Pola Perpindahan Rumah Housing Career Studi Kasus Terhadap Empat Individu
Pola Perpindahan Rumah Housing Career Studi Kasus Terhadap Empat Individu
farida.nawafia@gmail.com
ABSTRAK
Fenomena perpindahan rumah yang dialami oleh individu cukup menarik untuk dibahas. Dari fenomena tersebut,
kita dapat mengetahui apa itu housing career dan bagaimana pola perpindahan rumah / mobilitas perumahan
(residential mobility) yang dialami oleh individu. Dengan melengkapi pemahaman melalui studi kasus yang
terdiri dari empat individu yang telah berusia lebih dari lima puluh tahun sebagai narasumber, maka kita akan
lebih memahami topik ini. Hasil studi kasus ini kemudian akan menunjukkan bagaimana pola perpindahan
rumah itu terjadi pada seorang individu dan rumah-rumah apa saja yang terlibat dalam perpindahan ini.
ABSTRACT
The mobility phenomenon experienced by an individual is quite interesting to discuss. From this phenomenon,
we can find out what housing career is and how the patterns of residential mobility are experienced by the
individual. With a complete understanding through case study of four individuals who aged more than fifty years
old as a resource, then we will better understand this topic. The case study results will show how the pattern of
mobility occurs in an individual and what houses involved in this mobility are.
1. PENDAHULUAN
Menurut Martin Heidegger, sebuah bangunan tempat tinggal belum tentu merupakan
dwelling. Dalam bukunya “Poetry, Language, and Thought”, Heidegger (1975) menyebutkan
fourfold atau yang saya sebut dengan empat unsur dalam dwelling, antara lain earth, sky,
divinities, dan mortals yang sangat erat kaitannya dengan rumah atau tempat tinggal. Selama
manusia hidup, keempat unsur ini akan terus dijaga dan dipelihara guna mendapatkan
dwelling yang diinginkan. Seperti halnya tanaman yang dijaga dan dirawat agar ia tumbuh
dengan baik sesuai dengan keinginan si penanam.
Kehidupan di dunia ini tak lepas dari aktivitas manusia. Menurut Hannah Arrendt
(1998), aktivitas yang dilakukan manusia disebut dengan Vita Activa. Arrendt juga
menambahkan bahwa ada tiga aktivitas dasar manusia, antara lain labor, work, dan action.
1
Universitas Indonesia
2
Universitas Indonesia
2. TINJAUAN TEORITIS
Pada tabel di atas, kita dapat mengelompokkan rentang usia dalam tiga tahapan, yaitu masa
anak-anak, masa transisi, dan masa dewasa. Infancy, early childhood, play age, dan school
age adalah masa dimana seseorang masih berada dalam rentang usia anak-anak. Sedangkan
adolescence dan early adulthood adalah masa dimana seseorang dapat dikatakan dalam
rentang usia transisi. Selanjutnya, adulthood dan old age dapat dikategorikan dalam rentang
usia dewasa.
3
Universitas Indonesia
Attached housing adalah tipologi yang dibuat dari dua unit bangunan yang saling
bersebelahan dengan satu dinding dan biasanya menggambarkan pencerminan. Ruang
terbuka terdiri dari bagian depan dan belakang. Row housing atau perumahan yang
berbaris adalah salah satu bentuk attached housing yang bentuk masing-masing unitnya
sama atau seragam, dibangun menyamping satu sama lain dengan dua dinding yang
saling berbagi. Perumahan ini dapat dibuat bertingkat baik ke atas maupun ke bawah
apabila berada di sebuah bukit untuk membuat view atau orientasi yang baik. Selama
abad ke-19, penyelesaian perumahan dengan kepadatan yang tinggi di Afrika Selatan
adalah dengan menyediakan bentuk attached / semi-detached ini, dengan bentuk unit
berbaris dan tingkat dua, ditambah pula dengan pertokoan di depan di bagian jalan yang
menciptakan suasana yang hidup dan pedestrian yang ramah lingkungan.
2. Maisonettes
Gambar2.2. Maisonettes
Sumber: A Development Action Group Publication Issue 9. Volume 1. 2010
1
A Development Action Group Publication Issue 9. Volume 1. 2010
4
Universitas Indonesia
3. Courtyard Housing
Courtyard housing adalah perumahan dengan halaman. Perumahan ini adalah salah satu
bentuk tempat tinggal tertua. Perumahan ini terdiri dari unit perumahan attached yang
disusun mengelilingi ruang terbuka atau courtyard. Karena dikelilingi oleh bangunan,
makan courtyard ini bersifat semi-courtyard yang menimbulkan perasaan aman dan
privat. Pintu depan perumahan ini biasanya terbuka langsung menuju courtyard dan pintu
belakang dapat dibuka melalui lorong atau jalan kecil.
4. Flats
5. Hybrid Housing
Hybrid housing biasa disebut dengan cluster housing dan menunjukkan gabungan unit-
unit, dengan susunan bentuk yang bervariasi, disusun mengelilingi ruang komunal.
Menurut Richard Utermann, cluster housing adalah "yang paling mendasar dan bertahan
dari tempat tinggal manusia". Tipe dasar cluster housing adalah row dan terrace houses,
town houses, flats, maisonettes, dan courtyard houses.
6. Rooms
Rooms adalah bentuk tipologi dengan variasi ruangan yang dapat disewakan oleh
pemerintah, perusahaan, atau keluarga. Ruangan cenderung terdiri dari bentuk yang
bervariasi, mulai dari gaya asrama mahasiswa sampai asrama formal hingga pondok
backyard.
6
Universitas Indonesia
2
http://bahasa.cs.ui.ac.id/kbbi/
7
Universitas Indonesia
8
Universitas Indonesia
9
Universitas Indonesia
10
Universitas Indonesia
3. METODE PENELITIAN
Metode penulisan skripsi ini menggunakan metode deskriptif dengan studi literatur
seperti buku referensi, makalah, jurnal, dan sumber-sumber internet. Tulisan ini juga
dilengkapi dengan studi kasus untuk lebih memahami topik yang dibahas. Studi kasus
dilakukan pada beberapa individu dan membandingkan perpindahan rumah yang telah mereka
alami.
11
Universitas Indonesia
Selama 59 tahun hidupnya, Bapak A telah mengalami enam kali perpindahan. Namun
dalam enam perpindahan itu Bapak A hanya mengalami empat tahap perpindahan. Tahap
perpindahan Bapak A antara lain:
1. Tahap pertama ada di saat Bapak A hidup menumpang di rumah orang tua dan pamannya.
Saat menumpang, Bapak A berusia 0-16 tahun dan masuk ke dalam fase anak-anak hingga
transisi (infancy, early childhood, play age, school age, adolescence). Pada tahap ini pula,
Bapak A belum bekerja (masih sekolah), belum mempunyai pendapatan sendiri, dan belum
menikah.
2. Tahap kedua ada di saat Bapak A tinggal di tempat kerja (mess). Saat itu Bapak A berusia
16-32 tahun dan masuk ke dalam fase transisi hingga dewasa (adolescence, early
adulthood dan adulthood). Pada tahap ini pula, Bapak A sudah bekerja, mempunyai
pendapatan sendiri, namun belum menikah.
3. Tahap ketiga ada di saat Bapak A mempunyai rumah sendiri. Saat itu Bapak A berusia 32-
57 tahun dan masuk ke dalam tahap dewasa (adulthood). Kepemilikan rumah terjadi
sebanyak dua kali. Pada rumah pertama yang dimiliki sendiri oleh Bapak A, Bapak A
masih bekerja pada saat itu, sedangkan rumah kedua, Bapak A sudah tidak bekerja. Pada
12
Universitas Indonesia
Seperti yang telah tergambarkan dalam tabel dan penjelasan di atas, terlihat bahwa ada
keterkaitan antara kondisi orang atau individu terhadap kondisi rumah pada setiap
perpindahan yang dilakukan oleh Bapak A.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pola perpindahan rumah Bapak A
secara sederhana dapat terlihat dari perpindahan rumah yang terjadi karena orang tua Bapak A
meninggal dunia, perpindahan terjadi dari menumpang orang tua menjadi menumpang paman.
Selain itu, perpindahan rumah terjadi karena Bapak A bekerja dan tempat tinggalnya pindah
ke tempat kerja. Dari fase anak-anak hingga dewasa, Bapak A tinggal menumpang di rumah
orang tua atau paman, sedangkan memiliki rumah sendiri saat dewasa, telah menikah, dan
mempunyai pekerjaan serta pendapatan sendiri. Selain itu, Bapak A juga akan mengalami
perpindahan apabila kondisi rumahnya tidak stabil, seperti halnya banjir. Ketika sudah tidak
bekerja dan pendapatan keluarga berkurang, Bapak A mengalami penurunan tenure dari
memiliki rumah sendiri menjadi menumpang di rumah orang lain. Secara umum, kondisi
rumah yang ditempati Bapak A cukup bagus dengan luas 90-188m2, kecuali saat bekerja dan
tinggal di kapal tempat bekerja.
13
Universitas Indonesia
Selama 56 tahun hidupnya, Bapak B telah mengalami enam belas kali perpindahan.
Namun dalam enam belas perpindahan itu, Bapak B hanya mengalami empat tahap
perpindahan. Tahap perpindahan Bapak B antara lain:
1. Tahap pertama ada di saat Bapak B hidup menumpang di rumah orang tua, dan pamannya,
serta menyewa kamar kost dengan biaya dari orang tuanya. Saat menumpang, Bapak B
berusia 0-28 tahun dan masuk ke dalam fase anak-anak, transisi, hingga dewasa (infancy,
early childhood, play age, school age, adolescence, early adulthood, dan adulthood). Pada
tahap ini pula, Bapak B sudah mulai bekerja dan mempunyai pendapatan sendiri di rumah
terakhir ia menumpang, namun belum menikah.
2. Tahap kedua ada di saat Bapak B menyewa rumah atau kamar kost dari hasil
pendapatannya sendiri. Saat itu Bapak B berusia 28-29 tahun dan sudah masuk ke dalam
fase dewasa (adulthood). Pada tahap ini pula, Bapak B masih bekerja dan belum menikah.
3. Tahap ketiga ada di saat Bapak B kembali menumpang di rumah mertua dan pamannya.
Pada tahap ini, Bapak B berusia 29-39 tahun dan masuk ke dalam fase dewasa (adulthood).
Pada tahap ini Bapak B masih bekerja dan sudah menikah.
14
Universitas Indonesia
Seperti yang telah tergambarkan dalam tabel dan penjelasan di atas, terlihat bahwa ada
keterkaitan antara kondisi orang atau individu terhadap kondisi rumah pada setiap
perpindahan yang dilakukan oleh Bapak A.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pola perpindahan rumah Bapak B
secara sederhana terlihat selain dari faktor atau kondisi individu sendiri, juga karena orang tua
yang sering berpindah karena pekerjaan saat Bapak B masih kecil. Bapak B akan menumpang
di rumah orang tua ketika berada dalam fase anak-anak, belum bekerja, dan belum menikah.
Namun ketika Bapak B sudah mulai besar dan memasuki fase usia remaja, ada keinginan dari
Bapak B untuk tinggal di kota-kota lain, meskipun kehidupan tergantung dari uang kiriman
orang tua. Bapak B mempunyai rumah sendiri ketika Bapak B sudah menikah dan dalam fase
usia dewasa. Ketika mempunyai rumah sendiri, terjadi peningkatan kondisi rumah misalnya
dari luas rumah. Lokasi rumah baik di pusat atau pinggir kota berasal dari lokasi rumah orang
tua/saudara/mertua yang ditumpangi, jarak dari tempat sekolah/kuliah, serta jarak dari tempat
kerja. Rumah yang disewa rata-rata adalah kategori rooms yang ditempati satu hingga dua
orang.
Keterangan:
Rumah Ibu D ke:
1. ±200m2, penghuni 7 orang
2. ±30m2, penghuni 3 orang
3. ±100m2, penghuni 8 orang
4. ±20m2, penghuni 3 orang
5. ±200m2, penghuni 9 orang
6. ±20m2, penghuni 4 orang
7. ±60m2, penghuni 7 orang
8. ±114m2, penghuni 8 orang
9. ±40m2, penghuni 3 orang
10. ±40m2, penghuni 2 orang
11. ±60m2, penghuni 4 orang
Gambar 4.4. Analisis Pola Perpindahan Rumah Ibu D
Sumber: Ilustrasi Pribadi
Selama 54 tahun hidupnya, Ibu D telah mengalami sebelas kali perpindahan. Namun
dalam perpindahan itu, Ibu D hanya mengalami tiga tahap perpindahan. Tahap perpindahan
Ibu D antara lain:
1. Tahap pertama ada di saat Ibu D hidup menumpang di rumah orang tuanya dan menyewa
rumah bersama suaminya. Dalam tahap ini, status menumpang dan menyewa rumah
bergerak stabil dan saling bergantian. Ibu D berusia 0-26 tahun dan masuk ke dalam fase
anak-anak, transisi, hingga dewasa (infancy, early childhood, play age, school age,
17
Universitas Indonesia
Seperti yang telah tergambarkan dalam tabel dan penjelasan di atas, terlihat bahwa ada
keterkaitan antara kondisi orang atau individu terhadap kondisi rumah pada setiap
perpindahan yang dilakukan oleh Ibu D.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pola perpindahan rumah yang
dialami oleh Ibu D secara sederhana antara lain Ibu D memiliki rumah sendiri saat sudah
menikah dan berada dalam fase usia dewasa dengan penghasilan yang cukup. Saat anak-anak
hingga remaja dan belum menikah, Ibu D menumpang di rumah orang tua. dan di masa
remaja, ketika Ibu D sudah menikah dan pindah rumah mengikuti suaminya. Namun tidak
menutup kemungkinan Ibu D kembali menumpang di rumah orang tua atau kakaknya karena
beberapa faktor, misalnya hamil tua dan kondisi rumah Ibu D yang tidak bagus. Penurunan
tenure yaitu dari memiliki rumah sendiri menjadi menyewa terjadi ketika kondisi ekonomi
melemah karena suami yang meninggal dunia dan Ibu D tidak bekerja. Dari sebelas rumah
yang pernah ditinggali Ibu D, sepuluh diantaranya berada di pinggir kota dan hanya satu yang
berada di pusat kota saat ingin dekat dengan lokasi kerja suami. Dari situ, perpindahan dalam
lingkaran pinggir kota lebih banyak terjadi dari perpindahan yang lain.
5. KESIMPULAN
Dari kajian teori serta studi kasus dan analisis yang telah dilakukan, kita dapat
mengambil kesimpulan bahwa housing career is a longer-view study of an individual or
family residential mobility pattern (Skobba, 2008). Selain itu, perpindahan rumah dalam
rentang usia 53-59 tahun dapat terjadi sebanyak 6-16 kali.
18
Universitas Indonesia
19
Universitas Indonesia
Arendt, Hannah. 1998. The Human Condition Second Edition. Chicago, London: The
University of Chicago Press.
Boulton, Rich. 2006. Hannah Arendt on Vita Activa.
Clark, W.A.V., Moore, Eric G. 1979. Residential Mobility and Public Policy Volume 19,
Urban Affairs Annual Review. Beverly Hills, London: Sage Publications.
Concord, Clare M. Stapleton. 1984. Intraurban Residential Mobility of the Aged. Wiley.
Erikson, Erik H. 1997. The Life Cycle Completed Extended Version. New York, London:
W.W. Norton & Company.
Gober, Patricia, dkk. 1991. Phoenix in Flux: Household Instability, Residential Mobility, and
Neighborhood Change. Taylor & Francis, Ltd.
Heidegger, Martin. 1975. Poetry, Language, Thought. New York, Hagerstown, San Fransisco,
London: Harper Colophon Books, Harper & Row Publishers.
Lee, Seong Woo, Myers, Dowell. 2003. Local Housing-Market Effects on Tenure Choice.
Springer.
Rossi, Peter H. 1980. Why Families Move 2nd Edition. Beverly Hills, London: Sage
Publications.
Section 4: Guidelines for Sustainable Medium-Density Housing. Development Action Group.
Skobba, Kimberly Renee. The Influence of Section 8 Vouchers on The Housing Careers of
Working Poor Families. ProQuest.
2010. Issue 9, Volume 1. A Development Action Group Publication.
20
Universitas Indonesia