
A. Perencanaan Pensiun 101
B. Waris 108
C. Wakaf 115

BAB 8 PEMBELAJARAN LITERASI KEUANGAN


SYARIAH: STUDI KASUS DI FEB UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA 125
A. Pendahuluan 125
B. Literature Review 126
C. Metodologi 130
D. Hasil dan Analisis 134

BAB 9 KESIMPULAN DAN SARAN 151

DAFTAR PUSTAKA 155


BIODATA PENULIS 163

Daftar Isi xi
[Halaman ini sengaja dikosongkan]
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Indeks Literasi Keuangan Sektoral Komposit


2013-2019 4
Gambar 2. Persentase Literasi Keuangan Berdasarkan Jasa
Keuangan 2019 5
Gambar 3. Indeks Inklusi Keuangan Sektoral 2013-2019 6
Gambar 4. Indeks Literasi Keuangan Masyarakat Terhadap
Lembaga Keuangan Tahun 2013-2019 33
Gambar 5. Indeks Literasi Keuangan Masyarakat Terhadap
Lembaga Keuangan dan Investasi Secara Nasional
Tahun 2013-2019 63
Gambar 6. Perkembangan Reksa Dana Syariah Periode Januari-
Juni 2021 66
Gambar 7. Perkembangan Sukuk 70
Gambar 8. Skema ADDIE 130
Gambar 9. Penilaian Sebagai Bagian dari Perencanaan dan
Implementasi Pembelajaran 132

xiii
[Halaman ini sengaja dikosongkan]
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rencana Finansial dan Tujuan 37


Tabel 2. Berbagai Macam Investasi dan Tingkat Risikonya 71
Tabel 3. Perbedaan Antara Asuransi Syariah dan Konvensional 81
Tabel 4. Tabel Ahli Waris dan Bagian Waris dalam Hukum
Waris Islam Indonesia Menurut Kompilasi Hukum
Waris Islam 114
Tabel 5. Hasil Evaluasi Formatif: Improvisasi Kursus 136
Tabel 6. Hasil Evaluasi Sumatif: Improvisasi Kursus 141
Tabel 7. Hasil Pre-Test dan Post-Test: Evaluasi Kursus 145
Tabel 8. Paired Samples Statistics 147
Tabel 9. Paired Samples Correlations 147
Tabel 10. Paired Samples Test 148

xv
[Halaman ini sengaja dikosongkan]
ABSTRAK

Buku ini diawali dengan keprihatinan terhadap rendahnya tingkat


literasi dan inklusi keuangan syariah di Indonesia yang berimplikasi pada
masalah-masalah lainnya berupa rendahnya tingkat kesejahteraan dan
kesalahan pengelolaan keuangan, kurangnya produktivitas, dan belum
optimalnya pengumpulan dana sosial keagamaan (ZISWAF/Zakat, Infak,
Sedekah, dan Wakaf). Hasil survei OJK 2019 menunjukkan bahwa tingkat
literasi keuangan syariah hanya 8,93%, relatif tertinggal dibandingkan
dengan tingkat literasi keuangan konvensional sebesar 37,72%. Dengan
menggunakan pendekatan Maqashid Syariah (tujuan tertinggi ditetapkan
syariat/hukum Islam) yang berlandaskan pada 5 (lima) prinsip: menjaga
agama, jiwa, akal, keluarga, dan harta, buku ini menawarkan langkah-
langkah perencanaan dan pengelolaan keuangan syariah sejak dasar-
dasar perencanaan dan pengelolaan keuangan syariah, perencanaan
dan pengelolaan alokasi anggaran, manajemen utang, dan dana darurat,
perencanaan dan pengelolaan investasi syariah, pengelolaan risiko dan
perencanaan asuransi syariah, perencanaan dan pengelolaan zakat dan
pajak, perencanaan dan pengelolaan dana pensiun, waris, dan wakaf.
Tema-tema ini dibahas, baik dari aspek teoretis maupun praktik untuk
bisa diterapkan dalam kehidupan nyata sehari-hari. Untuk menguji

xvii
lebih dalam efektivitas dari materi-materi literasi keuangan syariah ini,
dilakukan riset pilot project dengan mengujicobakan kepada satu kelas di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan
menggunakan pendekatan ADDIE (Analysis/Analisis, Design/Desain,
Development/Pengembangan, Implementation/Implementasi, Evaluation/
Evaluasi). Materi-materi perencanaan dan pengelolan keuangan syariah
ini dikemas dalam bentuk modul dan diajarkan secara hybrid di kelas
dan melalui online learning. Sebelum pembelajar dilakukan pre-test dan
setelah pembelajaran dilakukan post-test untuk menunjukkan efektivitas
materi dan pembelajaran ini. Hasil menunjukkan bahwa pre-test tingkat
literasi keuangan syariah relatif cukup rendah sebesar 39,38%, namun
mengalami peningkatan pada post-test menjadi sebesar 86,67%. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran yang dilakukan
memiliki dampak signifikan terhadap peningkatan literasi keuangan
mahasiswa. Hal ini berimplikasi bahwa pendidikan literasi keuangan
syariah perlu terus ditingkatkan dan diperluas kepada masyarakat agar
tingkat literasi keuangan syariah yang relatif masih rendah dapat terus
ditingkatkan.
Kata Kunci: literasi keuangan syariah, perencanaan dan pengelolaan keuangan
syariah, pendidikan literasi keuangan syariah.

xviii Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sebagai negara Muslim terbesar di dunia, Indonesia belum memainkan
perannya yang proporsional sebagai pemain (produsen) aktif di pasar
ekonomi dan keuangan syariah global. The State of the Global Islamic
Economy Report 2018/2019 menunjukkan bahwa dari 15 negara besar
yang disurvei untuk mengukur total pencapaian perkembangan ekonomi
syariah secara global, Indonesia hanya menduduki peringkat ke-10
(sepuluh), jauh tertinggal dibandingkan negara-negara Muslim lainnya.
Akan tetapi, hasil survei The State of the Global Islamic Economy Report
pada tahun 2020/2021 menunjukkan peringkat Indonesia berhasil
naik 6 posisi menjadi peringkat 4 dunia. Secara keseluruhan, posisi
Indonesia di semua kategori masuk ke dalam peringkat 10 teratas.
Pada kategori media dan rekreasi, Indonesia menduduki peringkat
ke-5 dan menduduki peringkat ke-6 pada sektor farmasi dan kosmetik
yang disebabkan meningkatnya kesadaran masyarakat pada kedua
sektor tersebut. Sementara itu, pada kategori makanan halal, Indonesia
berhasil menduduki peringkat ke-4 karena adanya peningkatan ekspor
ke negara-negara OKI (OJK, 2020: 13).

Bab 1 | Pendahuluan 1
Hal ini merupakan suatu pencapaian yang membanggakan
karena sesungguhnya industri ekonomi dan keuangan syariah global
menawarkan berbagai peluang bisnis yang cukup menjanjikan apabila
Indonesia dapat memanfaatkan peluang ini. Apabila peluang ini dapat
dimanfaatkan, pada gilirannya, diharapkan dapat berkontribusi pula
terhadap pertumbuhan dan perkembangan ekonomi nasional.
Pada sektor keuangan syariah, Indonesia juga masih menghadapi
kendala besar. Hingga akhir tahun 2020, market share keuangan syariah
di Indonesia baru mencapai 9,95% (OJK, 2020: 17). Bahkan di sektor
perbankan, setelah hampir 29 tahun sejak berdirinya bank Islam pertama
di Indonesia, Bank Muamalat, pada 1992, pangsa pasar perbankan
syariah di Indonesia hanya mencapai 6,51%. Meskipun beberapa
studi kritis menunjukkan bahwa skema pembiayaan di LKS (Lembaga
Keuangan Syariah) dinilai tidak sesederhana lembaga keuangan
yang berbasis bunga dan secara biaya pengelolaan relatif lebih tinggi
dibandingkan lembaga keuangan konvensional, namun beberapa studi
lain menunjukkan bahwa LKS terbukti lebih mampu bertahan di masa
krisis karena sifat pembiayaannya yang berbasis bagi hasil (equity-based),
ketimbang bank konvensional yang berbasis pinjam/kredit. Contohnya
pada masa pandemi Covid-19, pertumbuhan aset, pembiayaan, dan DPK
perbankan syariah menunjukkan performa yang lebih baik dibandingkan
perbankan konvensional. Aset perbankan syariah pada tahun 2020
mengalami pertumbuhan sebesar 13,11% (yoy)1 di mana lebih tinggi
jika dibandingkan dengan perbankan konvensional yang hanya sebesar
6,74% (yoy). Selain itu, pertumbuhan DPK perbankan syariah pada
tahun 2020 masih lebih tinggi dibandingkan perbankan konvensional
yaitu sebesar 11,98% (yoy) sedangkan perbankan konvensional hanya
sebesar 10,93% (yoy). Begitu pula dengan pertumbuhan pembiayaan
perbankan syariah masih lebih tinggi dibandingkan perbankan
konvensional yaitu sebesar 8,08% (yoy). Pertumbuhan yang cukup
tinggi dibarengi dengan peningkatan market share menunjukkan bahwa
layanan perbankan syariah di Indonesia semakin dipercaya oleh
masyarakat khususnya di masa pandemi. Selain itu bagi Muslim yang
taat, penggunaan produk halal dan keuangan yang sesuai dengan nilai-

1
Yoy adalah year over year growth atau pertumbuhan tahun ke tahun.

2 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


nilai syariah dipersepsikan lebih memberikan nilai kenyamanan secara
psikologis karena kesesuaian dengan ajaran-ajaran agama.
Dari segi permintaan/demand, sesungguhnya Indonesia memiliki
potensi yang cukup besar bagi perkembangan dan pertumbuhan
ekonomi syariah baik di pasar domestik maupun dunia. The State of the
Global Islamic Economy Report 2020/2021 melaporkan besaran pengeluaran
makanan umat Islam di dunia meningkat 3,1% pada tahun 2019 menjadi
USD1,17 triliun dari USD1,13 triliun pada tahun 2018. Menurut
Reuters (2018), faktor utama yang diperkirakan memengaruhi hal ini
adalah peningkatan jumlah penduduk Muslim di dunia. Pada tahun
2017, jumlah penduduk Muslim dunia mencapai 1,84 miliar orang.
Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat dan mencapai 27,5%
dari total populasi dunia pada 2030. Peningkatan populasi ini tentunya
akan meningkatkan permintaan terhadap produk dan jasa halal secara
signifikan. Sebagai negara Muslim terbesar, pasar domestik Muslim di
Tanah Air sangat besar dengan jumlah Muslim mencapai 87,18% dari
populasi 232,5 juta jiwa. Hal ini diperkuat dengan semakin besarnya
jumlah kelas menengah Muslim yang terus meningkat di Indonesia.
Salah satu kendala besar yang dihadapi Indonesia saat ini terkait
masalah belum berkembangnya ekonomi dan keuangan syariah di Tanah
Air adalah masih rendahnya kualitas SDM di bidang ekonomi dan
keuangan syariah di Indonesia (Bappenas, 2016) dan masih rendahnya
literasi (kesadaran dan edukasi publik) masyarakat tentang ekonomi
dan keuangan syariah. Hasil survei yang dilakukan oleh OJK (Otoritas
Jasa Keuangan) menunjukkan bahwa indeks literasi keuangan syariah
baru mencapai 8,93%, sementara indeks literasi keuangan konvensional
mencapai 37,72% (OJK, 2019). Hasil survei ini menunjukkan bahwa
keuangan syariah masih belum banyak dikenal oleh masyarakat. Gambar
berikut menunjukkan Indeks Literasi Keuangan Sektoral 2013, 2016,
2019 (OJK, 2019).

Bab 1 | Pendahuluan 3
Gambar 1. Indeks Literasi Keuangan Sektoral 2013-2016
Sumber: OJK, 2019

Berdasarkan data indeks literasi keuangan nasional tahun 2013-


2019 menunjukkan bahwa literasi keuangan masyarakat terhadap
perbankan masih lebih tinggi dibandingkan dengan industri keuangan
lainnya. Dari tabel terlihat persentase indeks literasi keuangan industri
perbankan yang sebelumnya sebesar 21,8% di tahun 2013 menjadi
28,9% di tahun 2016 dan terus mengalami peningkatan menjadi 36,12%
di tahun 2019. Industri perasuransian yang sebelumnya sebesar 17,8%
di tahun 2013 menjadi 15,8% di tahun 2016 dari data ini terlihat indeks
literasi keuangan industri perasuransian mengalami penurunan di tahun
2016, namun terjadi peningkatan lagi sebesar 19,40% di tahun 2019.
Indeks literasi keuangan industri dana pensiun sebesar 7,1% di tahun
2013 dan mengalami peningkatan menjadi 10,9% di tahun 2016 dan
terus meningkat menjadi 14,3% di tahun 2019. Lembaga pembiayaan
sebesar 9,8% di tahun 2013 menjadi 13,0% di tahun 2016 dan terus
mengalami peningkatan menjadi 15,17% di tahun 2019. Pegadaian
sebesar 14,9% di tahun 2013 menjadi 17,8% di tahun 2016 dan terus

4 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


mengalami peningkatan menjadi 17,81% di tahun 2019. Dan di urutan
yang masih rendah yaitu pasar modal dengan persentase 3,8% di tahun
2013 menjadi 4,4% di tahun 2016 dan mengalami peningkatan menjadi
4,92% di tahun 2019.

Gambar 2. Persentase Literasi Keuangan Berdasarkan Jasa Keuangan 2019


Sumber: OJK, 2019

Berdasarkan data OJK (2019), indeks literasi keuangan syariah


industri perbankan sebesar 7,92% dan jika dibandingkan dengan indeks
literasi keuangan konvensional sektor industri perbankan sangat jauh
karena konvensional sebesar 35,25%. Indeks literasi keuangan syariah
industri perasuransian sebesar 3,99%. Dana pensiun sebesar 2,97%.
Selanjutnya lembaga pembiayaan sebesar 4,01%. Pegadaian sebesar
4,51% dan pasar modal sebesar 0,00%.

Bab 1 | Pendahuluan 5
Gambar 3. Indeks Inklusi Keuangan Sektoral 2013-2019

Berdasarkan data indeks inklusi keuangan nasional tahun 2013-


2019 menunjukkan bahwa inklusi keuangan perbankan masih lebih
tinggi dibandingkan dengan industri keuangan lainnya. Persentase
indeks inklusi keuangan industri perbankan sebesar 57,3% di tahun
2013 menjadi 60,7% di tahun 2016 dan terus mengalami peningkatan
menjadi 73,88% di tahun 2019. Perasuransian sebesar 11,8% di tahun
2013 menjadi 12,1% di tahun 2016 dan meningkat menjadi 13,15% di
tahun 2019. Dana pensiun sebesar 1,5% di tahun 2013 menjadi 4,7%
di tahun 2016 dan terus mengalami peningkatan menjadi 6,18% di
tahun 2019. Lembaga pembiayaan sebesar 6,3% di tahun 2013 menjadi
11,8% di tahun 2016 dan meningkat menjadi 14,56% di tahun 2019.
Pegadaian sebesar 5,05% di tahun 2013 menjadi 10,5% di tahun 2016
terus mengalami peningkatan menjadi 12,38% di tahun 2019. Pasar
modal sebesar 0,1% menjadi 1,3% dan mengalami peningkatan sebesar
1,55% di tahun 2019. Adapun Indeks inklusi keuangan syariah tahun
2016 industri perbankan sebesar 9,6%. Industri perasuransian sebesar
1,9%. Industri dana pensiun 0,0%. Industri lembaga pembiayaan 0,2%.
Industri pegadaian 0,7%. Dan industri pasar modal 0,01%.

6 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


Kondisi ini menunjukkan perlunya peningkatan kualitas dan
keterjangkauan pendidikan dan promosi literasi di bidang ekonomi dan
keuangan syariah di Tanah Air. Salah satu cara mengatasi problem ini
adalah meningkatkan kualitas pendidikan dan memperluas jangkauan
pendidikan ekonomi dan keuangan syariah di Tanah Air. Revolusi
Industri 4.0 dengan kecanggihan teknologi digital dapat memfasilitasi
upaya peningkatan literasi ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia
melalui penyediaan pendidikan terbuka dan jarak jauh. Kecanggihan
teknologi ini telah memungkinkan memberikan lebih banyak pengajaran
dan lebih banyak muatan pembelajaran melalui sistem pembelajaran
jarak jauh yang bersifat fleksibel yang dapat menjangkau berbagai
lapisan masyarakat tanpa terkendala batasan geografis.
Oleh karena itu, proposal ini mengajukan sebuah model
pembelajaran ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia dengan
memanfaatkan teknologi digital dengan pendekatan model Pembelajaran
4.0 sebagaimana dilansir Fisk (2017).

B. Literasi Keuangan dalam Perspektif Maqashid Syariah


Rasyuni (1995) dalam Ismail (2014) mengartikan maqashid syariah adalah
tujuan-tujuan yang ditetapkan secara syari’ untuk memastikan hadirnya
kemaslahatan bagi hamba-hamba-Nya. Dari segi keilmuan, maqashid
syariah termasuk bagian dari ushul fiqh.2 Terdapat beberapa ulama yang
membahas terkait tujuan syariat yang ditetapkan oleh Allah Swt., di
antaranya yaitu Imam al-Ghazali, Imam Syatibi, Imam al-Harmayn, dan
Ibn ‘Ashur. Perumusan maqashid syariah pertama kali dibahas oleh Imam
al-Haramyn dalam bukunya yang berjudul al-Burhal pada bab ‘illah dan
usul. Imam al-Haramyn berpendapat bahwa maqashid syariah dapat dibagi
menjadi tiga kategori, yaitu dharuriyat, hajiyat, dan tahsiniyat. Selain itu,
beliau juga merumuskan mawashid al-khamsah atau dikenal juga dengan
sebutan dharuriyat al-kubra (Ismail, 2014).

2
Ushul fiqh adalah suatu ilmu yang menguraikan tentang metode yang
digunakan oleh para mujtahid (orang-orang yang melakukan ijtihad) dalam menggali
dan menetapkan hukum fikih dari nash (teks). Dalam hal ini, ilmu ushul fiqh adalah
suatu kumpulan kaidah metodologis yang menjelaskan bagi seorang fakih (ahli
hukum fikih) tentang bagaimana mengambil hukum dari dalil-dalil atau nash
syara’(Sadzali, 2017).

Bab 1 | Pendahuluan 7
Selanjutnya, pada abad ke-12 Masehi, Imam al-Ghazali yang
merupakan seorang pakar hukum (fikih), doktrin–Islam (akidah),
spiritualitas–Islam (tasawuf) dalam bukunya yang berjudul Syifa
Alghalil menuliskan bahwa maqashid syariah dibagi menjadi dua bagian,
yaitu: 1) dini (agama), dan 2) dunyawi (dunia). Pada kategori dunia,
beliau membaginya lagi menjadi empat hal, di antaranya: memelihara
diri, memelihara akal, memelihara keturunan, dan memelihara harta.
Sementara itu, untuk kategori agama adalah semua hal yang menahan
diri dari perbuatan-perbuatan keji (Ismail, 2014).
Imam Syatibi dalam bukunya al Muwafaqat mengklasifikasikan
maqashid syariah menjadi dua, yaitu qashdu al-syari’ dan qashdu al-mukallaf.
Qashdu al-syari’ dibagi menjadi empat yaitu: 1) maksud syari’ menetapkan
syariat, 2) maksud syari’ menetapkan syariat pemahaman, 3) maksud
syari’ menetapkan syariat untuk perintah hukum, dan 4) maksud syari’
memasukkan mukalaf dalam hukum-hukum syariat. Maqashid al-syari’
mengarah pada tiga tujuan-tujuan mendasar manusia yaitu dharuriyat,
hajiyat dan tahsiniyat. Sedangkan untuk maqashid al-mukallaf diwujudkan
dalam bentuk perbuatan atau pelaksanaan yang dibatasi oleh syariat
(Ismail, 2014).
Ibn ‘Ashur dalam karyanya yang masyhur terkait ilmu maqashid
syariah berjudul Maqashid al-Syar’iyyah al-Islamiyyah. Beliau menjelaskan
bagaimana konsep maqashid syariah dan mengklasifikasinya menjadi
dua bagian yaitu: maqashid al-syariah al-amm dan al-khassah. Pertama,
maqashid al-syariah al-amm adalah tujuan-tujuan yang ditunjuk oleh syara’
pada setiap hukum-hukum syariat. Tujuan ini berhubungan dengan
kemaslahatan manusia secara umum seperti keadilan dan kesejahteraan.
Kedua, maqashid al-syariah al-khassah adalah hukum-hukum yang
dikhususkan pada pembahasan dari syariat seperti hukum keluarga,
nikah, jinayah, dan keuangan (Ismail, 2014).
Empat ulama besar berpendapat maqashid syariah dibagi menjadi tiga
yaitu dharuriyat, hajiyat dan tahsiniyat. Maslahah dharuriyat dikelompok ke
dalam 5 yaitu agama, jiwa, keturunan, akal, dan harta. Hajiyat bertujuan
untuk menghapuskan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan manusia.
Serta tahsiniyat adalah segala sesuatu untuk menjaga kelima maqashid
tersebut (Ismail, 2014).

8 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


Keterkaitan antara maqashid syariah di atas dengan literasi keuangan
syariah adalah sebagai berikut:

1. Peran Literasi Keuangan Syariah dalam Hifdzu Din


(Melindungi Agama)
Literasi keuangan syariah dalam konteks agama bertujuan agar
kaum Muslim dapat mengelola keuangannya dengan baik. Karena
dikhawatirkan saat seorang Muslim sedang menghadapi masalah terkait
keuangan, ia akan menanggalkan agamanya sebagaimana Hadis Nabi
yang memperingatkan hal ini:
ْ َ ْ َ ُ َ ُ ْ َ ْ َْ َ َ
َ‫ َوك َاد ال َح َس ُد أ ْن يَ ْسب َق ال َق َد ر‬،‫ون ك ْف ًرا‬ ‫كاد الفق ُر أن َيك‬
ِ
“Kefakiran akan mendekatkan diri kepada kekafiran”.
Dengan tingkat literasi keuangan syariah yang baik diharapkan
seorang Muslim mengalokasikan sumber daya keuangannya sesuai
dengan kebutuhan. Tidak seperti pepatah “besar pasak daripada
tiang”. Artinya lebih besar pengeluaran daripada pemasukan. Bila kita
analogikan dengan hadis tentang adab makan bahwa makan hanya
1/3 dari kapasitas perut karena 1/3 harus disisakan untuk minuman,
dan 1/3 disisakan untuk bernapas. Demikian pula dalam pengelolaan
keuangan, ada 3 pos yang perlu kita penuhi:
1. 1/3 pertama untuk konsumsi, untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari;
2. 1/3 kedua sebagai simbol investasi dan modal kerja sehingga
harta kekayaan dan keuangan tersebut bisa terus tumbuh dan
berkembang, terutama untuk memitigasi risiko inflasi dan
musibah serta meningkatkan tingkat kesejahteraan dari sekadar
memenuhi kebutuhan dharuriyyat (sandang, pangan, papan),
meningkat memenuhi kebutuhan hajiyyat (pendidikan, kesehatan,
dan keamanan), dan semakin meningkat memenuhi kebutuhan
tahsiniyat (hiburan dan rekreasi) sehingga kehidupan keluarga bisa
berkelanjutan dan terus meningkat kesejahteraannya; dan
3. 1/3 untuk bernapas sebagai simbol donasi sosial untuk
pemberdayaan kelompok-kelompok yang kurang beruntung dalam
masyarakat sekaligus tabungan amal akhirat berupa pengeluaran
zakat, infak, sedekah dan wakaf (atau biasa disebut ziswaf).

Bab 1 | Pendahuluan 9
2. Peran Literasi Keuangan Syariah dalam Hifdzu Nafs
(Melindungi Jiwa)
Literasi keuangan syariah secara tidak langsung berhubungan dengan
perlindungan jiwa (hifdzu nafs). Karena apabila kita memiliki tingkat
literasi keuangan syariah yang baik maka kita telah menyiapkan dana-
dana yang bisa kita gunakan di saat kondisi darurat. Misalnya dalam
keadaan sakit dan membutuhkan biaya yang banyak, karena kita telah
menyiapkan dana darurat maka kita dapat menggunakan dana tersebut
untuk berobat. Selain itu, dengan literasi keuangan syariah yang baik
kita juga telah mempersiapkan asuransi syariah untuk melindungi diri
dari segala risiko yang membahayakan jiwa. Oleh karena itu, dapat kita
simpulkan bahwa dengan tingkat literasi keuangan syariah yang baik
maka secara tidak langsung kita telah berusaha untuk mencapai salah
satu maqashid syariah yaitu hifdzu nafs (menjaga jiwa).

3. Peran Literasi Keuangan Syariah dalam Hifdzu ‘Aql


(Melindungi Pikiran)
Literasi keuangan syariah secara langsung memang tidak melindungi
kemaslahatan akal, akan tetapi jika tingkat literasi keuangan syariah
seseorang baik maka ia mampu mengelola keuangannya dengan
baik sehingga dapat terhindar dari masalah-masalah keuangan yang
menyebabkan ia menempuh jalan-jalan yang instan untuk mengatasi
permasalahannya seperti mabuk-mabukan, menggunakan narkoba, dan
sebagainya, yang dapat menyebabkan kesehatan akalnya terganggu.

4. Peran Literasi Keuangan Syariah dalam Hifdzul Nasl


(Melindungi Keturunan)
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk melindungi keturunan
adalah dengan memiliki literasi keuangan syariah yang baik. Islam
sendiri telah melarang seseorang meninggalkan keturunannya dalam
kondisi yang lemah dan menyulitkan orang lain. Misalnya, saat
seseorang meninggal dengan meninggalkan keluarga, istri, dan anak
yang masih kecil tanpa memiliki dana darurat yang dapat digunakan
untuk bertahan hidup. Hal tersebut dapat menjadi problem. Bisa saja
anaknya yang masih sekolah tidak mampu melanjutkan sekolahnya

10 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


karena terhalang dana. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
literasi keuangan syariah memiliki peran untuk mewujudkan tujuan
maqashid syariah.

5. Peran Literasi Keuangan Syariah dalam Hifdzu Mal


(Melindungi Harta)
Peran literasi keuangan syariah dalam melindungi harta dapat berupa
pengetahuan tentang cara mengelola harta yang baik sehingga
pengeluaran yang kita miliki tidak lebih besar daripada pemasukan.
Selain itu, kita juga dapat meminimalisir risiko-risiko instrumen
keuangan (seperti investasi bodong) yang dapat menyebabkan kita
mengalami kerugian finansial.

C. Kondisi Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah di Global


dan Indonesia
The Islamic Finance Development Report 2020 menunjukkan bahwa industri
keuangan Islam global tumbuh dari tahun ke tahun sebesar 14% menjadi
USD2,8 triliun dalam aset pada 2019 atau oleh pertumbuhan Compound
Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 5,21% dari 2012, berdasarkan
angka yang dilaporkan dari 56 negara, sebagian besar di Timur Tengah
dan Asia Selatan serta Asia Tenggara. Iran, Arab Saudi, dan Malaysia
tetap menjadi pasar keuangan Islam terbesar dalam hal aset yaitu
menyumbang 66% dari aset global pada 2019.
Berdasarkan The Islamic Finance Development Indicator (IFDI), sebuah
indikator yang memberikan peringkat dan profil untuk berbagai
lembaga keuangan Islam di seluruh dunia, dengan memanfaatkan
faktor-faktor instrumental yang dikelompokkan ke dalam lima bidang
pembangunan yang luas dan dianggap sebagai indikator utama, salah
satunya ialah tingkat pengetahuan. Dalam indikator ini lima besar
ditempati oleh Malaysia, Indonesia, Pakistan, Yordania, dan Uni Emirat
Arab. Terdapat dua subindikator dalam pengetahuan ini, yaitu edukasi
serta riset. Pada subindikator edukasi terdapat Malaysia, UAE, dan
Yordania dalam tiga besar. Sedangkan pada subindikator riset terdapat
Malaysia, Indonesia, dan Pakistan. Perlu dicatat bahwa pada IFDI dalam
indikator pengetahuan ini mengalami peningkatan Global Average Value

Bab 1 | Pendahuluan 11
(GAV) dari ke-8 pada 2017 menjadi ke-9 pada tahun 2018. Ini artinya
terdapat peningkatan mengenai pengetahuan atau literasi mengenai
keuangan Islam di dunia dalam setahun terakhir (Reuters, 2018).
Berdasar Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan Tahun 2016
(SNLKI, 2016) yang merupakan survei skala nasional yang dilakukan
oleh OJK, terdapat 9.680 responden tersebar dalam 64 kabupaten/
kota di 34 provinsi yang diambil sampelnya. Dalam survei tersebut,
didapatkan data indeks literasi keuangan syariah pada tahun 2016
sebesar 8,11%, artinya dari setiap 100 penduduk di Indonesia, yang
mengetahui industri jasa keuangan syariah hanya 8 orang saja. Angka
ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan indeks literasi keuangan
konvensional yang berada pada angka 29,5% (SNLKI, 2016) di mana
persentase paling besar terdapat pada Provinsi Aceh dengan 21,09% dan
penyumbang terendah ialah Papua dan Bali dengan persentase sebesar
1,05%. Persentase tersebut bisa dibilang kecil, mengingat tingkat literasi
keuangan secara keseluruhan ialah sebesar 29,66%. Perlu sosialisasi
serta bab pembelajaran yang lebih efektif untuk meningkatkan penetrasi
literasi keuangan nasional, terkhusus keuangan syariah.
Dan dari survei yang sama, didapatkan data mengenai indeks inklusi
keuangan syariah 2016. Berdasar hasil survei tersebut, didapatkan
persentase inklusi keuangan syariah sebesar 11,1%, yang artinya dari
setiap 100 penduduk Indonesia, hanya 11 orang yang memanfaatkan
produk dan layanan jasa keuangan syariah. Fakta ini kontradiktif dengan
kenyataan yang ada bahwa 86,88% masyarakat Indonesia adalah Muslim
(Dukcapil, 2021), namun populasi yang besar tersebut, tidak banyak
memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan syariah. Jumlah
penggunaan produk dan layanan jasa keuangan syariah ini jauh sekali
dibandingkan dengan pengguna produk dan layanan jasa keuangan
konvensional yang besarnya 65,6% (SNLKI, 2016). Provinsi dengan
penyumbang terbesar berasal dari Aceh dengan persentase 41,45%.
Sedangkan penyumbang terkecil berasal dari Kalimantan Selatan dengan
2,55%. Tingkat inklusi keuangan syariah juga terbilang kecil, mengingat
persentase indeks inklusi keuangan nasional pada 2016 sebesar 67,82%.
Sebuah ketertinggalan, yang menandakan masyarakat masih lebih
memilih menggunakan instrumen keuangan konvensional dibandingkan
keuangan Islam meskipun Indonesia adalah negara dengan penduduk
Muslim terbesar di dunia.

12 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


Adapun hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan
Tahun 2019 (SNLIK, 2019) yang merupakan survei skala nasional yang
dilakukan oleh OJK, terdapat 12.773 responden tersebar dalam 64
kabupaten/kota di 34 provinsi yang diambil sampelnya. Dalam survei
tersebut, didapatkan data indeks literasi keuangan nasional pada tahun
2019 sebesar 38,03%, artinya dari setiap 100 penduduk Indonesia
yang mengetahui industri jasa keuangan hanya 38 orang saja, di mana
persentase paling besar terdapat pada Provinsi DKI Jakarta sebesar
59,16% dan penyumbang terendah ialah Provinsi Nusa Tenggara Timur
sebesar 27,82% (SNLKI, 2019).
Dan dari survei yang sama, didapatkan data mengenai indeks
inklusi keuangan nasional tahun 2019. Berdasar hasil survei tersebut,
didapatkan persentase inklusi keuangan sebesar 76,19%, artinya dari
setiap 100 penduduk Indonesia sebanyak 76 orang sudah mengakses ke
lembaga keuangan. Persentase paling besar terdapat pada Provinsi DKI
Jakarta sebesar 94,76% dan penyumbang terendah ialah Provinsi Nusa
Tenggara Timur sebesar 60,63% (SNLKI, 2019). Dari data ini terlihat
bahwa terdapat kesenjangan yang besar seperti pada tahun 2013 dan
2016, adapun kesenjangannya sebesar 38,16%, artinya sebanyak 38
orang penduduk Indonesia yang sudah mengakses lembaga keuangan
tanpa didasari oleh well literate.
Arti literasi bukan hanya kemampuan untuk membaca dan menulis,
namun menambah pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang
dapat membuat seseorang memiliki kemampuan berpikir kritis, mampu
memecahkan masalah dalam berbagai konteks, mampu berkomunikasi
secara efektif dan mampu mengembangkan potensi dan berpartisipasi
aktif dalam kehidupan bermasyarakat (Alberta, 2009). Jadi, literasi
berkaitan erat dengan pengetahuan dan pemahaman seseorang dalam
memahami suatu fenomena atau objek tertentu.
Akan tetapi, apakah “literasi keuangan” itu? Istilah ini dapat
mencakup konsep yang berangkat dari kesadaran dan pengetahuan
keuangan, termasuk produk, lembaga, dan konsep keuangan;
keterampilan keuangan, seperti kemampuan untuk menghitung
pembayaran bunga majemuk; dan kemampuan keuangan lebih umum,
dalam hal manajemen uang dan perencanaan keuangan (Xu dan Zia,
2012). Literasi keuangan didefinisikan sebagai kemampuan untuk
membuat informasi penilaian dan untuk mengambil keputusan yang

Bab 1 | Pendahuluan 13
efektif terkait penggunaan dan pengelolaan uang; pendidikan literasi
keuangan adalah pendidikan yang dirancang untuk memungkinkan
peserta didik memperoleh kemampuan ini (Coben, et al., 2005). Sebagai
proksi literasi keuangan, Atkinson dan Messy (2012) menggunakan
delapan pertanyaan inti yang dirancang untuk mengukur pengetahuan.
Kedelapan pertanyaan ini mengukur pengetahuan responden tentang
pembagian, nilai waktu uang, bunga dibayarkan pada pinjaman,
perhitungan bunga ditambah prinsip, bunga majemuk, risiko dan
pengembalian, definisi inflasi, dan diversifikasi. Perilaku adalah elemen
literasi keuangan yang paling penting. Hasil positif dalam literasi
keuangan didorong oleh perilaku seperti kurangnya perencanaan dalam
pengeluaran dan upaya untuk membangun kesejahteraan finansial,
dan sebaliknya, penggunaan kredit yang berlebihan dapat mengurangi
kesejahteraan finansial.
Inklusi keuangan merupakan ketersediaan akses pada berbagai
lembaga, produks, dan layanan jasa keuangan sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat (Otoritas Jasa Keuangan, 2018). Berbeda dengan literasi,
inklusi keuangan merupakan keterlibatan nasabah dalam menggunakan
jasa keuangan. Dua hal tersebut berbeda, tetapi saling berkaitan. Inklusi
tanpa disertai dengan literasi tidak akan terjadi pengelolaan keuangan
yang baik. Dan literasi tanpa disertai dengan inklusi maka tidak akan
terjadi peningkatan aset keuangan.

D. Pengetahuan Perencanaan Keuangan Islami


Definisi dari pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui dan
kepandaian. Pengetahuan merupakan segala sesuatu meliputi proses,
cara, dan pemahaman yang dipelajari baik-baik agar paham. Perencanaan
keuangan merupakan sebuah proses di mana individu berusaha untuk
memenuhi tujuan-tujuan finansialnya melalui pengembangan dan
implementasi dari sebuah rencana keuangan yang komprehensif dan
baik yang akan menghasilkan sebuah rencana keuangan yang jelas
dan memudahkan, rencana keuangan ibaratkan sebuah blue print yang
dapat menunjukkan ke mana arah kondisi keuangan individu berjalan
(Ghozie, 2014).

14 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang ada di kepala kita
berdasarkan pengalaman yang kita miliki. Selain dari pengalaman,
kita juga menjadi mengetahui berbagai hal lewat informasi dari orang
lain. Pengetahuan merupakan hasil dari mencari informasi dan itu
terjadi setelah orang lain melakukan pengindraan terhadap suatu
objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni;
penglihatan, pendengaran, penciuman rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui visual dan audio (Notoatmodjo,
2003).
Dalam Islam, menurut bahasa Arab bahwa pengetahuan disebut
dengan ‘ilmu atau ma’rifah (Bisri dan Fatah, 2009). ‘Ilm yang kemudian
diserap ke bahasa Indonesia menjadi “ilmu” atau “ilmu pengetahuan”.
Dan menurut perspektif Islam, ilmu merupakan pengetahuan mendalam
hasil usaha yang sungguh-sungguh dari para ilmuwan Muslim atas
persoalan-persoalan dunia dan akhirat dengan bersumber kepada
wahyu Allah. Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan suatu
proses mengenali, menyadari, dan mengerti akan sesuatu hal yang mana
didapatkan dari usaha manusia itu sendiri agar mengetahui dengan
sungguh-sungguh, dan bersumber pada wahyu Allah (Kosim, 2008).
Dengan pengalaman yang dimiliki, berbekal penjelasan yang
diperoleh dari orang lain, dan dengan melakukan uji coba terhadap suatu
objek untuk menemukan sebuah kebenaran, maka seseorang dapat
memperoleh pengetahuan. Maka secara umum bahwa pengetahuan
seseorang dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu mencakup latar belakang
pendidikan, sumber-sumber yang berupa media, dan informasi.
Pada konsep Islamic financial planning, pengetahuan perencanaan
keuangan mutlak diperlukan untuk mengambil keputusan agar
mahasiswa mampu memilih produk investasi syariah berdasarkan
kebutuhan perencanaan keuangan masing-masing individu.

E. Upaya untuk Meningkatkan Literasi dan Inklusi


Keuangan Syariah
Menurut OECD, National Strategy (NS) untuk pendidikan keuangan
didefinisikan sebagai pendekatan terkoordinasi secara nasional
untuk pendidikan keuangan yang terdiri dari kerangka kerja atau
program yang diadaptasi yang: (i) mengakui pentingnya pendidikan

Bab 1 | Pendahuluan 15
keuangan dan mendefinisikan arti dan ruang lingkupnya di tingkat
nasional dalam kaitannya dengan kebutuhan dan kesenjangan nasional
yang teridentifikasi; (ii) melibatkan kerja sama berbagai pemangku
kepentingan dan identifikasi pemimpin nasional atau badan/dewan
koordinasi; (iii) menetapkan peta jalan untuk mencapai tujuan spesifik
dan yang telah ditentukan sebelumnya dalam periode waktu tertentu;
dan (iv) memberikan panduan untuk diterapkan oleh program individu
untuk secara efisien dan tepat berkontribusi pada strategi nasional.
Dalam upaya meningkatkan literasi dan inklusi keuangan syariah
dibutuhkan strategi yang baik. Strategi harus menguraikan serangkaian
prioritas penting. Sangat penting untuk menetapkan prioritas nasional
yang terfokus untuk memastikan bahwa kesenjangan strategis diatasi
dengan sumber daya yang memadai. Prioritas dapat bervariasi dari satu
negara ke negara tergantung pada hasil survei kemampuan keuangan,
alat diagnostik lainnya, dan prioritas pemerintah. Negara-negara
di mana sektor kredit mendominasi lanskap keuangan (misalnya
perbankan dan keuangan mikro) mungkin ingin fokus pada program
yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
yang terkait dengan produk dan layanan di sektor-sektor tersebut,
sebagai lawan dari pengembangan program yang berfokus pada pasar
modal yang sedang berkembang, misalnya. Walaupun prioritas mungkin
berbeda, mereka dapat ditetapkan berdasarkan sejumlah kriteria, seperti
permintaan atau kebutuhan (misalnya, anak-anak, remaja, dan orang
dewasa), tujuan (misalnya, mendorong akses ke keuangan melalui
lembaga formal), hasil yang diinginkan (misalnya, orang dewasa muda
yang melek finansial dan kredit konsumen), dan biaya dan ketersediaan
sumber daya (World Bank, 2014).
Dalam Strategi Nasional Lembaga Keuangan Indonesia yang
dikeluarkan OJK, upaya untuk meningkatkan literasi dan inklusi
keuangan masyarakat perlu dilakukan dengan suatu strategi yang
komprehensif dan menggunakan metode pendekatan yang sesuai
dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Oleh karena itu, metode
pendekatan dalam melakukan kegiatan literasi dan inklusi keuangan
harus berdasarkan pada:
1. Pendekatan Geografis
Pendekatan geografis dilakukan dengan memperhatikan
karakteristik keunggulan daerah dikombinasikan dengan indeks

16 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


literasi serta inklusi keuangan wilayah tersebut sehingga dapat
diidentifikasi program kegiatan literasi keuangan serta penyediaan
produk dan layanan jasa keuangan apa yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat di daerah itu.
2. Pendekatan Sasaran
Pendekatan sasaran melihat indeks literasi dan inklusi keuangan
berdasarkan kelompok masyarakat tertentu, misalnya perempuan,
pelajar, dan lain-lain. Dengan pendekatan ini, maka dapat diketahui
kesesuaian materi dan metode penyampaian yang tepat bagi
kelompok masyarakat tertentu. Dalam hal inklusi keuangan,
pendekatan sasaran sangat dibutuhkan untuk mengidentifikasi
bentuk akses yang diminati dan sesuai untuk kelompok masyarakat
tertentu serta produk dan layanan jasa keuangan yang sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan masyarakat dimaksud.
3. Pendekatan Sektoral
Dengan pendekatan sektoral akan dipetakan aspek-aspek
pembentuk indeks literasi dan inklusi keuangan di masing-
masing industri jasa keuangan, yaitu perbankan, pasar modal,
perasuransian, lembaga pembiayaan, dana pensiun, dan pegadaian.
Dengan melakukan pemetaan dimaksud, dapat diketahui industri
jasa keuangan mana yang masih memerlukan upaya peningkatan
yang lebih optimal dalam rangka meningkatkan literasi keuangan
dan memperluas akses keuangan.

Untuk memberi konsep program meningkatkan literasi dan inklusi


keuangan syariah nasional, dibentuk suatu kerangka dasar. Kerangka
tersebut pada intinya memiliki tujuan mewujudkan masyarakat
Indonesia yang memiliki indeks literasi keuangan yang tinggi (well
literate) sehingga dapat memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan
yang sesuai untuk mencapai kesejahteraan keuangan yang berkelanjutan.
Untuk mencapai tujuan itu kemudian diperinci dua misi yang harus
dicapai, yakni edukasi keuangan dan pengembangan infrastruktur
pengetahuan serta perluasan akses keuangan dan ketersediaan produk
dan layanan jasa keuangan. Kemudian dipecah kembali dalam tiga
program strategis, yaitu cakap keuangan, sikap dan perilaku keuangan
bijak, dan akses keuangan. Selain itu, terdapat program inisiatif, seperti
pengetahuan, keterampilan dan keyakinan, infrastruktur, tujuan dan

Bab 1 | Pendahuluan 17
perencanaan keuangan, kemampuan pengelolaan keuangan, perluasan
dan kemudahan akses keuangan, serta ketersediaan produk dan layanan
jasa keuangan.

F. Strategi Peningkatan Literasi Ekonomi dan Keuangan


Syariah Sesuai Kelompok Umur
Menurut Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (2019),
strategi peningkatan literasi ekonomi dan keuangan syariah tentu
akan berbeda pendekatannya jika ditujukan pada kelompok usia yang
berbeda. Adapun strategi untuk masing-masing kelompok usia adalah
sebagai berikut.

1. Strategi untuk Kelompok Usia 0-6 Tahun


Pada kelompok usia ini yang perlu mendapatkan edukasi terkait literasi
ekonomi dan keuangan syariah adalah orangtua. Karena pendidikan
sehari-hari sejak anak bayi hingga anak berusia 6 tahun secara umum
masih berada pada pengasuhan orangtua atau orang terdekatnya.
Edukasi juga dapat diberikan oleh Kementerian Agama melalui jaringan
Kantor Urusan Agama kepada para calon pengantin. Selain itu, edukasi
juga dapat dilakukan dengan memberikan pendampingan bagi para
pengantin baru terkait cara mengelola keuangan melalui komunitas yang
terdapat di masjid atau melalui koperasi syariah di sekitar pengantin.
Edukasi terkait literasi keuangan sejak anak berusia dini secara
langsung dapat diberikan melalui lembaga Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD). Selain itu, lembaga ini juga dapat berperan sebagai mitra
orangtua untuk mengenalkan kepada anak-anaknya terhadap lingkungan
sosial. Adapun komponen yang perlu diajarkan bagi anak-anak usia dini
terdiri atas komponen penciptaan harta, akumulasi harta, perlindungan
harta, distribusi harta, dan purifikasi harta. Komponen penciptaan
harta yang dapat dikenalkan kepada anak-anak usia dini yaitu mengenai
makna bekerja dari sudut pandang Islam, kisah-kisah mengenai waris,
dan pemenuhan kebutuhan anak yang sesuai dengan maqashid syariah.
Untuk komponen akumulasi harta, anak-anak dapat diajarkan mengenai
cara merawat barang yang menjadi milikinya, cerita tentang kesuksesan
bisnis Rasulullah Saw., dan sahabat-sahabat-Nya, serta kisah-kisah
teladan untuk merencanakan masa depan dari orangtuanya.

18 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


Sementara itu, untuk komponen perlindungan harta yang dapat
diajarkan adalah dengan mengenalkan kepada anak tentang konsep
takaful yaitu menolong orang lain yang sedang mengalami kesusahan,
cara mempersiapkan dana darurat, dan pengelolaan keuangan anak
oleh orangtua atau wali yang sesuai syariah. Komponen distribusi
harta dapat dilakukan dengan mengenalkan kepada anak tentang
harta waris, bersikap adil kepada anak terkait pembagian uang sesuai
dengan kaidah islam, serta menceritakan kisah tentang wakaf. Terakhir,
komponen purifikasi harta dapat diberikan dengan cara mengajak anak
saat membayar zakat, memberikan teladan untuk bersedekah secara
rutin, dan menjauhi utang yang tidak perlu.

2. Strategi untuk Kelompok Usia 7-12 Tahun


Penyusunan strategi untuk kelompok usia 7-12 tahun perlu adanya
kerja sama antara orangtua dan sekolah. Karena anak pada usia ini
sudah mulai bersosialisasi dan belajar secara formal di sekolah. Sekolah
berperan dalam memberikan pendidikan ilmu pengetahuan, akan
tetapi agar terciptanya konsistensi dalam hal pembentukan karakter
dan kebiasaan khususnya yang berkaitan dengan literasi ekonomi
dan keuangan syariah di rumah peran orangtua sangat dibutuhkan.
Komponen yang perlu untuk ditanamkan kepada anak-anak yang berada
di usia 7 hingga 12 tahun agar menjadi karakter dan kebiasaan terdiri
atas komponen proses penciptaan harta, akumulasi harta, perlindungan
harta, pendistribusian harta, dan purifikasi harta.
1) Komponen penciptaan harta yang perlu diketahui oleh usia SD
berkaitan dengan pekerjaan halal yang dikerjakan oleh orangtuanya,
informasi terkait harta yang akan diterimanya sebagai hak waris,
serta kebiasaan hanya membeli barang yang dibutuhkan.
2) Komponen akumulasi harta dapat ditanamkan melalui keseharian
dengan cara mengajarkan untuk merawat barang yang menjadi
miliknya, berwirausaha dengan meneladani kesuksesan bisnis
Rasulullah Saw., dan sahabat-sahabatnya, serta membiasakan
menabung untuk mencapai keinginan yang sesuai dengan maqashid
syariah.
3) Selanjutnya, komponen perlindungan harta yang perlu diajarkan
adalah dengan mengenalkan anak tentang konsep takaful yaitu

Bab 1 | Pendahuluan 19
pengenalan asuransi syariah dengan memiliki kartunya, menyimpan
dana untuk kondisi darurat di bank syariah, serta meminta orangtua
untuk membantu mengelola uangnya.
4) Adapun komponen distribusi harta dapat ditanamkan dengan
mengenalkan kepada anak tentang harta waris dengan media
cerita/kisah, mengajarkan untuk saling berbagi dengan teman,
serta menceritakan kisah tentang wakaf.
5) Sedangkan komponen purifikasi harta dapat diajarkan dengan cara
mengajak anak saat membayar zakat, belajar berbagi dengan orang
yang kesusahan, serta menghindari utang.

3. Strategi untuk Kelompok Usia 13-15 Tahun


Strategi yang akan diterapkan untuk kelompok usia ini perlu melibatkan
sekolah, keluarga, serta lingkungan pertemanan. Sekolah berperan
memberikan dasar-dasar pengetahuan terkait ekonomi dan keuangan
syariah bagi individu dan keluarga. Sedangkan keluarga berperan
mendukung penerapan pengetahuan tersebut. Adapun komponen
yang perlu ditanamkan untuk kelompok usia ini adalah komponen
penciptaan harta, akumulasi harta, perlindungan harta, distribusi harta,
dan purifikasi harta. Untuk komponen penciptaan harta yang diajarkan
masih sama pada kelompok usia sebelumnya yaitu memberikan
pemahaman tentang pekerjaan halal yang dilakukan oleh orangtua,
informasi terkait harta yang akan diterimanya sebagai hak waris,
serta mengajarkan kemampuan mengelola uang saku yang melibatkan
pertimbangan faktor kebutuhan dan keinginan.
Untuk komponen akumulasi harta yang perlu ditanamkan adalah
cara-cara melakukan investasi yang sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah, berwirausaha dengan meneladani kesuksesan Rasulullah dan
sahabat-sahabatnya dalam berbisnis, serta diajarkan cara merencanakan
kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang yang disesuaikan dengan
maqashid syariah. Pengenalan harta dapat dilakukan dengan mengenalkan
asuransi (takaful), dimulai dari membuat akun asuransi syariah,
menyimpan dana darurat di bank syariah, serta meminta saran dari
orangtua dalam hal pengelolaan uang yang baik. Komponen distribusi
harta dapat ditanamkan dengan memberikan pengetahuan terkait harta
yang dimiliki dan dapat diwariskan, hibah, wasiat, dan wakaf. Sedangkan

20 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


komponen purifikasi harta dapat diberikan dengan mengajarkan
tentang zakat, infak dan sedekah, serta berusaha menghindari utang
dan melunasinya jika harus berutang.

4. Strategi untuk Kelompok Usia 16-18 Tahun


Pada kelompok usia ini sekolah dan keluarga masih menjadi pihak yang
memiliki peran signifikan. Kelompok usia ini diharapkan sudah mampu
mengelola ekonomi dan keuangannya secara syariah. Adapun komponen
yang perlu diajarkan di usia 16 hingga 18 tahun adalah penciptaan harta,
akumulasi harta, perlindungan harta, distribusi harta, dan purifikasi harta.
Untuk komponen penciptaan harta perlu diajarkan terkait pemahaman
tentang minat dan bakat yang dapat dikembangkan sebagai persiapan
untuk menghasilkan pendapatan yang halal, mengetahui informasi
tentang harta yang akan diterimanya sebagai hak waris, serta kemampuan
mengelola uang saku dengan mempertimbangkan faktor kebutuhan dan
keinginan. Sedangkan tema akumulasi harta yang perlu diberikan adalah
dengan mengajarkan investasi yang sesuai syariah, berwirausaha dengan
meneladani kesuksesan Rasulullah Saw., dan sahabatnya saat berbisnis,
serta membuat perencanaan kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang
yang disesuaikan dengan maqashid syariah. Komponen perlindungan harta
yang dapat diajarkan yaitu asuransi syariah yang dimulai dengan membuat
akun serta memahami mekanismenya, menyimpan dana darurat di bank
syariah, serta melakukan diskusi dengan orangtua terkait pengelolaan
uang yang sesuai syariah. Komponen distribusi harta dapat dilakukan
dengan menghitung harta yang dimiliki dan pembagian warisan yang
sesuai dengan hukum Islam, memahami tata cara pembagian hibah dan
wasiat, serta memahami peranan wakaf bagi perekonomian masyarakat
dilengkapi dengan pemahaman tentang tata cara berwakaf. Komponen
terakhir yaitu purifikasi harta dapat dilakukan dengan memahami
perhitungan macam-macam zakat, urgensi mengeluarkan infak dan
sedekah bagi orang-orang yang membutuhkan, serta berutang hanya jika
benar-benar dibutuhkan.

5. Kelompok Usia 19-23 Tahun


Kelompok usia ini sudah memasuki usia dewasa dan secara hukum
ketenagakerjaan Indonesia sudah diperbolehkan untuk bekerja mencari

Bab 1 | Pendahuluan 21
upah, sehingga pada kelompok usia ini terjadi transisi dari masa
pendidikan dan pelatihan ke masa implementasi ilmu pengetahuan,
khususnya yang berkaitan dengan ekonomi dan keuangan syariah
secara utuh. Pada kelompok ini ada tiga pihak yang berperan, yaitu
keluarga, perguruan tinggi, serta masyarakat. Komponen manajemen
harta islami terdiri atas komponen penciptaan harta, pengakumulasian
harta, perlindungan harta, pendistribusian harta, serta purifikasi harta.
Langkah penciptaan harta yang dibutuhkan meliputi kemampuan
untuk bekerja dan mendapatkan penghasilan yang halal sesuai
dengan syariah, memiliki kemampuan untuk menghitung hak waris
berdasarkan hukum Islam, serta dapat mengelola dana yang diterima
sesuai dengan maqashid syariah. Komponen akumulasi harta yang
diperlukan adalah investasi syariah, berwirausaha yang sesuai dengan
syariah dan dijalankan dengan sungguh-sungguh, serta perencanaan
kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang sesuai dengan maqashid
syariah. Adapun untuk perlindungan harta dapat dilakukan dengan
memiliki polis asuransi sesuai dengan kebutuhan, pengelolaan harta
dengan baik sesuai dengan maqashid syariah, serta memiliki tabungan
dan investasi syariah. Komponen distribusi harta dapat diterapkan
dengan memiliki pengetahuan terkait perhitungan harta yang dimiliki
dan perhitungan waris yang sesuai dengan hukum Islam, telah beberapa
kali melakukan pembagian hibah dan wasiat, serta memahami peranan
wakaf bagi perekonomian masyarakat dan telah berwakaf. Sedangkan
komponen purifikasi harta dapat dilakukan dengan menghitung dan
membayarkan kewajiban berbagai macam zakat ke lembaga zakat,
berinfak dan bersedekah secara rutin, serta berutang hanya jika benar-
benar dibutuhkan.
Pada usia ini juga seseorang sudah memiliki kemampuan
untuk mengimplementasikan pengetahuannya dalam kehidupan
dimulai dengan berpartisipasi dalam usaha meningkatkan ekonomi
masyarakat dan menjaga lingkungan hidup melalui gaya hidup yang
sesuai syariah. Pengetahuan syariah dapat diimplementasikan saat
akan mengambil keputusan keuangan yang didasarkan pada informasi
yang tepat, negosiasi, serta memahami dampak keputusan yang
akan diambil bagi diri sendiri, keluarga, kelompok, masyarakat, serta
lingkungan; memiliki kemampuan untuk membuat skala prioritas
dalam perencanaan keuangan dengan menggunakan konsep maqashid

22 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


syariah; serta memahami kewajiban keuangan dalam Islam, seperti
nafkah dan ziswaf.3 Memahami pengaruh daya beli, suku bunga, kurs,
serta indikator makro lainnya bagi keuangan pribadi maupun keluarga,
memahami dan dapat mengantisipasi kejahatan keuangan, termasuk di
dalam finansial teknologi, mampu menggunakan akad-akad transaksi
yang sesuai syariah bagi kepentingan keuangan pribadi maupun
keluarga. Hal yang perlu ditekankan pada kelompok usia ini adalah
persiapan keuangan khususnya bagi yang ingin menikah karena pada
usia ini sudah diperbolehkan secara hukum untuk menikah.

6. Strategi untuk Kelompok Usia 24-35 Tahun


Kelompok usia ini secara umum sudah dapat dikategorikan mandiri
karena dapat bertanggung jawab atas keutuhan pribadinya dan mulai
berkeluarga. Pada masa ini, komunikasi antara suami-istri sangat
penting dalam menjalankan keuangan ekonomi dan keuangan syariah.
Selain itu, peran keluarga besar dan masyarakat juga tak lepas dalam
memengaruhi kehidupan ekonomi dan keuangan seorang individu atau
sebuah keluarga Muslim. Komponen manajemen harta yang islami
terdiri atas komponen penciptaan harta, akumulasi harta, perlindungan
harta, serta purifikasi harta. Komponen penciptaan harta dapat
dicapai dengan memiliki penghasilan yang halal dan sesuai syariah,
mampu menghitung hak waris yang sesuai dengan syariah, serta dapat
mengelola dana pemberian sesuai dengan maqashid syariah. Komponen
akumulasi harta dapat diterapkan dengan berinvestasi secara syariah,
berwirausaha dengan sungguh-sungguh sesuai dengan syariah, serta
mampu merencanakan kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang
yang sesuai dengan maqashid syariah. Perlindungan harta dapat dilakukan
dengan membeli polis asuransi yang sesuai dengan kebutuhan, memiliki
kemampuan mengelola harta yang baik dan sesuai dengan maqashid
syariah, mulai mengajarkan pengelolaan harta bagi anak-anaknya, serta
memiliki tabungan dan berinvestasi secara syariah. Adapun untuk
pendistribusian harta dapat dilakukan dengan mengetahui perhitungan
harta dan waris sesuai dengan hukum Islam, pernah melakukan hibah
dan wasiat, serta telah berwakaf dan memahami dampak wakaf bagi
perekonomian masyarakat. Sedangkan komponen purifikasi harta dapat

3
Ziswaf adalah akronim dari Zakat, Infak, dan Sedekah

Bab 1 | Pendahuluan 23
diterapkan dengan menghitung dan membayar kewajiban berbagai jenis
zakat kepada lembaga zakat, berinfak dan bersedekah secara rutin, dan
memiliki kemampuan untuk melunasi utang dengan terencana jika
terpaksa harus berutang dalam jangka panjang.
Fase keenam yaitu usia 24 hingga 35 tahun diharapkan seseorang
dapat mengimplementasikan pengetahuan keuangan dan ekonomi
syariah dalam kehidupannya, misalnya dengan merencanakan dan
mengerjakan impian jangka pendek. Selain itu, diharapkan seseorang
juga mampu meningkatkan pendapatan dengan berwirausaha dan
memahami akad-akad yang terkait lingkungan dan transaksi dengan
pihak lain; berzakat dan membayar pajak; mulai merencanakan impian
jangka menengah dan jangka panjang; serta memiliki rencana kerja yang
dapat diukur melalui program investasi.

7. Strategi untuk Kelompok Usia 36-55 Tahun


Kelompok usia ini sudah memasuki masa mapan karena seorang
individu telah cukup lama bekerja menghasilkan pendapatan ekonomi.
Pihak yang berperan pada kelompok usia ini adalah suami-istri serta
anak-anaknya sehingga dibutuhkan diskusi keluarga dalam pengelolaan
keuangan. Keluarga besar dan masyarakat sekitar juga memengaruhi
kehidupan ekonomi dan keuangan seorang individu maupun keluarga
Muslim. Bagi para pekerja, perusahaan tempatnya bekerja berperan
krusial untuk mengimplementasikan pengetahuan ekonomi dan
keuangan syariah karena sudah mulai mempersiapkan pensiun.
Komponen manajemen harta islami terdiri dari komponen penciptaan
harta, akumulasi harta, perlindungan harta, distribusi harta, serta
purifikasi harta.
Komponen penciptaan harta meliputi usaha untuk memperoleh
pendapatan yang halal dan sesuai syariah, mampu menghitung hak
waris yang sesuai syariah, serta dapat mengelola dana pemberian sesuai
dengan maqashid syariah. Komponen akumulasi harta dapat dijalankan
dengan berinvestasi sesuai syariah dengan jumlah yang cukup besar,
berwirausaha secara islami dan sesuai dengan misi keluarga, telah
mencapai beberapa impian jangka pendek, dan masih berusaha untuk
mencapai impian jangka panjang yang sesuai dengan maqashid syariah.
Komponen perlindungan harta dapat dilakukan dengan membeli polis

24 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


asuransi yang sesuai dengan kebutuhan, memiliki tabungan dan investasi
syariah, mengelola harta dengan baik dan sesuai dengan maqashid syariah,
serta dapat memberikan pengajaran kepada anak-anaknya. Komponen
distribusi harta dapat diimplementasikan dengan menghitung harta
yang dimiliki dan waris berdasarkan syariah, merencanakan dan
menjalankan pembagian hibah dan wasiat, mengalokasikan harta untuk
wakaf. Komponen purifikasi harta dapat dilakukan dengan menghitung
dan membayar zakat ke lembaga zakat, berinfak dan bersedekah secara
rutin, serta dapat menyelesaikan seluruh kewajiban utangnya.

8. Strategi untuk Kelompok Usia 56 Tahun ke Atas


Kelompok usia 56 tahun ke atas telah memasuki usia pensiun. Pada
masa ini diharapkan individu dapat mengimplementasikan pengetahuan
ekonomi dan keuangan syariah bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,
dan masyarakat yang sesuai dengan maqashid syariah. Komponen
manajemen harta islami terdiri dari komponen penciptaan harta,
akumulasi harta, perlindungan harta, distribusi harta, dan purifikasi
harta. Komponen penciptaan harta meliputi kemampuan mengatur dana
pensiun dengan baik dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, telah
menyelesaikan perhitungan hak waris berdasarkan syariah Islam, dan
dapat mengelola pemberian sesuai dengan maqashid syariah.
Komponen akumulasi harta ditandai dengan penggunaan hasil
investasi syariah yang telah disiapkan pada masa sebelumnya, memiliki
usaha halal yang sesuai dengan misi keluarga dan telah berkembang
serta dapat dijalankan dengan baik, telah mencapai beberapa impian
jangka pendek maupun panjang yang sesuai dengan maqashid syariah.
Perlindungan harta dapat dilakukan dengan memiliki polis asuransi
yang sesuai kebutuhan, menabung dan berinvestasi secara syariah,
pengelolaan harta yang baik dan sesuai dengan maqashid syariah, serta
mengajarkan pengelolaan harta kepada anak-anaknya. Pendistribusian
harta dapat dilakukan dengan melakukan perhitungan harta dan waris
berdasarkan syariah, merencanakan dan menjalankan pembagian
hibah dan wasiat, serta memperbanyak pengalokasian harta untuk
wakaf. Sedangkan komponen purifikasi harta dapat dilakukan
dengan menghitung dan membayarkan kewajiban berbagai jenis
zakat ke lembaga zakat, sering berinfak dan bersedekah, serta sudah
menyelesaikan seluruh kewajiban utangnya.

Bab 1 | Pendahuluan 25
G. Pendidikan Literasi Keuangan Syariah dan Pembelajaran
Perencanaan Keuangan Syariah
Warschauer (2002) menekankan pentingnya universitas bermain dalam
munculnya perencanaan keuangan pribadi sebagai profesi yang sah.
Kebanyakan profesi didukung dan dalam banyak kasus ditentukan
oleh program universitas yang mendidik dan melatih pendatang baru.
Universitas memainkan peran penelitian penting yang dapat digunakan
untuk menginformasikan atau memprediksi praktik. Oleh karena itu,
penelitian memiliki peran penting dalam menambah tubuh pengetahuan
profesi.
Literasi keuangan didefinisikan sebagai “kemampuan untuk
membuat penilaian berdasarkan informasi dan untuk mengambil
keputusan yang efektif mengenai penggunaan dan pengelolaan uang”
(Noctor dan Stoney, et al., 1992); pendidikan literasi keuangan sebagai
pendidikan yang dirancang untuk memungkinkan peserta didik
memperoleh kemampuan ini pada tingkat yang dicakup oleh strategi
keterampilan untuk kehidupan.
Pendidikan literasi keuangan dapat dilihat sebagai bagian yang
relatif berbeda dari disiplin yang muncul dari pendidikan keuangan
pribadi, yang dirancang untuk mendorong kemampuan keuangan
dalam populasi umum. Namun, pendidikan literasi keuangan juga
digunakan dalam arti luas untuk mencakup tingkat keterampilan yang
lebih rendah dan lebih tinggi dan untuk merujuk pada apa yang juga
disebut kemampuan keuangan. Dalam literatur tentang kemampuan
keuangan, pendidikan keuangan pribadi cenderung merujuk ke tingkat
yang lebih tinggi, daripada yang dicakup oleh Skills for Life, di mana
istilah pendidikan literasi keuangan lebih umum digunakan (Coben,
et al., 2005).
Ciri-ciri perencanaan keuangan syariah ialah proses yang dilakukan
tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah dah berorientasi pada
dunia akhirat. Antara lain mengatur tujuan keuangan, menggunakan
produk-produk syariah, dan perencanaan waris. Misalnya dalam
pengaturan arus kas, kita harus memasukkan alokasi untuk zakat,
memprioritaskan pembayaran utang jika punya, serta mengalokasikan
investasi masa depan. Kemudian, tujuan keuangan harus sesuai prioritas
yang diajarkan Islam. Misalkan, menunaikan ibadah haji harus lebih

26 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


diprioritaskan dari kegiatan lainnya, dan sekolah anak harus lebih
diutamakan dari hal yang tidak memiliki urgensitas. Selanjutnya, dalam
mencapai tujuan keuangan harus menggunakan produk-produk investasi
yang sesuai dengan prinsip syariah. Contohnya, sukuk, deposito syariah,
atau reksa dana terakhir perencanaan keuangan sebaiknya mencakup
perencanaan waris, sehingga perencanaan waris harus mengikuti
aturan waris dalam Islam, karena perencanaan keuangan tujuan hidup
maka harus direncanakan sebaik mungkin, diawali dengan menikah,
memiliki anak, membeli rumah, memiliki kendaraan pribadi, naik haji,
pergi liburan, pendidikan pensiun. Seluruh siklus kehidupan tersebut
membutuhkan biaya masing-masing. Di sinilah pentingnya perencanaan
keuangan syariah (MES, 2017).
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan di Bab 1 ini kita
membahas terkait literasi keuangan syariah. Arti literasi bukan
hanya kemampuan untuk membaca dan menulis, namun menambah
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dapat membuat
seseorang memiliki kemampuan berpikir kritis, mampu memecahkan
masalah dalam berbagai konteks, mampu berkomunikasi secara efektif
dan mampu mengembangkan potensi dan berpartisipasi aktif dalam
kehidupan bermasyarakat. Sedangkan literasi keuangan syariah diartikan
sebagai melek keuangan syariah yaitu mengetahui secara gamblang
produk dan jasa keuangan syariah, serta dapat membedakan antara
bank konvensional dan bank syariah serta dapat memengaruhi sikap
seseorang dalam mengambil keputusan ekonomi sesuai dengan syariah.
Berdasarkan The Islamic Finance Development Report 2020, industri
keuangan Islam global tumbuh dari tahun ke tahun sebesar 14% menjadi
USD2,8 triliun dalam aset pada 2019 atau oleh pertumbuhan Compound
Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 5,21% dari 2012. Berdasarkan data
Economy Report pada tahun 2020/2021 perkembangan ekonomi syariah
global Indonesia berada di peringkat ke-4 dunia. Secara keseluruhan
posisi Indonesia di semua kategori masuk dalam peringkat 10 teratas.
Namun, di sektor keuangan syariah Indonesia masih menghadapi
kendala. Hingga akhir tahun 2020, market share keuangan syariah di
Indonesia baru mencapai 9,95%. Hasil survei yang dilakukan oleh OJK
menunjukkan indeks literasi keuangan syariah baru mencapai 8,93%,
sementara indeks literasi keuangan konvensional mencapai 37,72%.
Hal ini membuktikan perlu peningkatan kualitas dan keterjangkauan

Bab 1 | Pendahuluan 27
pendidikan dan promosi literasi di bidang ekonomi dan keuangan
syariah di Indonesia.
Dengan literasi keuangan syariah yang baik membuat kita
mampu melakukan perencanaan keuangan syariah demi membangun
kesejahteraan finansial dan terhindar dari lilitan utang. Oleh karena itu,
perlu upaya untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan syariah
yaitu dengan menguraikan serangkaian prioritas penting. Sangat penting
unuk menetapkan prioritas nasional yang terfokus untuk memastikan
bahwa kesenjangan strategis diatasi dengan sumber daya yang memadai.

28 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


2
PENGANTAR PERENCANAAN
KEUANGAN SYARIAH

Setiap Muslim tentu mengharapkan memiliki harta yang dapat


membawa pada keberkahan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan
Hadis. Oleh karena itu, dibutuhkan perencanaan keuangan yang sesuai
dengan nilai-nilai Al-Qur’an dan Hadis. Perencanaan yang didasarkan
pada kedua pedoman tersebut disebut dengan perencanaan keuangan
syariah. Perencanaan keuangan syariah dapat diartikan sebagai proses
pengambilan keputusan yang bertujuan mencapai hal-hal yang
dikehendaki (mencari dan mengonsumsi harta) beserta manajemen,
harta meliputi perencanaan, penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan,
serta pengendalian dengan tetap memperhatikan syariat. Dasar hukum
perencanaan keuangan syariah adalah Al-Qur’an Surah Al-Furqan [25]
ayat 67, yang artinya sebagai berikut:

“Dan orang-orang yang apabila dalam membelanjakan (harta), mereka tidak


berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-
tengah antara yang demikian itu” (QS Al-Furqan [25]: 67).

Bab 2 | Pengantar Perencanaan Keuangan Syariah 29


Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa Allah Swt., menyayangi
orang yang mencari rezeki dengan cara-cara yang halal, membelanjakan
hartanya secara wajar dan sesuai dengan kebutuhan, serta menyimpan
kelebihannya agar dapat digunakan saat dibutuhkan.
Perencanaan keuangan yang baik dan konsisten serta sesuai dengan
syariat dapat mengantarkan kita mencapai kemaslahatan dunia dan
akhirat. Dalam sebuah Hadis Rasulullah Saw., bersabda:

“Tidaklah bergeser telapak kaki Bani Adam pada hari kiamat dari sisi Rab-nya
hingga ditanya lima perkara; umurnya untuk apa dia gunakan, masa mudanya
untuk apa ia habiskan, hartanya dari mana ia dapatkan dan untuk apa ia
belanjakan, dan apa yang ia perbuat dengan ilmu-ilmu yang telah ia ketahui”
(HR Tirmidzi).
Dari hadis tersebut dapat kita simpulkan bahwa perencanaan
keuangan tidak hanya diwajibkan bagi seorang Muslim, tetapi juga
bagi seluruh umat manusia, karena di akhirat nanti seluruh umat
manusia akan ditanya terkait harta yang dimilikinya, bagaimana cara
mendapatkannya serta digunakan untuk apa. Dalam Islam sendiri,
perencanaan keuangan telah diatur dan diwajibkan agar tercapai
kebahagiaan dunia dan diakhirat.
Perencanaan keuangan merupakan bagian dari maqashid syariah.
Pembagian maqashid syariah menurut Ibnu Qayyim terbagi menjadi 5
kategori yaitu:
1) Hifdzu din (pemeliharaan terhadap agama);
2) Hifdzu hayyah (pemeliharaan terhadap jiwa atau kehidupan);
3) Hifdzu ‘aql (pemeliharaan terhadap intelek atau ilmu pengetahuan);
4) Hifdzu-nasl (pemeliharaan terhadap keturunan);
5) Hifdzu-maal (pemeliharaan terhadap harta).

Dari kelima kategori tersebut dapat kita lihat bahwa melalui


penetapan hukum-hukum Allah dalam Islam tujuannya adalah

30 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


untuk menjaga keberlangsungan umat. Adapun salah satu cara yang
dapat dilakukan untuk melindungi harta adalah dengan melakukan
perencanaan keuangan. Tujuan dari perencanaan keuangan yaitu untuk
menghindarkan kita dari sifat-sifat konsumtif, mubazir, serta berlebih-
lebihan yang akan berdampak buruk pada kondisi keuangan kita.
Menurut Lahsasna (2013) tujuan maqashid syariah saat melakukan
perencanaan keuangan yaitu: pertama, dengan perencanaan dan
pengelolaan keuangan yang baik dan tepat maka akan terjadi sirkulasi
kekayaan dalam transaksi bisnis. Kedua, dengan adanya perencanaan
keuangan maka akan ada pelestarian dan perlindungan kekayaan. Ketiga,
perencanaan keuangan juga akan membuat keuangan dan kekayaan yang
kita miliki lebih transparan. Keempat, dengan perencanaan keuangan
yang tepat maka harta yang kita miliki dapat kita kembangkan dengan
berinvestasi pada instrumen keuangan yang sesuai dengan tujuan
keuangan kita. Kelima, melalui perencanaan keuangan kita dapat
mencegah bahaya dan kesulitan dalam akuisisi kekayaan dan keuangan.
Terakhir, melalui perencanaan keuangan kita dapat memastikan bahwa
adanya keadilan dalam sirkulisasi harta.
Bab ini dibuat tujuannya agar kita bisa membuat perencanaan
keuangan yang baik, karena perencanaan keuangan yang baik akan
menghasilkan sebuah rencana keuangan yang jelas dan memudahkan
kita untuk mencapai suatu tujuan finansial. Tujuan perencanaan
keuangan adalah untuk menghemat apa pun, menjadikan pengeluaran
menjadi lebih efektif, atau digunakan untuk hal-hal yang prioritas.
Pernahkah Anda memperhatikan gejala-gejala di masyarakat di
mana ada yang merasa tidak mampu mengatur keuangannya secara
baik, karena pengeluarannya jauh lebih besar daripada penghasilan.
Lalu ia menutupi kekurangannya itu dengan utang dan tatkala ia tidak
mampu membayar utangnya tersebut, ia terpaksa harus merelakan aset
yang dimilikinya, seperti kendaraan atau bahkan rumahnya untuk disita
sebagai pengganti utangnya. Kondisi seperti ini utamanya disebabkan
karena orang tersebut tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang memadai untuk merencanakan keuangan. 
Hasil riset OJK (Otoritas Jasa Keuangan) menunjukkan bahwa
54,9% masyarakat Indonesia menyusun anggaran keuangan bulanan,
namun hanya 30,7%-nya saja yang memiliki komitmen untuk

Bab 2 | Pengantar Perencanaan Keuangan Syariah 31


melaksanakan perencanaan keuangan yang telah disusun (OJK, 2017:
35), atau hanya 12,6% yang sudah mempunyai perencanaan keuangan
dan komitmen melaksanakannya. Selain itu. OJK juga menemukan
bahwa tujuan keuangan yang dipilih oleh mayoritas masyarakat
Indonesia lebih berorientasi pada kebutuhan jangka pendek, yaitu
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan mempertahankan hidup
(OJK, 2017: 33), ketimbang kebutuhan jangka panjang, seperti
mempersiapkan hari tua. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran akan
perlu dan pentingnya perencanaan keuangan di kalangan masyarakat
Indonesia masih rendah. Selain itu, kondisi ini juga menunjukkan bahwa
masyarakat Indonesia belum sepenuhnya mampu mengoptimalkan uang
atau penghasilan yang diterimanya untuk melakukan investasi jangka
panjang di sektor jasa keuangan (OJK, 2017: 44). 
OJK selanjutnya mengaitkan rendahnya kesadaran tentang perlunya
perencanaan keuangan ini dengan tingkat literasi keuangan yang masih
minim yang juga disebabkan oleh masih rendahnya tingkat pendapatan
sebagian besar masyarakat Indonesia. Di tahun 2019 jumlah penduduk
Indonesia sebanyak 268,1 juta jiwa di mana 24,79 juta merupakan
penduduk miskin menurun 0,36 juta orang terhadap Maret 2019
dan menurun 0,88 juta orang terhadap September 2018 (BPS, 2019).
Perekonomian Indonesia tahun 2019 yang diukur berdasarkan Produk
Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai 15.833,9
triliun rupiah dan PDB per kapita mencapai 59,1 juta rupiah atau
USD4.174,9. Seiring terus tumbuhnya kelas menengah Indonesia,
tantangan masih rendahnya tingkat literasi keuangan ini sesungguhnya
memberikan peluang bagi tumbuhnya industri jasa keuangan di Tanah
Air.

32 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


Gambar 4. Indeks Literasi Keuangan Masyarakat Terhadap Lembaga
Keuangan Tahun 2013-2019

Dari data OJK tersebut kita dapat melihat betapa rendahnya literasi
keuangan masyarakat terhadap lembaga keuangan, sehingga penting
bagi masyarakat untuk mengetahui bagaimana perencanaan keuangan
dan bagaimana cara agar semua rencana keuangan berjalan sesuai
dengan tujuannya, di bab ini ada beberapa sub yang akan dibahas, di
antaranya yaitu: perencanaan keuangan, manfaat rencana keuangan,
lindung nilai dari inflasi, bantalan di masa-masa krisis melalui dana
darurat, dan persiapan masa mendatang.

A. Perencanaan Keuangan
Perencanaan keuangan merupakan seni pengelolaan keuangan yang
dilakukan oleh individu atau keluarga untuk mencapai tujuan yang
efektif, efisien, dan bermanfaat (OJK, 2017). Organisation for Economic
Co-Operation and Development atau OECD (2016) mendefinisikan literasi

Bab 2 | Pengantar Perencanaan Keuangan Syariah 33


keuangan sebagai pengetahuan dan pemahaman atas konsep dan risiko
keuangan, berikut keterampilan, motivasi, serta keyakinan untuk
menerapkan pengetahuan dan pemahaman yang dimilikinya tersebut
dalam rangka membuat keputusan keuangan yang efektif, meningkatkan
kesejahteraan keuangan ((financial well being) individu dan masyarakat,
dan berpartisipasi dalam bidang ekonomi.
Berdasarkan SNLKI tahun 2013, seseorang dapat dikatakan sebagai
well literate apabila memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang
lembaga, produk dan layanan jasa keuangan, serta keterampilan dalam
mengetahui fitur, manfaat, risiko, hak dan kewajiban dari produk dan
layanan jasa keuangan tersebut. Berbagai studi menunjukkan bahwa
literasi keuangan memiliki peran yang strategis untuk meningkatkan
kemampuan pengelolaan keuangan individu. Modigliani dan Brumberg
(1954) serta Friedman (1957) dalam Lusardi dan Mitchell (2014)
menjelaskan bahwa konsumen diposisikan untuk mengatur simpanan
dan pengeluaran secara optimal agar memberikan manfaat sepanjang
masa hidupnya. Kesimpulan dari studi lain yang dilakukan oleh Lusardi
dan Mitchell (2007) mengindikasikan bahwa rumah tangga yang
memiliki literasi keuangan yang rendah cenderung tidak merencanakan
masa pensiunnya dan memiliki aset yang rendah. 
Adams dan Rau (2011) menegaskan bahwa literasi keuangan
mempunyai peran utama dalam persiapan masa pensiun. Riset
menunjukkan bahwa pemahaman prinsip-prinsip dasar menabung,
seperti compound interest mempunyai pengaruh langsung pada persiapan
keuangan di hari tua. Boon, et al. (2011) juga menemukan bahwa
individu yang memiliki literasi keuangan lebih siap dalam melakukan
perencanaan keuangan pribadinya. Dalam penelitian lain, Carpena, et al.
(2011) menemukan bahwa edukasi keuangan memengaruhi kesadaran
dan sikap seseorang terhadap produk keuangan dan penggunaan
berbagai instrumen perencanaan keuangan yang tersedia. OECD (2006)
menjelaskan bahwa tanpa memiliki literasi keuangan yang memadai,
individu tidak dapat memilih produk tabungan maupun investasi yang
sesuai untuk dirinya dan berpotensi terkena risiko fraud (kecurangan).
Peneliti World Bank, Xu dan Zia (2012) menemukan bahwa di
negara maju, literasi keuangan berkorelasi dengan perencanaan masa
pensiun dan berasosiasi terhadap kebiasaan investasi yang lebih canggih.
Dari berbagai literatur tersebut, dapat disimpulkan bahwa literasi

34 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


keuangan sudah menjadi life skill bagi setiap individu agar mereka dapat
merencanakan dan mengelola keuangan dengan baik untuk mencapai
kesejahteraan.
Sejak tahun 2013, Pemerintah Indonesia telah meluncurkan
Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLKI) yang diperbarui
menjadi SNLKI 2017. Hasil dari implementasi SNLKI ini, indeks
literasi keuangan masyarakat Indonesia ini mengalami peningkatan
dari 21,8% di tahun 2013 menjadi 29,7% di tahun 2016 dan semakin
meningkat di tahun 2019 menjadi 38,03%. Kabar baiknya, hasil Survei
Nasional Literasi Keuangan tahun 2013 yang dilakukan oleh OJK
menunjukkan bahwa indeks inklusi keuangan masyarakat Indonesia
relatif tinggi dibandingkan dengan indeks literasinya. World Bank (2016)
mendefinisikan inklusi keuangan sebagai akses terhadap produk dan
layanan jasa keuangan yang bermanfaat dan terjangkau dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat maupun usahanya dalam hal ini transaksi,
pembayaran, tabungan, kredit dan asuransi yang digunakan secara
bertanggung jawab dan berkelanjutan. 
Indeks inklusi keuangan pada tahun 2013 menunjukkan bahwa
59,7% masyarakat Indonesia telah mengakses lembaga jasa keuangan
formal. Sementara itu, indeks inklusi keuangan Indonesia tahun 2016
mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan tahun 2013
sebesar 8,1% menjadi 67,8% (OJK, 2017). Indeks inklusi keuangan
yang lebih tinggi dari indeks literasi keuangan ini menunjukkan bahwa
lebih dari separuh masyarakat Indonesia telah menggunakan produk
dan jasa layanan lembaga keuangan, namun hal ini belum dibarengi
dengan tingkat pemahaman, pengetahuan, dan keterampilan dalam
menggunakan produk dan jasa keuangan tersebut.
Indeks inklusi keuangan syariah berdasarkan Survei Nasional
Literasi dan Inklusi Keuangan Tahun 2016 hanya sebesar 11,1%, yang
artinya dari setiap 100 penduduk Indonesia sebanyak 11 orang sudah
memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan syariah. Sedangkan
indeks literasi keuangan syariah hanya sebesar 8,11%, artinya dari
setiap 100 penduduk Indonesia hanya 8 orang saja yang mengetahui
industri lembaga keuangan syariah. Fakta ini kontradiktif dengan
kenyataan yang ada bahwa 86,88% masyarakat Indonesia adalah Muslim
(Dukcapil, 2021). Namun, populasi yang besar tersebut, tidak banyak
memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan syariah. Jumlah

Bab 2 | Pengantar Perencanaan Keuangan Syariah 35


pengguna produk dan layanan jasa keuangan syariah ini jauh sekali
dibandingkan dengan penggunaan produk dan layanan jasa keuangan
konvensional yang besarnya 65,6% (SNLKI, 2017). Dalam survei ini
dapat dilihat bahwa kesenjangannya sebesar 2,99%, artinya sebanyak 3
orang penduduk Indonesia yang sudah mengakses lembaga keuangan
syariah tanpa didasari oleh well literate. Seharusnya, indeks literasi dan
inklusi keuangan syariah harus seimbang, sehingga setiap individu bisa
mengoptimalkan keuangannya untuk kegiatan yang produktif.
Indeks inklusi keuangan berdasarkan Survei Nasional Literasi dan
Inklusi Keuangan Tahun 2019 sebesar 76,19%, yang artinya dari setiap
100 penduduk Indonesia 76 orang sudah memanfaatkan produk dan
layanan jasa keuangan. Sedangkan indeks literasi keuangan sebesar
38,03%, artinya dari setiap 100 penduduk Indonesia yang mengetahui
industri keuangan hanya 38 orang saja (SNLKI, 2019). Pada tahun
2019 juga terdapat kesenjangan yang besar seperti pada tahun 2013
dan 2016, adapun kesenjangannya sebesar 38,16%, artinya sebanyak 38
orang penduduk Indonesia yang sudah mengakses lembaga keuangan
tanpa didasari oleh well literate.

1. Langkah-langkah yang Diperlukan untuk Merencanakan


Keuangan
Tiga hal yang perlu diperhatikan sebelum merencanakan keuangan
sebagai berikut:
1) Kenali Kondisi Keuangan
Mengenali kondisi keuangan dapat dilakukan dengan menganalisis
dan memperhatikan kondisi terkini, seperti kondisi kesehatan,
pekerjaan, jumlah anggota keluarga, dan sebagainya.
2) Tentukan Kebutuhan
Setelah mengenali kondisi keuangan, maka langkah selanjutnya
adalah membedakan antara kebutuhan dan keinginan.
3) Tentukan Kebutuhan Prioritas
Setelah kita mengetahui kebutuhan kita, maka langkah selanjutnya
adalah kita mengurutkan kebutuhan kita sesuai dengan prioritasnya.
Agar kebutuhan dengan prioritas utama dapat terpenuhi terlebih
dahulu (OJK, 2017).

36 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


Dalam perencanaan keuangan kita juga harus menentukan tujuan
jangka pendek dan jangka panjang, dalam tujuan perencanaan uang
jangka pendek dan jangka panjang tentunya setiap individu berbeda-
beda (pastikan skala prioritas). Berikut merupakan rencana finansial
disesuaikan dengan tujuannya:

Tabel 1. Rencana Finansial dan Tujuan


Rencana Finansial Tujuan
Rencana Pengelolaan Uang Pengendalian anggaran biaya
Rencana Tabungan Untuk pembentukan dana darurat
Rencana Investasi Untuk menaikkan nilai kekayaan
Rencana Pengelolaan Pengendalian kewajiban utang kepada pihak lain
Kewajiban
Rencana Asuransi Syariah Untuk antisipasi risiko jiwa, kesehatan/penyakit,
maupun properti
Rencana Pensiun Untuk persiapan pensiun
Rencana Waris, Wasiat, Pengelolaan warisan agar terjadi transfer yang mulus
Hibah, Wakaf kepada ahli waris dan menjadi bekal akhirat
Sumber: Dinar Solution Tahun 2008

2. Manfaat Perencanaan Keuangan


a. Lebih Mudah Mencapai Tujuan Finansial
Dengan perencanaan keuangan yang baik maka kita dapat lebih
terarah untuk mencapai tujuan finansial kita.
b. Menganalisis Alokasi Pengeluaran
Dengan melakukan perencanaan keuangan maka kita dapat
memonitor setiap pendapatan dan pengeluaran yang kita
miliki sehingga kita dengan mudah dapat menganalisis alokasi
pengeluaran kita apakah sudah sesuai dengan pendapatan kita atau
justru lebih besar daripada pendapatan kita.
c. Bisa Mencapai Tujuan Keuangan yang Lebih Tinggi
Saat seseorang memiliki perencanaan keuangan yang baik, maka
seseorang tersebut dapat menentukan tujuan keuangan yang ingin
ia capai dengan pendapatannya. Apabila ingin mencapai tujuan
keuangan yang lebih tinggi, maka seseorang bisa mengurangi
pengeluarannya atau dengan menambah pemasukannya.

Bab 2 | Pengantar Perencanaan Keuangan Syariah 37


d. Melindungi Semua Anggota Keluarga
Dengan perencanaan keuangan maka sebuah keluarga memiliki
tabungan untuk masa depan, yang dapat digunakan untuk
perlindungan saat risik-risiko tak terduga hadir.
e. Memperkecil Anggaran Utang
Apabila seseorang memiliki perencanaan keuangan yang baik maka
ia telah menyiapkan anggaran untuk saat ini maupun masa depan.
Dengan begitu, saat risiko tak terduga hadir maka anggaran yang
telah ia siapkan dapat digunakan untuk mengatasi risiko tersebut.
Sehingga memperkecil kemungkinan seseorang untuk meminjam
uang/berutang.
f. Menyimpan Uang untuk Keperluan Darurat
Menyimpan uang untuk keperluan darurat adalah hal yang sangat
penting. Agar saat dihadapkan pada kondisi yang tidak terduga,
seperti sakit, PHK, dan sebagainya. Kita bisa lebih tenang karena
sudah mempersiapkan dananya (finansialku.com, diunduh tanggal
20 Juli 2019).

3. Lindung Nilai dari Inflasi


Inflasi  adalah angka (dalam satuan persen) yang menunjukkan
kenaikan harga-harga barang atau jasa secara umum dan terus-menerus
(finansialku.com, diunduh tanggal 20 Juli 2019). Sebagian dari Anda
mungkin berpikir bahwa inflasi adalah musuh karena harga barang
semakin meningkat dan daya beli uang Anda menurun. Inflasi bisa
ditahan dengan upaya lindung nilai atas inflasi atau yang lebih dikenal
dengan sebutan inflation hedge. 
Definisi lindung nilai inflasi adalah investasi yang dapat
menyediakan perlindungan nilai atas menurunnya daya beli suatu mata
uang akibat dari kenaikan harga barang. Inflation hedge meliputi investasi
pada aset yang diharapkan dapat mempertahankan atau menambah
nilai aset selama periode waktu tertentu (finansialku.com, diunduh
tanggal 20 Juli 2019).
Aktivitas ini dapat membantu melindungi nilai sebuah investasi.
Investasi tertentu mungkin dapat terlihat memberikan hasil yang
cukup baik, namun lebih kecil jika dibandingkan dengan tingkat inflasi.

38 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


Dengan demikian, sesungguhnya daya beli dapat tetap menurun.
Sebagai ilustrasi, Anda berinvestasi deposito dengan bunga 5% per
tahun, padahal tingkat inflasi mencapai 6%. Dengan demikian, daya beli
sebenarnya masih mengalami penurunan sekitar 1% (belum termasuk
pajak dan biaya administrasi).
Aset yang dapat dikategorikan sebagai inflation hedge memiliki
karakteristik self-fulfilling, yaitu investor akan tetap menghargainya meski
nilai intrinsiknya jauh lebih rendah. Emas dianggap sebagai inflation
hedge karena harga emas di dalam setiap mata uang berbeda-beda
(finansialku.com, diunduh tanggal 20 Juli 2019).
Contoh:
Jika nilai mata uang rupiah menurun akibat dari inflasi, harga emas
akan cenderung mengalami peningkatan. Dengan demikian, pemilik
emas dapat terlindungi dari penurunan nilai mata uang rupiah.
Seiring dengan meningkatnya inflasi dan menurunnya nilai mata
uang rupiah, harga setiap karat emas di dalam pembuatan setiap
rupiah juga akan ikut meningkat. Dengan demikian, inflasi harga
barang akan dapat dikompensasikan dengan semakin banyaknya
rupiah untuk setiap karat emas.

4. Bantalan-bantalan Saat Krisis dengan Dana Darurat


Dana darurat atau emergency fund memiliki peran yang penting,
khususnya dalam keadaan-keadaan genting. Dana darurat memiliki
fungsi sebagai dana utama yang digunakan untuk membayar di awal
atau istilahnya dapat dijadikan dana cadangan ketika ada dana yang
tak terduga.
Banyak perencana keuangan independen di Indonesia yang
menyatakan dana darurat adalah salah satu tujuan keuangan atau
rencana keuangan yang harus disiapkan paling awal. Besar dana darurat
yang harus dipersiapkan berkisar 4 sampai 12 bulan nilai pengeluaran
kita (finansialku.com, diunduh tanggal 20 Juli 2019).
Beberapa perencana keuangan yang menyatakan apabila kita
single maka dana darurat yang diperlukan adalah cukup 4 atau 6 bulan
pengeluaran. Jika sudah berkeluarga kita memerlukan dana darurat
sebesar 6 atau 12 bulan pengeluaran. Tahapan pertama dalam dana
darurat adalah memotong pengeluaran-pengeluaran yang tidak perlu,

Bab 2 | Pengantar Perencanaan Keuangan Syariah 39


misalnya sering-sering traktir orang, membeli pernak-pernik yang
tidak dibutuhkan, dan lain-lain. Kita harus realistis dalam menentukan
pengeluaran bulanan, jumlah dana darurat, dan tempat menyimpannya.
Produk-produk keuangan apa yang dapat digunakan untuk
persiapan dana darurat. Intinya dana darurat harus disimpan di
produk-produk keuangan yang mudah diambil, aman, dan tidak bersifat
spekulatif. Orang-orang biasanya menyimpan dana daruratnya di
tabungan, deposito, emas, dan reksa dana pasar uang.

5. Persiapan Masa Mendatang


Selain bisa mencegah hal-hal yang merugikan, tingginya tingkat literasi
keuangan diyakini juga mampu meningkatkan kesejahteraan karena
dengan bertambahnya tingkat literasi keuangan maka masyarakat dapat
membuat keputusan keuangan dengan lebih baik sehingga perencanaan
keuangan keluarga atau pribadi menjadi lebih optimal, yang pada
akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan.
Manfaat literasi keuangan dari sisi makro ekonomi juga sangat
penting karena semakin tinggi tingkat literasi keuangan masyarakat
maka semakin banyak masyarakat yang akan menggunakan produk
dan jasa keuangan. Konsekuensinya adalah semakin tinggi pula potensi
transaksi keuangan yang terjadi sehingga mendorong pertumbuhan
ekonomi secara keseluruhan maupun menciptakan pemerataan
pendapatan dan keadilan.
Di samping itu, dengan semakin meningkatnya literasi keuangan
masyarakat, diharapkan semakin banyak masyarakat yang menabung
dan berinvestasi, yang pada akhirnya menjadi salah satu sumber
pembiayaan pembangunan.

B. Perencanaan Keuangan Syariah


Sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar, dengan sekitar 87,5%
dari 275 juta penduduk Indonesia saat ini beragama Islam, sungguh
menyedihkan bahwa Indonesia masih menghadapi berbagai persoalan
sosial-politik-ekonomi yang cukup besar. Di bidang ekonomi, kita,
bangsa Indonesia, masih menghadapi persoalan-persoalan akut berupa
kemiskinan, kesenjangan ekonomi, dan pengangguran. Hasil survei BPS

40 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


pada tahun 2019 menunjukkan bahwa angka kemiskinan tercatat 9,22%
atau setara dengan 24,79 juta orang. Rasio gini yang menunjukkan
tingkat kesenjangan masih berada di level 0,380%, demikian pula
tingkat pengangguran kita masih berada di level 5,28%. Sebagai umat
Islam, kita perlu merespons persoalan-persoalan ini dan menjawab
tantangan-tantangan tersebut dengan menggali nilai-nilai ajaran Islam.
Masalah kemiskinan, misalnya, perlu kita carikan solusi agar jangan
sampai karena persoalan kemiskinan, banyak dari kita menanggalkan
agamanya, sebagaimana Hadis Nabi yang memperingatkan hal ini:
ْ َ ْ َ ُ َ ُ ْ َ ْ َْ َ َ
َ‫ َوك َاد ال َح َس ُد أ ْن يَ ْسب َق ال َق َد ر‬،‫ون ك ْف ًرا‬ ‫كاد الفق ُر أن َيك‬
ِ
“Kefakiran akan mendekatkan diri kepada kekafiran”.
Sering kita dapati fenomena di masyarakat, seseorang atau
sebuah keluarga yang sulit sekali keluar dari jerat utang (atau apa yang
biasa diistilahkan “gali lubang, tutup lubang”), bahkan masuk dalam
lingkaran setan kemiskinan, akibat kurangnya pengetahuan mengenai
pengelolaan keuangan keluarga sejak dini secara baik. Sebuah survei
yang dilakukan oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan) menunjukkan bahwa
indeks literasi keuangan syariah di Indonesia meningkat dari 8,11%
pada 2016 menjadi 8,93% di 2019. Sedangkan indeks inklusi keuangan
syariah sebesar menurun dari 11,06% pada 2016 menjadi 9,10% di 2019.
Artinya, masyarakat Indonesia masih memiliki tingkat pengetahuan,
pemahaman, dan penggunaan produk-produk/jasa keuangan syariah
yang masih sangat rendah.
Sesungguhnya bangsa Indonesia, khususnya umat Islam di Tanah
Air, akan sejahtera apabila warganya memahami masalah finansial
dan merencanakan keuangan keluarga dengan baik sejak dini. Dengan
perencanaan keuangan keluarga sesuai syariah sejak dini, diharapkan
masalah-masalah sosial yang berakar dari masalah keuangan keluarga,
seperti kriminalitas yang bersumber dari kemiskinan, perpecahan
keluarga akibat masalah keuangan, maupun kemiskinan struktural
yang diakibatkan oleh lemahnya tata kelola keuangan dalam keluarga
dapat teratasi.
Lalu apa yang dapat kita perbuat untuk merespons persoalan-
persoalan ini? Karena persoalannya demikian kompleks, tentu
pendekatannya pun perlu strategi dengan pendekatan multidisplin

Bab 2 | Pengantar Perencanaan Keuangan Syariah 41


ilmu dan melibatkan semua pihak terkait, baik individu, keluarga,
masyarakat, pemerintah, dan komunitas global. Sebagai seorang
Muslim, tentu saja perencanaan keuangan yang kita lakukan perlu
diselaraskan dengan nilai-nilai syariah, terutama untuk menjaga agar
rezeki dan harta yang kita peroleh benar-benar diperoleh dari jalan yang
halal sehingga kita mendapatkan keberkahan daripadanya. Sebagaimana
QS Al-Baqarah [2] ayat 188:

“Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil, dan
janganlah kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud
agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa,
padahal kamu mengetahui” (QS Al-Baqarah [2]: 188).
Perencanaan keuangan syariah dapat didefinisikan sebagai proses
perencanaan suatu kehidupan yang lebih baik dengan melakukan
perencanaan, pemilihan, serta pengelolaan kekayaan dan keuangan
dalam kehidupan untuk mencapai tujuan hidup jangka pendek,
menengah, dan jangka panjang, baik di dunia maupun akhirat (http://
ekonomi.kompasiana.com/moneter/2011/10/18/perencanaan-
keuangan-syariah/, diakses 20 Juli 2019).
Contoh-contoh kecil dari kegiatan perencanaan keuangan adalah
mengatur dan mengendalikan pengeluaran bulanan, merencanakan
rumah tinggal permanen yang memiliki status hak milik sendiri
(sehingga tidak perlu berpindah-pindah tempat untuk menyewa rumah
tinggal), merencanakan persiapan pendidikan anak, persiapan untuk
pergi haji, persiapan pensiun, melindungi keuangan keluarga dengan
asuransi, memilih alternatif investasi yang baik untuk mengembangkan
kekayaan.
Menurut Safir Senduk dalam bukunya Merencanakan Keuangan
Keluarga, beberapa alasan mengapa setiap keluarga memerlukan
perencanaan keuangan sejak dini, yaitu: adanya tujuan keuangan yang
ingin dicapai, tingginya biaya hidup dari waktu ke waktu akibat inflasi,
keadaan perekonomian Indonesia tidak selamanya baik (ada kalanya
krisis), fisik manusia tidak selamanya akan selalu sehat, serta banyaknya
produk keuangan yang ditawarkan.

42 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


Dalam Islam sendiri, kita dapati banyak ayat-ayat Al-Qur’an dan
Hadis yang mendorong agar kita melakukan perencanaan masa depan
sejak dini, termasuk perencanaan keuangan. Dalam QS Al-Furqan [25]
ayat 67 dinyatakan:

“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan,


dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara
yang demikian” (QS Al-Furqan [25]: 67).
Ayat ini mengisyaratkan bahwa seorang Muslim harus pandai
mengelola harta dan keuangannya atau ia harus cerdas finansial
dengan mengalokasikan sumber daya ekonomi dan keuangannya
secara proporsional, sehingga pemanfaatan sumber daya keuangan
yang terbatas tersebut menjadi optimal dan mendapatkan keberkahan
melalui berbagai instrumen investasi syariah dan donasi zakat, infak,
sedekah, dan wakaf, yang menyebabkan harta tersebut terus tumbuh
dan berkembang. Bahkan banyak kita dapati nilai-nilai ajaran Islam
yang mencela perbuatan boros menghambur-hamburkan harta dengan
menggambarkan orang-orang pemboros sebagai teman-teman setan,
sebagaimana QS Al-Isra [17] ayat 26:

“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada


orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-
hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah
saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”
(QS Al-Isra [17]: 26).
Dalam konteks perencanaan keuangan, sebuah Hadis Nabi
menyatakan:

“Ambillah (manfaat) 5 hal sebelum datangnya 5 hal lainnya: hidupmu sebelum


matimu, mudamu sebelum tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, waktu luangmu
sebelum sibukmu, dan kayamu sebelum miskinmu”.

Bab 2 | Pengantar Perencanaan Keuangan Syariah 43


Hadis ini secara gamblang mengajarkan kita agar selalu
mempersiapkan diri sebaik-baiknya dalam menghadapi risiko-risiko
di masa depan, berupa musibah sakit, fisik yang mengalami penuaan
seiring bertambahnya usia, musibah yang dapat menyebabkan kita
kehilangan harta yang telah diamanahkan Allah kepada kita, dan
seterusnya. Hal-hal seperti ini perlu kita antisipasi dan kita mitigasi
dengan persiapan yang baik di masa sekarang, termasuk dengan
perencanaan keuangan dengan baik sejak dini. Kita mengetahui bahwa
hidup ini selalu ditandai dengan ujian untuk menguji kadar keimanan
kita dan roda kehidupan terus bergulir, ada kalanya kita berada di atas,
tetapi kita juga harus siap jika pada suatu waktu kita berada di bawah.
Sebagaimana QS Al-Baqarah [2] ayat 155:

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS Al-Baqarah [2]: 155).
Pada saat kita diberi banyak nikmat berupa rezeki yang berlimpah,
maka janganlah rezeki tersebut kita hambur-hamburkan sehingga tidak
tersisa sedikit pun untuk persiapan esok hari, yaitu masa depan kita
dan keluarga anak-anak kita yang tentu masih membutuhkan biaya
pendidikan, kesehatan, dan sebagainya, dan juga masa depan akhirat
kita yaitu sebagian rezeki yang kita infakkan di jalan Allah berupa zakat,
infak, sedekah, dan wakaf yang akan menjadi tabungan amal kebaikan
kita di akhirat kelak.
Apabila kita merefleksikan nilai-nilai Islam mengenai pengelolaan
harta dan keuangan, maka ada tiga pos besar untuk mengalokasikan
sumber daya keuangan kita agar hak dan kewajiban semua pihak
ditunaikan. Artinya, pendapatan yang kita hasilkan tidak sepenuhnya
untuk dikonsumsi, tetapi sebagian harus diproduktifkan sebagai
investasi dan modal kerja serta sebagian lain untuk kepentingan ibadah
dan donasi sosial. Bila kita analogikan dengan hadis tentang adab
makan bahwa makan hanya 1/3 dari kapasitas perut karena 1/3 harus
disisakan untuk minuman, dan 1/3 disisakan untuk bernapas. Demikian
pula dalam pengelolaan keuangan, ada tiga pos yang perlu kita penuhi:

44 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


1. 1/3 pertama untuk konsumsi, untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari;
2. 1/3 kedua sebagai simbol investasi dan modal kerja sehingga
harta kekayaan dan keuangan tersebut bisa terus tumbuh dan
berkembang, terutama untuk memitigasi risiko inflasi dan
musibah serta meningkatkan tingkat kesejahteraan dari sekadar
memenuhi kebutuhan dharuriyyat (sandang, pangan, papan),
meningkat memenuhi kebutuhan hajiyyat (pendidikan, kesehatan,
dan keamanan), dan semakin meningkat memenuhi kebutuhan
tahsiniyat (hiburan dan rekreasi) sehingga kehidupan keluarga bisa
berkelanjutan dan terus meningkat kesejahteraannya; dan
3. 1/3 untuk bernapas sebagai simbol donasi sosial untuk
pemberdayaan kelompok-kelompok yang kurang beruntung dalam
masyarakat sekaligus tabungan amal akhirat berupa pengeluaran
zakat, infak, sedekah, dan wakaf (atau biasa disebut ziswaf).

Manfaat Perencanaan Keuangan dalam Perspektif Islami 


1. Memastikan Semua Kebutuhan Pokok Terpenuhi dan Sebagai Acuan 
dalam Penyusunan Perencanaan Keuangan
Dengan merencanakan keuangan kita dapat membagi uang yang
kita miliki sesuai dengan prioritasnya masing-masing di mana
kebutuhan pokok merupakan prioritas utama kita sehingga kita
baru bisa menggunakan uang yang kita miliki untuk prioritas lain
setelah prioritas utama terpenuhi.
2. Sebagai Evaluasi Pengelolaan Keuangan Kita
Melalui perencanaan keuangan, segala pemasukan dan pengeluaran
yang kita miliki dapat kita monitor sehingga apabila kita telah
merencanakan/mengelola keuangan, namun tujuan keuangan
yang kita miliki belum tercapai, kita dapat melakukan evaluasi
secara berkala apakah pemasukan kita yang perlu ditambah atau
pengeluaran kita yang perlu dikurangi.
3. Sebagai Pemberi Semangat (Motivasi)
Dengan adanya tujuan keuangan yang jelas dapat membuat kita
semakin termotivasi untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Salah
satu caranya yaitu dengan merencanakan keuangan dengan baik

Bab 2 | Pengantar Perencanaan Keuangan Syariah 45


dan sesuai tujuan. (Akbar, finance.detik.com, dikutip dan diunduh
pada 20 Juli 2019).

C. Perbedaan Perencanaan Keuangan Syariah dari


Konvensional
Perencanaan keuangan syariah berangkat dari landasan nilai-nilai Islam,
maka ada beberapa prinsip-prinsip dasar perencanaan keuangan syariah
yang berbeda dari perencanaan keuangan konvensional:
1. perencanaan keuangan syariah berangkat dari konsep maqashid
syariah (tujuan tertinggi) ditetapkannya syariah (hukum Islam),
yaitu mewujudkan kemaslahatan (kebaikan) umat dengan
berlandaskan pada prinsip-prinsip Islam mengenai keadilan,
persamaan, dan distribusi pendapatan dan kekayaan, serta
penghindaran kezaliman (eksploitasi) seorang individu atau satu
kelompok atas individu atau kelompok lainnya. Maqashid syariah ini
selanjutnya dijabarkan lebih rinci dalam tiga tingkatan prioritas:
dharuriyyat (kebutuhan primer), hajiyyat (kebutuhan sekunder),
dan tahsiniyyat (kebutuhan tersier);
2. Mencari rezeki yang halal dan thayyib. Dalam mencari rezeki
kita tidak hanya memperhatikan seberapa banyak yang akan kita
dapatkan, tetapi juga kita harus memperhatikan apakah rezeki
itu berasal dari sumber yang halal dan thayyib atau sebaliknya.
Sebagaimana hadis nabi memperingatkan hal ini:

“Akan datang suatu masa pada umat manusia, mereka tidak peduli lagi
dengan cara untuk mendapatkan harta, apakah melalui cara yang halal
ataukah dengan cara yang haram”.
3. Perdagangan merupakan 99% rezeki. Rasulullah Saw. melalui
sunahnya mendorong umatnya untuk menjadi pengusaha.
Rasulullah Saw. bersabda:

“Sembilan dari sepuluh pintu rezeki ada dalam perdagangan”.

46 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


Akan tetapi, untuk mulai berbisnis tentu saja harus dibarengi
dengan ilmu serta akhlak yang baik (jujur dan amanah).
4. Larangan magrib. Kata “magrib” merupakan akronim dari maysir,
gharar, dan riba. Dalam menjalankan kegiatan muamalah kita
dilarang untuk melakukan maysir. Maysir secara bahasa dapat
diartikan sebagai judi. Namun, jika melihat dari konteks sekarang,
maysir dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berbentuk
taruhan dan mengundi nasib. Hal-hal berupa spekulasi juga dapat
dikategorikan sebagai maysir. Adapun gharar secara bahasa dapat
diartikan sebagai ketidakjelasan. Maksudnya adalah apabila kita
melakukan suatu transaksi, namun terdapat ketidakjelasan dari
sisi barang maupun akad maka hal tersebut tidak diperbolehkan.
Terakhir, riba. Riba merupakan kata yang sudah tidak asing di
telinga kita. Saat mendengar kata riba maka pikiran kita pada
umumnya akan mengidentikannya dengan bunga. Akan tetapi,
pengertian riba tidak sesempit itu. Riba secara sederhana dapat
diartikan sebagai tambahan/manfaat yang diperoleh dengan cara
yang bathil (Herdianto, 2019).
5. Orientasi keberkahan. Dalam membuat perencanaan keuangan, kita
menyusun tujuan keuangan tidak hanya berorientasi pada dunia,
tetapi juga akhirat sehingga penting untuk kita memperhitungkan
keberkahan yang akan kita dapatkan.
6. Solidaritas umat. Saat menyusun perencanaan keuangan kita juga
perlu mengalokasikan harta kita untuk zakat, infak, dan sedekah
(ziswaf) utamanya bagi fakir miskin dan orang-orang yang
membutuhkan di sekitar kita. Dengan begitu, diharapkan dapat
meningkatkan rasa solidaritas karena kita saling membantu untuk
meringankan beban.

Perencanaan keuangan yang baik akan memberikan kebebasan


finansial, yaitu keberhasilan mencapai tujuan-tujuan kehidupan dan
terbebas dari kesulitan keuangan ketika terjadi risiko ataupun goncangan
keuangan. 
Secara sistematis perencanaan finansial dapat didekati dengan lima
langkah, yaitu:
a. penilaian terhadap sumber daya finansial saat ini;
b. pendefinisian sasaran finansial saat ini;

Bab 2 | Pengantar Perencanaan Keuangan Syariah 47


c. pengembangan rencana finansial secara sistematis;
d. implementasi rencana finansial;
e. memantau hasil dan revisi sasaran dan rencana apabila dibutuhkan
(Iqbal, 2008: 31).

Dari pemaparan Bab 2 di atas dapat disimpulkan terkait perencanaan


keuangan syariah. Perencanaan keuangan adalah seni pengelolaan
keuangan yang dilakukan oleh individu atau keluarga untuk mencapai
tujuan yang efektif, efisien dan bermanfaat. Sedangkan perencanaan
keuangan syariah adalah proses perencanaan suatu kehidupan yang
lebih baik dengan melakukan perencanaan, pemilihan serta pengelolaan
kekayaan dan keuangan dalam kehidupan untuk mencapai tujuan di
dunia maupun akhirat.
Berdasarkan hasil riset OJK menunjukkan 54,9% masyarakat
Indonesia menyusun anggaran keuangan bulanan, namun hanya
30,7% saja yang memiliki komitmen untuk melaksanakan perencanaan
keuangan yang telah disusun atau hanya 12,6% yang sudah mempunyai
perencanaan keuangan dan komitmen melaksanakannya. Mayoritas
masyarakat Indonesia tujuan keuangannya lebih berorientasi pada
kebutuhan jangka pendek yaitu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
ketimbang kebutuhan jangka panjang seperti mempersiapkan hari tua.
Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran akan pentingnya perencanaan
keuangan di kalangan masyarakat Indonesia masih rendah.
Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk merencanakan
keuangan, yaitu: kenali kondisi keuangan, tentukan kebutuhan, tentukan
kebutuhan prioritas. Perencanaan keuangan ini memiliki beberapa
manfaat yaitu: lebih mudah mencapai tujuan finansial, menganalisis
alokasi pengeluaran, bisa mencapai goals yang lebih tinggi, melindungi
semua anggota keluarga, memperkecil anggaran utang, menyimpan
uang untuk keperluan darurat.
Di dalam ajaran Islam ada tiga pos perencanaan keuangan yaitu:
1. 1/3 pertama untuk konsumsi, memenuhi kebutuhan hidup sehari-
hari;
2. 1/3 kedua sebagai modal investasi dan modal kerja sehingga
kekayaan dan keuangan tersebut bisa terus tumbuh dan
berkembang;

48 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


3. 1/3 untuk bernapas sebagai simbol donasi sosial untuk
pemberdayaan kelompok-kelompok yang kurang beruntung
dalam masyarakat sekaligus sebagai tabungan amal akhirat berupa
pengeluaran zakat, infak, sedekah dan wakaf.

Prinsip-prinsip perencanaan keuangan syariah adalah: perencanaan


keuangan syariah berangkat dari konsep maqashid syariah yaitu
mewujudkan kemaslahatan umat dengan berlandaskan prinsip-prinsip
Islam mengenai keadilan, persamaan dan distribusi pendapatan dan
kekayaan serta penghindaran kezaliman (eksploitasi) seorang individu
atau suatu kelompok atas individu atau kelompok lainnya, mencari
rezeki yang halal dan thayyib, perdagangan 99% rezeki, larangan magrib,
orientasi keberkahan dan solidaritas umat.

Kuis
1. Apa sasaran hidup Anda dalam jangka waktu dekat? Apa tujuan
keuangan yang harus dicapai untuk mencapai sasaran tersebut?
2. Apa yang akan Anda lakukan jika perencanaan keuangan Anda
tidak sesuai dengan apa yang sudah Anda rencanakan di awal dan
Anda mengalami defisit keuangan?
3. Apa yang akan Anda lakukan jika keuangan Anda mengalami
surplus kemudian terbesit untuk membeli kendaraan roda empat
karena keuangan mencukupi untuk membeli, meskipun belum
dibutuhkan?

Bab 2 | Pengantar Perencanaan Keuangan Syariah 49


[Halaman ini sengaja dikosongkan]
3
PENGELOLAAN KEUANGAN
SYARIAH: ALIRAN KAS,
MANAJEMEN UTANG, DAN
DANA DARURAT

Pada bab ini kita akan membahas aliran kas, manajemen utang, dan
dana darurat, tujuannya yaitu agar kita mengetahui bagaimana rencana
keuangan melalui aliran kas yaitu dari pendapatan dan pengeluaran agar
bisa mengatur pendapatan dan pengeluaran dengan baik, kemudian agar
bisa mengatur bagaimana berutang dengan baik dan bisa menyiapkan
dana darurat untuk memitigasi risiko yang akan terjadi di keuangan
masa yang akan datang dan untuk menambah pengetahuan kita
mengenai literasi keuangan.
Literasi keuangan penting untuk diketahui masyarakat luas, agar
masyarakat dapat mengelola keuangan dengan baik dan hidup sejahtera.
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai aliran kas tentang bagaimana
pendapatan dan pengeluaran; kemudian manajemen utang, bagaimana
untuk mengatur meskipun berutang, namun tidak membuat keuangan
kita menjadi defisit; dan dana darurat bagaimana dalam mengelola
keuangan selalu disediakan dana darurat untuk memitigasi risiko yang
terjadi dengan keuangan kita di kemudian hari.
Dalam pengelolaan keuangan dan dalam mencari uang tidak
ada larangan apa pun, namun kita harus mencari dan menikmatinya
berdasarkan prinsip islami. Mengelolanya dengan baik adalah tugas

Bab 3 | Pengelolaan Keuangan Syariah 51


dan tanggung jawab kita sebagai seorang Muslim. Merencanakan
keuangan pribadi dan keluarga kadang perlu mengubah pola pikir kita,
dimulai dengan mengatur arus kas, membuat tujuan keuangan di masa
mendatang, dan menerapkannya dengan perencanaan keuangan syariah.
Pentingnya perencanaan finansial karena dapat membantu Anda
dalam mencapai:
● Keberhasilan finansial—pencapaian terhadap keinginan finansial.
● Keamanan finansial—menjadi mampu untuk memenuhi semua
kebutuhan dan banyak keinginan.
● Kekayaan—pemilikan uang dan sumber daya finansial lainnya yang
banyak.
● Kebahagiaan finansial—kepuasan yang dirasakan berkenaan dengan
masalah uang.

Ciri-ciri perencanaan keuangan syariah yaitu proses yang dilakukan


tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah dah berorientasi
pada dunia akhirat. Antara lain mengatur arus kas, membuat tujuan
keuangan, menggunakan produk-produk syariah, dan perencanaan
waris (BSM, 2018). 
Pengelolaan harta kekayaan merupakan salah satu cara untuk
menciptakan kedisplinan diri dalam memelihara sekaligus menjaga
harta kekayaan. Tujuan dari pengelolaan harta adalah agar tercipta
kestabilan dalam menggunakan dan membelanjakan harta. Pengelolaan
harta harus mengacu pada skala prioritas dharurriyat, hajiyyat, dan
tahsiniyat yang dapat dilakukan dengan cara-cara berikut (Irwan, 2021):
1) Penciptaan harta yaitu cara yang ditempuh oleh seorang Muslim
dalam mengumpulkan hartanya.
2) Konsumsi harta yaitu cara seorang Muslim dalam mengonsumsi
hartanya.
3) Penyucian harta yaitu cara seorang Muslim dalam menyucikan
harta yang dimilikinya. Misalnya dengan bersedekah, zakat, dan
sebagainya.
4) Distribusi harta yaitu cara yang dilakukan seorang Muslim dalam
mendistribusikan hartanya untuk kepentingan pribadi maupun
orang lain.

52 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


5) Perlindungan harta yaitu cara yang dilakukan seorang Muslim untuk
melindungi hartanya. Dapat dilakukan dengan menabung ataupun
membeli asuransi syariah.

A. Pengertian Pengelolaan Keuangan Syariah


Financial planning adalah proses pencapaian tujuan keuangan melalui
pengembangan dan implementasi perencanaan keuangan yang
terstruktur sesuai dengan syariat Islam (Muhamad Ichsan, CFP).

B. Alokasi Anggaran
Anggaran pendapatan maupun pengeluaran harus sesuai syariah:
a. Pendapatan 
Pendapatan: tidak terbatas hanya berasal dari upah dan gaji, tetapi
termasuk:
● pemberian (gifts);
● keuntungan bagi hasil;
● dividen saham;
● beasiswa (scholarships); dan
● sumber lainnya.
b. Pengeluaran
1) Pengeluaran tetap: 
● biasanya dibayar dalam jumlah yang sama setiap periode;
dan
● sering bersifat contractual.
2) Pengeluaran tidak tetap: 
● pengeluaran yang bisa dikontrol;
● item/jumlahnya berbeda dari waktu ke waktu;
● pengeluaran sekali-sekali; dan
● pembayarannya tidak sering dilakukan (misal: per tiga
bulan).
Perihal pendapatan dan pengeluaran kita juga harus mengetahui
bahwa biaya hidup hari ini tidak sama dengan biaya hidup yang

Bab 3 | Pengelolaan Keuangan Syariah 53


akan datang karena adanya inflasi. Contoh, di tahun 2002 uang
Rp1.000,00 dapat membeli air susu tahun 2008 dengan nilai yang
sama hanya dapat setengahnya dan di tahun 2016 kemungkinan
hanya dapat seperempatnya saja atau tidak mendapatkan apa-apa.
Inflasi merupakan peningkatan harga-harga secara umum dan
terus-menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat
disebabkan oleh beberapa faktor (MES, 2019).
c. Manfaat Menyusun Anggaran
● membuat keputusan tentang pengeluaran dan tabungan
menjadi lebih mudah;
● mendorong lebih hari-hati ketika mengeluarkan uang;
● mendorong disiplin menabung;
● jika diikuti, akan membantu mencapai sasaran keuangan; dan
● membantu melakukan pengawasan keuangan (ILO, 2016).
d. Pendapatan Defisit
Pengertian defisit, (defisit) = Total Pendapatan – Total Pengeluaran.
● surplus = arus kas positif;
● defisit = arus kas negatif;
Faktor-faktor yang akan membuat pendapatan menjadi defisit,
yaitu: 
● kebutuhan dan keinginan sering tidak sesuai dengan
pendapatan;
● bagi kebanyakan orang lebih mudah membelanjakan uang
daripada menabungkannya; dan
● situasi ekonomi tidak mendukung kesejahteraan individu
(Garman dan Forgue, Personal Finance, 2005).

C. Manajemen Utang
1. Pengertian utang
Utang adalah sejumlah uang atau sesuatu yang dapat dinilai dengan
uang yang diterima dari pihak lain berdasarkan persetujuan dengan
kewajiban mengembalikan atau melunasinya.

54 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


2. Jenis-jenis Utang
a. Utang Produktif
Segala jenis utang yang mempunyai ciri khas:
● nilai aset meningkat; dan
● dapat memberikan penghasilan yang lebih besar dari biaya
cicilan.
b. Utang-utang Konsumtif
Segala jenis utang yang memiliki ciri khas:
● nilai aset berkurang;
● tidak memberikan penghasilan yang sama atau lebih besar dari
biaya cicilan utang; dan
● bunga yang lebih tinggi (Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc., dan D-IKK,
FEMA, IPB, 2019).

3. Sumber Kredit Konsumen


- Sumber Pinjaman yang Murah:
● kredit pemilikan rumah;
● kredit berjaminan lainnya;
- Sumber Pinjaman yang Lebih Mahal:
● lembaga simpan-pinjam;
● bank komersial;
● koperasi;
- Sumber Kredit yang Paling Mahal:
● toko pengecer;
● perusahaan pembiayaan; dan
● rentenir (www.themegallery.com, diunduh 20 Juli 2019).

Orang yang memiliki pengetahuan tentang keuangan yang buruk


akan membayar mahal untuk harga kreditnya, sehingga kita harus
punya catatan kredit yang baik (kredibel) untuk mendapatkan kredit
yang murah.

Bab 3 | Pengelolaan Keuangan Syariah 55


4. Cara Berutang yang Baik
1) Konvensional
● Menjaga catatan kredit yang baik;
● Mengurangi risiko peminjam;
● Menggunakan kredit berbunga tidak tetap;
● Jangka waktu kredit yang pendek;
● Menyediakan jaminan untuk pinjaman; dan
● Bayar sebesar mungkin down-payment untuk membeli barang
dengan kredit.
2) Syariah
● hanya meminjam untuk kebutuhan yang penting dan produktif
seperti membeli rumah tinggal atau modal usaha;
● menghindari rentenir untuk mengambil utang. Segera datangi
bank atau lembaga pembiayaan seperti leasing untuk kebutuhan
utang Anda yang memberikan kredit murah dan bersahabat;
● tidak perlu memiliki kartu kredit jika penghasilan Anda di
bawah Rp3.000.000,00 per bulan;
● membayar tagihan kartu kredit setiap bulan dengan cara
langsung lunas; dan
● jika terlilit utang, jual segera barang yang Anda beli dengan
berutang dan lunasi utang tersebut.

5. Mengontrol Pengeluaran
Sejatinya, kita tidak perlu pandai mengatur uang, tetapi kita hanya
perlu pandai mengatur diri sendiri dengan menggunakan uang. Kita
tidak bisa mengatur harga bahan makanan, tetapi kita bisa mengatur
menu makanan kita. Kita tidak bisa mengatur tarif harga listrik dan
BBM, tetapi kita bisa mengatur pemakaiannya. Kita pun tidak bisa
mengatur biaya pendidikan anak, tetapi kita bisa menyiapkan dananya
sedini mungkin. Banyak hal kecil berdampak besar pada keuangan kita,
seperti mengajarkan anak ke kamar mandi sejak dini dapat menghemat
biaya popok, mengatur pola makan dan olahraga, menghemat biaya
kesehatan, bahkan dengan berhenti merokok bisa menghemat uang
untuk biaya di masa mendatang (MES, 2019).

56 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


6. Berbagai Aplikasi untuk Mengelola Keuangan Pribadi
1. UangKu
Aplikasi ini akan otomatis menghitung batas maksimal pengeluaran
setiap hari agar bisa mencapai target tersebut. Aplikasi ini juga bisa
mencatat transaksi yang sudah terjadi maupun rencana pemasukan
atau pengeluaran di masa yang akan datang.
2. Monefy
Aplikasi ini merupakan aplikasi yang dapat membuat akun berbeda
untuk kategori tunai, rekening bank, atau akun buatan sendiri yang
akan dicatat secara terpisah. Aplikasi ini dapat mengelompokkan
pengeluaran dalam kategori, seperti makanan, tagihan, hiburan,
atau kategori lain yang dibuat sendiri. Aplikasi ini akan otomatis
menghitung persentase pengeluaran untuk masing-masing kategori
setiap hari, minggu, bulan, hingga tahun.
3. Money Manager Expense and Budgeting
Aplikasi ini memungkinkan untuk membagi transaksi ketiga
akun, yaitu tunai, rekening, dan kartu pembayaran, dalam setiap
transaksi, money changer akan mendata harta dan uang dari ketiga
akun tersebut. Aplikasi ini dapat membagi kategori yang berbeda-
beda sambil melacak persentase pemasukan dan pengeluaran
masing-masing kategori itu. Aplikasi ini juga bisa membantu untuk
mencatat pengeluaran atau angsuran rutin untuk berbagai pilihan
periode.
4. Teman Bisnis
Aplikasi ini dapat membantu mencatat pemasukan dan pengeluaran
bisnis dari berbagai sumber. Masing-masing sumber juga dapat
dikelompokkan dalam kategori berbeda-beda yang tidak hanya
transaksi tunai, namun juga transaksi kredit atau utang. Selain
pencatatan keuangan, aplikasi ini juga akan secara otomatis
menghitung sejumlah laporan laba/rugi, utang/piutang, dan
pertumbuhan kas secara periodik.
5. Finansialku
Aplikasi ini merupakan aplikasi rencana keuangan untuk keperluan
dana pendidikan hingga membeli kendaraan atau produk. Pengisian
data di aplikasi seperti harga, dan periode pembelian produk,

Bab 3 | Pengelolaan Keuangan Syariah 57


aplikasi ini bisa menghitung berapa total biaya yang diperlukan
dan mencatat progres tabungan untuk membeli suatu produk.
6. Wallet
Aplikasi ini dapat mengimpor data transaksi atau rekening dari file
CSV atau Excel. Aplikasi ini juga menyediakan fitur perencanaan
pembayaran di masa depan, lengkap dengan fitur pengingat.
7. MoneyWiz
Aplikasi ini dapat membuat laporan keuangan dalam format
CSV atau PDF untuk data seperti perbandingan anggaran hingga
uraian transaksi yang terpisah untuk masing-masing merchant atau
penerima uang. Aplikasi ini juga dapat mencatat transaksi lebih
mudah dengan mengelompokkan suatu transaksi ke lebih dari satu
kategori (Techinasia, 2018, diunduh 20 Juli 2019).

7. Pengembangan Kemampuan Menambah Penghasilan 


1. Usaha Sampingan
Usaha yang dilakukan dilakukan di luar jam kerja formal. Ada lima
sumber aset yang bisa dijadikan usaha sampingan, yaitu: 
● menjual foto Anda di web;
● membuat video YouTube;
● jualan online; dan
● menulis buku. 
2. Passive Income
Passive income merupakan penghasilan yang akan diperoleh tanpa
perlu terlibat secara aktif, artinya tidak perlu menukar tenaga dan
waktu dengan uang yang didapat dari passive income (Finansialku,
2019).
Ada lima sumber aset yang bisa dijadikan passive income (pendapatan
pasif) jika modal besar, yaitu: 
● penyewaan properti; 
● pendapatan dari investasi;
● bisnis; 
● network marketing (pemasaran jaringan); dan
● royalty.

58 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


3. Penyediaan Dana Darurat
Sama seperti penyusunan rencana keuangan konvensional,
dana darurat tetap merupakan prioritas utama untuk dipenuhi.
Jadi, sisihkan sebagian penghasilan untuk dana darurat. Karena
pada dasarnya, kepala keluarga wajib mempersiapkan dana
darurat bagi keluarga. Dana darurat ini sebaiknya ditempatkan
di instrumen syariah, misal tabungan dari lembaga keuangan
syariah (pegadaiansyariah.co.id, diunduh tanggal 20 Juli 2019).

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan di Bab 3 ini membahas


terkait pengelolaan keuangan syariah. Pengelolaan keuangan syariah
adalah proses pencapaian tujuan keuangan melalui pengembangan
dan implementasi perencanaan keuangan yang terstruktur sesuai
dengan syariat Islam. Di dalam pengelolaan keuangan syariah kita
harus mengalokasikan anggaran pendapatan maupun pengeluaran
sesuai syariah. Manfaat dari menyusun anggaran adalah: membuat
keputusan tentang pengeluaran dan tabungan menjadi lebih mudah,
mendorong lebih hati-hati ketika mengeluarkan uang, mendorong
disiplin menabung, jika diikuti akan mencapai sasaran keuangan dan
membantu melakukan pengawasan keuangan.
Dalam pengelolaan keuangan syariah juga terdapat manajemen
utang, yang mana cara berutang yang baik menurut syariah itu adalah:
hanya meminjam untuk kebutuhan yang penting dan produktif
seperti membeli rumah tinggal atau modal usaha, menghindari
rentenir untuk mengambil utang, tidak perlu memiliki kartu kredit
jika penghasilan Anda di bawah Rp3.000.000,00 per bulan, membayar
tagihan kartu kredit setiap bulan dengan cara langsung lunas, jika
terlilit utang jual segera barang yang Anda beli dengan berutang dan
lunasi utang tersebut.
Di dalam pengelolaan keuangan syariah kita juga harus
mempersiapkan dana darurat. Sisihkan sebagian penghasilan
untuk dana darurat. Karena pada dasarnya kepala keluarga wajib
mempersiapkan dana darurat bagi keluarga. Dana darurat ini sebaiknya
ditempatkan di instrumen syariah misal tabungan dari lembaga
keuangan syariah.

Bab 3 | Pengelolaan Keuangan Syariah 59


Kuis
1. Mana yang harus anda bayar terlebih dahulu apakah utang yang
besar atau yang kecil terlebih dahulu?
2. Haruskan melunasi utang terlebih dahulu untuk berinvestasi?
3. Menurut Anda di manakah Anda dapat menginvestasikan dana
darurat dan mengapa?

60 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


4
PERENCANAAN
DAN PENGELOLAAN
INVESTASI SYARIAH

Pada bab ini kita akan membahas tentang perencanaan dan


pengelolaan investasi syariah, tujuannya yaitu agar kita bisa mengatur
keuangan di masa yang akan datang dengan cara berinvestasi secara
syariah. Pada konsep Islamic financial planning, pengetahuan perencanaan
keuangan mutlak diperlukan untuk mengambil keputusan agar kita
mampu memilih produk investasi syariah berdasarkan kebutuhan
perencanaan keuangan masing-masing individu.

A. Maqashid Syariah Investasi Syariah


Ekonomi Islam mengutamakan prinsip ta’awun antarindividu dalam
melakukan setiap kegiatan ekonomi. Hubungan horizontal antarsesama
ciptaan Allah harus mulai dipupuk untuk membangun peradaban
yang lebih baik lagi. Hal itu dikarenakan kemaslahatan akan mudah
diwujudkan dengan adanya prinsip ta’awun antarsesama. Sesama
manusia harus selalu tolong-menolong dalam kebaikan, dalam
pasar modal untuk membantu hal kekurangan dana untuk kegiatan
operasional. Mengingat ekonomi Islam juga menyeimbangan antara
dunia dan akhirat (M. Iqbal, 2020).

Bab 4 | Perencanaan dan Pengelolaan Investasi Syariah 61


Sebagaimana Allah berfirman dalam QS Al-Maidah [5]: 2:

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan


jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah
kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (QS Al-Maidah
[5]: 2).

B. Pengertian Investasi Syariah


Investasi syariah yaitu sebagai investasi yang sesuai dengan hukum
Islam. Sama dengan prinsip ekonomi Islam, investasi diusahakan supaya
tidak mengandung unsur maysir, gharar dan riba (kompasiana.com,
2018). Diharapkan dengan menerapkan prinsip investasi yang islami
dapat berinvestasi tanpa melanggar prinsip-prinsip agama.
Pengetahuan masyarakat Indonesia mengenai produk dan layanan
jasa keuangan yang terkait dengan instrumen investasi keuangan relatif
masih rendah. Masyarakat yang memahami produk dan layanan jasa
keuangan di pasar modal hanya sebesar 9,8% untuk saham, 7,9%
reksa dana, dan 4,0% untuk obligasi. Rendahnya indeks literasi
keuangan masyarakat terhadap instrumen keuangan yang bersifat
investasi ini menyebabkan rendahnya inklusi keuangan masyarakat
terhadap produk dan layanan jasa keuangan pasar modal. Sementara
itu, indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia terhadap tabungan
emas juga masih relatif rendah yaitu 5,4%. (SNLKI, 2017). Dengan
kondisi seperti ini, masyarakat Indonesia belum sepenuhnya mampu
mengoptimalkan uang atau penghasilan yang diterimanya untuk
melakukan investasi jangka panjang di sektor jasa keuangan, terutama
pada jasa keuangan syariah.

62 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


Gambar 5. Indeks Literasi Keuangan Masyarakat Terhadap Lembaga
Keuangan dan Investasi Secara Nasional Tahun 2013-2019

Pada tahun 2019 indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia


terhadap pasar modal itu masih 4,92%, artinya dari setiap 100 penduduk
Indonesia yang mengetahui pasar modal hanya 4 orang saja. Sedangkan
indeks inklusi keuangan hanya sebesar 1,55%, artinya dari setiap 100
penduduk Indonesia sebanyak 1 orang sudah mengakses lembaga
keuangan yaitu pasar modal (SNLKI, 2019: 2)
Dari data tersebut di atas dapat diketahui bahwa kurangnya
pemahaman masyarakat mengenai investasi secara nasional, sehingga
masyarakat perlu diberikan pengetahuan apa itu investasi syariah dan
bagaimana pengaplikasiannya.

C. Dasar-dasar Perencanaan Investasi Syariah


• Memilih emiten dan perusahaan publik yang operasionalnya
terbebas dari unsur bunga (riba’). Adapun aturan terkait rasio

Bab 4 | Perencanaan dan Pengelolaan Investasi Syariah 63


utang yang mengandung bunga dibandingkan total ekuitas tidak
boleh lebih dari 82%
• Saat memilih emiten dan perusahaan publik, kegiatan usaha yang
dilakukan harus terbebas dari unsur “judi”, yaitu di mana seseorang
mendapatkan keuntungan dengan biaya orang lain dan orang
tersebut menderita kerugian dan kepercayaan.
• Emiten dan perusahaan publik juga tidak boleh melakukan kegiatan
usaha yang memproduksi maupun menjual barang-barang yang
haram, seperti minuman beralkohol, babi dan lain-lain.
• Tidak boleh ada “gharar”. Gharar dapat diartikan sebagai
ketidakjelasan atau ketidakpastian dalam bertransaksi, baik dari
segi akad maupun objek. Oleh karena itu, dalam memilih investasi
syariah harus memilih emiten dan perusahaan publik yang tidak
melakukan praktik gharar.

D. Manfaat Investasi Syariah


Ada 5 keuntungan yang bisa didapatkan dari investasi syariah yakni:
● Investasi Sesuai Syariat Islam
Hal pertama dan paling penting dari investasi syariah adalah,
kesesuaiannya dengan aturan syariat agama Islam. Investasi ini
memenuhi berbagai kriteria, termasuk di antaranya adalah memiliki
barang halal, dilakukan dengan cara halal, serta digunakan secara
halal.
● Bebas Riba
Selanjutnya, investasi ini memberikan perlindungan seorang
investor dari ancaman riba. Hal ini berbeda dengan investasi
konvensional yang sering bercampur dengan faktor riba. Hal
ini sangat penting, terutama bagi umat Islam. Mengingat, riba
merupakan salah satu dosa besar. Pelakunya pun mendapatkan
ancaman azab, baik di dunia ataupun di akhirat.  
● Lebih Aman
Investasi jenis ini juga memberikan jaminan keamanan
lebih tinggi. Alasannya, karena setiap investasi yang islami,
harus menjauhi gharar atau pemberian informasi yang tidak
lengkap. Gharar kerap dilakukan dengan tujuan untuk menyesatkan

64 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


para calon investor. Selain itu, investasi syariah juga harus menjauhi
hal-hal yang maysir, transaksi yang mengandung unsur judi. Dengan
begitu, investor bisa menyerahkan uangnya kepada pengusaha
tanpa rasa khawatir.
● Didukung Aturan Perundang-undangan
Investasi syariah juga memiliki dasar hukum yang jelas, tercantum
dalam UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Dalam
praktiknya, penyelenggara investasi mendapatkan pengawasan
secara langsung dari Dewan Syariah Nasional MUI.
● Tak Hanya untuk Secara Finansial, Tetapi Juga Secara Sosial
Hal yang tidak kalah penting, investasi syariah juga memberikan
manfaat besar secara sosial. Keberadaannya bisa membantu para
pengusaha dalam memperluas usahanya. Selain itu, investasi ini
juga memiliki peran dalam mengurangi tingkat pengangguran
di masyarakat. Keuntungan finansial diperoleh, pahala juga
didapatkan (kompasiana.com, 2017).

E. Jenis-jenis Investasi Syariah


Menurut Mukhlisin (2013) investasi islami merupakan bentuk
penggunaan modal untuk investasi dengan tujuan memberi manfaat
yang luas, namun tidak terbatas pada pencapaian keuntungan duniawi.
Bentuk investasi sangat penting dalam pengembangan ekonomi Islam.
Adapun bentuk-bentuk investasi Islam, yaitu:
● Tabungan dan Deposito
Adapun produk-produk investasi pada perbankan syariah seperti
tabungan dan deposito, baik dalam jangka panjang maupun jangka
pendek. Dalam pelaksanaannya, investasi syariah memiliki dua
format, yaitu investasi ke dalam kepemilikan perbankan secara aktif
(musyarakah) dan investasi dengan partisipasi aktif/pasif (mudharabah). 
● Reksa Dana Syariah
Reksadana merupakan suatu portofolio investasi. Reksa Dana
Syariah (RDS) adalah reksa dana yang pelaksanaan pengelolaannya
tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sesuai dengan
Undang-Undang tentang Pasar Modal (Market Update Pasar Modal
Syariah Semester 1 Tahun 2021”, hlm. 22).

Bab 4 | Perencanaan dan Pengelolaan Investasi Syariah 65


Gambar 6. Perkembangan Reksa Dana Syariah Periode Januari-Juni 2021
Sumber: “Market Update Pasar Modal Syariah Semester 1 Tahun 2021”, hlm. 24

Berdasarkan gambar grafik di atas, terlihat bahwa selama bulan


Januari hingga Juni 2021, terdapat peningkatan dari sisi jumlah
sebesar 1,04% dibandingkan dengan akhir tahun 2020. Sebaliknya,
terdapat penurunan dari sisi Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana
syariah sebesar 45,78% dibandingkan akhir tahun 2020, yang
sebelumnya sebesar 74,37 triliun rupiah menjadi 40,33 triliun
rupiah. Penurunan cukup signifikan terdapat pada jenis reksa dana
syariah terproteksi, di mana terdapat penurunan NAB yang cukup
tinggi, yaitu sebesar 96,11% dibandingkan NAB akhir tahun 2020.
Dari total jumlah reksa dana yang aktif per 30 Juni 2021 sebanyak
2.207 reksa dana, proporsi jumlah reksa dana syariah kini telah
mencapai 13,23% dari total reksa dana yang aktif tersebut. Adapun
proporsi NAB reksa dana syariah kini mencapai 7,52% dari total
NAB reksa dana aktif sebesar 536,11 triliun rupiah (“Market Update
Pasar Modal Syariah Semester 1 Tahun 2021”, hlm. 24).
Berdasarkan alokasi uang-uang yang ditanamkan, reksa dana dibagi
beberapa jenis, yaitu:
• Reksa Dana Pasar Uang (RDPUI), yaitu reksadana yang
menempatkan 100% dananya dalam instrumen pasar uang,
seperti deposito, sertifikat Bank Indonesia-Syariah, atau
obligasi/sukuk yang jatuh tempo kurang dari satu tahun.

66 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


• Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT), yaitu reksa dana yang
menempatkan minimum 80% dari dananya dalam instrumen
obligasi atau sukuk. Jenis reksa dana ini menjanjikan potensi
keuntungan yang lebih tinggi daripada reksa dana pasar uang
dan bersifat jangka menengah.
• Reksa Dana Campuran (RDC), yaitu reksa dana yang
menempatkan dananya pada instrumen pasar uang/sukuk atau
saham dengan komposisi yang fleksibel.
• Reksa Dana Saham, yaitu reksadana yang menempatkan
minimum 80% dari dananya dalam saham. Reksa dana
saham merupakan investasi jangka panjang dan menjanjikan
keuntungan paling tinggi sesuai dengan profil risiko yang juga
lebih tinggi daripada reksa dana lainnya.
Langkah-langkah berinvestasi reksa dana syariah menurut (Ghozie,
2014: 117-121) yaitu: pertama, kita telah mengetahui bahwa reksa
dana terbagi menjadi beberapa jenis yaitu RDPU, RDPT, RDC,
dan Reksa Dana Saham. Masing-masing jenis reksa dana tersebut
memiliki risiko dan tingkat return yang berbeda. Dengan adanya
tujuan dari berinvestasi maka kita dapat menentukan strategi
dan instrumen keuangan apa yang sesuai dengan kebutuhan kita.
Setelah memiliki tujuan, maka kita perlu menghitung kebutuhan
investasi reksa dana mencapai tujuan kita. Selanjutnya, kita
memilih produk reksa dana. Sebelum memutuskan untuk memilih
reksa dana, maka kita perlu memperhatikan beberapa hal seperti
reputasi manajer investasi reksa dana, tingkat return, tingkat risiko,
besarnya dana kelolaan (Aset Under Management atau AUM), dan
Expense Rasio (besarnya biaya yang dikeluarkan untuk mengelola
reksa dana). Setelah kita menetukan reksa dana yang tepat sesuai
kebutuhan kita, maka kita dapat membeli reksa dana melalui agen
penjual atau langsung ke manajer investasi. Terakhir, jangan lupa
untuk memonitor investasi reksa dana secara berkala.
● Saham
Saham adalah investasi modal dan bisa dikatakan sebagai sebutan
pemegang saham. Saham merupakan salah satu instrumen
keuangan yang paling berisiko, namun dalam jangka panjang
memberikan potensi keuntungan yang paling tinggi. Saham juga

Bab 4 | Perencanaan dan Pengelolaan Investasi Syariah 67


dapat didefinisikan sebagai bukti kepemilikan suatu perusahaan
atas penghasilan dan kekayaan perusahaan. Adanya minimal
pembelian saham dalam pasar modal yaitu 1 lot (100 lembar saham)
(“Materi Sekolah Pasar Modal Level 1”, hlm. 13).
Pada hakikatnya konsep musyarakah diterapkan dalam konsep
saham. Di mana adanya kerja sama antara dua pihak dengan hak
bagi hasil. Hal itu disebut dengan al-ghunmu bil ghurmi (bersama
keuntungan ada risiko yang harus ditanggung oleh kedua belah
pihak yang ber-syirkah, tergantung dari besarnya porsi/nisbah yang
ditetapkan di awal) (“Modul Pasar modal Syariah”, hlm. 61).
Saham dilihat dari kinerja perdagangannya dapat diklasifikasikan
menjadi:
1. Blue Chip Stocks, saham yang memiliki keunggulan dalam
industrinya, pendapatan perusahaan yang stabil serta konsisten
membayar dividen.
2. Income Stocks, emiten saham dengan kemampuan membagikan
dividen lebih tinggi dari rata-rata pembagian dividen dari tahun
sebelumnya.
3. Growth Stocks, terbagi menjadi dua, yaitu saham well-known dan
saham lesser-known. Yaitu saham dari emiten yang memiliki
keunggulan dalam industri sejenis dan tidak unggul dari
industri sejenis.
4. Speculative Stocks, saham secara konsisten memperoleh
penghasilan dari tahun ke tahun, mempunyai kemungkinan
penghasilan yang tinggi pada masa mendatang, namun belum
pasti.
5. Cyclical Stocks, saham yang tidak goyah oleh kondisi ekonomi
makro maupun situasi bisnis secara umum.
6. Emerging Growth Stocks, saham yang dikeluarkan oleh emiten
yang relatif kecil dan stabil meskipun dalam kondisi ekonomi
yang kurang mendukung.
7. Defensive Stocks, saham yang tetap stabil dari kondisi yang tidak
menentu atau periode resesi (“Modul Pasar modal Syariah”,
hlm. 62).

68 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


Indeks Saham Syariah
Indeks saham adalah perhitungan statistik dari bergeraknya harga
saham dengan memperhatikan kriteria tertentu. PT Bursa Efek
Indonesia (BEI) telah mengeluarkan beberapa indeks sebagai acuan
yang di dalamnya terdapat indeks saham syariah, di antaranya
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), Jakarta Islamic Index (JII)
30, dan Jakarta Islamic Index (JII) 70. Dalam ISSI telah memasukkan
seluruh emiten saham syariah yang telah tercatat di Bursa Efek
Indonesia. Oleh karena itu, ISSI penggambaran kinerja pasar saham
syariah di Indonesia. Konstituen ISSI selalu dilakukan penyeleksian
ulang dua kali dalam setahun dengan mengikuti jadwal review
DES yang dilakukan oleh OJK. Indeks JII 30 di dalamnya tercakup
30 perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas paling tinggi di
BEI. Untuk terdapat dalam daftar JII 30 tentu harus termasuk
dalam daftar ISSI yang akan diseleksi menjadi 60 saham dengan
memperhatikan kapitalisasi pasar terbesar kemudian dikerucutkan
menjadi 30 saham syariah dengan nilai transaksi terbesar.
Indeks saham syariah memegang peranan penting dalam
perkembangan pasar modal syariah di Indonesia. Bukan hanya
menjadi instrumen untuk benchmark atau acuan bagi para investor,
tetapi juga menjadi landasan pengukuran kinerja suatu reksa dana
syariah. Perubahan nilai kapitalisasi saham-saham pembentuk
indeks itu akan mengubah nilai indeks. Perubahan indeks tersebut
mengindikasikan perubahan nilai pasar saham secara rata-rata.
Kenaikan indeks merepresentasikan kenaikan rata-rata harga
saham pembentuk indeks, dan sebaliknya penurunan indeks
merepresentasikan penurunan rata-rata harga saham pembentuk
indeks (“Modul Pasar Modal Syariah”, hlm. 65).
● Sukuk
Sukuk adalah suatu surat pernyataan utang dari penerbit surat
kepada pemegangnya, beserta janji untuk membayar kembali
pokok utang pada saat tanggal jatuh tempo pembayaran. Sukuk
ritel ini diterbitkan berdasarkan prinsip-prinsip syariah sebagai
bukti atas bagian penyertaan terhadap aset surat berharga syariah
negara, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing melalui
agen penjual. Sukuk adalah efek syariah berupa sertifikat atau

Bab 4 | Perencanaan dan Pengelolaan Investasi Syariah 69


bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang
tidak terpisahkan atau tidak terbagi (syuyu’/undivided share), atas
aset yang mendasarinya.

Gambar 7. Perkembangan Sukuk


Sumber: “Market Update Pasar Modal Syariah Semester 1 Tahun 2021”, hlm. 28

Peningkatan sukuk negara dapat terlihat dari jumlah seri outstanding


dan nilai outstanding sukuk negara dari tahun ke tahun. Per akhir
Juni 2021, terdapat 70 seri sukuk negara outstanding dengan nilai
outstanding 1.061,64 triliun rupiah. Market share nilai outstanding
sukuk negara mencapai 18,61% jika dibandingkan dengan total
sukuk dan obligasi negara outstanding. Selanjutnya, proporsi jumlah
sukuk negara mencapai 28,34% dibandingkan jumlah seluruh
sukuk dan obligasi negara.
Peningkatan sukuk negara dapat terlihat dari jumlah seri outstanding
dan nilai outstanding sukuk negara dari tahun ke tahun. Kontribusi
sukuk negara dalam keuangan syariah memiliki porsi yang besar
dibandingkan dengan produk pasar modal syariah lainnya. Pada
tahun 2021, pemerintah melakukan penerbitan CWLS ritel seri
SWR002. Penerbitan CWLS ritel seri SWR002 tersebut merupakan
salah satu bentuk komitmen pemerintah untuk mendukung
Gerakan Wakaf Nasional, membantu pengembangan investasi
sosial dan pengembangan wakaf produktif di Indonesia (“Market
Update Pasar Modal Syariah Semester 1 Tahun 2021”, hlm. 28).
● Emas
Statistik menunjukkan, di saat nilai investasi lain seperti saham
dan obligasi menurun, harga emas cenderung tetap stabil secara

70 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


rata-rata sehingga emas sangat cocok untuk kebutuhan investasi
dalam jangka menengah sampai panjang.

F. Risiko-risiko dalam Berinvestasi


Berikut merupakan berbagai macam investasi dan tingkat risikonya di
antaranya:

Tabel 2. Berbagai Macam Investasi dan Tingkat Risikonya


Potensi Jangka Waktu
Aset Investasi  Tujuan Risiko 
Return  Investasi
Tabungan Kenaikan modal Rendah Rendah Di bawah 2 tahun
Berjangka
Deposito Arus kanan Rendah Rendah Di bawah 1 tahun
ORI & Sukuk Ritel Arus kanan Sedang Sedang Di bawah 4 tahun
Saham untuk Kenaikan modal Tinggi Tinggi Di atas 8 tahun
Investasi & arus kas dari
dividen
Saham untuk Kenaikan modal Tinggi Tinggi Di bawah 1 bulan
Trading
Emas Kenaikan modal Sedang Tinggi Di atas 5 tahun
Reksa Dana Kenaikan modal Sedang Sedang Antara 5-8 tahun
Campuran
Sumber: ZAP Finance Research Division Tahun 2012

1. Penentuan Investasi Syariah Berdasarkan Usia


Berinvestasi syariah juga dalam portofolionya sangat tergantung
perhitungan setiap individu, tidak pernah bisa berlaku mutlak. Melihat
kebutuhan, usia, bahkan jumlah anak yang ditanggungnya. Berikut
beberapa portofolio investasi sesuai usia: 
a. Usia 20-30 Tahun
Pada usia produktif ini, investasi risiko rendah dan tinggi masih
cukup aman. Komposisinya bisa seimbang (50 : 50). Produk
investasi cukup beragam, mulai dari emas, asuransi investasi, unit
link, hingga saham. 
b. Usia 30-40 Tahun
Pada usia ini, fokus investasi sebaiknya kepada produk dengan risiko
menengah. Komposisinya lebih dominan (60-70%). Instrumen

Bab 4 | Perencanaan dan Pengelolaan Investasi Syariah 71


investasinya bisa berupa properti, reksa dana, dan unit link. Kurangi
investasi pada produk berisiko rendah dan hindari investasi berisiko
tinggi.
c. Usia di Atas 50 Tahun
Mendekati masa pensiun, sebaiknya fokus berinvestasi dengan
produk berisiko rendah, komposisinya 50%. Salah satu produk
investasi rendah risiko yaitu ORI, masih aman berinvestasi produk
berisiko menengah, tetapi sebaiknya kurangi investasi berisiko
tinggi.
d. Usia Pensiun
Sebaiknya jual investasi berisiko menengah dan tinggi yang sudah
dimiliki sebelumnya. Boleh saja menyisakannya, tetapi porsinya
masing-masing 10% saja untuk investasi risiko menengah dan
tinggi. Selebihnya, 80% sebaiknya berinvestasilah di produk dengan
risiko rendah, emas salah satu contohnya (female.kompas.com,
diunduh 20 Juli 2019).

2. Saran Berinvestasi yang Aman


Disadari atau tidak, investasi merupakan salah satu cara mempersiapkan
masa depan lebih baik. Namun, Anda harus berhati-hati dengan memilih
investasi yang aman. Berikut tips berinvestasi yang aman menurut OJK
(2018): 
• Jangan cepat tergiur dengan janji keuntungan yang tidak wajar.
Contohnya: tingkat keuntungan besar dan pasti tidak akan merugi
(misal: 5% keuntungan dari nilai investasi per bulan).
• Pastikan orang/perusahaan yang menawarkan investasi telah
memiliki izin salah satu lembaga yang berwenang (Bank Indonesia,
Otoritas Jasa Keuangan, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka
Komoditi (BAPPEBTI), dan Kementerian Koperasi dan UKM).
Contohnya:
Pada penawaran produk pasar modal (efek/surat berharga) atau
produk perbankan, perusahaan atau bank yang menawarkan harus
memiliki izin usaha dan tercatat di Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
• Pada penawaran produk komoditas berjangka, perusahaan tersebut
harus memiliki izin usaha dan tercatat di Badan Pengawas

72 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI), Kementerian
Perdagangan RI.
• Apabila koperasi menawarkan investasi, koperasi tersebut harus
memiliki izin usaha dan tercatat di Kementerian Koperasi dan UKM.
• Perlu diketahui bahwa Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
bukanlah izin untuk melakukan penghimpunan dana masyarakat
dan pengelolaan investasi.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan di Bab 4 ini kita


membahas terkait perencanaan investasi syariah. Investasi syariah
adalah investasi yang sesuai dengan hukum Islam. Pada tahun 2019
indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia terhadap pasar modal
itu masih 4,92% artinya dari 100 penduduk Indonesia yang mengetahui
pasar modal hanya 4 orang saja. Hal ini menunjukkan pengetahuan
masyarakat Indonesia mengenai produk dan layanan jasa keuangan
yang terkait dengan instrumen investasi keuangan relatif masih rendah.
Masyarakat yang memahami produk dan layanan jasa keuangan di pasar
modal hanya sebesar 9,8% untuk saham, 7,9% reksa dana, dan 4,0%
untuk obligasi, sementara itu indeks literasi keuangan masyarakat
Indonesia terhadap tabungan emas juga masih relatif rendah yaitu 5,4%.
Ada beberapa jenis investasi syariah, yaitu:
1. Perbankan syariah, produk-produk investasi pada perbankan syariah
seperti tabungan dan deposito, baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang.
2. Reksa dana syariah, yaitu reksa dana yang pelaksanaan
pengelolaannya tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan
sesuai dengan undang-undang tentang pasar modal. Di dalam reksa
dana ini terbagi lagi menjadi Reksa Dana Pasar Uang (RDPU),
Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT), Reksa Dana Campuran
(RDC), dan Reksa Dana Saham.
3. Saham, yaitu bukti kepemilikan suatu perusahaan atas penghasilan
dan kekayaan perusahaan. Saham merupakan salah satu instrumen
keuangan yang paling berisiko, namun dalam jangka panjang
memberikan potensi keuntungan yang paling tinggi.
4. Sukuk, yaitu suatu surat penyertaan utang dari penerbit surat
kepada pemegangnya beserta janji untuk membayar kembali pokok
utang pada saat tanggal jatuh tempo pembayaran.

Bab 4 | Perencanaan dan Pengelolaan Investasi Syariah 73


5. Emas, di saat investasi lain seperti saham dan obligasi menurun
harga emas cenderung tetap stabil secara rata-rata sehingga emas
sangat cocok untuk kebutuhan investasi dalam jangka menengah
sampai panjang.

Ada beberapa manfaat jika kita berinvestasi syariah, yaitu: investasi


sesuai syariat Islam, bebas riba, investasi memberikan jaminan
keamanan lebih tinggi, investasi syariah memiliki dasar hukum yang
jelas, dan juga investasi syariah memberikan manfaat besar secara
sosial seperti membantu para pengusaha dalam memperluas usahanya,
mengurangi tingkat pengangguran di masyarakat. Saran berinvestasi
yang aman yaitu: jangan cepat tergiur dengan janji keuntungan yang
tidak wajar, dan pastikan orang atau perusahaan yang menawarkan
investasi telah memiliki izin salah satu lembaga yang berwenang (Bank
Indonesia, OJK, BAPPEBTI dan Kementerian Koperasi dan UKM).
Selamat Berinvestasi Secara Syariah!

Kuis
1. Jika Anda akan melakukan investasi syariah, apa langkah awal yang
Anda harus lakukan?
2. Investasi syariah apa yang akan Anda pilih, dan mengapa?
3. Tatkala Anda memiliki utang, apakah Anda juga tetap akan
berinvestasi, mengapa?

74 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


5
PENGELOLAAN RISIKO
DAN PERENCANAAN
ASURANSI SYARIAH

Pada bab ini kita akan membahas tentang bagaimana pengelolaan


risiko jangka pendek dan jangka panjang yang baik beserta solusinya.
Perencanaan asuransi syariah merupakan solusi untuk bisa meminimalisir
risiko-risiko yang akan terjadi ke depannya. Manajemen risiko adalah
salah satu bagian penting dalam perencanaan keuangan. Kita tidak
pernah tahu segala hal yang bisa terjadi di masa depan. Menghilangkan
suatu risiko yang belum terjadi merupakan hal yang terbilang tidak
mungkin. Hal yang dapat kita lakukan adalah mengelola risiko dengan
baik. Jadi, yang dimaksud manajemen risiko yaitu pengelolaan terhadap
kemungkinan-kemungkinan risiko yang akan dihadapi.
Idealnya, hal ini juga harus menjadi prioritas sebelum seseorang
memulai untuk berinvestasi. Mengelola risiko akan membantu menjaga
kesehatan keuangan. Apabila investasi dimulai ketika kondisi keuangan
telah sehat, maka akan lebih fokus sehingga hasilnya maksimal.
Sebaliknya, apabila berinvestasi di tengah kondisi keuangan yang sakit,
misalnya ketika terlalu banyak utang, terdapat kemungkinan akan
mencairkan investasi terlalu cepat. Apabila terjadi seperti ini, maka
akan sulit mencapai target investasi (Muhamad Ichsan, CFP, 2017).

Bab 5 | Pengelolaan Risiko dan Perencanaan Asuransi Syariah 75


Adapun hal penting awal dalam pengelolaan risiko yaitu melakukan
identifikasi risiko pribadi. Hidup ini penuh dengan ketidakpastian
alias risiko. Tak ada yang tahu pasti apa yang akan terjadi esok hari.
Meski manusia telah membuat rencana, tetapi kemungkinan untuk
tidak terwujud akan selalu ada. Sebelum mengelolanya, kita tentu
harus mengetahui berbagai risiko umum yang akan memberi pengaruh
terhadap kondisi finansial. Risiko tersebut terbagi menjadi dua, yaitu
risiko jangka pendek dan risiko jangka panjang. Risiko-risiko tersebut
membayangi kehidupan kita setiap hari. Oleh karena itu, jangan sampai
setelah bersusah payah mengumpulkan kekayaan, ternyata kita tidak
siap dalam menghadapi risiko. Ketidaksiapan semacam ini berpotensi
membuat seseorang mengalami kegagalan finansial (kebangkrutan)
(finansial.com, 2018).

A. Mengenal Jenis-jenis Risiko


1) Risiko Jangka Pendek
Ada banyak sekali risiko jangka pendek, yaitu kebutuhan-kebutuhan
yang muncul secara tidak terduga dalam jangka pendek. Apabila
terjadi risiko tersebut, kita harus siap mengeluarkan dana yang
tidak sedikit. Padahal, tak semua orang punya dana lebih karena
untuk memenuhi kebutuhan utama saja kerap masih merasakan
kekurangan. Contoh risiko jangka pendek yaitu seperti melayat
keluarga yang meninggal di luar kota yang sebelumnya tanpa
kita inginkan, namun kejadian ini akan datang secara mendadak.
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), yang tanpa kita tahu secara
tiba-tiba terkena risiko PHK ini.
Pertanyaannya, Apa yang harus kita miliki untuk manajemen risiko
jangka pendek?
Jawabannya adalah dana darurat yang disisihkan dari dana
pendapatan atau tabungan seperti dijelaskan pada bab sebelumnya.
2) Risiko Jangka Panjang
Risiko jangka panjang yaitu keadaan tak terduga dalam jangka
panjang. Seperti halnya risiko jangka pendek, risiko jangka panjang
juga berpotensi menimbulkan kerugian finansial. Contoh risiko
jangka panjang, yaitu: 

76 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


a) Risiko Terkena Penyakit Serius
Bukan rahasia umum, biaya berobat ke rumah sakit khususnya
untuk penyakit-penyakit serius tidaklah murah. Di sisi lain,
seseorang tak pernah tahu penyakit apa yang akan menyerang
tubuhnya. Pada dasarnya, untuk menghadapi risiko semacam
ini, tak cukup hanya dengan menjaga gaya hidup sehat saja.
Perlu upaya lain untuk mencegah kerugian finansial. Contohnya
kecelakaan yang menyebabkan cacat. Seorang kepala keluarga
yang mengalami kecelakaan hingga mengakibatkan cacat tentu
akan kesulitan jika harus kembali bekerja. Sumber pemasukan
keluarga hilang. Perlu langkah antisipasi untuk menghadapi
hal semacam ini.
b. Meninggal Dunia
Risiko meninggal dunia terdengar mengerikan, tetapi cepat
atau lambat pasti akan terjadi. Saat seseorang khususnya
kepala keluarga meninggal dunia, maka kondisi finansial
keluarga akan terguncang. Jadi, apa yang mesti dimiliki untuk
manajemen risiko jangka panjang?
Jawabannya adalah asuransi.
Asuransi bisa melindungi biaya atas segala risiko yang tiba-
tiba terjadi. Terdapat banyak sekali jenis produk yang bisa kita
pilih, mulai dari asuransi kesehatan, asuransi jiwa, asuransi
kecelakaan diri, asuransi perjalanan, asuransi kendaraan
bermotor, asuransi properti, dan sebagainya. 

Berikut akan kita bahas tentang asuransi untuk meminimalisir


risiko jangka panjang dengan asuransi syariah.

B. Asuransi Syariah
Asuransi syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong
di antara sejumlah orang melalui investasi dalam bentuk aset dan/atau
tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko
tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah (Fatwa DSN MUI No.
21/DSN-MUI/IX/2001).
Asuransi berdasarkan prinsip syariah adalah usaha saling tolong-
menolong (ta’awuni)) dan melindungi (takafuli) di antara para peserta

Bab 5 | Pengelolaan Risiko dan Perencanaan Asuransi Syariah 77


melalui pembentukan kumpulan dana (dana tabarru’) yang dikelola
sesuai prinsip syariah untuk menghadapi risiko tertentu (PMK No.
18/PMK.010/2010).
Istilah takaful berasal dari kata kafal’ atau kafalah, yang artinya
menjamin atau bertanggung jawab untuk sesuatu. Dalam pandangan
ekonomi berarti suatu perjanjian (akad) untuk saling menjamin di
antara sekelompok orang dalam menghadapi risiko yang akan menimpa
mereka di masa mendatang (OJK, 2019).
Sementara itu, menurut data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia
(AAJI), dari total penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 255 juta
jiwa, baru sekitar 7,5% masyarakat yang memiliki asuransi.
Proteksi atas suatu potensi kerugian yang mungkin dapat terjadi di
kemudian hari perlu ditanamkan bagi seluruh masyarakat. Masyarakat
perlu mendapatkan perlindungan dari suatu risiko terhadap dirinya,
harta benda, maupun kegiatan usahanya. Namun, hasil Survei Nasional
Literasi dan Inklusi Keuangan Tahun 2016 menunjukkan bahwa belum
semua masyarakat mengenal apa itu asuransi, baik asuransi umum
maupun asuransi jiwa. Indeks literasi keuangan untuk industri asuransi
masih di angka 15,8%, sedangkan produk asuransi yang paling banyak
diketahui oleh masyarakat masih terbatas pada asuransi jiwa dan
asuransi kesehatan (OJK, 2017: 45).
Berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan
Tahun 2016 menunjukkan indeks literasi keuangan asuransi syariah
sebesar 2,5%, artinya dari setiap 100 penduduk Indonesia hanya 2 orang
saja yang mengetahui industri asuransi syariah. Pasangan indeks inklusi
sebesar 1,9%, artinya dari setiap 100 penduduk Indonesia sebanyak 1
orang sudah mengakses ke lembaga keuangan yaitu asuransi syariah
(SNLKI, 2017).
Pada tahun 2019 indeks literasi keuangan untuk industri asuransi
sebesar 19,40%, artinya dari setiap 100 penduduk Indonesia yang
mengetahui industri asuransi hanya 19 orang saja. Sedangkan indeks
inklusi keuangan untuk industri asuransi sebesar 13,15%, artinya dari
setiap 100 penduduk Indonesia sebanyak 13 orang sudah mengakses
lembaga keuangan yaitu asuransi (SNLKI, 2019).
Rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap produk dan layanan
jasa asuransi tersebut disertai pula dengan rendahnya pemanfaatan

78 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


produk dan layanan jasa asuransi. Masih belum banyak masyarakat yang
memanfaatkan produk asuransi umum maupun asuransi jiwa. Dengan
demikian, diperlukan suatu strategi khusus inklusi keuangan untuk
industri asuransi agar masyarakat yang sudah well literate mengenai
asuransi mau membeli dan memanfaatkan produk dan layanan jasa
asuransi (OJK, 2017).
Total asuransi syariah full gadai yang dioperasikan di Indonesia
adalah 13, meliputi asuransi syariah jiwa (7), asuransi syariah umum
(5), dan reasuransi syariah (1). Asuransi syariah mengalami peningkatan
pangsa pasar sebesar 1,21%, dari 3,32% pada September 2019 menjadi
4,53% pada 2020 (OJK, 2020). Pengelolaan aset menjadi aspek
terpenting dalam perekonomian yang masih penuh ketidakpastian
akibat pandemi Covid-19 (OJK, 2020).

C. Hubungan Asuransi Syariah dengan Maqashid Syariah


Maqashid syariah bertujuan mencari atau mendapatkan maslahah
(kemaslahatan). Untuk mendapatkan hal tersebut, ada lima aspek yang
harus dilindungi, yang dikenal dengan al-kulliyyah al-khams meliputi:
akal, jiwa, keturunan, agama, dan harta. Perlindungan syariah bisa
dilihat dari sisi perwujudan (ijabiyah) maupun pencegahan (salbiyah).
Keterkaitan kelima aspek di atas dengan asuransi syariah adalah sebagai
berikut:
1. Perlindungan Asuransi dalam Hifdzu Din (Melindungi Agama)
Bentuk perlindungan asuransi dalam konteks agama bertujuan
agar pelaksanaan ibadah dapat mencapai kesempurnaan. Contoh
risiko dalam konteks agama adalah risiko saat melaksanakan ibadah
haji, khususnya saat wukuf di Arafah. Oleh karena itu, untuk
menghadirkan ketenangan dalam menjalankan ibadah haji maka
diperlukan perlindungan finansial terhadap musibah yang berisiko
terjadi selama menjalankan ibadah haji yang disebut dengan
asuransi haji. Asuransi haji telah diatur oleh MUI dalam fatwanya
yaitu Fatwa Nomor 39/DSN-MUI/X/2002 tentang asuransi haji.
Selain untuk melindungi finansial, dengan adanya asuransi juga
dapat memberikan perlindungan bagi kemaslahatan jiwa agar
terhindar dari risiko yang dapat membahayakan kesehatan bahkan
menyebabkan kematian.

Bab 5 | Pengelolaan Risiko dan Perencanaan Asuransi Syariah 79


2. Perlindungan Asuransi dalam Hifdzu Nafs (Melindungi Jiwa)
Peran asuransi dalam perlindungan kemaslahatan jiwa adalah
melindungi dari segala risiko yang membahayakan jiwa, baik yang
menyebabkan kecacatan maupun kematian. Konteks asuransi dalam
kemaslahatan jiwa lebih berfokus pada aspek salbiyah, yaitu sebuah
upaya pencegahan, pelestarian, atau perlindungan. Produk asuransi
yang bisa menangani persoalan ini adalah asuransi kecelakaan.
Dapat disimpulkan bahwa asuransi berperan penting terhadap
perlindungan kehidupan umat manusia. Asuransi melindungi
aspek kehidupan manusia, khususnya dalam bidang kesehatan.
Hal ini sebagaimana konsep maqashid syariah dalam memberikan
perlindungan jiwa atau setidaknya ikut mewujudkan kemaslahatan
jiwa manusia.
3. Perlindungan Asuransi dalam Hifdzu ‘Aql (Melindungi Pikiran)
Asuransi secara spesifik memang tidak melindungi kemaslahatan
akal, akan tetapi asuransi membantu seseorang untuk menjaga
kesehatan akalnya dari kerusakan. Bentuk asuransi yang mem­
berikan perlindungan bagi kemaslahatan akal adalah asuransi jiwa.
Aspek ijabiyah manusia terkait akal adalah dengan bersekolah atau
mencari ilmu. Untuk bisa bersekolah hingga tingkat perguruan
tinggi tentu memerlukan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena
itu, untuk menghindari risiko tidak mampu membayar biaya
sekolah di tengah jalan maka dibuatlah asuransi jiwa. Asuransi jiwa
berfungsi untuk meng-cover kebutuhan dana pendidikan pada saat
dibutuhkan.
4. Perlindungan Asuransi dalam Hifdzul Nasl (Melindungi Keturunan)
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk melindungi keturunan
adalah dengan memiliki asuransi. Islam sendiri telah melarang
seseorang meninggalkan keturunannya dalam kondisi yang lemah
dan menyulitkan orang lain. Misalnya, saat seseorang meninggal
dengan meninggalkan keluarga, istri, dan anak yang masih kecil
tanpa memiliki dana darurat yang dapat digunakan untuk bertahan
hidup. Hal tersebut dapat menjadi problem. Bisa saja anaknya
yang masih sekolah tidak mampu melanjutkan sekolahnya karena
terhalang dana. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
asuransi memiliki peran untuk mewujudkan tujuan maqashid

80 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


syariah. Produk asuransi dalam konteks ini adalah takaful dana
pendidikan. Asuransi ini memberikan pendidikan terbaik sampai
sarjana melalui perencanaan dana pendidikan di Takaful Dana
Pendidikan (Fulnadi), artinya asuransi Fulnadi membantu ahli
waris dalam melanjutkan kehidupannya menjadi lebih baik dengan
menanggung biaya pendidikan.
5. Perlindungan Asuransi dalam Hifdzu Mal (Melindungi Harta)
Perlindungan asuransi dalam hifdzu mal dapat berupa penanggu­
langan risiko dari hilangnya manfaat, kerugian, serta tanggung
jawab hukum terhadap pihak ketiga akibat risiko yang tidak pasti,
misalnya kebakaran, pencurian, perampokan, dan sebagainya.
Untuk menghindari hal-hal tersebut, seseorang dapat membeli
polis asuransi yang sesuai kebutuhannya. Asuransi yang
melindungi kemaslahatan harta masuk ke kategori asuransi takaful
umum.

D. Perbedaan Asuransi Syariah dan Konvensional


Perbedaan antara asuransi syariah dan konvensional, seperti dijelaskan
singkat berikut ini:

Tabel 3. Perbedaan Antara Asuransi Syariah dan Konvensional


No. Aspek  Asuransi Syariah Asuransi Konvensional
1. Akad  Akad sesuai dengan syariah, Akad tidak sesuai dengan
baik akad tabarru’ maupun syariah
akad tijarah
2. Kedudukan Sharing of risk perusahaan Transfer of risk perusahaan
para pihak asuransi syariah bertindak asuransi menanggung/
dalam akad/ sebagai pengelola asuransi menjamin risiko yang
perjanjian syariah dialihkan oleh pemegang
polis/tertanggung
3. Pengelolaan Investasi wajib dikelola sesuai Investasi tidak wajib sesuai
investasi dengan prinsip syariah dengan prinsip syariah
4. Pengawasan Wajib memiliki Dewan Perusahaan asuransi
atas kesesuaian Pengawas Syariah (DPS) konvensional tidak memiliki
dengan prinsip DPS
syariah

Bab 5 | Pengelolaan Risiko dan Perencanaan Asuransi Syariah 81


No. Aspek  Asuransi Syariah Asuransi Konvensional
5. Pemisahan Kontribusi/premi asuransi Premi tidak dipisahkan
Dana syariah dialokasikan untuk: pengelolaannya karena
a. Dana tabarru’ yang meru­ seluruhnya merupakan
pakan milik peserta secara milik perusahaan asuransi
kolektif dan digunakan konvensional
untuk tolong menolong
b. Dana perusahaan sebagai
ujrah/fee bagi perusahaan
asuransi syariah

Misalnya pada asuransi jiwa syariah; terjadi risk sharing antara


peserta asuransi. Peserta asuransi sepakat untuk menanggung bersama
kemungkinan timbulnya musibah yang lazim disebut risiko dengan
alokasi dana kebajikan atau tabarru’. Akad atau perjanjian dalam asuransi
syariah terdiri dari akad tabarru’ dan tijarah. Sedangkan pada asuransi
jiwa konvensional; terjadi risk-transfering dari peserta asuransi kepada
perusahaan asuransi, peserta asuransi membayar sejumlah premi untuk
memindahkan dampak dari kemungkinan timbulnya musibah (risk)
kepada perusahaan asuransi. Peserta tidak lagi terkait dengan risiko
tersebut karena telah dipindahkan kepada perusahaan asuransi. Pada
asuransi konvensional, akad atau perjanjiannya adalah jual-beli.

Pengelolaan Risiko (Asuransi Syariah – Risk Sharing)


Asuransi syariah dalam menjalankan kegiatan usahanya menerapkan
konsep sharing of risk (berbagi risiko). Berbeda dengan asuransi
konvensional, di mana adanya transfer risk dari peserta asuransi kepada
perusahaan asuransi, risiko dalam asuransi syariah dibagi di antara
peserta asuransi dan perusahaan asuransi hanya bertindak sebagai
pengelola dana asuransi. Kontribusi/premi yang yang peserta asuransi
syariah dimasukkan ke dalam rekening tabarru. Karena jasanya dalam
mengelola dana dan risiko para peserta asuransi, maka perusahaan
asuransi syariah berhak mendapatkan fee yang disebut dengan ujrah.
Kontribusi/premi yang berasal dari peserta asuransi syariah akan
dimasukkan ke dalam rekening tabarru. Dan apabila ada peserta
asuransi yang terkena musibah, maka perusahaan bertindak sebagai
pengelola klaim yang mewakili peserta lain untuk memberikan klaim
tersebut.

82 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


E. Produk-produk Asuransi Syariah
Adapun jenis produk kegiatan usaha asuransi syariah, antara lain yaitu:
• Asuransi Jiwa Syariah
Perusahaan asuransi akan memberikan maanfat dalam bentuk uang
pertanggungan kepada ahli waris apabila peserta asuransi syariah
meninggal dunia.
• Asuransi Kerugian/Umum Syariah
Asuransi yang memberikan ganti rugi kepada peserta asuransi
syariah atas kerugian harta benda yang dipertanggungjawabkan.
• Reasuransi Syariah
Usaha pengelolaan risiko yang didasarkan pada prinsip-prinsip
syariah atas risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi syariah,
perusahaan penjamin syariah, atau perusahaan reasuransi syariah
lainnya.
• Asuransi Program Pemerintah (BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan)
Asuransi yang disediakan oleh pemerintah misalnya BPJS Kesehatan
dan BPJS Ketenagakerjaan).

F. Prospek Asuransi Syariah


Industri asuransi syariah di Indonesia dapat dikatakan memiliki
prospek yang potensial. Hal ini didukung dengan mayoritas penduduk
Indonesia beragama Islam dan mereka mulai memiliki kesadaran untuk
berperilaku bisnis secara islami. Selain itu, dengan meningkatnya
kesadaran masyarakat terkait pentingnya memiliki asuransi sebagai
alternatif pengendalian risiko membuat kebutuhan untuk memiliki
asuransi syariah semakin meningkat. Kebutuhan asuransi syariah yang
meningkat ini sejalan dengan meningkatnya minat masyarakat untuk
menjalankan usaha asuransi syariah (jumlah pelaku yang semakin
bertambah). Dengan bertambahnya jumlah pelaku asuransi syariah
maka masyarakat memiliki lebih banyak alternatif pilihan asuransi
syariah yang dapat disesuaikan dengan kebutuhannya.

Bab 5 | Pengelolaan Risiko dan Perencanaan Asuransi Syariah 83


G. Saran Berasuransi Menurut OJK
1. Pastikan Perusahaan Asuransi Terdaftar di OJK dan Asosiasi
Untuk memastikan apakah suatu perusahaaan asuransi terdaftar
di OJK atau tidak maka kita dapat melihat melalui website OJK
dan asosiasi atau dapat kita tanyakan secara langsung ke layanan
konsumen OJK.
2. Ketahui Jenis dan manfaat Asuransinya, Termasuk Pengecualian
Jika Ada
Saat memilih asuransi maka kita memilih sesuai dengan kebutuhan
kita, bukan karena tertarik dengan promo dan hadiah yang
ditawarkan atau bahkan karena terpaksa. Jika perlu berkonsultasilah
dengan pihak-pihak yang menurut kita memahami hal ini.
3. Catat Nomor Kontrak/Polis Asuransinya
Dengan mencatat nomor kontrak/polis asuransinya untuk
memudahkan kita saat keperluan transaksi dan juga sebagai
identitas nasabah. Selain itu, nomor polis juga berkaitan dengan
proses verifikasi data dan klaim.
4. Ketahui Masa Berlakunya Asuransi
Saat masa berlaku asuransi akan habis maka kita akan mendapatkan
pemberitahuan perbaruan polis (renewal notice) yang dikirim satu
bulan sebelum asuransi kita berakhir. Apabila kita tidak melakukan
perbaruan polis, maka klaim asuransi kita bisa saja ditolak karena
masa berlaku polis telah habis.
5. Bayar Iuran/Kontribusi Tepat pada Waktunya
Apabila kita telat dalam membayar premi/iuran/kontribusi asuransi
kita, maka ada beberapa risiko yang akan kita hadapi: pertama, yaitu
status kepesertaan kita akan ditangguhkan sementara; kedua, yaitu
kita kemungkinan akan didenda; ketiga, yaitu status kepesertaan
kita diblokir.
6. Ketahui Bagaimana Cara Mengajukan Klaim
Sebagai orang yang memiliki asuransi, tentu kita perlu mengetahui
cara mengajukan klaim agar saat terjadi risiko-risiko yang tidak
diinginkan kita telah mengetahui apa saja yang dibutuhkan untuk
mengajukan klaim agar klaim kita diterima.

84 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


7. Catat Nomor Telepon Perusahaan Asuransi atau Call Center
Lengkapi Dokumen pada Saat Mengajukan Klaim
Dengan mencatat nomor telepon perusahaan asuransi atau call center
maka akan memudahkan kita untuk bertanya saat ada sesuatu yang
belum kita pahami.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan di Bab 5 ini


membahas terkait pengelolaan risiko dan perencanaan asuransi syariah.
Asuransi syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong
di antara sejumlah orang melalui investasi dalam bentuk aset dan/atau
tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk asuransi syariah
menghadapi risiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah.
Hubungan asuransi syariah dengan maqashid syariah:
1. Perlindungan asuransi dalam hifdzu din (melindungi agama),
contohnya asuransi haji yang mana asuransi ini dibuat demi
ketenangan dalam menjalankan ibadah haji untuk perlindungan
finansial terhadap musibah yang berisiko terjadi.
2. Perlindungan asuransi dalam hifdzu nafs (melindungi jiwa), yaitu
asuransi digunakan untuk perlindungan kemaslahatan jiwa dari
segala risiko yang membahayakan jiwa, baik yang menyebabkan
kecacatan maupun kematian. Oleh karena itu, asuransi berhubungan
dengan hifdzu nafs karena dengan adanya asuransi perlindungan jiwa
berarti ikut mewujudkan kemaslahatan jiwa manusia.
3. Perlindungan asuransi dalam hifdzu aql (melindungi pikiran),
dengan adanya asuransi membantu seseorang untuk menjaga
kesehatan akalnya dari kerusakan, bentuk asuransi yang memberikan
perlindungan bagi kemaslahatan akal adalah asuransi jiwa.
4. Perlindungan asuransi dalam hifdzul nasl (melindungi keturunan),
asuransi dapat memberikan bantuan untuk seseorang yang
meninggal dunia, tetapi masih memiliki keturunan yang
membutuhkan biaya untuk bertahan hidup serta asuransi
pendidikan. Oleh karena itu, salah satu upaya untuk melindungi
keturunan adalah dengan memiliki asuransi.
5. Perlindungan asuransi dalam hifdzu mal (melindungi harta),
asuransi dapat berupa penanggulangan risiko dari hilangnya
manfaat, kerugian, serta tanggung jawab hukum terhadap pihak

Bab 5 | Pengelolaan Risiko dan Perencanaan Asuransi Syariah 85


ketiga akibat risiko yang tidak pasti misalnya kebakaran, pencurian,
perampokan, dan sebagainya.
Asuransi syariah memiliki perbedaan dengan asuransi konvensional
yaitu:
1) Asuransi syariah ada akad sesuai syariah, baik akad tabarru’
maupun akad tijarah, sedangkan konvensional akad tidak sesuai
dengan syariah.
2) Kedudukan para pihak dalam akad/perjanjian dalam asuransi
syariah adalah sharing of risk perusahaan asuransi syariah
bertindak sebagai pengelola asuransi syariah, sedangkan dalam
asuransi konvensional transfer of risk perusahaan asuransi
menanggung/menjamin risiko yang dialihkan oleh pemegang
polis/tertanggung.
3) Pengelolaan investasi dalam asuransi syariah investasi wajib
dikelola dengan prinsip syariah, sedangkan konvensional
investasi tidak wajib sesuai dengan prinsip syariah.
4) Pengawasan atas kesesuaian dengan prinsip syariah dalam
asuransi syariah wajib memiliki Dewan Pengawas Syariah
(DPS), sedangkan asuransi konvensional perusahaannya tidak
memiliki DPS.
5) Pemisahan dana dalam asuransi syariah seperti premi asuransi
syariah dialokasikan untuk dana tabarru’ yang merupakan milik
peserta secara kolektif dan digunakan untuk tolong-menolong
dan dana perusahaan sebagai ujrah/fee bagi perusahaan
asuransi syariah, sedangkan dalam asuransi konvensional
premi tidak dipisahkan pengelolaannya karena seluruhnya
merupakan milik perusahaan asuransi konvensional. Produk-
produk asuransi syariah itu terdiri dari asuransi jiwa syariah,
asuransi kerugian/umum syariah, reasuransi syariah dan
asuransi program pemerintah (BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan).

Kuis
1. Berikut adalah jenis-jenis risiko yang perlu diantisipasi sejak dini,
kecuali ....

86 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


a. sakit
b. kecelakaan
c. kematian
d. hiburan
2. Perbedaan asuransi syariah dan asuransi konvensional adalah ....
a. semua premi hangus ketika tidak ada klaim kerugian dalam
asuransi konvensional, sedangkan dalam asuransi syariah ada
dana investasi yang bisa diklaim di akhir masa pertanggungan
ketika tidak terjadi klaim kerugian
b. asuransi syariah lebih mahal daripada asuransi konvensional
c. asuransi konvensional lebih menguntungkan
d. asuransi syariah lebih sulit dalam proses melakukan klaim
kerugian
3. Berikut adalah program asuransi yang diselenggarakan oleh
pemerintah, kecuali ....
a. BPJS kesehatan dan ketenagakerjaan
b. jasaraharja
c. taspen
d. asuransi kebakaran

Bab 5 | Pengelolaan Risiko dan Perencanaan Asuransi Syariah 87


[Halaman ini sengaja dikosongkan]
6
PERENCANAAN ZAKAT
DAN PAJAK

Pada bab ini kita akan membahas mengenai perencanaan zakat dan
pajak yang baik dan efektif agar harta yang kita kumpulkan selama ini
tetap bersih dengan membayar zakat dan tidak terlilit utang dikarenakan
belum membayar kewajiban pajak.

A. Pajak
Pajak adalah bukti nyata kontribusi warga negara kepada negara yang
bersifat memaksa berdasarkan undang-undang yang akan digunakan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (“Lebih Dekat dengan
Pajak”, hlm. 2). Sebagai warga negara baik yang taat hukum, maka
harus membayar kewajiban pajak agar mudah dalam segala administrasi
dan tetap dapat menikmati sekaligus membantu negara meningkatkan
kualitas fasilitasnya. Pajak merupakan sumber terbesar pendapatan
negara, dengan tidak adanya pajak sebagian besar kegiatan negara tidak
dapat berjalan dengan baik. Adapun hubungan antara pajak dengan
maqashid syariah yaitu dengan diberlakukannya pajak maka sebuah negara
memiliki sumber pendapatan yang dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan warga negaranya, apabila kebutuhan warga negara telah

Bab 6 | Perencanaan Zakat dan Pajak 89


terpenuhi maka akan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya
sehingga maksud syariah (maqashid syariah) dapat tercapai (Riza, 2017).
Penggunaan pajak meliputi:
• pembiayaan gaji aparatur negara seperti Aparatur Sipil Negara
(ASN), Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia (Polri), hingga pembiayaan berbagai proyek
pembangunan lainnya;
• subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM), subsidi listrik, subsidi pupuk,
dan bantuan lain sejenisnya; dan
• pembangunan sarana umum yang memiliki banyak manfaat
bagi warga, seperti jalan raya, jembatan, sekolah, rumah sakit/
puskesmas, dan sebagainya (“Lebih Dekat dengan Pajak”, hlm. 2).

Adapun yang harus diketahui tentang pajak yaitu:

1. Pembuatan NPWP
NPWP atau Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan
kepada Wajib Pajak (WP), yang digunakan sebagai tanda pengenal dan
identitas wajib pajak dalam hal melaksanakan hak dan kewajibannya.
NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) berfungsi untuk mempermudah
administrasi pajak. Jadi, dengan adanya NPWP (Nomor Pokok Wajib
Pajak), perhitungan dan data tidak akan saling tertukar.
1. fungsi utama NPWP sebagai alat administrasi perpajakan;
2. fungsi administrasi (pengurusan perizinan); dan
3. fungsi pelayanan pajak.

Sedangkan NPWP sendiri dibagi menjadi dua jenis berdasarkan


wajib pajaknya, yaitu:
• NPWP Pribadi dimiliki oleh setiap individu atau setiap orang yang
memiliki penghasilan di Indonesia, contoh jika Anda seorang
karyawan.
• NPWP Badan  dimiliki oleh setiap badan atau perusahaan yang
memiliki penghasilan di Indonesia. Contoh jika Anda seorang
pemilik bisnis, wiraswasta, entrepreneur, atau investor.
• Anda sebagai individu memiliki NPWP Pribadi, sedangkan
perusahaan Anda memiliki NPWP Badan.

90 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


2. Jenis-jenis Pajak
a. Pajak Penghasilan
Setiap orang yang sudah berpenghasilan (bekerja) wajib membayar pajak
penghasilan (PPh 21). Orang-orang (termasuk kita) yang memiliki
hak dan kewajiban sesuai dengan perundang-undangan pajak,
disebut dengan istilah wajib pajak atau disingkat WP. Apa pun
pekerjaannya, seperti karyawan, wiraswasta (entrepreneur), pekerja
profesional, atau investor,  asalkan mendapat penghasilan di
Indonesia maka harus bayar pajak penghasilan. Perbedaannya
adalah besaran pajak yang harus dibayar oleh karyawan, wiraswasta,
pekerja profesional, dan investor jumlahnya berbeda-beda.

b. Pajak Kendaraan
Setiap kali membeli kendaraan bermotor, ada biaya pajak yang akan
dibebankan kepada Anda sebagai pemilik kendaraan bermotor. Setiap
pemilik kendaraan bermotor memiliki kewajiban untuk membayar pajak
kendaraan bermotor. Pajak kendaraan bermotor ini adalah pajak yang
dipungut atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor.
Kendaraan bermotor yang dimaksud adalah kendaraan beroda
dan juga gandengannya yang digunakan untuk semua jenis kendaraan
yang dioperasikan di darat ataupun laut dan digerakkan dengan
menggunakan teknik. Alat besar dan juga alat berat yang menggunakan
roda dan motor yang tidak melekat permanen juga harus dibayarkan
pajaknya. Hal ini sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun
2015 tentang Pajak Kendaraan Bermotor.

1) Tarif Pajak Kendaraan Bermotor


Penerapan tarif pajak kendaraan bermotor untuk setiap jenis kendaraan
bermotor tentu saja berbeda-beda. Sebagai gambaran, berikut ini adalah
penerapan tarif pajak kendaraan bermotor untuk masing-masing jenis
kendaraan bermotor:
1. Kendaraan Bermotor Milik Pribadi, untuk kendaraan bermotor
pertama tarif pajak yang dibebankan adalah sebesar 2%. Sedangkan
untuk kendaraan bermotor kedua adalah sebesar 2,5%. Tarif pajak
ini akan semakin meningkat sebesar 0,5% untuk setiap kepemilikan
kendaraan bermotor berikutnya.

Bab 6 | Perencanaan Zakat dan Pajak 91


2. Kendaraan Bermotor Milik Badan, tarif pajak yang dibebankan
adalah sebesar 2%.
3. Kendaraan Bermotor Milik Pemerintah, dikenakan pajak sebesar
0,50%, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
4. Kendaraan Bermotor Alat Berat, dikenakan beban pajak sebesar
0,20%.

Kewajiban membayar pajak kendaraan bermotor ini dibagi menjadi


dua jenis pajak, yaitu pajak tahunan dan pajak yang wajib Anda bayar
lima tahun sekali. Pajak tahunan adalah pajak rutin yang harus Anda
bayarkan setiap tahun, sedangkan pajak lima tahunan akan disertai
dengan penggantian plat nomor kendaraan dan juga STNK.

2) Cara Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor


Jika seluruh dokumen tersebut sudah siap, maka Anda dapat melakukan
pembayaran pajak kendaraan bermotor. Ada dua cara membayar pajak
kendaraan:
1. mengunjungi langsung kantor samsat yang ada di daerah Anda;
dan 
2. melakukan pembayaran secara online.

Jangan sampai Anda terlanjur mengajukan kredit kendaraan tanpa


memperhitungkan beban pajak yang ke depannya harus Anda bayarkan
setiap tahun dan setiap lima tahunnya (“Cara Cek Pajak Kendaraan
Bermotor Melalui e-Samsat”, online-pajak.com, 2018). 

c. Pajak Bumi dan Bangunan


Pajak Bumi dan Bangunan atau PBB adalah pajak yang bersifat
kebendaan, dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan
objek yaitu bumi dan/atau bangunan. Keadaan subjek tidak ikut
menentukan besarnya pajak. PBB dikenakan terhadap objek pajak berupa
tanah dan/atau bangunan yang didasarkan pada asas kenikmatan dan
manfaat, dan dibayar setiap tahun.
Subjek PBB adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai
suatu hak atas bumi, dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau
memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan
(pajakonline.com, 2018):

92 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


a) Pendekatan Penilaian Objek Pajak Bumi dan Bangunan (Pajak PBB)
1. pendekatan data pasar (market data approach);
2. pendekatan biaya (cost approach); dan
3. pendekatan pendapatan (income approach).
b) Adapun Cara Penilaian Objek Pajak Bumi dan Bangunan (Pajak
PBB)
1. penilaian massal (mass appraisal); dan
2. penilaian individual (individual appraisal) (Seri PBB, 2012).

3. Tips-tips Membayar Pajak 


Adapun cara supaya beban pajakmu berkurang dengan cara yang legal
tipsnya antara lain, yaitu:
• Tingkatkan uang pensiun. Besarnya dana tiap bulan yang kamu
sisihkan, baik di tabungan wajib yang telah disediakan perusahaan
atau tabungan pensiun pribadi akan mengurangi beban pajak.
Makin banyak jumlahnya, makin kecil penghasilan terkena pajak. 
• Investasi ke produk berpajak rendah. Bukan hanya buat masa depan
aman, tetapi investasi juga mampu memperkecil pajak.
• Distribusi pajak ke orang lain. Ini berlaku dalam membantu
mengurangi pajak progresif pada kendaraan bermotor. Misalnya
kamu ingin menambah jumlah mobil pribadi, pajak yang harus
dibayarkan biasanya akan lebih tinggi dibanding mobil pertama.
Pakai nama keluarga lain misalnya adik atau kakak untuk identitas
di kendaraan barumu supaya kamu masih bisa bayar pajak dengan
angka terendah.
• Membayar zakat juga tidak perlu menunggu bulan Ramadan untuk
menyerahkan zakat. Melalui badan pengelola zakat, kamu bisa
membayarkan guna mendukung efisiensi beban Pajak Penghasilan
(PPh). Langkahnya cantumkan jumlah zakat yang sudah kamu
bayarkan di kolom penghasilan bruto serta lampirkan bukti setor
pajak di laporan pajak tahunan. 
• Satu-satunya investasi yang tidak dikenakan Pajak Penghasilan
(PPh) ialah reksa dana, karena investasi ini merupakan produk
yang menghimpun dana dari masyarakat. 

Bab 6 | Perencanaan Zakat dan Pajak 93


• Terakhir, meskipun sepele, tetapi lebih baik setiap kamu gajian
jangan lupa minta bukti potong pajak untuk membantumu
terhindar dari pembayaran pajak dobel. Namun, tetaplah bayar
pajak sesuai jumlah seharusnya agar tak terkena masalah di
kemudian hari (finansialku.com, 2018)

B. Zakat
1. Ajaran Islam Mengenai Zakat
Zakat menurut bahasa berarti tumbuh atau berkembang. Secara
harfiah, zakat berarti penyucian atau keberkatan. Sedangkan menurut
terminologi syariat, zakat adalah sejumlah harta tertentu yang
telah mencapai syarat tertentu, yang diwajibkan oleh Allah untuk
dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya. Zakat
wajib dikeluarkan jika sudah sampai nisab dan haul.
Zakat merupakan salah satu kewajiban yang harus dilakukan bagi
seorang Muslim. Terlebih, ia bukan hanya sekadar kewajiban, tetapi
merupakan salah satu rukun Islam yang ketiga. Hukum zakat sebagai
kewajiban merupakan kesepakatan para ulama Islam yang berdasarkan
pada Al-Qur’an dan as-Sunnah (Departemen Ekonomi dan Keuangan
Syariah–Bank Indonesia, 2016)
Jadi, zakat merupakan suatu bagian yang dikenakan ke atas harta
yang diwajibkan kepada mereka yang berhak; ketika telah mencapai
nisab dan kesempurnaan syarat. Pada waktu yang sama, zakat juga
bermakna amalan ibadah itu sendiri.
Adapun keterkaitan zakat dengan maqashid syariah adalah sebagai
berikut:
1. Tujuan pertama dari maqashid syariah adalah hifdzu din (memelihara
agama) yaitu sebuah konsep untuk menjaga dan melindungi agama
yang kita anut dari segala hal yang dapat merusaknya. Dengan
adanya zakat maka kita dapat membantu meringankan beban orang-
orang yang fakir dan miskin. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw.:
“Kefakiran itu mendekatkan seseorang kepada kekafiran”. Oleh karena
itu, orang-orang yang fakir dan miskin menjadi prioritas pertama
dan kedua saat proses pembagian zakat. Begitu pula dengan
mualaf (orang yang baru masuk Islam) yang termasuk dalam 8

94 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


ashnaf, tujuannya adalah agar iman mereka semakin dikuatkan dan
dimantapkan.
2. Tujuan kedua dari maqashid syariah adalah hifdzu nafs (memelihara
jiwa) yang bermakna tidak hanya memelihara jiwa, tetapi juga
menjadikan kehidupan manusia bermartabat, beradab, dan
berkeadilan. Zakat menjadi perantara untuk menghadirkan keadilan
di tengah kehidupan manusia. Dalam penyalurannya dana zakat
tidak menutup mata pada isu-isu kemanusiaan dan bencana alam
yang bertujuan untuk menjaga kelangsungan hidup manusia.
3. Tujuan ketiga dari maqashid syariah adalah hifdzu nasil (memelihara
keturunan) yaitu dengan cara memelihara keutuhan umat
beragama, berbangsa, dan bernegara. Dengan adanya dana zakat
yang digunakan untuk mendirikan sekolah, pusat-pusat dakwah,
rumah sakit, membangun rumah ibadah dan sebagainya maka akan
muncul semangat persatuan dan kesatuan.
4. Tujuan keempat dari maqashid syariah adalah hifdzu aql (memelihara
akal) dengan memanfaatkan akal tersebut dalam pengembangan
pemikiran ilmiah, mencari solusi atas suatu permasalahan yang
dihadapi umat, belajar dengan tekun di sekolah maupun perguruan
tinggi agar ilmu yang didapatkan menjadi ilmu yang bermanfaat,
dan sebagainya. Maka dalam proses pendistribusian zakat salah
satunya dalam bentuk kepada mereka yang memiliki kemampuan
akademik yang bagus, akan tetapi terhalang oleh dana hal ini sesuai
dengan fatwa MUI Nomor 120/MUI/II/1996.
5. Tujuan kelima dari maqashid syariah adalah hifdzu maal (memelihara
harta) salah satunya dengan memperoleh harta dari sumber-
sumber yang halal. Dalam konteks distribusi zakat, konsep
memelihara harta dapat diaplikasi pada model zakat produktif di
bidang ekonomi dengan memberikan mustahik modal usaha yang
bertujuan agar kesejahteraan mustahik dapat meningkat (Baznas,
2019).

Setelah membaca berbagai peran zakat untuk mencapai maqashid


syariah maka sekarang kita perlu mengetahui apa saja syarat-syarat zakat,
di antaranya yaitu harta yang harus memenuhi minimal (nisab) dan
batas waktu yang jelas (haul). Meskipun terdapat objek zakat lain yang
tidak berhubungan dengan batas waktu setahun, seperti zakat pertanian

Bab 6 | Perencanaan Zakat dan Pajak 95


dan juga peternakan. Sedangkan kesamaan spirit terlihat dari adanya
kewajiban yang dibebankan kepada orang yang untuk memberikannya
kepada orang miskin (PUZKBAZNAS, 2017).

2. Fungsi dan Manfaat Zakat


• zakat adalah salah simbol sekaligus pilar utama agama Islam,
bahkan merupakan perekat persaudaraan antara sesama Muslim; 
• zakat merupakan wasilah untuk meraih pertolongan dari Allah,
memperoleh tempat istimewa di muka bumi dan mendapatkan
berkah dan rahmat allah;
• salah satu rukun Islam yang menjadi penopang dan kesempurnaan
keislaman seseorang merupakan investasi yang keuntungannya
akan mengalir melimpah ruah tanpa putus;
• Kewajiban zakat pembersih jiwa dari dosa dan harta dari yang
haram dan spirit yang mencerahkan dan amalan yang membawa
ke surga;
• zakat merupakan pencuci segala kotoran yang ada dalam harta yang
dimiliki. Dan mendapat kedudukan mulia dari Allah di dunia;
• dengan zakat, harta semakin bertambah dan berkembang serta
barokah; dan
•  zakat menghindarkan seseorang dari musibah dan malapetaka.

3. Hikmah dan Tujuan Zakat


Dalam zakat memiliki hikmah dan tujuan diwajibkannya yang tidak
hanya akan dirasakan oleh yang menunaikan zakat atau menerima,
tetapi segala aspek yang terdapat di dalamnya, di antaranya:
• sebagai manifestasi iman kepada Allah Swt., syukur atas nikmat
yang telah diberikan dan dititipkan kepada manusia;
• sarana pendidikan demi menumbuhkan rasa ingin memberi kepada
sesama;
• mencapai kesempurnaan yakni berakhlak kepada Allah Swt., dengan
menunjukan sifat suci dari kikir dan batil.
• zakat meningkatkan rasa simpati;

96 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


• timbulnya hubungan yang baik antara orang kaya dan orang miskin;
dan
• membersihkan harta dan menumbuhkan keberkahan di dalamnya

4. Dampak Sosial Zakat


Zakat juga dapat menciptakan suasana kehidupan yang harmonis,
saling menghormati, dan saling mengayomi antara pemberi zakat dan
penerimanya. Seorang penerima zakat menyadari bahwa pemberi zakat
merupakan seorang yang menyebabkan dirinya merasakan nikmat
Allah dari zakat yang diberikan, pada masa yang sama pemberi zakat
menyadari bahwa zakat yang diberikan merupakan bentuk ketaatan dan
kesyukuran atas rezeki yang dilimpahkan Allah kepadanya. Hubungan
korelatif ini akan menciptakan suasana yang damai, indah, dan bahagia
di tengah masyarakat. Dengan begitu zakat mengajarkan bahwa fungsi
uang dan harta bukan hanya untuk dikumpulkan dan disimpan, tetapi
nilai uang dan harta benda adalah dari manfaat yang disebarkan melalui
prinsip-prinsip kemanusiaan dan nilai keadilan. Zakat terdapat nilai
kemuliaan pemilik harta kepada golongan yang memerlukan, mencintai
fakir miskin dan membuat kehidupan mereka menjadi terangkat dan
merasa dihargai. Dengan ini, maka mereka tidak akan berani mengambil
harta orang lain secara batil. Dana zakat akan dimanfaatkan sebesar-
besarnya untuk kemakmuran umat Islam di mana pun mereka berada.
Zakat sebagai salah satu indikasi anugerah kestabilan negara kepada
kaum muslimin.
Pertama, zakat merupakan wasilah untuk menumbuhkan kepedulian
terhadap sesama masyarakat. Kedua, zakat menjauhkan seseorang dari
sifat bakhil yang lahir karena berlebihan dalam mencintai dunia sehingga
melahirkan sifat ego atau ketidakpedulian kepada sesama masyarakat.
Ketiga, mewujudkan jaminan sosial dan persatuan masyarakat.
(BAZNAS, 2017).

5. Jenis-jenis Zakat
Di dalam Islam dijelaskan bahwa zakat ada dua macam, yaitu zakat
fitrah dan zakat mal berupa harta benda. Adapun objek zakat atau
jenis-jenis harta yang menjadi sumber zakat telah dijelaskan secara
terperinci dalam Al-Qur’an dan Hadis ada lima jenis, yaitu emas dan

Bab 6 | Perencanaan Zakat dan Pajak 97


perak, hewan ternak, tanaman dan buah-buahan, harta perdagangan,
dan hasil tambang dan harta temuan. 

6. Ketentuan Mengenai Nisab, Haul, dan Zakat


a. Emas dan Perak
Nisab emas dan perak menurut jumhur ulama fikih adalah 20 dinar
untuk emas, dan 200 dirham untuk perak. Adapun nisab perak
adalah 200 dirham zakatnya adalah 2,5%.
b. Hewan Ternak
Hewan nisab zakat, yaitu:
1) jika unta 5 ekor maka zakatnya 1 kambing;
2) jika sapi/kerbau 30 ekor maka 1 sapi umur 1-2 tahun; dan
3) jika kambing 40 ekor maka 1 kambing umur 1-2 tahun.
c. Pertanian
Zakat pertanian dan perkebunan dikeluarkan apabila telah mencapai
nisab, yaitu 5 wasak atau sekitar 6,5 kuintal (650 kg) hasil panen.
Dan dikeluarkan 10 % apabila disiram dengan air hujan dan tanpa
biaya penyiraman, sedangkan sebanyak 5 % apabila menggunakan
biaya dalam pengairan. Zakat pertanian dan perkebunan ini
dikeluarkan setiap kali panen tanpa menunggu haul.
d. Perdagangan
Zakat harta perdagangan wajib dibayarkan apabila telah mencapai
nisab emas, yaitu 20 dinar atau 200 dirham perak. Dan dibayarkan
sebesar 2,5% setelah sampai haul.
e. Hasil Tambang dan Harta Temuan 
Nisabnya sama dengan emas, yaitu 20 dinar emas atau 200 dirham
perak dan dikeluarkan pada tiap kali mengeluarkan hasil dari
pertambangan. Adapun harta temuan, dikeluarkan zakatnya apabila
mencapai nisab emas sebesar 20% dan tanpa syarat haul (PUZKAS
BAZNAS, 2018).

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan di Bab 6 ini


kita membahas terkait perencanaan zakat dan pajak. Pajak adalah bukti
nyata kontribusi warga negara kepada negara yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang yang akan digunakan untuk kemakmuran

98 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


rakyat. Pajak ini terdiri dari pajak penghasilan, pajak kendaraan, dan
pajak bumi dan bangunan.
Di dalam Islam kita mengenal zakat, zakat menurut bahasa berarti
tumbuh atau berkembang, secara harfiah zakat berarti penyucian
atau keberkahan sedangkan menurut terminologi syariat zakat adalah
sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu, yang
diwajibkan oleh Allah untuk dikeluarkan dan diberikan kepada yang
berhak menerimanya. Zakat wajib dikeluarkan jika sudah mencapai
nisab dan haul.
Zakat terdiri dari berbagai jenis yaitu zakat emas dan perak,
zakat hewan ternak, zakat tanaman dan buah-buahan, zakat harta
perdagangan, zakat hasil tambang dan zakat harta temuan. Dampak
sosial dari zakat adalah di dalam zakat terdapat nilai kemuliaan pemilik
harta kepada golongan yang memerlukan, mencintai fakir miskin dan
membuat kehidupan mereka menjadi terangkat dan merasa dihargai.
Dengan zakat ini maka mereka tidak akan berani mengambil harta
orang lain secara batil, dana zakat akan dimanfaatkan sebesar-besarnya
untuk kemakmuran umat Islam di mana pun mereka berada. Zakat
merupakan wasilah untuk menumbuhkan kepedulian terhadap sesama
masyarakat, menjauhkan seseorang dari sifat bakhil yang lahir karena
berlebihan dalam mencintai dunia sehingga melahirkan sifat ego atau
ketidakpedulian kepada sesama masyarakat dan mewujudkan jaminan
sosial dan persatuan masyarakat.

Kuis
1. Berikut adalah jenis jenis pajak yang wajib dibayarkan oleh
masyarakat, kecuali ....
a. pajak penghasilan
b. pajak bumi dan bangunan
c. pajak kendaraan
d. pajak pendidikan
2. Berikut adalah jenis jenis Zakat, kecuali ....
a. zakat fitrah
b. zakat emas

Bab 6 | Perencanaan Zakat dan Pajak 99


c. zakat kendaraan
d. zakat profesi
3. Berikut adalah manfaat dan hikmah membayar zakat, kecuali ....
a. mengurangi harta
b. membersihkan harta
c. membuat harta menjadi lebih berkah
d. memberdayakan masyarakat yang kurang mampu

100 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


7
PERENCANAAN DAN
PENGELOLAAN DANA
PENSIUN, WARIS, DAN WAKAF

Pada bab ini kita akan membahas tentang apa saja dan bagaimana
dalam mempersiapkan hari tua, yaitu menjelang masuknya usia pensiun,
harta waris yang akan diturunkan kepada ahli waris, serta wakaf sebagai
investasi akhirat yang akan bermanfaat sebagai tabungan kita di akhirat,
berikut akan kita bahas satu per satu.

A. Perencanaan Pensiun
Perlindungan hari tua dalam bentuk dana pensiun juga diperlukan
oleh masyarakat Indonesia dalam rangka menjaga kualitas hidup yang
berkesinambungan. Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan
Tahun 2016 menunjukkan bahwa indeks literasi keuangan untuk dana
pensiun masih 10,9%, artinya dari 100 penduduk hanya 11 orang yang
mengetahui dana pensiun dan 86 orang lainnya belum mengetahui
dengan baik apa itu dana pensiun (OJK, 2017). Sedangkan indeks
inklusi keuangan untuk dana pensiun juga relatif rendah yaitu 4,7%,
yang berarti dari 100 penduduk hanya sekitar 5 orang di Indonesia yang
memiliki program dana pensiun untuk hari tua.

Bab 7 | Perencanaan dan Pengelolaan Dana Pensiun, Waris, dan Wakaf 101
Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan Tahun 2019
menunjukkan bahwa indeks literasi keuangan untuk dana pensiun
sebesar 14,3%, artinya dari 100 penduduk Indonesia hanya 14 orang
yang mengetahui dana pensiun. Sedangkan indeks inklusi keuangan
untuk dana pensiun sebesar 6,18%, yang berarti dari 100 penduduk
Indonesia hanya sekitar 6 orang yang memiliki program dana
pensiun untuk hari tua (SNLKI, 2019). Oleh karena itu, diperlukan
berbagai upaya dan strategi untuk meningkatkan, baik indeks literasi
maupun inklusi keuangan masyarakat Indonesia agar di kemudian
hari, semua masyarakat Indonesia memiliki program dana pensiun.
Dengan demikian, diharapkan kualitas dan kesejahteraan hidup dapat
dipertahankan secara berkesinambungan (OJK, 2017).
Jika berpikir bahwa usia saat ini masih terlalu muda untuk
mempersiapkan keuangan masa pensiun, itu salah! Karena masa
pensiun harus dipersiapkan sedini mungkin. Bahkan sejak menerima
gaji di pekerjaan pertama. Jangan sampai penyesalan datang di kemudian
hari hanya karena terlambat memulainya. Usia pensiun saat ini berbeda-
beda, ada yang 55, 56, 58 tahun bahkan ada yang 60 tahun sehingga
masih bisa melakukan persiapan terakhir sehingga kita siap untuk
menghadapi masa pensiun nanti.
Saat memasuki masa pensiun bukan berarti kita tidak bisa bekerja
lagi. Filosofi dari merencanakan masa pensiun adalah merencanakan
pekerjaan apa yang paling kita sukai, yang bisa dikerjakan tanpa harus
memikirkan uang sebagai sumber pemasukan. Dengan begitu, kita bisa
dengan bebas menikmati seluruh perjalanan hidup. Bisa mengerjakan
apa pun yang digemari, tanpa harus memikirkan apakah yang kita
kerjakan bisa menghasilkan banyak uang atau tidak.
Dalam Islam sendiri, tingkatan kebutuhan terbagi menjadi tiga,
yaitu: dharuriyat (primer), hajjiyat (sekunder), dan tahsiniyyat (tersier).
Tidak ada kewajiban manusia untuk memenuhi ketiga tingkatan tersebut,
akan tetapi manusia diwajibkan mampu memenuhi kebutuhan dasarnya
dengan baik atau disebut juga dengan kebutuhan dharuriyat. Maksud
kata baik yaitu dalam memenuhi kebutuhan dharuriyat haruslah dicapai
dengan cara-cara yang baik, benar, dan halal. Apabila kebutuhan dasar
telah terpenuhi maka disebut telah mencapai maqashid syariah.
Maqashid syariah terbagi lima hal, yaitu pertama, ad-din (menjaga
agama). Kedua, an-nafs (menjaga jiwa). Ketiga, al-aql (menjaga akal pikiran).

102 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


Keempat, al-maal (menjaga harta), an-nasl (menjaga keturunan). Adapun
hubungan antara dana pensiun syariah dengan nilai-nilai maqashid syariah
dapat terlihat dari penerapan nilai-nilai maqashid syariah pada lembaga
keuangan syariah yang mengelola dana pensiun sebagai berikut:
● Menjaga Agama (Hidfz ad-Din)
Dalam menjalankan operasionalnya lembaga keuangan syariah yang
mengelola dana pensiun menjadikan Al-Qur’an, Hadis, dan hukum
Islam lainnya sebagai pedoman. Selain itu, untuk memastikan agar
operasional dan produk yang dikeluarkan sesuai dengan prinsip
syariah maka di setiap lembaga keuangan syariah terdapat Dewan
Pengawas Syariah dan Dewan Syariah Nasional.
● Menjaga Jiwa (Hidfz an-Nafs)
Untuk menjaga jiwa (hifdz an-nafs) maka lembaga keuangan
syariah dalam melaksanakan transaksinya menerapkan akad-akad
yang sesuai dengan ketentuan syariah. Dengan penggunaan akad-
akad tersebut maka secara psikologis dan sosiologis sikap saling
menghargai dan menjaga amanah antarpihak. Selain itu, pihak
Lembaga Keuangan Syariah yang mengelola dana pensiun dalam
melayani nasabah dituntut untuk berperilaku, berpakaian, dan
berkomunikasi dengan sopan dan islami.
● Menjaga Akal (Hifdz al-Aql)
Untuk mencapai hifdz al-aql, lembaga keuangan syariah yang
mengelola dana pensiun dapat memberikan edukasi kepada
nasabahnya terkait setiap produk yang dikeluarkannya.
● Menjaga Harta (Hidfz al-Mal)
Hifdz al-mal dapat diwujudkan dengan menjaga dan mengalokasikan
dana yang disetorkan nasabah dengan baik dan halal serta diizinkan
untuk mengambil profit yang wajar. Selain itu, lembaga keuangan
syariah yang mengelola dana pensiun juga mengalokasikan dana
khusus untuk berzakat yang bertujuan membersihkan harta
nasabah secara transparan dan bersama-sama.
● Menjaga Keturunan (Hifdz al-Nasl)
Hifdz an-nasl dapat diwujudkan dengan menjaga keempat hal
sebelumnya. Jika dana nasabah dikelola dengan baik maka hal
tersebut dapat memberikan dampak yang baik untuk keluarga dan
keturunan nasabah.

Bab 7 | Perencanaan dan Pengelolaan Dana Pensiun, Waris, dan Wakaf 103
Masa pensiun tidak menghalangi kita untuk tetap bisa produktif.
Hanya saja hal produktif dilakukan untuk tidak lagi semata-mata
mencari uang secara aktif. Oleh karena itu, kita perlu merencanakan
masa pensiun agar bisa mendapat pendapatan secara pasif. Maksudnya,
Anda bisa tetap mendapat penghasilan yang cukup meski tidak lagi
bekerja terlalu keras. Itu mengapa, ada baiknya rencana keuangan
untuk masa pensiun harus dipersiapkan dari sekarang. Adapun kiat-kiat
perencanaan keuangan untuk masa pensiun yang bisa dilakukan adalah
sebagai berikut (Prameswar, 2019):
1. Memanfaatkan Keuntungan dari Investasi
Sekarang bukan tidak mungkin membuat uang 100 ribu rupiah
milik kita menjadi 1 miliar rupiah. Hal ini bisa dilakukan dengan
memanfaatkan konsep investasi sesuai syariah. Saat melakukan
investasi, semakin lama jangka waktunya, profit yang didapat semakin
besar. Misalkan kita berinvestasi pada reksa dana saham yang rata-rata
profitnya mencapai 30% per tahun. Untuk jangka waktu 30 tahun saja
bunganya bisa mencapai 900%. Ini bisa menumbuhkan uang yang
kita sisihkan setiap bulannya selama 30 tahun. Ketika akan memasuki
masa pensiun, memindahkan uang yang sudah bertumbuh lama itu
ke deposito atau investasi properti. Dari situ, kita akan mendapatkan
uang secara pasif (passive income) sebagai pemasukan dana pensiun. 
2. Tidak Melewatkan Jaminan Hari Tua
Jaminan hari tua bisa didapat dari asuransi. Harus dipastikan
kalau kita sudah terdaftar atau mengikuti asuransi dana pensiun
yang disediakan oleh perusahaan tempat bekerja. Dalam UU
No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
mewajibkan seluruh perusahaan yang telah memiliki pekerja di atas
10 orang, wajib mendaftarkan pekerjanya ke BPJS Ketenagakerjaan.
Untuk besar premi dari Jaminan Hari Tua (JHT) adalah 5,7% dari
upah yang diterima pekerja. Dengan pembagian 2% dibayarkan
oleh pekerja, 3,7% dibayarkan oleh perusahaan. Namun, apakah
BPJS Ketenagakerjaan saja cukup?
Bila merasa kurang, kita juga bisa ikut serta dalam DPLK (Dana
Pensiun Lembaga Keuangan). Besar iuran per bulannya rata-rata
100 ribu rupiah. DPLK jelas dijamin oleh lembaga keuangan milik
pemerintah, sehingga aman untuk jangka panjang.

104 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


3. Tentukan Berapa Besar Dana Pensiun Anda
Penting mengetahui berapa kira-kira dana yang dibutuhkan saat
masa pensiun. kita bisa mempertimbangkannya dari: apa tujuan
masa depan kita? Bagaimana bentuk masa pensiun yang ideal bagi
kita? Gaya hidup seperti apa yang akan kita terapkan nanti? Pada
usia berapa kita benar-benar sudah tidak mengandalkan pekerjaan
sebagai sumber penghasilan lagi? Dari situ kita bisa menentukan
apa saja yang harus dipersiapkan, berapa dana yang harus disisihkan,
hingga jangka waktu yang kita butuhkan untuk mempersiapkannya.
Sehingga target keuangan masa pensiun bisa tercapai.
4. Melakukan Pengeluaran Besar Saat Ini Juga
Kita saat ini masih punya gaji atau penghasilan. Dengan penghasilan
yang kita miliki maka pengeluaran besar itu akan memengaruhi
penghasilan bulanan kita, bukan tabungan kita apalagi dana
pensiun kita. Dana pensiun kita mungkin bisa terkuras banyak
untuk pengeluaran besar. Contoh pengeluaran untuk rumah tinggal
(renovasi), memperbaiki barang yang rusak atau diganti.
5. Mengontrol Pengeluaran untuk Gaya Hidup
Bila kita saat ini baru bisa mengeluarkan sedikit uang untuk
persiapan dana pensiun karena gaji yang masih terhitung kecil,
tidak masalah. Daripada tidak sama sekali, maka dari itu kita
perlu menambah besaran untuk dana pensiun nantinya dan tidak
menambah jumlah pengeluaran untuk membiayai gaya hidup kita
saat ini. Karena percaya atau tidak, kebutuhan gaya hidup di masa
mendatang akan lebih mahal harganya. Ini bisa disebabkan oleh
adanya inflasi yang pasti terjadi setiap tahun. Oleh karenanya,
penting untuk menahan pengeluaran gaya hidup saat ini dan mulai
mengutamakan pengeluaran gaya hidup masa depan.
6. Melunasi Utang dengan Segera
Meski di era modern saat ini sulit sekali menemukan kehidupan
tanpa utang, namun jangan membuat utang itu sampai berlarut-
larut. Sah-sah saja jika ingin berutang, tetapi usahakan untuk
berutang secara positif misalkan digunakan untuk usaha produktif.
Mampu menghasilkan pendapatan melebihi pokok utang dan
bunganya. Serta tidak lupa untuk segera melunasinya. Jangan sampai
utang ini terbawa-bawa sampai kita siap memasuki masa pensiun.
Rencanakan keuangan masa pensiun yang bebas utang agar masa

Bab 7 | Perencanaan dan Pengelolaan Dana Pensiun, Waris, dan Wakaf 105
pensiun tidak habis dengan hanya pusing memikirkan utang. Juga
jangan sampai, utang yang banyak saat usia produktif menghalangi
kita untuk mulai mempersiapkan keuangan masa pensiun.
7. Mengomunikasikan Kapan “Bank” Keluarga (Ibu dan Ayah) Tutup
Hal yang tidak kalah penting untuk kita lakukan adalah ketika kita
semakin bertambah usia, anak juga semakin tumbuh dewasa. Mereka
akan belajar mandiri dan pada akhirnya akan memiliki pasangan
hidup sendiri. Sehingga tidak ada salahnya mengomunikasikan kapan
“bank” yakni kita sebagai orangtua akan ditutup. Artinya, anak sudah
tidak bisa lagi meminta uang kepada orangtuanya. Mereka harus
berusaha mencari penghasilan sendiri untuk mencukupi kebutuhan
hidupnya. Bukan berarti kita tidak sayang kepada mereka. Hanya
saja tidak mungkin kita akan terus membiayai kebutuhan hidup
mereka, bukan? Mereka juga harus dilatih mandiri. Dan kita sebagai
orangtua juga memiliki kebutuhan sendiri yang harus dipenuhi, yaitu
kebutuhan pensiun. Di mana kebutuhan tersebut tidak mungkin
dipenuhi oleh orang lain kecuali diri kita sendiri.

Kehidupan masa pensiun bukan hidup yang sebentar, tentu


membutuhkan biaya hidup yang besar pula. Untuk itu, segala
persiapan harus direncanakan sesegera mungkin. Meski masih terasa
jauh, mungkin 30 tahun lagi, namun tidak ada salahnya untuk mulai
merencanakan dari sekarang. Tidak perlu nominal uang yang besar,
hanya saja mulai dari sekarang. 

1. Financial Check Up Menjelang Masa Pensiun


Financial check up menjelang masa pensiun perlu dilakukan untuk melihat
kondisi terakhir keuangan keluarga sebelum memasuki masa pensiun. Hasil
financial check up memberikan gambaran kondisi keuangan tertentu menjelang
pensiun yang akan membantu dalam menata ulang tujuan-tujuan keuangan
keluarga yang selama ini belum tercapai (Affandi, RFC, 2017).
Berikut adalah tips cara melakukan financial check up:
1. Mendata penghasilan
Dengan mendata penghasilan maka kita akan mengetahui seberapa
besar penghasilan yang kita dapatkan dan apakah sudah sesuai
dengan kebutuhan atau perlu ditingkatkan.

106 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


2. Menghitung pemasukan dan pengeluaran
Dengan menghitung pemasukan dan pengeluaran maka kita
akan mengetahui apakah pemasukan dan pengeluaran kita sudah
seimbang atau justru berat sebelah. Saat pemasukan lebih besar
dibanding pengeluaran maka kita dapat menyisihkan untuk
ditabung, akan tetapi jika pengeluaran lebih besar daripada
pemasukan maka hal kita perlu mengevaluasi pengeluaran kita
atau meningkatkan pemasukan.
3. Mengenal toleransi terhadap risiko
Dengan mengenal toleransi terhadap risiko berguna untuk
mempersiapkan dana darurat atau saat kita akan menginvestasikan
uang kita pada produk keuangan yang sesuai dengan tingkat toleransi
yang kita miliki. Misalnya jika tingkat toleransi kita terhadap risiko
tinggi, maka kita dapat menginvestasikan uang kita pada saham.
4. Mendata aset dan utang
Manfaat mendata aset dan utang adalah agar kita dapat
memperhitungkan apakah aset yang kita miliki cukup untuk
melunasi utang kita. Idealnya utang yang kita miliki adalah
maksimal 50% dari aset (allianz.com, 2021).
5. Rasio keuangan untuk menilai kondisi keuangan
Untuk menilai rasio keuangan kita dapat menggunakan beberapa
rasio yaitu rasio utang sehat, rasio likuiditas, dan rasio tabungan
(bursaku.id, 2021).

2. Sumber-sumber Keuangan Mandiri pada Usia Lanjut


Sumber keuangan mandiri di sini ialah bagaimana uang dihasilkan dari
kemandirian seorang pensiunan, artinya uang itu tidak berasal dari
warisan, bantuan dari anak-anak, atau bantuan-batuan lainnya. Akan
tetapi, yang dimaksud di sini adalah keuangan yang bersumber dari
tabungan uang, hasil penyewaan atau penjualan suatu aset, investasi
di pasar modal, investasi di pasar riil, santunan asuransi, dan manfaat
dari dana pensiun (OJK, 2016: 12):
1. Memiliki tabungan uang baik yang disimpan di bank atau lembaga
keuangan lainnya.

Bab 7 | Perencanaan dan Pengelolaan Dana Pensiun, Waris, dan Wakaf 107
2. Hasil penyewaan atau penjualan aset
Hasil penyewaan atau penjualan aset dapat menjadi sumber-sumber
keuangan mandiri. Misalnya apabila memiliki lebih dari 1 rumah,
maka rumah yang 1 dapat disewakan/dikontrakkan.
3. Hasil investasi pada sektor riil
Investasi pada sektor riil dapat berupa emas, properti, tanah, dan
sebagainya.
4. Hasil investasi pada pasar modal
Bentuk keuntungan pada investasi di pasar modal dapat berupa
dividen, capital gain, dan sebagainya.
5. Santunan asuransi yang bisa diklaim pada usia tertentu
Ada berbagai produk asuransi juga dapat memberikan kita manfaat
uang pada usia tertentu yang dapat diterima secara sekaligus berupa
jaminan hari tua atau asuransi unit link yang disertai investasi
di reksa dana. Karena manfaat santunan asuransi dibayarkan
sekaligus, maka diperlukan keterampilan dan kedisiplinan untuk
mengelola uang agar tidak cepat habis.
6. Uang pensiun dari lembaga pensiun
Uang pensiun yang disebut sebagai manfaat pensiun adalah
penghasilan masa tua yang kita peroleh dari dana pensiun. Melalui
kepesertaan di dana pensiun, kita harus disiplin membayar iuran
secara rutin selama masih aktif bekerja dan pada saat pensiun akan
menerima manfaat pensiun yang dibayarkan secara bulanan atau
sekaligus, atau secara sekaligus dan bulanan.

B. Waris
Perencanaan keuangan sebaiknya mencakup perencanaan waris,
sehingga perencanaan waris harus mengikuti aturan waris dalam Islam,
Ketika seseorang tutup usia, ia akan meninggalkan beberapa hal bagi
keluarganya, salah satunya warisan.
Warisan adalah harta peninggalan orang yang meninggal diberikan
kepada orang-orang yang berhak, yaitu ahli warisnya. Harta peninggalan
bisa dibagikan setelah dikeluarkannya biaya pengurusan jenazah,
pelunasan utang-utang di pewaris dan mengeluarkan wasiatnya bila ada.

108 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


Dalam hukum waris Islam rukun dan syarat waris Islam ada tiga, yaitu: 
1. Pewaris, yakni orang yang meninggal dunia. 
2. Ahli waris, yaitu mereka yang berhak untuk menguasai atau
menerima harta peninggalan pewaris.
3. Harta warisan yakni harta yang ditinggalkan oleh seseorang saat
meninggal dunia. 

Adapun hikmah pembagian waris berdasarkan hukum Islam adalah:


1) Islam menempatkan anak bersamaan dengan orangtua pewaris
serentak sebagai ahli waris. Sedangkan dalam sistem kewarisan selain
hukum Islam, orangtua berhak mendapatkan warisan jika pewaris
meninggal dalam keadaan tidak memiliki keturunan. Suami-istri
mendapat hak saling mewarisi. Hal tersebut bertentangan dengan
tradisi yang terjadi di Arab pada masa jahiliyah yaitu menjadikan istri
sebagai harta warisan.
2) Memelihara keutuhan keluarga. Dengan adanya aturan terkait
pembagian waris maka hal tersebut dapat mencegah terjadinya sengketa
antara ahli waris. Sengketa antara ahli waris sangat mungkin terjadi
karena secara fitrah manusia memiliki kesenangan terhadap harta.
3) Sebagai sarana untuk mencegah kesengsaraan atau kemiskinan ahli
waris. Pembagian warisan dalam Islam memungkinkan ahli waris dan
kerabat untuk diberi bagian sebanyak mungkin. Harta warisan tidak
hanya diberikan kepada anak-anak pewaris, tetapi keluarga pewaris
seperti orangtua, suami-istri, paman, tante, cucu, hingga kakek-nenek.
4) Sebagai wadah untuk mencegah penimbunan harta kekayaan pada
seseorang. Dengan pembagian harta warisan yang sesuai dengan
ketentuan dalam Islam maka harta tersebut akan terdistribusi
sehingga tidak mengendap (tertimbun) pada sekelompok orang.

Dengan terperincinya aturan Islam mengenai pembagian waris,


setiap ahli waris diharapkan akan mendapatkan haknya secara
proporsional. Sehingga dapat tercipta kemaslahatan bagi anggota
keluarga dalam kehidupan bermasyarakat.
Berdasarkan hikmah pembagian waris tersebut, dapat dihubungkan
dengan maqashid syariah sebagai berikut:
● Sebagai sarana untuk menjalankan syariat Islam. Pembagian waris
yang berdasarkan ketentuan Allah (hukum Islam) mencerminkan

Bab 7 | Perencanaan dan Pengelolaan Dana Pensiun, Waris, dan Wakaf 109
ketundukan seorang hamba kepada Tuhannya. Hal ini sesuai dengan
QS An-Nisa [4] ayat 13:

“Itulah batas-batas (hukum) Allah. Barangsiapa taat kepada Allah


dan Rasul-Nya, Dia akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan itulah
kemenangan yang agung (QS An-Nisa [4]: 13).
● Sebagai sarana untuk menjaga keutuhan dan kerukunan antar­
anggota keluarga. Dengan menerapkan pembagian harta warisan
yang sesuai dengan hukum Islam, diharapkan perpecahan antar­
anggota keluarga tidak terjadi lagi karena Islam sendiri telah
mengatur secara detail pembagian harta warisan bagi tiap-tiap
anggota keluarga. Hal ini secara rinci telah disebut dalam Al-Qur’an
khususnya Surah An-Nisa [4] ayat dan 11 dan 12 sebagai berikut:

110 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


“Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian
warisan untuk) anak-anakmu, (yaitu) bagian seorang anak laki-laki sama
dengan bagian dua orang anak perempuan. Dan jika anak itu semuanya
perempuan yang jumlahnya lebih dari dua, maka bagian mereka dua per tiga
dari harta yang ditinggalkan. Jika dia (anak perempuan) itu seorang saja,
maka dia memperoleh setengah (harta yang ditinggalkan). Dan untuk kedua
ibu-bapak, bagian masing-masing seperenam dari harta yang ditinggalkan,
jika dia (yang meninggal) mempunyai anak. Jika dia (yang meninggal) tidak
mempunyai anak dan dia diwarisi oleh kedua ibu-bapaknya (saja), maka
ibunya mendapat sepertiga. Jika dia (yang meninggal) mempunyai beberapa
saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian
tersebut di atas) setelah (dipenuhi) wasiat yang dibuatnya atau (dan setelah
dibayar) utangnya. (Tentang) orangtuamu dan anak-anakmu, kamu tidak
mengetahui siapa di antara mereka yang lebih banyak manfaatnya bagimu.
Ini adalah ketetapan Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha
Bijaksana” (QS An-Nisa [4]: 11).

“Dan bagianmu (suami-suami) adalah seperdua dari harta yang ditinggalkan


oleh istri-istrimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika mereka (istri-
istrimu) itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta
yang ditinggalkannya setelah (dipenuhi) wasiat yang mereka buat atau (dan

Bab 7 | Perencanaan dan Pengelolaan Dana Pensiun, Waris, dan Wakaf 111
setelah dibayar) utangnya. Para istri memperoleh seperempat harta yang
kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai
anak, maka para istri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu
tinggalkan (setelah dipenuhi) wasiat yang kamu buat atau (dan setelah
dibayar) utang-utangmu. Jika seseorang meninggal, baik laki-laki maupun
perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak,
tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu) atau seorang saudara
perempuan (seibu), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara
itu seperenam harta. Akan tetapi, jika saudara-saudara seibu itu lebih
dari seorang, maka mereka bersama-sama dalam bagian yang sepertiga
itu, setelah (dipenuhi wasiat) yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar)
utangnya dengan tidak menyusahkan (kepada ahli waris). Demikianlah
ketentuan Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha Penyantun (QS An-Nisa
[4]: 12).
• Memberikan jaminan kepada ahli waris agar dapat hidup dengan
cukup meskipun telah ditinggalkan oleh pemberi waris.
• Sebagai sarana untuk mendistribusikan harta. Diharapkan
dengan sistem waris Islam harta yang dimiliki oleh pewaris dapat
didistribusikan secara adil kepada seluruh ahli warisnya agar tidak
terjadi penimbunan harta pada seseorang.

Memahami hikmah dari pembagian waris di atas, maka maqashid


syariah pembagian waris didominasi oleh hifdh al-nasl atau perlindungan
terhadap keturunan.

1. Hukum Kewarisan
Hukum kewarisan Islam pada dasarnya berlaku untuk seluruh umat
Islam di dunia. Meskipun demikian, corak suatu negara Islam dan
kehidupan di negara atau daerah tersebut memberi pengaruh atas
hukum kewarisan di daerah itu. Pengaruh itu terbatas pada perkara yang
bukan merupakan hal pokok atau esensial dalam ketentuan waris Islam.
Khusus hukum kewarisan Islam di Indonesia, ada beberapa perbedaan
di kalangan para fukaha yang pada garis besarnya terbagi menjadi dua
golongan, yaitu: pertama, yang lazim disebut dengan Mazhab Sunni
(Mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali) yang cenderung bersifat
patrilineal; dan kedua, ajaran Hazairin yang cenderung bilateral.
Hukum kewarisan dalam KHI disebutkan pada Pasal 171 ayat
yang berbunyi: “Hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur tentang

112 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


pemindahan hak pemilikan harta peninggalan (tirkah) pewaris, menentukan
siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa bagiannya masing-
masing”. Dari definisi di atas, maka hukum kewarisan menurut KHI
mencakup ketentuan-ketentuan sebagai berikut: 1) ketentuan yang
mengatur siapa pewaris, 2) ketentuan yang mengatur siapa ahli waris,
3) ketentuan yang mengatur tentang harta peninggalan, 4) ketentuan
yang mengatur tentang akibat peralihan harta peninggalan dari pewaris
kepada ahli waris, 5) ketentuan yang mengatur tentang bagian masing-
masing. Dari definisi ini juga tampak unsur-unsur pewarisan, yaitu:
pewaris, ahli waris dan harta warisan atau tirkah.
Kerangka sistematika hukum kewarisan adalah sebagai berikut
(Mahkamah Agung, 2011: 54):
1. Bab I Ketentuan Umum (Pasal 171);
2. Bab II Ahli Waris (Pasal 172-175);
3. Bab III Besarnya Bagian (Pasal 176-191);
4. Bab IV Aul dan Rad (Pasal 192-193);
5. Bab V Wasiat (Pasal 194-209); dan
6. Bab VI Hibah.

2. Perhitungan Waris
Islam sudah menjelaskan rinci tentang perhitungan warisan bagi seluruh
anggota keluarga ahli waris, namun secara garis besar perhitungannya
yaitu (Ibn Ghifarie, 2018):
1. ayah : 1/3 (satu per tiga) atau 1/6 (satu per enam) atau sisa;
2. ibu : 1/3 (satu per tiga) atau 1/6 (satu per enam);
3. suami : 1/2 (satu per dua) atau 1/4 (satu per empat);
4. istri : 1/4 (satu per empat) atau 1/8 (satu per delapan); dan
5. anak : sisa atau anak laki-laki dua bagian, sedangkan anak
perempuan satu bagian.

Dengan catatan: perubahan bagian hak waris dipengaruhi oleh


ada tidak adanya ahli waris lain. Data di atas hanya ilustrasi global,
belum menggambarkan keseluruhan sistem waris Islam. Ada ahli
waris lain dan ada mekanisme penghitungan khusus selain ini secara
lengkap.

Bab 7 | Perencanaan dan Pengelolaan Dana Pensiun, Waris, dan Wakaf 113
Tabel 4. Tabel Ahli Waris dan Bagian Waris dalam Hukum Waris Islam Indonesia
Menurut Kompilasi Hukum Waris Islam

Sumber: https://www.bimoprasetio.com/dokumen/web-bimo-tabel-ahli-waris-dan-bagian-waris-khi.pdf, diakses


pada hari Senin, 13 September 2021

114 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


C. Wakaf
Dasar hukum wakaf dari Al-Qur’an menggunakan ayat-ayat tentang
sedekah atau infak, seperti Surah Ali Imran [3] ayat 92:

“Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian


harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu
sungguh, Allah Maha Mengetahui” (QS Ali Imran [3]: 92).
Adapun dasar hukum wakaf dari hadis, yaitu:
ََُْ ْ َْ َ َ َ َ َ ََ ُُ َ َ َْ ُ ْ َ َ َ
‫ صدق ٍة ج ِاري ٍة أو ِعل ٍم ينتفع ِب ِه‬: ‫الإن َسان ِإنقط َع ع َمله ِإلأ ِم ْن ثل ٍث‬
ُ
ِ ‫ِإذا مات‬
َ َ َ
ُ ‫أ ْو َول ٍد َصالح َي ْد ُع ْوله‬
ٍِ
“Apabila seorang manusia meninggal, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga,
yakni sedekah jariyah, atau ilmu yang diambil manfaatnya, atau anak saleh yang
mendoakannya” (HR Muslim, Hadis No. 1631).
Para ulama sepakat bahwa sedekah jariyah dalam hadis tersebut
adalah wakaf. Wakaf mempunyai nilai yang sangat bermanfaat jika
dikelola secara maksimal oleh lembaga wakaf yang profesional.
Pengoptimalan wakaf tanpa mengabaikan prinsip syariah merupakan
upaya yang sangat baik dan sesuai dengan ruh syariat Islam. Wakaf
termasuk suatu perbuatan yang sesuai dengan syariat Islam dan
bermanfaat bagi kemaslahatan hidup manusia di dunia maupun di
akhirat.
Maqashid syariah dalam wakaf yaitu sarana ibadah untuk
kesempurnaan ibadah kita kepada Allah Swt. Dengan adanya wakaf ini
membuat kita sadar bahwa harta yang diwakafkan ini adalah milik Allah
Swt., sehingga nantinya akan timbul sikap ikhlas dan tawadu terhadap
harta yang telah diwakafan. Dengan kita berwakaf menjadi sarana
pelengkap dalam memakmurkan bumi melalui harta produktif yang kita
wakafkan untuk dimanfaatkan hasilnya bagi generasi yang akan datang.
Wakaf juga menjadi unsur pembangunan ekonomi umat. Dan timbulnya
wakaf produktif dengan uang merupakan gerakan yang sesuai dengan

Bab 7 | Perencanaan dan Pengelolaan Dana Pensiun, Waris, dan Wakaf 115
ruh syariat Islam yang menginginkan kemaslahatan hidup manusia di
dunia dan akhirat. Wakaf merupakan instrumen yang mempertahankan
aset awalnya serta mengalirkan keuntungannya untuk semua kalangan
yang membutuhkan. Oleh karena itu, sebaiknya di akhir perencanaan
keuangan dilengkapi dengan perencanaan wakaf. Karena yang menjadi
milik kita itu hanya tiga: apa yang kita makan, yang kita pakai, dan yang
kita sedekahkan. Karena ketika kita sudah tidak ada lagi di dunia ini,
hanya tiga hal yang akan menemani kita di alam barzah kelak, yaitu:
• doa anak yang saleh-salehah;
• ilmu yang bermanfaat; dan
• sedekah jariyah (wakaf).

Sempurnakan semuanya di akhir dengan infak/sedekah jariyah


berupa wakaf yang pahalanya akan terus mengalir.
Ketika membicarakan atau mendengar kata “wakaf ” sebagian
masyarakat berpikirnya masjid, musala, pesantren tahfidz, tanah makam,
panti asuhan, dan sebagainya, yang secara angka membutuhkan nominal
dana relatif besar. Padahal wakaf tidak harus dalam bentuk yang selalu
besar. Anda menyumbang pembangunan masjid dengan ikut serta
membeli semen sudah termasuk wakaf. Anda membangun sebuah
fasilitas MCK di daerah terpencil juga sudah termasuk wakaf.
Perencanaan dana wakaf dan dana apa pun disesuaikan dengan
pendapatan masing-masing orang. Jika alokasi investasi wakaf
sebesar Rp300.000,00-an per bulan ya jangan merencanakan
wakaf yang membutuhkan Rp500.000,00 per bulan atau lebih.
Benar bahwa investasi akhirat itu penting karena itu yang akan menemani
Anda di alam nanti, namun tidak semata-wakafkan, masih ada anak yang
saleh, ilmu yang bermanfaat, dan sedekah-sedekah lainnya.
Atau jika dari rencana ternyata perlu alokasi investasi yang besar
melebihi ketersediaan dana, maka cukup diturunkan standar wakafnya.
Misal tadinya mau berwakaf pesantren tahfidz dengan pengelolaan secara
mandiri lengkap dengan lahan dan bisnis produktif, butuh dana saat ini
2 miliar rupiah bisa diturunkan standarnya dengan berwakaf pesantren
tahfidz dengan pengelolaan diserahkan kepada badan wakaf yang telah
berpengalaman dengan dana saat ini 500 jutaan rupiah. Otomatis alokasi
investasi yang dibutuhkan juga turun.

116 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


Dari manakah alokasi investasi untuk wakaf? Bisa diambilkan dari
pos investasi, asal tidak mengganggu jalannya kewajiban yang lain. Misal
yang tadinya berencana sekolah fullday, akhirnya ke sekolah biasa yang
tidak tidak fullday.
Namun, semua kembali kepada kebijakan keluarga masing-masing
di mana prioritas sebuah rencana keuangan ditempatkan. Ingat hidup
tidak hanya wakaf, namun juga memberikan kehidupan yang layak untuk
keluarga, baik saat masih hidup dan sudah meninggal adalah kewajiban.
(Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah–Bank Indonesia, 2016).
Jadi, di manakah letak perencanaan wakaf dalam perencanaan keuangan?
Ia menempati urutan atau prioritas setelah: 
1. kebutuhan pokok sandang, pangan, dan papan;
2. dana darurat;
3. kewajiban terhadap anak: memberi nama yang baik (akikah),
mendidik (perencanaan pendidikan, formal dan nonformal), dan
menikahkan (perencanaan pernikahan anak);
4. zakat;
5. perencanaan haji, rukun Islam ke- 5;
6. perencanaan pensiun, agar saat pensiun tidak merepotkan anak dan
tetap bisa hidup dengan standar seperti saat produktif, termasuk
beramal sedekah tidak berkurang; dan
7. perencanaan wakaf (Ila Abdulrahman, finance.detik.com, 2018).

1. Lembaga Pengelola Wakaf di Indonesia


BWI adalah lembaga pemerintah independen nonstruktural yang
dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang
Wakaf. BWI berkedudukan di Ibu Kota Negara Kesatuan Republik
Indonesia. BWI berdiri pada tanggal 13 Juli 2007 ditandai dengan
terbitnya Keputusan Presiden Nomor 75/M Tahun 2007 tentang
Pengangkatan Keanggotaan Badan Wakaf Indonesia Masa Jabatan
2007-2010. Visi BWI adalah “terwujudnya lembaga independen yang
dipercaya masyarakat, mempunyai kemampuan dan integritas untuk
mengembangkan perwakafan nasional dan internasional”. Adapun
misi BWI adalah: “menjadikan BWI sebagai lembaga profesional yang
mampu mewujudkan potensi dan manfaat ekonomi harta benda wakaf

Bab 7 | Perencanaan dan Pengelolaan Dana Pensiun, Waris, dan Wakaf 117
untuk kepentingan ibadah dan pemberdayaan masyarakat”. Tujuan
dibentuknya BWI yaitu untuk memajukan dan mengembangkan
perwakafan di Indonesia. Harta benda wakaf yang saat ini dikelola oleh
BWI, di antaranya: 1) wakaf uang; 2) wakaf tanah; dan 3) wakaf saham.

2. Wakaf Tunai (Wakaf Uang)


Wakaf tunai menurut Fatwa MUI pada tanggal 11 Mei 2002 tentang
wakaf tunai, yaitu:
1. wakaf uang (cash waqf/waqf al nuqud) adalah wakaf yang dilakukan
seseorang, kelompok orang, lembaga, atau badan hukum dalam
bentuk uang tunai;
2. termasuk ke dalam pengertian uang ialah surat-surat berharga;
3. wakaf uang hukumnya jawaz (boleh);
4. wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal
yang dibolehkan secara syar’i; dan
5. nilai pokok wakaf uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh
dijual, dihibahkan, dan/atau diwariskan. Selain fatwa tersebut di
atas yang menjamin legalitasnya secara hukum Islam, secara hukum
positif di Indonesia wakaf tunai telah diatur juga dalam Undang-
Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dalam Pasal 16 ayat
(1) dan (3).

a. Prosedur dan Pengelolaan Wakaf Tunai (Wakaf Uang)


Wakif dapat mewakafkan uangnya melalui Lembaga Keuangan Syariah-
Penerima Wakaf Uang (LKS-PWU). Pelaksanaan wakaf benda bergerak
dalam bentuk uang dilaksanakan oleh wakif dengan memberikan
pernyataan kehendak wakif yang dilakukan secara tertulis. Wakif
akan menerima bukti wakaf dalam bentuk sertifikat wakaf uang yang
diterbitkan dan disampaikan oleh Lembaga Keuangan Syariah. Nazir
atas nama lembaga keuangan syariah akan mendaftarkan harta benda
wakaf dalam bentuk uang kepada menteri paling lambat 7 (tujuh) hari
sejak diterbitkannya sertifikat wakaf uang. Di Indonesia sendiri, wakaf
uang hanya dapat dilakukan dalam bentuk mata uang rupiah. Sehingga,
apabila ingin berwakaf menggunakan mata uang asing, maka harus
dikonversi dahulu ke dalam rupiah (Peraturan BWI Nomor 1 Tahun 2009

118 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


tentang Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Harta Benda Wakaf
Bergerak Berupa Uang).
Bagi wakif yang akan mewakafkan uangnya, ada beberapa kewajiban
yang harus diikuti yaitu sebagai berikut:
1. wakif datang ke LKS PWU untuk menyampaikan kehendaknya
untuk berwakaf uang;
2. wakif memberikan penjelasan terkait kepemilikan harta dan asal-
usul uang yang akan diwakafkan;
3. wakif menyetorkan uangnya ke LKS PWU; dan
4. mengisi formulir pernyataan kehendak wakif yang berfungsi
sebagai AIW (Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf).

Apabila wakif tidak dapat datang ke LKS PWU, maka wakif dapat
diwakilkan atau memberikan kuasa kepada orang lain untuk hadir dalam
penyerahan wakaf uang. Wakif atau wakil atau kuasanya menyatakan
ikrar wakaf benda bergerak berupa uang kepada nazir di hadapan Pejabat
Pembuatan Akta Ikrar Wakaf. Kemudian nazir akan menyerahkan Akta
Ikrar Wakaf (AIW) kepada LKS-PWU.
Sertifikat wakaf uang sekurang-kurangnya memuat informasi
mengenai:
a) nama LKS penerima wakaf uang;
b) nama wakif;
c) alamat wakif;
d) jumlah wakaf uang;
e) peruntukan wakaf;
f) jangka waktu wakaf;
g) nama nazir yang dipilih;
h) alamat nazir yang dipilih; dan
i) tempat dan tanggal penerbitan sertifikat wakaf uang.

Jika wakif ingin melakukan perbuatan hukum wakaf uang untuk


jangka waktu tertentu maka pada saat jangka waktu tersebut berakhir,
nazir wajib mengembalikan jumlah pokok wakaf uang kepada wakif atau
ahli waris/penerus haknya melalui LKS PWU. Wakaf uang, investasi

Bab 7 | Perencanaan dan Pengelolaan Dana Pensiun, Waris, dan Wakaf 119
wakaf uang dan hasil investasi wakaf uang yang telah disetorkan dari
wakif melalui LKS PWU, selanjutnya akan dikelola oleh nazir.
Pengelolaan dan pengembangan wakaf dilakukan oleh nazir dengan
dua mekanisme berikut:
1. Pengelolaan dan pengembangan wakaf uang atas setoran wakaf
uang dan investasi wakaf uang oleh nazir wajib ditujukan untuk
optimalisasi perolehan keuntungan dan/atau pemberdayaan
ekonomi umat.
2. Pengelolaan dan pengembangan wakaf uang atas hasil investasi
wakaf uang oleh nazir wajib ditujukan untuk pemberdayaan
ekonomi umat dan/atau kegiatan kegiatan sosial keagamaan
(Peraturan BWI Nomor 1 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan
dan Pengembangan Harta Benda Wakaf Bergerak Berupa Uang).

Nazir sebagai pengelola wakaf uang, ditetapkan paling banyak


sebagai berikut:
1) 10% (sepuluh per seratus), apabila besarnya investasi wakaf
uang paling kurang mencapai 90% (sembilan puluh per seratus)
dibanding setoran wakaf uang;
2) 9% (sembilan per seratus), apabila besarnya investasi wakaf uang
paling kurang mencapai 70% (tujuh puluh per seratus) dibanding
setoran wakaf uang;
3) 8% (delapan per seratus), apabila besarnya investasi wakaf uang
paling kurang mencapai 50% (lima puluh per seratus) dibanding
setoran wakaf uang; dan
4) 5% (lima per seratus), apabila besarnya investasi wakaf uang di
bawah 50% (lima puluh per seratus) dibanding setoran wakaf uang.
(Peraturan BWI Nomor 1 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan
dan Pengembangan Harta Benda Wakaf Bergerak Berupa Uang).

b. Wakaf Tunai (Wakaf Uang) Dikelola Lembaga Swasta


Keunggulan bila wakaf tunai dikelola oleh swasta: sesuai dengan
kebutuhan riil masyarakat, dikontrol langsung dari masyarakat,
dan menimbulkan solidaritas masyarakat. Lembaga swasta ini
misalnya bergerak di bidang pendidikan. Lembaga pendidikan swasta
mengelola sendiri dana yang diterima wakif dengan sistem musyarakah

120 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


atau mudarabah—tanpa mengurangi nilai aset wakaf. Selanjutnya,
keuntungan yang diterima didasarkan atas sistem bagi hasil, diterima
oleh lembaga pendidikan sebagai keuntungan usaha dan diterima wakaf
tunai sebagai tambahan aset. Dari tambahan aset wakaf tunai tersebut
bisa digunakan membantu masyarakat dalam bentuk wakaf pula.

Sertifikat Wakaf Tunai


Wakaf tunai dapat digunakan sebagai suatu instrumen keuangan dan
merupakan produk baru dalam sektor perbankan. Beberapa pedoman
operasional sertifikat wakaf tunai yang dipraktikkan Social Investment
Bank Ltd. (SIBL) antara lain: wakaf tunai harus dipandang sebagai
sumbangan yang sesuai dengan syariah, bank akan mengelola wakaf
atas nama wakif. Wakaf dapat diberikan berulang kali dan rekening
yang dibuka sesuai dengan nama yang diberikan wakif. Wakif diberi
kebebasan untuk memilih sasaran wakaf, baik sasaran yang sudah
teridentifikasi oleh SIBL atau sasaran lain yang sesuai dengan syariah.
Dana wakaf tunai akan mendapat keuntungan pada tingkat yang paling
tinggi yang ditawarkan oleh bank dari waktu ke waktu. Dana wakaf
akan tetap dan hanya dana yang berasal dari keuntungan yang akan
dibagikan kepada sasaran yang telah dipilih wakif. 
Wakif juga dapat meminta bank untuk menyalurkan seluruh
keuntungan yang diperoleh kepada sasaran yang telah ditentukan oleh
wakif. Wakif memiliki kesempatan memberikan wakaf tunai sepanjang
waktu.Wakif mempunyai hak untuk memberikan perintah pada bank
untuk mengambil dana wakaf dari rekening lainnya di SIBL secara
rutin.Wakaf tunai harus diterima dalam bentuk endowment receipt voucher
tertentu dan sertifikat untuk seluruh nilai harus diterbitkan ketika
wakaf tersebut diberikan. Prinsip dan ketentuan mengenai rekening
wakaf tunai berdasarkan amendemen dan akan dievaluasi dari waktu
ke waktu (Prof. Dr. M.A. Mannan, 2014).

c. Peranan Wakaf Tunai dalam Implikasi Ekonomi


Wakaf tunai diharapkan memiliki mobilisasi harta wakaf yang lebih
cepat dibandingkan dengan wakaf benda konkret. Dengan begitu
diharapkan juga pengaruhnya terhadap pembangunan ekonomi,
khususnya pada tujuan pengentasan kemiskinan, penurunan tingkat
pengangguran, dan penekanan angka permasalah sosial dapat dengan

Bab 7 | Perencanaan dan Pengelolaan Dana Pensiun, Waris, dan Wakaf 121
maksimal diperoleh. Bentukan aktivitas penggunaan wakaf tunai
dapat berupa pendirian gedung dan pelayanan kesehatan, pendidikan,
perpustakaan, penelitian ilmiah, penjagaan lingkungan, pinjaman
kepada pengusaha kecil, tempat parkir, jalan, jembatan, bendungan, dan
lain-lain. Artinya, wakaf tunai merupakan instrumen investasi publik
yang dapat secara signifikan menekan biaya sosial yang harus dipikul
masyarakat. Sehingga wakaf tunai kemudian memiliki kontribusi yang
cukup besar dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kontribusi
wakaf pada program pendidikan, kesehatan, pembangunan jalan, sarana
dan prasarana sosial lainnya membuat hidup dan kehidupan rakyat
semakin lancar, ia bukan hanya menekan biaya yang harus ditanggung
oleh rakyat, tetapi juga meringankan beban negara.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan di Bab 7 ini
kita membahas terkait perencanaan pensiun, waris dan wakaf. Dana
pensiun diperlukan oleh masyarakat Indonesia dalam rangka menjaga
kualitas hidup yang berkesinambungan. Hasil Survei Nasional Literasi
dan Inklusi Keuangan Tahun 2019 menunjukkan bahwa indeks literasi
keuangan untuk dana pensiun masih 14,3% artinya dari 100 penduduk
hanya 14 orang yang mengetahui dana pensiun, sedangkan indeks
inklusi keuangan untuk dana pensiun juga relatif rendah yaitu 6,18%
yang berarti dari 100 penduduk hanya sekitar 6 orang di Indonesia yang
memiliki program dana pensiun untuk hari tua.
Hubungan dana pensiun dengan maqashid syariah yaitu:
1. Menjaga agama (hifdzu din), lembaga keuangan syariah yang
mengelola dana pensiun menjadikan Al-Qur’an, Hadis dan hukum
Islam lainnya sebagai pedoman.
2. Menjaga jiwa (hifdzu an-nafs), lembaga keuangan syariah yang
mengelola dana pensiun dalam melaksanakan transaksinya
menerapkan akad-akad yang sesuai dengan ketentuan syariah.
Dengan akad-akad tersebut maka secara psikologis dan sosiologis
sikap saling menghargai dan menjaga amanah antarpihak. Selain
itu, lembaga keuangan syariah yang mengelola dana pensiun dalam
melayani nasabah dituntut untuk berprilaku, berpakaian, dan
berkomunikasi dengan sopan dan islami.
3. Menjaga akal (hifdzu al-aql), lembaga keuangan syariah yang
mengelola dana pensiun dapat memberikan edukasi kepada
nasabahnya terkait setiap produk yang dikeluarkannya.

122 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


4. Menjaga harta (hifdzu al-mal), lembaga keuangan syariah yang
mengelola dana pensiun mengalokasikan dana khusus untuk
berzakat yang bertujuan membersihkan harta nasabah secara
transparan dan bersama-sama.
5. Menjaga keturunan (hifdzu an-nasl), jika dana nasabah dikelola
dengan baik maka hal tersebut dapat memberikan dampak yang
baik untuk keluarga dan keturunan nasabah.

Waris adalah harta peninggalan orang yang meninggal diberikan


kepada orang-orang yang berhak, yaitu ahli warisnya. Dalam hukum
Islam rukun dan syarat waris Islam ada tiga yaitu: pewaris, ahli waris dan
harta warisan. Hikmah waris yaitu: sebagai sarana untuk menjalankan
syariat Islam, sebagai sarana untuk menjaga keutuhan dan kerukunan
antaranggota keluarga, memberikan jaminan kepada ahli waris agar
dapat hidup dengan cukup meskipun telah ditinggalkan oleh pemberi
waris, sebagai sarana untuk mendistribusikan harta.
Wakaf menurut bahasa adalah waqafa yang berarti menahan,
berhenti, atau diam di tempat. Sementara itu, menurut hukum Islam
wakaf berarti menyerahkan hak milik atas sesuatu yang tahan lama
kepada penjaga wakaf atau nazir. Penjaga wakaf boleh perorangan
ataupun sebuah lembaga, dan akan menjadi pihak yang bertanggung
jawab untuk mengelola harta atau benda yang diwakafkan. Maqashid
syariah dalam wakaf yaitu sarana ibadah untuk kesempurnaan ibadah
kita kepada Allah Swt. Dasar hukum wakaf terdapat dalam Surat Ali
Imran [3] ayat 92.
Dalam wakaf dikenal juga istilah wakaf tunai (wakaf uang), yang
mana menurut fatwa MUI pada tanggal 11 Mei 2020 tentang wakaf
tunai yaitu:
1. Wakaf uang adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok
orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai.
2. Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga.
3. Wakaf uang hukumnya jawaz (boleh).
4. Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal
yang dibolehkan secara syar’i
5. Nilai pokok wakaf uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh
dijual, dihibahkan atau diwariskan.

Bab 7 | Perencanaan dan Pengelolaan Dana Pensiun, Waris, dan Wakaf 123
Wakaf tunai diharapkan memiliki mobilisasi harta wakaf yang
lebih cepat dibandingkan dengan wakaf benda konkret. Dengan begitu
diharapkan juga pengaruhnya terhadap pembangunan ekonomi,
khususnya pada tujuan pengentasan kemiskinan, penurunan tingkat
pengangguran dan penekanan angka permasalahan sosial dapat dengan
maksimal diperoleh.

Kuis
1. Berikut hal-hal yang perlu dilakukan untuk mempersiapkan masa
pensiun, kecuali ....
a. mempersiapkan dana pensiun
b. membagi-bagikan harta kepada anak cucu hingga habis
c. mempersiapkan passive income
d. mempersiapkan asuransi
2. Berikut adalah manfaat mempersiapkan harta warisan untuk anak
cucu, kecuali ....
a. mempersiapkan generasi mendatang yang lebih kuat secara
finansial
b. tidak meninggalkan keturunan dalam kondisi yang lemah
c. agar dikenang oleh anak cucu
d. memberikan modal awal kepada anak cucu untuk mengem­
bangkannya
3. Berikut adalah tiga amal manusia yang tidak akan berhenti
pahalanya meskipun ia telah meninggal, kecuali ....
a. ilmu yang bermanfaat
b. doa anak saleh yang mendoakan
c. amal jariyah/wakaf yang terus dimanfaatkan untuk kepentingan
umat
d. memberikan hadiah kepada anak cucu

124 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


8
PEMBELAJARAN LITERASI
KEUANGAN SYARIAH: STUDI
KASUS DI FEB UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA

A. Pendahuluan
Penelitian ini berangkat dari keprihatinan terhadap rendahnya tingkat
literasi ekonomi dan keuangan syariah di kalangan masyarakat Indonesia
pada saat industri ekonomi dan keuangan syariah tumbuh cukup pesat
di tataran global dan menjanjikan peluang ekonomi dan bisnis yang
signifikan. Penelitian ini bertujuan menawarkan model pembelajaran
ekonomi dan keuangan syariah dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran berbasis 4.0 melalui penyusunan materi dan media
pembelajaran ekonomi dan keuangan syariah yang bersifat terbuka dan
jarak jauh. Penelitian ini memadukan pendekatan analisis kuantitatif dan
kualitatif terhadap data primer dan sekunder yang dikumpulkan melalui
studi pustaka, observasi internet, wawancara mendalam terhadap para
ahli ekonomi dan keuangan syariah. Selain itu, efektivitas materi dan
media pembelajaran ini akan diobservasi melalui serangkaian pre-test
dan post-test terhadap sampel 25 mahasiswa yang dilibatkan dalam
mengikuti rangkaian pembelajaran ini. Penelitian ini berupaya untuk
mengisi kekosongan literatur mengenai model pendidikan ekonomi dan
keuangan syariah di Indonesia berbasis Pembelajaran 4.0. Penelitian

Bab 8 | Pembelajaran Literasi Keuangan Syariah 125


ini diharapkan dapat menawarkan model pendidikan ekonomi dan
keuangan syariah yang inovatif, yang dapat diakses secara masif oleh
publik dalam rangka meningkatkan literasi ekonomi dan keuangan
syariah di negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia ini.

B. Literature Review
1. Dalam penelitian Sri Lestari dan Hajar Mukaromah tahun 2018
yang berjudul “Literasi Keuangan Syariah Pengelola Koperasi
Pondok Pesantren An-Nawawi Kecamatan Gebang, Kabupaten
Purworejo” dalam An-Nawa, Jurnal Hukum Islam, Vol. XXII diperoleh
hasil penelitian terkait indeks literasi keuangan syariah pengelola
koperasi pondok pesantren An-Nawawi. Indeks literasi manajemen
keuangan syariah berada pada kategori tinggi dengan angka sebesar
93%, yang artinya dari setiap 100 pengelola koperasi pondok
pesantren An-Nawawi yang mengetahui manajemen keuangan
syariah hanya 93 orang saja. Indikator tabungan syariah berada
pada kategori sedang dengan angka sebesar 69%, yang artinya
dari setiap 100 pengelola koperasi pondok pesantren An-Nawawi
yang mengetahui tabungan syariah hanya 69 orang saja. Indikator
investasi syariah berada pada kategori sedang dengan angka
sebesar 57%, yang artinya dari setiap 100 pengelola koperasi
pondok pesantren An-Nawawi yang mengetahui investasi syariah
hanya 57 orang saja. Dan pada indikator asuransi syariah berada
pada kategori sedang dengan angka sebesar 74%, yang artinya
dari setiap 100 pengelola koperasi pondok pesantren An-Nawawi
yang mengetahui asuransi syariah hanya 74 orang saja. Indeks
literasi keuangan syariah dimensi kemampuan dengan indikator
manajemen keuangan syariah berada pada kategori sedang dengan
angka sebesar 83%, artinya dari 100 pengelola koperasi An-Nawawi
sebanyak 83 orang sudah mengakses manajemen keuangan syariah.
Pada indikator tabungan syariah berada pada kategori sedang
dengan angka sebesar 58%, artinya dari 100 pengelola koperasi
An-Nawawi sebanyak 58 orang sudah mengakses tabungan syariah.
Pada indikator investasi syariah berada pada kategori sedang dengan
angka sebesar 55%, artinya dari 100 pengelola koperasi An-Nawawi
sebanyak 55 orang sudah mengakses investasi syariah. Dan pada
indikator asuransi syariah berada pada kategori sedang dengan

126 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


angka sebesar 52%, artinya dari 100 pengelola koperasi An-Nawawi
sebanyak 52 orang sudah mengakses asuransi syariah.
2. Dalam penelitian Rina El Maza tahun 2017 yang berjudul “Literasi
Keuangan Masyarakat Kota Metro Terhadap Produk Investasi
pada Asuransi Syariah dan Deposito Syariah” dalam Jurnal Hukum
dan Ekonomi Syariah, Vol. 05, Nomor 1 diperoleh hasil penelitian
bahwa literasi keuangan masyarakat untuk pengelolaan keuangan
adalah sedang dengan persentase 72%, artinya dari 100 penduduk
Indonesia yang sudah mengetahui pengelolaan keuangan hanya 72
orang saja. Literasi keuangan masyarakat untuk asuransi syariah
juga berada pada posisi sedang dengan persentase 73%, artinya
dari 100 penduduk Indonesia yang mengetahui asuransi syariah
hanya 73 orang saja. Sedangkan untuk deposito syariah hanya 49%,
artinya dari 100 penduduk Indonesia yang mengetahui deposito
syariah hanya 49 orang saja, yaitu berada pada kategori rendah.
3. Dalam penelitian Atep Hendang Waluya dan Samsuri tahun 2018
yang berjudul “Persepsi Masyarakat tentang Hukum Syariah
Menabung di Bank dan Tingkat Literasi Keuangan Syariah”
dalam Al-Urban: Jurnal Ekonomi Syariah dan Filantropi Islam, Vol.
2, No. 2 diperoleh hasil penelitian bahwa persepsi masyarakat
Kota Tangerang tentang hukum menabung di bank konvensional
kebanyakan masyarakat mengatakan boleh. Tingkat literasi
keuangan syariah masyarakat Kota Tangerang masih rendah,
indikator yang paling rendah adalah keterampilan mereka dalam
menggunakan jasa keuangan syariah. Terdapat hubungan yang kuat
antara persepsi masyarakat Kota Tangerang tentang hukum syariah
menabung di bank dengan tingkat literasi keuangan syariah.
4. Dalam penelitian Anastasia Sri Mendari dan Fransiska Soejono
tahun 2018 yang berjudul “Literasi Keuangan Dosen-Dosen
Perguruan Tinggi di Palembang: Faktor Gender dan Usia” dalam
Benefit Jurnal Manajemen dan Bisnis, Volume 3, Nomor 1 diperoleh
hasil penelitian bahwa secara rata-rata basic literasi keuangan dosen-
dosen di Palembang termasuk dalam kategori moderat, sedangkan
rata-rata advanced financial literacy termasuk kategori rendah.
Adapun tingkat literasi keuangan atau financial literacy index secara
keseluruhan termasuk kategori rendah. Distribusi basic financial
literacy berdasarkan gender dan usia rata-rata dominan di kategori

Bab 8 | Pembelajaran Literasi Keuangan Syariah 127


tinggi, sebaliknya distribusi advanced financial literacy dominan pada
kategori rendah.
5. Dalam penelitian Fartati Nuryana tahun 2019 yang berjudul
“Literasi Keuangan Mahasiswa Jurusan Ekonomi dan Bisnis Islam
IAIN Madura Berdasarkan Demografi Sebagai Dasar Penguatan
Kompetensi Program Studi” dalam Nuansa Jurnal Penelitian Ilmu
Sosial dan Keagamaan Islam, Vol. 16, No. 1 diperoleh hasil penelitian
bahwa tingkat literasi mahasiswa tentang sistem ekonomi syariah
berada pada kategori tinggi yaitu sebesar 90,9%, artinya dari
100 mahasiswa Jurusan Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Madura
yang mengetahui ekonomi syariah ada 90 orang. Tingkat literasi
mahasiswa tentang perbankan syariah berada pada kategori yaitu
tinggi 75,4%, artinya dari 100 mahasiswa Jurusan Ekonomi dan
Bisnis Islam IAIN Madura yang mengetahui perbankan syariah
ada 75 orang. Tingkat literasi mahasiswa tentang asuransi syariah
masih belum terlalu memuaskan yaitu masih dalam kategori cukup
65%, artinya dari 100 mahasiswa Jurusan Ekonomi dan Bisnis Islam
IAIN Madura yang mengetahui asuransi syariah hanya 65 orang
saja. Tingkat literasi mahasiswa tentang pasar modal berada pada
kategori tinggi yaitu 80%, artinya dari 100 mahasiswa Jurusan
Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Madura yang mengetahui pasar
modal hanya 80 orang saja. Tingkat literasi mahasiswa tentang
pembiayaan syariah masih pada posisi 68% yaitu cukup. Tingkat
literasi mahasiswa tentang dana pensiun tergolong cukup yaitu
sebesar 70%. Dan tingkat literasi mahasiswa tentang zakat sebesar
69,6% berada pada kategori cukup, artinya dari 100 mahasiswa
Jurusan Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Madura yang mengetahui
tentang zakat hanya 69 orang saja.
6. Dalam penelitian Rizal Ma’ruf Amidy Siregar tahun 2018 yang
berjudul “Tingkat Literasi Keuangan Syariah Pedagang Pasar di
Kota Padang Sidempuan” dalam Jurnal Iqtisaduna, Volume 4 Nomor
2 diperoleh hasil penelitian bahwa pedagang yang paham mengenai
keuangan syariah lebih banyak daripada pedagang yang tidak
paham (non-literated). Pedagang yang paham (literated) keuangan
syariah berjumlah 44 orang (53,01%), sedangkan pedagang yang
tidak paham (non-literated) keuangan syariah berjumlah 39 orang
(46,99%).

128 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


7. Dalam penelitian Indra Kusuma Dewi dan Safaah Restuning
Hayati tahun 2018 yang berjudul “Strategi Bank Syariah dalam
Meningkatkan Literasi Keuangan Syariah pada Masyarakat (Studi
Kasus pada BPRS Madina Mandiri Sejahtera)” dalam Jurnal Ekonomi
Syariah Indonesia, Volume VIII, No. 2: 129-137 diperoleh hasil
penelitian bahwa tingkat literasi keuangan syariah pada masyarakat
yang telah mendapatkan program edukasi dari BPRS Madina
Mandiri Sejahtera sebesar 82,42% yaitu berada pada kategori tinggi,
artinya dari 100 masyarakat yang sudah mengetahui keuangan
syariah ada 82 orang.
8. Dalam penelitian Diana Djuwita dan Ayus Ahmad Yusuf tahun
2018 yang berjudul “Tingkat Literasi Keuangan Syariah di Kalangan
UMKM dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Usaha” dalam
Jurnal Al-Amwal, Volume 10, No. 1 diperoleh hasil penelitian bahwa
tingkat literasi keuangan syariah di kalangan pedagang sektor
nonformal di kawasan Masjid Raya At-Taqwa termasuk dalam
kategori less literate dengan hasil 2,04%, artinya dari 100 pedagang
sektor formal di Masjid Raya At-Taqwa yang mengetahui keuangan
syariah hanya 2 orang saja.
9. Dalam penelitian Titik Ulfatun, Umi Syafaatul Udhma, dan Rina
Sari Dewi tahun 2016 yang berjudul “Analysis on Financial Literacy
Level of the Students of 2012-2014 Classes of Economics Faculty
of Yogyakarta State University” dalam Jurnal Pelita, Volume XI,
Nomor 2 diperoleh hasil penelitian bahwa indeks literasi keuangan
mahasiswa pada Program Studi Akuntansi sebesar 59%, artinya
dari 100 mahasiswa Program Studi Akuntansi yang mengetahui
keuangan hanya 59 orang saja. Program Studi Pendidikan Ekonomi
sebesar 60%, artinya dari 100 mahasiswa Program Studi Pendidikan
Ekonomi yang mengetahui keuangan hanya 60 orang saja. Program
Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran sebesar 51%, artinya
dari 100 mahasiswa Program Studi Pendidikan Administrasi
Perkantoran yang mengetahui keuangan hanya 51 orang saja.
Dan Program Studi Manajemen sebesar 55%, artinya dari 100
mahasiswa Program Studi Manajemen yang mengetahui keuangan
hanya 55 orang saja. Rata-rata tingkat literasi keuangan mahasiswa
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta sebesar 57% atau
dapat dikatakan bahwa tingkat literasi keuangan masih rendah.

Bab 8 | Pembelajaran Literasi Keuangan Syariah 129


Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
yaitu penelitian ini meneliti terkait literasi keuangan syariah pada
mahasiswa dan perguruan tinggi dengan pendekatan hybrid learning.

C. Metodologi
Proses desain instruksional ADDIE (yaitu, Analisis, Desain,
Pengembangan, Implementasi, dan Evaluasi) adalah pendekatan umum
yang banyak digunakan dalam pengembangan kursus instruksional dan
program pelatihan (Gambar 8). Pendekatan ini membuat para pendidik
tahapan yang bermanfaat dan jelas untuk implementasi pengajaran yang
efektif. Terdiri dari lima fase, kerangka ADDIE digunakan dalam dua
cara pengembangan kursus desain instruksional untuk siswa tingkat
master. Pertama, kerangka ADDIE digunakan dalam perencanaan kursus
desain instruksional. Selanjutnya, kerangka kerja terbukti bermanfaat
sebagai perancah bagi siswa mengembangkan proyek multimedia
sebagai persyaratan puncak mereka untuk kursus. Menggunakan
model ADDIE selama kursus memberikan penekanan pada pembelajar
daripada pendekatan yang berpusat pada guru. Analisis peserta didik
menjadi aspek penting dalam desain kursus dan merupakan bagian
penting bagi peserta didik karena mereka merancang proyek multimedia
masing-masing. Kerangka kerja ADDIE menghidupkan kursus desain
dan proyek instruksional dengan menyediakan proses yang secara aktif
melibatkan pengembang dalam pemecahan masalah (Peterson, 2003).

Analysis

Design
Evaluation

Implementation Development

Gambar 8. Skema ADDIE

130 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


Model ADDIE terbagi ke dalam lima tahap: analysis, design,
development, implementation, dan evaluation. Ini merupakan strategi
perencanaan untuk desain kursus dan memungkinkan menyediakan
blueprint untuk desain tugas IL dan berbagai aktivitas instruksional
(Davis, 2013).
1. Analysis
Pada fase analisis, pertimbangan utama para desainer adalah
audiens target. Pertama, analisis kebutuhan dilakukan untuk
menentukan kebutuhan audiens dengan membedakan antara apa
yang sudah diketahui siswa dan apa yang perlu mereka ketahui pada
akhir kursus. Selama analisis kebutuhan, instruktur atau perancang
memeriksa standar dan kompetensi untuk membangun landasan
menentukan apa yang dibutuhkan siswa dengan menyelesaikan
kursus. Informasi mungkin juga tersedia dari evaluasi kursus
sebelumnya jika kursus sudah diajarkan. Selanjutnya, analisis tugas
juga diperlukan untuk mengidentifikasi konten instruksional atau
keterampilan khusus yang terkait dengan pekerjaan atau kursus.
Isi kursus atau program dapat dianalisis dengan bantuan teks saja,
silabus sampel, dan situs web kursus dengan fokus yang sama.
Dengan munculnya internet, banyak kursus yang mudah diakses
secara online dan dapat memberikan kerangka kerja atau template
yang bisa diterapkan untuk instruktur yang sedang mengembangkan
kursus atau mengajar kursus untuk pertama kalinya. Terakhir,
analisis instruksional dilakukan untuk menetapkan apa yang harus
dipelajari (Seels dan Glasgow, 1998).
2. Design
Proses desain terdiri dari beberapa aspek utama. Terutama desainer
sedang melakukan penelitian dan perencanaan di seluruh tahap ini.
Perencanaan meliputi identifikasi tujuan, menentukan bagaimana
tujuan akan dipenuhi, strategi pengajaran yang akan digunakan
untuk mencapai tujuan, dan media serta metode yang akan paling
efektif dalam penyampaian tujuan (Seels dan Glasgow, 1998). Selama
fase desain, perancang atau instruktur harus mempertimbangkan
informasi atau data dari fase analisis. Jika analisis menyeluruh tidak
dilakukan, instruktur atau perancang dapat menemukan bahwa
mereka mereplikasi upaya mereka selama tahap implementasi.
Perencanaan menyeluruh diperlukan dalam dua tahap pertama dan

Bab 8 | Pembelajaran Literasi Keuangan Syariah 131


akan meningkatkan kebutuhan untuk penelitian lebih lanjut atau
perencanaan nanti dalam program. Sisi lain selama proses desain
adalah penilaian. Sebagai komponen vital dari rencana pengajaran,
desainer menentukan bagaimana tujuan akan dinilai dan apa bentuk
penilaian yang akan digunakan sebelum implementasi. Tujuan dan
penilaian harus selaras dan bermakna. Tanner (2001) menekankan
bahwa penilaian harus melayani komponen lain dari rencana.
Tanner menggambarkan model Armstrong, Denton, dan Savage
(1978) sebagai “perkembangan logis yang konsisten dari kegiatan
perencanaan awal yang mendahului instruksi ke kegiatan penilaian
akhir, dengan penilaian terjalin secara menyeluruh” (Gambar 9).

Diagnosis

Objective 1 Strategy Selection

Assesment
Interaction w ith Leamers

Diagnosis

Strategy Selection
Objective 2

Assesment Interaction w ith Leamers



Gambar 9. Penilaian Sebagai Bagian dari Perencanaan dan
Implementasi Pembelajaran

Saat menyelaraskan tujuan dan sasaran dengan penilaian,


desainer merujuk ke fase analisis untuk data yang menyediakan
informasi yang diperlukan tentang karakteristik, pengetahuan
sebelumnya, dan kebutuhan peserta didik. Rincian ini dapat
membantu instruktur dan perancang dalam pemilihan metode
atau strategi penilaian yang tepat. Mengikuti langkah-langkah ini
sebagai panduan dalam mengembangkan dan memilih metode
penilaian dapat mengurangi kemungkinan penilaian terjadi demi

132 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


penilaian. Jika tujuan, sasaran, dan penilaian tidak selaras, peserta
didik mungkin menemukan diri mereka kehilangan minat dalam
kursus atau program lebih lanjut, memengaruhi persepsi kualitas
pengajaran. Pada akhirnya, ini dapat memengaruhi retensi jangka
panjang peserta dalam program. Desainer yang merujuk pada
temuan analisis dan dengan hati-hati memilih metode penilaian
yang mencakup berbagai teknik, mungkin menemukan bahwa
peserta didik lebih mungkin terlibat aktif dalam konten kursus.
Partisipasi siswa secara terbuka dan rahasia dapat berkontribusi
pada kepuasan mereka secara keseluruhan dan dapat menentukan
apakah siswa melanjutkan suatu program atau kursus (Murphy,
1999).
3. Development
Desainer sekarang harus merujuk pada hasil dari dua fase
sebelumnya dan membangun produk untuk pengiriman informasi
selama fase pengembangan. Tahap transisi ini mengubah peran
desainer dari penelitian dan perencanaan ke mode produksi.
Fase pengembangan menekankan tiga bidang: penyusunan,
produksi, dan evaluasi. Desainer pada tahap ini mengembangkan
atau memilih bahan dan media dan melakukan evaluasi formatif
(Seels dan Glasgow, 1998). Evaluasi selama tahap pengembangan
mengandung fokus yang berbeda dari format evaluasi aktual
yang terjadi selama tahap lima dari proses ADDIE. Meliputi
pendekatan formatif, evaluasi selama fase pengembangan menarik
perhatian pada produk dan standar kualitas produk. Desainer harus
menentukan apakah siswa atau audiens akan belajar dari produk
dan bagaimana hal itu dapat ditingkatkan sebelum implementasi.
4. Implementation
Dalam fase implementasi, desainer harus mengambil peran aktif
daripada peran pasif. Peran desainer atau instruktur semakin
kuat dengan munculnya fase ini. Agar produk dapat disampaikan
secara efektif, pengembang harus terus menganalisis, mendesain
ulang, dan meningkatkan produk. Ini bisa menjadi kontraproduktif
terhadap implementasi program jika produk atau kursus dibiarkan
berfungsi dalam keadaan alami. Tidak ada produk, kursus, atau
program dapat efektif tanpa melakukan evaluasi dan revisi yang
diperlukan sepanjang fase implementasi. Ketika peserta didik dan

Bab 8 | Pembelajaran Literasi Keuangan Syariah 133


instruktur adalah kontributor aktif dalam implementasi, modifikasi
dapat dilakukan secara instan ke kursus atau program untuk
memastikan efektivitas (Peterson, 2013).
5. Evaluation
Tahap evaluasi merupakan komponen penting dari proses ADDIE
dan bersifat multidimensi. Tahap evaluasi dapat terjadi selama
tahap pengembangan dalam bentuk evaluasi formatif, sepanjang
fase implementasi dengan bantuan siswa dan instruktur, dan pada
akhir pelaksanaan kursus atau program dalam bentuk evaluasi
sumatif untuk peningkatan pembelajaran. Selama fase evaluasi,
perancang harus menentukan apakah masalah telah dipecahkan
(relevan dengan program pelatihan), apakah tujuan telah terpenuhi,
dampak dari produk atau kursus, dan perubahan yang diperlukan
dalam penyampaian program di masa mendatang. Fase evaluasi
sering kali dapat diabaikan karena faktor waktu dan ekonomi,
namun ini merupakan praktik yang perlu. Tahap evaluasi harus
menjadi bagian integral dalam kelanjutan analisis dan implementasi
yang efektif dari program dan program masa depan (Peterson,
2013).

D. Hasil dan Analisis


1. Evaluasi Kursus
Formatif (Tabel 5) dan hasil evaluasi sumatif (Tabel 6) menunjukkan
umpan balik positif relatif terhadap kursus dan pengalaman siswa.
Hasilnya bisa menjadi indikasi bahwa penggunaan model ADDIE
berkontribusi pada kelancaran dan efektivitas kursus.

2. Pre-Test
1) Fungsi perbankan syariah adalah sebagai berikut: 1) menghimpun
dana masyarakat, 2) menyediakan jasa layanan masyarakat, 3)
mengurangi pengangguran, 4) meningkatkan stabilitas keamanan,
dan 5) menyalurkan dana masyarakat. Berdasarkan tujuan di atas
yang menunjang pelaksanaan pembangunan nasional adalah .…
2) Kegiatan investasi syariah yang dapat dilakukan antara lain: 1)
jual-beli mata uang asing, 2) saham dan obligasi, 3) Sertifikat Bank

134 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


Indonesia (SBI), 4) deposito berjangka, dan 5) sertifikat deposito.
Berdasarkan kegiatan investasi di atas yang dapat dilakukan di
sektor perbankan adalah .…
3) Merupakan salah satu mekanisme bentuk pengalihan risiko dari
tertanggung kepada pihak penanggung, dengan membayar sejumlah
premi. Jika terjadi suatu kerugian akibat dari ketidakpastian (risiko)
maka pihak penanggung akan memberikan ganti rugi. Pernyataan
tersebut merupakan pengertian dari .…
No. A B C
1. Asuransi sosial Asuransi kesehatan Asuransi pengangkutan
2. Asuransi jiwa murni Asuransi kecelakaan diri Asuransi kebakaran
3. Asuransi kecelakaan Asuransi jiwa dwiguna Asuransi jiwa berjangka

4) Berdasarkan matriks di atas yang termasuk asuransi jiwa syariah


....
5) Salah satu tujuan perbankan adalah sebagai penunjang pelaksanaan
pembangunan nasional. Fungsi utama perbankan nasional yaitu,
kecuali .…
6) Jenis usaha Bank Perkreditan Rakyat/Bank Pembiayaan Syariah
adalah kecuali .…
7) Sebagai alternatif sistem bunga dalam ekonomi konvensional,
ekonomi Islam menawarkan sistem bagi hasil (profit and loss sharing)
ketika pemilik modal (surplus spending unit) bekerja sama dengan
pengusaha (deficit spending unit) untuk melakukan kegiatan usaha.
Perbedaan bunga dengan bagi hasil yang tepat adalah pernyataan
berikut, kecuali .…
8) Perhatikan lima pernyataan berikut:
1) menyisihkan uang saku yang diperoleh secara harian atau
bulanan;
2) menjual barang dagangan di kelas pada saat pelajaran;
3) menyisihkan hadiah dari ulang tahun, lebaran, atau hasil
prestasi sekolah;
4) mengerjakan pekerjaan siapa pun yang penting halal; dan
5) bekerja membantu orangtua atau usaha berdagang sendiri
(jual-beli pulsa, jual-beli buku, jual-beli makanan/minuman,
atau bisnis online).

Bab 8 | Pembelajaran Literasi Keuangan Syariah 135


Berdasarkan pernyataan di atas cara mendapatkan uang adalah .…
No. Jenis Barang A No. Jenis Barang B
1. Keris dan benda pusaka lainnya 1. Barang elektronik
2. Perhiasan emas dan berlian 2. Pekarangan
3. Sawah 3. Mesin-mesin
4. Kendaraan 4. Peralatan rumah tangga

9) Jenis-jenis barang bergerak yang dapat diterima dan dapat dijadikan


jaminan di pegadaian antara lain adalah .…
10) Manfaat pembiayaan syariah adalah berikut, kecuali ....
11) Terdapat beberapa jenis bidang usaha pada perusahaan pembiayaan
syariah yaitu salah satunya adalah pembiayaan konsumen. Berikut
adalah beberapa jenis barang yang dibiayai, kecuali .…
12) Tanda bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Dengan
berinvestasi berarti kita turut menjadi pemilik dari suatu
perusahaan. Pernyataan tersebut merupakan definisi dari .…
13) Beberapa pengertian tentang pensiun yang tepat adalah .…

Evaluasi formatif diberikan selama minggu ke-4 kursus. Survei


mencakup kategori berikut: sangat baik, baik, biasa, kurang baik, dan
tidak baik (Tabel 5).

Tabel 5. Hasil Evaluasi Formatif: Improvisasi Kursus


Question Responses
1. Sejauh ini kursus berjalan Sangat Baik - 9
Baik - 15
Biasa - 0
Kurang Baik - 1
Tidak Baik - 0
2. Materi kursus ini Sangat Baik - 15
Baik - 9
Biasa - 0
Kurang Baik - 1
Tidak Baik - 0
3. Bantuan instruktur untuk belajar siswa Sangat Baik - 6
Baik - 16
Biasa - 2
Kurang Baik - 1
Tidak Baik - 0

136 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


Question Responses
4. Tingkat efektivitas format penyampaian Sangat Baik - 8
Baik - 15
Biasa - 1
Kurang Baik - 1
Tidak Baik - 0
5. Tingkat relevansi bacaan yang diwajibkan Sangat Baik - 9
(situs web, artikel, teks, dan lain-lain) Baik - 12
Biasa - 3
Kurang Baik - 1
Tidak Baik - 0
6. Tingkat kualitas umpan balik dari pengajar Sangat Baik - 9
Baik - 12
Biasa - 3
Kurang Baik - 1
Tidak Baik - 0
7. Dorongan yang diberikan kepada siswa Sangat Baik - 11
untuk mengekspresikan diri mereka Baik - 12
Biasa - 1
Kurang Baik - 2
Tidak Baik - 0
8. Tingkat ketersediaan bantuan tambahan Sangat Baik - 4
saat dibutuhkan Baik - 12
Biasa - 7
Kurang Baik - 2
Tidak Baik - 0
9. Kesempatan untuk mempraktikkan apa Sangat Baik - 4
yang telah dipelajari Baik - 16
Biasa - 4
Kurang Baik - 1
Tidak Baik - 0
10. Bobot tugas yang diberikan kepada siswa Sangat Baik - 5
Baik - 14
Biasa - 3
Kurang Baik - 3
Tidak Baik - 0
11. Peran instruktur sebagai moderator/ Sangat Baik - 9
fasilitator Baik - 11
Biasa - 4
Kurang Baik - 1
Tidak Baik - 0
12. Kejelasan silabus yang diberikan instruktur Sangat Baik - 13
Baik - 10
Biasa - 1
Kurang Baik - 1
Tidak Baik - 0

Bab 8 | Pembelajaran Literasi Keuangan Syariah 137


Question Responses
13. Kualitas website kursus Sangat Baik - 8
Baik - 12
Biasa - 4
Kurang Baik - 2
Tidak Baik - 0
14. Kualitas tautan yang disediakan pada Sangat Baik - 9
website kursus Baik - 10
Biasa - 4
Kurang Baik - 2
Tidak Baik - 0
15. Tingkat manfaat refleksi siswa Sangat Baik - 12
Baik - 11
Biasa - 1
Kurang Baik - 1
Tidak Baik - 0

Hasil pada Tabel 5 berkisar dari sangat baik hingga tidak baik
di semua kategori kecuali untuk pertanyaan 10, “bobot tugas yang
diberikan kepada siswa”. Dan pertanyaan 15, “tingkat manfaat refleksi
siswa”. Tanggapan untuk pertanyaan 10 dan 15 dapat dikaitkan dengan
lama kursus, yang terjadi selama periode empat belas minggu. Karena
sifat dipercepat dari kursus siswa diminta untuk menyelesaikan berbagai
tugas yang biasanya akan diperlukan dalam kursus 3-kredit yang
mencakup enam belas minggu. Oleh karena itu, responden mungkin
merasa beban kerja tidak masuk akal untuk kerangka waktu.
Menanggapi pertanyaan 15, “tingkat manfaat refleksi siswa”,
para siswa sering diminta untuk merefleksikan berbagai tugas dalam
sesi kelas dan memberikan umpan balik yang diposting ke situs web
kursus untuk pertimbangan lebih lanjut dalam pengembangan proyek
multimedia mereka. Refleksi termasuk posting yang relevan dengan
pertimbangan pelajar yang diperlukan dalam lingkungan berbasis web,
definisi desain pembelajaran, dan fitur situs web terbaik dan terburuk.
Posting-posting tersebut dimaksudkan sebagai referensi bagi siswa di
sepanjang pengembangan proyek mereka, namun mungkin setelah
posting dibuat, mahasiswa tidak lagi merujuk mereka. Oleh karena itu,
siswa tidak mengenali nilai refleksi mereka dalam kaitannya dengan
proses desain pembelajaran dan pengembangan proyek mereka.
Selain pertanyaan yang dijelaskan dalam Tabel 5, mahasiswa juga
ditanya beberapa pertanyaan respons terbuka yang relevan dengan

138 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


penawaran opsi penilaian, bantuan tambahan yang diperlukan, dan
saran untuk kursus. Ketika ditanya, “apa pendapat Anda mengenai
kursus ini?” Responden tertentu menunjukkan bahwa opsi penilaian
“sangat baik” karena “anggota kelas memiliki berbagai pengalaman,
latar belakang pendidikan, minat, dan kebutuhan”. Responden juga
menyebutkan bahwa “pandangan saya bahwa kursus ini sangat
membantu sekali dalam pembelajaran para siswa dan siswi, menambah
wawasan dasar tentang perekonomian Islam”. Ketika ditanya, “apa hal
lain yang Anda butuhkan agar kursus ini berhasil?” Seorang responden
mengindikasikan, “pemanfaatan teknologi informasi yg lebih baik
saya kira diperlukan agar dapat mengakses materi ini dengan lebih
mudah, selain itu perlu juga fitur tambahan seperti explainer agar
bisa lebih memahami apa yang ingin disampaikan oleh bab”. Seorang
responden menyarankan, “lebih ditingkatkan lagi materi-materi yang
akan dipaparkan dengan bantuan video atau lainnya”. Selain itu,
responden lain memberikan saran, “terus meningkatkan kualitas
bacaan dengan lebih kreatif agar dapat mengundang minat”. Lalu
saran lainnya, “intensitas umpan balik yang diberikan oleh instruktur
sebagai mediator/fasilitator lebih ditingkatkan”. Terakhir responden
menyarankan untuk mengevaluasi kekurangan dari segi materi dan
instruktur dalam memberikan dan menyampaikan materi dalam online
learning.

3. Evaluasi Sumatif
Hasil evaluasi sumatif disajikan pada Tabel 6. Peserta menjawab 30
pertanyaan yang relevan dengan efektivitas kursus. Responden meng­
gunakan skala tipe likert (1 = Sangat Setuju, 2 = Setuju, 3 = Netral/
Biasa, 4 = Tidak Setuju, 5 = Sangat Tidak Setuju) untuk mencatat
umpan balik mereka.
Dari Tabel 6 yang telah tersedia, terdapat kepuasan yang cukup
tinggi dari para responden dalam mengikuti kursus ini. Ini terlihat
dari respons yang cukup tinggi antara sangat setuju—setuju mengenai
kualitas pengajaran seperti, umpan balik yang diberikan oleh instruktur,
materi pembelajaran yang baik, hingga penyampaian instruktur yang
dapat dipahami oleh para peserta yakni mahasiswa. Namun, yang perlu
diperhatikan ada pada pemberian tugas yang mungkin dirasa berat oleh
sebagian mahasiswa, karena bobot tugas yang diberikan cukup berat

Bab 8 | Pembelajaran Literasi Keuangan Syariah 139


dan menantang sehingga para mahasiswa membutuhkan waktu untuk
mengerjakan tugas atau proyek tersebut.
Di akhir survei, mahasiswa juga diberikan kesempatan untuk
mengeluarkan opininya kembali mengenai kursus ini. Pertanyaan
tersebut adalah: “apa pandangan Anda mengenai kursus ini?”, “apa hal
lain yang Anda butuhkan agar kursus ini berhasil?”, “apa saran Anda
untuk perbaikan kursus ini?”, dan “apakah setelah mengikuti kursus
ini Anda mengalami perubahan dalam mengelola keuangan?” Pendapat
para responden adalah sebagai berikut:
“Kursus ini sangat membantu saya, di mana saya bisa mendapat
ilmu teori yang bisa dipraktikkan langsung.”
“Menurut saya kursus ini sangat membantu karena kita jadi bisa
memahami hal yang belum kita pahami.”
“Sebaiknya kursus ini dilakukan dengan pertemuan yang lebih
rutin lagi”
“Perlu adanya sosialisasi agar makin banyak orang yang mengetahui
adanya kursus yang sangat bermanfaat ini.”
“Diadakan game sesekali agar yang mengikuti kursus tidak merasa
jenuh.”
“Penjabaran yang lebih mendetail dalam praktik, seperti zakat,
wakaf, dan lain-lain.”
“Ya, saya lebih termotivasi dalam mengelola perencanaan keuangan
saya demi kehidupan pribadi dan keluarga yang lebih baik.”

4. Post-Test
1) Dalam perencanaan keuangan syariah, terdapat ketentuan yang
harus dipatuhi, yaitu ....
2) Berikut ini termasuk sasaran dan tujuan keuangan dalam
perencanaan keuangan syariah, kecuali ....
3) Berikut adalah manfaat dari melakukan perencanaan keuangan
syariah, kecuali ....
4) Berikut adalah pos-pos yang wajib ada dalam anggaran keuangan,
kecuali ....
5) Berikut adalah pilihan yang bisa dilakukan ketika pengeluaran lebih
besar daripada pendapatan, kecuali ....

140 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


6) Jika Anda ingin memiliki rumah pribadi, namun keuangan Anda
tidak mencukupi untuk membeli secara cash maka besaran cicilan
yang bisa Anda bayarkan setiap bulan ke Lembaga Keuangan Syariah
maksimal sebesar ....
7) Berikut adalah produk-produk keuangan syariah yang bisa
digunakan sebagai instrumen investasi syariah, kecuali ....
8) Berikut adalah aset yang bisa dijadikan instrumen investasi syariah,
kecuali ....
9) Berikut adalah manfaat berinvestasi syariah, kecuali ....
10) Berikut adalah jenis-jenis risiko yang perlu diantisipasi sejak dini,
kecuali ....
11) Perbedaan asuransi syariah dengan asuransi konvensional adalah
....
12) Berikut adalah program asuransi yang diselenggarakan oleh
pemerintah, kecuali ....
13) Berikut adalah jenis-jenis pajak yang wajib dibayarkan oleh
masyarakat, kecuali ....
14) Berikut adalah jenis-jenis zakat, kecuali ....
15) Berikut adalah manfaat dan hikmah membayar zakat, kecuali ....
16) Berikut hal-hal yang perlu dilakukan untuk mempersiapkan masa
pensiun, kecuali ....
17) Berikut adalah manfaat mempersiapkan harta warisan untuk anak
cucu, kecuali ....
18) Berikut adalah tiga amal manusia yang tidak akan berhenti
pahalanya meskipun ia telah meninggal dunia, kecuali ....

Tabel 6. Hasil Evaluasi Sumatif: Improvisasi Kursus


No. Question Responses
1. Dibandingkan dengan kursus lain, upaya yang Sangat Setuju - 1
harus saya lakukan dalam kursus ini sama Setuju - 15
dengan kursus lainnya Netral - 4
Tidak Setuju - 5
Sangat Tidak Setuju - 0
2. Jika saya membutuhkan bantuan di luar kelas, Sangat Setuju – 7
instruktur siap memberikan bantuan kepada Setuju - 11
saya Netral - 5
Tidak Setuju - 1
Sangat Tidak Setuju - 1

Bab 8 | Pembelajaran Literasi Keuangan Syariah 141


No. Question Responses
3. Tujuan kursus telah diungkapkan dengan jelas Sangat Setuju - 10
Setuju - 10
Netral - 4
Tidak Setuju - 0
Sangat Tidak Setuju - 1
4. Komputer, perangkat lunak, dan teknologi Sangat Setuju - 6
lainnya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan Setuju - 11
tugas dalam kursus ini sudah memadai, Netral - 6
terorganisir, dan tersedia Tidak Setuju - 1
Sangat Tidak Setuju - 1
5. Instruktur menunjukkan komitmen personal Sangat Setuju - 8
yang tinggi sesuai kompetensi profesinya Setuju - 12
Netral - 4
Tidak Setuju - 0
Sangat Tidak Setuju - 1
6. Selama jangka kursus saya selalu antusias Sangat Setuju - 2
menghadiri kelas ini Setuju - 14
Netral - 7
Tidak Setuju - 2
Sangat Tidak Setuju - 0
7. Instruktur memberikan umpan balik yang Sangat Setuju - 3
berguna untuk kemajuan siswa (mengidentifikasi Setuju - 17
kekuatan dan kelemahan) Netral - 3
Tidak Setuju - 1
Sangat Tidak Setuju - 1
8. Dalam kursus ini saya belajar banyak Sangat Setuju - 9
Setuju - 12
Netral - 3
Tidak Setuju - 0
Sangat Tidak Setuju - 1
9. Pemaparan instruktur jelas dan terdengar Sangat Setuju - 6
dengan baik Setuju - 12
Netral - 5
Tidak Setuju - 0
Sangat Tidak Setuju - 2
10. Isi tugas membantu saya memahami tema-tema Sangat Setuju - 5
kursus dengan baik Setuju - 13
Netral - 5
Tidak Setuju - 2
Sangat Tidak Setuju - 0
11. Persyaratan kursus (proyek, makalah, ujian, dan Sangat Setuju - 3
lain-lain) dijelaskan secara memadai Setuju - 13
Netral - 7
Tidak Setuju - 1
Sangat Tidak Setuju - 1

142 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


No. Question Responses
12. Pemaparan instruktur atau pertanyaan diskusi Sangat Setuju - 10
sering kali mendorong saya untuk berpikir secara Setuju - 10
mendalam tentang subjek ini Netral - 3
Tidak Setuju - 2
Sangat Tidak Setuju - 0
13. Instruktur memiliki sarana yang memadai untuk Sangat Setuju - 3
mengevaluasi pembelajaran saya Setuju - 16
Netral - 4
Tidak Setuju - 0
Sangat Tidak Setuju - 2
14. Metode ini digunakan untuk mengevaluasi Sangat Setuju - 6
tugas-tugas saya cukup rasional/masuk akal Setuju - 14
Netral - 4
Tidak Setuju - 1
Sangat Tidak Setuju - 0
15. Tugas luar kelas bersifat menantang Sangat Setuju - 9
Setuju - 8
Netral - 7
Tidak Setuju - 1
Sangat Tidak Setuju - 0
16. Instruktur memberikan kesempatan kepada saya Sangat Setuju - 7
untuk bertanya Setuju - 11
Netral - 6
Tidak Setuju - 1
Sangat Tidak Setuju - 0
17. Instruktur mengawasi dan membantu siswa Sangat Setuju – 6
untuk memperoleh pengalaman baru tanpa Setuju - 12
mengambil alih Netral - 6
Tidak Setuju - 0
Sangat Tidak Setuju - 1
18. Instruktur mengajar materi atau keterampilan Sangat Setuju - 8
kursus dengan jelas Setuju - 12
Netral - 3
Tidak Setuju - 0
Sangat Tidak Setuju - 2
19. Instruktur menghubungkan praktik dengan teori Sangat Setuju - 7
yang mendasarinya Setuju - 12
Netral - 4
Tidak Setuju - 0
Sangat Tidak Setuju - 2
20. Secara keseluruhan, saya menilai instruktur Sangat Setuju - 10
kursus ini adalah guru yang baik Setuju - 10
Netral - 3
Tidak Setuju - 1
Sangat Tidak Setuju - 1

Bab 8 | Pembelajaran Literasi Keuangan Syariah 143


No. Question Responses
21. Buku teks membantu saya untuk memahami Sangat Setuju - 7
subjek dengan baik Setuju - 12
Netral - 5
Tidak Setuju - 0
Sangat Tidak Setuju - 1
22. Pertanyaan ujian atau tugas dijelaskan dengan Sangat Setuju - 4
baik Setuju - 16
Netral - 4
Tidak Setuju - 0
Sangat Tidak Setuju - 1
23. Pertanyaan ujian atau tugas dijelaskan dengan Sangat Setuju - 12
baik Setuju - 8
Netral - 3
Tidak Setuju - 0
Sangat Tidak Setuju - 2
24. Pengalaman lapangan memenuhi kebutuhan Sangat Setuju - 8
belajar saya Setuju - 12
Netral - 3
Tidak Setuju - 1
Sangat Tidak Setuju - 1
25. Instruktur menjelaskan teknik tugas lapangan Sangat Setuju - 6
dengan jelas Setuju - 12
Netral - 6
Tidak Setuju - 0
Sangat Tidak Setuju - 1
26. Modul, Power Point presentasi, dan video Sangat Setuju - 4
membantu pemahaman saya terhadap tema Setuju - 17
kursus ini Netral - 2
Tidak Setuju - 1
Sangat Tidak Setuju - 1
27. Instruktur menyiapkan materi dengan baik Sangat Setuju - 8
Setuju - 12
Netral - 4
Tidak Setuju - 0
Sangat Tidak Setuju - 1
28. Instruktur sangat peduli dengan proses dan Sangat Setuju - 5
kemajuan pembelajaran saya Setuju - 15
Netral - 3
Tidak Setuju - 2
Sangat Tidak Setuju - 0
29. Kursus ini disiapkan dengan matang Sangat Setuju - 9
Setuju - 12
Netral - 3
Tidak Setuju - 1
Sangat Tidak Setuju - 1

144 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


No. Question Responses
30. Tujuan kursus telah tercapai Sangat Setuju - 8
Setuju - 13
Netral - 3
Tidak Setuju - 1
Sangat Tidak Setuju - 14,5

5. Hasil Perhitungan Data Penelitian

Tabel 7. Hasil Pre-Test dan Post-Test: Evaluasi Kursus


No. Modul Pre-Test Post-Test
1. Pengantar Perencanaan Keuangan 35/100 72/450
Syariah (35%) (98%)
2. Pengelolaan Keuangan Syariah: Aliran 29/75 54/450
Kas, Manajemen Utang, dan Dana (38%) (72%)
Darurat
3. Perencanaan Investasi Syariah 3/25 61/450
(12%) (81,33%)
4. Pengelolaan Risiko dan Perencanaan 21/75 69/450
Asuransi Syariah (28%) (92%)
5. Perencanaan Zakat dan Pajak 18/25 64/450
(72%) (85,33%)
6. Perencanaan Pensiun, Waris, dan Wakaf 2/25 70/450
(8%) (93,33%)
Total 128/325 390/450
Persentase 39,38% 86,67%

Bab 8 | Pembelajaran Literasi Keuangan Syariah 145


Untuk mengetahui perubahan yang terjadi setelah dilakukannya
proses kursus, kita perlu melakukan langkah mengalkulasikan seluruh
data yang didapat dan membandingkannya antara sebelum dan sesudah
penelitian ini dilakukan. Melalui pre-test dan post-test, hasil yang didapat
menjadi acuan bagi kita menilai apakah kursus ini berhasil dilaksanakan
untuk mencapai tujuan.
Terdapat 13 pertanyaan dalam pre-test sesuai dengan kategori bab
yang ada berbanding dengan 18 pertanyaan post-test dengan bab yang
sama. Dari Tabel 7, kita mengetahui bahwa terdapat perubahan yang
signifikan antara pre-test dan post-test. Di mana hasil persentase yang
didapatkan untuk pre-test sebesar 39,38% dan persentase post-test sebesar
86,67%. Untuk mendapatkan hasil tersebut ialah dengan membagikan
jumlah jawaban soal yang benar dengan total soal per bab (untuk total
skor, total skor dibagikan dengan total soal dan dipresentasikan), lalu
dipresentasikan hasil tersebut sehingga terbentuklah angka-angka
seperti yang ada pada Tabel 7.
Dari Tabel 7 kita juga dapat melihat terdapat tiga bab yang
mengalami perkembangan beragam. Pertama, bab yang mengalami
peningkatan cukup signifikan pada “Perencanaan Zakat dan Pajak”
dengan kenaikan 13,33%. Namun, dengan catatan bahwa tingkat
pemahaman mahasiswa mengenai materi ini sudah cukup baik
dengan persentase pre-test sebesar 72%. Kedua, bab yang mengalami
peningkatan signifikan pada “Pengelolaan Keuangan Syariah: Aliran Kas,
Manajemen Utang, dan Dana Darurat” di mana mengalami peningkatan
sebesar 34%. Dan ketiga, bab yang mengalami peningkatan yang
sangat signifikan, yaitu “Pengantar Perencanaan Keuangan Syariah”,
“Perencanaan Investasi Syariah”, “Pengelolaan Risiko dan Perencanaan
Asuransi Syariah”, dan “Perencanaan Pensiun, Waris, dan Wakaf” di
mana mengalami peningkatan persentase di atas 50%. Terlihat bahwa
peningkatan persentase tersebut mengindikasikan keberhasilan dari
metode pengajaran yang diberikan serta efektivitas pemaparan yang
dilakukan oleh instruktur. Materi-materi yang disusun tersebut berhasil
menunjang literasi para mahasiswa dalam memahami mengenai
keuangan syariah secara lebih komprehensif dan dapat membuat model
perencanaan keuangan secara lebih baik.

146 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


Pembuktian mengenai efektivitas pembelajaran mengenai literasi
dan inklusi keuangan syariah ini dapat dilihat dari hasil pre-test dan
post-test yang telah dilakukan. Pada pre-test dan post-test kita dapat
melihat satu indikator penting yang merefleksikan tingkat literasi
mahasiswa dalam memahami keuangan syariah. Indikator tersebut
ialah gaya hidup responden. Pada pre-test gaya hidup mahasiswa ialah
sebagai berikut: 30,3% hemat dan sederhana 36,4% pengeluaran
disesuaikan dengan status ekonomi sosial, 3% besar pasak daripada
tiang, dan memprioritaskan investasi dan tabungan, serta berusaha
mencari penghasilan sampingan. Sedangkan pada post-test ialah sebagai
berikut: 36% hemat dan sederhana, 24% pengeluaran disesuaikan
dengan status sosial ekonomi, dan 40% memprioritaskan investasi
dan tabungan, serta berusaha mencari penghasilan sampingan.
Dari hasil tersebut kita dapat melihat terdapat perubahan pola
gaya hidup responden. Pada awalnya investasi dan tabungan tidak
terlalu menjadi prioritas responden, namun setelah melalui proses
pembelajaran selama 14 pertemuan memiliki dampak pada pola gaya
hidup mahasiswa. Mereka menjadi lebih memperhatikan investasi dan
menabung serta mengelola keuangan mereka sesuai dengan pendapat
yang responden miliki.

6. Hasil Uji T-Test

Tabel 8. Paired Samples Statistics


Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Pre-test 4.0520 25 1.33076 .26615
Post-test 8.6600 25 1.00333 .20067

Tabel 9. Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.
Pair 1 Pre-test & Post-test 25 .277 .181

Bab 8 | Pembelajaran Literasi Keuangan Syariah 147


Tabel 10. Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence Sig.
Std. Interval of the t df (2-
Std.
Mean Error Difference tailed)
Deviation
Mean
Lower Upper
Pair Pre-
1 test
& -4.60800 1.42797 .28559 -5.19744 -4.01856 -16.135 24 .000
Post-
test

Pada Tabel 8 terdapat perbedaan mean yang dihasilkan antara


pre-test dengan post-test. Di mana hasil pre-test memiliki mean 4.0520
dengan post-test sebesar 8.6600. Terdapat peningkatan nilai rata-rata
dari responden antara sebelum dan sesudah melakukan studi mengenai
literasi dan inklusi perencanaan keuangan syariah.
Sedangkan pada Tabel 9, sebuah representasi mengenai adanya
hubungan antara pre-test dengan post-test. Pada tabel tersebut memiliki
nilai signifikansi sebesar 0.181. Nilai signifikansi lebih besar daripada
alfa (sig. > α), yang artinya tidak terdapat hubungan signifikan antara
pre-test dan post-test.
Dan pada Tabel 10, sebuah tabel yang merepresentasikan adanya
perbedaan hasil belajar antara pre-test dengan post-test. Pada tabel
tersebut memiliki nilai signifikansi sebesar 0.000. Nilai signifikansi
lebih kecil daripada alfa (sig. < α), yang artinya terdapat perbedaan
signifikan antara pre-test dengan post-test.
Hal ini membuktikan bahwa dengan metode pembelajaran yang
dilakukan, baik secara langsung maupun online learning melalui Google
Classroom, memiliki dampak terhadap literasi keuangan syariah.
Dengan berbagai masukan dari para mahasiswa dalam evaluasi
formatif maupun sumatif, hasil persentase ini dapat meningkat karena
akan menyempurnakan metode pembelajaran yang semakin baik
dan dibutuhkan oleh para mahasiswa maupun masyarakat. Dengan
meningkatnya literasi mahasiswa terhadap keuangan syariah maka
dalam jangka panjang akan meningkatkan tingkat inklusi keuangan
syariah.

148 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan di Bab 8 ini
membahas terkait studi kasus pembelajaran literasi keuangan di FEB
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam studi kasus ini dilakukan
penelitian dengan sistem blended learning yang memadukan antara
belajar tatap muka dengan online learning, pembelajaran yang dilakukan
dapat meningkatkan tingkat literasi mengenai perencanaan keuangan
syariah. Proses pembelajaran serta penelitian ini menggunakan metode
ADDIE untuk menyempurnakan sistem pembelajaran bagi mahasiswa
agar mengetahui kebutuhan mereka mengenai cara mengajar yang
dibutuhkan. Dari hasil evaluasi formatif dan sumatif, responden
memberikan berbagai masukan mengenai sistem belajar yang seharusnya
dilakukan. Dari penelitian ini dengan metode pembelajaran blended
learning serta penyempurnaan dengan ADDIE dapat meningkatkan
literasi mahasiswa yang semula dalam pre-test sebesar 39,38% setelah
dilakukan proses pembelajaran tingkat literasi mahasiswa meningkat
signifikan sebesar 86,67%.

Bab 8 | Pembelajaran Literasi Keuangan Syariah 149


[Halaman ini sengaja dikosongkan]
9
KESIMPULAN DAN SARAN

Literasi bukan hanya kemampuan untuk membaca dan menulis,


namun menambah pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang
dapat membuat seseorang memiliki kemampuan berpikir kritis, mampu
memecahkan masalah dalam berbagai konteks, mampu berkomunikasi
secara efektif dan mampu mengembangkan potensi dan berpartisipasi
aktif dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan literasi keuangan
syariah diartikan sebagai melek keuangan syariah yaitu mengetahui
secara gamblang produk dan jasa keuangan syariah, serta dapat
membedakan antara bank konvensional dan bank syariah serta dapat
memengaruhi sikap seseorang dalam mengambil keputusan ekonomi
sesuai dengan syariah.
Berdasarkan The Islamic Finance Development Report 2020, industri
keuangan Islam global tumbuh dari tahun ke tahun sebesar 14% menjadi
USD2,8 triliun dalam aset pada 2019 atau oleh pertumbuhan Compound
Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 5,21% dari 2012. Berdasarkan data
Economy Report pada tahun 2020/2021 perkembangan ekonomi syariah
global Indonesia berada di peringkat ke-4 dunia. Secara keseluruhan
posisi Indonesia di semua kategori masuk dalam peringkat 10 teratas.
Namun, di sektor keuangan syariah Indonesia masih menghadapi

Bab 9 | Kesimpulan dan Saran 151


kendala. Hingga akhir tahun 2020, market share keuangan syariah di
Indonesia baru mencapai 9,95%. Hasil survei yang dilakukan oleh OJK
menunjukkan indeks literasi keuangan syariah baru mencapai 8,93%,
sementara indeks literasi keuangan konvensional mencapai 37,72%.
Hal ini membuktikan perlu peningkatan kualitas dan keterjangkauan
pendidikan dan promosi literasi di bidang ekonomi dan keuangan
syariah di Indonesia. Indonesia memiliki potensi keuangan syariah yang
besar, hanya saja hal tersebut tidak diimbangi dengan tingkat literasi
dan inklusi yang baik sehingga kontribusi keuangan syariah terhadap
perekonomian nasional relatif kecil. Dalam Islam, literasi keuangan
berbasiskan konsep maqasid syariah yang memiliki tingkatan prioritas
kebutuhan dharuriyyat, hajiyyat, dan tahsiniyyat yang kesemuanya
bertujuan untuk melindungi agama, jiwa, pikiran, keluarga, dan harta.
Jika kita memiliki tingkat literasi keuangan syariah yang baik
membuat kita mampu untuk melakukan perencanaan keuangan syariah.
Perencanaan keuangan adalah seni pengelolaan keuangan yang dilakukan
oleh individu atau keluarga untuk mencapai tujuan yang efektif, efisien
dan bermanfaat. Sedangkan perencanaan keuangan syariah adalah
proses perencanaan suatu kehidupan yang lebih baik dengan melakukan
perencanaan, pemilihan serta pengelolaan kekayaan dan keuangan
dalam kehidupan untuk mencapai tujuan di dunia maupun akhirat.
Perencanaan keuangan syariah ini terdiri dari perencanaan keuangan
aliran kas, manajemen utang, dana darurat, asuransi syariah, dana
pensiun, waris dan wakaf.
Berdasarkan studi kasus pembelajaran literasi keuangan syariah
di FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan sistem blended learning
yang memadukan antara belajar tatap muka dengan online learning,
pembelajaran yang dilakukan dapat meningkatkan tingkat literasi
mengenai perencanaan keuangan syariah. Proses pembelajaran serta
penelitian ini menggunakan metode ADDIE untuk menyempurnakan
sistem pembelajaran bagi mahasiswa agar mengetahui kebutuhan
mereka mengenai cara mengajar yang dibutuhkan. Terlihat dari
evaluasi formatif dan sumatif, responden memberikan berbagai
masukan mengenai sistem belajar yang seharusnya dilakukan. Hal ini
membantu instruktur untuk memperbaiki sistem pembelajarannya
agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Kita juga dapat melihat
bahwa dari penelitian ini dengan metode pembelajaran blended learning

152 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


serta penyempurnaannya dengan ADDIE dapat meningkatkan tingkat
literasi mahasiswa yang semula dalam pre-test sebesar 39,38%. Setelah
dilakukan proses pembelajaran tingkat literasi mahasiswa meningkat
signifikan sebesar 86,67%. Dengan penerapan model ADDIE secara
berkelanjutan maka akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi
instruktur dalam membuat model pengajaran dan penyampaian
sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan dapat
mencapai tujuan yang diinginkan.

Bab 9 | Kesimpulan dan Saran 153


[Halaman ini sengaja dikosongkan]
DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Jurnal


Aibak, K. 2015. “Zakat dalam Perspektif Maqashid al-Syariah”.
Ahkam: Jurnal Hukum Islam, 3(2). https://doi.org/10.21274/
AHKAM.2015.3.2.199-218.
Ahmad, Ziauddin. 1994. “Islamic Banking: State of the Art”. Dalam
The Political Economy of the Middle East. Diedit oleh Tim Niblock
dan Rodeny Wilson. Cheltenham: Edward Elgar Publishing.
Ahmed, H. dan H. Salleh. 2016. “Inclusive Islamic Financial Planning:
A Conceptual Framework”. International Journal of Islamic and
Middle Eastern Finance and Management.
Anschutz, Carl. 2007. Global Aspects of Financial Planning. FPSB’s
Education Advisory, Panel.
Badan Pusat Statistik. 2016. Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan.
Jakarta: BPS.
. 2019. Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan. Jakarta:
BPS.
Bappenas. 2016. Masterplan Arsitektur Keuangan Syariah Indonesia.
Jakarta: Bappenas.

Daftar Pustaka 155


. 2019. Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia. Jakarta:
Bappenas.
Coben, Dawes dan Lee. 2005. Financial Literacy Education and Skills
for Life. National Research and Development Centre for Adult
Literacy and Numeracy.
Davis. 2013. “Using Instructional Design Principles to Develop
Effective Information Literacy Instruction: The ADDIE Model”.
College & Research Libraries News, Vol. 74, No. 4.
Dewi, Indra K. dan Safaah R. Hayati. 2018. “Strategi Bank Syariah
dalam Meningkatkan Literasi Keuangan Syariah pada Masyarakat
(Studi Kasus pada BPRS Madina Mandiri Sejahtera)”. Jurnal
Ekonomi Syariah Indonesia, Vol. 8, No. 2.
Dinar Standard. 2020. The Global Islamic Economy Report 2020/2021.
Djuwita, Diana dan Ayus Ahmad Yusuf. 2018. “Tingkat Literasi
Keuangan Syariah di Kalangan UMKM dan Dampaknya Terhadap
Perkembangan Usaha”. Cirebon: Al-Amwal Jurnal Kajian Ekonomi
dan Perbankan Syariah, Vol. 10, No. 1.
Ghozie, Prita Hapsari. 2014. Make it Happen (Buku Pintar Rencana
Keuangan untuk Mewujudkan Mimpi). Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Gustafon, Kent L. dan Robert M. Branch. 2002. What is Instructional
Design?. Athens: University of Georgia.
Henley, William. 2019. “Soal Literasi dan Inklusi Keuangan”. republik.
co.id. Diakses dari https://www.republika.co.id/berita/kolom/
wacana/18/07/22/pc9sl2396-soal-literasi-dan-inklusi-keuangan.
Alfian, I.A. Ian, E.P. Sari, dan T. Yuedrika. 2017. “Maqashid Syariah
dalam Penerapan Pajak Kharaj pada Masa Umar bin Khattab ra”.
J-EBIS (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam), 4(2), 100–113. https://
doi.org/10.32505/V4I1.1235.
ICD-REFINITIV. 2020. Islamic Finance Development Report 2020.
Indonesia Stock Exchange. Tanpa Tahun. Sekolah Pasar Modal Level
1–Bursa Efek Indonesia. Jakarta: IDX.
Iqbal, M. dkk. 2020. “Mastering Prospects of Reksadana Syariah on
Maqashid Shariah Perspective”. I-Economic: A Research Journal on
Islamic Economics, Vol. 6, No. 2.

156 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


Iqbal, Muhammad. 2020. “Maqasid Syariah dan Dana Pensiun Syariah”.
IJIBE: Indonesian Journal of Islamic Business and Economics, Vol. 01, No.
01.
Irwan, M. dan K. Kunci. 2021. “Kebutuhan dan Pengelolaan Harta dalam
Maqashid Syariah”. Elastisitas - Jurnal Ekonomi Pembangunan, 3(2),
160–174. https://doi.org/10.29303/E-JEP.V3I2.47.
Kahn, M.A. 1968. “Theory of Employment in Islam”. Dalam Islamic
Literature, Karachi, 14 (4).
Kementerian Agama Republik Indonesia. 2013. Panduan Zakat Praktis.
Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Zakat.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2013. Lebih Dekat dengan
Pajak. Jakarta: Direktorat Jenderal Pajak.
Khan, F. 2010. “How Islamic is Islamic Banking?”. Journal of Economic
Behavior and Organization, Vol. 76, No. 3.
Khan, M. Fahim. 1995. Essays in Islamic Economics. Leicester: The
Islamic Foundation.
Komite Nasional Keuangan Syariah. 2019. Strategi Nasional
Pengembangan Materi Edukasi untuk Peningkatan Literasi Ekonomi dan
Keuangan Syariah di Indonesia. Jakarta: Komite Nasional Keuangan
Syariah Direktorat Pendidikan dan Riset Keuangan Syariah.
Kuran, Timur. 1995. “Islamic Economic and the Islamic Subeconomy”.
Dalam The Political Economy of the Middle East. Diedit oleh Tim Niblock
dan Rodeny Wilson. Cheltenham: Edward Elgar Publishing.
Lahsasna, A. 2013. Maqasid al-Shari'ah in Islamic Finance.
Lestari, S. dan H. Mukaromah. 2018. “Literasi Keuangan Syariah
Pengelola Koperasi Pondok Pesantren An-Nawawi Kec. Gebang,
Kab Purworejo”. An-Nawa: Jurnal Studi Islam, Vol. 1, No. 1.
Lewis, Mervyn K. dan Latifa M. Algoud. 2001. Islamic Banking.
Cheltenham: Edward Elgar Publishing.
Mahkamah Agung. 2011. Himpunan Peraturan Perundang-undangan yang
Berkaitan dengan Kompilasi Hukum Islam dengan Pengertian dalam
Pembahasannya. Jakarta: Mahkamah Agung RI.
Maza, Rina El. 2017. “Literasi Keuangan Masyarakat Kota Metro
Terhadap Produk Investasi Pada Asuransi Syariah dan Deposito
Syari’ah”. Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 5, No. 1.

Daftar Pustaka 157


Mendari, A.S dan Fransiska Soejono. 2018. “Hubungan Tingkat
Literasi dan Perencanaan Keuangan”. Modus Journals, Vol. 31,
No. 2.
Muhaimin, Iqbal. 2008. Dinar Solution (Dinar Solusi). Jakarta: Gema
Insani.
Nurfalah, Irfan dan Aam Slamet Rusydiana. 2019. “Digitalisasi
Keuangan Syariah Menuju Keuangan Inklusif: Kerangka Maqashid
Syariah”. Ekspansi: Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan
Akuntansi, Vol. 11, No. 1.
Nuryana, Fatati. 2019. “Literasi Keuangan Mahasiswa Jurusan
Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Madura Berdasarkan Demografi
Sebagai Dasar Penguatan Kompetensi Program Studi”. Nuansa:
Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan Keagamaan Islam, Vol. 16, No. 1.
Otoritas Jasa Keuangan. 2016. “Revisit Strategi Nasional Literasi
Keuangan Indonesia”. Brosur/OJK/2016. Bidang Edukasi dan
Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan, Jakarta.
. 2016. Roadmap Keuangan Syariah Indonesia. Jakarta: OJK.
. 2016. Seri Literasi Keuangan Segmen Pensiun Hidup Sejahtera
Saat Pensiun. Jakarta: OJK.
. 2017. “Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia
(Revisit 2017)”. Brosur/OJK/2017. Bidang Edukasi dan
Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan, Jakarta.
. 2017. Modul Pasar Modal Syariah. Jakarta: OJK.
. 2019. Literasi Keuangan. Jakarta: OJK.
. 2021. Market Update Pasar Modal Syariah Indonesia Periode
Januari-Juni 2021. Jakarta: OJK.
Peterson, Christine. 2003. “Bringing ADDIE to Life: Instructional
Design at Its Best”. Journal of Educational Multimedia and Hypermedia,
Vol. 12, No. 3.
Reuters, Thomson. 2018. “Islamic Finance Development Report”.
Diakses dari http://bit.ly/IFDatabase, pada 22 Agustus 2019.
Riza, M. 2017. “Maqashid Syariah dalam Penerapan Pajak Kharaj
pada Masa Umar bin Khattab ra”. J-EBIS (Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Islam), 2(2). https://doi.org/10.32505/v4i1.1235.

158 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


Sa’adah, Sri Lum’atus. 2015. “Maqashid al-Syari’ah dalam Hukum
Kewarisan Islam”. Al-Ahwal, Vol. 7, No. 1.
Setyawati, I. dan Sugeng Suroso. 2016. “Sharia Financial Literacy
and Effect on Social Economic Factors (Survey on Lecturer In
Indonesia)”. International Journal of Scientific & Technology Research,
Vol. 5, No. 2.
Setyowati, Harmadi dan Sunarjanto. 2018. “Islamic Financial Literacy
and Personal Financial Planning: A Socio-Demographic Study”.
Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 22, No. 1.
Siregar, Rizal. 2018. “Tingkat Literasi Keuangan Syariah Pedagang
Pasar di Kota Padangsidimpuan”. Jurnal Iqtisaduna, Vol. 4, No. 2.
Suryani dan Isra Yunal. 2016. “Wakaf Produktif (Cash Waqf) dalam
Perspektif Hukum Islam dan Maqashid al-Shariah”. Walisongo:
Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol. 24, No. 1.
Tabrani. 2020. Tingkat Literasi Perbankan Syariah Nasabah Pembiayaan
Bank Syariah di Kabupaten Aceh Tamiang Provinsi Aceh. Jakarta:
Magister Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tamanni, Luqyan dan Murniati Mukhlisin. 2013. Sakinah Finance,
Solusi Mudah Mengatur Keuangan Keluarga Islami. Cetakan Pertama.
Solo: Tinta Medina.
Thomson Reuters. 2018. State of the Global Islamic Economy Report
2018/19. Dubai: Dubai International Financial Centre.
Ulfatun, T., U.S. Udhma, dan R.S. Dewi. 2016. “Analisis Tingkat
Literasi Keuangan Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Yogyakarta Tahun Angkatan 2012-2014”. PELITA, Vol.
XI, 1–13.
Waluya, A.H. dan Samsuri. 2018. Hubungan Persepsi Masyarakat Kota
Serang tentang Hukum Syariah Menabung di Bank dengan Tingkat
Literasi Keuangan Syariah. Bogor: FAI UIKA Bogor.
Wang, Shiang-Kwei dan Hui Yin Hsu. 2009. “Using the ADDIE Model
to Design Second Life Activities for Online Learners”. Tech Trends,
Vol. 53, No. 6.

Daftar Pustaka 159


Website
al-Ayubi, Salahuddin. 2014. “Maqashid syariah pada Sistem Wakaf ”.
Diakses dari https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/
wakaf/14/05/07/n57bjw-maqashid-syariah-pada-sistem-
wakaf-2, pada 14 September 2021.
Bursaku.id. 27 November 2020. “Rasio Kesehatan Keuangan Pribadi”.
Diakses dari https://www.bursaku.id/news/rasio-kesehatan-
keuangan-pribadi, pada 22 November 2021.
CNN Indonesia. “Hanya 12,6 Persen Masyarakat Indonesia Punya
Rencana Keuangan”. Diakses dari https://www.cnnIndonesia.
com/ekonomi/20171020194504-78-249871/hanya-126-persen-
masyarakat-Indonesia-punya-rencana-keuangan, pada 14 Juli
2019.
Dasar-Dasar Perencanaan Keuangan Syariah (Muhamad Ichsan, CFP).
Dukcapil, 2021.
Fisk, P. 2017. “Education 4.0 … the Future of Learning Will Be
Dramatically Different, in School and Throughout Life”. Diakses
dari https://www.thegeniusworks.com/2017/01/future-
education-young-everyone-taught-together/, pada 30 Januari
2019.
Gozali, Ahmad. “Memilih Investasi Sesuai Usia”. Dikutip dari Aidil
Akbar. “Seputar Perencanaan Keuangan Syariah”. Finance Detik.
com.
Herdianto, D. Oktober 2019. “Konsep Dasar Maghrib (Maysir, Riba
dan Gharar)”. Diakses dari https://dendyherdianto.com/konsep-
dasar-maghrib-maysir-riba-dan-gharar/, pada 22 November 2021.
http://female.kompas.com/read/2010/07/26/14100964/memilih.
investasi.sesuai.usia, diakses pada 20 Juli 2019.
https://www.bwi.go.id/dasar-hukum-wakaf/, diakses pada 14
September 2021.
https://www.bwi.go.id/literasiwakaf/cara-mudah-wakaf-uang/
diakses pada 14 September 2021.
ILO, 2016.
Kompasiana.com, diakses 20 Juli 2019.

160 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


OECD, 2016.
Pegadaian Syariah.co.id.
Qoala Indonesia. 5 Januari 2021. “Polis Asuransi: Pengertian, Fungsi,
Macam, Hingga Dasar Hukum”. Diakses dari https://www.qoala.
app/id/blog/asuransi/umum/apa-itu-polis-asuransi/, pada 22
November 2021.
“Susun Perencanaan Keuanganmu dalam 6 Aspek Ini”. 19 Agustus
2019. Diakses dari https://www.allianz.co.id/explore/susun-
perencanaan-keuanganmu-dalam-6-aspek-ini.html, pada 22
November 2021.
Techinasia, 2018.
www.themegallery.com, diakses pada 14 September 2021.
ZAP Finance Research Division Tahun 2012
“Zakat, Maqashid Syariah, dan Pancasila”. (n.d.).Diakses dari ttps://
baznas.go.id/pendistribusian/kolom/opini-zakat/278-zakat-
maqashid-syariah-dan-pancasila, pada 22 November 2021.

Daftar Pustaka 161


[Halaman ini sengaja dikosongkan]
BIODATA PENULIS

Nur Hidayah, S.Ag., S.E., M.A., Ph.D., adalah


Associate Professor pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Jakarta. Meraih gelar Sarjana Hukum
Islam dari Fakultas Syariah dan Hukum, UIN
Jakarta; gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas
Terbuka, Jurusan Manajemen; Master of Arts (M.A.)
Hukum (Ekonomi) Islam dari Pascasarjana UIN
Jakarta; Master of Arts (M.A.) dalam Ekonomi
Politik Islam dari University of Durham, Inggris; dan Doctor of Philosophy
(Ph.D.) dalam Kajian Islam Indonesia dari University of Melbourne,
Australia. Beliau mengajar di program sarjana, magister, dan doktor
dan telah melakukan berbagai penelitian selama dua puluh tahun.
Sebagian besar penelitiannya berfokus pada Studi Islam, Hukum Islam,
Ekonomi Islam, Gender, dan Pemberdayaan. Memimpin Redaksi Jurnal
Al-Iqtishad (jurnal terakreditasi nasional, Sinta 2); Associate Editor di
Ahkam Journal (jurnal terindeks Scopus); dan Associate Editor di Jurnal
Andragogi, Kementerian Agama (Sinta 3).
Telah menerbitkan karya-karya ilmiah berupa buku dan paper-paper
ilmiah di jurnal terakreditasi internasional dan nasional di antaranya:

163
“Women’s Movement in the Framework of Modernist Muslims in
Indonesia: Aisyiyah and Economic Empowerment”, Hamdard Islamicus,
Vol. 43, No. 1 (2020); “Performance of Hajj Fund in Indonesia and
Malaysia”, Hamdard Islamicus, Vol. 43, No. S. 1 (2020); “How Reformist
Islamic Theology Influences Muslim Women’s Movement: The Case of
Liberal-Progressive Muslims in Indonesia”, Journal of Asian Social Science
Research, Vol. 2, No. 1 (2020); “COVID-19: Momentum Kebangkitan
Ekonomi Syariah di Indonesia”, COVID-19: Wabah, Fitnah dan Hikmah,
Bogor: Pustaka Amma Alamia, 2020; “Dari Jabariyah, ke Qadariyah,
hingga Islam Progresif: Respons Muslim Atas Wabah COVID-19 di
Indonesia”, Salam Jurnal Sosial dan Budaya, Vol. 7, No. 5 (2020); dan
Fatwa-Fatwa Dewan Syariah Nasional: Studi Aspek Hukum Islam Perbankan
Syariah Nasional di Indonesia, Jakarta: UIN Syahida Press, 2019.
Beberapa penghargaan yang berhasil diraihnya dari lembaga
nasional dan internasional antara lain dari UIN Jakarta sebagai Best
Graduate (1998), The Chevening Award (2002-2003), The Australian
Development Scholarship (2006-2011), The World Bank Robert Mcnamara
Fellowship (2012), POSFI Kemenag (2013); SEASREP (Program
Pertukaran Regional Studi Asia Tenggara) (2014-2015); Fellowship KITLV
(2015), Fellowship IIAS (2016), The Best Paper pada National Academic
Writing Competition PSGA, UIN Jakarta (2016), dan Fellowship AIFIS
(2020-2021).
Saat ini beliau diamanahkan sebagai Ketua Program Studi Magister
Perbankan dan Keuangan Syariah, FEB UIN Jakarta (2021-2023). Beliau
juga merupakan Penyelenggara Annual International Conference on Law and
Justice (ICLJ) Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Jakarta (2018-sekarang).
Aktif dalam beberapa kegiatan pengabdian masyarakat, seperti menjadi
reviewer nasional 5.000 program doktor Kementerian Agama, Tim Riset
dan Publikasi IAEI (Ikatan Ahli Ekonomi Islam). Direktur Program
CDCC (Pusat Dialog dan Kerja Sama Antar-Peradaban) dan Manajer
Program ICIP (Pusat Internasional untuk Islam dan Pluralisme) (2003-
2005), Ketua Bidang Pengembangan Ekonomi Pesantren, PW RMI
NU DKI Jakarta (2021-2026). Memiliki pengalaman panjang dalam
mengelola beberapa program, antara lain: “Islam and Peace-Building in
Indonesia” (ICIP and JICA/Japan-Indonesia Cooperation Agency) (2003),
“Islam and Democracy” (ICIP dan The Asia Foundation) (2003-2004), “Islam
and Civil Society” (ICIP and The Department of States, USA) (2003-2004),

164 Literasi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik di Indonesia


“Islamic Feminism” (The Ford Foundation), “Islam and Multiculturalism”
(ICIP-The European Commission) (2004-2005), “Perumusan Master Plan
Ekonomi Islam Indonesia” (KNEKS dan BAPPENAS) (2018), dan
“Peluncuran Program Negara Indonesia IRI” (Inter-Faith Rainforest
Initiative) (2020) (CDCC)-IRC/Dewan Antar-Agama Indonesia dan
UNEP/United Nations for Environment Program.

Biodata Penulis 165

Anda mungkin juga menyukai