Halaman Pengesahan FIX
Halaman Pengesahan FIX
YULIANA ELWUAR
NIM : 225 706 317 002
Disetujui Oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui Oleh :
Disahkan Oleh
Direktur Politeknik Perikanan Negeri Tual
i
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
1. Benar karya tulis ini merupakan karya saya sendiri dan bukan hasil karya
orang lain.
2. Saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan karya tulis saya.
Jika ternyata di kemudian hari terbukti saya telah melakukan salah satu hal diatas,
maka saya bersedia dikenai sanksi yang berlaku berupa pencopotan gelar saya.
Yuliana Elwuar
NIM. 225 706 317 002
RIWAYAT HIDUP
ii
Penulis dilahirkan di Kota Tual pada tanggal 13 Agustus 2000 dari pasangan
Bapak Welem Elwuar dan Alm. Ibu Ester Elwuar. Penulis merupakan anak 2 dari
3 bersaudara. Penulis memulai pendidikan tingkat Sekolah Dasar Negeri 2 Tual
pada tahun 2006 dan tamat pada tahun 2011, selanjutnya
penulis mengikuti pendidikan sekolah menengah pertama di
SMP Negeri 3 Tual dan tamat pada tahun 2014 . Penulis
melanjutkan pendidikan atas pada tahun 2014 di SMA
Ronevan Tual dan tamat pada tahun 2017 . Pada tahun 2017
penulis melanjutkan studi di Politeknik Negeri Tual dan di terima di Program
Studi Teknologi Penangkapan Ikan Jurusan Teknologi Hasil perikanan .
RINGKASAN
iii
Yuliana Elwuar. NIRM .225 706 317 002 Teknik Pengoperasian Bagan Apung Di
Desa Namar . Dibimbing oleh Dr. B. Jeujanan, S.Pi, M. Si dan Ibu E. Almohdar,
S.Pi, M.Si
Bagan adalah salah satu jenis alat tangkap yang di gunakan nelayan di
tanah air untuk menangkap jenis-jenis ikan pelagis kecil. Pertama kali di
perkenalakan oleh nelayan bugis-makasar sekitar tahun 1950-an. Selanjutnya
dalam waktu yang relatif singkat alat tangkap tersebut sudah di kenal di seluruh
Indonesia
Bagan apung adalah merupakan alat tangkap yang dapat berpindah- pindah dan
mengunakan lampu sebagai alat untuk menarik perhatian ikan. Dan alat ini hanya
dioperasikan pada malam hari. Dan alat tangkap ini pengoperasiannya berpindah- pindah
kelokasi yang diperkirakan banyak ikannya.
Keberhasilan usaha penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap
bagan apung di Desa Namar akan sangat tergantung pada pengetahuan tentang
tingkah laku ikan dan kondisi perairan setempat. Pengetahuan tentang tingkah
laku ikan yang menunjang usaha penangkapan ikan dengan menggunakan sumber
cahaya (light fishing)
Kata Kunci : Pengoperasian, Bagan apung, Sember cahaya (light fishing), Prose setting
dan hauling
PRAKATA
iv
Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan yang maha kuasa karena kasih
setiaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan tugas akhir di Desa
Namar, dan penulisan ini di maksud untuk mengaplikasikan ilmu yang di peroleh selama
mengikuti penelitian di Desa Namar, dan hasil laporan ini kiranya dapat bermanfaat bagi
pembaca dan almamater serta masyarakat.
Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian penulisan tugas akhir ini adalah
berkat sumbangan dan dorongan serta bantuan dari berbagai pihak sehingga di awal
lembaran penulisan laporan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya
kepada :
v
Semoga segala bantuan yang diberikan baik moral maupun material, penulis
mendoakan kiraNya TuhanYesus sumber pengharapan dan berkat selalu
melimpahkanNya kepada kita semua.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................................... ii
RINGKASAN.................................................................................................. iv
RIWAYAT HIDUP......................................................................................... v
PRAKATA ...................................................................................................... vii
DAFTAR ISI................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL........................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
I. PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................. 2
C. Manfaat............................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 3
A. Sejarah Penggunaan Cahaya Pada Penangkapan Ikan ......................
B. Bagan ................................................................................................. 9
III. METEDOLOGI PENELITIAN ............................................................ 11
A. Waktu dan Tempat.............................................................................. 11
B. Bahan dan Alat................................................................................... 11
C. Metode Pengambilan Data.................................................................. 12
D. Prosedur dab Cara Kerja..................................................................... 13
E. Metode Analisis Data ........................................................................ 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 24
A. Profil Lokasi Penelitian .....................................................................
B. Perkembangan Usaha Pada Bagan Apung .........................................
C. Struktur Orgnisasi ..............................................................................
D. Unit Penangkapan Bagan Apung .......................................................
E. Kontruksi Bagan ................................................................................
F. Metode Pengoperasian Alat Tangkap Bagan Apung .........................
G. Proses Pengoperasian Alat Tangkap Bagan Apung ..........................
vii
H. Hasil Tangkap ....................................................................................
I. Managemen Usaha Bagan Apung .....................................................
V. PENUTUP............................................................................................ 30
A. Kesimpulan.................................................................................... 30
B. Saran.............................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 31
LAMPIRAN................................................................................................ 33
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kabupaten Maluku Tenggara secara astronomis terletak pada posisi
kordinat 131° - 133° 5’ Bujur Timur dan 5° – 6.5° Lintang Selatan selain itu juga
terdiri dari kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki banyak selat dan
teluk. Sebagai daerah kepulauan, Maluku Tenggara memiliki potensi yang sengat
besar dalam bidang perikanan dan pariwisata. Dalam bidang perikanan, dengan
total panjang garis pantai mencapai 632,15 km, Maluku Tenggara kaya akan
potensi sumberdaya kelautan,
Usaha perikanan di desa Namar merupakan salah satu sentra penghasilan
ikan dalam hal ini usaha perikanan tangkap. Adapun kondisi geografisnya yaitu
berhadapan langsung dengan laut sehingga hampir sebagian besar penduduknya
bermata pencaharian sebagai nelayan. Salah satu teknik penangkapan ikan yang di
usahakan oleh para nelayan di desa ini adalah penangkapan dengan menggunakan
alat tangkap bagan apung. Bedasarkan cara pengoperasiannya bagan apung
merupakan alat tangkap ikan yang termasuk jaring angkat, yaitu jaring yang
biasanya berbentuk empat persegi panjang, di bentangkan di dalam air secara
vertikal dengan menggunakan pemberat dan diikat dengan bingkai bagan yang
berfungsi sebagai penahan jaring.
Pada umumnya bagan apung dioperasikan oleh nelayan Desa Namar pada
waktu malam hari di saat bulan gelap, terutama untuk menagkap jenis-jenis ikan
dan biota air lainnya yang bergerak pada malam hari atau saat bulan gelap
pengoprasian pada malam hari sangat mengandalkan cahaya karena mengacu pada
prinsipnya bahwa ikan tertarik dengan cahaya hal ini berkaitan dengan
pemahaman mengenai pengetahuan tingkah laku ikan Masyarakat nelayan Desa
Namar sudah lama mengenal alat tangkap bagan tetapi dalam pengembangan nya
masih sederhana dengan hasil tangkapan bagan apung umumnya jenis ikan yang
berenang dekat permukaan perairan dan hidup bergerombol serta tertarik pada
cahaya.
2
Desa Namar merupakan salah satu Desa nelayan pada wilayah Kabupaten
Maluku Tenggara sejak dahulu, berdasarkan letak strategis dari Desa Namar yang
berada pada daerah pesisir dan berhadapan langsung dengan laut, sehingga
mempermudah akses masyarakat desa Namar untuk melakukan pekerjaan sebagai
nelayan dan dapat mengambil hasil laut yang ada dengan mengusahkan usaha
penagkapan memakai alat tangkap bagan apung untuk meningkatkan usaha
perikanan yang lebih berkembang.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan Pada penelitian ini adalah :
1. Mengetahui konstruksi bagan apung.
2. Mengamati proses pengoprasian penangkapan ikan dengan menggunakan
bagan apung.
3. Mengetahui investasi bagan apung di Desa Namar.
C. Manfaat
Manfaat yang diperoleh adalah Memahami cara pengoperasian alat
tangkap bagan apung untuk proses penangkapan ikan dan Mendapat pengalaman
kerja dalam industri perikanan tangkap khususnya pada alat tangkap bagan apung.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Bagan
Bagan adalah salah satu jenis alat tangkap yang di gunakan nelayan di
tanah air untuk menangkap jenis-jenis ikan pelagis kecil. Pertama kali di
perkenalakan oleh nelayan bugis-makasar sekitar tahun 1950-an. Selanjutnya
dalam waktu yang relatif singkat alat tangkap tersebut sudah di kenal di seluruh
Indonesia. Bagan dalam perkembangannya telah banyak mengalami perubahan
baik bentuk maupun ukuran yang di modifikasi sedemikian rupa sehingga sesuai
dengan peraiarannya. Berdasarkan cara pengoperasiannya, bagan di kelompokan
4
dalam jaring angkat (lift net)), namun karena menggunakan cahaya lampu untuk
mengumpulkan ikan maka di sebut juga light fishing .
Ada dua jenis tipe bagan di Indonesia, yang pertama adalah bagan tancap
yaitu bagan yang di tancapakan segara menetap di perairan dengan kedalam 4 –
10 meter. Jenis yang ke dua adalah bagan apung yaitu bagan yang dapat berpindah
dari suatu daerah penangkapan ke daerah penangkapan yang lainnya (Baskoro,
1999). Sealnjutnya dapat di klasifikasikan menjadi bagan dengan satu perahu,
bagan dua perahu, bagan rakit, dan bagan dengan menggunakan mesin.
Bagan termasuk ke dalam light fishing yang menggunakan lampu sebagai
alat bantu untuk merangsang atau menarik perhatian ikan untuk berkumpul di
bawah cahaya lampu, kemudian di lakukan penangkapan dengan jaring yang telah
tersedia (Ayodhya, 1981). Selanjutnya di katakana bahwa ikan tersebut
memberikan respon melalui rangsangan cahaya dan di manfaatkan dalam
penangkapan atau pemanfaatan salah satu tingkah laku ikan untuk menangkpa
ikan itu.
Ada jenis ikan yang bersifat phototaxis, yaitu Ikan akan bergerak kearah
sumber cahaya karena rasa tertariknya, sebaliknya beberapa jenis ikan mungkin
sekali akan bersifat phototaxis negative, yang memberikan respond dan tindakan
yang sebaliknya dengan yang bersifat phototaxispositif tadi. Karena adanya sifat
phototaxis ini, maka beberapa jenis ikan yang ekonemis penting dapat dipikat
dengan cahaya buatan pada malam hari. Sifat tertarik tersebut, selain bahwa ikan
tersebut memang mempunyai sifat phototaxis positif, dapat pula dikarenakan
berbagai motif lain. Bagi ikan ternyata bahwa cahaya juga merupakan indikasi
adanya makanan hasil-hasil pengamatanya juga menunjukan bahwa ikan yang
dalam keadaan lapar akan lebih mudah terpikat cahaya dari ikan yang dalam
5
Reaksi ikan terhadap sumber cahaya ada dua mcm yaitu ada yg mendekati
dan ada yang Menjauhinya. reaksi ikan untuk mendekati atau menjauhi sumber
cahaya disebut bersifat phototaksis. Apabila ikan senang mendekati sumber
cahaya disebut phototaksis positip dan apabila bergerak menjauhi sumber cahaya
disebut phototaksis negatif. menurut Brandt(1964) sifat phototaksis ini dapat
berubah~ubah bergantung kepada tingkat hidup dan keadaan ikannya sendiri.
Anak~anak ikan pada umumnya lebih tertarik oleh cahaya lampu dari pada ikan
dewasa. Anak~anak ikan lebih tertarik oleh cahaya yang berkekuatan tinggi
sedang ikan dewasa lebih tertarik oleh sumber cahaya denga kekuatan yang lebih
rendah. Ikan tuna (yellowfin dan little tunny) biasanya tertarik oleh cahaya lampu
yang berkekuatan sedang sekitar 40~450 lilin dan tidak tertatrik oleh cahaya yang
lebih kuat. Sebaliknya ikan putih lebih senang berkumpul pada cahaya lampu
yang lebih terang daripada di daerah gelap.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
b. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Minyak tanah
2. Bensin
3. Oli
4. Makanan dan minuman
deskripsi dan konstruksi alat tangkap bagan apung serta teknik pengoperasian alat
tangkap bagan apung dengan menggunakan lampu sebagai alat bantu maupun
dapat melihat pada komposisi hasil tangkapan per trip dan dapat disajikan dalam
bentuk tabel dan grafik
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
C. Struktur Organisasi
Adapun struktur organisai bagan apung didesa Namar dikelola langsung
oleh pemilik bagan dan di bantu oleh beberapa karyawan atau anak buah yang
merupakan karyawan tetap bertugas mengontrol dan melakukan pemeliharaan alat
tangkap bagan apung. Pengelolaan bagan apung ini dilakukan secara sederhana
selain bertang
gung jawab melakukan tindakan. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada
bagan struktur organisasi berikut :
kuat. Alat tangkap bagan termasuk kedalam alat tangkap jenis with lift net, dimana
proses kerjanya adalah dengan mengusahakan agar berbagai jenis ikan dan biota
air lainnya dapat berkumpul diatas jaring bagan, yang kemudian alat tangkap
tersebut diangkat secepatnya (Gunarso, 1985). Alat tangkap bagan apung.
menggunakan cahaya sebagai alat untuk menarik dan mengumpulkan ikan di
daerah penangkapan, sehingga memudahkan dalam proses penangkapan. Bagan
apung dalam pengoperasiannya berpindah-pindah ke lokasi yang diperkirakan
banyak ikannya. operasinya bagan apung dilakukan dengan cara menurunkan dan
mengangkat jaring secara vertikal .satu unit bagan apung terdiri dari beberapa
komponen yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain komponen
tersebut adalah rangka bagan, badan jaring/ roller , lampu , pemberat, dan drum
plastik /blong semua komponen tersebut dirangkai hingga menjadi satu unit
tangkap bagan apung. Bagan apung dibuat dari rangkaian atau susunan kayu
berbentuk segi empat pada bagian tengah di bawah bangun bagan dipasang jaring
yang berbentuk segi empat di kaitkan atau di ikat pada bingkai yang terbuat dari
kayu. Bingkai tersebut di hubungkan langsung dengan tali di ke empat sisinya
agar mudah dalam proses hauling, Pada ke empat sisi bangunan rangka bagan
terdapat kayu - kayu yang melintang dan menyilang dengan maksud untuk
memperkuat berdirinya bagan .diatas bangunan bagan yaitu tepat di bagian tengah
terdapat bagunan rumah sebagai tempat istirahat, tempat berlindung dari hujan
dan panas.dan tempat untuk memantau ikan .di atas bangunan bagan juga terdapat
Roller atau pemutaryang berfungsi sebagai penarik jaring. Pada ke empat sisi
jaring di beri pemberat yang berfungsi menengalamkan jaring dan memberikan
posisi jaring yang baik selama berada dalam air.
E. Konstruksi Bagan
Secara umum konstruksi unit penangkapan bagan apung terdiri atas
kerangka bagan yang terbuat dari kayu, rumah bagan, drum plastik, jaring. Pada
bagan terdapat alat penggulung atau roller yang berfungsi untuk menurunkan atau
mengangkat jaring. Mata jaring bagan apung umumnya berukuran 0, 5 cm.
Ukuran mata jaring ini berkaitan erat dengan sasaran utama ikan yang tertangkap,
14
yaitu ikan teri yang berukuran kecil. Jika ukuran mata jaring terlalu besar, maka
ikan tersebut tidak tertangkap.
1. Rangka Bagan
Rangka bagan apung di rangkai dengan sedemikian rupa guna menunjang
pengoperasian berjalan lancar .ukuran bagan yang dipakai selama dalam magang
kerja industri dengan ukuran adalah 14 x 14 meter dan rangka bagan terbuat dari
kayu bintangur, fungsi rangka bagan apung adalah sebagai tempat mengantung
jaring, tempat melakukan setting dan hauling, tempat mengantungkan lampu,
tempat duduk roller dan kegiatan sampingan lainya seperti memancing ikan dapat
dilihhat pada gambar 3.
3. Drum plastik
Drum merupakan komponen pada bagan dan tidak dapat di pisahkan dari
bagan .fungsi drum bagi bagan adalah sebagai pelampung jika tidak ada drum
maka bagan tidak bisa menapung atau menopang semua peralatan yang ada di atas
bagan , drum yang digunakan adalah drum biru dengan volume 200 liter
berjumlah total 36 buah drum di pasang pada ke dua sisi bagan apung dengan
jumlah yang berimbang yaitu masing masing 16 buah dikiri dan kanan bagan di
ikat bergandengan untuk memberikan daya apung yang seimbang . diameter buah
drum plastik yang dipakai sebagai pelampung bagan adalah 58 cm dengan tinggi
total 93 cm .untuk menambah daya apung drum maka setiap drum akan di isi batu
karbit untuk menambah tekanan udarah dalam drum dapat di lihat pada gambar 5
4. Badan jaring
Jaring pada bagan apung terletak dibawah rangka bagan dengan posisis
seperti kelambu terbalik .terbuat dari bahan jaring berawarna hitam
(polypropylene) dengan ukuran mesh size 0,5 mm .pada bagian tepi jaring di
pasangkan tali ris yang berfungsi sebagai penguat pinggiran jaring dengan ukuran
dimeter tali yang di pakai adalah 10 mm. ukuran panjang 4 m dan lebar 45 m
dengan kedalaman daerah penagngkapan 10 m. di setiap sudut dari pada bingkai
jaring di beri pemberat dengan berat 7kg yang terhubung langsung dengan roller
dan juga terdapat 8 buah tali arus masing masing dengan pemberat yang berfungsi
menahan jaring agar tidak terbawah arus.dapat di lihat pada gambar 6
perairan .ukuran tali yang pakai pada roller jaring adalah tali dengan berdiameter
12 mm sedangkan ukuran tali yang dipakai untuk roller jangkar adalah tali
diameter 22 mm. roller terbuat dari kayu kenawa. dapat di lihat pada gambar 7
6. Pemberat
Pemberat adalah komponen penting pada sebuah alat tangakap bagan apung
yang berfungsi untuk menenggelamkan jaring dari alat tangkap dan juga
mempertahankan kedudukan jaring agar tidak berubah atau terpengaruh pada
keadaan arus didalam air laut pemberat pada sebuah bagan apung . bagan apung di
Desa Namar pemberat terbuat dari cor semen yangdi cetak dengan berat masing
masing 5 kg pemberat pada sebuah bagan apung berjumlah 14 buah sesuai dengan
jumlah tali arus.dapat di lihat pada gambar 8
7. Lampu
gona gona adalah salah satu bagian dari bagan apung ukuran gona gona
adalah panjang 4meter dan lebar 4,5 meter.gona gona berfungsi untuk
menampung hasil tangkapan yang masih hidup dalam hal ini ikan yang di tangkap
pada saat proses setting dan haulling terdahulu .hal ini di maksudkan agar ikan
tetap hdup dalam keadaan segar saat di angkut ke darat dapat di lihat pada gambar
11
20
Peralatan lain yang ada pada sebuah bagan apung adalah sebagai
penunjang dalam memperlancar operasional antara lain ember ikan dan
serok ,ember ikan adalah untuk menampung hasil tangkapan ukuran ember yang
dipakai adalah ember 80 liter berukuran diameter 50x3 9 cm dan tinggi 55 cm
dapat di lihat pada gambar 12
Selain ember ikan ada alat penunjang lainya yaitu serok .diSmana serok
berfungsi untuk mengankat ikan hasil tangkapan dari dalam jaring ke speedboat
serok memiliki ukuran panjang gagang ,3 m dan 6m dan diamataer bukaan mulut
50 cm tinggi jaring serok 60 cm dapat di lihat pada gambar dapat di lihat pada
gambar 13
21
Setelah tiba di bagan apung, ABK siap untuk menyalakan lampu danke tempat
ikan pada bagian bawah rumah bagan.
d. Operasi penangkapan
Operasi penangkapan pada alat tangkap bagan apung terbagi menjadi dua
tahapan yaitu proses setting dan hauling. Dimana proses setting adalah proses
penurunan badan jaring kedalam air dan hauling adalah penarikan jaring
(menaikan) badan jaring ke atas permukaan air.
e. Proses settingg
Proses setting bagan apung dalam kegiatan magang kerja industri ini di
lakukan sebelum pukul 20.00 wit, yaitu sekitar pukul 18.00-19.59 wit. Proses
setting di awali dengan menyiapkan lampu-lampu listrik utama atau lampu
pemanggil untuk di pasang pada tempatnya masing-masing . jumlah lampu yang
di gunakan yaitu 18 buah lampu philips dan hanox ukuran 80watt dibagian depan
tiang kayu menggunakan 8 buah lampu sedangkan di bagian belakang kayu bagan
menggunakan 6 buah lampu, dan di sisi kiri bagan dan di sisi kanan bagan
menggunakan 2 buah lampu. Setelah semua lampu siap pada posisi masing-
masing, ABK memeriksa kapasitas minyak pada mesin lampu,jika perlu
penambahan maka akan di tambahkan minyak pada mesin lampu.setelah itu,
mesin lampu di nyalakan dan kemudian di lakukan penurunan jaring , yakni
dengan menjatuhkan pemberat jaring dan melepaskan ikataan-ikatan badan jaring
pada rangka-rangka bagan apung kemudian melepaskan ikatan tali yang dikaitkan
pada gagang handle roller bingkai jaring, agar jaring tenggelam seluruhnya ke
dalam air 10 meter. Lamanyawaktu perendaman jaring adalah 4 jam, tergantung
sudah banyak ikan yang berkumpul atau belum . dalam kurun waktu -4 jam
perendam , pada saat ikan mulai mendekati daerah target penangkapan yaitu
badan jaring di bawah rumah bagan, lampu-lampu pemanggil atau lampu listrik
mulai di matikan / secara bertahap.di mulai dari bagian depan bagan,kemudiaan
bagian belakang bagan , dan sisi kiri dan kanan bagan .sementara itu tersisa satu
buah lampu yang berfungsi sebagai lampu fokus, Jika dalam kurun waktu tesebut
di lihat bawah ikan sudah banyak berkumpul pada daerah fokus cahaya, maka
proses hauling dapat di lakukan dalam semalam, dapat di lakukan 2 kali setting
dan hauling. Dapat di lihat pada gambar16
24
f. Proses hauling
H. Hasil tangkapan
Hasil tangkapan yang di peroleh selama kegiatan magang kerja pada unit
penangkapan bagan apung di desa Namar Kecamatan Kei kecil selama tujuh hari
penelitian mendapatkan tiga jenis ikan hasil tangkapan yaitu : ikan Teri
(Stolephorus sp.,), ikan Tongkol, dan ikan Tembang. Hasil tangkapan selama
penelitian dapat di lihat pada gambar 18 berikut ini :
Selama penelitian hasil tangkapan utama adalah ikan Teri sedangkan ikan
Tongkol dan ikan Tembang merupakan hasil tangkapan sampingan.
350
300
250
Jumlah (Kg)
200
Teri (Puri)
150
Tongkol (Komo)
100 Tembang
50
0
1 2 3 4 5 6 7
Hari
2. Kapal
Bagan apung di dsesa Namar memiliki ukuran dan harga yang di diketahui
cukup besar untuk proses pembuatannya serta memakai rentang waktu 1 bulan
bahkan lebih untuk satu unit bagan apung bukan hanya bagan apung tetap ada
juga speedboad yang digunakan untuk mengankut hasil tangkapan pada saat
proses penjualan. Kapal atau alat kelengkapan lainya dapat dilihat pada tabel
berikut :
3. Hasil Tangkap
4. Pendapatan Nelayan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Kontruksi bagan apung terdiri dari: Rangka bagan, rumah bagan, drum plastik,
roller jangkar , roller jaring, batu pemberat, Mesin lampu,Serok, ember,
lampu, gona-gona
2. Dalam pelaksanaan pengoperasian bagan apung terdiri dari tahap persiapan,
setting ,hauling dan penanganan hasil penangkapan serta pemasaran.
3. Invetasi usaha bagan apung di Desa Namar yaitu : kontruksi bagan Rp
48.500.000,
Kapal Rp 49.000.000 hasil tangkapan Rp 3.000.000,
pendapatan nelayan Rp 54.000.000
30
5.2 Saran
Penetapan alat tangkap bagan harus memperhatikan keadaan perairan atau daerah
penangkapan dengan keadaan perairan yang relatif tenang karena keadaan
perairan sangat mempengaruhi proses penangkapan untuk kontruksi dari bagan
apung tidak menggangu ekosistem. Hanya saja keberadaan bagan sering kali
mengganggu alur pelayanan kapal.
DAFTAR PUSTAKA
Warjono dan gunarso 1972 pengadaan ikan umpan bagi perikanan .di sulaesi
utara.
DAFTAR LAMPIRAN