Anda di halaman 1dari 32

PERBEDAAN CAHAYA TERHADAP HASIL TANGKAPAN

BAGAN APUNG DI PERAIRAN LAUT SATHEAN MALUKU


TENGGARA

LAPORAN AKHIR

M RIFKI UMANAHU
225706320031

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


JURUSAN TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN
POLITEKNIK PERIKANAN NEGERI TUAL
2023
PERBEDAAN CAHAYA TERHADAP HASIL TANGKAPAN BAGAN
APUNG DI PERAIRAN LAUT SATHEAN MALUKU TENGGARA
Di sajikan oleh:
M Rifki umanahu(225706320031)dibawah bimbingan:

RINGKSAN

Provinsi maluku tenggara merupakan wilayah yang memiliki potensi


perikanan yang cukup tinggi salah satunya di wilayah perairan laut sathean. Bagan
apung adalah salah satu jenis alat tangkap yang digunakan nelayan untuk
menangkap ikan-ikan pelagis kecil. Bagan apung merupakan alat tangkap (light
fishing) yang menggunakan lampu sebagai alat bantu untuk merangsang atau
menarik ikan untuk berkumpul dibawah cahaya lampu. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui perbedaan hasil tangkapan alat tangkap bagan apung pada
intensitas cahaya lampu yang berbeda. Materi yang digunakan pada penelitian ini
adalah hasil tangkapan alat tangkap bagan apung dengan menggunakan 4 lampu
LED (Light Emiting Diode) Philips warna putih dengan daya 30 watt/ intensitas
cahaya 241 lux dan 4 lampu LED Philips warna putih dengan daya 45 watt/
intensitas cahaya 345 lux. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode experimental fishing dengan 14 kali pengulangan, hasil tangkapan
diperoleh secara langsung melalui penelitian di lapangan. Data yang dihimpun
meliputi hasil tangkapan alat tangkap bagan apung . Analisis data yang digunakan
pada penelitian ini adalah uji t. Hasil penelitian menunjukan bahwa lampu 45
watt/ intensitas cahaya lampu 345 lux memberikan hasil tangkapan lebih banyak
dengan total (867 Kg) dan ikan yang paling banyak tertangkap adalah ikan teri
241k Kg
Kesimpulan dari penelitian ini adalah lampu LED (Light Emiting Diode)
Philips warna putih dengan daya lampu 45 watt/ intensitas cahaya lampu 345 lux
memberikan hasil tangkapan lebih banyak dibandingkan dengan daya lampu 30
watt/ intensitas cahaya lampu 241 lux.

Kata Kunci : Bagan Apung, Intensitas Cahaya Lampu, Hasil Tangkapan


LEMBARAN PENGESAHAN

PERBEDAAN CAHAYA TERHADAP HASIL TANGKAPAN BAGAN APUNG DI


PERAIRAN LAUT SATHEAN MALUKU TENGGARA

Oleh:

M RIKI UMANAHU
22570620031

Disetujui Ol

Pembimbing I Pembimbing II

Erna Almohdar,S.Pi,M.S MarvinM.Makailipessy,S.Pi,M.Si


NIP.197911252008122001 NIP.198203222014041001

Ketua Program studi


Ketua Jurusan Teknologi penangkapan ikan
Teknologi HasilPerikanan

R.M.K Teniwut,SE. MM ErnaAlmohdar,S.Pi,M.Si


NIP.1982210082008121003 NIP.197911252008122001
PERYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa penulisan


laporan Akhir dengan judul Perbedaan cahaya terhadap hasil tamgkap bagan
di laut sathean maluku tenggara adalah benar merupakan hasil karya sendiri
yang belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan dari penulis lain telah ditulis dalam teks yang dicantumkan dalam
daftar pustaka dibagian akhir laporan magang.
Apabila dikemudian hari kedapatan saya melakukan plagiat pada laporan
magang saya, maka saya bersedia mempertanggung jawabannya.Demikian
pernyataan ini saya buat dengan sadar dan penuh tanggung jawab.
RIYAWAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Buya, 7 Maret 2002 dari pasangan
Bapak Ishak Umanahu dan Ibu Marya umanahu. Penulis
merupakan anak ketiga dari dua bersaudara Penulis
mengikuti pendidikan sekolah tingkat menengah pertama
penulis di SMP Negeri 4 Mangoli selatan kabupaten
kepulaun sula dan diselesaikan pada tahun 2017. Penulis
melanjutkan pendidikan tingkat atas pada tahun 2017 di SMA Negeri 1 Mangoli
selatan Kabupaten kepulaun sula dan diselesaikan penulis pada tahun 2020,
Penulis diterima di Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Jurusan Teknologi
Penangkapan ikan, Politeknik Perikanan Negeri Tual melalui jalur Bidik Misi.
PRAKATA

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir Penyelesaian
penulisan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.Oleh karena itu, dalam
kesempatan berbahagia ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan
kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dan mendukung penulis, yaitu:
1. Orang tua tercinta, kakak, adik, keluarga yang telah memberikan doa,
motivasi, perhatian dan dukungan baik secara moril maupun materil.
2. Direktur, Ketua Jurusan TPI, Ketua Program Studi, para dosen dan civitas
akademik yang telah membantu penulis dalam bentuk pengajaran, pembinaan,
maupun pelayanan administrasi.
3. Ibu K.P. Erna Almohdar ,S.Pi, M.Si dan Bapak Marvin M.Makailipessy, S.Pi,
M.Si. sebagai pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktu dalam prose
s pembimbingan sampai pada ujian.
4. Seluruh Karyawan yang telah menerima penulis untuk mengikuti magang
kerja membimbing, mengarahkan, melatih dan memberikan data yang dapat
diperlukan demi penulisan laporan ini.
5. Teman-teman angkatan 2020 yang saling memberikan dukungan sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
Semoga semua amal baik bapak/ibu sekalian dapat diberkati oleh Tuhan yang
Maha Esa.
DAFTAR ISI

LAPORAN AKHIR.................................................................................................1
RINGKSAN.............................................................................................................2
LEMBARAN PENGESAHAN................................................................................3
PERYATAAN KEASLIAN......................................................................................4
RIYAWAT HIDUP...................................................................................................5
PRAKATA................................................................................................................6
DAFTAR ISI............................................................................................................7
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................9
DAFTAR TABEL...................................................................................................10
1.PENDAHULUAN...............................................................................................11
1.1 Latar belakang..............................................................................................11
1.2Tujuan............................................................................................................13
1.3Manfaat..........................................................................................................13
2.1 Bagan apung.................................................................................................14
2.2.2 Kapal Perikanan........................................................................................15
2.2.3 Nelayan......................................................................................................16
2.3 Teknik Operasi Penangkapan.......................................................................16
2.4 Hasil Tangkapan...........................................................................................16
2.4.1 Ikan Teri (Stolephorus sp)........................................................................17
2.4.2 layang/momar (decapterus sp)..................................................................18
2.4.3 3 Ikan tembang (sarddinela)......................................................................18
2.4.4 ikan tongkol/komo (euthynnus affinis),.....................................................19
2.4.5 Cumi-Cumi ( Loligo sp.)........................................................................19
2.1 Peran cahaya pada alat tangkap bagan apung...............................................20
2.2 Insensitas cahaya lampu...............................................................................21
2.3 Faktor- faktor lingkingan yang mempengaruhi hasil tangkapan..................22
2.3.2 Arus...........................................................................................................22
BAB III..................................................................................................................23
METODE PENELITIAN.......................................................................................23
3.1 Tempat dan waktu.....................................................................................23
3.2 Materi dan peralatan.................................................................................23
3.2.1 Alat dan bahan.......................................................................................23
3.2.2 Alat pengukur prameter linkungan........................................................23
3.3 Metode penelitian.....................................................................................23
3.4. Persiapan penelitian.................................................................................23
3.4.1 Kegiatan pelaksanaan penelitian............................................................24
3.4.2 Mengukur prameter lingkungan............................................................24
3..5 Data yang di himpun................................................................................25
BAB IV..................................................................................................................25
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................26
BAB V....................................................................................................................28
KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................29
DAFTAR GAMBAR

gambar 1 perahu nelayan..................................................................................16


gambar 2 ikan( teri stolephoru sp)
Error! Bookmark not defined.
gambar 3 ikan momar(decapterus)
Error! Bookmark not defined.
gambar 4 ikan tembang (sarddinela sp)
Error! Bookmark not defined.
gambar 5 ikan tongkol(eutynuus affinis)
Error! Bookmark not defined.
gambar 6 cumi(loligo sp.)
Error! Bookmark not defined.
gambar 7 konstrusi bagan apung......................................................................24
gambar 8 lokasi penelitian................................................................................26
DAFTAR TABEL

Tabel 1 hasil tangkapan........................................................................................27


1.PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Bagan merupakan alat tangkap ikan yang diklasifikasikan dalam jaring
angkat (lift net) dan menggunakan cahaya sebagai atraktor (Mulyawan et al.,
2015). Oleh karena itu, bagan (lift net) dioperasikan pada malam hari
menggunakan jaring angkat dan cahaya lampu sebagai alat bantu penangkapan
(Baskoro et al., 2011). Target penangkapan alat tangkap bagan apung adalah ikan
pelagis kecil (Mallawa, 2012). Menurut Ikramullah et al., (2018), hasil tangkapan
utama bagan adalah ikan teri (Stolephorus sp) dan hasil tangkapan sampingan
adalah ikan kembung (Restrelliger sp), ikan layang (Decapterus sp), dan ikan
tongkol (Euthynnus sp). Produksi ikan pelagis kecil di Kabupaten Maluku
Tenggara pada tahun 2020 mencapai 42.353,80 ton/tahun yang mencakup ikan
kembung (Restrelliger sp), ikan teri (Stolephorus sp), ikan selar (Selaroides sp),
ikan layang (Decapterus sp), ikan tongkol (Euthynnus sp), cumi-cumi (Loligo sp)
dan ikan lemuru (Sardinella sp) (BPS Kabupaten Maluku Tenggara, 2021).
Sathean merupakan salah satu Ohoi (Desa) penghasil ikan pelagis kecil di
Kabupaten Maluku Tenggara yang menggunakan alat tangkap bagan apung rakit.
Jumlah unit bagan apung rakit skala kecil di Ohoi Sathean sampai saat ini.
Intensitas cahaya lampu merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi hasil tangkapan. Hal tersebut dikarenakan besar atau kecilnya
intensitas cahaya lampu akan menentukan jumlah ikan yang akan tertangkap.
Intensitas cahaya lampu didapatkan sesuai dengan daya Watt lampu yang
digunakan. Berdasarkan survey, masyarakat/nelayan ohoi sathean terbiasa
menggunakan cahaya lampu dalam pengoperasian alat tangkap menggunakan
daya lampu 30 watt dengan hasil tangkapan rata-rata 2-4 kg maka dalam
penelitian ini digunakan lampu 45 watt guna dapat meningkatkan hasil
tangkapan karena intensitas cahaya lampu lebih tinggi sehingga
menyebabkan perbedaan hasil tangkapan Susanto (2000). Berdasarkan
penjelasan diatas penulis telah melakukan penelitian mengenai perbedaan
intensitas cahaya lampu terhadap hasil tangkapan bagan apung
1.2Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil tangkapan alat
tangkap bagan apung pada intensitas cahaya lampu yang berbeda-beda.
1.3Manfaat
Penelitian ini bermanfaat bagi mahasiswa perikanan, nelayan bagan apung dan institusi
terkait memberikan infomasi untuk meningkatkan hasil tangkapan dengan menggunakan
intensitas cahaya lampu yang efektif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bagan apung
Bagan adalah alat tangkap yang menggunakan cahaya sebagai alat untuk menarik dan
mengumpulkan ikan di daerah cakupan alat tangkap, sehingga memudahkan dalam proses
penangkapan selanjutnya. Dalam pengoperasiannya bagan dilengkapi dengan jaring yang
berbentuk kubus untuk membatasi gerak renang ikan kemudian diangkat agar ikan tidak
dapat lolos lagi (Ayodhyoa, 1981). Bagan diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu, bagan
tancap dan bagan apung. Berdasarkan alat pengapungnya bagan dibagi menjadi tiga golongan
yaitu, bagan apung satu perahu, bagan apung dua perahu dan bagan apung memakai rakit
(Hanim, 1995).
Bagan tancap merupakan alat penangkapan yang menetap pada suatu tempat dalam
waktu tertentu sedangkan bagan apung merupakan alat penangkapan yang dapat berpindah-
pindah dan menggunakan lampu sebagai alat untuk menarik perhatian ikan. Alat ini hanya
dioperasikan pada malam hari pada perairan yang arusnya tidak terlalu kuat. Alat tangkap
bagan termasuk kedalam alat tangkap jenis (lift net), dimana proses kerjanya adalah dengan
mengusahakan agar berbagai jenis ikan dan hewan air lainnya dapat berkumpul diatas jaring
bagan tersebut, yang kemudian alat tangkap tersebut diangkat secepatnya (Gunarso, 1985).
Selain itu bagan termasuk (light fishing) yang menggunakan lampu sebagai alat bantu untuk
merangsang atau menarik ikan untuk berkumpul dibawah cahaya lampu (Ayodhyoa, 1981).
Jaring angkat atau bagan ini dalam beberapa tipe yaitu, tipe bundar, segi empat,
empat persegi panjang dan lain-lain. Jaring pengangkat mempunyai bingkai yang dapat
menangkap ikan ketika jaring-jaring tesebut diangkat secara vertikal. Sebagian besar jaring
digantung, sehingga ikan akan menghampiri jaring dengan bantuan umpan atau cahaya
lampu, setelah itu jaring diangkat dengan cepat untuk menangkap ikan tersebut. Spesies yang
akan ditangkap adalah ikan yang mempunyai kebiasaan bergerombol dan suka pada cahaya
lampu atau umpan (Kamal, 1991).
Komponen alat tangkap bagan terdiri dari jaring bagan, rumah bagan (anjang-
anjang), lampu dan serok. Terdapat alat penggulung atau (roller) yang berfungsi untuk
menurunkan atau mengangkat jaring. Pada prinsipnya bagan terdiri dari jaring yang
berbentuk empat persegi dengan ukuran standar 7,5 x 7,5 meter dan anjang-anjang terbuat
dari besi yang berukuran dibagian bawah 8,5 x 8,5 meter, sedangkan dibagian atas
dengan ukuran standar 7,5 x 7,5 meter dan anjang-anjang terbuat dari besi yang berukuran
dibagian bawah 8,5 x 8,5 meter, sedangkan dibagian atasberukuran 8 x 8 meter. Pada anjang-
anjang inilah tempat dimana jaring yang berbentuk tikar, lampu dan roller terdapat. Jaring
bisa dibuat dari bahan yang dianyam atau ditenun yang berukuran mata jaring (mesh size) 0,5
cm, jaring tersebut diikatkan pada sebuah bingkai berbentuk empat persegi. Bingkai ini bisa
dari bambu, besi atau bahan lainnya. Pada bagian bingkai yang berhadapan diikatkan tali dari
ijuk, tambang atau bahan lainnya untuk menarik dan menurunkan jaring pada waktu
penangkapan, pada keempat pojok bingkai atau jaring diikatkan batu-batu pemberat agar
jaring mudah tenggelam (Subani, 1975).
Cara penangkapan ikan dengan alat bagan ini tidaklah susah, justru dapat dikatakan
hampir semua orang dapat melakukannya. Penangkapan dimulai dengan terlebih dahulu
menurunkan jaring melalui empat utas tali yang diikatkan pada bingkai dengan menggunakan
suatu putaran roller, kemudian lampu diturunkan diatas permukaan air. Jaring diturunkan
pada kedalaman 5-10 meter dibawah permukaan air, dan ditunggu sampai ikan-ikan banyak
berkumpul. Penangkapan jaring dimulai ketika ikan-ikan sudah banyak berkumpul dibawah
lampu. Pengambilan ikan dilakukan dengan serok (Subani, 1975).
2.2.2 Kapal Perikanan
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2004, kapal
perikanan adalah kapal, perahu atau alat apung lain yang dipergunakan untuk melakukan
penangkapan ikan mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan,
pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian/eksplorasi
perikanan.
Kapal perikanan di perairan umum daratan, umumnya terdiri dari perahu dayung,
perahu papan kecil, perahu papan sedang, motor tempel dan kapal motor (Deswati, 2015).
Pada perairan laut sathean nelayan menggunakan motor lau atau viber degan kapasitas mesin
40pk-15pk berfungsi sebagai sarana transportasi bagi nelayan untuk menuju daerah
penangkapan maupun kera jaring apung
gambar 1 perahu nelayan

2.2.3 Nelayan
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2004,
mendefinisikan nelayan sebagai orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan
ikan. Nelayan menurut waktu kerjanya dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: nelayan penuh
adalah nelayan yang seluruh waktu kerjanya dipergunakan untuk melakukan operasi
penangkapan ikan. Nelayan sambilan utama adalah nelayan yang sebagian besar waktu
kerjanya digunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan. Nelayan tambahan sambilan
adalah nelayan yang sebagian kecil waktu kerjanya dipergunakan untuk melakukan operasi
penangkapan ikan.
Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi
penangkapan ikan dan binatang air lainnya/tanaman air. Para nelayan melakukan
pekerjaannya dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan demi kebutuhan hidup. Beberapa
faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan meliputi faktor sosial dan ekonomi yang
terdiri dari besarnya biaya, jumlah perahu, jumlah tenaga, kerja, jarak tempuh dan
pengalaman (Ridha, 2017).
Nelayan yang dibutuhkan dalam pengoperasian jaring angkat (lift net) tidak terlalu
banyak, cukup satu atau dua orang saja, karena tugasnya hanya menurunkan dan menaikkan
jaring pada saat mengoperasikan alat tangkap tersebut (Takril, 2005).
2.3 Teknik Operasi Penangkapan
Proses penangkapan pada bagan sangat sederhana. Ketika malam mulai gelap,
jaring mulai diturunkan. Seiring dengan penurunan jaring, lampu penarik perhatian ikan
mulai dinyalakan. Selang waktu 2-3 jam, jaring ditarik dengan menggunakan roller. Waktu
yang dibutuhkan untuk penarikan hanya 10 menit. Setelah itu ikan diangkat ke atas bagan.
Selanjutnya jaring kembali diturunkan untuk menunggu operasi selanjutnya. Dalam semalam
pengangkatan jaring dilakukan 4-5 kali (Sudirman dan Natsir, 2011).
2.4 Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan adalah jumlah dari spesies ikan maupun binatang air lainnya yang
tertangkap saat kegiatan operasi penangkapan. Hasil tangkapan bisa dibedakan menjadi dua,
yaitu hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan. Hasil tangkapan utama
adalah spesies yang menjadi target dari operasi penangkapan sedangkan hasil tangkapan
sampingan adalah spesies yang merupakan diluar dari target operasi penangkapan
(Ramadhan, 2008).
Hasil tangkapan bagan apung berupa jenis ikan pelagis kecil yang bersifat fototaksis
positif seperti Ikan teri (Stolephorus sp) yang merupakan salah satu diantara beberapa jenis
ikan yang hidup di laut sathean yang menjadi target utama penangkapan oleh oleh
masyarakat/nelayan di sekitar (Armaini, 2002). Jenis ikan lainnya, diantaranya adalah ikan
layang/momar (decapterus .sp) ikan tembang (sarddinela), ikan tongkol/komo (euthynnus
affinis), Cumi-Cumi ( Loligo sp.)
2.4.1 Ikan Teri (Stolephorus sp)
Ikan Teri (Engraulidae) merupakan tareget utama para nelayan sathean. Klasifikasi
ikan teri sebagai berikut:
Kerajaan: Animalis
Filum : Chordata
Kelas : Actinoptrygii
Ordo : Clupeiformes
Famili : (Stolephorus sp)

gambar 2 ikan( teri stolephoru sp)

Ikan teri adalah sekelompok ikan laut kecil anggota suku Engraulidae. Nama ini
mencakup berbagai ikan dengan warna tubuh perak kehijauan atau kebiruan.
Walaupun anggota Engraulidae ada yang memiliki panjang maksimum 23 cm, nama ikan
teri biasanya diberikan bagi ikan dengan panjang maksimum 5 cm. Moncongnya tumpul
dengan gigi yang kecil dan tajam pada kedua-dua rahangnya. Mangsa utama ikan teri ialah
planto. Menurut Hendradi (2009) ikan teri merupakan sumber kalsium yang tahan dan tidak
mudah larut dalam air. Ikan teri sangat baik sebagai sumber kalsium yang murah dan mudah
didapat. Menurut Astawan (2008) Ikan teri merupakan jenis ikan yang memilki nilai ekonomi
tinggi.Berikut ini gambar ikan teri:
2.4.2 layang/momar (decapterus sp)
Ikan layang merupakan salah satu hasil perikanan lepas pantai yang
terdapat di Indonesia. Ikan ini termasuk jenis pemakan zooplankton, hidup di
dekat permukaan laut (pelagis) dan membentuk gerombolan besar. Klasifikasi ikan
layang (Saanin 1984) adalah sebagai berikut:
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Famili : Carangidae
Spasies : (decapterus sp)
gambar 3 ikan momar(decapterus)
Ikan layang (Decapterus) termasuk komponen perikanan pelagis yang penting di
Indonesia dan biasanya hidup bergerombol dengan ikat lain seperti lemuru (Sardinella sirm),
lembang (Sardinella fimbriala, S. perforala), kembung (Rastrelliger kanaguaa. R.
brachysoma), selar (Canax sp.) dan ekor kuning (Caerio sp.). Diperairan Indonesia terdapat 5
tenis yang umum dijumpai yaitu Decapterus lajang, D. russelli, D. macrosoma. D. kurroides
dan D. maruadsi. Kelima jenis tersebut terdapat pula di perairan Maluku (BURHANUDDIN
et. al. 1983, WEBER & BEAUFORT 1931). Dalam (Abdul Samad Genisa, 1998
2.4.3 3 Ikan tembang (sarddinela)
Klasifikasi ikan Ikan tembang (sarddinela) menurut Sardjono,(1979
adalah sebagai berikut:
Kelas : Actinoptrygii
Sub kelas : Vertebrata
Ordo : Clubpeiformes
Famili : Clupeidae
Genus : Sardinella
Spesies : Berevoortia
gambar 4 ikan tembang (sarddinela sp)

Ikan tembang memiliki bentuk badan memanjang dan gepeng.Sisik-sisik duri


terdapat di bagian bawahbadan.Awal sirip pungung sedikit kedepan dari pertengahan badan,
jari-jari 16-19 .Tapisan ingsan halus,berjumlah 60-80 pada busur ingsan pada bagian
bawah.Ikan ini hidup berbentuk bergembolan besar ukuranya dapat mencapai 16 cm,namun
umunya 12,5cm. Warnanya biru kehijauan pada bagian atas ,putih perak pada bagian bawah
sirip-siripnya pucat kehijaun dan tembus cahaya ( Sardjono (1979
2.4.4 ikan tongkol/komo (euthynnus affinis),
Klasifikasi ikan tongkol/komo (euthynnus affinis) adalah sebagai berikut:
Kelas : Pisces
Sub kelas : Vertebrata
Ordo : Percomorphi
Family :Scombridae
Genus : Euthynnus
Spesies : (euthynnus affini
gambar 5 ikan (eutynuus affinis)

Ikan tongkol mempunyai sirip punggung, dubur, perut, dan dada yang pada bagian
pangkalnya terdapat lekukan sehingga sirip ini bisa dilipat masuk untuk memperkecil
gesekan dengan air ketika berenang. Selain itu, di bagian belakang sirip punggung dan dubur
juga terdapat sirip tambahan berukuran kecil yang disebut finlet. Ikan tongkol dapat tumbuh
hingga ukuran panjang 65 cm dan berat 1.720 gram ketika memasuki usia 5 tahun. Ikan ini
mudah dikenali karena punggungnya berwarna kebiruan, ungu tua, atau bahkan berwarna
hitam di seluruh bagian kepalanya.
Ada juga pola berupa 15 garis halus cenderung miring nyaris horisontal dan garis
bergelombang gelap di daerah atas linea lateralis. Sementara bagian bawah tubuhnya
berwarna putih atau cenderung lebih cerah. Bagian dada dan perutnya berwarna ungu dengan
sisi bagian dalam berwarna hitam.. Berikut ini gambar ikan tongkol/komo euthynnus affinis.
2.4.5 Cumi-Cumi ( Loligo sp.)
Klasifikasi cumi- cumi (Lolīgo ulgaris) adalah sebagai berikut:
Kelas : Cephalopod
Ordo : Teuthida
Family : Loliginidae
Genus : Loligo
Spesies : (Loligo sp.)
gambar 6 cumi(loligo sp.)
Cumi-cumi (Loligo sp.) termasuk dalam kelompok hewan lunak (Phylum Mullusca) dimana
hewan tersebut memiliki cangkang yang sangat tipis berwarna putih transparan dan
terletak pada bagian punggung. Meskipun Cumi-cumi (Loligo sp.) memiliki tubuh yang
lunak
tetapi punya kemampuan untuk membentuk cangkang (Shell) dari kapur dan bentuknya
hanya berupa kepingan kecil yang tumbuh didalam tubuhnya yang berfungsi sebagai tulang
pembentuk pada cumi tersebut. Cumi-cumi (Loligo sp.) dapat dideskripsikan sebagai berikut,
yaitu memiliki tubuh bulat tabung dan relatif panjang, pada bagian belakang meruncing dan
sisi kiri dan kanan memiliki sayap atau sirip yang berbentuk segitiga danpanjangnnya sekitar
2/3 panjang badan cumi tersebut yang fungsinya untuk keseimbangan saat berenang. Pada
bagian mulut terdapat 10 tentakel yang fungsinya selain sebagai tangan juga berfungsi
sebagai kaki dimana ada 2 tentakel berukuran panjang dan 8 tentakel berukuran lebih pendek
2.1 Peran cahaya pada alat tangkap bagan apung
Cahaya lampu merupakan suatu bentuk alat bantu secara optik yang digunakan untuk
menarik dan mengkonsentrasikan ikan. Sejak waktu lama metode ini telah diketahui secara
efektif di perairan air tawar maupun di laut, untuk menangkap ikan secara individu maupun
secara bergerombolan. Kegunaan cahaya lampu dalam metode penangkapan ikan adalah
untuk menarik ikan, serta mengkonsentrasikan dan menjaga ikan agar tetap terkonsentrasi
dan mudah ditangkap.
Tertariknya ikan pada cahaya sering disebutkan karena terjadinya peristiwa
fototaksis. Cahaya merangsang ikan dan menarik ikan untuk berkumpul pada sumber cahaya
tersebut atau juga disebutkan karena adanya rangsangan cahaya,ikan kemudian memberikan
responnya. Peristiwa ini dimanfaatkan dalam penangkapan ikan yang umumnya disebut light
fishing atau dari segi lain dapat juga dikatakan memanfaatkan salah satu tingkah laku ikan
untuk menangkap ikan itu sendiri. Dapat juga dikatakan bahwa dalam light fishing,
penangkapan ikan tidak seluruhnya memaksakan keinginannya secara paksa untuk
menangkap ikan tetapi menyalurkan keinginan ikan sesuai dengan nalurinya untuk ditangkap.
Fungsi cahaya dalam penangkapan ikan ini ialah untuk mengumpulkan ikan sampai pada
suatu area tertentu, lalu penangkapan dilakukan dengan alat jaring ataupun pancing dan alat-
alat lainnya (Sudirman dan Mallawa, 2004).

Permanfaat lampu di lakukan upaya memahami perilaku ikan merespon cahaya yang
ada disekitarnya. Pemanfaatan lampu dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu penangkapan
ikan yang telah berkembang secara cepat sejak ditemukan lampu listrik. Sebagian besar
nelayan beranggapan bahwa semakin besar intensitas cahaya yang digunakan maka akan
memperbanyak hasil tangkapannya sehingga tidak jarang nelayan menggunakan lampu yang
relatif banyak jumlahnya dengan intensitas cahaya yang tinggi dalam operasi
penangkapannya. Anggapan tersebut tidak benar, karena masing-masing ikan mempunyai
respon terhadap besarnya intensitas cahaya yang berbeda-beda.
Fungsi cahaya pada penangkapan ikan ini ialah untuk mengumpulkan ikan sampai
pada suatu area tertentu, lalu penangkapan dilakukan dengan jaring. Dengan alat jaring ini
dapat dikatakan bahwa jaring bersifat pasif, cahaya berfungsi untuk menarik ikan ke tempat
jaring. Peristiwa berkumpulnya ikan dibawah cahaya ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu
peristiwa langsung dan peristiwa tidak langsung. Peristiwa langsung yaitu ikan tertarik oleh
cahaya lalu berkumpul, sedangkan peristiwa tidak langsung yaitu dengan adanya cahaya
maka sebagai tempat plankton berkumpul lalu banyak ikan yang berkumpul untuk memakan
plankton tersebut.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tertariknya ikan terhadap sumber cahaya
antara lain keberadaan ikan dengan sumber cahaya, suhu air, intensitas cahaya dan predator.
Berbagai faktor yang mempengaruhi ikan terhadap cahaya, sumber dari cahaya itu sendiri
yang merupakan faktor utama (intensitas cahaya) yang mempengaruhi secara langsung pola
tingkah laku ikan (Yami, 1991).
Pola tertariknya ikan pada sumber cahaya cahaya berbeda-beda, pola kedatangan
ikan pada sumber cahaya dan ada yang langsung dan ada juga yang hanya berada disekitar
sumber pencahayaan. Ikan yang pola kedatangan tidak langsung masuk kedalam sumber
cahaya karena ingin mencari makan. Sedangkan ikan yang pola kedatangannya pada sumber
pencahayaan langsung diindikasikan adalah ikan yang berfototaksis positif dan telah
beradaptasi dengan cahaya masih tetap terus bergerak mendekati cahaya dan menjauhi
predator (Sulaiman et al., 2006).
Teknik pengkapan ikan sejak dahulu samapai sekarang relatif, sama yankni di dasarkan
pada permanffat tingkah laku ikan. Pada bagan atraktor berupa cahaya buatan sangat di
perlukan dalam proses pengkapan ikan .Fungsi atraktor bersifak fotaksis positif, sengga
nelayan muda melakukan pengkapan ( Yuda 2012).
2.2 Insensitas cahaya lampu
Rahman (2018), mengatakan bahwa kisaran intensitas cahaya yang dihasilkan pada
jarak 0.50 meter berkisar antara 256-385 lux. Pada pengukuran dengan jarak 1 meter,
intensitas cahaya yang terukur berada pada kisaran 73 -101 lux. Sedangkan hasil pengukuran
pada jarak 1.50 meter terukur pada kisaran 61-68 lux. Iluminasi cahaya yang terukur terus
mengalami penurunan seiring bertambahnya jarak. Hal tersebut bermakna bahwa nilai
intensitas cahaya terus menurun seiring bertambahnya jarak pengukuran. Nilai-nilai iluminasi
tersebut masih dalam kisaran yang adapted bagi ikan

Jenis dan komposisi hasil tangkapan atau konsentrasi gerombolan ikan berbeda-beda
untuk setiap jenisnya, pada perikanan bagan ikan teri membentuk schooling pada kedalaman
0-5 meter yaitu pada kisaran iluminasi cahaya 80-120 lux dan untuk ikan kembung, ikan
layang dan tembang berada pada kisaran kedalaman 10-20 meter yaitu pada kisaran
intensitas 5-10 lux, sedangkan cumi- cumi berada pada daerah bayang-bayang (Sudirman
2003). Setiap ikan memiliki batas toleransi yang berbeda-beda terhadap cahaya (Purbayanto
et al., 2010).
Martasuganda (2014), mengatakan bahwa gerombolan ikan hanya akan tertarik pada
cahaya apabila intensitas cahaya dipasang di atas permukaan air bisa menjangkau
gerombolan ikan. Kemudian terbatasnya kemampuan intensitas cahaya untuk menjangkau
gerombolan ikan bergantung pada besarnya intensitas cahaya di dalam perairan, hal ini
terjadi karena beberapa ikan memiliki swimming layer yang berbeda-beda.
Ikan-ikan yang mencari makan apa bila tersedia makanan akan tinggal lama di daerah
iluminasi cahaya untuk makan dan sebaliknya akan segera meninggalkan daerah tersebut jika
tidak tersedia makanan. Ikan-ikan yang pototaksis positif akan memilih cahaya yang
disenanginya. Berenang di atas atau di bawah jaring dan berdiam lama di sekitar iluminasi
cahaya. Ikan pototaksis positif dan mencari
2.3 Faktor- faktor lingkungan yang mempengaruhi hasil tangkapan
2.3.1 Arus
Arus merupakan gerakan air secara perlahan maupun cepat dipermukaan air maupun
di dalam air yang merupakan wujud dari penyinaran bumi yang tidak merata, dipengaruhi
oleh faktor-faktor seperti sifat air itu sendiri, gravitasi bumi, keadaan dasar perairan,
distribusi pantai dan gerakan rotasi bumi, angin dan bentuk topografi dasar lautan dan pulau
pulau yang ada disekitarnya (Hutabarat, 2000).

Arus yaitu gerakan air pada suatu perairan secara tidak langsung pengaruhnya
terhadap kehidupan ikan krena arus dapat memindahkan ikan, dapat memindahkan makanan
ikan serta arus dapat memindahkan lingkungan hidup ikan (Robert, 2005).
Kecepatan arus dibedakan menjadi 4 kategori yaitu kecepatan arus 0-0,25 m/s
termasuk arus lambat, kecepatan arus 0,25-0,50 m/s termasuk arus sedang, 0,50-1 m/s arus
cepat dan diatas 1 m/s disebut arus sangat cepat (Harahap dan Ihsan, 2009).

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan waktu


Penelitian di laksanakan di periran laut sathean kabupaten maluku tenggara pada tnaggal
9 agustus sampai 29 agustus 2023
3.2 Materi dan peralatan
3.2.1 Alat dan bahan
Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah hasil tangkapan alat tangkap bagan
apung dengan menggunakan 4 lampu LED (Light Emiting Diode) Philips warna putih
dengan daya 30 watt dan 4 lampu LED Philips warna putih dengan daya 45 watt. Alat yang
digunakan adalah unit operasional penangkapan bagan apung yaitu spetboat dan 2 bagan
apung sebagai alat menangkap ikan, stopwatch adalah alat yang digunakan untuk mengukur
lamanya waktu yang diperlukan dalam kegiatan, apliksi lux meter digunakan untuk
mengukur intensitas cahaya, timbangan untuk menghitung berat hasil tangkapan, kamera,
alat tulis dan laptop untuk mengolah data.
3.2.2 Alat pengukur prameter linkungan
Pengukuran parameter lingkungan yang dilakukan meliputi: arus (tali rafia dan botol air
mineral), alat tulis dan alat dokumentasi (camera).
3.3 Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode experimental fishing, hasil
tangkapan diperoleh secara langsung melalui penelitian di lapangan. Data tersebut adalah
hasil tangkapan yang diperoleh dengan menggunakan alat tangkap bagan apung berdasarkan
intensitas cahaya lampu LED (Light Emiting Diode) Philips warna putih 30 watt dan 45
watt.
Penelitian ini menggunakan dua perlakuan (lampu LED Philips warna putih 30 watt dan
45 watt) dan 15 kali pengulangan perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut
3.4. Persiapan penelitian
Persiapan dilakukan sebagai berikut, pertama mempersiapkan alat tangkap yang akan
digunakan dengan cara mengecek semua komponen alat tangkap bagan apung seperti jaring
bagan, lampu, serok dan roller. Semua kompenen tersebut harus dicek agar ketika proses
penangkapan alat tangkap dapat dioperasikan secara maksimal.
3.4.1 Kegiatan pelaksanaan penelitian
Pengoperasian bagan dimulai pada saat matahari mulai tenggelam dan diakhiri ketika
matahari mulai terbit. Ketika hari mulai gelap yaitu pukul 18.00 WIB, jaring bagan mulai
diturunkan, seiring dengan penurunan jaring lampu dinyalakan selama 5 jam bersamaan
dengan perendaman jaring tersebut. Selanjutnya pengukuran intensitas cahaya lampu
dilakukan dengan cara mendekatkan lux meter tepat berada dibawah lampu terpasang yaitu di
atas permukaan air. Pada pukul 05.00 WIB jaring ditarik menggunakan roller. Waktu yang
dibutuhan untuk penarikan 5-10 menit per satu unit alat tangkap bagan apung. Setelah itu
ikan diangkat menggunakan serok dan kemudian dipindahkan kedalam penampungan ikan
atau biasa di sebut gona setelah suda pagi hari baru ikan di pindahkan ke ember,lalu di bawah
ke kampung untuk di jual.Berikut gambar konstruski bagan apung

1
7

5 4

gambar 7 konstrusi bagan apung

Keterangan:
1.Bangunan Bagan 5. Pemberat Jaring
2.Karangka Jaring Waring 6. Pemberat didasar Danau
3.Pelampung 7. Lampu
4.Jaring Waring
3.4.2 Mengukur prameter lingkungan
Pengukuran parameter lingkungan dilakukan disetiap kali melakukan penangkapan
meliputi suhu, kecepatan arus sebagai berikut:
1 .Suhu diukur menggunakan thermometer yang dicelupkan ke perairan, setelah
dicelupkan maka terlihat batas suhu yang tertera pada alat tersebut.
2. Kecepatan arus diukur menggunakan metode botol hanyut yang diisi dengan air
sebanyak 1 botol dan dikaitkan ke salah satu ujung tali. Ukuran tali yang digunakan
sepanjang 1 meter. Kemudian jatuhkan botol ke perairan dengan kondisi ujung tali di
sisi sebaliknya telah dililitkan ke tangan. Pada saat botol dihanyutkan stopwatch mulai
dinyalakan, kemudian saat tali telah menegang stopwatch dimatikan. Wibisono (2005)
menyatakan bahwa waktu yang telah didapatkan dari pengukuran kecepatan arus
dihitung menggunakan rumus sebagau berikut.
𝑉 = 𝑠/𝑡
Keterangan : V = Kecepatan Arus (m/detik),S=jarak panjang tali T= waktu (Detik)
3..5 Data yang di himpun
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapangan terhadap
hasil tangkapan. Selain itu dilakukan wawancara dengan pemilik atau nelayan yang
mengoperasikan alat tangkap. Secara rinci data primer yang di kumpulkan dalam penelitian
ini meliputi: Pengamatan langsung terhadap hasil tangkapan, menghitung jumlah hasil
tangkapan per kg.
1.Pengukuran parameter lingkungan meliputi kecepatan arus.
2.Wawancara dengan nelayan bagan apung, pemilik unit, lembaga dan instansi terkait.
Data sekunder sebagai penunjang data primer yang diperoleh dari lembaga dan instansi
yang berhubungan dengan penelitian antara lain, Dinas Perikanan kabupaten maluku
tenggara adalah data kondisi geografis, wilayah sekitar laut sathean tersebut dan jurnal
yang bersangkutan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi umum lokasi penenlitian

Daerah pengakapan yg bertepat di laut sathean kec kei kecil kabupaten maluku tenggara
dapat di lihat pada gambar berikut ini Berikut gambar lokasi penelitian.

gambar 8 lokasi penelitian


4.2 Hasil tangkapan
Hasil tangkapan pada alat tangkap bagan apung terdapat 3 jenis dan satu jena cumi cumi
ikan.Ikan teri (Engraulidae) ,ikan tembang (sarddinela), ikan tongkol/komo (euthynnus
affinis), ikan tongkol/komo (euthynnus affinis), Cumi-Cumi ( Loligo sp.). Hasil tangkapan
pada alat tangkap bagan apung dengan intensitas cahaya lampu yang berbeda dapat dilihat
pada Tabel 1.

tabeL 1 hasil tangkapan alat tangkap bagan apung degan intesitas cahaya lampu yang berbeda
beda selama 20 hari.

No 30 Watt 45Watt
Jenis ikan Berat Berat
(Kg) (Kg)
1 Ikan Teri (Stolephorus sp) 241 586
2 layang/momar (decapterus sp) 33 25
3 Ikan tembang (sarddinela) 70 75
4 ikan tongko (euthynnus sp) 220 110
5 Cumi-Cumi ( Loligo sp.) 3 10.5
Total 567.Kg 876.Kg
Keteragan:1 Lampuh putih 30 Watt / Intesitas Cahaya 241 Lux
2 Lampuh putih 45 Watt/ Intesitas Cahaya 345 Lux
Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan berpengaruh terhadap hasil tangkapan
ikan berdasarkan berat ikan. Hal ini menunjukan bahwa intensitas cahaya lampu yang
berbeda akan menghasilkan berat tangkapan yang berbeda pula. Hasil tangkapan yang
tertinggi terdapat pada jenis ikan Ikan teri (Stolephorus sp)ada lampu putih 45 watt/
intensitas cahaya 345 lux sebanyak 5 8 6 kg sedangkan lampu putih 30 watt/ intensitas
cahaya 241 lux sebanyak 241. Banyaknya hasil tangkapan ikan teri dikarenakan ikan teri
merupakan ikan endemik yang hidup di kabupaten maluku tenggara Selain itu faktor yang
menyebabkan ikan bilih banyak tertangkap atau mendominasi di bagan karena ikan teri
merupakan salah satu ikan yang bersifat fototaksis positif atau tertarik oleh cahaya lampu.
Rata-rata nilai hasil tangkapan ikan selama penelitian pada lampu putih 30 watt/
intensitas cahaya 241 lux sebanyak 5 6 7 k g dan pada lampu putih 45 watt/ intensitas
cahaya 345 lux sebanyak 867kg . Banyaknya hasil tangkapan ikan pada lampu putih 45 watt/
intensitas cahaya 345 lux disebabkan karena lampu putih 45 watt/ intensitas cahaya 345 lux
lebih tinggi dibandingkan lampu putih 30 watt/ intensitas cahaya 241 lux sehingga lebih
banyak menghasilkan tangkapan ikan. Hal ini menyebabkan bahwa jumlah ikan yang
tertangkap adalah ikan-ikan yang bersifat fototaksis positif. Ikan-ikan tersebut lebih
menyukai cahaya lampu yang lebih terang dan disebabkan oleh keberadaan makanan yang
biasanya berkumpul dibawah cahaya lampu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gunarso
(1985), kemunculan ikan dibawah bagan disebabkan oleh keberadaan makanan yang
biasanya berkumpul dibawah cahaya lampu yaitu plankton, udang dan ikan-ikan yang lebih
kecil. Perbedaan intensitas cahaya lampu menyebabkan perbedaan hasil tangkapan (Susanto,
2000).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah lampu LED (Light Emiting Diode) Philips warna
putih dengan daya lampu 45 watt/ intensitas cahaya lampu 345 lux memberikan hasil
tangkapan lebih banyak dibandingkan dengan daya lampu 30 watt/ intensitas cahaya lampu
241 lux.
5.2 Saran
Diperlukannya penelitian lebih lanjut tentang efektifitas penggunaan lampu LED (Light
Emitting Diode) namun dengan warna dan kapasitas intensitas cahaya lampu yang berbeda
agar mampu menarik perhatian ikan yang bersifat fototaksis positif dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Mulyawan, Ali, and Dudung Juhana. "Pengaruh Kualitas Layanan Jasa Pendidikan Terhadap
Kepuasan Mahasiswa Di STMIK Mardira Indonesia Bandung." Jurnal Ekonomi,
Bisnis & Entrepreneurship 9.1 (2015): 41356.
Kunarso, Kunarso, et al. "Variabilitas suhu dan klorofil-a di daerah upwelling pada variasi
kejadian ENSO dan IOD di perairan selatan Jawa sampai Timor." ILMU KELAUTAN:
Indonesian Journal of Marine Sciences 16.3 (2011): 171-180.
Ikramullah, Mulana, Edy Miswar, and Ratna M. Aprilla. "Analisis Faktor Yang
Mempengaruhi Hasil Tangkapan Bagan Apung di Perairan Krueng Raya, Aceh
Besar, Provinsi Aceh." Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan
Unsyiah 3.3 (2018).
Susanto, Adi, and Dodi Hermawan. "Tingkah laku ikan Teri terhadap warna cahaya lampu
yang berbeda." Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan 2.1 (2013): 47-53.
Oliii, M. Y. U. P., Buheli, S., & Noor, S. Y. (2021). Pengaruh Warna Lampu Terhadap Hasil
Tangkapan Bagan Perahu di Kecamatan Ponelo Kepulauan. Akuatika
Indonesia, 6(1), 40-43.
ROHMIYATI, ROHMIYATI. Perbedaan Hasil Tangkapan Alat Tangkap Bagan Apung Pada
Intensitas Cahaya Lampu Yang Berbeda Di perairan laut maluku tenggara
Diss. Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, 2021.
Megawati, Megawati. Pengaruh Waktu Hauling Terhadap Hasil Tangkapan Bagan Perahu di
Perairan Kabupaten Barru= The Effect of Hauling Time on the Catch Boat
Lift Net in Barru Regency Waters. Diss. Universitas Hasanuddin, 2022.
Riyanto, Agus, Amani Edi Santoso, and Wawan Kurniawan. "Updating Alat Tangkap
Boukeami/Bagan Cungkil di Lampung." Buletin Teknik Litkayasa Sumber
Daya dan Penangkapan 17.2 (2020): 93-98.
Pradana, Muhammad Syamsuriza. KONSEP DESAIN BAGAN APUNG BERBAHAN FIBER
SEBAGAI OPTIMASI PROSES PENANGKAPAN IKAN. Diss. Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya, 2020.
Amrullah, Fahmi. kadar protein dan Ca pada ikan teri asin hasil pengasinan dengan abu
pelepah kelapa. Diss. Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012
Rosyidah, Ifa Nur, Akhmad Farid, and Apri Arisandi. "Efektivitas Alat Tangkap Mini Purse
Seine Menggunakan Sumber Cahaya Berbeda Terhadap Hasil Tangkap Ikan
Kembung (Rastrelliger sp.)." Jurnal Kelautan: Indonesian Journal of Marine
Science and Technology 2.1 (2009): 50-56.
Tamimi, Rasto, Julkarnain Ahmad, and Rustam Pelu. Habitat dan Tingkah Laku Ikan.
Penerbit NEM, 2023.
LAMPIRAN
Lampiran 1.Hasil tangkapan menggunakan cahaya lampu 45 watt berdasarkan berat
ikan Kg
Hari / Tanggal Jenis ikan Berat / (Kg)
Teri 120
Rabu 09-8-2023 Tembang 1
Kamis 10-8-2023 Teri 50
Teri 140
Jumat 11-8-2023 Tembang 1
Cumi- cumi 1
Komo 5
Sabtu 12-8-2023 Tembang 30
Teri 40
Teri 9
Minggu 13-8-2023 Tembang 20
Teri 30
Teri 25
Selasa 15-8-2023 Komo 10,5
Tembang 1
Teri 1
Rabu 16-8-2023 Teri 75
Momar 25
Kamis 17-8-2023 Teri 76
Cumi-Cumi 2
2
Jumat 18-8-2023 Teri 20
Cumi-Cumi 70
Sabtu 19-8-2023 Teri 20
Cumi-Cumi 30
Total 876,Kg
Lampiran 2.Hasil tangkapan menggunakan cahaya lampu 30 watt berdasarkan berat
ikan Kg
tabel 1 cahaya lampu 30 watt

Hari/ Tanggal Jenis ikan Berat (Kg)


Minggu 20-8-2023 Teri 90
Teri 30
Teri 1
Senin 21-8-2023 Cumi-Cumi 1
Tembang 20
Momar 1
Selasa 22-8-2023 Teri 25
Teri 1
Jumat 25-8-2023 Teri 30
Komo 150
Sabtu 26-8-2023 Teri 1
Teri 50
Senin 28-8-2023 Teri 20
Momar 30
Teri 50
Selasa 29-8-2023 Tembang 1
Cumi-Cumi 1
Rabu 30-8-2023 Momar 2
Teri 30
Kamis 31-8-2023 Teri 1
Teri 5
Komo 70
Sabtu -1-9-2023 Teri 3
Ccumi-Cumi 1
Total 567,Kg
Lampiran :3 gambar alat tangkap bagan apung

Alat tangkap bagan apung

lampu philips penurunan lampu bawah bagan mesin genstet

Anda mungkin juga menyukai