Pengarah :
Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan BKKBN
Prof. Rizal Damanik, Ph.D
Penanggung Jawab:
Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Dr. Lalu Makripuddin, M.Si.
Penyusun:
Sondang Ratna Utari, SE, MM
Khaeri Marifah, S.Psi, M.Psi-T
Kontributor:
DR. Wendy Hartanto, MA
Tim Teknis:
Iwan Tri Haryanto, S.Pd
Diterbitkan oleh :
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPENDUDUKAN DAN KB
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Jl. Permata No. 1 Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur 13650
PO. BOX : 296 JKT 13013 Telp. (021) 8098018; ext.631 Fax.(021) 8008558
www.bkkbn.go.id
www.elearningbkkbn.go.id
KATA SAMBUTAN
Assalamu’alaikum wr.wb.
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah
SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayahNya yang diberikan kepada kita.
Berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 52
Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga,
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) mempunyai tugas
melaksanakan pengendalian penduduk dan
penyelenggaraan keluarga berencana. Indikator
Rencana Strategis BKKBN 2020-2024 yaitu, Angka
Kelahiran Total (Total Fertility Rate/TFR) per WUS usia 15-49 tahun turun
menjadi 2,1 rata-rata anak per wanita; Angka Prevalensi Kontrasepsi Modern
(Modern Contraceptive Prevelance Rate/mCPR) naik menjadi 63,41%;
Persentase ber-KB yang tidak terpenuhi/unmet need turun mejadi 7,40%;
Angka Kelahiran Remaja Usia 15-19 Tahun/Age Specific Fertility Rate 15-49
turun menjadi 18 per 1000 kelahiran WUS 15-19; Indeks Pembangunan
Keluarga (iBangga) naik menjadi 61,00 poin; dan Indeks Media Kawin Pertama
Perempuan (MUKP) naik menjadi 22,1 tahun. Untuk mencapai sasaran
strategis tersebut, BKKBN melaksanakan kebijakan dan strategi di bidang
Bangga Kencana (Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga
Berencana).
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 21 tahun 2018 tentang Jabatan Fungsional
Penyuluh Keluarga Berencana, Pasal 15 ayat (1) huruf d, menyatakan bahwa
Penyuluh KB Kategori Keterampilan yang memperoleh ijazah S-1 (Strata-
Satu)/D-4 (Diploma-Empat) dapat diangkat dalam Jabatan Fungsional
Penyuluh KB Kategori Keahlian, dengan syarat telah mengikuti dan lulus diklat
penjenjangan fungsional di bidang Program Bangga Kencana untuk Kategori
Keahlian. Oleh karena itu pelatihan ini diselenggarakan untuk memfasilitasi
Penyuluh KB Kategori Keterampilan untuk menjadi Penyuluh KB Kategori
Keahlian. Walaupun pelatihan yang diselenggarakan melalui e-learning/jarak
jauh, tidak mengurangi substansi dan semangat kita untuk mencapai tujuan
pelatihan yang telah ditetapkan.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.
mendapat balasan pahala yang berlipat dari Tuhan Yang Maha Esa. Kami
menerima kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan
penyusunan perangkat pelatihan ini pada edisi-edisi mendatang.
DAFTAR ISI
C. Rangkuman ........................................................................................ 91
D. Latihan ............................................................................................... 92
E. Test Formatif ..................................................................................... 93
Bab V Langkah-Langkah Pengelolaan Perubahan................................... 96
A. Langlkah-Langkah Pengelolaan Perubahan ...................................... 96
B. Rencana Tindak Lanjut (RTL) .......................................................... 106
C. Rangkuman ...................................................................................... 107
D. Latihan ............................................................................................. 108
E. Test Formatif .................................................................................... 108
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan akan terus terjadi di mana-mana sejak dulu sampai
sekarang. Bahkan dewasa ini perubahan terjadi dengan akselerasi yang
semakin tinggi, baik secara mikro maupun makro; baik pada skala lokal
maupun regional; baik pada tataran nasional maupun global. Demikian juga
perubahan bukan hanya melibatkan individu tetapi juga kelompok dan
organisasi; bukan hanya pada dunia bisnis tetapi juga birokrasi pemerintahan.
Di samping itu, perubahan bukan hanya terjadi pada lingkungan internal tetapi
juga eksternal. Pada lingkungan eksternal, perubahan bukan hanya terjadi
pada sektor ekonomi tetapi juga politik, sosial, budaya dan teknologi. Bisa
dikatakan manusia hidup dalam lingkungan yang sedang berubah, serba
berubah dan akan terus berubah.
Ungkapan terkait perubahan itu sendiri yang sering kita dengar adalah
change or die sesungguhnya mengajak kita turut dalam perubahan agar tetap
bertahan hidup (survive). Pada intinya perubahan dimaksudkan agar kita
bukan sekadar survive tetapi bisa menjalani hidup lebih baik dan mengalami
progres meski hal itu kadang tidak mudah dilakukan karena hasil perubahan
sering kali juga tidak menentu. Bisa jadi hasilnya lebih baik atau sebaliknya.
Itulah sebabnya mereka yang terbiasa hidup dalam sangkar besi (iron cage)
terisolasi dan mengisolasi diri dari dunia luar, atau mereka yang terbiasa hidup
dalam kenyamanan dan kemapanan (comfort zone) memandang perubahan
sebagai musuh yang menakutkan. Bagi mereka perubahan adalah malapetaka
karena akan menghilangkan hak privilege yang selama ini mereka nikmati.
Oleh karena itu sangat tidak mengherankan jika orang-orang ini selalu berdiri
paling depan bukan untuk mengawal perubahan tetapi menolaknya.
Modul | Pengelolaan Perubahan
masih menggunakan lagu Mars KB yang lama tetapi di tata dan di aransemen
ulang dengan aransemen yang lebih kekinian.
Re-branding adalah cara baru BKKBN untuk menguatkan relevansinya
dengan generasi baru zaman now, yaitu generasi remaja (Millenial dan
Zillenial). BKKBN adalah lembaga yang sangat strategis untuk menyiapkan
generasi baru yang unggul, agar Indonesia menjadi lebih maju. Menyiapkan
generasi yang unggul harus by design, dan di sinilah pentingnya perencanaan.
Di sinilah pentingnya Generasi Berencana (Genre). Genre ini menjadi
pahlawan bagi teman-teman sebaya. Generasi Berencana akan membawa
rebranding BKKBN akan lebih berwarna. Genre harus menjadi garda terdepan
dalam mengkampanyekan program-program BKKBN dengan jingle, logo, dan
tagline yang baru. Tentu hal ini dilakukan karena BKKBN ingin terus relevan
dengan masyarakat. Zaman berubah, tantangan pun berbeda dari masa ke
masa.
Perubahan yang terjadi bukan saja perubahan lingkungan strategis
internal BKKBN, namun juga perubahan lingkungan strategis eksternal
BKKBN, yaitu perubahan sosio kultural masyarakat, dimana budaya sudah
berubah sejak era digitalisasi, demikian juga terdapat perubahan kebijakan
pemerintah daerah yang antara daerah satu dan lainnya berbeda kebijakan
tentang pengelolaan program Bangga Kencana sehingga di tingkat
Kabupaten/ Kota terdapat berbagai macam nomenklatur sehingga
pelaksanaan Program Bangga Kencana terasa kurang fokus. Terlebih sejak
Maret 2020, Presiden RI yelah mengumumkan bahwa Indonesia memasuki
masa Pandemi Covid-19, sehingga terdapat banyak perubahan dalam strategi
pelaksanaan Program Bangga Kencana.
pencapaian TFR. Sesuai hasil SDKI 2002, SDKI 2007 dan SDKI 2012, bahwa
TFR Indonesia masih stagnan pada 2,6. Pada SDKI 2012 Contraceptive
Prevalency Rate all method masih 61,9 %, Dan CPR Modern masih 57,9 %.
Sedangkan hasil SKI 2017 bahwa TFR berada pada angka 2,4, sementara
CPR modern mencapai 57,2 %. Sementara untuk mencapai PTS diperlukan
TFR = 2,1 dan NRR = 1. TFR = 2,1 berarti wanita selama masa suburnya
mempunyai anak 2 sampai dengan 3 saja. Dan NRR = 1 adalah Jumlah anak
yang dilahirkan seorang ibu hanya 1 orang perempuan untuk menggantikan
peran ibu setelah dewasa nanti. Jadi untuk mencapai TFR menjadi 2,1 perlu
adanya upaya lebih keras lagi dari seluruh jajaran BKKBN termasuk PKB
sebagai pelaksana, manajer dan leader dalam pelaksanaan Program Bangga
Kencana di lini lapangan.. Oleh karena itu, untuk menjawab beberapa
perubahan yang terjadi di BKKBN, maka disusunlah modul pengelolaan
perubahan guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
Penyuluh KB dalam menghadapi perubahan yang cepat dari internal dan
eksternal lingkungan strategis organisasi. Sehingga Penyuluh KB dapat
melakukan pengelolaan perubahan dalam melaksanakan program Bangga
Kencana di lini lapangan. Dengan demikian Penyuluh KB dapat berkontribusi
dalam percepatan pencapaian tujuan Visi BKKBN, yaitu mewujudkan
Penduduk Tumbuh Seimbang dan Keluarga Berkualitas.
B. Deskripsi Singkat
Modul ini membahas konsep dasar pengelolaan perubahan,
perubahan lingkungan strategis organisasi, PKB sebagai bagian dari
organisasi pembelajaran dalam menghadapi perubahan, dan langkah-
langkah pengelolaan perubahan dalam pelaksanaaan Program Bangga
Kencana di wilayah kerjanya masing-masing.
C. Manfaat Modul
Modul ini diharapkan bermanfaat bagi peserta pelatihan untuk
membekali pengetahuan dan keterampilan tentang pengelolaan perubahan
dalam rangka meningkatkan profesionalisme sebagai Penyuluh KB Jenjang
Ahli Pertama yang mampu ikut aktif dalam menghadapi dan menginisiasi
perubahan yang terjadi di lingkungan strategis organisasi.
D. Standar Kompetensi
1. Hasil Belajar
Setelah selesai pembelajaran peserta pelatihan diharapkan mampu
melakukan pengelolaan perubahan dalam pelaksanaan Program
Bangga Kencana sebagai Penyuluh KB di wilayah kerjanya.
F. Petunjuk Belajar
BAB II
a. Manusia
b. Uang/ Anggaran
Unsur manajemen ini adalah salah satu faktor penting karena kualitas
pekerjaan suatu organisasi dipengaruhi oleh kualitas material yang
dipilih. Jadi, jika material yang dipilih buruk, tujuan manajemen akan sulit
tercapai.
d. Mesin/ Teknologi
e. Metode
f. Pasar/ Sasaran
3. Fungsi Pengelolaan
a. Perencanaan (Planning)
b. Pengorganisasian (Organizing)
c. Actuating
d. Controlling
Agar pekerjaan berjalan sesuai dengan visi, misi, aturan dan program
kerja maka dibutuhkan pengontrolan. Baik dalam bentuk supervisi,
pengawasan, inspeksi hingga audit. Kata-kata tersebut memang
memiliki makna yang berbeda, tapi yang terpenting adalah
bagaimana sejak dini dapat diketahui penyimpangan-penyimpangan
yang terjadi. Baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan maupun
pengorganisasian. Sehingga dengan hal tersebut dapat segera
dilakukan koreksi, antisipasi dan penyesuaian-penyesuaian sesuai
dengan situasi, kondisi dan perkembangan zaman.
(Gambar 1.1c). Kebalikan dari Gambar 1.1c, perubahan bisa diartikan pula
sebagai pengurangan terhadap sebuah kondisi (Gambar 1.1d). Dengan kata
lain selama sesuatu itu tidak sama dengan keadaan sekarang maka itulah
yang dimaksudkan dengan perubahan. Perubahan tidak pernah terjadi jika
keadaan sekarang sama dengan keadaan pada masa lalu atau sama dengan
keadaan yang akan datang.
fungsi sehingga nuansa pada BKKBN tentu ikut berubah. Artinya, BKKBN yang
baru setelah berganti nama tidak sama dengan BKKBN lama. Dari sini bisa
dikatakan ada perbedaan antara BKKBN yang baru dengan BKKBN yang
lama.
Contoh lainnya yaitu ketika Bank Niaga diambil alih oleh perusahaan
Malaysia, kegiatan Bank Niaga tetap tidak berubah masih bergerak di bidang
perbankan. Besaran Bank Niaga boleh jadi juga masih sama. Namun
sekarang, seperti yang kita lihat, logo perusahaan berubah menjadi CIMB
Niaga yang menandakan terjadi perubahan identitas di dalam tubuh
perusahaan tersebut. Atau dengan kata lain Bank Niaga yang lama tidak sama
dengan CIMB Niaga yang baru meski kegiatan bisnis Bank Niaga tidak
berubah.
Sedangkan pada Gambar 1.1b, katakanlah BKKBN masih tetap
memiliki SDM dan program yang sama (tidak ada pergantian program) tetapi
kondisi A yang baru berbeda dengan kondisi A lama karena ada perubahan
bentuk, misalnya BKKBN yang semula badan koordinasi sekarang menjadi
badan yang mengurusi tentang pengendalian penduduk. Atau, BKKBN yang
semula bergerak di bidang Keluarga Berencana sekarang meluas beralih ke
Pengendalian Penduduk dan Pembangunan Keluarga.
IBM boleh jadi merupakan contoh yang tepat untuk menggambarkan
kondisi ini. IBM memodifikasi definisi bisnis yang digelutinya dari semula
menerjemahkan IBM sebagai perusahaan manufaktur yang menghasilkan
produk-produk komputer (mainframe) sekarang di bawah kepemimpinan Lou
Gerstner, Jr. IBM menjadi perusahaan jasa yang bergerak di bidang jasa
informasi (lihat: Louis V. Gerstener, Jr. dalam bukunya Who says elephants
can’t dance?, 2002). Dalam hal ini Lou Gerstner berpandangan bahwa IBM
bukan sekedar perusahaan menghasilkan perangkat keras komputer tetapi
lebih dari itu IBM adalah perusahaan yang memanfaatkan teknologi komputer
sebagai alat informasi. Oleh karenanya Lou Gerstener secara tegas
selalu diikuti oleh perbedaan, tidak peduli apakah kondisi setelah berubah lebih
baik dari kondisi semula.
a. Negative strategy
Mereka akan menutup diri, menolak perubahan, dan berusaha
membayangkan dan membangun lingkungan hidup sebagaimana
yang ada di masa sebelumnya dan membangun ikatanikatan
primordial,
b. Hedonist strategy
Mereka akan terbawa arus perubahan, kehilangan ingatan akan
pegangan masa lalu dan bahkan pada akhirnya bersikap apatis
terhadap segala yang mapan, meniscayakan serta menikmati segala
apa saja yang menimbulkan efek perubahan.
c. Fatalistic strategy
Mereka akan tetap bertahan hidup dalam perubahan itu, tetapi
dengan sikap kognitif, afektif dan motorik yang traumatik yang
menatap masa depan tanpa harapan dan berjuang hidup hanya pada
batas survival untuk sekedar bertahan hidup di masa kini,
d. Pragmatist strategy
Mereka akan bertahan hidup dalam perubahan tetapi dengan
membuat pegangan-pegangan baru yang bersifat sementara untuk
bisa digunakan dalam menyiasati masa lalu, masa kini maupun masa
depan, membangun kemapanan relatif yang berguna dalam rentang
waktu pendek yang selalu siap untuk dimodifikasi sesuai dengan
perubahan keadaan yang berjalan cepat, dan
e. Reflective strategy
Mereka menerima perubahan dengan sikap kritis dan selektif dengan
menggunakan program jangka panjang mereka sebagai tolok ukur.
manusia. Seperti kata pepatah “hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan
hari esok harus lebih baik dari hari ini”. Hal senada ditegaskan Stuhler (1994)
yang menyatakan bahwa perubahan tidak ada artinya jika tidak diikuti oleh
progres atau kemajuan. Oleh karena itu, untuk menghindari/meminimalisir
dampak buruk perubahan di satu sisi dan mencapai tujuan perubahan yang
dikehendaki pada sisi yang lain, perubahan perlu dikenali, dipahami, dikelola
dan dalam batas-batas tertentu bahkan perlu diciptakan. Semua itu tujuannya
hanya satu agar perubahan berdampak pada kemajuan/progres. Meski
kemajuan/progres merupakan harapan setiap orang, dalam sejarahnya setiap
kelompok masyarakat mengartikan kemajuan secara berbeda sesuai dengan
keinginan dan pemahaman masing-masing kelompok (Stuhler, 1994). Stuhler
lebih lanjut memberikan gambaran tentang pemahaman makna kemajuan dari
generasi berbeda sebagai berikut:
a. Pada zaman Yunani kuno, kemajuan dikaitkan dengan
perkembangan biografi seseorang.
b. Bagi Umat Kristen, Kitab Injil berisikan ajaran-ajaran tentang
kemajuan merupakan jalan menuju surga keabadian (Saint
Agustinus).
c. Pada periode scholastic, manusia menganggap seni dan ilmu
pengetahuan sebagai akumulasi kemajuan.
d. Abad Pertengahan dan Renaissance menjadi landasan bagi versi
modern tentang konsep kemajuan. Dalam hal ini kemajuan dipahami
sebagai ide yang berorientasi masa depan.
e. Pada masa-masa Descartes, konsep progres dikombinasikan
dengan nalar dan empiris. Kemajuan hanya bisa dicapai jika kita bisa
belajar dan mengetahui lebih banyak melalui bukti empiris dengan
menggunakan akal sehat ketimbang melalui pengetahuan dan
kearifan yang datang dari seorang yang memiliki otoritas.
C. Rangkuman
berdampak pada kemajuan/ progres, tidak ada artinya jika perubahan tidak
diikuti oleh progres atau kemajuan.
D. Latihan
Jawablah pertanyaaan di bawah ini dengan baik dan benar!
1. Jelaskan apa yang Anda ketahui tentang pengelolaan!
E. Test Formatif
Untuk mengevaluasi hasil belajar Anda diakhir Bab ini, maka jawablah
pertanyaan-pertanyaan dibawah ini.
1. Unsur pengelolaan/ manajemen terdiri dari:
a. Manusia, Uang/ Anggaran, Material/ Substansi, Mesin/ Teknologi,
Metode, Pasar/ Sasaran
b. Manusia, Uang/ Anggaran, Material/ Substansi, Advokasi, Metode,
Pasar/ Sasaran
c. Manusia, Uang/ Anggaran, Focus Group Discussion, Mesin/
Teknologi, Metode, Pasar/ Sasaran
d. Manusia, Uang/ Anggaran, Material/ Substansi, Mesin/ Teknologi,
Promosi, Pasar/ Sasaran
e. Manusia, Uang/ Anggaran, Material/ Substansi, Pengenalan,
Metode, Pasar/ Sasaran
2. Fungsi pengelolaan/ manajemen terdiri dari:
a. Planning, Organizing, Acquisition, Controlling
b. Planning, Organizing, Advocacy, Controlling
c. Planning, Organizing, Accuracy, Controlling
d. Planning, Organizing, Actuating, Controlling
BAB III
A. Perubahan Internal
1. Sejarah BKKBN
Pada tahun 1967, PKBI diakui sebagai badan hukum oleh Departemen
Kehakiman. Kelahiran Orde Baru pada waktu itu menyebabkan
perkembangan pesat usaha penerangan dan pelayanan KB di seluruh
wilayah tanah air.
Pada masa Pelita V, Kepala BKKBN masih dijabat oleh Prof. Dr.
Haryono Suyono. Pada periode ini gerakan KB terus berupaya
meningkatkan kualitas petugas dan sumberdaya manusia dan
pelayanan KB. Oleh karena itu, kemudian diluncurkan strategi baru
yaitu Kampanye Lingkaran Emas (LIMAS). Jenis kontrasepsi yang
ditawarkan pada LIBI masih sangat terbatas, maka untuk pelayanan KB
LIMAS ini ditawarkan lebih banyak lagi jenis kontrasepsi, yaitu ada 16
jenis kontrepsi.
Pada tangal 16 Maret 1998, Prof. Dr. Haryono Suyono diangkat menjadi
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan
Kemiskinan merangkap sebagai Kepala BKKBN. Dua bulan berselang
dengan terjadinya gerakan reformasi, maka Kabinet Pembangunan VI
mengalami perubahan menjadi Kabinet Reformasi Pembangunan Pada
tanggal 21 Mei 1998, Prof. Haryono Suyono menjadi Menteri
Koordinator Bidang Kesra dan Pengentasan Kemiskinan, sedangkan
Kepala BKKBN dijabat oleh Prof. Dr. Ida Bagus Oka sekaligus menjadi
Menteri Kependudukan.
Setelah itu digantikan oleh Prof. Dr. Yaumil C. Agoes Achir pada tahun
2001 dan meninggal dunia pada akhir 2003 akibat penyakit kanker dan
yang kemudian terjadi kekosongan.
masih menggunakan lagu Mars KB yang lama tetapi di tata dan di aransemen
ulang dengan aransemen yang lebih kekinian.
Re-branding adalah cara baru BKKBN untuk menguatkan relevansinya
dengan generasi baru zaman now, yaitu generasi remaja (Millenial dan
Zillenial). BKKBN adalah lembaga yang sangat strategis untuk menyiapkan
generasi baru yang unggul, agar Indonesia menjadi lebih maju. Menyiapkan
generasi yang unggul harus by design, dan di sinilah pentingnya perencanaan.
Di sinilah pentingnya Generasi Berencana (Genre). Genre ini menjadi
pahlawan bagi teman-teman sebaya. Generasi Berencana akan membawa
rebranding BKKBN akan lebih berwarna. Genre harus menjadi garda terdepan
dalam mengkampanyekan program-program BKKBN dengan jingle, logo, dan
tagline yang baru. Tentu hal ini dilakukan karena BKKBN ingin terus relevan
dengan masyarakat. Zaman berubah, tantangan pun berbeda dari masa ke
masa.
Berbagai isu strategis yang menjadi suatu bentuk perubahan organisasi
yang berkembang di Indonesia saat ini dan perlu mendapat perhatian dalam
merumuskan arah kebijakan, strategi, serta kebijakan program/kegiatan pada
Renstra BKKBN 2020-2024 diantaranya adalah:
a. Bonus Demografi
Pembangunan Indonesia dalam periode tahun 2020-2024 ditujukan
untuk membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya
saing, yaitu SDM yang sehat dan cerdas, adaptif, inovatif, terampil, dan
berkarakter. Untuk mencapai tujuan tersebut, kebijakan pembangunan
diarahkan diantaranya melalui peningkatan produktivitas angkatan kerja, serta
peningkatan kualitas anak, perempuan dan pemuda. Salah satu faktor penentu
terciptanya struktur penduduk yang diinginkan adalah pengendalian angka
kelahiran total/total fertility rate (TFR). Selama lima tahun terakhir, TFR
mengalami penurunan dari 2,41 anak per WUS (Wanita Usia Subur) 15-49
tahun (SP 2010) menjadi 2,40 (SDKI 2017), dan data terakhir menunjukkan
pada angka menjadi 2,38 (Survei RPJMN/SKAP 2018). Dalam jangka waktu
yang relatif panjang, angka kelahiran ini menjadi salah satu penentu struktur
penduduk. Struktur penduduk Indonesia saat ini ditandai meningkatnya
proporsi penduduk usia produktif. Kondisi ini membuka peluang bagi Indonesia
untuk mendapatkan bonus demografi (demographic dividend) dengan salah
satu prasyarat yang harus terpenuhi, yakni tersedianya SDM yang berkualitas
dan berdaya saing. Struktur penduduk seperti ini harus dijaga dan
dimanfaatkan dengan baik. Salah satunya adalah dengan tetap menjaga TFR
pada level tertentu, dan bonus demografi
juga merupakan salah satu situasi yang harus dimanfaatkan lintas sektor
pembangunan.
b. Aging Population
Perubahan struktur umur penduduk Indonesia yang secara perlahan
semakin “menua” merupakan salah satu dampak pengendalian TFR dan
perbaikan status kesehatan. Jumlah dan proporsi lansia di Indonesia akan
mengalami peningkatan yang lebih cepat dibandingan dengan negara-negara
yang telah mengalami aging sebelumnya. Saat ini pengelolaan penduduk
kelompok lansia masih sangat mengandalkan pada keluarga dan komunitas.
Keterbatasan kemampuan keluarga dalam mengelola kualitas hidup lansia
akan menjadikan lansia semakin rentan, dan potensi permasalahan yang akan
muncul akibat penduduk yang mulai menua (aging population) ini akan
berdampak pada berbagai sektor pembangunan apabila kelompok usia lansia
tidak mendapatkan perhatian dan intervensi yang tepat.
3. Kedudukan Penyuluh KB
Kedudukan Penyuluh KB di BKKBN mengalami perubahan, perubahan
tersebut juga mempunyai dampak terhadap capaian program Bangga
Kencana. Penyuluh KB yang berada di lini lapangan mempunyai peran
sebagai Pelaksana, Manajer dan Leader dalam pelaksanaan program Bangga
Kencana.
Kemudian terjadi perubahan strategis dimana di era otonomi daerah,
sesuia dengan Keputusan Presiden No. 9 tahun 2004, Program Bangga
Kencana pada tingkat Kabupaten/ Kota, sebagai bagian dari pelaksanaan
desentralisasi. Penyuluh Kelurga Berencana (PKB) diserahkan pengelolaan
dan pembinaannya kepada Pemerintah Daerah. Peran PKB tetap
melaksanakan prongram Bangga Kencana di lini lapangan. Sehingga
Penyuluh KB merupakan SDM milik Pemerintah Daerah dan BKKBN sebagai
pemakainya.
Pada saat di era otonomi daerah ini terdapat banyak peralihan jabatan
Penyuluh KB. Penyuluh KB diberikan jabatan baru (ada yang menjadi Camat,
Sekcam, Kepala Dinas, dll), sehingga jumlah Penyuluh KB menurun.
Semenjak era desentralisasi, BKKBN telah kehilangan banyak
Penyuluh KB. Pada waktu awal era desentralisasi tahun 2003, BKKBN
menyerahkan Penyuluh KB dan Petugas Lapangan KB sekitar 40.000 orang
kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Namun, pada Mei 2017 jumlah
PKB/PLKB secara nasional menurun drastis dan hanya tersisa sebanyak
15.458 pegawai. Hal itu terjadi akibat melemahnya komitmen Kepala Daerah
dan perbedaan penafsiran hampir di semua pemerintah daerah dalam
pengelolaan program KB di wilayahnya, serta motivasi yang turun akibat
penghargaan yang minim
Berkurangnya Penyuluh KB tersebut selain pensiun juga karena
posisinya ditempatkan oleh kepala daerah kedinas lain, yang tidak berkaitan
untuk PKB diukur 100 persen dari kinerja. Dengan pembagian 40 persen
untuk kegiatan penyuluhan dan 60 persen kegiatan non penyuluhan.
Sedangkan untuk aplikasi pelaporannya tidak bisa disamakan dengan aplikasi
SIVIKA karena adanya perbedaan indikator penghitungan kinerja. Maka
BKKBN mengeluarkan inovasi baru berupa aplikasi di smartphone bernama
evisum. Perbedaan lainnya antara aplikasi sivika dan evisum adalah aplikasi
evisum dilengkapi adamya fitur titik koordinat GPS yang bisa mengetahui
posisi PKB sedang berada dimana. Hal ini dilakukan karena Penyuluh KB
merupakan Pegawai yang hampir sebagian pekerjaannya ada di lapangan,
mereka banyak menghabiskan waktu melakukan pekerjaan di luar kantor.
Diharapkan dengan evisum setiap kegiatan Penyuluh KB di lapangan dapat
terpantau. Penyuluh KKBPK secara resmi diwajibkan membuat laporan E-
Visum per 1 Januari 2018. Semenjak aplikasi ini digunakan, ternyata sejumlah
masalah dilaporkan telah terjadi, baik masalah teknis maupun non teknis.
Persentase pencapaian kinerja masih jauh dari memuaskan. Bahkan Provinsi
Papua Barat rata-rata pencapaian kinerja hanya 25,7 persen. Yang paling
tinggi rata-rata pencapaian kinerja adalah Provinsi Jawa Timur sebesar 86,8
persen. Sementara rata-rata Nasional adalah 67,2 persen. Rata-rata
pencapaian Provinsi Banten tahun 2018 adalah 64,8 persen. Di bawah rata-
rata nasional dan di bawah capaian beberapa provinsi di luar jawa. Padahal
Provinsi Banten secara geografis terletak di pulau jawa yang secara
infrastruktur telekomunikasi sudah lebih baik daripada di luar jawa. Selain
permasalahan belum tercapainya target kinerja, masalah teknis juga
dikeluhkan oleh Penyuluh KB saat melakukan pengisian laporan E-Visum di
Lapangan. Masalah yang sering terjadi adalah sebagai berikut : 1. Gagal
Sinkronisasi (Code : JSON) 2. Gagal dapatkan server 3. Please Waiting 4.
Titik GPS tidak mendeteksi 5. Titik GPS diluar Lokasi 6. Kegiatan hilang di E-
Visum 7. Kegiatan kembali sedang berjalan 8. Kegiatan tidak ada direkap 9.
Hitungan kegiatan tidak sesuai.
4. Program
Sesuai hasil SDKI 2002, SDKI 2007 dan SDKI 2012, bahwa TFR
Indonesia masih stagnan pada 2,6. Sesuai SDKI 2012 ini, Contraceptive
Prevalency Rate all method masih 61,9 %, dan CPR Modern masih 57,9 %.
Sedangkan hasil SKI 2017 bahwa TFR berada pada angka 2,4, sementara
CPR modern mencapai 57,2 %. Sementara untuk mencapai PTS diperlukan
TFR =2,1 dan NRR = 1. TFR = 2,1 berarti wanita selama masa suburnya
mempunyai anak 2 sampai dengan 3 saja. Dan NRR = 1 adalah Jumlah anak
yang dilahirkan seorang ibu hanya 1 orang perempuan untuk menggantikan
peran ibu setelah dewasa nanti. Dari capaian yang diperoleh sesuai hasil
SDKI ini, maka seluruh unsur dan elemen BKKBN harus berusaha lebih keras
lagi.
Program-program yang telah dilaksanakan BKKBN itu mengalami
perubahan yang disesuaikan dengan kondisi yang ada. Pada tahun 1980an
terdapat prgoram kegiatan Safari KB, dimana pada saat itu terjadi banyak
sekali pemasangan IUD, namun KIEnya belum terlalu terbuka, sehingga
terdapat pulan banyak komplikasi. Sehingga berikutnya BKKBN menyusun
Kurikulum Pelatihan Teknis KIE Alat Kontrasepsi. Dan mengembangkan
Kurikulum KIP/ Konseling bagi Provider dan Penyuluh KB agar pelaksanaan
pelayanan KB sesuai dengan hak-hak klien.
Program yang dikembang dimasa Orde Baru antara lain: TNI
Manunggal KB KES (TMKK), Kesatuan Gerak PKK KB KES dan program
kegiatan momentum ini sangat efektif dalam upaya pencapaian PB dan PA
utamanya MKJP dan kegiatan tersebut masih terlaksana hingga saat ini,
namun agak terkendala dengan adanya pandemi Covid-19.
Pada tahun 1990 an terdapat program Bangga Suka Desa yaitu upaya
BKKBN dalam turut serta pengentasan kemiskinan, dimana program
Pendataan Keluarga masih menunjukan angka Keluarg Pra Sejahtera dan
Sejahtera I masih tinggi.
BKKBN juga mengembangkan program Ketahanan Keluarga, yaitu
Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR), Bina Keluarga
Lansia (BKL), Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA)
yang berubah menjdai Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera
(UPPKS) dan sekarang berubah lagi menjadi UPPKA. Terdapat pula program
Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK R). Kemudian dikembangkan
juga program Lansia Tangguh, program Generasi Berencana (Genre).
Pada tanggal 14 Januari 2016, Kampung KB dicanangkan oleh
Presiden RI, Bapak Joko Widodo di Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat.
Program Kampung Keluarga Berencana merupakan upaya pemerintah
secara kemitraan dengan suluruh masyarakat, lintas sektor dan mitra kerja
untyuk membangun kampung yang nota bene pencapaian hasil
pembangunan secara keseluruhan masih rendah. BKKBN menjadi leading
sector pada program Kampung KB, namun pelaksanaannya adalah program
Pembangan Nasional. OPDKB dan seluruh Dinas yang ada akan turut serta
membatu minimal 1 program di Kampung KB sesuai dengan kebutuhan
Kampung KB tersebut. Seiring perjalanan waktu, nama Kmpung Keluarga
Berencana diubah menjadi Kampung Keluarga Berkualitas.
Di pertengahan Bulan Januari tahun 2020, Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memiliki wajah baru. BKKBN baru
telah mengalami metamorfosis dengan re-branding. Bukan hanya logo saja
yang di re-branding, tetapi juga tagline, jingle dan nama program mengalami
perubahan. Logo BKKBN yang semula merupakan ikon yang terdiri dari bapak,
ibu dan dua orang anak yang saling berpegangan tangan, yang berada
dibawah naungan lengkungan berwarna biru muda, bermetamorfosis menjadi
lambang cinta yaitu hati. Bentuk ini merepresentasikan, awal sebuah
perencanaan berasal dari kasih sayang keluarga dan keharmonisan keluarga,
yang didukung dengan lingkungan yang selalu mendukung. Demikian pula
tagline yang semula “Dua anak cukup” berubah menjadi “Berencana Itu
Keren,” dan nama program yang semula “Program KKBPK” diubah
menjadi “Program Bangga Kencana” serta jingle terbaru BKKBN, meski
masih menggunakan lagu Mars KB yang lama tetapi di tata dan di aransemen
ulang dengan aransemen yang lebih kekinian.
Re-branding adalah cara baru BKKBN untuk menguatkan relevansinya
dengan generasi baru zaman now, yaitu generasi remaja (Millenial dan
Zillenial). BKKBN adalah lembaga yang sangat strategis untuk menyiapkan
generasi baru yang unggul, agar Indonesia menjadi lebih maju. Menyiapkan
generasi yang unggul harus by design, dan di sinilah pentingnya perencanaan.
Di sinilah pentingnya Generasi Berencana (Genre). Genre ini menjadi
pahlawan bagi teman-teman sebaya. Generasi Berencana akan membawa
rebranding BKKBN akan lebih berwarna. Genre harus menjadi garda terdepan
dalam mengkampanyekan program-program BKKBN dengan jingle, logo, dan
tagline yang baru. Tentu hal ini dilakukan karena BKKBN ingin terus relevan
dengan masyarakat. Zaman berubah, tantangan pun berbeda dari masa ke
masa.
Tahun 2021, BKKBN menggelar program Pendataan Keluarga 2021
dimana seperti biasa akan mendata seluruh warga negara Indonesia, didata
secara kependudukan, keikutsertaan ber KBnya, tingkat kesejahteraan
keluarga dan ada tambahan formulir tentang data stunting. Pada tahun 2021,
Presiden telah memberi mandat kepada BKKBN untuk menjadi leading sector
pencegahan dan penangan stunting.
B. Perubahan Eksternal
1. Sosial Budaya Masyarakat
Perubahan masyarakat menurut Alvin Toffler, seorang sosiolog dan
futurologist, melalui trilogi bukunya: Future Shock (1970), The Third Wave
(1980) dan Power Shift (1991) menguraikan terjadinya pergeseranpergeseran
tata kehidupan manusia yang bersifat struktural dan sering kali menyebabkan
kejutan kultural (cultural shock) bagi siapa saja yang tidak siap
menghadapinya. Dalam salah satu bukunya “The Third Wave – Gelombang
Ketiga” Toffler membagi tahap perkembangan manusia ke dalam tiga
gelombang perubahan yaitu gelombang pertama era pertanian (agrarian era),
gelombang kedua era industri (industrial era) dan gelombang ketiga era pasca
industri atau sering dikenal pula sebagai era informasi (post industrial, atau
information era). Pergeseran dari gelombang satu ke gelombang yang lain
selalu ditandai oleh perubahan atau tepatnya lompatan besar yang
menyebabkan karakteristik pada satu era berbeda dengan karakteristik era
lainnya.
Perubahan-perubahan seperti yang dikatakan Toffler, bermula dari
inovasi-inovasi yang dilakukan oleh sebagian kecil kelompok masyarakat
(Lenski & Lenski, 1987). Sudah hampir pasti inovasi ini kemudian ditiru,
merembet dan dikembangkan kelompok-kelompok masyarakat lain dan
hasilnya adalah inovasi-inovasi baru yang lebih baik. Inovasi yang terus
bergulir ini pada akhirnya, secara gradual, menyebabkan kemajuan pada
sekelompok masyarakat tertentu. Jika di satu sisi ada kelompok masyarakat
lebih maju pasti di sisi lain ada kelompok masyarakat yang tertinggal yaitu
mengalami stagnan pada angka 2,6. Hal ini seolah menunjukkan bahwa
BKKBN kinerjanya kurang bagus, meskipun tahun 2017 TFR sudah turun
menjadi 2,4.
Coba kita lihat acara infotaintment, baik di televisi atau di media sosial
lainnya, bahwa artis yang nota bene sebagai public figur, jika diwawancarai
ingin punya anak berapa, menjawabnya 5 orang dan bahkan ada yang seperti
Keluarga Halilitar yang terkenal itu, ingin punya anak 11 orang. Hal-hal seperti
ini sangat meracuni kampanye BKKBN yang selama ini membangun
kepercayaan masyarakat bahwa mempunyai anak 2 itu akan menjadi lebih
sehat dengan penjelasan dari sisi kesehatan ibu dan anak.
Tidak hanya tayangan-tayangan budaya, tapi juga isu human right yang
membuat masyarakat merasa mempunyai anak itu urusan pribadi bukan
urusan pemerintah.
Namun dengan kejadian seperti ini, kita tak boleh menyerah, kita harus
tanggap dan harus selalu kreatif untuki menyampai KIE yang efektif dengan
membuat atau mengembangan Media KIE efektif dengan membuat Video
yang bisa di Upload di Media Sosial seperti Youtube, Instagram dan
Facebook, WhatsApp dan lain-lainnya. Dan ini harus dilakukan secara
serentak, bersama-sama agar tayangan yang ada di seluruh sosial media
terdapat KIE tentang alkon MKJP, Penundaan Usia Nikah perempuan 21
tahun, 2 Anak Lebih Sehat. Dan misalkan saja 10,.000 orang PKB meng-
upload video KIE kreatif efekti tentang Program Bangga Kencana dan di share
ke seluruh sosial media dan dibaca oleh masyarakat, bukan mustahil jika
sloga 2 Anak lebih sehat akan melembaga di seluruh warga negara Indonesia
khususnya seluruh keluarga di Indonesia.
2. Kebijakan Pemerintah
Kebijakan Pemerintah juga mengalami perubahan-perubahan sesuai
dengan eranya. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
3. Pandemi Covid-19
C. Rangkuman
Perubahan lingkungan strategis Organisasi BKKBN adalah perubahan
yang terjadi baik Internal maupun aksternal.
kreatif dan inovatif dalam melaksanakan program Bangga Kencana agar dapat
berkontribusi pada percepatan pencapaian Visi BKKBN.
D. Latihan
Jawablah pertanyaaan di bawah ini dengan baik dan benar!
1. Uraian sejarah BKKBN secara singkat!
2. Apa saja perubahan lingkungan strategis internal organisasi
BKKBN?
3. Apa saja perubahan lingkungan strategis eksternal organisasi
BKKBN?
4. Sapa manfaat dari perubahan lingkungan strategis organisasi
BKKBN? Bagimana menyikapi perubahan tersebut?
E. Test Formatif
Untuk mengevaluasi hasil belajar Anda, maka jawablah pertanyaan-
pertanyaan dibawah ini.
1. NKKBS kependekan dari:
a. Norma Keluarga Kecil Berbagi Sejahtera
b. Norma Keluarga Kecil Berbudaya Sejahtera
c. Norma Keluarga Kecil Berusaha Sejahtera
BAB IV
PKB SEBAGAI BAGIAN DARI ORGANISASI PEMBELAJARAN DALAM
MENGHADAPI PERUBAHAN
Sesuai hasil SDKI 2002, SDKI 2007 dan SDKI 2012, bahwa TFR Indonesia
masih stagnan pada 2,6. SDKI 2012, Contraceptive Prevalency Rate all
method masih 61,9 %, Dan CPR Modern masih 57,9 %. Sedangkan hasil SKI
2017 bahwa TFR berada pada angka 2,4, sementara CPR modern mencapai
57,2 %. Sementara untuk mencapai PTS diperlukan TFR=2,1 dan NRR = 1.
TFR = 2,1 berarti wanita selama masa suburnya mempunyai anak 2 sampai
dengan 3 saja. Dan NRR = 1 adalah Jumlah anak yang dilahirkan seorang ibu
hanya 1 orang perempuan untuk menggantikan peran ibu setelah dewasa
nanti. Jadi untuk mencapai TFR menjadi 2,1 perlu adanya upaya lebih keras
lagi dari seluruh jajaran BKKBN termasuk PKB sebagai pelaksana, manajer
dan leader dalam pelaksanaan Program Bangga Kencana di lini lapangan.
Pada tahun 2018, kedudukan PKB mengalami perubahan,
pengelolaan dan pembinaannya diberikan kembali ke BKKBN Pusat. Jadi
PKB menjadi pegawai BKKBN Pusat, namun menggunakan adalah
Pemerintah Daerah di Kabupaten/Kota yang dibina oleh Perwakilan BKKBN
tingkat Provinsi.
Sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 21 tahun 2018 tentang Jabatan Fungsional
Penyuluh Keluarga Berencana dan Peraturan Badan Kepegawaian Negara
No. 24 tahun 2018 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Jabatan
Fungsional Penyuluh Keluraga Berencana serta Peraturan Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Republik Indonesia Nomor
19 tahun 2018 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional
Penyuluh Keluarga Berencana, jabatan fungsional PKB adalah jabatan yang
mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang untuk
melakukan pelaksanaan kegiatan terkait Program Kependudukan, Keluarga
Berencana dan Pembangunan Keluarga yang selanjutnya disebut dengan
Program Bangga Kencana.
Dari Gambar diatas dapat kita lihat aspek-aspek yang diniliai dari
masing-masing subsistem, yaitu:
a. Dinamika PEMBELAJARAN, baik level individu, grup atau
organisasi.
1) Apakah belajar bagi karyawan sudah merupakan kebutuhan
organisasi.
2) Apakah iklim (situasi dan kondisi) BKKBN sudah kondusif
untuk belajar. Disini dapat dilihat bahwa Pusdiklat KKB,
BKKBN sudah menyiapkan kurikulum pelatihan baik
pelatihan fungsional dan teknis baik melalui daring dan
luring, dan blended. Bahkan BKKBN di Pusat sampai di
Provinsi mempunyai tempat pelatihan yang nyaman dan
didukung dengan beberapa aplikasi dan server yang
C. Rangkuman
PKB merupakan salah satu dari SDM unsur pejabat Fungsional
Tertentu yang harus mampu mengemban tugas sesuai Permenpan dan RB
Nomor 21 tahun 2018 dimana PKB merupakan jabatan yang mempunyai
ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang untuk melakukan
pelaksanaan kegiatan terkait Program Kependudukan, Keluarga Berencana
dan Pembangunan Keluarga yang selanjutnya disebut dengan Program
Bangga Kencana.
BKKBN selaku organisasi pembelajaran, maka PKB sebagai salah satu
SDM yang berada dilini lapangan harus selalu tanggap dan sigap dalam
menghadapi permasalahan utamanya dengan perubahan- perubahan yang
terjadi. PKB dalam mengelola perubahan yang ada maka diperlukan
pendekatan organisasi pembelajaran (Learning Oraganization).
Sebagai suatu sistem Organisasi Pembelajaran merupakan
pendekatan untuk mendorong seiap individu SDM dalam suatu organisasi
untuk mau belajar agar mampu mengembangkan kapasitasnya secara
berkelanjutan dalam mewujudkan visi organisasi, dalam hal ini mewujudkan
Penduduk Tumbuh Seimbang dan Keluarga Berkualitas.Faktor kontinuitas ini
sangat krusial sekali karena perubahan perilaku baik individu maupun
organisasi sebagai dampak pembelajaran yang membutuhkan waktu tertentu.
D. Latihan
Jawablah pertanyaaan di bawah ini dengan baik dan benar!
1. Siapakah PKB menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 tahun 2018?
2. Sebutkan dan uraikan Kemampuan (Skills) apa saja yang diperlukan
untuk mengelola perubahan menurut Peter Senge.
E. Test Formatif
Untuk mengevaluasi hasil belajar Anda, maka jawablah pertanyaan-
pertanyaan dibawah ini.
1. Syarat Penduduk Tumbuh Seimbang adalah:
a. TFR = 2,1 dan NRR = 1
b. TFR = 2,2 dan NRR = 1
c. TFR = 2,1 dan CPR = 1
d. TFR = 2,2 dan ASFR = 1
e. TFR = 2,1 dan IMR = 1
2. Dalam organisasi Pembelajaran, terdapat 5 disiplin yang harus
diterapkan, yaitu:
a. System Thinking, Mental Model, Personal Mastery, Team Learning,
Shared Vision
b. System Thinking, Mental Model, Management, Team Learning,
Shared Vision
c. System Thinking, Mental Model, Self Image, Team Learning,
Shared Vision
BAB V
a) Kelebihan, misalnya:
✓ Saya mempunyai kemampuan
memberikan KIE.
✓ Saya mempunyai kemampuan melakukan
koordinasi ke Kepala Desa
b) Kekurangan
✓ Saya belum mempunyai bagaimana cara
mengembangkan atau membuat Media KIE
yang efektif yang sesuai dengan masa
Pandemi Covid-19
✓ Saya belum mempunyai kemampuan untuk
mengadvokasi Kepala Desa
b. Analisis
Setelah mengidentifikasi perubahan strategis organisasi dan
pontensi diri, maka Anda harus menganaisis 2 (dua) hal
tersebut agar dapat menentukan perencanaanya.
1) Hasil analisis Perubahan Strategis Organisasi
a) Internal
Untuk mencapai TFR=2,1 dengan melakukan
cara melakukan KIE Efektif dengan harapan
capaian Peserta KB Baru MKJP meningkat dan
menurunkan DO dan Unmet Need di wilayah
kerja.
b) Eksternal
Untuk melaksanakan KIE efektif, perlu
melakukan pendekatan, koordinasi dan
Advokasi ke Kepala Desa.
2) Hasil analisis Potensi Diri PKB
a) Kelebihan
2. Pengorganisasian (Organizing)
a. Identifikasi kebutuhan Sumber Daya
Dalam tahap Identifikasi kebutuhan Sumber Daya ini, Anda
harus mengetahui apa saja yang diperlukan untuk mencapai
target Anda baik orang, peraturan atau anggaran yang
mendukung rencana Anda.
Misalnya:
Agar pelaksanaan KIE berjalan lancar, maka membutuhkan :
1) Dukungan dari Kepala Desa
2) Tempat Penyuluhan yang tepat jika dilaksanakan
secara luring / tatap muka
3) Sarana WIFI atau kuota internet jika dilaksanakan
secara daring/ online
4) Cara memperoleh ilmu untuk mendapatkan
kemampuan membuta/mengembangkan KIE (bisa
belajar melalui internet atau mengikuti Pelatihan
Teknis Pengembangan Media KIE)
5) Cara memperoleh ilmu untuk mendapatkan
kemampuan memberikan Advokasi kepada Kepala
c. Pembagian Tugas
Para PKB yang berada di lini lapangan pasti mempunyai
pertemuan di tingkat kecamatan atau di tingkat Kabupaten/
Kota. Maka PKB harus membuat kesepakatan tentang siapa
saja yang akan bertugas berkoordinasi/ menyampaikan
secara ke OPDKB, siapa yang mendaftar PKB yang
membutuhkan pelatihan sesuai kebutuhan.
3. Pengarahan (Actuating)
a. Aktualisasi Rencana Kerja
Pengarahan (Actuating), dimaksudkan untuk menggerakkan
directing) dimana seorang manajer menggerakkan pihak lain
sesuai dengan rencana kerja yang dibuat, agar tujuan atau
target tercapai. Anda tahu salah satu peran PKB di lini lapangan
adalah sebagai manajer program Bangga Kencana.
b. Komunikasi dan Koordinasi
Anda selaku PKB harus dapat melakukan KOMUNIKASI dan
KOORDINAS yang efektif, karena komunikasi merupakan kunci
dari keberhasilan suatu pengarahan atau penggerakan. Pesan
harus dapat disampaikan dengan baik supaya perencanaan
bisa dijalankan dengan baik pula.
4. Pengawasan (Controlling)
Dalam pengelolaan perubahan, maka harus melakukan
pengawasan, dimana ada unsur monitoring atau pemantauan
berkala sejak disusunnya perencanaan untuk mencapai suatu
tujuan.
a. Monitoring.
Buatlah tabel jadwal mulai perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan suatu usaha untuk mencapai
tujuan dalam rangka pengelolaan perubahan di lingkungan
Anda bekerja. Fungsi Pengawasan ini tidak hanya mengawasi
diakhir pelaksanaan suatu target atau tujuan. Namun
pengawasan harus diberikan sejak perencanaan,
pengorganisasian dan pengarahan sampai pada waktu target
pencapaian tujuan. Biasanya terdapat koreksi-koresi sepanjang
perjalanan pelaksanaan usaha jika dinilai ada yang kurang tepat
disaaat perencanaan.
b. Evaluasi
Pelaksanaan suatu pekerjaan bisa saja menemui hambatan,
mendapatkan kegagalan atau mendapatkan keberhasilan.
1) Dalam pelaksanaan suatu perencanaan, ditengah
perjalan biasanya terdapat hambatan. Hambatan
tersebut harus segera diketahui penyebabnya, agar
pelaksanaan kerja dapat berjalan lancar kembali sesuai
jadwal perencanaan
2) Jika terdapat kegagalan, maka harus ditelaah ulang,
dimana letak permasalahan yang menyebabkan suatu
pekerjaan mengalami kegagalan agar kita dapat
mengambil pelajaran dan mempunyai strategi lain untuk
mencapai tujuan. Diperlukan juga penyesuaian
perencanaan pada tahun berikutnya, baik penyesuaian
target, sasaran pendukung pekerjaan, sehingga kita
dapat bekerja dengan semangat baru untukmencapai
keberhasilan.
3) Keberhasilan
Selamat!. Berarti perencanaan yang telah ditetapkan
dapat dilaksanakan dengan lancar dan berhasil.
Keberhasilan ini jangan membuat Anda terlena, namun
harus selalu waspada dan selalu mempunyai semangat
untuk memperbaiki diri dengan beljar dan terus belajar,
meningkatkan kreatifitas dan inovasi sehingga kedepan
dapat menentukan target baru dan melakukan
pengelolaan perubahan yang lebih baik lagi. Dan
akhirnya terdapat percepatan pencapaian tujuan
Program Bangga Kencana.
C. Rangkuman
D. Latihan
E. Test Formatif
Untuk mengevaluasi hasil belajar Anda di akhir pembelajaran, maka
jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini.
1. Sikap yang harus dipunyai Penyuluh KB dalam menghadapi
perubahan agar kinerja tidak menurun, antara lain:
a. Bersikap optimis, kreatif dan inovatif dalam melaksanakan program
Bangga Kencana
b. Bersikap optimis dan menyerang Kepala Desa agar memfasilitasi
kegiatan bersama kader
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
berdampak pada kemajuan/ progres, tidak ada artinya jika perubahan tidak
diikuti oleh progres atau kemajuan
Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga
Berencana (Bangga Kencana) merupakan salah satu sektor pembangunan
Nasional yang dalam perjalanannya sejak tahun 1970 kemudian mengalami
perubahan dengan adanya UU No. 10 tahun 1992 dimana tujuan organisasi
tidak hanya menurunkan tingkat fertilitas, tetapi lebih jauh lagi, yaitu untuk
memberdayakan keluarga dalam rangka mewujudkan Keluarga Sejahtera.
Kemudian terjadi perubahan strategis dimana di era otonomi daerah, sesuia
dengan Keputusan Presiden No. 9 tahun 2004, Program Bangga Kencana
pada tingkat Kabupaten/ Kota, sebagai bagian dari pelaksanaan
desentralisasi. Penyuluh Kelurga Berencana (PKB) diserahkan pengelolaan
dan pembinaannya kepada Pemerintah Daerah. Peran PKB tetap
melaksanakan prongram Bangga Kencana di lini lapangan.
Sesuai UU Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, maka nomenklatur instansi
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) berubah menjadi
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Visinya adalah
mewujudkan Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS) dan Keluarga Berkualitas.
Pada tahun 2018, kedudukan PKB mengalami perubahan, pengelolaan dan
pembinaannya diberikan kembali ke BKKBN Pusat. Jadi PKB menjadi
pegawai BKKBN Pusat, namun menggunakan adalah Pemerintah Daerah di
Kabupaten/Kota yang dibina oleh Perwakilan BKKBN tingkat Provinsi.
Setelah kembali menjadi pegawai BKKBN Pusat pada tahun 2018,
jumlah PKB tinggal 15.000 dan hanya sebagian yang bisa lulus ujian sertifikasi
PKB. Dapat tergambar bahwa kondisi PKB pada umumnya: wawasan
program Bangga Kencana belum sepenuhnya difahami; keterampilan
manajerial masih sangat tergantung pada pola operasional baku; kemampuan
operasional belum sepenuhnya mengikuti perkembangan program Bangga
B. Evaluasi
C. Test Sumatif
Untuk mengevaluasi hasil belajar Anda di akhir pembelajaran, maka
jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini.
1. Unsur pengelolaan/ manajemen terdiri dari:
a. Manusia, Uang/ Anggaran, Material/ Substansi, Mesin/ Teknologi,
Metode, Pasar/ Sasaran
b. Manusia, Uang/ Anggaran, Material/ Substansi, Advokasi, Metode,
Pasar/ Sasaran
c. Manusia, Uang/ Anggaran, Focus Group Discussion, Mesin/
Teknologi, Metode, Pasar/ Sasaran
d. Manusia, Uang/ Anggaran, Material/ Substansi, Mesin/ Teknologi,
Promosi, Pasar/ Sasaran
e. Manusia, Uang/ Anggaran, Material/ Substansi, Pengenalan,
Metode, Pasar/ Sasaran
2. Fungsi pengelolaan/ manajemen terdiri dari:
a. Planning, Organizing, Acquisition, Controlling
b. Planning, Organizing, Advocacy, Controlling
c. Planning, Organizing, Accuracy, Controlling
d. Planning, Organizing, Actuating, Controlling
e. Planning, Organizing, Actuating, Controlling
3. Syarat dari suatu perencanaan adalah:
a. Specific, Measurable, Achievable, Rebound, Timebound
b. Specific, Measurable, Achievable, Realictic, Timebound
c. Specific, Measurable, Achievable, Recycle, Timebound
d. Specific, Measurable, Achievable, Reload Timebound
e. Specific, Measurable, Achievable, Reshaping, Timebound
4. NKKBS kependekan dari:
a. Norma Keluarga Kecil Berbagi Sejahtera
b. Norma Keluarga Kecil Berbudaya Sejahtera
DAFTAR PUSTAKA
Baloch, Q.B. & Kareem, N. (2007). The Third Wave (Book Review). Journal of
Managerial Sciences. vol. 1, number 2, pp. 115 – 143.
Senge, Peter M. (1994). The Fifth Discipline: The Art and Practice of the
Learning Organization, USA - New York: Doubleday.
Sugilar,http://www.rmoljabar.com/read/2017/07/31/49897/Penghargaan-
Minim,-Ribuan-PersonilPKB/PLKB-Diambil-Alih-Pemerintah-Pusat)
Sumber:http://www.maswit.com/2013/06/poac-planning-organizing-actuating-
and.html
Sumber:https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201110123516-25-
568018/kilas-balik-pandemi-covid-19-di-indonesia
Sumber: kawalcovid19.id
Sumber: www.bkkbn.go.id
Zajac, E.J., Kraatz, M.S. & Bresser, R.K.F. (2000). Modeling the Dynamic of
Strategic Fit: A Normative Approach to Strategic Change, Strategic
Management Journal, 21 (4), pp. 429-454.