Anda di halaman 1dari 25

GERAK LURUS BERUBAH DAN BERATURAN (GLBB)

Apa itu GLBB ?


Secara arti GLBB adalah :

Gerak benda
tersebut memiliki
kecepatan yang
Gerak benda berubah setiap saat.
dengan
lintasan garis
GERAK LURUS
lurus BERUBAH
BERATURAN

Karena kecepatan benda


Benda tersebut berubah-ubah dari waktu ke
memiliki percepatan waktu (semakin
lambat/cepat),
(akselerasi) yang
sehinggabenda tsb
beraturan / konstan mengalami percepatan.

Apa itu percepatan?

Percepatan adalah
perubahan kecepatan
setiap satuan waktu
Rumus-rumus Persamaan Gerak Lurus Berubah Beraturan

Salah satu rumus persamaan gerak berasal dari definisi sebuah percepatan, yaitu :

Percepatan = Nilai dari sebuah perubahan kecepatan setiap satuan waktu

vu
a
t
a = percepatan / akselerasi
u = kecepatan awal
v = kecepatan akhir
t = waktu

Atau

v  u  a *t

Jika definisi dari jarak perjalanan ‘s’ adalah hasil dari nilai rata-rata kecepatan dikalikan dengan
waktu (t), maka:

uv
s( ) *t
2

s = jarak perjalanan

Atau

2s
uv 
t

Lalu kita mengganti v dengan v= u - at pada rumus di atas, maka:

2s
u  (u  at) 
t
2s
 2u  at 
t
 (2u  at)t  2s
 2ut  at 2  2s
1
(mengalikankedua sisi dengan )
2
1
 s  ut  at 2
2

1
s ut at2
2
2s uv
Ketika t pada rumus di atas digantikan dengan t  dari rumus s  ( ) * t , maka:
uv 2

2s 1 2s 2
s  u( )  a( )
uv 2 uv
2us 4as 2
s 
(u  v) 2(u  v) 2
(menyamakan penyebut menjadi (u  v) 2 )
2us (u  v)  2as 2
s
(u  v) 2
(mengalikan kedua sisi dengan (u  v) 2 )
 s (u  v) 2  2us (u  v)  2as 2
 s (u 2  2uv  v 2 )  2 s (u 2  uv  as )
1
(mengalikan kedua sisi dengan )
2
1
 (u 2  2uv  v 2 )  u 2  uv  as
2
1 1
 u 2  uv  v 2  u 2  uv  as
2 2
1 1
 u 2  u 2  uv  uv  v 2  as
2 2
1 1
  u 2  v 2  as
2 2
(mengalikan kedua sisi dengan 2)
 u 2  v 2  2as

v 2  u 2  2as

Untuk mempermudah pemakaian rumus-rumus dasar GLBB, berikut adalah ringkasannya :

v  u  at ...i )
u = kecepatan awal [m/s]
1 v = kecepatan akhir[m/s]
s  ut  at 2 ...ii ) s = jarak perjalanan[m]
2
2 2
a = percepatan / akselerasi[m/s²]
v  u  2as ...iii ) t = waktu [s]

Perlu diingat bahwa percepatan adalah besaran vektor yaitu sesuatu yang memiliki arah, yang
artinya :
 ( + ) a → gerakan dipercepat / mengalami percepatan
 ( - ) a → gerakan diperlambat / mengalami perlambatan
Contoh menghitung percepatan :

Sebuah kereta memiliki kecepatan awal sebesar 10 km / jam dan melaju hingga 100 km / jam dalam
10 detik [ s ].

Cara mencari percepatannya adalah :


Diketahui : u = 10 km/jam
v = 100 km/jam
t = 10 s

Jawab : v = u + at
a=(v-u)/t
* notes : selisih antara kecepatan akhir dan kecepatan awal, bisa dituliskan dengan ∆v
(delta v)
a = ( 100 km/jam - 10 km/jam ) / 10 s
a = ( 9 km/jam ) / s

Bisa juga diilustrasikan dalam sebuah garis bilangan, yaitu :

Dari ilustrasi di atas dapat dipahami, dengan kecepatan awal sebesar 10 km/jam dan percepatan
sebesar (9 km/jam)/s, kereta ini setiap detiknya menambahkan kecepatannya sebesar 9 km/jam
(sesuai dengan percepatannya yang tetap/konstan) hingga mencapai kecepatan 100 km/jam dalam
waktu tempuh selama 10 s.

*Tetapi perlu diingat bahwa standard satuan internasional untuk percepatan adalah [ m/s² ]. Oleh
karena itu :

9 km 1 9 * 1000 m 2
a  *   2 .5 m / s
jam s 1 * 3600 s * s

Contoh-contoh GLBB tanpa hambatan udara:

A. Gerak Jatuh Bebas

Gerak jatuh bebas adalah gerak benda yang jatuh dari suatu ketinggian h tanpa ada kecepatan awal u
di sekitar bumi.

Ciri-ciri :
 Kecepatan awal selalu nol ( u = 0 m/s )
 Percepatan benda jatuh selalu sama dengan percepatan gravitasi
bumi g yaitu a = g = 9.8 m/s²
Dari ciri-ciri di atas diketahui bahwa : u = 0 m/s, a=g dan s=h, maka

v  gt
v = kecepatan akhir[ m/s ]
1
h  gt 2 g = percepatan gravitasi bumi [ 9.8 m/s² ]
2 h = ketinggian dari permukaan bumi [ m ]
t = waktu [ s ]
v  2 gh

B. Gerak Vertikal Ke Atas

Gerak vertikal ke atas adalah gerak suatu benda yang di lempar vertikal ke atas dengan kecepatan
awal tertentu ( u ) dan percepatan g saat kembali turun.

Selama bola bergerak ke atas, gerakan bola akan melawan percepatan gravitasi (yang arahnya menuju
ke bawah) yang menariknya ke bumi. Pada akhirnya setelah bola mencapai ketinggian tertentu, yaitu
saat bola mencapai tinggi maksimumnya ( h max ), bola tidak dapat naik lagi. Pada saat inilah
kecepatan bola tersebut nol ( v=0 ). Dikarenakan gaya grativasi tidak pernah berhenti bekerja pada
bola, gravitasi akan menyebabkan bola bergerak turun dan pada saat ini bola mengalami gerak jatuh
bebas.

Kesimpulannya :
Bola mengalami dua fase gerakan, yaitu :
1. Saat bola bergerak ke atas → a = -g
(gerakan melambat),
dengan kecepatan awal u
Sampai dengan h max.

2. Saat bola jatuh bebas → a=+g


(gerakan semakin cepat / dipercepat)
Dengan kecepatan awal u = 0

v  u  gt
1
h  ut  gt 2
2
v 2  u 2  2 gh
C. Gerak Vertikal Ke Bawah

Pada dasarnya gerak jatuh bebas adalah gerak vertikal ke bawah tanpa kecepatan awal. Itu berarti
gerak vertikal ke bawah memiliki ciri-ciri yang tidak jauh berbeda dengan gerak jatuh bebas. Yang
membedakannya hanyalah kecepatan awalnya saja.

Ciri-ciri gerak vertikal ke bawah :


1. Benda bergerak/dilempar dari ketinggian h tertentu.
2. Memiliki kecepatan awal u ≠ 0.
3. Percepatan benda sama dengan percepatan gravitasi bumi
a = +g

v  u  gt
1 2
h  ut  gt
2
v 2  u 2  2 gh

Untuk memudahkan, berikut ringkasan dari GLBB :

Dimana :

GLB
V = Kecepatan [ m/s ]
S = Jarak [ m ]

GLBB
V0 = Kecepatan Awal [ m/s ]
V & Vt = Kecepatan Akhir [ m/s ]
t = Waktu [ s ]
a = Percepatan [ m/s2 ]
g = Percepatan gravitasi
[ 9.8 m/s2]
S = Jarak [ m ]
h = Ketinggian [ m ]

https://febyatimuktya.files.wordpress.com/2010/07/fisx02_76.jpg
PERPINDAHAN BERDASARKAN DIAGRAM KECEPATAN DAN WAKTU
DALAM GERAK LURUS

Pertama-tama kita akan membahas rumus Gerak Lurus Beraturan (GLB) secara matematika.

Contoh : Seorang perlari tercepat memiliki kecepatan 44km/jam atau sekitar 12 m/s dan dia berlari
selama 5 s. Berapakah perpindahan (jarak) yang di tempuh pelari ini jika kecepatan si pelari selalu
sama / konstan?

Ada beberapa cara menghitung soal tersebut.


1. Secara logika (tanpa rumus) jika pelari tersebut memiliki kecepatan tetap sebesar 12 m/s artinya
dalam 1 detik pelari tersebut menempuh jarak berpindah sepanjang 12 m. Berarti dalam 5 detik
12 m
pelari tersebut akan menempuh jarak 5 kali lipatnya, atau: s  * 5 s  60 m
s

2. Karena v = konstan, maka gerak pelari tersebut tergolong GLB Oleh karena itu kita dapat
menggunakan rumus GLB dari diagram I), yaitu :
s  v * t
 s  12 m / s * 5 s
 s  60 m

3. Menggunakan bantuan grafik kecepatan ( v ) terhadap waktu ( t )

Dari grafik di samping, jika kita mau


mencari luas dari persegi yang diarsir
dengan warna orange, maka rumusnya
adalah luas A = P * L
atau A = 12 m/s * 5s = 60m. Artinya
dalam GLB jarak perpindahan sama
dengan luas persegi panjangnya
atau

s  A  P * L  v * t
Menggunakan bantuan grafik seperti metode ke 3 kita akan mencoba memahami tentang Gerak Lurus
Berubah Beraturan.

Apa ciri GLBB? kecepatan v →berubah , percepatan a → tetap

Contoh : Berapakah perpindahan (jarak) yang di tempuh seorang pelari ini jika si pelari memiliki
percepatan a = 2 m/s² yang konstan?

1) Apa artinya si pelari memiliki percepatan 2 m/s² ?


Artinya : Pelari ini mengalami perubahan kecepatan sebesar 2m/s per detiknya. Atau bisa kita
lihat dalam diagram di bawah ini.

v (m/s) t (s)
2 0
4 1
6 2
8 3

Notes :
Ketika kita menarik garis dari
titik-titik menjadi sebuah garis
(hijau) dan mengarsir daerah
(merah)di bawah garis hijau
tersebut dengan batas t = 3 s.
Maka kita akan mendapatkan
sebuah bangun trapesium.

Seperti metode ke 3 yang


sebelumnya, untuk mencari
jarak perpindahan, kita akan
menghitung luas bangun
trapesium tersebut.

Dimana,
1
L trapesium  * (a  b) * t v0  vt
2  kecepatan rata - rata v
atau 2
(a  b) Rumus di ataslah yang merupakan
A trapesium  *t dasar dari persamaan besaran
2
jarak yang ada pada diagram I),
(2m / s  8m / s) yaitu:
A trapesium  * 3 s  15 m
2 1
s  vo t  at 2
dimana, 2
a adalah kecepatan awal atau v 0
b adalah kecepatan akhir atau v t
t adalah wak tu yang di tempuh t
Jadi rumus di atas dapat juga
kita tuliskan sbb :

(v0  vt )
s  Atrapesium  *t
2
Salah satu pembuktian bahwa luas dari trapesium tersebut sama dengan besar perpindahan atau
jarak adalah menggunakan bantuan limit matematika. Secara singkat dapat kita bayangkan
menggunakan gambar di bawah ini.

Kita akan memulai lagi dengan contoh sebuah diagram kecepatan v terhadap waktu t :

Diagram di sebelah menjelaskan tentang sebuah gerak lurus


dengan yang kecepatannya berubah tetapi memiliki
percepatan tetap.

Jika mengasumsikan bahwa kita memiliki kecepatan tetap,


misalkan 2 m/s , maka kita dapat menarik sebuah garis lurus
terhadap waktu.

Seperti yang kita lakukan sebelumnya, perpindahan jarak


pada kecepatan 2 m/s adalah luas persegi panjang / area
yang diarsir dengan warna ungu, yaitu :

A = 2 m/s * 2 s = 4 m

→ Tetapi diagram di atas hanya berlaku jika kecepatan yang kita miliki tetap

Jika v = 3m/s ; t = 0s dan v = 4m/s ; t =2s .


Maka pada t=1 → v = 3 m/s

Artinya,dari t=0 sampai t=1s, kecepatannya tetap yaitu


2m/s, lalu begitu melewati t=1s detik , kecepatannya
bertambah menjadi 3m/s dan kemudian kecepatannya
menjadi tetap kembali sampai mencapai t=2 s.

Berapa perpindahan jarak pada diagram di samping?


Seperti sebelumnya juga, kita akan mencari luas dari
bangun yang diarsir hijau atau luas dari 2 buah persegi
panjang, yaitu :

A1 = 2 m/s * 1 s = 2 m
A2 = 3 m/s * 1 s = 3 m
S = A1 + A2 = 2 m + 3 m = 5 m

Hasil di atas masih belum mendekati hasil yang kita dapat dari luas sebuah trapesium (jika v = 4 m/s
dan t= 2) Atrapesium = 6m, salah satu cara pendekatan hasilnya tersebut adalah dengan membuat lebih
banyak lagi persegi panjang hingga tak terhingga seperti gambar sebelumnya, sehingga nantinya kita
akan mendapatkan nilai yang lebih besar lagi dan akan mendekati nilai dai luas sebuah trapesium →
inilah yang kita sebut dengan limit matematika
Limit matematika adalah sebuah konsep yang digunakan untuk menjelaskan sifat dari suatu fungsi,
saat argumen mendekati ke suatu titik atau tak hingga; atau sifat dari suatu barisan saat indeks
mendekati tak hingga.

Untuk lebih jelasnya lagi akan bisa kita lihat dari gambar di bawah ini :

2 persegi panjang → s = 5m 4 persegi panjang → s = 5.5 m

20 persegi panjang → s = 5.9 m 10 persegi panjang → s = 5.8 m

Dapat di lihat dari gambar di samping selain dari


bentuknya yang semakin sempurna mendekati
sebuah trapesium, bahwa dengan jumlah 50
persegi panjang, maka nilai perpindahannya
semakin mendekati nilai perpindahan dengan
bantuan menghitung sebuah luas trapesium.

50 persegi panjang → s = 5.96 m


Kita juga dapat memahami rumus percepatan (akselerasi ) a dengan menggunakan diagram yang
sama, yaitu :

Dapat dilihat dari gambar di samping,


bahwa percepatan adalah garis miring
(gradien) dari sebuah garis lurus

Dengan rumus trigonometri :

sisi depan
sisi miring 
sisi samping
c
percepatan a 
b
atau
y perubahan pada sumbu y
gradien a  
x perubahan pada sumbu x
1m / s  0m / s 1 m
a   1m / s 2
3s  2 s s*s
Contoh-contoh GLBB :

A. Gerak Jatuh Bebas


A.1. Gerak Jatuh Bebas Tanpa Hambatan Udara

Misalkan seekor gajah dan sehelai bulu dijatuhkan dari sebuah bangunan yang sangat tinggi dari
ketinggian yang sama pada waktu yang sama. Apakah gajah atau sehelai bulu yang akan menyentuh
tanah terlebih dulu?

Jawab : tanpa adanya hambatan udara keduanya akan menyentuh tanah secara bersamaan.

Kenapa begitu?

Dengan tidak adanya hambatan udara, satu-satunya gaya yang bekerja pada kedua benda tersebut
adalah gaya gravitasi yang menyebabkan keduanya mengalami percepatan ke bawah. Dimana gaya
gravitasi tersebut tergantung dari massa benda itu sendiri.

Apa itu massa?


Jawab : Massa mengacu pada jumlah materi dari sebuah benda. Artinya dalam hal ini massa gajah
memiliki massa yang lebih besar daripada bulu dan dikarenakan massa yang lebih besar,
maka bumi menarik gajah ke (arah) bawah dengan gaya yang lebih besar daripada gaya
yang menarik sehelai bulu.

Dapat disimpulkan bahwa berat sebuah benda adalah ukuran dari gaya gravitasi untuk menarik
sebuah objek / benda.

Tetapi jika gajah yang lebih berat dan juga mengalami gaya tarik ke bawah yang lebih besar yang
disebabkan oleh gravitasi daripada sehelai bulu, maka mengapa gajah akan menyentuh tanah
dengan waktu yang sama dengan sehelai bulu?
Untuk menjawabnya, kita harus mengingat hukum Newton yang kedua, yaitu :

Keadaan Gaya
Ftotal = m*a Tidak Seimbang

Ftotal = total gaya benda


Adanya Percepatan
m = massa benda

a = percepatannya
Percepatan Percepatan
Tergantung Berbanding
“Total Gaya” Terbalik
Terhadap
Massa Benda

Dapat dikatakan bahwa gajah mengalami gaya yang lebih besar yang cenderung menghasilkan
percepatan yang besar. Namun, massa dari sebuah benda juga melawan/menolak percepatan
(berbanding terbalik). Dengan demikian, semakin besar massa cenderung menghasilkan percepatan
yang kecil untuk mengimbangi pengaruh dari kekuatan gaya yang lebih besar.

Meskipun gajah mengalami 1.000 kali gaya yang dialami oleh bulu, gajah juga
memiliki massa 1.000 kali lipat daripada bulu. Artinya perbandingan gaya:massa
keduanya sama. Massa gajah yang lebih besar membutuhkan pula gaya yang
lebih besar untuk mempertahankan percepatan yang sama dengan percepatan
bulu.

Sebuah aturan sederhana untuk


diingat adalah bahwa semua
benda (terlepas dari massa
mereka) mengalami percepatan
yang sama ketika dalam keadaan
gerak jatuh bebas.

Ketika satu-satunya gaya adalah


gaya gravitasi, maka nilai
percepatan akan sama untuk
semua benda. Di Bumi, nilai
percepatan ini adalah 9,8 m / s / s.
Ini adalah sebuah nilai yang
penting dalam fisika yang oleh
karena itu diberi nama khusus -
percepatan gravitasi dan simbol
khusus g.

Tapi bagaimana dengan hambatan udara? Bukankah tidak realistik untuk mengabaikan pengaruh
hambatan udara pada kedua objek? Dengan adanya hambatan udara, gajah pasti akan jatuh lebih
cepat. Bukankah begitu?
Contoh-contoh GLBB :

A. Gerak Jatuh Bebas


A.2. Gerak Jatuh Bebas Dengan Hambatan Udara Dengan Percobaan Galileo

Bagaimana dengan cerita ‘legenda’ Galileo Galilei yang menjatuhkan dua bola yang beratnya berbeda
namun jatuh pada saat yang bersamaan?

Gerak jatuh bebas


dari gerak
projectile yang
dipengaruhi
hambatan udara

Gerak jatuh
bebas Kecepatan
Dipengaruhi Sumbu X
hambatan (Tetap)
udara

Kecepatan
Sumbu Y
(Berubah2)

Hambatan udara tergantung pada hal-hal di bawah ini, yaitu :

 Kecepatan benda di udara,


 Densitas udara,
 Koefisien drag bend a,
 Luas permukaan benda, dan
 Massa benda.

Contoh :
Kita menjatuhkan dua buah bola dari menara dengan ketinggian 55 meter, dan mereka jatuh melalui
udara yang tidak vakum.

Perlu diingat, bahwa :


 Semakin besar massa sebuah benda maka udara → semakin sulit udara untuk menghentikan
(menghambat) benda tersebut.
 Semakin luas permukaan sebuah benda → semakin mudah benda tersebut berhenti

Sekarang kita akan menggunakan faktor-faktor di atas (juga persamaan untuk hambatan udara) dan
mencari tahu apa yang terjadi jika kita menjatuhkan bola besi seberat 500 g dan bola 5 kg dari
bahan yang mirip satu sama lain dari menara, perbedaan utama dari kedua bola ini adalah daerah
permukaan bola dan besar massanya.

Tanpa hambatan udara , kedua bola tersebut akan menyentuh permukaan tanah setelah 3.36 s.
Tetapi dengan adanya hambatan udara, waktu tempuhnya akan memakan waktu lebih lama
___ 500g
___ 5 kg

Bola 5 kg memiliki waktu tempuh selama 3.375 s, sedangkan bola 500 g memiliki waktu tempuh
selama 3.39 s. Meskipun perbedaannya sangat kecil, tetapi tetap saja bisa dikatakan bahwa
percobaan galileo tidak sepenuhnya benar, karena kedua bola tersebut pada kenyataanya memiliki
perbedaan waktu tempuh.

Tetapi percobaan Galileo bisa dimaklumi, karena pada saat itu mungkin belum ada alat bantu untuk
mengukur milisecond dan waktu tak bisa dilihat dengan bantuan mata manusia, tetapi jarak atau
perpindahan lebih mudah dilihat dan diperkirakan oleh mata manusia.

Berapakah perbedaan tinggi


diantara kedua bola ini ketika
mereka jatuh dari menara?

Ternyata semakin mereka jatuh


bebas menuju permukaan tanah,
bola 5kg pun ajan terus bergerak
menjauh dari bola 500g. Sehingga
sesaat sebelum mereka
menyentuh tanah, keduanya
dipisahkan jarak lebih dari 0,5m ,
perbedaan yang mudah dilihat
bahkan tanpa diukur.

Untungnya dalam kebanyakan kasus, kekuatan hambatan udara sangat kecil sehingga dapat diabaikan
dalam banyak kasus. Dengan demikian persamaan gerak bebas tanpa adanya hambatan udara dapat
dianggap cukup akurat.
Contoh-contoh GLBB :

A. Gerak Jatuh Bebas


A.2. Gerak Jatuh Bebas Dengan Hambatan Udara

Ketika gajah dan sehelai bulu mengalami jatuh bebas, pada kenyataannya gajah akan sampai di
permukaan tanah terlebih dahulu daripada sehelai bulu. Mengapa hal ini terjadi?

Jawab : Hal ini dikarenakan adanya hambatan udara sebagai gaya ke atas (perlawanan) selain gravitasi
bumi sebagai faktor penarik benda jatuh bebas.

Apa itu hambatan udara?

Gambar di samping menerangkan bahwa aliran udara yang lancar, yang


diwakili oleh garis biru sejajar, bertabrakan dengan sebuah benda
dengan posisi melintang. Bertabrakan dengan benda tersebut akan
memaksa banyak partikel dari udara untuk mengubah arahnya.

Hasil dari perubahan arah udara tersebut adalah turbulensi (gerakan


udara tidak beraturan atau berputar) aliran udara di balik benda
melintang tersebut dan menyebabkan perlambatan kecepatan gerak.

Semakin banyak partikel udara yang mengubah arahnya → semakin


besar turbulensi → semakin besar juga hambatan udara →
semakin besar penurunan kecepatan dari benda untuk bergerak maju.

Perlu juga diingat, bahwa :


 Semakin besar massa sebuah benda → semakin sulit udara untuk menghentikan (menghambat)
benda tersebut.
 Semakin luas permukaan sebuah benda → semakin mudah benda tersebut berhenti

Hambatan udara tergantung pada hal-hal berikut :


 Kecepatan benda di udara,
 Densitas udara,
 Koefisien drag benda,
 Luas permukaan benda, dan
 Massa benda.

Diperlukan juga hukum pertama dan kedua Newton juga


konsep kecepatan / kelajuan terminal.

Menurut hukum Newton, sebuah benda akan mengalami


percepatan jika gaya yang bekerja tidak seimbang; dan
selanjutnya, besar dari percepatan berbanding proposional
dengan total gaya (gaya tidak seimbang) yang bekerja
padanya.
Benda yang jatuh pada awalnya mengalami percepatan (perubahan kecepatan) karena tidak ada gaya
yang cukup besar untuk menyeimbangkan gaya yang menarik ke bawah yaitu gaya gravitasi. Benda
akan terus mengalami percepatan (perubahan kecepatan) sampai hambatan udara juga meningkat
hingga cukup kuat untuk menyeimbangkan gaya gravitasi.

Melihat dari diagram di atas bahwa sehelai bulu itu sangatlah cepat dalam mencapai keseimbangan
gaya, demikian juga dengan mencapai percepatan nol (kecepatan terminalnya). Di sisi lain, gajah tidak
pernah mencapai kecepatan terminalnya selama gajah itu terjatuh; gaya-gaya yang bekerja tidak
pernah benar-benar seimbang sehingga masih terjadi percepatan. Jika diberikan waktu yang cukup,
mungkin saja gajah akan mengalami percepatan yang cukup tinggi untuk melawan hambatan udara
dan lebih dari cukup untuk mencapai kecepatan terminalnya.

Apa itu kecepatan terminal?


Kecepatan terminal adalah kecepatan akhir benda, setelah mencapai kecepatan terminalnya benda
akan terus jatuh ke tanah dengan kecepatan terminal ini.

Jadi kesimpulannya, gajah jatuh lebih cepat dari bulu karena tidak pernah mencapai kecepatan
terminalnya; gajah akan terus mengalami percepatan selama dia jatuh ( terakumulasinya hambatan
udara secara terus menerus), mendekati kecepatan terminalnya tetapi tidak pernah mencapai itu
karena waktu yang tidak mencukupi. Di sisi lain, sehelai bulu sangat cepat mencapai kecepatan
terminalnya dalam tahap awal kejatuhannya dan tidak memerlukan banyak hambatan udara sebelum
hambatan udara tersebut memberhentikan percepatannya. Sehingga selama sisa jarak tempuh bulu
menuju ke permukaan tanah jatuh akan bergerak dengan kecepatan terminalnya.

Dapat dilihat dari


diagram di samping.

Dikarenakan adanya
hambatan udara,
maka gaya tarik ke
bawah setiap
waktunya akan
terus bertambah,
untuk terus
menyeimbangkan
dengan dengan
hambatan udara ke
arah atas.
Ringkasan :

Gaya menarik ke bawah konstan W  m * g

Hambatan udara D (drag) tergantung dari beberapa faktor :


Hambatan Udara  Nilai koeffisien dari udara Cd (drag coefficient)
 Massa jenis / kerapatan udara r (rho)
 Kecepatan benda V (velocity)
 Luas permukaan benda A (area)
sehingga:
V2*A
D  Cd *  *
2

F (W  D )
Gaya Gravitasi Hukum Newton Kedua F  m*a  a  a
m m
+ Hambatan Udara

 Ketika hambatan udara = gaya menarik ke bawah → percepatan a = 0


 Percepatan a =0 → kecepatan = konstan (kecepatan terminal)
Contoh-contoh GLBB :

B. Gerakan Horizontal dan Vertikal

Hal ini dapat dijelaskan dengan menggunakan tembakan meriam sebagai contohnya,

(Kiri) Dengan tidak adanya gravitasi, meriam akan bergerak horisontal pada kecepatan konstan. Dan
juga jika hanya di jatuhkan ke bawah, maka akan bergerak ke bawah dengan pertambahan kecepatan
v sekitar 9.8 m/s setiap detiknya yang artinya mengalami percepatan a=9.8m/s2.

(Kanan) Bola meriam mendapatkan kecepatan awalnya dari tembakan horisontal dan dia akan terus
mempertahankan gerak horisontal ini (artinya kecepatan horisontal - konstan), sedangkan gaya
gravitasi yang menarik bola meyebabkan adanya percepatan yang konstan (artinya kecepatan vertikal
akan terus bertambah / berubah-ubah) Kedua gaya ini akan saling mempengaruhi, oleh karena itu
gerakan bola meriam ini akan membentuk sebuah jalur parabola.

Informasi di atas dapat diringkas sebagai berikut :

Contoh:

Sebuah meriam menembakan bola


secara horisontal (tanpa sudut) dengan
kecepatan awal 20 m/s.

→ Bola akan mempertahankan


kecepatan vertikalnya yaitu 20 m/s

→ Tetapi percepatan (gaya gravitasi)


menyebabkan gerakan bola
mengalami perubahan kecepatan
sebesar 9,8 m/s setiap detiknya
(sehingga dimulai dari 0, 9.8m/s,
19.6m/s, dst -- tanda minus hanyalah
menunjukan arah vektor)
Tetapi apakah yang terjadi jika meriam ditembakan ke atas dengan besar sudut terhadap sumbu
horisontalnya?

Idealnya bola yang ditembakan akan terus bergerak sesuai sudut tembakan dengan kecepatan
horisontal yang tetap dan kecepatan vertikal ke atas yang diperlambat hingga mencapai percepatan
atau kecepatan nol (tidak ada kecepatan) , di saat ini kecepatan horisontal masih bekerja secara
konstan, sehingga akan terjadi seperti gerakan horisontal (tanpa sudut) yang sudah dijelaskan
sebelumnya.

Contoh:
Bola ditembakan meriam dengan sudut tembak 15o dan kecepatan awal 75.7 m/s. Dengan persamaan
trigonometri kita dapat mencari kecepatan horisontal dan vertikalnya, yaitu :

Vx Vy
cos(15)  sin(15) 
75.7 m / s 75.7 m / s
dan
V X  cos(15) * 75,7 m / s V y  sin(15) * 75.7 m / s
V X  73.1 m / s V y  19.6 m / s

Atau kita dapat ilustrasikan sebagai berikut :

Bola akan bergerak dengan kecepatan horisontal sebesar 73.1 m/s secara konstan (tetap) dan akan
bergerak ke atas dengan kecepatan yang menurun 9.8 m/s setiap detiknya dari kecepatan vertikal
ke atas awal sebesar 19.6 m/s sampai percepatan = 0 lalu kembali mengalami gerakan menurun ke
bawah yang disebabkan kecepatan vertikal ke bawah yang berubah-ubah samapai jatuh ke tanah
Sumber :

http://scienceblogs.com/startswithabang/2009/06/09/a-free-fall-follow-up/

http://www.physicsclassroom.com/class/1DKin/Lesson-5/The-Big-Misconception

http://www.physicsclassroom.com/class/newtlaws/Lesson-3/Free-Fall-and-Air-Resistance

https://www.grc.nasa.gov/www/k-12/airplane/ffall.html

http://hyperphysics.phy-astr.gsu.edu/hbase/Mechanics/motgraph.html

Anda mungkin juga menyukai