Anda di halaman 1dari 20

POLA PERPINDAHAN RUMAH “HOUSING CAREER”

STUDI KASUS TERHADAP EMPAT INDIVIDU


FARIDA NAWAFIA
DALHAR SUSANTO
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

farida.nawafia@gmail.com

ABSTRAK

Fenomena perpindahan rumah yang dialami oleh individu cukup menarik untuk dibahas. Dari fenomena tersebut,
kita dapat mengetahui apa itu housing career dan bagaimana pola perpindahan rumah / mobilitas perumahan
(residential mobility) yang dialami oleh individu. Dengan melengkapi pemahaman melalui studi kasus yang
terdiri dari empat individu yang telah berusia lebih dari lima puluh tahun sebagai narasumber, maka kita akan
lebih memahami topik ini. Hasil studi kasus ini kemudian akan menunjukkan bagaimana pola perpindahan
rumah itu terjadi pada seorang individu dan rumah-rumah apa saja yang terlibat dalam perpindahan ini.

Kata kunci: Mobilitas; Housing Career

ABSTRACT

The mobility phenomenon experienced by an individual is quite interesting to discuss. From this phenomenon,
we can find out what housing career is and how the patterns of residential mobility are experienced by the
individual. With a complete understanding through case study of four individuals who aged more than fifty years
old as a resource, then we will better understand this topic. The case study results will show how the pattern of
mobility occurs in an individual and what houses involved in this mobility are.

Keywords: Mobility; Housing Career

1. PENDAHULUAN

Menurut Martin Heidegger, sebuah bangunan tempat tinggal belum tentu merupakan
dwelling. Dalam bukunya “Poetry, Language, and Thought”, Heidegger (1975) menyebutkan
fourfold atau yang saya sebut dengan empat unsur dalam dwelling, antara lain earth, sky,
divinities, dan mortals yang sangat erat kaitannya dengan rumah atau tempat tinggal. Selama
manusia hidup, keempat unsur ini akan terus dijaga dan dipelihara guna mendapatkan
dwelling yang diinginkan. Seperti halnya tanaman yang dijaga dan dirawat agar ia tumbuh
dengan baik sesuai dengan keinginan si penanam.
Kehidupan di dunia ini tak lepas dari aktivitas manusia. Menurut Hannah Arrendt
(1998), aktivitas yang dilakukan manusia disebut dengan Vita Activa. Arrendt juga
menambahkan bahwa ada tiga aktivitas dasar manusia, antara lain labor, work, dan action.
1
Universitas Indonesia

Pola perpindahan..., Farida Nawafia, FT UI, 2013


Aktivitas ini yang kemudian juga memengaruhi kehidupan manusia khususnya yang
berhubungan dengan dwelling dan tempat tinggal. Hal itu disebabkan rumah atau tempat
tinggal juga merupakan sebuah tempat bagi aktivitas yang dilakukan oleh manusia.
Rumah sebagai tempat tinggal mempunyai peran yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Rumah mempunyai fungsi sekaligus makna bagi setiap pemiliknya.
Setiap penghuni berusaha membuat rumahnya bermakna untuk ia tinggali sehingga rumah
mempunyai makna yang berbeda sesuai penghuninya masing-masing.
Pada zaman modern seperti sekarang ini, perpindahan rumah kerap kali terjadi
khususnya di kota-kota besar. Hal itu dapat terjadi dengan berbagai macam latar belakang.
Saya mendeskripsikan perpindahan seseorang dalam dua tipe latar belakang, yaitu latar
belakang positif dan negatif. Latar belakang positif terjadi karena adanya peningkatan
kesejahteraan kehidupan, dalam hal ini bisa jadi karena faktor ekonomi atau peningkatan
luasan rumah karena kebutuhan ruang atau penambahan anggota keluarga baru. Latar
belakang negatif bisa terjadi karena adanya persoalan atau permasalahan yang terjadi di
rumah atau lingkungan sekitar rumah, misalnya pengusiran atau faktor keamanan.
Selanjutnya, kondisi perpindahan rumah pun banyak macamnya. Bukan hanya pindah
dari satu rumah ke rumah lain karena memang memiliki atau menyewa satu rumah, tetapi
perpindahan rumah bisa saja terjadi pada orang-orang yang memang mempunyai banyak
rumah. Artinya perpindahan rumah bukan hanya meninggalkan rumah yang lama dan tidak
lagi memilikinya, tetapi bisa saja seseorang menempati sebuah rumah sedangkan ia
mempunyai rumah yang lain yang berstatus miliknya sendiri.
Perpindahan rumah juga terkait dengan dengan status kepemilikan rumah. Sebuah
rumah belum tentu ditempati atau dihuni oleh sang pemilik rumah. Status rumah bisa saja
merupakan rumah sewa maupun milik sendiri. Untuk orang yang belum mampu membeli
rumah, biasanya mereka menyewa rumah dan ini bisa terjadi beberapa kali. Dalam konteks
ini, perpindahan rumah berakhir ketika orang sudah mampu membeli dan memiliki rumah.
Setelah perpindahan, rumah yang akan ditempati mempunyai peningkatan atau bahkan
bisa saja penurunan dari rumah yang ditempati sebelumnya. Hal ini biasanya diukur secara
kualitatif, misalnya dari harga, luasan, atau bagus tidaknya rumah itu. Peningkatan rumah bisa
dilihat dari lebih mahal, luas, dan bagusnya rumah tersebut, sedangkan penurunan rumah
sebaliknya.
Fenomena ini sangat menarik untuk dibahas, sebab perpindahan rumah merupakan
sebuah cara yang dilakukan manusia untuk mendapatkan fungsi dan makna rumah yang

2
Universitas Indonesia

Pola perpindahan..., Farida Nawafia, FT UI, 2013


sesuai dengan kondisi dirinya. Untuk mengetahui pola mobilitas perumahan yang dialami
oleh individu, maka skripsi ini akan membahas topik sekitar housing career.
Dari uraian di atas, dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas pada skripsi ini,
yaitu apa itu housing career dan bagaimana pola mobilitas perumahan (residential mobility)
yang dipelajari dalam housing career yang dialami oleh individu sehingga secara umum kita
dapat mengetahui apa itu housing career dan bagaimana pola mobilitas perumahan
(residential mobility) yang dialami oleh individu.

2. TINJAUAN TEORITIS

2.1. Daur Hidup Manusia

Tabel 2.1. Teori Daur Hidup Manusia oleh Erikson


Sumber: www.intropsych.com

Pada tabel di atas, kita dapat mengelompokkan rentang usia dalam tiga tahapan, yaitu masa
anak-anak, masa transisi, dan masa dewasa. Infancy, early childhood, play age, dan school
age adalah masa dimana seseorang masih berada dalam rentang usia anak-anak. Sedangkan
adolescence dan early adulthood adalah masa dimana seseorang dapat dikatakan dalam
rentang usia transisi. Selanjutnya, adulthood dan old age dapat dikategorikan dalam rentang
usia dewasa.

3
Universitas Indonesia

Pola perpindahan..., Farida Nawafia, FT UI, 2013


2.2. Tipologi Rumah
Berikut ini adalah gambaran tipologi untuk perumahan dengan kepadatan menengah.1
1. Attached Housing

Gambar 2.1. Attached Housing


Sumber : A Development Action Group Publication Issue 9. Volume 1. 2010

Attached housing adalah tipologi yang dibuat dari dua unit bangunan yang saling
bersebelahan dengan satu dinding dan biasanya menggambarkan pencerminan. Ruang
terbuka terdiri dari bagian depan dan belakang. Row housing atau perumahan yang
berbaris adalah salah satu bentuk attached housing yang bentuk masing-masing unitnya
sama atau seragam, dibangun menyamping satu sama lain dengan dua dinding yang
saling berbagi. Perumahan ini dapat dibuat bertingkat baik ke atas maupun ke bawah
apabila berada di sebuah bukit untuk membuat view atau orientasi yang baik. Selama
abad ke-19, penyelesaian perumahan dengan kepadatan yang tinggi di Afrika Selatan
adalah dengan menyediakan bentuk attached / semi-detached ini, dengan bentuk unit
berbaris dan tingkat dua, ditambah pula dengan pertokoan di depan di bagian jalan yang
menciptakan suasana yang hidup dan pedestrian yang ramah lingkungan.

2. Maisonettes

Gambar2.2. Maisonettes
Sumber: A Development Action Group Publication Issue 9. Volume 1. 2010

1
A Development Action Group Publication Issue 9. Volume 1. 2010
4
Universitas Indonesia

Pola perpindahan..., Farida Nawafia, FT UI, 2013


Maisonettes adalah blok-blok kecil dari flat atau apartemen dengan empat, enam, atau
delapan unit. Maisonettes adalah tipologi yang baik untuk kepadatan yang tinggi dengan
ketinggian yang rendah dan dapat mencapai unit dengan angka yang maksimum.
Maisonettes yang berada di atas lantai dasar dapat dicapai pada serambi terbuka yang
bersifat umum. Tipologi ini menyediakan kesempatan yang baik untuk memperkenalkan
perkembangan perumahan dengan kepadatan yang tinggi dalam jumlah yang kecil di
daerah pinggir kota dimana tanah yang sempit tersedia.

3. Courtyard Housing

Gambar 2.3.Courtyard Housing


Sumber: A Development Action Group Publication Issue 9. Volume 1. 2010

Courtyard housing adalah perumahan dengan halaman. Perumahan ini adalah salah satu
bentuk tempat tinggal tertua. Perumahan ini terdiri dari unit perumahan attached yang
disusun mengelilingi ruang terbuka atau courtyard. Karena dikelilingi oleh bangunan,
makan courtyard ini bersifat semi-courtyard yang menimbulkan perasaan aman dan
privat. Pintu depan perumahan ini biasanya terbuka langsung menuju courtyard dan pintu
belakang dapat dibuka melalui lorong atau jalan kecil.

4. Flats

Gambar 2.4. Flats


Sumber: A Development Action Group Publication Issue 9. Volume 1. 2010
5
Universitas Indonesia

Pola perpindahan..., Farida Nawafia, FT UI, 2013


Bentuk perumahan ini biasanya terdiri dari tiga sampai empat lantai dengan
menggunakan tangga atau berjalan ke atas. Perumahan seperti ini sering digunakan
untuk kepadatan menengah dan perumahan dengan ketinggian yang rendah. Empat lantai
adalah jumlah lantai maksimal yang pembangunannya ditentukan oleh tangga. Unit-unit
ini biasanya diakses melalui tangga yang bersifat umum. Tiga lantai adalah pertimbangan
ketinggian maksimum untuk kesehatan orang tua dan anak-anak, namun adapula faktor
lain yang menentukan empat tingkat/lantai menjadi batas maksimum ketinggian
perumahan ini, yaitu biaya efisien, kesempurnaan konstruksi, dan kemanan kebakaran.

5. Hybrid Housing

Gambar 2.5. Hybrid Housing


Sumber: A Development Action Group Publication Issue 9. Volume 1. 2010

Hybrid housing biasa disebut dengan cluster housing dan menunjukkan gabungan unit-
unit, dengan susunan bentuk yang bervariasi, disusun mengelilingi ruang komunal.
Menurut Richard Utermann, cluster housing adalah "yang paling mendasar dan bertahan
dari tempat tinggal manusia". Tipe dasar cluster housing adalah row dan terrace houses,
town houses, flats, maisonettes, dan courtyard houses.

6. Rooms
Rooms adalah bentuk tipologi dengan variasi ruangan yang dapat disewakan oleh
pemerintah, perusahaan, atau keluarga. Ruangan cenderung terdiri dari bentuk yang
bervariasi, mulai dari gaya asrama mahasiswa sampai asrama formal hingga pondok
backyard.

6
Universitas Indonesia

Pola perpindahan..., Farida Nawafia, FT UI, 2013


2.3. Housing Career

Housing career adalah “longer-view study of an individual or family residential mobility


pattern” (Skobba, 2008). Dari pernyataan tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa
housing career mempelajari pola mobilitas perumahan. Arti pola dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia2 adalah sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Dari definisi tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pola merupakan sebuah bentuk yang tetap yang dapat dirumuskan
menjadi sebuah cara kerja dalam mempelajari sesuatu. Arti mobilitas dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia3 adalah gerakan berpindah-pindah, sedangkan definisi dari bidang
antropologi, mobilitas adalah gerak perubahan atau perpindahan penduduk dari tempat yang
satu ke tempat yang lain. Dari definisi tersebut, mobilitas perumahan dapat pula kita sebut
dengan perpindahan perumahan. Maksud dari perpindahan perumahan adalah perpindahan
rumah yang dialami oleh seseorang atau keluarga.
Perpindahan rumah adalah salah satu cara yang dilakukan manusia untuk menemukan
rumah yang tepat dan sesuai dengan kondisi kehidupannya yang kerap kali berubah-ubah.
Rossi (1980) menjelaskan fenomena mobilitas perumahan sebagai “a process in the housing
market that occurs as families and households form, grow, and decline in size and
eventually.” Perpindahan rumah merupakan bentuk apresiasi keadaan suatu keluarga yang
berubah-ubah. Perpindahan dapat terjadi bukan hanya karena peningkatan kondisi kehidupan
suatu keluarga, melainkan juga karena penurunan kondisi keluarga tersebut.
In the normal operation of the housing market, the mismatch of housing and
households is seen as a critical driver in the mobility behavior of households (Rossi
1955, 1980; Hanushek and Quigley 1978).
Dari pernyataan di atas kita dapat memahami bahwa perilaku keluarga dalam
mobilitas dapat terjadi karena adanya ketidaksebandingan rumah dengan suatu keluarga.
Ketidaksebandingan itu dapat dilihat dalam beberapa variabel. Variabel tersebut menurut
Bourne dkk. antara lain tenure, penghasilan, dan usia.
Analyses that report the matching of households by tenure, household income, and
age of household for a particular urban area or country indicate considerable
variability (Bourne 1981; Murie, Niner, and Watson 1976; Priemus 1978; Van der
Schaar 1979).

2
http://bahasa.cs.ui.ac.id/kbbi/
7
Universitas Indonesia

Pola perpindahan..., Farida Nawafia, FT UI, 2013


2.3.1. Daur Hidup Manusia dan Vita Activa dalam Housing Career
Kata career dalam housing career itu sendiri dapat berarti riwayat kerja. Jika dilihat
dalam sebuah daur hidup, suatu career dapat dirumuskan seperti halnya daur hidup manusia
secara umum dalam pola perpindahan sosial. Pola perpindahan sosial manusia dalam career
tergambarkan seperti pola bawah, menengah, atas, kemudian akan turun lagi ke bawah.
Apabila dianalogikan dalam pekerjaan, hal itu dapat terlihat seperti halnya karyawan,
kemudian naik menjadi manager, kemudian naik lagi menjadi direktur, dan pada akhirnya
akan berakhir sebagai pensiunan atau berhenti bekerja.
Sedangkan pola perpindahan pada perumahan tergambar pada housing career.
Housing career tergambarkan dalam beberapa perspektif. Apabila kita melihat dari segi
fungsi dan kegiatan di dalam rumah, maka pola perpindahan rumah akan terlihat sebagai
kegiatan dalam Vita Activa (Hannah Arendt, 1998), yaitu labor, work, dan action.

2.3.2. Housing Tenure


Dalam perspektif tenure, pola perpindahan perumahan juga dapat terlihat dalam housing
career. Housing tenure dapat dikatakan sebagai status rumah terhadap penghuni rumah.
Kendig (1990) menggunakan kiasan tangga sebagai langkah peningkatan untuk
mengidentifikasi enam langkah kemajuan housing tenure, antara lain:
1. Living with parents
2. Public tenant
3. Private tenant
4. First-time buyer
5. Second-time buyer
6. Outright owner
Dari pendapat Kendig ini kita dapat menyimpulkan bahwa peningkatan housing
tenure adalah ketika seseorang berpindah dari menumpang menjadi menyewa, kemudian
dari menyewa ia mampu membeli, hingga akhirnya ia memiliki rumah. Penyewaan rumah
pun ada macam dan peningkatannya, mulai dari penyewaan umum, hingga penyewaan
privat, Sama halnya dengan menyewa, pembelian untuk masuk ke dalam tahap kepemilikan
rumah ada di dalam peningkatan housing tenure, yaitu mencicil dan akan meningkat apabila
ia sudah mampu membayar secara langsung (cash). Menurut Kendig (1990), pola ini
dipengaruhi oleh perubahan struktur keluarga dan pekerjaan dari anggota keluarga.

8
Universitas Indonesia

Pola perpindahan..., Farida Nawafia, FT UI, 2013


2.3.3. Lokasi
Adapula perspektif perpindahan perumahan dari segi lokasi, Concord (1984) juga
menjelaskan apabila kawasan urban dibagi menjadi pusat kota dan bagian pinggir kota,
aliran terbesar adalah dalam lingkaran pusat kota atau dalam lingkaran pinggir kota itu
sendiri. Sedangkan aliran yang sedikit lebih kecil terjadi dari pusat kota ke pinggir kota, dan
bahkan dari pinggir kota ke pusat kota (Hiltner and Smith, 1974).
Mobilitas intraurban adalah sebuah perhatian khusus karena meliputi bagian terbesar
perpindahan, dan hal ini dibagi dalam empat tipe: pusat kota ke pusat kota; pusat kota ke
pinggir kota; pinggir kota ke pusat kota; dan pinggir kota ke pinggir kota (Concord, 1984).
Movers within the central city tend characteristically to be lower income
individuals, often widow living alone, who are likely to be out of the labor force
(e.g., Lawton, 1965; Lapkopp, 1980).
The quite small flow of individuals from the suburbs to the central city usually has
low income and high probability of being unemployed and widowed (Golant, 1972).
Pendapat Lawton (1965) dan Lapkopp (1980) di atas menjelaskan bahwa ada hubungan
perpindahan antara lokasi perpindahan, faktor ekonomi, tipe keluarga, dan status pekerjaan
seseorang. Mereka mengambil kesimpulan bahwa seseorang yang berpindah di dalam pusat
kota mempunyai karakteristik yang cenderung berpenghasilan lebih rendah, atau seringkali
merupakan janda yang tinggal sendiri, yang mungkin sudah tidak lagi bekerja di pusat kota
tersebut. Selain itu, Golant (1972) juga menambahkan bahwa ada cukup banyak alur
perpindahan individu dari pinggir kota ke pusat kota yang biasanya dikarenakan pendapatan
yang rendah dan kemungkinan untuk menganggur dan menjadi janda.
Perpindahan yang dilakukan dengan jarak yang jauh, menurut Goldscheider (1996),
cenderung dilakukan oleh individu yang lebih muda, mempunyai pendidikan dan
pemasukan yang lebih tinggi, dan kecil kemungkinannya untuk dapat bekerja dan berstatus
janda dibanding orang yang lebih tua.
Dua tipe perpindahan (dalam pusat kota dan pinggir kota) menunjukkan pola yang
sama: secara spesifik, apabila pendapatan pasif rendah dan kepala rumah tangga tidak
bekerja, perpindahan pada bagian lingkaran pusat kota atau pinggir kota lebih sedikit
dibanding perpindahan dari bagian pusat kota ke pinggir kota atau sebaliknya (Concord,
1984).

9
Universitas Indonesia

Pola perpindahan..., Farida Nawafia, FT UI, 2013


2.3.4. Usia
Pada orang tua, khususnya yang berumur lebih dari lima puluh tahun, Concord
(1984) berpendapat bahwa urutan umum mobilitas perumahan bagi orang tua adalah
mengidentifikasi karakter individu atau rumah tangga sebagai sebuah makna yang dapat
membedakan tipe perpindahan dan tipe orang yang berpindah kemudian menyediakan dasar
untuk menjelaskan pola migrasi yang diamati.
Usia erat kaitannya dengan daur hidup manusia (infancy, early childhood, play age,
adolescence, early adulthood, adulthood, dan old age) dan berpengaruh pada perpindahan.
Usia ini akan berhubungan dengan kondisi individu dan kondisi rumah individu tersebut.

2.3.5. Status Perkawinan


Dari segi perkawinan, Concord membagi menjadi menjadi (1) rumah tangga yang
terdiri dari suami-isteri; (2) perempuan yang tinggal sendiri; (3) kepala rumah tangga
wanita, yang tinggal dengan orang lain, (4) laki-laki yang tinggal sendiri; (5) kepala rumah
tangga laki-laki, yang tinggal dengan orang lain.
Because differences in household types indicate variations in life course
experiences, there may be variations in patterns of residential mobility depending
on type of household (Stapleton, 1979).
Concord (1984) juga menyimpulkan bahwa kemungkinan terbesar rumah tangga yang
lebih muda dan telah menikah pindah dari pusat kota berasal dari usia mereka dan dari
status pernikahan mereka. Kelompok ini mempunyai kemungkinan pindah yang lebih besar
dari pusat kota ke pinggir kota daripada tipe rumah tangga yang lain.
Menurut Concord (1984), perempuan yang tinggal sendiri lebih mengutamakan lokasi
pekerjaan. Level pendidikan yang lebih tinggi mengurangi kemungkinan mobilitas
perpindahan bagi perempuan yang lebih tua yang tinggal sendiri ketika mereka mempunyai
sedikit atau tidak ada efek kemungkinan pindah seperti berumah tangga. Hal ini
mengindikasikan faktor-faktor selektif seperti halnya pendidikan dan status perkawinan
yang sangat berpengaruh untuk pasangan rumah tangga dan perempuan yang tinggal
sendiri. Hal ini menjelaskan bahwa perempuan yang tinggal sendiri mempunyai pola yang
berbeda dalam mobilitas apabila dibandingkan dengan tipe rumah tangga yang lain
(Concord, 1984).

10
Universitas Indonesia

Pola perpindahan..., Farida Nawafia, FT UI, 2013


2.3.6. Kondisi Ekonomi
Menurut Concord (1984), orang yang berpindah dari pinggir kota ke pusat kota,
diklasifikasikan ke dalam dua tipe. Concord menjelaskan tipe yang pertama sebagai orang
yang memiliki pendapatan yang rendah dan tidak bekerja sehingga dapat dipertimbangkan
bahwa tidak ada sumber finansial yang berarti atau cukup.
Tipe yang lain menurut Concord (1984), mempunyai jumlah pendapatan yang lebih
tinggi dengan pekerjaannya itu dan diklasifikasikan sebagai orang yang memiliki sumber
finansial yang lebih besar. Tipe yang pertama mempunyai pilihan lebih sedikit dan
cenderung mencari harga rumah yang lebih murah. Tipe yang kedua mempunyai perbedaan
yang kontras dengan tipe pertama, mempunyai lebih banyak pendapatan/pemasukan, dan
mungkin mempunyai kontrol yang lebih pada perpindahan dan pilihan rumah mereka.
(Concord, 1984).
Concord (1984) menyatakan bahwa usia dan status tenaga kerja mempunyai
hubungan kesatuan yang paling kuat dengan mobilitas dan tipe perpindahan itu menjadi
paling penting jika kepala rumah tangga mempunyai perkerjaan, dan menjadi kurang
penting jika kepala rumah tangga tidak mempunyai perkerjaan.
On the economic side, labor force participation, type and amount of income, and
education are the selective factors cited by the majority of authors (Murphy, 1979;
Wiseman and Roseman, 1979).

3. METODE PENELITIAN

Metode penulisan skripsi ini menggunakan metode deskriptif dengan studi literatur
seperti buku referensi, makalah, jurnal, dan sumber-sumber internet. Tulisan ini juga
dilengkapi dengan studi kasus untuk lebih memahami topik yang dibahas. Studi kasus
dilakukan pada beberapa individu dan membandingkan perpindahan rumah yang telah mereka
alami.

11
Universitas Indonesia

Pola perpindahan..., Farida Nawafia, FT UI, 2013


4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis Pola Perpindahan Rumah yang dialami oleh Bapak A

Gambar 4.1. Analisis Pola Perpindahan Rumah Bapak A


Sumber: Ilustrasi Pribadi

Selama 59 tahun hidupnya, Bapak A telah mengalami enam kali perpindahan. Namun
dalam enam perpindahan itu Bapak A hanya mengalami empat tahap perpindahan. Tahap
perpindahan Bapak A antara lain:
1. Tahap pertama ada di saat Bapak A hidup menumpang di rumah orang tua dan pamannya.
Saat menumpang, Bapak A berusia 0-16 tahun dan masuk ke dalam fase anak-anak hingga
transisi (infancy, early childhood, play age, school age, adolescence). Pada tahap ini pula,
Bapak A belum bekerja (masih sekolah), belum mempunyai pendapatan sendiri, dan belum
menikah.
2. Tahap kedua ada di saat Bapak A tinggal di tempat kerja (mess). Saat itu Bapak A berusia
16-32 tahun dan masuk ke dalam fase transisi hingga dewasa (adolescence, early
adulthood dan adulthood). Pada tahap ini pula, Bapak A sudah bekerja, mempunyai
pendapatan sendiri, namun belum menikah.
3. Tahap ketiga ada di saat Bapak A mempunyai rumah sendiri. Saat itu Bapak A berusia 32-
57 tahun dan masuk ke dalam tahap dewasa (adulthood). Kepemilikan rumah terjadi
sebanyak dua kali. Pada rumah pertama yang dimiliki sendiri oleh Bapak A, Bapak A
masih bekerja pada saat itu, sedangkan rumah kedua, Bapak A sudah tidak bekerja. Pada

12
Universitas Indonesia

Pola perpindahan..., Farida Nawafia, FT UI, 2013


tahap ini pula, Bapak A sudah menikah dan mempunyai dua orang anak yang ikut tinggal
bersamanya.
4. Tahap keempat ada di saat Bapak A tinggal di rumah orang lain. Saat itu Bapak A berusia
57-59 tahun dan masuk ke dalam tahap dewasa (adulthood). Bapak A diminta menempati
rumah tersebut oleh sang pemilik. Pada tahap ini Bapak A sudah tidak bekerja dan masih
menikah.

Seperti yang telah tergambarkan dalam tabel dan penjelasan di atas, terlihat bahwa ada
keterkaitan antara kondisi orang atau individu terhadap kondisi rumah pada setiap
perpindahan yang dilakukan oleh Bapak A.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pola perpindahan rumah Bapak A
secara sederhana dapat terlihat dari perpindahan rumah yang terjadi karena orang tua Bapak A
meninggal dunia, perpindahan terjadi dari menumpang orang tua menjadi menumpang paman.
Selain itu, perpindahan rumah terjadi karena Bapak A bekerja dan tempat tinggalnya pindah
ke tempat kerja. Dari fase anak-anak hingga dewasa, Bapak A tinggal menumpang di rumah
orang tua atau paman, sedangkan memiliki rumah sendiri saat dewasa, telah menikah, dan
mempunyai pekerjaan serta pendapatan sendiri. Selain itu, Bapak A juga akan mengalami
perpindahan apabila kondisi rumahnya tidak stabil, seperti halnya banjir. Ketika sudah tidak
bekerja dan pendapatan keluarga berkurang, Bapak A mengalami penurunan tenure dari
memiliki rumah sendiri menjadi menumpang di rumah orang lain. Secara umum, kondisi
rumah yang ditempati Bapak A cukup bagus dengan luas 90-188m2, kecuali saat bekerja dan
tinggal di kapal tempat bekerja.

Analisis Pola Perpindahan Rumah yang dialami oleh Bapak B

13
Universitas Indonesia

Pola perpindahan..., Farida Nawafia, FT UI, 2013


Keterangan:
Rumah Bapak B ke:
1. ±54m2, penghuni 4 orang
2. ±400m2, penghuni 5 orang
3. Rumah petak, penghuni 5 orang
4. ±96m2, penghuni 6 orang
5. Rumah baru di dalam komplek perumahan, penghuni 7 orang
6. ±200m2, penghuni 9 orang
7. ±42m2, penghuni 7 orang
8. Kamar 3x6m, penghuni 2 orang
9. Kamar 3x3m, penghuni 2 orang
10. Kamar 3x3m, penghuni 1 orang
11. ±600m2, penghuni 7 orang
12. Kamar 3x3m, penghuni 1 orang
13. ±700m2, penghuni 4 orang
14. ±600m2, penghuni 7 orang
15. Tipe 54, penghuni 8 orang
16. ±250m2, penghuni 5 orang
Gambar 4.2. Analisis Pola Perpindahan Rumah Bapak B
Sumber: Ilustrasi Pribadi

Selama 56 tahun hidupnya, Bapak B telah mengalami enam belas kali perpindahan.
Namun dalam enam belas perpindahan itu, Bapak B hanya mengalami empat tahap
perpindahan. Tahap perpindahan Bapak B antara lain:
1. Tahap pertama ada di saat Bapak B hidup menumpang di rumah orang tua, dan pamannya,
serta menyewa kamar kost dengan biaya dari orang tuanya. Saat menumpang, Bapak B
berusia 0-28 tahun dan masuk ke dalam fase anak-anak, transisi, hingga dewasa (infancy,
early childhood, play age, school age, adolescence, early adulthood, dan adulthood). Pada
tahap ini pula, Bapak B sudah mulai bekerja dan mempunyai pendapatan sendiri di rumah
terakhir ia menumpang, namun belum menikah.
2. Tahap kedua ada di saat Bapak B menyewa rumah atau kamar kost dari hasil
pendapatannya sendiri. Saat itu Bapak B berusia 28-29 tahun dan sudah masuk ke dalam
fase dewasa (adulthood). Pada tahap ini pula, Bapak B masih bekerja dan belum menikah.
3. Tahap ketiga ada di saat Bapak B kembali menumpang di rumah mertua dan pamannya.
Pada tahap ini, Bapak B berusia 29-39 tahun dan masuk ke dalam fase dewasa (adulthood).
Pada tahap ini Bapak B masih bekerja dan sudah menikah.

14
Universitas Indonesia

Pola perpindahan..., Farida Nawafia, FT UI, 2013


4. Tahap keempat ada di saat Bapak B memiliki rumah sendiri. Pada tahap ini Bapak B beusia
39-56 tahun dan berada dalam fase dewasa (adulthood). Bapak B masih bekerja dan masih
menikah serta mempunyai 3 orang anak.

Seperti yang telah tergambarkan dalam tabel dan penjelasan di atas, terlihat bahwa ada
keterkaitan antara kondisi orang atau individu terhadap kondisi rumah pada setiap
perpindahan yang dilakukan oleh Bapak A.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pola perpindahan rumah Bapak B
secara sederhana terlihat selain dari faktor atau kondisi individu sendiri, juga karena orang tua
yang sering berpindah karena pekerjaan saat Bapak B masih kecil. Bapak B akan menumpang
di rumah orang tua ketika berada dalam fase anak-anak, belum bekerja, dan belum menikah.
Namun ketika Bapak B sudah mulai besar dan memasuki fase usia remaja, ada keinginan dari
Bapak B untuk tinggal di kota-kota lain, meskipun kehidupan tergantung dari uang kiriman
orang tua. Bapak B mempunyai rumah sendiri ketika Bapak B sudah menikah dan dalam fase
usia dewasa. Ketika mempunyai rumah sendiri, terjadi peningkatan kondisi rumah misalnya
dari luas rumah. Lokasi rumah baik di pusat atau pinggir kota berasal dari lokasi rumah orang
tua/saudara/mertua yang ditumpangi, jarak dari tempat sekolah/kuliah, serta jarak dari tempat
kerja. Rumah yang disewa rata-rata adalah kategori rooms yang ditempati satu hingga dua
orang.

Analisis Pola Perpindahan Rumah yang dialami oleh Ibu C

Gambar 4.3. Analisis Pola Perpindahan Rumah Ibu C


Sumber: Ilustrasi Pribadi
15
Universitas Indonesia

Pola perpindahan..., Farida Nawafia, FT UI, 2013


Selama 53 tahun hidupnya, Ibu C telah mengalami tujuh kali perpindahan. Namun
dalam tujuh perpindahan itu, Ibu C hanya mengalami tiga tahap perpindahan. Tahap
perpindahan Ibu C antara lain:
1. Tahap pertama ada di saat Ibu C hidup menumpang di rumah orang tuanya. Saat
menumpang, Ibu C berusia 0-31 tahun dan masuk ke dalam fase anak-anak, transisi, hingga
dewasa (infancy, early childhood, play age, school age, adolescence, early adulthood, dan
adulthood). Pada tahap ini pula, Ibu C sudah bekerja dan mempunyai pendapatan sendiri,
namun Ibu C belum menikah.
2. Tahap kedua ada di saat Ibu C memiliki rumah sendiri. Saat itu Ibu C berusia 31-37 tahun
dan sudah masuk ke dalam fase dewasa (adulthood). Pada tahap ini pula, Ibu C masih
bekerja dan menikah.
3. Tahap ketiga ada di saat Ibu C menyewa rumah. Pada tahap ini, Ibu C berusia 37-53 tahun
dan masuk ke dalam fase dewasa (adulthood). Penyewaan yang terjadi sebanyak lima kali
dan terdiri dari menyewa rumah, mulai dari rumah yang besar dan bagus, apartemen,
hingga rumah petak. Pada tahap ini Ibu C masih bekerja pada rumah sewanya yang
pertama kemudian berhenti bekerja pada rumah sewanya yang kedua hingga saat ini dan
menjadi Ibu Rumah Tangga, namun masih menikah dan pendapatan keluarga berasal dari
suami.
Seperti yang telah tergambarkan dalam tabel dan penjelasan di atas, terlihat bahwa ada
keterkaitan antara kondisi orang atau individu terhadap kondisi rumah pada setiap
perpindahan yang dilakukan oleh Ibu C.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pola perpindahan rumah yang Ibu C
secara sederhana dapat terlihat ketika belum menikah, walaupun sudah menginjak fase usia
dewasa dan bekerja, Ibu C menumpang di rumah orang tuanya. Namun ketika Ibu C sudah
menikah, maka Ibu C akan pindah rumah, hidup dengan keluarga barunya, dan memiliki
rumah sendiri. Setelah memiliki rumah sendiri, Ibu C mengalami penurunan tenure menjadi
menyewa rumah karena sudah tidak lagi merasa nyaman dengan rumah yang dimilikinya,
tetapi kondisi rumah yang disewa lebih bagus daripada rumah milik sendiri. Setelah
mengalami penurunan tenure dari milik menjadi sewa, Ibu C pun mengalami penurunan
tenure kembali dengan berkurangnya luasan rumah dan kondisi rumah, meskipun status
rumah masih rumah sewa. Penurunan tenure ini dipengaruhi oleh kondisi ekonomi.
Selain kondisi ekonomi, lokasi pemilihan rumah juga sangat memengaruhi
perpindahan. Ibu C memerhatikan lokasi rumah yang mempunyai jarak yang dekat dengan
sekolah dan mempunyai akses yang mudah ke segala arah.
16
Universitas Indonesia

Pola perpindahan..., Farida Nawafia, FT UI, 2013


Analisis Pola Perpindahan Rumah yang dialami oleh Ibu D

Keterangan:
Rumah Ibu D ke:
1. ±200m2, penghuni 7 orang
2. ±30m2, penghuni 3 orang
3. ±100m2, penghuni 8 orang
4. ±20m2, penghuni 3 orang
5. ±200m2, penghuni 9 orang
6. ±20m2, penghuni 4 orang
7. ±60m2, penghuni 7 orang
8. ±114m2, penghuni 8 orang
9. ±40m2, penghuni 3 orang
10. ±40m2, penghuni 2 orang
11. ±60m2, penghuni 4 orang
Gambar 4.4. Analisis Pola Perpindahan Rumah Ibu D
Sumber: Ilustrasi Pribadi

Selama 54 tahun hidupnya, Ibu D telah mengalami sebelas kali perpindahan. Namun
dalam perpindahan itu, Ibu D hanya mengalami tiga tahap perpindahan. Tahap perpindahan
Ibu D antara lain:
1. Tahap pertama ada di saat Ibu D hidup menumpang di rumah orang tuanya dan menyewa
rumah bersama suaminya. Dalam tahap ini, status menumpang dan menyewa rumah
bergerak stabil dan saling bergantian. Ibu D berusia 0-26 tahun dan masuk ke dalam fase
anak-anak, transisi, hingga dewasa (infancy, early childhood, play age, school age,

17
Universitas Indonesia

Pola perpindahan..., Farida Nawafia, FT UI, 2013


adolescence, early adulthood, dan adulthood). Pada tahap ini pula, Ibu C sudah menikah
dan mendapatkan penghasilan dari suaminya.
2. Tahap kedua ada di saat Ibu D memiliki rumah sendiri. Saat itu Ibu D berusia 26-51 tahun
tahun dan sudah masuk ke dalam fase dewasa (adulthood). Pada tahap ini pula, Ibu D
masih menikah (mempunyai empat orang anak) dan masih mendapatkan pendapatan dari
suami.
3. Tahap ketiga ada di saat Ibu D kembali menyewa rumah dan menumpang di rumah
anaknya. Pada tahap ini, Ibu D berusia 51-54 tahun dan masuk ke dalam fase dewasa
(adulthood). Pada tahap ini, suami Ibu D telah meninggal dunia, sehingga pendapatan Ibu
D berasal dari anaknya

Seperti yang telah tergambarkan dalam tabel dan penjelasan di atas, terlihat bahwa ada
keterkaitan antara kondisi orang atau individu terhadap kondisi rumah pada setiap
perpindahan yang dilakukan oleh Ibu D.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pola perpindahan rumah yang
dialami oleh Ibu D secara sederhana antara lain Ibu D memiliki rumah sendiri saat sudah
menikah dan berada dalam fase usia dewasa dengan penghasilan yang cukup. Saat anak-anak
hingga remaja dan belum menikah, Ibu D menumpang di rumah orang tua. dan di masa
remaja, ketika Ibu D sudah menikah dan pindah rumah mengikuti suaminya. Namun tidak
menutup kemungkinan Ibu D kembali menumpang di rumah orang tua atau kakaknya karena
beberapa faktor, misalnya hamil tua dan kondisi rumah Ibu D yang tidak bagus. Penurunan
tenure yaitu dari memiliki rumah sendiri menjadi menyewa terjadi ketika kondisi ekonomi
melemah karena suami yang meninggal dunia dan Ibu D tidak bekerja. Dari sebelas rumah
yang pernah ditinggali Ibu D, sepuluh diantaranya berada di pinggir kota dan hanya satu yang
berada di pusat kota saat ingin dekat dengan lokasi kerja suami. Dari situ, perpindahan dalam
lingkaran pinggir kota lebih banyak terjadi dari perpindahan yang lain.

5. KESIMPULAN

Dari kajian teori serta studi kasus dan analisis yang telah dilakukan, kita dapat
mengambil kesimpulan bahwa housing career is a longer-view study of an individual or
family residential mobility pattern (Skobba, 2008). Selain itu, perpindahan rumah dalam
rentang usia 53-59 tahun dapat terjadi sebanyak 6-16 kali.

18
Universitas Indonesia

Pola perpindahan..., Farida Nawafia, FT UI, 2013


Secara sederhana, pola perpindahan rumah yang dapat dirumuskan dari keempat
narasumber yaitu kondisi rumah seseorang dimulai dengan menumpang, baik menumpang
orang tua atau saudara. Hal ini terjadi umumnya pada fase infancy hingga adolescence.
Sebelum memiliki rumah sendiri, seseorang menyewa rumah atau menumpang terlebih
dahulu. Seseorang akan memiliki rumah sendiri ketika sudah dalam fase usia dewasa dengan
kondisi ekonomi yang mendukung dan sudah menikah. Sedangkan penurunan tenure terjadi
ketika seseorang mengalami penurunan kondisi ekonomi. Selain itu, pemilihan lokasi saat
anak-anak hingga remaja baik pinggir ataupun pusat kota, umumnya mengikuti tempat tinggal
orang tua atau jarak dari sekolah, sedangkan saat dewasa atau sudah menikah ialah dari
kondisi diri sendiri dan anggota keluarga lainnya. Dari keempat narasumber, didapat bahwa
perpindahan rumah yang berkaitan dengan lokasi terjadi paling besar dalam lingkaran pusat
kota atau lingkaran pinggir kota itu sendiri. Hal ini sesuai dengan teori Concord (1984) dan
Hiltner dan Smith (1974) yang menyatakan bahwa aliran kecil terjadi pada perpindahan dari
pusat kota ke pinggir kota atau sebaliknya. Selanjutnya, tipologi rumah yang ada pada
keempat narasumber didominasi oleh attached dan beberapa oleh detached housing.
Sementara itu, alasan perpindahan yang bisa diambil dari studi kasus dan analisis yang
telah dilakukan, terdiri dari:
1.Penambahan dan pengurangan anggota keluarga. Hal ini dapat terjadi pada contoh kasus
kelahiran dan meninggalnya anggota keluarga; 2. Pekerjaan. Hal ini biasanya dilakukan untuk
memudahkan seseorang bekerja, misalnya dari lokasi pekerjaan; 3. Pernikahan. Setelah
menikah, seseorang dapat mengalami perpindahan apabila pasangan suami isteri ingin hidup
mandiri dan pindah dari rumah orang tua, atau pasangan suami isteri malah tinggal bersama
orang tua atau mertua; 4. Faktor alam. Kebakaran dan banjir merupakan contoh faktor alam
yang dapat memengaruhi perpindahan; 5. Pendidikan. Seseorang pindah karena faktor
pendidikan biasanya terjadi karena lokasi pendidikan sendiri; 6. Kondisi ekonomi.
Peningkatan atau penurunan kondisi ekonomi tentunya sangat memengaruhi perpindahan
rumah; 7. Kondisi rumah. Kondisi fisik dan lingkungan memengaruhi perpindahan seseorang,
misalnya kerusakan bangunan yang membuat bangunan tersebut tidak layak ditinggali
seseorang.
Dengan demikian, banyaknya perpindahan rumah dalam rentang waktu tertentu dapat
terjadi dengan pola yang berkaitan dengan alasan perpindahan dan kondisi individu yang
kemudian memengaruhi kondisi rumah.

19
Universitas Indonesia

Pola perpindahan..., Farida Nawafia, FT UI, 2013


DAFTAR PUSTAKA

Arendt, Hannah. 1998. The Human Condition Second Edition. Chicago, London: The
University of Chicago Press.
Boulton, Rich. 2006. Hannah Arendt on Vita Activa.
Clark, W.A.V., Moore, Eric G. 1979. Residential Mobility and Public Policy Volume 19,
Urban Affairs Annual Review. Beverly Hills, London: Sage Publications.
Concord, Clare M. Stapleton. 1984. Intraurban Residential Mobility of the Aged. Wiley.
Erikson, Erik H. 1997. The Life Cycle Completed Extended Version. New York, London:
W.W. Norton & Company.
Gober, Patricia, dkk. 1991. Phoenix in Flux: Household Instability, Residential Mobility, and
Neighborhood Change. Taylor & Francis, Ltd.
Heidegger, Martin. 1975. Poetry, Language, Thought. New York, Hagerstown, San Fransisco,
London: Harper Colophon Books, Harper & Row Publishers.
Lee, Seong Woo, Myers, Dowell. 2003. Local Housing-Market Effects on Tenure Choice.
Springer.
Rossi, Peter H. 1980. Why Families Move 2nd Edition. Beverly Hills, London: Sage
Publications.
Section 4: Guidelines for Sustainable Medium-Density Housing. Development Action Group.
Skobba, Kimberly Renee. The Influence of Section 8 Vouchers on The Housing Careers of
Working Poor Families. ProQuest.
2010. Issue 9, Volume 1. A Development Action Group Publication.

20
Universitas Indonesia

Pola perpindahan..., Farida Nawafia, FT UI, 2013

Anda mungkin juga menyukai