Pengharapan sejati hanya dapat kita temui di dalam TUHAN. Jika kita
berharap kepada manusia maka kita akan kecewa. Pada dasarnya
manusia akan menolong sesamanya di saat dia merasa kuat. Sedangkan
di masa kini ada banyak orang yang merasa perlu dikuatkan. Di saat
seperti ini kita banyak menemukan orang yang semakin egois. Hanya
orang yang benar-benar sadar bahwa salah satu cara menguatkan dirinya
sendiri adalah membantu menguatkan orang lain. Jangan egois, sekalipun
pergumulan kita berat, tetaplah mendukung dan menolong orang lain.
Jangan pernah membiarkan diri kita terlena dengan tipuan iblis, sebab iblis
mau kita egois dan tidak peduli dengan kehidupan orang lain. Oleh sebab
itu tetaplah berpengharapan kepada TUHAN. Jangan pernah berpaling dari
TUHAN. Semakin berpengharapanlah kepada TUHAN. Kita juga harus
semakin melekat kepada TUHAN.
2. Kekuatan pengharapan.
Di dalam TUHAN kita menikmati kasih-Nya yang sungguh luar biasa. Di
dalam TUHAN kita akan menikmati kasih-Nya yang tak bersyarat dan
menerima kita apa adanya. Kasih TUHAN itu kekal selamanya. Di dalam
kasih-Nya kita memiliki pengharapan yang kuat. Di dalam TUHAN kita juga
akan menikmati sukacita dan damai sejahtera yang melampaui segala akal
pikiran kita. Kita juga akan memperoleh pertolongan Roh Kudus yang
selalu memberikan kekuatan dan pengharapan ekstra. Roh Kudus juga
memberikan hikmat yang luar biasa kepada setiap orang yang sungguh
berharap kepada TUHAN. Roh Kudus juga selalu memberikan peringatan
yang tepat waktu. Percayalah kepada Roh Kudus yang selalu memberi
pertolongan dan solusi yang tepat waktu.
3. Berapa kali kita harus berpengharapan dalam hidup ini?
Tentu saja sebanyak jumlah persoalan dalam hidup yang kita alami dan
jumpai. Artinya kita diminta untuk tetap memiliki pengharapan setiap kali
menghadapi masalah. Kita harus berlimpah dalam pengharapan. Hal ini
yang diharapkan Rasul Paulus terjadi dalam kehidupan jemaat di Roma
dan juga dalam kehidupan kita semua. Pengharapan yang berlimpah akan
membangkitkan sukacita dan damai sejahtera yang besar dalam diri kita.
Tetapi membangun pengharapan bukan hal yang mudah. Apalagi kalau
kita membangunnya dengan mengandalkan kekuatan diri sendiri. Dengan
segala keterbatasan diri yang ada, maka pengharapan yang kita bangun
bersifat rapuh. Karena itu Rasul Paulus mengajak jemaat di Roma dan kita
semua untuk membangun semangat pengharapan itu di dalam diri Tuhan
Yesus sebagai sumber pengharapan. Hanya di dalam Tuhan Yesus, kita
akan menemukan pengharapan yang sejati.