Mengetahui,
Kepala SMA Negeri 5 Tuban
Tujuan Pembelajaran :
Memahami perbedaan antara keanekaragaman tingkat gen, spesies, dan ekosistem serta mengidentifikasi tipe-
tipe ekosistem, sebaran keanekaragaman hayati, kemudian menjabarkan fungsi dan manfaat keanekaragaman
hayati di Indonesia.
Pertemuan 1
Bentuk tugas : Kelompok
Intruksi Kerja :
1) Saksikan video di link https://www.youtube.com/watch?v=hM4VdZVXKgQ
2) Bersama dengan kelompok ahli-mu, buat identifikasi keanekaragaman hayati di tingkat gen,
spesies, dan ekosistem di lingkungan sekitar sekolahmu.
3) Buat laporan dengan format berikut ini :
Jenis Organisme
No Ciri-Ciri Manfaat
Nama Daerah Nama Ilmiah
4) Presentasikan hasil identifikasi kelompokmu!
5) Kerjakan soal-soal tes berikut :
1. Tuliskan keanekaragaman ekosistem yang telah kamu amati!
2. Adakah persamaan dan perbedaan ciri abiotik maupun biotik pada ekosistem tersebut? Jika ada,
jelaskan!
3. Jelaskan keanekaragaman spesies yang terdapat pada ekosistem yang anda amati!
4. Adakah organisme yang spesiesnya berbeda, tetapi memiliki ciri-ciri fisik yang mirip? Jika ada,
tuliskan dan jelaskan golongannya (nama family atau genus)
5. Adakah organisme satu spesies yang hidup pada ekosistem yang berbeda? Jika ada, tuliskan!
Pertemuan 2
Bentuk tugas : Kelompok
Intruksi Kerja :
1). Lakukan eksplorasi bersama dengan kelompokmu untuk mengidentifikasi :
a. Yang termasuk ekosistem akuatif (perairan).
b. Yang termasuk ekosistem darat.
2) Susun laporan berdasarkan format berikut :
Pertemuan 3
Bentuk tugas : Kelompok
Intruksi Kerja :
1) Lakukan searching di internet dan catat perbedaan antara penyebaran flora fauna di Indonesia dengan
Malaysia!
2) Temukan contoh-contoh biodiversitas Indonesia yang bermanfaat bagi biopangan, bioenergy dan
biofarmasi!
3) Jelaskan, mengapa Indonesia memiliki biodiversitas lebih tinggi dibandingkan Malaysia ataupun negara
lain di dunia!
4) Presentasikan hasil diskusi kelompokmu!
FORMAT LAPORAN :
BIODIVERSITAS FLORA INDONESIA – MALAYSIA
Jenis Flora
No Gambar
Indonesia Malaysia
3) Beberapa tumbuhan juga digunakan untuk kosmetik. Sebutkan jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan dasar kosmetik, dan kosmetik apa saja yang diracik berdasarkan bahan tumbuhan tersebut!
No Jenis Tumbuhan Nama Kosmetik Manfaat
Pertemuan 5
Bentuk tugas : Kelompok
Intruksi Kerja :
1) Bersama dengan kelompokmu, buat timeline tentang sistem klasifikasi FILOGENETIK
Contoh :
3) Kelompokkan organisme dalam tabel berikut menjadi 5 kingdom dengan memberikan tanda centang (√)
pada kingdom yang sesuai.
Jenis Kingdom
No Keterangan
Organisme Monera Protista Fungi Plantae Animalia
1 Penicillium
notanum
2 Amoeba sp.
3 Euglena sp.
4 Moringa
oleifera
5 Gelidium
robustum
6 Homo
sapiens
7 Vovariella
volvacea
8 Bakteriofag
9 Escherichia
coli
10 Coronavirus
Masing-masing budaya lokal memperlihatkan ketergantungannya pada alam untuk hidup. Ketergantungan ini
secara otomatis menghasilkan perilaku penghargaan terhadap alam beserta segala isinya yang terwujud dalam
berbagai bentuk tradisi, ritual, ataupun aturan-aturan adat sebagai produk budaya dari manusia yang tinggal di
lingkungan tersebut. Wujud budaya yang muncul bersifat fisik maupun non-fisik, literal maupun simbolisasi.
Bentuk-bentuk fisik yang terlihat seperti persawahan terasering dan adanya alokasi hutan penyangga seperti
sawah terasering Banaue-Filipina dan juga di Bali-Indonesia. Bentuk non-fisik dapat berupa manajemen
pengaturan jenis tanaman dan siklus tanam hingga organisasi adat yang mengelola lanskap alam tersebut,
contoh organisasi subak di Bali. Sementara bentuk literal muncul seperti pada pemberian kain
berwarna pada pohon besar yang dapat dijumpai di Thailand dan juga di Bali untuk menegaskan
bahwa pohon tersebut tidak dapat ditebang dengan sembarangan.
Media ritual adat juga banyak dipakai oleh masyarakat lokal untuk mengapresiasi keanekaragaman
hayati. Masyarakat di Bali menggunakan sarana ritual sebagai wujud rasa syukur atas pemanfaatan
sumber daya alam hayati yang dapat mereka peroleh. Beberapa ritual dikhususkan oleh masyarakat
Bali untuk menghormati/menghargai alam, seperti tumpek wariga/tumpek uduh. Dalam kesempatan
tersebut masyarakat Bali memuliakan Tuhan dalam manifestasinya sebagai pencipta segala tumbuhan
yang memberikan kehidupan bagi manusia. Ritual ini biasanya dilakukan di sawah dan kebun milik
penduduk. Makna ritual ini adalah untuk memohon kepada Tuhan agar melimpahkan berkah sehingga
tanaman dapat tumbuh dengan subur dan memberikan hasil panen yang baik untuk kesejahteraan
manusia. Makna filosofi yang terkandung dalam ritual ini adalah bahwa manusia diingatkan untuk
selalu menghargai tumbuhan yang menjadi sumber pangan dan manusia tergantung pada tumbuhan
untuk hidup. Masyarakat Bali juga mengenal upaya menjaga ekosistem hutan melalui suatu upacara
yang disebut Wanakerti, yaitu suatu upacara yang diadakan di kawasan hutan pura Batukaru. Salah
satu bagian dari upacara ini adalah pelepasan satwa ke hutan. Makna filosofi konservasi ekosistem
hutan melalui ritual diiringi dengan tindakan melepas satwa kembali ke hutan sebagai pengingat
bahwa satwa liar juga memiliki hak hidup di hutan. Manusia bukanlah satu-satunya mahluk hidup
yang memerlukan hutan dan produk hutan untuk hidup. Kearifan tradisi yang terkandung pada
masing-masing budaya memang bersifat lokal, namun makna inti dari produk budaya tersebut
memiliki benang merah yang sama, yaitu konservasi keanekaragaman hayati sebagai suatu nilai yang
bersifat univesal. Bahasa dan pendekatan yang dipergunakan sangat mungkin berbeda, walaupun
demikian, tradisi maupun pengetahuan yang lokal yang disampaikan mempunyai tujuan yang sama
untuk melindungi lingkungan alam (Jopela, 2011; Garrett, 2007; Byers, Cunliffe & Hudak, 2001)
Nilai-nilai lingkungan yang tercermin dari praktek-praktek kearifan lokal meliputi perlindungan,
pemanfaatan secara lestari, dan pemeliharaan. Nilai tersebut berhubungan secara langsung, saling
terkait, dengan sistem kemasyarakatan dan sosial suatu komunitas. Semua kegiatan diterapkan untuk
dilaksanakan semua anggota komunitas dan ditujukan untuk kepentingan dabn kebaikan bersama.
Pertemuan 9
Bentuk tugas : Kelompok
Intruksi Kerja :
1) Simak artikel berikut!
Pembahasan Revisi UU No. 5 Tahun 1990 tentang Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem mulai
dilakukan Komisi IV DPR. Setidaknya berbagai elemen pemangku kepentingan dimintakan saran dan
masukan dalam rangka memperkaya RUU tersebut. Terdapat lima poin isu krusial RUU
Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem sebagaimana catatan dari Kelompok Kerja (Pokja) Kebijakan
Konservasi dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Komisi IV DPR di Gedung DPR,
Senin (18/9) kemarin.
Juru bicara Pokja Kebijakan Konservasi Henri Subagyo mengatakan, DPR perlu segera mempercepat
pembahasan RUU tersebut. Malahan bila perlu dan mampu, RUU tersebut dapat disahkan di penghujung
akhir 2017 dengan memulai pembahasan bersama antara DPR dan pemerintah. Munculnya RUU tersebut
sudah lebih dari satu dekade yang lalu.
Ironisnya, banyaknya kasus kejahatan keanekaragaman hayati yang tidak dapat diproes secara optimal.
Penyebabnya lantaran tidak diatur dalam UU No. 5 Tahun 1990. Misalnya, perusakan ekosistem terumbu
karang oleh kapal asing di Raja Ampat. Atas dasar itu, lanjut Henri, terdapat tiga alasan perlunya
dilakukan revisi UU tersebut.
Pertama, jangka waktu keberlakuan UU No. 5 Tahun 1990 sudah sangat lama. “Sehingga belum dapat
mengakomodir perkembangan isu-isu dan permasalahan konservasi keanekaragaman hayati. Baik di
tingkat nasional maupun internasional,” ujarnya. (Baca Juga: RUU Keanekaragaman Hayati Perlu
Pertegas Posisi Masyarakat Hukum Adat)
Kedua, pengaturan penegakan hukum yang tidak dapat mengikuti perkembangan kejahatan
keanekaragaman hayati di Indonesia. Ketiga, terdapat isu konservasi keanekaragaman hayati pada tngkat
genetik yang belum satupun ada aturannya di tingkat nasional. Walhasil kerap kali terjadi ‘pembajakan’
sumber daya genetik, biasa dikenal biopiracy.
Henri mencatat, terdapat lima isu yang krusial dalam RUU tersebut. Pertama, terkait kelembagaan
penyelenggara konservasi keanekaragaman hayati. Menelisik persoalan genetik, spesies dan kawasan
konservatif, Pokja menilai kelembagaan amatlah krusial. Sebab bila membahas ekosistem yang
sedemikian luas maka mesti dilakukan pendekatan secara holistik dan komprehensif.
Misalnya di kelembagaan terdapat kehutanan, pertanian dan kelautan perikanan. Pokja pun mengusulkan
dua alternatif. Alternatif pertama simpul kebijakannya. Menurutnya pengambilan kebijakan dapat
dikoordinasikan menjadi satu oleh lembaga tersebut yang menyoal kehutanan, pertanian dan kelautan
perikanan. Alternatif kedua, badan independen berdiri sendiri yang dibentuk melalui RUU tersebut.
“Dari sisi policy, perlu ada keseragaman yakni antara konservasi di daerah dan kehutanan. Apakah
kemudian dari sisi legislasi digabung saja menjadi satu, tetapi teknisnya bisa dari masing-masing
kementerian,” katanya.
(Baca Juga: Rekomendasi WALHI Terkait Implementasi Moratorium Izin Tata Kelola Hutan)
Kedua, akses dan pembagian keuntungan dari pemanfaatan sumber daya genetik dan pengetahuan
tradisional. Pokja mengusulkan adanya norma dalam RUU yang mengatur pemerintah memfasilitasi
masyarakat adat ketika akan melakukan kontrak kerja sama dengan pihak korporasi terkait pemanfaatan
sumber daya genetik.
Ketiga, perizinan, pengawasan dan sanksi administrasi. Poin tersebut sedianya menjadi perhatian Komisi
IV dan pemerintah dalam pembahasan. Sebab pengawasan tidak saja menekankan pada bidang
konservasi, namun juga kepatuhan izin yang diberikan pihak berwenang. Dengan begitu, pengawasan
dapat menjadi pintu masuk bagi penegak hukum dalam memberikan sanksi pidana maupun administrasi.
“Kami minta pengawasan tak saja perlindungan, tetapi juga bagaimana pengawasan terhadap izin-izin
yang sudah diberikan. Karena izin itu ada konservasi genetik dan pemanfaatan,” katanya.
Keempat, aspek penegakan hukum terhadap kejahatan konservasi keanekaragaman hayati. Henri yang
juga Direktur Eksekutif Indonesian Center for Environtmental Law (ICEL) mengatakan aspek penegakan
hukum perdata, tanggung jawab mutlak perlu diakomodir. Yakni basis dari tanggung jawab mutlak
diperluas sehingga tidak lagi persoalan ekosistem, tetapi aspek sumber daya genetik.
“Bioteknologi bisa menyebabkan kerugian dan kerusakan masif. Kami mengusulkan ada penambahan
kerusakan ekosistem dan sumber daya genetik serta spesies. Dengan begitu, gugatan perdata tak saja
menyoal tanggung jawab ekosistem namun juga tanggung jawab kerusakan sumber daya genetik dan
species.
Kemudian aspek penegakan hukum pidana. Menurutnya perlunya penguatan kewenangan penyidik dan
perlindungan terhadap pihak ketiga yang membantu dalam melakukan kewenangannya. Nah,
kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dilakukan sesuai dengan UU yang menjadi landasan
hukum masing-masing. Oleh karena itulah kewenangan PPNS dalam menindak pidana konservasi perlu
diatur jelas agar tidak melakukan tindakan di luar kewenangannya.
(Baca Juga: Selamatkan Satwa Liar Lewat Revisi UU 5/1990)
Namun di lapangan terdapat berbagai kendala. Misalnya, kurang baiknya koordinasi hasil penyidikan
PPNS yang diserahkan ke kepolisian. Kemudian, perlu adanya payung hukum bagi PPNS dalam
melakukan penyadapan dan teknik undercover investigation. Tak kalah penting, perlunya perlindungan
bagi pihak ketiga yang bekerja sama dengan PPNS maupun penyidik kepolisian yang membantu
melakukan penyadapan maupun teknisundervover investigation.
Kelima, perindungan hak dan akses masyarakat adat serta lokal. Menurutnya, ketentuan mengenai
masyaakat hukum adat dan lokal merupakan aturan baru yang sema sekali belum pernah diatur dalam
UU No. 5 Tahun 1990. Kendati pun dalam aturan pelaksanaan seperti peraturan pemerintah dan
peraturan menteri, RUU ini meletakkan pondasi pengaturan masyarakat adat dan lokal serta
pemberdayaan dalam konservasi keanekaragaman hayati. Tujuannya bakal menunjang penyelengaraan
konservasi bagi kesejahteraan masyarakat.
Wakil Ketua Komisi IV DPR, Viva Yoga, dan anggota Komisi IV Ibnu Multazam, mengamini masukan
dan Pokja Kebijakan Konservasi. Masukan tersebut nantinya menjadi pertimbangan bagi tindaklanjut
dalam pembahasan RUU tersebut. “Masukan ini akan menjadi pertimbangan selanjutnya,” ujar Ibnu yang
juga politisi Partai Kebangkitan Bangsa itu. (sumber : https://www.hukumonline.com/berita/a/5-poin-isu-
krusial-ruu-keanekaragaman-hayati-dan-ekosistem-lt59c0c267d98ab/)
2) Berdasarkan artikel di atas, jelaskan alasan pentingnya dilakukan revisi UU No. 5 Tahun 1990 tentang
keanekaragaman hayati dan ekosistem!
3) Jelaskan, sejauhmana upaya pelestarian keanekaragaman hayati oleh pemerintah mampu mengatasi
penurunan keanekaragaman hayati sebelumnya yang tak terhindarkan?
4) Pembukaan lahan di Kalimantan untuk difungsikan sebagai ibukota negara otomatis menjadi ancaman
bagi pelestarian keanekaragaman hayati yang ada di sana. Jelaskan, apa saja upaya yang seharusnya
diambil pemerintah terutama dalam hal :
a. Mencegah kepunahan spesies yang disebabkan kerusakan habitat dan pemanfaatan tak terkendali.
b. Menjamin kelestarian fungsi ekosistem sebagai penyangga kehidupan.
5) Jelaskan, menurut pendapatmu, apakah lebih tepat diterapkan konservasi ex situ atau in situ dalam upaya
pelestarian keanekaragaman hayati di Kalimantan di tengah pembangunan masiv bakal ibu kota negara!
Pertemuan 10
Bentuk tugas : Kelompok
Intruksi Kerja :
1) Jelaskan, apa yang dimaksud dengan cagar biosfer!
2) Buat rincian cagar biosfer di Indonesia berdasarkan ketetapan UNESCO.
3) Tuliskan usaha-usaha untuk melestarikan keanekaragaman hayati buah-buah lokal atau buah-buah
langka di Indonesia!
4) Jika usaha perlindungan burung Cendrawasih di cagar alam Waigeo Barat, Kabupaten Raja Ampat
Propinsi Papua selama 3 tahun ke depan berhasil dan dapat meningkatkan jumlah populasi jenis
Cendrawasih botak dan Manukodia Kilap masing-masing sebanyak 5 %, maka hitunglah estimasi
populasi dan estimasi kepadatan individu/ha pada cakupan areal survei seluas 425 ha.
Pertemuan 11
FORMATIF 1
LKPD-2
(SEMESTER 1)
Tujuan Pembelajaran :
Memahami ciri-ciri virus dan peranannya.
Pertemuan 12
Bentuk tugas : Kelompok
Intruksi Kerja :
1) Simak isi video youtube yang ditayangkan melalui link :
https://www.youtube.com/watch?v=ftNCj06d7KE
2) Diskusikan dengan kelompokmu untuk menjawab permasalahan berikut :
Analisis kasus Corona di Indonesia, kemudian buat laporannya dalam format berikut:
No Pertanyaan/Permasalahan Prediksi Jawaban
1 Apa itu Corona Virus?
2 Apa itu Covid-19?
3 Apa saja gejala Covid-19?
4 Apa saja yang harus dilakukan jika bergejala
Covid-19? Kapan harus meminta bantuan
pertolongan medis?
5 Bagaimana cara Covid-19 menyebar?
6 Apakah ada vaksin atau pengobatan atau perawatan
terhadap pasien terjangkit Covid-19?
Cara
Perbedaan Ciri-Ciri
Jenis Mengamati
Organisme Asam Struktur Membran
Ukuran Bentuk Pengkristalan
Nukleat Tubuh Inti
Virus
Bakteri
Sel Hewan
2) Bersama dengan kelompokmu, gambar diagram hubungan beberapa jenis virus terselubung lipid dengan
membrane sel inang!
Contoh :
Pertemuan 14
Bentuk tugas : Kelompok
Instruksi Kerja :
1) Bersama dengan kelompokmu, klasifikasikan nama virus yang sesuai dengan jenis penyakitnya!
No Jenis Penyakit Nama Virus
1 ……………………………….
2
……………………………….
3 ……………………………….
4 ……………………………….
5
……………………………….
6 ……………………………….
2) Penyakit pada manusia dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti jamur, bakteri, protista
dan virus. Manakah jenis penyakit yang disebabkan oleh virus? Beri tanda centang (√) pada jenis
penyakit yang disebabkan virus!
No Jenis Penyakit Virus
1 Kolera
2 Gondongan
3 TBC
4 Polio
5 Mad Cow Disease
6 Cacar
7 Malaria
8 Chikungunya
9 Demam Berdarah
10 Ketombe
Papapovirus
Rubella
Rhinovirus
Circovirus
Pertemuan 15
Bentuk tugas : Kelompok
Instruksi Kerja :
1) Pada masa pandemi Covid-19 ini, muncul banyak istilah terkait penyakit ini di masyarakat. Tuliskan
istilah-istilah tersebut dalam tabel berikut!
No Istilah Arti
1 PCR
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2) Dampak pandemi :
No Bidang Dampak Pandemi Covid-19
1 Kesehatan Masyarakat
2 Pendidikan
3 Perekonomian
4 Kehidupan Sosial
2 Usulan Anda
Pertemuan 16
Bentuk tugas : Kelompok
Instruksi Kerja :
1) Temukan permasalahan-permasalahan dalam penularan penyakit akibat virus Covid-19, terutama yang
disebabkan Coronavirus tipe baru SARS-CoV-2!
2) Susunlah permasalahan tersebut dengan menggunakan kalimat tanya “Bagaimana cara yang efektif
mencegah penularan penyakit Covid-19 di masa pandemi?
3) Secara mandiri, carilah informasi atau data dari beberapa sumber (internet, buku referensi, buku
pelajaran), atau pengamatan langsung di masyarakat dan wawancara dengan tenaga medis untuk mencari
solusi atas permasalahan yang dibahas.
4) Pilihlah data-data yang paling sesuai sebagai dasar untuk membuat rencana kegiatan.
5) Susun laporan dengan format berikut :
LAPORAN PROYEK
“BAGAIMANA CARA EFEKTIF MENCEGAH PENULARAN PENYAKIT COVID-19 DI MASA
PANDEMI?”
Pihak-Pihak yang Berkompetensi dalam Pencegahan dan Upaya Mengatasi Penularan
No Coronavirus
Pemerintah Tenaga Medis Masyarakat
Pertemuan 17
Bentuk tugas : Kelompok
Instruksi Kerja :
1) Persiapkan hasil proyekmu pada pertemuan sebelumnya tentang permasalahan “Bagaimana cara yang
efektif mencegah penularan penyakit Covid-19 di masa pandemi?”
2) Presentasikan secara bergantian dengan kelompok lain di depan kelas!
Pertemuan 18
FORMATIF 2.
DAFTAR BACAAN / REFERENSI
Campbell, N. A., J. B. Reece, & L. G. Mitchell. Biologi Edisike-5. Jakarta: Penerbit Erlangga
Loveless, A. R. 1999. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik. Jilid 1.
Terj. dari Principles of Plant Biology for the Tropics, oleh A. Soediarto, dkk. PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Mackean, D. G. 2007. IGCSE Biology. London: Hodder Education.
Sagita, Sylva. 2022. IPA BIOLOGI untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Penerbit Erlangga.