Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL SKRIPSI

Perancangan Klinik Pratama Rawat Inap di Samarinda


dengan Mengolah Tatanan Massa berdasarkan Konsep
Arsitektur Islam

Diajukan Oleh :
Nama : Sulidia Aminah
NIM : 190101005

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
KALIMANTAN TIMUR
2023-2024
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakathu

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................... 3
1.3 Tujuan dan Sasaran Pembahasan.............................................. 3
1.3.1 Tujuan Pembahasan......................................................... 3
1.3.2 Sasaran Pembahasan........................................................ 4
1.4 Lingkup dan batasan Pembahasan............................................ 4
1.4.1 Lingkup Pembahasan....................................................... 4
1.4.2 Batasan Pembahasan........................................................ 4
1.5 Metode dan Sistematika Pembahasan....................................... 4
1.5.1 Metode pembahasan........................................................ 4
1.5.2 Sistematika Pembahasan.................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 50

ii
DAFTAR GAMBAR

iii
DAFTAR TABEL

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Klinik Pratama merupakan salah satu pelayanan medik, klinik sebagai
organisasi pelayanan kesehatan masyarakat memerlukan sistem informasi
yang akurat dan handal, serta memadai untuk peningkatan pelayanan medik
kepada pasien dan lingkungan terkait lainnya. Kegiatan seperti pengelolaan
data pasien, rekam medis, data dokter, di klinik pratama diharapkan dapat
meningkatkan efisiensi dalam melakukan kegiatan pelayanan medis. 
Untuk mendukung pelayanan medis, diperlukan fasilitas medis yang
memadai berdasarkan jumlah penduduk Samarinda. fasilitas kesehatan
tersebar di 10 kecamatan dan 59 kelurahan. Pemerindan Kota Samarinda
memiliki 24 Puskesmas dan 2 RS tipe A, 2 RS tipe B, 8 RS tipe C, dan 3 RS
tipe D.
Bertujuan untuk perancangan Klinik Pratama di Samarinda yang
memadai untuk mengembangkan pelayanan medis dalam tatanan massa
bangunan.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Klinik Pratama Samarinda dapat mengembangkan pelayanan
medis yang sinergis dalam tatanan massa yang berdasarkan konsep Arsitektur
Islam?

1.3 Tujuan dan Sasaran Pembahasan


1.3.1 Tujuan Pembahasan
Membuat suatu landasan konsep rancangan Klinik Pratama Rawat Inap di
Samarinda yang dapat mengembangkan pelayanan medis yang sinergis dalam
tatanan massa yang berdasarkan konsep Arsitektur Islam.
1.3.2 Sasaran Pembahasan
1. Membuat perancangan Klinik Pratama Rawat Inap di Samarinda yang
dapat mengembangkan pelayanan medis yang sinergi dengan sarana
fasilitas yang tersedia berdasarkan Konsep Arsitektur Islam.

1
2. Membuat konsep perancangan Klinik : analisis tapak, konsep desain,
bentuk, penataan ruang luar, struktur, utilitas dan elemen perancangan.
3. Membuat gambar desain Klinik : denah, tampak, potongan, site plan,
banner dan 3D.
4. Membuat maket Klinik.

1.4 Lingkup dan batasan Pembahasan


1.4.1 Lingkup Pembahasan
Pembahasan ini dibatasi aspek-aspek arsitektural mengenai tatanan
massa dalam perencanaan dan perancangan bangunan yang dapat
mengembangkan pelayanan medis yang sinergi serta mengenai konsep
bangunan yang berdasarkan dengan Arsitektur Islam yang akan diolah
untuk menyatukan fungsi dan zoning tatanan massa berdasarkan aktivitas
yang dilakukan dokter maupun pasien klinik.
1.4.2 Batasan Pembahasan

Pembahasan terbatas pada bangunan Klinik Pratama Rawat Inap di


Samarinda yang dapat mengembangkan pelayanan medis yang sinergi
berdasarkan konsep Arsitektur Islami. Dalam perancangan sesuai dengan
kaidah arsitektur dan teori-teori arsitektur yang mendukung dalam acuan
perancangan.

1.5 Metode dan Sistematika Pembahasan


1.5.1 Metode pembahasan
Metode yang dilakukan dengan analisis dan mengidentifikasi
masalah yang ada berdasarkan data-data yang diperoleh dari berbagai
sumber.
1.5.2 Sistematika Pembahasan
langkah-langkah dalam sistematika pembahasan dibagi dalam
beberapa tahapan pembahasan antara lain:
Bab I : PENDAHULUAN
Memberikan gambaran umum tentang latar belakang,
rumusan masalah, tujuan dan sasaran pembahasan, lingkup
dan batasan masalah, serta metode dan sistematika
pembahasan.

2
Bab II : TINJAUAN PUSTAKA

Menguraikan tentang tinjauan bangunan Klinik, teori


tentang standart pelayanan bangunan Klinik, terkait
dengan Klinik Rawat Inap berdasarkan konsep Arsitektur
Islam.
Bab III : METODE PERANCANGAN
Metodologi perancangan berisi tentang tempat dan waktu
penelitian, alat dan bahan, metode penelitian, dan tahapan
penelitian.

3
BAB II

TINJAUANPUSTAKA

2.1 Tinjauan Terhadap Klinik


2.1.1 Pengertian Bangunan Klinik
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
028/ Menkes/ Per/ I/ 2011, pengertian Klinik adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan untuk terselenggaranya pelayanan kesehatan
yang mudah diakses, terjangkau dan termutu dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
Menurut Peraturan Menteri Republik Indonesia Nomor 09/ Menkes/
Per/ 2014, Klinik berdasarkan pelayanannya dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Klinik Pratama
Klinik yang melayani pelayanan medik dasar baik umum maupun
khusus.
2. Klinik Utama
Menurut Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 09
Tahun 2014 Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan oleh badan hukum yang
menyediakan pelayanan medis dasar atau spesialistik. Klinik dapat
mengkhususkan pelayanan pada satu bidang tertentu berdasarkan cabang/
disiplin ilmu atau sistem organ. Adapun pengertian judul adalah sebagai
berikut :
1. Tatanan Massa
Penataan massa adalah penempatan beberapa struktur pada
properti yang akan ditata berdasarkan zonasi dan persyaratan lain
yang mendukung tata letak kompleks bangunan yang berdekatan ini
berdasarkan zonasi, juga harus berdasarkan alur sirkulasi yang saling
berhubungan. adil sebagai elemen tapak dapat terdiri dari massa
berupa bangunan dan vegetasi; keduanya bagus secara individu atau
kelompok sebagai elemen ruang luar. 

4
2. Arsitektur Islam
Arsitektur Islam dipahami sebagai ide dan karya arsitektur
yang sesuai dengan pandangan dan prinsip Islam tentang arsitektur
dan tidak terbatas pada masjid. Arsitektur Islam adalah karya
arsitektur yang sesuai dengan sudut pandang Islam, sehingga
arsitektur menurut konsep Islam disebut arsitektur Islam.
Dimungkinkan juga untuk menemukan dan mengembangkan
arsitektur Islam di tempat-tempat yang penganut non-Muslim, atau
sebaliknya. Jadi arsitektur Islam bukanlah arsitektur Arab atau hanya
pembangunan masjid baru.
2.1.2 Definisi Standart Pelayanan Bangunan Klinik
Berikut adalah standart pelayanan bangunan klinik menurut
Peraturan Menteri Republik Indonesia NOMOR 09/ MENKES/ PER/ 2014,
yang tertera dalam pasal 21, 22, 24, 33, 34, dan 37:
Bagian Keenam Kefarmasian
Pasal 21
(1) Klinik rawat jalan tidak wajib melaksanakan pelayanan farmasi.
(2) Klinik rawat jalan yang menyelenggarakan pelayanan kefarmasian
wajib memiliki apoteker yang memiliki Surat Izin Praktik Apoteker
(SIPA) sebagai penanggung jawab atau pendamping.
Pasal 22
(1) Klinik rawat inap wajib memiliki instalasi farmasi yang
diselenggarakan apoteker.
(2) Instalasi farmasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melayani resep
dari dokter klinik yang bersangkutan, serta dapat melayani resep dari
dokter praktik perorangan maupun klinik lain.
Bagian Ketujuh Laboratorium
Pasal 24
(1) Klinik rawat inap wajib menyelenggarakan pengelolaan dan pelayanan
laboratorium klinik.
(2) Klinik rawat jalan dapat menyelenggarakan pengelolaan dan pelayanan
laboratorium klinik.

5
(3) Laboratorium klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
pada klinik pratama merupakan pelayanan laboratorium klinik umum
pratama sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Klinik utama dapat menyelenggarakan pelayanan laboratorium klinik
umum pratama atau laboratorium klinik umum madya.
(5) Perizinan laboratorium klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan
(4) terintegrasi dengan perizinan klinik.
(6) Dalam hal klinik menyelenggarakan laboratorium klinik yang memiliki
sarana, prasarana, ketenagaan dan kemampuan pelayanan melebihi
kriteria dan persyaratan klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dan ayat (4), maka laboratorium klinik tersebut harus memiliki izin
tersendiri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 33
(1) Klinik rawat inap hanya dapat memberikan pelayanan rawat inap
paling lama 5 (lima) hari.
(2) Apabila memerlukan rawat inap lebih dari 5 (lima) hari, maka pasien
harus secara terencana dirujuk ke rumah sakit sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 34
(1) Klinik pratama hanya dapat melakukan bedah kecil (minor) tanpa
anestesi umum dan/ atau spinal.
(2) Klinik utama dapat melakukan tindakan bedah, kecuali tindakan bedah
yang menggunakan anestesi umum dengan instalasi dan/ atau spinal,
operasi sedang yang berisiko tinggi, dan operasi besar.
(3) Klasifikasi bedah kecil, sedang, dan besar ditetapkan oleh “Organisasi
Profesi” yang bersangkutan.
Pasal 37
Penyelenggara klinik wajib:
(1) Memasang nama dan klasifikasi klinik.
2.1.3 Penanggung Jawab Bangunan Klinik
Berikut adalah penanggung jawab bangunan klinik, yang meliputi
pemberi pelayanan, ketenagaan klinik, jenis, kualifikasi, jumlah tenaga

6
kesehatan, dan non kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia NOMOR 09/ MENKES/ PER/ 2014, yang tertera
dalam pasal 9, 10, 11, dan 12:
Bagian Keempat Ketenagaan
Pasal 9
(1) Penanggung jawab teknis klinik harus seorang tenaga medis.
(2) Penanggung jawab teknis klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus memiliki Surat Izin Praktik (SIP) di klinik tersebut, dan dapat
merangkap sebagai pemberi pelayanan.
Pasal 10
Tenaga medis hanya dapat menjadi penanggung jawab teknis pada 1 (satu)
klinik.
Pasal 11
(1) Ketenagaan klinik rawat jalan terdiri atas tenaga medis, tenaga
keperawatan, tenaga kesehatan lain, dan tenaga non kesehatan sesuai
dengan kebutuhan.
(2) Ketenagaan klinik rawat inap terdiri atas tenaga medis, tenaga
kefarmasian, tenaga keperawatan, tenaga gizi, tenaga analis
kesehatan, tenaga kesehatan lain, dan tenaga non kesehatan sesuai
dengan kebutuhan. (3) Jenis, kualifikasi, dan jumlah tenaga kesehatan
lain serta tenaga non kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis pelayanan yang
diberikan oleh klinik.
Pasal 12
(1) Tenaga medis pada klinik pratama yang memberikan pelayanan
kedokteran paling sedikit terdiri dari 2 (dua) orang dokter dan/ atau
dokter gigi sebagai pemberi pelayanan.
(2) Tenaga medis pada klinik utama yang memberikan pelayanan
kedokteran paling sedikit terdiri dari 1 (satu) orang dokter spesialis
dan 1 (satu) orang dokter sebagai pemberi pelayanan.

7
(3) Tenaga medis pada klinik utama yang memberikan pelayanan
kedokteran gigi paling sedikit terdiri dari 1 (satu) orang dokter gigi
spesialis dan 1 (satu) orang dokter gigi sebagai pemberi pelayanan.
2.1.4 Klasifikasi Fasilitas
Berikut klasifikasi fasilitas menurut Peraturan Menteri Kesehatan
RI NO.09/MENKES/PER/2014 tentang persyaratan yang harus dipenuhi
jika ingin mendirikan klinik, termasuk persyaratan yang ditentukan
tercantum dalam Klausul 7 dan 8, yaitu: 
Bagian Kedua Gedung Pasal 7 
(1) Bangunan klinik paling sedikit terdiri atas:
a. ruang pendaftaran/ruang tunggu;
b. ruang konsultasi;
c. ruang administrasi;
d. ruang obat dan bahan habis pakai untuk klinik yang melaksanakan
pelayanan farmasi;
e. ruang tindakan;
f. ruang/ pojok ASI;
g. kamar mandi/wc;
h. dan ruangan lainnya sesuai kebutuhan pelayanan.
(2) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), klinik rawat
inap harus memiliki:
a. ruang rawat inap yang memenuhi persyaratan;
b. ruang farmasi; ruang laboratorium; dan
c. ruang dapur.
(3) Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus
memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4) Jumlah tempat tidur pasien pada Klinik rawat inap paling sedikit 5
(lima) buah dan paling banyak 10 (sepuluh) buah.
Bagian Ketiga Prasarana
Pasal 8
(1) Infrastruktur klinik meliputi:

8
pekerjaan sanitasi; instalasi listrik; pencegahan kebakaran; ambulans,
terutama untuk klinik yang menyelenggarakan perawatan rumah sakit;
dan sistem gas medis; Sistem pendingin udara; Sistem pencahayaan;
dan infrastruktur lainnya sesuai kebutuhan.
Klinik harus memiliki staf yang meliputi: 
(1) Prasarana Klinik meliputi:
a. instalasi sanitasi;
b. instalasi listrik;
c. pencegahan dan penanggulangan kebakaran;
d. ambulans, khusus untuk Klinik yang menyelenggarakan rawat inap;
dan
e. sistem gas medis;
f. sistem tata udara;
g. sistem pencahayaan;
h. prasarana lainnya sesuai kebutuhan.
2.1.5 Persyaratan Terkait Perancangan Bangunan Klinik
Berikut adalah beberapa syarat pendirian klinik di Indonesia
menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.09/MENKES/PER/2014
tentang klinik diantaranya Pasal 1, 2, 3, 4, 5 dan 6:  
BAB I Ketentuan Umum
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis
dasar dan/atau spesialistik.
2. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
3. Instalasi Farmasi adalah bagian dari Klinik yang bertugas
menyelenggarakan, mengoordinasikan, mengatur, dan mengawasi
seluruh kegiatan pelayanan farmasi serta melaksanakan pembinaan
teknis kefarmasian di Klinik.

9
4. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
5. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota, dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
6. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang kesehatan.
BAB II Jenis Klinik
Pasal 2
(1) Berdasarkan jenis pelayanan, Klinik dibagi menjadi: a. Klinik pratama;
dan b. Klinik utama.
(2) Klinik pratama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan
Klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar baik umum
maupun khusus.
(3) Klinik utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan
Klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik atau
pelayanan medik dasar dan spesialistik.
(4) Klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengkhususkan
pelayanan pada satu bidang tertentu berdasarkan cabang/disiplin ilmu
atau sistem organ.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Klinik dengan kekhususan pelayanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur oleh Menteri.
Pasal 3
Klinik dapat dimiliki oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau
masyarakat.
Pasal 4
(1) Klinik yang dimiliki oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus
didirikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Klinik yang dimiliki oleh masyarakat yang menyelenggarakan rawat
jalan dapat didirikan oleh perorangan atau badan usaha.

10
(3) Klinik yang dimiliki oleh masyarakat yang menyelenggarakan rawat
inap harus didirikan oleh badan hukum.
BAB III Persyaratan
Bagian Kesatu Lokasi
Pasal 5
(1) Pemerintah daerah kabupaten/kota mengatur persebaran Klinik yang
diselenggarakan masyarakat di wilayahnya dengan memperhatikan
kebutuhan pelayanan berdasarkan rasio jumlah penduduk.
(2) Lokasi Klinik harus memenuhi ketentuan mengenai persyaratan
kesehatan lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
(3) Ketentuan mengenai persebaran Klinik sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) tidak berlaku untuk Klinik perusahaan atau Klinik instansi
pemerintah tertentu yang hanya melayani karyawan perusahaan, warga
binaan, atau pegawai instansi tersebut.
Bagian Kedua Bangunan
Pasal 6
(1) Bangunan Klinik harus bersifat permanen dan tidak bergabung fisik
bangunannya dengan tempat tinggal perorangan.
(2) Ketentuan tempat tinggal perorangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tidak termasuk apartemen, rumah toko, rumah kantor, rumah susun,
dan bangunan yang sejenis.
(3) Bangunan Klinik harus memperhatikan fungsi, keamanan, kenyamanan
dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan
keselamatan dan kesehatan bagi semua orang termasuk penyandang
cacat, anak-anak dan orang usia lanjut.

2.1.6 Persyaratan Ruang Dan Standart Fasilitas


Berikut persyaratan standar kamar dan fasilitas klinik menurut
Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
1295/Menkes/Per/XII/2007, termasuk Pasal 10 dan Pasal 11 sebagai
berikut:

11
12
BAB III

METODE PERANCANGAN

13
DAFTAR PUSTAKA

Hafiz, A. (2019). Perencanaan Klinik Terpadu Di Kota Pontianak Kalimantan


Barat. JMARS: Jurnal Mosaik Arsitektur, 7(1).
RI, K. (2021). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun
2021 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Klinik. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Pamungkas, A. (2020). Rancang Bangun Sistem Informasi Pelayanan Kesehatan
Untuk Rekam Medis Rawat Jalan Pada Klinik Pratama Afiyah Medika
Berbasis Desktop. J. Artif. Intell. Innov. Appl, 1(2), 56-60.
Hidayatulloh, H. (2020). Perkembangan Arsitektur Islam: Mengenal Bentuk
Arsitektur Islam di Nusantara. Ngabari: Jurnal Studi Islam dan Sosial,
13(2), 15-33.
Ching, Francis D.K. 2009. Bentuk, Ruang, dan Tatanan. Jakarta; Erlangga

14

Anda mungkin juga menyukai