Anda di halaman 1dari 10

2 Oktober 2012 TERMODINAMIKA LANJUT HUSHLA SHUDRI

23012010

TUGAS

1. Pelajari dengan seksama Chpt 6. Saya akan menerangkan dan kalian harus menuliskan
kembali dengan runut dan rapi. Kemudian menjawab beberapa soal Chapter 6.
2. Pasal 6.2 berisi dasar-dasar sifat fluida nyata. Sifatnya didekati dengan sifat gas ideal dan
residual function. Example 6.3 contoh menghitung H dan S relatif terhadap nilainya pada
suatu kondisi referensi. Perhitungan di Expl 6.3 didukung dengan metoda numerik untuk
mengolah data percobaan. Pahami konsep termo dan perhitungannya.a
3. Berikutnya pasa 6.3. sifat fluida nyata di dekati dengan EoS (hanya bermodalkan Tc, Pc, dan
omega). Perhitungan dipermudah dengan ‘generalized correlation’ (pasal 6.7) yang
dilengkapi tabel2 di appendix. Perhitungn juga dipermudah untuk suatu fluida tertentu
dalam bentuk diagram dan tabel d pasal 6.5 dan 6.6
4. Kerjakan ulang Ex 6.3 dan Ex 6.4 dan tulislah jawaban anda secara runut dan rapi. Tulislah
‘extension’ dan diskusi terhadap kedua contoh soal ini
5. Pelajari pasal 6.7, fig 6.5 dan tabel E.5 dan E.12. pahami Fig6.6, tulislah maksud gambar ini
terkait dengan perubahan sifat fluida nyata. Kerjakan ulang Expl 6.9 dengan rinci, runut dan
rapi
6. Pelajari hlm 238. ‘Extension to Gas Mixture’. Pelajari pustaka lain terkait ‘Properties of Gas
Mixture’. Kerjakan ulang Expl 6.10, dan gunakan juga korelasi campur gas dari pustaka lain
7. Kembali ke pasal 6.4. Pelajari dan tulislah maksud atau manfaat informasi pasal ini. Lakukan
perhitungan serupa untuk senyawa murni lain.
8. Terakhir :
a. Tulis ulang pesan2 sms saya tadi dan beri nomer sesuai dengan pengiriman
b. Laksanakan tugas2 dalam sms tadi, dan tuliskan dengan runut, rapi dan dengan bahasa
indonesia yang benar
c. Tugas diketik dalam MSWord
d. Hitungan dalam Excel. Siap anda pakai sendiri pada UJ-MODUL2
2 Oktober 2012 TERMODINAMIKA LANJUT HUSHLA SHUDRI
23012010

Pasal 6.2 RESIDUAL PROPERTIES


Tidak ada percobaan yang dapat mengukur nilai G arat G/RT secara langsung dan persamaan
yang berhubungan langsung dengan energy Gibss hanya sedikit sekali digunakan dalam praktiknya.
Namun konsep dari energy Gibbs dapat diketahui dengan pendekatan residual function. Dengan
demikian, definisi Gibbs residual dapat dinyatakan dengan:
R ig
G ≡ G−G
Dimana G dan G ig adalah nilai energy Gibbs gas nyata dan gas ideal pada temperature dan tekanan
yang sama. Properti yang lain juga dapat didefinisikan, contohnya untuk volume residual, yaitu:
R ig RT
V ≡ V −V =V
P

RT
Selama V =z , volume residual dan faktor kompresibilitas memiliki hubungan sebagai berikut:
P
R RT
V = (z−1)
P
Untuk residual M (molar) dinyatakan dengan:
R ig
M ≡ M −M
Hasil penurunan persamaan untuk sifat fluida gas ideal pada tekanan nol yang terkait dengan G, H,
dan S adalah sebagai berikut:
P
GR dP
=∫ ( z−1 )
RT 0 P
P

( ) dPP
R
H ∂z
=−T ∫
RT 0 ∂T P

P P
SR
R
=−T ∫
∂z
0 ∂T
( ) dP
P P
−∫ ( z−1 )
0
dP
P
PV
Nilai faktor kompresibilitas didefinisikan sebagai z= yang diperoleh dari data PVT hasil
RT
percobaan, dan nilai integral dievaluasi dengan metode numeric atau metode grafik, ketika z
dinyatakan dengan fungsi T dan P dengan volume yang diperoleh dari EoS (Equation of State).
Setelah PVT data diperoleh, maka kita dapat menghitung H R dan S R serta sifat residual lainnya.
Persamaan Entalpi dan entropi yang dapat digunakan adalah:
ig R
H=H + H
ig R
S=S + S
Nilai H ig dan Sig diperoleh dari integral pada kondisi pas ideal T 0 dan P0 ke kondisi T dan P sehingga
didapatkan persamaan baru sebagai berikut:
2 Oktober 2012 TERMODINAMIKA LANJUT HUSHLA SHUDRI
23012010
T
H=H +∫ Cp dT + H
ig ig R
0
T0

T
dT P
S=S 0 +∫ Cp
ig ig R
−R ln +S
T0 T P0
Persamaan di atas dapat dinyatakan dengan bentuk lain yaitu:
R
H=H ig0 + ⟨ Cpig ⟩ H + H
R
T P
S=S 0 + ⟨ Cp ⟩ H ln
ig ig
−R ln +S
T0 P0

EXAMPLE 6.3 (tersedia di Ms. Excel)

Pasal 6.3 RESIDUAL PROPERTIES OLEH PERSAMAAN KEADAAN


Cara alternatif mengevaluasi integral selain dengan metode numeric adalah dengan
mengevaluasi dari persamaan keadaan. Persamaan ini dapat langsung dipecahkan dengan
menggunakan z sebagau fungsi P ada T konstan.
Residual Properties dari Persamaan Keadaan Virial
Ketika z dapat dinyatakan dengan dua suku persamaan virial:
BP
z−1=
RT
Evaluasi untuk entalpi dan entropi residual harus melibatkan nilai T, P, dan komposisi. Pada
persamaan sebelumnya, digunakan tekanan eksplisit untuk menyatakan G R , H Rdan S R namun hal
ini dapat diubah untuk membuat V (atau densitas ρ ) sebagai variabel integrasi. Pada aplikasinya, ρ
merupakan variabel yang lebih banyak digunakan dibandingkan dengan V, sehingga persamaan
dapat mengunakan variabel ρ yaitu sebagai berikut:
ρ
GR dρ
=∫ ( z−1 ) + z−1−ln z
RT 0 ρ
Integral dievaluasi pada T konstan. ρ → 0 ketika P → 0.
ρ

( ) dρρ + z−1
R
H ∂z
=−T ∫
RT 0 ∂T ρ

Residual Properties dari Persamaan Keadaan Pangkat Tiga


Umumnya persamaan diperoleh dari hasil aplikasi dari persamaan pangkat tiga.
a (T )
q≡
b RT
2 Oktober 2012 TERMODINAMIKA LANJUT HUSHLA SHUDRI
23012010

Persamaan keadaan pangkat tiga ini memiliki dua kasus yang berbeda untuk mengevaluasi
integralnya.
Kasus 1 : ϵ ≠ σ

I=
1
σ −ϵ
ln (
1+σρb
1+ϵρb )
bP P β
Dimana β ≡ dan z≡ ketika = ρb
RT ρRT z
Kasus 1 : ϵ=σ
ρb β
I= =
1+ ϵρb Z + ϵβ
Hasil penurunan persamaan yang terkait dengan G, H, dan S adalah sebagai berikut:
R
G
=z−1−ln (Z¿−β )−q I ¿
RT

R
H
=z−1+¿
RT

R
S
=ln (¿ Z−β)+d ln α ¿ ¿ ¿ ¿
R

EXAMPLE 6.4 (tersedia di Ms. Excel)


2 Oktober 2012 TERMODINAMIKA LANJUT HUSHLA SHUDRI
23012010

Pasal 6.4 SISTEM DUA FASA


Tekanan Uap pada Liquid yang tergantung pada Temperatur
Persamaan Clapeyon menunjukkan hubungan vital antara sifat dari dua fase berbeda. Saat
digunakan untuk perhitungan panas laten dari penguapan, sebelumnya harus diketahui tentang
tekanan uap –vs- hubungan temperature.
B
ln Psat =A−
T
Dimana A dan B konstan untuk setiap jenis senyawa yang diberikan.
Persamaan Antoine yang lebih umum digunakan memiliki bentuk sebagai berikut:
sat B
ln P =A−
T +C
Kelebihan dari persamaan ii adalah nilai A, B, dan C sudah tersedia untuk setiap jenis senyawa.
Setiap nilai ditentukan berdasarkan range suhu tertentu, dan tidak dapat digunakan di luarrange
suhu tersebut.
Persamaan Wagner dinyatakan dalam tekanan uap sebagai fungsi suhu:
1.5 3 6
Aτ +B τ +C τ + D τ
ln Psat
r =
1−τ
Dimana τ ≡1−T r
Sistem Liquid/Uap Dua Fasa
Saat sebuah sistem terdiri dari liquid jenuh dan uap jenuh, fasa berada dalam keadaan setimbang,
dimana nilai dari sifat dua fasa tersebut merupakan jumlah dari total property dari fasa tersebut.
Untuk volume dapat dituliskan sebagai berikut:
l l v v
n V =n V + n V
6.7 GENERALIZED PROPERTY CORRELATION FOR GASES

Data yang digunakan untuk mengevaluasi properti termodinamika adalah data kapasitas kalor dan
data PV/T tapi paling sering tidak diketahui. The Generalized Methode yang dibuat pada Sec.3.6
untuk factor kompresibilitas sangat berguna untuk mencari residual factor.

P=P c Pr T =T C T r
dP=Pc dPr dT =T C dT r

Persamaan yang dihasilkan

Pr

( ) d Pr
R
H ∂Z
=−T 2r ∫ ……..(6.83)
RT c 0
∂ Tr Pr P r
2 Oktober 2012 TERMODINAMIKA LANJUT HUSHLA SHUDRI
23012010
Pr Pr
SR
R
=−T r ∫
0
∂Z
( )
∂T r
d Pr
Pr Pr
dP
−∫ (Z−1) r ……(6.84)
0
Pr

Persamaan bagian kanan hanya bergantung limit atas Pr dari integraldan penurunan temperatur
yang digunakan dalam perhitungan. Oleh sebab itu, perhitungan H R/RTc dan SR/R dapat dilakukan
sekali untuk semua penurunan temperature.

Z = Z0 + ωZ1

( ) ( ) ( )
∂Z
∂ Tr Pr
=
∂ Z0
∂T r Pr

∂ Z1
∂ Tr Pr

∂Z
Persamaan kemudian disubstitusi ke persamaan 6.83 dan 6.84. integral pertama dari
∂T r
persamaan dapat digunakan secara numerik atau grafik untuk menghitung Tr dan Pr pada berbagai
kondisi. Secara alternative, perhitungannya menggunakan persamaan pada Sec.6.3 ; Lee Kesler
menggunakan modifikasi pada persamaan keadaan dari Benedic/Webb/Rubin untuk memperluas
korelasi umum untuk fungsi residual.

R 0 R 1 R 0 R 1
H
R
(H ) (H ) SR ( S ) (S )
= +ω (6.85) = +ω (6.86)
RT c RT c RT c R R R
2 Oktober 2012 TERMODINAMIKA LANJUT HUSHLA SHUDRI
23012010
0

Gambar 6.5 menampilkan korelasi Lee/Kesler untuk


( HR ) sebagai fungsi Tr dan Pr di table E.5
RT c
sampai E.12. titik kritik berada pada nilai Pr dan Tr =1. Nilai ini merupakan puncak dari diagram PH.
Dimana daerah di bawah titik kritik merupakan daerah dari campuran dua fasa. Untuk T=0,7 nilai
0
( HR ) turun secara signifikan tanpa melalui pembelokan. Karena pada Tr = 0,1 merupakan daerah
RT c
0
( HR )
campuran antara fasa uap dan cair. Jika Pr >1 dan Tr >, perubahan tidak besar dan semakin
RT c
0
( HR )
besar Tr dan Pr perubahan menjadi lebih kecil karena pada daerah tersebut merupakan
RT c
daerah fasa saturated vapor (sesuai dengan diagram P-H)

Nilai-nilai yang dihasilkan dan persamaan 6.85 dan 6.86 digunakan untuk mengestimasi nilai residual
entalpi dan entropi berdasarkan 3 prinsip parameter keadaan berhubungan yang dirancang oleh Lee
dan Kesler. Perhitungan nilai dari Z, HR, dan SR untuk n-butan pada 500K dan 50 bar yang didasari
oleh korelasi Lee/Kesler

Tabel E.5 dan E.6 untuk (HR)0 / RTc dan tabel E.9 dan E.10 untuk (S R)0/R, menyediakan dua dasar
parameter yang berhubungan yang secara cepat menghasilkan estimasi nilai ‘residual function’.
Korelasi ini ditunjukkan pada gambar 6.5, pada plot (H R)0 / RTc dengan Pr untuk enam isotermal.

Seperti hubungan faktor kompresibilitas yang umum, fungsi komplek dari (H R)0 / RTc, (HR)1 / RTc,
(SR)0/R dan (SR)1/R menghalangi gambaran umum oleh persamaan sederhana. Bagaimanapun,
pembentukan hubungan koefisien virial kedua pada dasarnya untuk menganalisis hubungan sifat-
sifat residual pada tekanan rendah, yang ditunjukkan pada persamaan 3.62 dan 3.63.

Jumlah B vektor, B1 dan B0 hanya merupakan fungsi Tr dimana,

Persamaan 6.55 dan 6.56 dapat dituliskan :


2 Oktober 2012 TERMODINAMIKA LANJUT HUSHLA SHUDRI
23012010

Masing-masing persamaan dikombinasikan dengan dua persamaan sebelumnya, menghasilkan

(6.87)

(6.88)

Hubungan B0 dan B1 pada penurunan suhu ditunjukkan pada persamaan (3.65 dan 3.66). perbedaan
persamaan ini ditunjukkan oleh dB0/dTr dan dB1/dTr . dimana persamaan tersebut diaplikasikan pada
persamaan (6.87) dan (6.88) :

Gambar 3.14 menunjukkan hubungan spesifik untuk faktor kompresibilitas yang juga dapat
digunakkan untuk hubungan dasar sifat-sifat residual koefisien virial kedua. Dimana, hubungan sifat-
sifat semua residu kurang akurat daripada hubungan faktor kompresibilitas yang mendasarinya. Dan
tentunya tahan untuk kutub-kutub yang kuat dan molekul-molekul yang berasosiasi.

Hubungan umum untuk HR dan SR dengan kapasitas panas gas ideal untuk menghitung nilai entalphi
dan entrophi gas pada setiap suhu dan tekanan yang ditunjukkan pada persamaan (6.50) dan (6.51).

Perubahan entalphi untuk proses, ΔH = H2 – H1 ditunjukkan pada persamaan


2 Oktober 2012 TERMODINAMIKA LANJUT HUSHLA SHUDRI
23012010

(6.91)

(6.92)

Persmaan tersebut dapat dituliskan kembali menjadi

Ruas kanan dari persamaan (6.91) dan (6.94) menunjukkan hubungan tahapan alur perhitungan dari
keadaan dasar menuju keadaan akhir sistem. Kemudian dalam gambar 6.6 alur aktual dari keadaan 1
menuju keadaan 2 (garis putus-putus) dapat digantikan oleh tiga tahapan perhitungan.

 tahap 1  1ig proses hipotesis yang mengubah gas nyata menjadi gas ideal pada T1 dan P1.
Perubahan entrophi dan entalphy adalah
2 Oktober 2012 TERMODINAMIKA LANJUT HUSHLA SHUDRI
23012010

 tahap 1ig  2ig perubahan dalam keadan gas ideal dari (T1, P1) menuju (T2,P2) untuk proses
ini

 tahap 2ig  proses hipotesis mengubah gas ideal menjadi kembali ke gas nyata pada T2 dan
P2, disini

Hasil Persamaan (6.91) dan (6.92) dari penambahan perubahan entalphi dan entrophi yang
mengalami tiga tahapan.

Extension to Gas Mixture

Hasil perkiraan untuk campuran dilakukan dengan perpanjangan korelasi umum campuran yang
diperoleh dari Pseudocritical Parametes

❑ ❑ ❑
ω ≡ ∑ y i wi T pc ≡ ∑ y i T ci T pc ≡ ∑ y i Pci
i i i

Hasil yang diperoleh dapat digunakan untuk menggantikan T c dan Pc untuk menentukan
pseudocritical Parameter

T =T pr T pc

P=P pr P pc

Persamaan ini menggantikan Tr dan Pr dalam pembacaan table App E dan untuk menentukan nilai Z

Anda mungkin juga menyukai