Anda di halaman 1dari 135

Modul | Pengelolaan Perubahan

Hak Cipta BKKBN @ 2021

PERANGKAT PELATIHAN FUNGSIONAL PENJENJANGAN


PENYULUH KELUARGA BERENCANA KATEGORI KEAHLIAN

Edisi Tahun 2021

Pengarah :
Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan BKKBN
Prof. Rizal Damanik, Ph.D

Penanggung Jawab:
Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Dr. Lalu Makripuddin, M.Si.

Penyusun:
Sondang Ratna Utari, SE, MM
Khaeri Marifah, S.Psi, M.Psi-T

Kontributor:
DR. Wendy Hartanto, MA

Tim Teknis:
Iwan Tri Haryanto, S.Pd

Diterbitkan oleh :
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPENDUDUKAN DAN KB
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Jl. Permata No. 1 Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur 13650
PO. BOX : 296 JKT 13013 Telp. (021) 8098018; ext.631 Fax.(021) 8008558
www.bkkbn.go.id
www.elearningbkkbn.go.id

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


2 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

KATA SAMBUTAN

DEPUTI BIDANG PELATIHAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


BKKBN

Assalamu’alaikum wr.wb.
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah
SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayahNya yang diberikan kepada kita.
Berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 52
Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga,
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) mempunyai tugas
melaksanakan pengendalian penduduk dan
penyelenggaraan keluarga berencana. Indikator
Rencana Strategis BKKBN 2020-2024 yaitu, Angka
Kelahiran Total (Total Fertility Rate/TFR) per WUS usia 15-49 tahun turun
menjadi 2,1 rata-rata anak per wanita; Angka Prevalensi Kontrasepsi Modern
(Modern Contraceptive Prevelance Rate/mCPR) naik menjadi 63,41%;
Persentase ber-KB yang tidak terpenuhi/unmet need turun mejadi 7,40%;
Angka Kelahiran Remaja Usia 15-19 Tahun/Age Specific Fertility Rate 15-49
turun menjadi 18 per 1000 kelahiran WUS 15-19; Indeks Pembangunan
Keluarga (iBangga) naik menjadi 61,00 poin; dan Indeks Media Kawin Pertama
Perempuan (MUKP) naik menjadi 22,1 tahun. Untuk mencapai sasaran
strategis tersebut, BKKBN melaksanakan kebijakan dan strategi di bidang
Bangga Kencana (Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga
Berencana).
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 21 tahun 2018 tentang Jabatan Fungsional
Penyuluh Keluarga Berencana, Pasal 15 ayat (1) huruf d, menyatakan bahwa
Penyuluh KB Kategori Keterampilan yang memperoleh ijazah S-1 (Strata-
Satu)/D-4 (Diploma-Empat) dapat diangkat dalam Jabatan Fungsional
Penyuluh KB Kategori Keahlian, dengan syarat telah mengikuti dan lulus diklat
penjenjangan fungsional di bidang Program Bangga Kencana untuk Kategori
Keahlian. Oleh karena itu pelatihan ini diselenggarakan untuk memfasilitasi
Penyuluh KB Kategori Keterampilan untuk menjadi Penyuluh KB Kategori
Keahlian. Walaupun pelatihan yang diselenggarakan melalui e-learning/jarak

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


ii Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

jauh, tidak mengurangi substansi dan semangat kita untuk mencapai tujuan
pelatihan yang telah ditetapkan.

Kami menyambut baik penerbitan Perangkat Pelatihan Penjenjangan


Penyuluh Keluarga Berencana Kategori Keahlian melalui e-Learning berupa
kurikulum, modul dan media pembelajaran yang akan digunakan dalam
pelatihan tersebut. Perangkat pelatihan ini sangat berguna bagi peningkatan
kapasitas Penyuluh KB yang akan naik pangkat/jabatan menjadi Penyuluh KB
Ahli.

Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh penyusun


perangkat pelatihan ini yang diinisiasi oleh Pusdiklat Kependudukan dan
Keluarga Berencana BKKBN atas dukungan, komitmen dan peran sertanya
dalam meningkatkan kualitas SDM Aparatur dan Pelaksana Program Bangga
Kencana
Sekian dan terima kasih.
Wassalammu’alaikum wr. wb.

Jakarta, 24 Maret 2021


Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian
dan Pengembangan

Prof. Rizal Danamik, Ph.D

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


iii Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

KATA PENGANTAR

KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN


KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA-BKKBN

Assalamu’alaikum wr.wb.

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah


SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas izin dan
ridhonya, telah selesai disusun Perangkat
Pelatihan Penjenjangan Penyuluh Keluarga
Berencana Kategori Keahlian melalui e-Learning
berupa kurikulum, modul dan media pembelajaran.
Kami, atas nama Pusdiklat Kependudukan dan KB
menyambut baik atas diterbitkannya Perangkat
Pelatihan Penjenjangan Penyuluh Keluarga
Berencana Kategori Keahlian melalui e-Learning
berupa kurikulum, modul dan media pembelajaran yang akan digunakan dalam
pelatihan tersebut. Perangkat pelatihan ini sebagai bagian dari fasilitasi bagi
Penyuluh KB untuk mengikuti pelatihan penjenjangan yang akan naik
pangkat/jabatan dari Terampil ke Ahli dan juga sebagai upaya dalam
meningkatkan profesionalitas dan standar kompetensi Penyuluh KB BKKBN.

Kepada para Penyuluh KB, selamat mempelajari perangkat pelatihan ini,


gunakan dengan sebaik-baiknya sebagai bahan pembelajaran dalam pelatihan
dan kami harapkan dapat diterapkan dalam melaksanakan tugas dan fungsi
Jabatan Penyuluh KB Ahli dengan semakin baik lagi dan akan dapat
bermanfaat bagi kemajuan program Bangga Kencana.

Akhirnya, kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-


tingginya kepada para Penyusun, Kontributor dan semua pihak yang terlibat
dalam menyelesaikan Perangkat Pelatihan Penjenjangan Penyuluh Keluarga
Berencana Kategori Keahlian melalui e-Learning berupa kurikulum, modul dan
media pembelajaran. Semoga hasil yang diperoleh dari pelatihan ini sesuai
dengan yang kita harapkan, dan semoga apa yang telah disumbangkan,

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


iv Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

mendapat balasan pahala yang berlipat dari Tuhan Yang Maha Esa. Kami
menerima kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan
penyusunan perangkat pelatihan ini pada edisi-edisi mendatang.

Sekian dan terima kasih.


Wassalammu’alaikum wr. wb.
Jakarta, 24 Maret 2021
Kepala Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Kependudukan dan
Keluarga Berencana

Dr. Lalu Makripuddin, M.Si

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


v Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1


A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Deskripsi Singkat ................................................................................. 6
C. Manfaat Modul ..................................................................................... 7
D. Standar Kompetensi ............................................................................. 7
E. Materi Pokok Dan Sub Materi Pokok ................................................... 7
F. Petunjuk Belajar ................................................................................... 8

BAB II KONSEP DASAR PENGELOLAAN PERUBAHAN ......................... 10


A. Konsep Dasar Pengelolaan................................................................ 10
B. Konsep Dasar Perubahan .................................................................. 18
C. Rangkuman ........................................................................................ 27
D. Latihan ............................................................................................... 28
E. Test Formatif ...................................................................................... 28

BAB III PERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGIS DAN ORAGANISA .... 30


A. Perubahan Internal ............................................................................. 30
B. Perubahan Eksternal .......................................................................... 54
C. Rangkuman ........................................................................................ 61
D. Latihan ............................................................................................... 62
E. Test Formatif ...................................................................................... 62

BAB IV PKB Sebagai Bagian Organisasi Pembelajaran Dalam


Menghadapi Perubahan ................................................................... 65
A. Peran PKB Dalam Program Bangga Kencana ................................... 65
B. Bkkbn Sebagai Organisasi Pembelajaran (Learning Organization)
Dalam Menghadapi Perubahan .......................................................... 67

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


vi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

C. Rangkuman ........................................................................................ 91
D. Latihan ............................................................................................... 92
E. Test Formatif ..................................................................................... 93
Bab V Langkah-Langkah Pengelolaan Perubahan................................... 96
A. Langlkah-Langkah Pengelolaan Perubahan ...................................... 96
B. Rencana Tindak Lanjut (RTL) .......................................................... 106
C. Rangkuman ...................................................................................... 107
D. Latihan ............................................................................................. 108
E. Test Formatif .................................................................................... 108

BAB VI Penutup ........................................................................................ 111


A. Kesimpulan ...................................................................................... 111
B. Evaluasi............................................................................................ 115
C. Test Sumatif ..................................................................................... 116
D. Kunci Jawaban ................................................................................. 125
Daftar Pustaka .......................................................................................... 126

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


vii Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan akan terus terjadi di mana-mana sejak dulu sampai
sekarang. Bahkan dewasa ini perubahan terjadi dengan akselerasi yang
semakin tinggi, baik secara mikro maupun makro; baik pada skala lokal
maupun regional; baik pada tataran nasional maupun global. Demikian juga
perubahan bukan hanya melibatkan individu tetapi juga kelompok dan
organisasi; bukan hanya pada dunia bisnis tetapi juga birokrasi pemerintahan.
Di samping itu, perubahan bukan hanya terjadi pada lingkungan internal tetapi
juga eksternal. Pada lingkungan eksternal, perubahan bukan hanya terjadi
pada sektor ekonomi tetapi juga politik, sosial, budaya dan teknologi. Bisa
dikatakan manusia hidup dalam lingkungan yang sedang berubah, serba
berubah dan akan terus berubah.
Ungkapan terkait perubahan itu sendiri yang sering kita dengar adalah
change or die sesungguhnya mengajak kita turut dalam perubahan agar tetap
bertahan hidup (survive). Pada intinya perubahan dimaksudkan agar kita
bukan sekadar survive tetapi bisa menjalani hidup lebih baik dan mengalami
progres meski hal itu kadang tidak mudah dilakukan karena hasil perubahan
sering kali juga tidak menentu. Bisa jadi hasilnya lebih baik atau sebaliknya.
Itulah sebabnya mereka yang terbiasa hidup dalam sangkar besi (iron cage)
terisolasi dan mengisolasi diri dari dunia luar, atau mereka yang terbiasa hidup
dalam kenyamanan dan kemapanan (comfort zone) memandang perubahan
sebagai musuh yang menakutkan. Bagi mereka perubahan adalah malapetaka
karena akan menghilangkan hak privilege yang selama ini mereka nikmati.
Oleh karena itu sangat tidak mengherankan jika orang-orang ini selalu berdiri
paling depan bukan untuk mengawal perubahan tetapi menolaknya.
Modul | Pengelolaan Perubahan

Beberapa penjelasan di atas secara tidak langsung menegaskan bahwa


perubahan adalah sebuah keniscayaan yang harus diterima dan dijalani.
Menghindari perubahan sama artinya dengan menyuruh kita menjadi
dinosaurus – besar, kuat tetapi tidak berdaya ketika alam berubah.
pertanyaannya sudah bukan lagi perlu atau tidak, siap atau tidak kita mengikuti
perubahan. Pertanyaannya menjadi apakah kita akan berpartisipasi dalam
arus perubahan dan bahkan secara aktif menginisiasi proses perubahan, atau
apakah kita sakedar menjadi target perubahan itu sendiri. Jawabannya jelas,
kita pasti akan terlibat dalam perubahan dan kalau tidak beruntung kita akan
terseret dan terombang-ambing pada arus perubahan. Artinya kita harus
berhati-hati dalam pusaran perubahan tersebut karena perubahan tidak
berujung dan tidak berpangkal, dan seperti putaran gasing begitu cepat
sehingga perubahan sering kali menguras energi dan perhatian dan tentu saja
sangat melelahkan.
Dalam kondisi seperti ini yang bisa kita lakukan adalah mengatur rythme
perubahan (Huy & Mintzberg, 2003) yaitu kapan secara intensif ikut dalam
perubahan dan kapan harus sedikit mengendurkannya. Tujuannya agar di satu
sisi kita tetap terlibat dalam dinamika perubahan tetapi di sisi lain tidak larut
dan lantas menjadi korban perubahan. Nasihat orang bijak “ngeli ning ora keli
– ikut dalam arus perubahan tapi tidak larut dalam perubahan” tampaknya
patut dipertimbangkan. Nasihat tersebut mengajak kita agar tetap sadar siapa
diri kita dan tidak kehilangan jati diri. Pasalnya perubahan yang
berkepanjangan dan menembus kemana-mana (pervasive) sering kali justru
menimbulkan anarkhi (Huy & Mintzberg, 2003) sebuah situasi yang tidak
dikehendaki siapapun tetapi itulah perubahan. Dalam banyak kasus seperti
yang pernah terjadi di Indonesia dan Thailand misalnya, anarkhi mengiringi
perubahan (baca: reformasi) yang tujuan sesungguhnya demi kemajuan.
Dinamika perjalanan BKKBN sejak tahun 1970 hingga sekarang melalui
pada perubahan-perubahan secara bertahap. Dahulu BKKBN adalah Badan

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


2 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional yang mempunyai Visi Norma


Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS).
UU No. 10 tahun 1992 dimana tujuan organisasi tidak hanya
menurunkan tingkat fertilitas, tetapi lebih jauh lagi, yaitu untuk
memberdayakan keluarga dalam rangka mewujudkan Keluarga Sejahtera.
Kemudian terjadi perubahan strategis dimana di era otonomi daerah, sesuai
dengan Keputusan Presiden No. 9 tahun 2004, Program Bangga Kencana
pada tingkat Kabupaten/ Kota, sebagai bagian dari pelaksanaan
desentralisasi. Penyuluh Kelurga Berencana (PKB) diserahkan pengelolaan
dan pembinaannya kepada Pemerintah Daerah. Peran PKB tetap
melaksanakan prongram Bangga Kencana di lini lapangan. Nomenklatur
OPDKB ditingakt Kabupaten/ Kota juga mengalami perubahan sesuai dengan
kebijakan Pemerintah Daerah masing-masing.
Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, memiliki tugas
untuk melaksanakan Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan
Pembangunan Keluarga (KKBPK) dan nomenklatur BKKBN menjadi Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), namun belum
diikuti nomenklatur pada OPDKB di tingkat Kebupaten/ Kota.
Penyuluh KB, setelah kembali menjadi pegawai BKKBN Pusat pada
tahun 2018, jumlah PKB tinggal 15.000 dan hanya sebagian yang bisa lulus
ujian sertifikasi PKB. Dapat tergambar bahwa kondisi PKB pada umumnya:
wawasan program Bangga Kencana belum sepenuhnya difahami;
keterampilan manajerial masih sangat tergantung pada pola operasional
baku; kemampuan operasional belum sepenuhnya mengikuti perkembangan
program Bangga Kencana; motivasi kerja sangat tergantung kepada
pembinaan atasan; bobot kepemimpinan masih belum menonjol. Dengan
kondisi tersebut, maka perlu adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


3 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

PKB dengan memberikan pembinaan, pendidikan dan pelatihan sesuai


dengan kebutuhan PKB itu sendiri.
Akhir tahun 2019 BKKBN mengemas dan memperkenalkan istilah
Program KKBPK menjadi Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan
dan Keluarga Berencana atau yang disingkat menjadi Bangga Kencana.
Perubahan nama dari KKBPK menjadi Bangga Kencana tersebut bertujuan
untuk memudahkanpenyebutan program, yang seringkali agak sulit untuk
diucapkan. Peletakan kata Pembangunan Keluarga di depan menunjukan
bahwa BKKBN merupakan lembaga yang ingin memberikan manfaat kepada
seluruh keluarga Indonesia. Selain itu, BKKBN harus dapat mewujudkan
keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara kuantitas, kualitas, dan
persebaran penduduk dan lingkungan hidup, serta meningkatkan kualitas
keluarga agar dapat timbul rasa tenteram dan harapan masa depan yang lebih
baik atau mandiri dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan
batin.
Di pertengahan Bulan Januari tahun 2020, Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memiliki wajah baru. BKKBN baru
telah mengalami metamorfosis dengan re-branding. Bukan hanya logo saja
yang di re-branding, tetapi juga tagline, jingle dan nama program mengalami
perubahan. Logo BKKBN yang semula merupakan ikon yang terdiri dari bapak,
ibu dan dua orang anak yang saling berpegangan tangan, yang berada
dibawah naungan lengkungan berwarna biru muda, bermetamorfosis menjadi
lambang cinta yaitu hati. Bentuk ini merepresentasikan, awal sebuah
perencanaan berasal dari kasih sayang keluarga dan keharmonisan keluarga,
yang didukung dengan lingkungan yang selalu mendukung. Demikian pula
tagline yang semula “Dua anak cukup” berubah menjadi “Berencana Itu
Keren,” dan nama program yang semula “Program KKBPK” diubah
menjadi “Program Bangga Kencana” serta jingle terbaru BKKBN, meski

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


4 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

masih menggunakan lagu Mars KB yang lama tetapi di tata dan di aransemen
ulang dengan aransemen yang lebih kekinian.
Re-branding adalah cara baru BKKBN untuk menguatkan relevansinya
dengan generasi baru zaman now, yaitu generasi remaja (Millenial dan
Zillenial). BKKBN adalah lembaga yang sangat strategis untuk menyiapkan
generasi baru yang unggul, agar Indonesia menjadi lebih maju. Menyiapkan
generasi yang unggul harus by design, dan di sinilah pentingnya perencanaan.
Di sinilah pentingnya Generasi Berencana (Genre). Genre ini menjadi
pahlawan bagi teman-teman sebaya. Generasi Berencana akan membawa
rebranding BKKBN akan lebih berwarna. Genre harus menjadi garda terdepan
dalam mengkampanyekan program-program BKKBN dengan jingle, logo, dan
tagline yang baru. Tentu hal ini dilakukan karena BKKBN ingin terus relevan
dengan masyarakat. Zaman berubah, tantangan pun berbeda dari masa ke
masa.
Perubahan yang terjadi bukan saja perubahan lingkungan strategis
internal BKKBN, namun juga perubahan lingkungan strategis eksternal
BKKBN, yaitu perubahan sosio kultural masyarakat, dimana budaya sudah
berubah sejak era digitalisasi, demikian juga terdapat perubahan kebijakan
pemerintah daerah yang antara daerah satu dan lainnya berbeda kebijakan
tentang pengelolaan program Bangga Kencana sehingga di tingkat
Kabupaten/ Kota terdapat berbagai macam nomenklatur sehingga
pelaksanaan Program Bangga Kencana terasa kurang fokus. Terlebih sejak
Maret 2020, Presiden RI yelah mengumumkan bahwa Indonesia memasuki
masa Pandemi Covid-19, sehingga terdapat banyak perubahan dalam strategi
pelaksanaan Program Bangga Kencana.

Berbagai perubahan yang terjadi sejak BKKBN berdiri di tahun 1970


hingga sekarang, perlu adanya penyesuaian dengan cara mengelola
perubahan-perubahan tersebut. Karena terdapat pula dampak pada

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


5 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

pencapaian TFR. Sesuai hasil SDKI 2002, SDKI 2007 dan SDKI 2012, bahwa
TFR Indonesia masih stagnan pada 2,6. Pada SDKI 2012 Contraceptive
Prevalency Rate all method masih 61,9 %, Dan CPR Modern masih 57,9 %.
Sedangkan hasil SKI 2017 bahwa TFR berada pada angka 2,4, sementara
CPR modern mencapai 57,2 %. Sementara untuk mencapai PTS diperlukan
TFR = 2,1 dan NRR = 1. TFR = 2,1 berarti wanita selama masa suburnya
mempunyai anak 2 sampai dengan 3 saja. Dan NRR = 1 adalah Jumlah anak
yang dilahirkan seorang ibu hanya 1 orang perempuan untuk menggantikan
peran ibu setelah dewasa nanti. Jadi untuk mencapai TFR menjadi 2,1 perlu
adanya upaya lebih keras lagi dari seluruh jajaran BKKBN termasuk PKB
sebagai pelaksana, manajer dan leader dalam pelaksanaan Program Bangga
Kencana di lini lapangan.. Oleh karena itu, untuk menjawab beberapa
perubahan yang terjadi di BKKBN, maka disusunlah modul pengelolaan
perubahan guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
Penyuluh KB dalam menghadapi perubahan yang cepat dari internal dan
eksternal lingkungan strategis organisasi. Sehingga Penyuluh KB dapat
melakukan pengelolaan perubahan dalam melaksanakan program Bangga
Kencana di lini lapangan. Dengan demikian Penyuluh KB dapat berkontribusi
dalam percepatan pencapaian tujuan Visi BKKBN, yaitu mewujudkan
Penduduk Tumbuh Seimbang dan Keluarga Berkualitas.

B. Deskripsi Singkat
Modul ini membahas konsep dasar pengelolaan perubahan,
perubahan lingkungan strategis organisasi, PKB sebagai bagian dari
organisasi pembelajaran dalam menghadapi perubahan, dan langkah-
langkah pengelolaan perubahan dalam pelaksanaaan Program Bangga
Kencana di wilayah kerjanya masing-masing.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


6 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

C. Manfaat Modul
Modul ini diharapkan bermanfaat bagi peserta pelatihan untuk
membekali pengetahuan dan keterampilan tentang pengelolaan perubahan
dalam rangka meningkatkan profesionalisme sebagai Penyuluh KB Jenjang
Ahli Pertama yang mampu ikut aktif dalam menghadapi dan menginisiasi
perubahan yang terjadi di lingkungan strategis organisasi.

D. Standar Kompetensi

1. Hasil Belajar
Setelah selesai pembelajaran peserta pelatihan diharapkan mampu
melakukan pengelolaan perubahan dalam pelaksanaan Program
Bangga Kencana sebagai Penyuluh KB di wilayah kerjanya.

2. Indikator Hasil Belajar


Setelah mempelajari modul ini, peserta pelatihan dapat:
a. Menjelaskan konsep dasar pengelolaan perubahan
b. Menjelaskan perubahan lingkungan startegis organisasi
c. Menjelaskan peran PKB sebagai bagian dari organisasi
pembelajaran dalam menghadapi perubahan
d. Mempraktikkan langkah-langkah pengelolaan perubahan.

E. Materi Pokok Dan Sub Materi Pokok


1. Konsep Dasar Pengelolaan Perubahan
a. Konsep Dasar Pengelolaan
b. Konsep Dasar Perubahan
2. Perubahan Lingkungan Strategis Organisasi
a. Perubahan Internal
b. Perubahan Eksternal

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


7 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

3. Peran PKB sebagai bagian dari Organisasi Pembelajaran dalam


menghadapi perubahan
a. Peran PKB dalam Program Bangga Kencana
b. BKKBN sebagai Organisasi Pembelajaran (Learning Organization)
dalam menghadapi Perubahan
4. Langkah-langkah pengelolaan perubahan
a. Langkah-langkah pengelolaan perubahan
b. Rencana Tindak Lanjut

F. Petunjuk Belajar

Untuk mencapai hasil pembelajaran, peserta diklat perlu mengikuti


beberapa petunjuk antara lain sebagai berikut:

1. Berdo’alah terlebih dahulu sebelum memulai pembelajaran, agar


mampu menyerap dan mencapai tujuan pembelajaran di dalam modul
ini.
2. Bacalah modul ini tahap demi tahap. Mulailah dengan kegiatan belajar
1 (satu) dan seterusnya. Sebelum Anda benar-benar paham tentang
materi pada tahap awal, jangan membaca materi pada halaman
berikutnya. Lakukan pengulangan pada halaman tersebut sampai
Anda benar-benar memahaminya.
3. Jika Anda mengalami kesulitan dalam memahami materi pada halaman
atau sub bahasan tertentu, diskusikan dengan teman Anda atau
fasilitator yang sekiranya dapat membantu untuk memahami materi
modul ini.
4. Setelah selesai memahami materi pada setiap kegiatan belajar
sebaiknya Anda mengerjakan latihan dengan menjawab soal-soal
yang sudah disediakan.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


8 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

5. Jika Anda masih belum bisa menjawab, lakukan pengulangan untuk


hingga
Anda benar-benar bisa mengerjakan latihan.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


9 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

BAB II

KONSEP DASAR PENGELOLAAN PERUBAHAN

Indikator Hasil Belajar:


Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan dapat
menjelaskan konsep dasar pengelolaan perubahan.

A. Konsep Dasar Pengelolaan


1. Pengertian Pengelolaan/ Manajemen (Management)
Menerapkan ilmu manajemen dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat
Anda praktikkan tanpa mengerti apa itu manajemen. Pengertian ilmu
manajemen secara umum wajib Anda pahami agar dapat diimplementasikan
dengan baik.

Secara umum, pengelolaan/ manajemen adalah suatu proses di mana


seseorang dapat mengatur segala sesuatu yang dikerjakan oleh individu atau
kelompok. Manajemen perlu dilakukan guna mencapai tujuan atau target dari
individu ataupun kelompok tersebut secara kooperatif menggunakan sumber
daya yang tersedia. Dari pengertian tersebut, ilmu manajemen dapat diartikan
sebagai kemampuan dalam mengatur sesuatu agar tujuan yang ingin dicapai
dapat terpenuhi. Sebetulnya, hal ini sudah sering terjadi di kehidupan nyata.
Setiap orang juga pasti pernah mempraktikkan ilmu manajemen secara tidak
langsung setiap harinya.

Selain itu, manajemen juga dapat diartikan menurut etimologinya.


Manajemen berarti sebagai seni mengatur dan melaksanakan, berdasarkan
Bahasa Prancis kuno. Manajemen juga dapat diartikan sebagai usaha
perencanaan, koordinasi, serta pengaturan sumber daya yang ada demi

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


10 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Dengan menerapkan ilmu


manajemen, diharapkan sesuatu yang sedang dikerjakan dapat selesai tepat
waktu dan tanpa ada hal yang menjadi sia-sia. Tujuan tercapai karena
terorganisir secara baik.

Para ahli memandang ilmu manajemen dengan pengertian beragam.


Mary Parker Follet, manajemen adalah seni dalam menyelesaikan tugas
melalui perantara. Dalam hal ini, manajemen dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan yang dilakukan oleh seorang manager untuk mengarahkan bawahan
atau orang lain dalam menyelesaikan pekerjaan demi tercapainya sebuah
tujuan.

Beralih ke George Robert Terry, yang mengartikan manajemen sebagai


proses khas dari beberapa tindakan, seperti perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, dan pengawasan. Seluruh tindakan tersebut bertujuan
mencapai target dengan memanfaatkan semua sumber daya yang tersedia.

Menurut Ricky W. Griffin, manajemen adalah proses perencanaan,


organisasi, koordinasi, dan kontrol pada sumber daya agar tujuan tercapai
secara efektif dan efisien. Efektif di sini maksudnya tujuan tercapai sesuai
rencana, dan efisien berarti bahwa manajemen dilakukan secara cermat,
terorganisir, dan tepat waktu.

Berbeda, Lawrence A. Appley mengartikan manajemen sebagai keahlian


dalam membangkitkan orang lain agar bersedia melakukan sesuatu. Tak harus
seseorang, keahlian manajemen juga dapat dimiliki oleh organisasi maupun
kelompok.

Terakhir, Hilman berpendapat bahwa manajemen merupakan fungsi


untuk mencapai suatu target melalui perantara, serta melakukan pengawasan.
Dengan begitu, tujuan dapat tercapai bersama.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


11 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

Dari beberapa pendapat para ahli mengenai ilmu manajemen tersebut,


pengertian manajemen tidak jauh dari usaha untuk mencapai sebuah tujuan
dengan cara mengelola dan mengawasi. Dari penjelasan para ahli tersebut,
Anda tentu sudah memahami pengertian dari ilmu manajemen.

2. Unsur dalam Pengelolaan/ Manajemen

Agar kinerja manajemen dalam kegiatan berorganisasi dapat berjalan


dengan lancar, ada beberapa unsur yang perlu diperhatikan dengan seksama.
Masing-masing unsur saling melengkapi dan harus diposisikan setara. Secara
umum, ada 6 unsur pada kegiatan manajemen.

a. Manusia

Dalam kegiatan manajemen, sumber daya manusia membuat rencana


dan tujuan yang ingin diraih. Untuk itu, tanpa adanya manusia, kegiatan
manajemen tidak akan pernah ada. Dalam upaya pencapaian tujuan,
BKKBN mempunyai SDM Strutural mulai Kepala BKKBN, Pejabat
Eselon I dan Eselon II, Jabatan Fungsional Tertentu dan Fungsional
Umum atau staf. Bahkan dibantu oleh tenaga kontrak serta melibatkan
mitra kerja.

b. Uang/ Anggaran

Uang menjadi unsur penting dalam kegiatan manajemen karena


menjadi perantara utama dalam mencapai tujuan. Biaya operasional
dalam sebuah kegiatan manajemen tentu membutuhkan uang agar
dapat berjalan baik.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


12 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

c. Material/ Substansi program

Unsur manajemen ini adalah salah satu faktor penting karena kualitas
pekerjaan suatu organisasi dipengaruhi oleh kualitas material yang
dipilih. Jadi, jika material yang dipilih buruk, tujuan manajemen akan sulit
tercapai.

d. Mesin/ Teknologi

Mesin/ Teknologi merupakan unsur lain yang perlu diperhatikan.


Dengan adanya mesin atau teknologi, pekerjaan yang dilakukan oleh
sumber daya manusia pasti akan lebih mudah. Tujuan pun dapat
tercapai lebih efektif. Saat ini teknoogi sudah berkembang denga pesat.
BKKBN sudah mengembangkan website dan berbagai aplikasi dalam
pelaksanaan program Bangga Kencana. Terdapat website organisasi
(www.bkkbn.go.id), Aplikasi SIM SDM, Sivika, Presensi Online, SIGA,
E-Visum, Monalisa Keren yag kesemuanya bertujuan agar terdapat
efektifitas dalam pelaksanaan program Bangga Kencana sehingga
mempercepat pencapaian Visi BKKBN mewujudkan Penduduk Tumbuh
Seimbang dan Keluarga Berkualitas.

e. Metode

Unsur ini mempengaruhi kinerja dalam sebuah manajemen. Jika


metode yang dibuat berdasarkan target, fasilitas, waktu, uang, dan
kegiatan bisnis, kegiatan manajemen pasti akan berjalan lebih lancar.
Unsur ini juga perlu mendapat campur tangan manusia agar dapat
tercipta dengan baik. BKKBN mengembangkan metode pengukuran
hasil kerja dengan membuat Ballance Scorecard, juga selalu membuat
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), juga selalu
melakukan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) agar

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


13 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

pelaksanaan program Bangga Kencana berjalan bersih dan bebas


KKBN sehingga diharapkan menjadi Zona Integritas Wilayah Bebas
Korupsi (ZI WBK) dan Zona Integritas Wilayah Birokrasi Bersih dan
Melayani (ZI WBBM).

f. Pasar/ Sasaran

Unsur ini terbilang krusial karena program dalam organisasi hanya


dapat berkembang jika telah dikenal di pasaran dalam hal ini adalah
seluruh masyarakat/ keluarga di Indonesia, lintas sektor dan mitra kerja.
Unsur pasar dipengaruhi oleh unsur material karena produk/ program
yang dipasarkan harus memiliki kualitas baik. BKKBN terdapat program
Bangga Kencana yang didalamnya terdapat penekanan program,
seperti program BKB, BKR, BKL, UPPKS, PIK R, program Pojok
Kependudukan, Genre, Lansia Tanggauh, dan yang terbaru adala
program pencegahan stunting.

3. Fungsi Pengelolaan

Dalam ilmu manajemen, ada 4 fungsi yang saling mempengaruhi satu


sama lain. Fungsi tersebut, antara lain perencanaan Secara umum, dunia
manajemen terdapat fungsi POAC. atau perencanaan (Planning),
pengorganisasian (Organizing), pengarahan (Actuating), dan pengawasan
(Controlling). Tanpa adanya salah satu dari fungsi ini bukan tidak mungkin
kegiatan manajemen akan berakhir pada ketidaksesuaian dengan rencana
atau tujuan. Berikut penjelasan lebih lanjut tentang fungsi pengelolaan tsb :

a. Perencanaan (Planning)

Planning meliputi pengaturan tujuan dan mencari cara bagaimana


untuk mencapai tujuan tersebut. Planning telah dipertimbangkan

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


14 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

sebagai fungsi utama manajemen dan meliputi segala sesuatu yang


manajer kerjakan. Di dalam planning, manajer memperhatikan masa
depan, mengatakan “Ini adalah apa yang ingin kita capai dan
bagaimana kita akan melakukannya”.

Membuat keputusan biasanya menjadi bagian dari perencanaan


karena setiap pilihan dibuat berdasarkan proses penyelesaian setiap
rencana. Planning penting karena banyak berperan dalam
menggerakan fungsi manajemen yang lain. Contohnya, setiap
manajer harus membuat rencana pekerjaan yang efektif di dalam
kepegawaian organisasi.

Dalam perencanaan, ada beberapa faktor yang harus


dipertimbangkan. Yaitu harus SMART :

1) Specific artinya perencanaan harus jelas maksud maupun ruang


lingkupnya. Tidak terlalu melebar dan terlalu idealis.

2) Measurable artinya program kerja atau rencana harus dapat


diukur tingkat keberhasilannya.

3) Achievable artinya dapat dicapai. Jadi bukan anggan-angan.

4) Realistic artinya sesuai dengan kemampuan dan sumber daya


yang ada. Tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Tapi tetap
ada tantangan.

5) Time artinya ada batas waktu yang jelas. Mingguan, bulanan,


triwulan, semesteran atau tahunan. Sehingga mudah dinilai dan
dievaluasi.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


15 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

b. Pengorganisasian (Organizing)

Organizing adalah proses dalam memastikan kebutuhan manusia


dan fisik setiap sumber daya tersedia untuk menjalankan rencana
dan mencapai tujuan yang berhubungan dengan
organisasi. Organizing juga meliputi penugasan setiap aktifitas,
membagi pekerjaan ke dalam setiap tugas yang spesifik, dan
menentukan siapa yang memiliki hak untuk mengerjakan beberapa
tugas.

Aspek utama lain dari organizing adalah pengelompokan kegiatan ke


departemen atau beberapa subdivisi lainnya. Misalnya kepegawaian,
untuk memastikan bahwa sumber daya manusia diperlukan untuk
mencapai tujuan organisasi. Memekerjakan orang untuk pekerjaan
merupakan aktifitas kepegawaian yang khas. Kepegawaian adalah
suatu aktifitas utama yang terkadang diklasifikasikan sebagai fungsi
yang terpisah dari organizing.

Agar tujuan tercapai maka dibutuhkan pengorganisasian. Dalam


organisasi biasanya diwujudkan dalam bentuk bagan organisasi.
Yang kemudian dipecah menjadi berbagai jabatan. Pada setiap
jabatan biasanya memiliki tugas, tanggung jawab, wewenang dan
uraian jabatan (Job Description).

Semakin tinggi suatu jabatan biasanya semakin tinggi tugas,


tanggung jawab dan wewenangnya. Biasanya juga semakin besar
penghasilannya. Dengan pembagian tugas tersebut maka pekerjaan
menjadi ringan. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Disinilah
salah satu prinsip dari manajemen. Yaitu membagi-bagi tugas sesuai
dengan keahliannya masing-masing.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


16 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

c. Actuating

Perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila


tidak diikuti dengan pelaksanaan kerja. Untuk itu maka dibutuhkan
kerja keras, kerja cerdas dan kerjasama. Semua sumber daya
manusia yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan
program kerja organisasi. Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan
rencana kerja yang telah disusun. Kecuali memang ada hal-hal
khusus sehingga perlu dilakukan penyesuian. Setiap SDM harus
bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian dan
kompetensi masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan
program kerja organisasi yang telah ditetapkan.

d. Controlling

Agar pekerjaan berjalan sesuai dengan visi, misi, aturan dan program
kerja maka dibutuhkan pengontrolan. Baik dalam bentuk supervisi,
pengawasan, inspeksi hingga audit. Kata-kata tersebut memang
memiliki makna yang berbeda, tapi yang terpenting adalah
bagaimana sejak dini dapat diketahui penyimpangan-penyimpangan
yang terjadi. Baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan maupun
pengorganisasian. Sehingga dengan hal tersebut dapat segera
dilakukan koreksi, antisipasi dan penyesuaian-penyesuaian sesuai
dengan situasi, kondisi dan perkembangan zaman.

Dengan memahami konsep dasar pengelolaan (management), maka


diharapakan Penyuluh KB sebagai pelaksana, manajer sekaligus leader dalam
pelaksanaan program Bangga Kencana dapat menganalisis perubahan yang
ada dan megelola perubahan tersebut sehingga target yang telah ditetapkan
diawal tahun dapat tercapai.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


17 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

B. Konsep Dasar Perubahan


1. Pengertian Perubahan
Perubahan berasal dari kata dasar “ubah” yang berarti (1) menjadi lain
(berbeda) dari semula; (2) bertukar (beralih, berganti) menjadi sesuatu yang
lain (3) berganti. Setelah mendapat imbuhan “pe” dan “an”, kata ubah menjadi
perubahan yang berarti hal (keadaan) berubah; peralihan; pertukaran (lihat
kamus besar Bahasa Indonesia). Sementara itu pengertian perubahan yang
cukup beragam diberikan oleh Webster's Ninth New Collegiate Dictionary,
menurut kamus ini perubahan berarti:
a. to make different in some particular, membuat perbedaan dalam
beberapa bagian.
b. to make radically different, membuat perbedaan secara radikal.
c. to give a different position, course, or direction to, memberikan
posisi, jalan atau arah berbeda.
d. to replace with another, menggantikan sesuatu dengan sesuatu
yang lain.
e. to make a shift from one to another, menggeser dari satu kondisi
ke kondisi lain.
f. to exchange for an equivalent sum or comparable item, bertukar
untuk jumlah yang sepadan atau sesuatu yang bisa
diperbandingkan.
g. to undergo a modification of , menjalani modifikasi.
h. to undergo transformation, transition or substitution, menjalani
transformasi, transisi atau pergantian.

Perubahan juga sering diartikan sebagai “alternation, modification or


addition” (McLean 2004/2005). Sederhananya, perubahan merupakan suatu
pergantian kondisi dari kondisi lama ke kondisi baru (Gambar 1.1a), modifikasi
sebuah kondisi (Gambar 1.1b) atau penambahan terhadap sebuah kondisi

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


18 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

(Gambar 1.1c). Kebalikan dari Gambar 1.1c, perubahan bisa diartikan pula
sebagai pengurangan terhadap sebuah kondisi (Gambar 1.1d). Dengan kata
lain selama sesuatu itu tidak sama dengan keadaan sekarang maka itulah
yang dimaksudkan dengan perubahan. Perubahan tidak pernah terjadi jika
keadaan sekarang sama dengan keadaan pada masa lalu atau sama dengan
keadaan yang akan datang.

Gambar 1.1a. Perubahan Kondisi dari A ke B


Gambar 1.1c. Penambahan dari Kondisi A lama menjadi Kondisi A baru

Gambar 1.1b. Modifikasi dari kondisi A lama ke kondisi A baru


Gambar 1.1d. Perubahan karena pengurangan

2. Perubahan dan Perbedaan


Implisit dari definisi di atas adalah perubahan selalu diikuti oleh
perbedaan, tidak peduli apakah kondisi setelah berubah lebih baik dari kondisi
semula, atau sebaliknya. Pada Gambar 1.1a kondisi A berubah menjadi
kondisi B. Walaupun bentuknya masih sama, kondisi A tidak bisa dikatakan
sama dengan kondisi B karena A sudah berubah menjadi B. Sebagai contoh,
jika sebuah organisasi sebut saja BKKBN yang semula adalah Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional kemudian beralih menjadi Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, boleh jadi besaran BKKBN
masih tetap sama tetapi karena nomenklaturnya berbeda maka BKKBN baru
tidak sama dengan BKKBN lama karena berubah nomenklatur, tugas dan

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


19 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

fungsi sehingga nuansa pada BKKBN tentu ikut berubah. Artinya, BKKBN yang
baru setelah berganti nama tidak sama dengan BKKBN lama. Dari sini bisa
dikatakan ada perbedaan antara BKKBN yang baru dengan BKKBN yang
lama.
Contoh lainnya yaitu ketika Bank Niaga diambil alih oleh perusahaan
Malaysia, kegiatan Bank Niaga tetap tidak berubah masih bergerak di bidang
perbankan. Besaran Bank Niaga boleh jadi juga masih sama. Namun
sekarang, seperti yang kita lihat, logo perusahaan berubah menjadi CIMB
Niaga yang menandakan terjadi perubahan identitas di dalam tubuh
perusahaan tersebut. Atau dengan kata lain Bank Niaga yang lama tidak sama
dengan CIMB Niaga yang baru meski kegiatan bisnis Bank Niaga tidak
berubah.
Sedangkan pada Gambar 1.1b, katakanlah BKKBN masih tetap
memiliki SDM dan program yang sama (tidak ada pergantian program) tetapi
kondisi A yang baru berbeda dengan kondisi A lama karena ada perubahan
bentuk, misalnya BKKBN yang semula badan koordinasi sekarang menjadi
badan yang mengurusi tentang pengendalian penduduk. Atau, BKKBN yang
semula bergerak di bidang Keluarga Berencana sekarang meluas beralih ke
Pengendalian Penduduk dan Pembangunan Keluarga.
IBM boleh jadi merupakan contoh yang tepat untuk menggambarkan
kondisi ini. IBM memodifikasi definisi bisnis yang digelutinya dari semula
menerjemahkan IBM sebagai perusahaan manufaktur yang menghasilkan
produk-produk komputer (mainframe) sekarang di bawah kepemimpinan Lou
Gerstner, Jr. IBM menjadi perusahaan jasa yang bergerak di bidang jasa
informasi (lihat: Louis V. Gerstener, Jr. dalam bukunya Who says elephants
can’t dance?, 2002). Dalam hal ini Lou Gerstner berpandangan bahwa IBM
bukan sekedar perusahaan menghasilkan perangkat keras komputer tetapi
lebih dari itu IBM adalah perusahaan yang memanfaatkan teknologi komputer
sebagai alat informasi. Oleh karenanya Lou Gerstener secara tegas

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


20 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

menyatakan bahwa IBM adalah perusahaan jasa informasi. Sementara itu


dalam kasus Samsumg (lihat Eric Minton, 1999), bisnis dan definisi bisnis
Samsung masih tetap sama tetapi dengan masuknya Jong-Yong Yun sebagai
CEO, cara kerja Samsung berubah. Jong-Yong Yun memodifikasi
operasionalisasi kerja Samsung dengan berlandaskan pada konsep-konsep
yang berkembang pada bidang teknologi industri – sebuah pola kerja yang
tidak dilakukan oleh CEO sebelumnya. Akibatnya pola kerja Samsung
berubah.
Pada Gambar 1.1c, kondisi A masih sama dengan kondisi sebelumnya,
katakanlah pemilik tidak berubah, dan bisnis yang digelutinya juga tidak
berubah. Namun karena BKKBN seperti pada contoh sebelumnya,
memperbesar skala program bisnisnya misalnya dari semula hanya mengurusi
keluarga berencana sekarang memiliki tugas fungsi lebih dari itu sehingga
jumlah pegawai yang bertambah dan cakupan wilayah juga semakin meluas
ke wilayah seluruh Indonesia tidak berlebihan jika dikatakan BKKBN
mengalami penambahan dan hal itu berarti ada perubahan. Atau dengan kata
lain tetap saja kondisi A berubah menjadi kondisi A yang baru. Situasi pada
Gambar 1.1c sangat mungkin terjadi sebaliknya yakni terjadi perubahan tetapi
bukan karena penambahan melainkan karena pengurangan (lihat Gambar
1.1d).
Ambillah contoh lagi pada PT. Garuda Indonesia Airways (GIA). Semula
GIA memiliki dan menjalankan beberapa bisnis misalnya penerbangan,
maintenance facilities, catering, travel bureau, dan perhotelan, namun karena
lingkungan internal
dan eksternal tidak mendukung, GIA terpaksa harus memperkecil skala
usahanya dengan melepas beberapa usaha bukan inti dan hanya
mempertahankan dua bisnis inti: penerbangan dan maintenance facilities.
Contoh ini memberi gambaran akan adanya pengurangan kondisi pada GIA
yang berarti terjadi perubahan. Implisit dari definisi di atas adalah perubahan

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


21 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

selalu diikuti oleh perbedaan, tidak peduli apakah kondisi setelah berubah lebih
baik dari kondisi semula.

3. Perubahan dan Ketidakpastian


Ada pepatah yang mengatakan bahwa di dunia ini hanya ada dua yang
pasti yaitu kematian dan membayar pajak. Selain kedua hal ini semuanya
hampir pasti penuh dengan ketidakpastian termasuk di dalamnya yang
berkaitan dengan perubahan. Artinya, selain identik dengan perbedaan,
perubahan selalu dikaitkan dengan ketidakpastian (uncertainty). Boleh jadi
yang tidak pasti adalah penyebabnya karena lingkungan selalu berubah
sehingga menuntut kita untuk berubah, atau hasilnya tidak pasti bisa jadi hasil
perubahannya lebih baik atau lebih buruk. Masih ada kemungkinan lain yakni:
proses dan isi perubahannya juga tidak pasti. Semua itu, penyebab (context),
proses, isi (content) dan hasil yang tidak pasti (result) menyebabkan para
aktor, mereka yang terlibat dalam perubahan sering kali merasa takut. Mereka
takut bukan pada perubahannya tetapi takut pada ketidakpastian dan
ketidaktahuan terhadap masa akan datang akibat perubahan.
Oleh karena itu menjadi wajar jika banyak orang enggan melakukan
perubahan, atau dengan kata lain, resistensi terhadap perubahan merupakan
sifat alami manusia. Artinya, meski perubahan itu bersifat logis, bisa diterima
oleh akal sehat, pada kenyataannya perubahan lebih bersifat emosional. Itulah
sebabnya selain diartikan sebagai “alternation, modification or addition”,
perubahan juga sering dimaknai sebagai sesuatu yang menakutkan (scary),
membuat sakit kepala (painful), membebaskan (liberating), membuat arah
tidak menentu (disorienting), menyegarkan (exhilarating), memberdayakan
(empowering), membuat frustrasi (frustating), memenuhi kebutuhan (fulfilling),
memusingkan (confusing), dan menantang (challenging).

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


22 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

4. Respon terhadap Perubahan


Masyarakat yang terlibat dan dilibatkan dalam perubahan merespon
perubahan dengan sikap beragam. Sikap ini muncul karena adanya
ketidakpastian dalam perubahan. Secara umum respon masyarakat terhadap
perubahan bisa dibagi menjadi dua, yaitu setuju dan tidak setuju. Mereka yang
merasa optimis terhadap perubahan cenderung mendukung perubahan.
Mereka yang setuju, ditandai dengan pernyataan exhilarating, empowering,
fulfilling dan challenging, tentu akan mengawal perubahan dengan antusias
agar cita-cita yang terkandung dalam perubahan bisa tercapai. Sementara itu
bagi mereka yang tidak setuju, pesimis akan perubahan, masih merasa tidak
pasti dan tidak tahu akan masa depan akibat perubahan menganggap
perubahan sebagai: scary, painful, disorienting, frustating, dan confusing.
Mereka boleh jadi akan mengalami kejutan budaya (culture shock). Akibatnya
mereka mencari strategi atau jalan keluar yang menurutnya bisa
membebaskan diri dari persoalan tersebut. Farouk (2005) mengidentifikasi 5
(lima) jalan keluar (strategi) yang biasa dilakukan masyarakat ketika
menghadapi ketidakpastian dan ketidaktahuan perubahan.

a. Negative strategy
Mereka akan menutup diri, menolak perubahan, dan berusaha
membayangkan dan membangun lingkungan hidup sebagaimana
yang ada di masa sebelumnya dan membangun ikatanikatan
primordial,
b. Hedonist strategy
Mereka akan terbawa arus perubahan, kehilangan ingatan akan
pegangan masa lalu dan bahkan pada akhirnya bersikap apatis
terhadap segala yang mapan, meniscayakan serta menikmati segala
apa saja yang menimbulkan efek perubahan.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


23 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

c. Fatalistic strategy
Mereka akan tetap bertahan hidup dalam perubahan itu, tetapi
dengan sikap kognitif, afektif dan motorik yang traumatik yang
menatap masa depan tanpa harapan dan berjuang hidup hanya pada
batas survival untuk sekedar bertahan hidup di masa kini,
d. Pragmatist strategy
Mereka akan bertahan hidup dalam perubahan tetapi dengan
membuat pegangan-pegangan baru yang bersifat sementara untuk
bisa digunakan dalam menyiasati masa lalu, masa kini maupun masa
depan, membangun kemapanan relatif yang berguna dalam rentang
waktu pendek yang selalu siap untuk dimodifikasi sesuai dengan
perubahan keadaan yang berjalan cepat, dan
e. Reflective strategy
Mereka menerima perubahan dengan sikap kritis dan selektif dengan
menggunakan program jangka panjang mereka sebagai tolok ukur.

5. Perubahan dan Kemajuan


Pada intinya perubahan, yang pengertiannya telah dijelaskan di muka,
tidak bisa dilepaskan dari perbedaan. Dengan demikian kata kunci dari
perubahan adalah perbedaan. Setiap perubahan pasti menimbulkan
perbedaan, sekecil apapun perbedaan tersebut; tidak peduli apakah
perbedaan tersebut menyebabkan kondisi yang baru lebih baik atau lebih
buruk dari sebelumnya; apakah perbedaan tersebut berakibat positif atau
negatif. Artinya, setiap perubahan hampir pasti menimbulkan ketidakpastian.
Dengan demikian tidak berlebihan jika dikatakan ketidakpastian merupakan
kata kunci kedua dari perubahan.
Hanya saja dampak buruk atau dampak negatif perubahan sangat tidak
dikehendaki oleh siapa saja. Sebaliknya, sangat diharapkan perubahan
memberikan dampak baik dan positif bagi pertumbuhan dan perkembangan

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


24 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

manusia. Seperti kata pepatah “hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan
hari esok harus lebih baik dari hari ini”. Hal senada ditegaskan Stuhler (1994)
yang menyatakan bahwa perubahan tidak ada artinya jika tidak diikuti oleh
progres atau kemajuan. Oleh karena itu, untuk menghindari/meminimalisir
dampak buruk perubahan di satu sisi dan mencapai tujuan perubahan yang
dikehendaki pada sisi yang lain, perubahan perlu dikenali, dipahami, dikelola
dan dalam batas-batas tertentu bahkan perlu diciptakan. Semua itu tujuannya
hanya satu agar perubahan berdampak pada kemajuan/progres. Meski
kemajuan/progres merupakan harapan setiap orang, dalam sejarahnya setiap
kelompok masyarakat mengartikan kemajuan secara berbeda sesuai dengan
keinginan dan pemahaman masing-masing kelompok (Stuhler, 1994). Stuhler
lebih lanjut memberikan gambaran tentang pemahaman makna kemajuan dari
generasi berbeda sebagai berikut:
a. Pada zaman Yunani kuno, kemajuan dikaitkan dengan
perkembangan biografi seseorang.
b. Bagi Umat Kristen, Kitab Injil berisikan ajaran-ajaran tentang
kemajuan merupakan jalan menuju surga keabadian (Saint
Agustinus).
c. Pada periode scholastic, manusia menganggap seni dan ilmu
pengetahuan sebagai akumulasi kemajuan.
d. Abad Pertengahan dan Renaissance menjadi landasan bagi versi
modern tentang konsep kemajuan. Dalam hal ini kemajuan dipahami
sebagai ide yang berorientasi masa depan.
e. Pada masa-masa Descartes, konsep progres dikombinasikan
dengan nalar dan empiris. Kemajuan hanya bisa dicapai jika kita bisa
belajar dan mengetahui lebih banyak melalui bukti empiris dengan
menggunakan akal sehat ketimbang melalui pengetahuan dan
kearifan yang datang dari seorang yang memiliki otoritas.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


25 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

f. Francis Bacon mengaitkan secara langsung kemajuan sosial politik


dengan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan teknologi.
Artinya, ilmu pengetahuan, seni, dan teknologi menjadi sumber
kemajuan di bidang sosial politik.
g. Selama abad 18, dimensi politik dan moralitas merupakan bagian
integral dari konsep kemajuan. Setelah revolusi Perancis, orang
mulai yakin bahwa kemajuan tidak hanya bisa diramal tetapi bisa
direncanakan dan dikendalikan.
h. Menurut Emmanuel Kant, kemajuan secara eksplisit berarti
“kemajuan menuju perbaikan – progress towards better”. Kemajuan
merupakan sifat alami yang tersembunyi. Artinya kemajuan tidak bisa
dimanifestasikan kecuali atas konsensus orang-orang yang terlibat di
dalamnya.
i. Karl Marx menerjemahkan kemajuan sebagai sebuah masyarakat
tanpa kelas ekonomi.
j. Menurut teori evolusi Charles Darwin, kemajuan tidak lagi diartikan
sebagai bergerak maju menuju sesuatu yang lebih baik melainkan
hasil perkembangan yang lebih baik melalui mutasi dan seleksi alam.
k. Abad 20 menghasilkan dua sikap terhadap kemajuan: dukungan dan
empati terhadap kemajuan khususnya dalam hal perkembangan
teknologi dan kedua sebaliknya mengkritisi kemajuan.
l. Saat ini, dalam batas-batas tertentu, terjadi sikap progresif melawan
kemajuan.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


26 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

C. Rangkuman

Pengelolaan/ manajemen adalah suatu proses di mana seseorang


dapat mengatur segala sesuatu yang dikerjakan oleh individu atau kelompok.
Manajemen perlu dilakukan guna mencapai tujuan atau target dari individu
ataupun kelompok tersebut secara kooperatif menggunakan sumber daya
yang tersedia. Dari pengertian tersebut, ilmu manajemen dapat diartikan
sebagai kemampuan dalam mengatur sesuatu agar tujuan yang ingin dicapai
dapat terpenuhi. Sebetulnya, hal ini sudah sering terjadi di kehidupan nyata.
Setiap orang juga pasti pernah mempraktikkan ilmu manajemen secara tidak
langsung setiap harinya.

Dalam pengelolaan terdapat 6 (enam) unsur yang harus ada untuk


mencapai tujuan, yaitu: manusia; uang/ anggaran; material/ substansi
program; mesin/ teknologi; metode dan pasar/ sasaran.

Secara umum, dalam pengelolaan terdapat fungsi POAC.


atau perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan
(actuating) dan pengawasan (controlling).

Perubahan merupakan suatu pergantian kondisi dari kondisi lama ke


kondisi baru, modifikasi sebuah kondisi atau penambahan terhadap sebuah
kondisi. Perubahan bisa juga diartikan pula sebagai pengurangan terhadap
sebuah kondisi, dengan kata lain selama sesuatu itu tidak sama dengan
keadaan sekarang maka itulah yang dimaksudkan dengan perubahan.
Perubahan tidak pernah terjadi jika keadaan sekarang sama dengan keadaan
pada masa lalu atau sama dengan keadaan yang akan datang. Implisit dari
definisi tentang perubahan, perubahan itu sendiri selalu diikuti oleh
perbedaan, perubahan selalu dikaitkan dengan ketidakpastian (uncertainty),
perubahan juga selalu menimbulkan respon, selain itu perubahan juga harus

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


27 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

berdampak pada kemajuan/ progres, tidak ada artinya jika perubahan tidak
diikuti oleh progres atau kemajuan.

D. Latihan
Jawablah pertanyaaan di bawah ini dengan baik dan benar!
1. Jelaskan apa yang Anda ketahui tentang pengelolaan!

2. Jelaskan apa yang Anda ketahui tentang perubahan !

3. Bagaimana respon masyarakat terhadap perubahan?

E. Test Formatif

Untuk mengevaluasi hasil belajar Anda diakhir Bab ini, maka jawablah
pertanyaan-pertanyaan dibawah ini.
1. Unsur pengelolaan/ manajemen terdiri dari:
a. Manusia, Uang/ Anggaran, Material/ Substansi, Mesin/ Teknologi,
Metode, Pasar/ Sasaran
b. Manusia, Uang/ Anggaran, Material/ Substansi, Advokasi, Metode,
Pasar/ Sasaran
c. Manusia, Uang/ Anggaran, Focus Group Discussion, Mesin/
Teknologi, Metode, Pasar/ Sasaran
d. Manusia, Uang/ Anggaran, Material/ Substansi, Mesin/ Teknologi,
Promosi, Pasar/ Sasaran
e. Manusia, Uang/ Anggaran, Material/ Substansi, Pengenalan,
Metode, Pasar/ Sasaran
2. Fungsi pengelolaan/ manajemen terdiri dari:
a. Planning, Organizing, Acquisition, Controlling
b. Planning, Organizing, Advocacy, Controlling
c. Planning, Organizing, Accuracy, Controlling
d. Planning, Organizing, Actuating, Controlling

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


28 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

e. Planning, Organizing, Actuating, Controlling


3. Syarat dari suatu perencanaan adalah:
a. Specific, Measurable, Achievable, Rebound, Timebound
b. Specific, Measurable, Achievable, Realictic, Timebound
c. Specific, Measurable, Achievable, Recycle, Timebound
d. Specific, Measurable, Achievable, Reload Timebound
e. Specific, Measurable, Achievable, Reshaping, Timebound
4. Karakteristik yang terkandung dari pengertian perubahan adalah
bahwa perubahan ....
a. selalu berkaitan dengan ketidakpastian
b. tidak memiliki respon
c. meniadakan perbedaan
d. tidak memerlukan suatu progress
e. memberikan iklim kebaruan
5. Pendekatan yang digunakan oleh British Airways untuk melakukan
perubahan pada organisasi adalah dengan menekankan pada
perubahan pada segi ....
a. budaya perusahaan
b. respon terhadap tekanan dari eksternal
c. respon yang datang dari desakan internal
d. transformasional yang berasal dari atas
e. komunikasi perusahaan

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


29 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

BAB III

PERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGIS ORGANISASI

Indikator Hasil Belajar:

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan dapat


menjelaskan perubahan yang terjadi di lingkungan strategis internal dan
eksternal organisasi BKKBN

Pengenalan dan pemahaman tentang perubahan, tidak jarang kita


harus belajar dari sejarah masa lalu yakni bagaimana berlangsungnya proses
perubahan baik perubahan pada skala mikro (perubahan organisasi) maupun
perubahan pada skala makro (perubahan diluar organisasi). Kedua jenis
perubahan ini diyakini mempunyai keterkaitan yang tidak bisa dipisahkan.
Perubahan yang terjadi pada skala makro pasti akan berimbas pada
perubahan pada skala mikro mengingat organisasi merupakan bagian integral
dari masyarakat. Demikian sebaliknya, perubahan yang terjadi pada skala
mikro, misalnya perubahan pada organisasi politik seperti yang telah terjadi di
Indonesia pada akhirnya berpengaruh terhadap tata kehidupan masyarakat
Indonesia.
Perubahan lingkungan strategis Organisasi BKKBN adalah perubahan
yang terjadi baik Internal maupun aksternal. Pembahasan perubahan
strategis organisasi BKKBN adaah sebagai berikut:

A. Perubahan Internal
1. Sejarah BKKBN

a. Periode Perintisan (1950-an – 1966)

Organisasi keluarga berencana dimulai dari pembentukan


Perkumpulan Keluarga Berencana pada tanggal 23 Desember 1957 di

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


30 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

gedung Ikatan Dokter Indonesia. Nama perkumpulan itu sendiri


berkembang menjadi Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia
(PKBI) atau Indonesia Planned Parenthood Federation (IPPF). PKBI
memperjuangkan terwujudnya keluarga- keluarga yang sejahtera
melalui 3 macam usaha pelayanan yaitu mengatur kehamilan atau
menjarangkan kehamilan, mengobati kemandulan serta memberi
nasihat perkawinan.

Pada tahun 1967, PKBI diakui sebagai badan hukum oleh Departemen
Kehakiman. Kelahiran Orde Baru pada waktu itu menyebabkan
perkembangan pesat usaha penerangan dan pelayanan KB di seluruh
wilayah tanah air.

Dengan lahirnya Orde Baru pada bulan maret 1966 masalah


kependudukan menjadi fokus perhatian pemerintah yang meninjaunya
dari berbagai perspektif. Perubahan politik berupa kelahiran Orde Baru
tersebut berpengaruh pada perkembangan keluarga berencana di
Indonesia. Setelah simposium Kontrasepsi di Bandung pada bulan
Januari 1967 dan Kongres Nasional I PKBI di Jakarta pada tanggal 25
Februari 1967.

b. Periode Keterlibatan Pemerintah dalam Program KB Nasional


(1966 – 1969)

Di dalam Kongres Nasional I PKBI di Jakarta dikeluarkan pernyataan


sebagai berikut: PKBI menyatakan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada pemerintah yang telah mengambil kebijaksanaan
mengenai keluarga berencana yang akan dijadikan program
pemerintah PKBI mengharapkan agar Keluarga Berencana sebagai
Program Pemerintah segera dilaksanakan.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


31 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

PKBI sanggup untuk membantu pemerintah dalam melaksanakan


program KB sampai di pelosok-pelosok supaya faedahnya dapat
dirasakan seluruh lapisan masyarakat. Pada tahun 1967 Presiden
Soeharto menandatangani Deklarasi Kependudukan Dunia yang
berisikan kesadaran betapa pentingnya menentukan atau
merencanakan jumlah anak, dan menjarangkan kelahiran dalam
keluarga sebagai hak asasi manusia.

Pada tanggal 16 Agustus 1967 di depan Sidang DPRGR, Presiden


Soeharto pada pidatonya “Oleh karena itu kita harus menaruh perhatian
secara serius mengenai usaha-usaha pembatasan kelahiran, dengan
konsepsi keluarga berencana yang dapat dibenarkan oleh moral agama
dan moral Pancasila”. Sebagai tindak lanjut dari Pidato Presiden
tersebut, Menkesra membentuk Panitia Ad Hoc yang bertugas
mempelajari kemungkinan program KB dijadikan Program Nasional.

Selanjutnya pada tanggal 7 September 1968 Presiden mengeluarkan


Instruksi Presiden No. 26 tahun 1968 kepada Menteri Kesejahteraan
Rakyat, yang isinya antara lain:

Membimbing, mengkoordinir serta mengawasi segala aspirasi yang ada


di dalam masyarakat di bidang Keluarga Berencana. Mengusahakan
segala terbentuknya suatu Badan atau Lembaga yang dapat
menghimpun segala kegiatan di bidang Keluarga Berencana, serta
terdiri atas unsur Pemerintah dan masyarakat.

Berdasarkan Instruksi Presiden tersebut Menkesra pada tanggal 11


Oktober 1968 mengeluarkan Surat Keputusan No.
35/KPTS/Kesra/X/1968 tentang Pembentukan Tim yang akan
mengadakan persiapan bagi Pembentukan Lembaga Keluarga
Berencana. Setelah melalui pertemuan-pertemuan Menkesra dengan

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


32 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

beberapa menteri lainnya serta tokoh-tokoh masyarakat yang terlibat


dalam usaha KB, Maka pada tanggal 17 Oktober 1968 dibentuk
Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) dengan Surat
Keputusan No. 36/KPTS/Kesra/X/1968. Lembanga ini statusnya adalah
sebagai Lembaga Semi Pemerintah.

c. Periode Pelita I (1969-1974)

Periode ini mulai dibentuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana


Nasional (BKKBN) berdasarkan Keppres No. 8 Tahun 1970 dan
sebagai Kepala BKKBN adalah dr. Suwardjo Suryaningrat. Dua tahun
kemudian, pada tahun 1972 keluar Keppres No. 33 Tahun 1972
sebagai penyempurnaan Organisasi dan tata kerja BKKBN yang ada.
Status badan ini berubah menjadi Lembaga Pemerintah Non
Departemen yang berkedudukan langsung dibawah Presiden.

Untuk melaksanakan program keluarga berencana di masyarakat


dikembangkan berbagai pendekatan yang disesuaikan dengan
kebutuhan program dan situasi serta kondisi masyarakat. Pada Periode
Pelita I dikembangkan Periode Klinik (Clinical Approach) karena pada
awal program, tantangan terhadap ide keluarga berencana (KB) masih
sangat kuat, untuk itu pendekatan melalui kesehatan yang paling tepat.

d. Periode Pelita II (1974-1979)

Kedudukan BKKBN dalam Keppres No. 38 Tahun 1978 adalah sebagai


lembaga pemerintah non-departemen yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Presiden. Tugas pokoknya adalah
mempersiapkan kebijaksanaan umum dan mengkoordinasikan
pelaksanaan program KB nasional dan kependudukan yang

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


33 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

mendukungnya, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah serta


mengkoordinasikan penyelenggaraan pelaksanaan di lapangan.

Periode ini pembinaan dan pendekatan program yang semula


berorientasi pada kesehatan ini mulai dipadukan dengan sector-sektor
pembangunan lainnya, yang dikenal dengan Pendekatan Integratif
(Beyond Family Planning). Dalam kaitan ini pada tahun 1973-1975
sudah mulai dirintis Pendidikan Kependudukan sebagai pilot project.

e. Periode Pelita III (1979-1983)

Periode ini dilakukan pendekatan Kemasyarakatan (partisipatif) yang


didorong peranan dan tanggung jawab masyarakat melalui
organisasi/institusi masyarakat dan pemuka masyarakat, yang
bertujuan untuk membina dan mempertahankan peserta KB yang sudah
ada serta meningkatkan jumlah peserta KB baru. Pada masa periode ini
juga dikembangkan strategi operasional yang baru yang disebut Panca
Karya dan Catur Bhava Utama yang bertujuan mempertajam
segmentasi sehingga diharapkan dapat mempercepat penurunan
fertilitas. Pada periode ini muncul juga strategi baru yang memadukan
KIE dan pelayanan kontrasepsi yang merupakan bentuk “Mass
Campaign” yang dinamakan “Safari KB Senyum Terpadu”.

f. Periode Pelita IV (1983-1988)

Pada masa Kabinet Pembangunan IV ini dilantik Prof. Dr. Haryono


Suyono sebagai Kepala BKKBN menggantikan dr. Suwardjono
Suryaningrat yang dilantik sebagai Menteri Kesehatan. Pada masa ini
juga muncul pendekatan baru antara lain melalui Pendekatan
koordinasi aktif, penyelenggaraan KB oleh pemerintah dan
masyarakat lebih disinkronkan pelaksanaannya melalui koordinasi

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


34 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

aktif tersebut ditingkatkan menjadi koordinasi aktif dengan peran


ganda, yaitu selain sebagai dinamisator juga sebagai fasilitator.
Disamping itu, dikembangkan pula strategi pembagian wilayah guna
mengimbangi laju kecepatan program.

Pada periode ini juga secara resmi KB Mandiri mulai dicanangkan


pada tanggal 28 Januari 1987 oleh Presiden Soeharto dalam acara
penerimaan peserta KB Lestari di Taman Mini Indonesia Indah.
Program KB Mandiri dipopulerkan dengan kampanye LIngkaran Biru
(LIBI) yang bertujuan memperkenalkan tempat-tempat pelayanan
dengan logo Lingkaran Biru KB.

g. Periode Pelita V (1988-1993)

Pada masa Pelita V, Kepala BKKBN masih dijabat oleh Prof. Dr.
Haryono Suyono. Pada periode ini gerakan KB terus berupaya
meningkatkan kualitas petugas dan sumberdaya manusia dan
pelayanan KB. Oleh karena itu, kemudian diluncurkan strategi baru
yaitu Kampanye Lingkaran Emas (LIMAS). Jenis kontrasepsi yang
ditawarkan pada LIBI masih sangat terbatas, maka untuk pelayanan KB
LIMAS ini ditawarkan lebih banyak lagi jenis kontrasepsi, yaitu ada 16
jenis kontrepsi.

Pada periode ini ditetapkan UU No. 10 Tahun 1992 tentang


Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
Sejahtera, dan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993
khususnya sub sector Keluarga Sejahtera dan Kependudukan, maka
kebijaksanaan dan strategi gerakan KB nasional diadakan untuk
mewujudkan keluarga Kecil yang sejahtera melalui penundaan usia

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


35 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

perkawinan, penjarangan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga


dan peningkatan kesejahteraan keluarga.

h. Periode Pelita VI (1993-1998)

Pada Pelita VI dikenalkan pendekatan baru yaitu “Pendekatan


Keluarga” yang bertujuan untuk menggalakan partisipasi masyarakat
dalam gerakan KB nasional. Dalam Kabinet Pembangunan VI sejak
tanggal 19 Maret 1993 sampai dengan 19 Maret 1998, Prof. Dr. Haryono
Suyono ditetapkan sebagai Menteri Negara Kependudukan/Kepala
BKKBN, sebagai awal dibentuknya BKKBN setingkat Kementerian.

Pada tangal 16 Maret 1998, Prof. Dr. Haryono Suyono diangkat menjadi
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan
Kemiskinan merangkap sebagai Kepala BKKBN. Dua bulan berselang
dengan terjadinya gerakan reformasi, maka Kabinet Pembangunan VI
mengalami perubahan menjadi Kabinet Reformasi Pembangunan Pada
tanggal 21 Mei 1998, Prof. Haryono Suyono menjadi Menteri
Koordinator Bidang Kesra dan Pengentasan Kemiskinan, sedangkan
Kepala BKKBN dijabat oleh Prof. Dr. Ida Bagus Oka sekaligus menjadi
Menteri Kependudukan.

i. Periode Pasca Reformasi

Dari butir-butir arahan GBHN Tahun 1999 dan perundang-undangan


yang telah ada, Program Keluarga Berencana Nasional merupakan
salah satu program untuk meningkatkan kualitas penduduk, mutu
sumber daya manusia, kesehatan dan kesejahteraan sosial yang
selama ini dilaksanakan melalui pengaturan kelahiran, pendewasaan
usia perkawinan, peningkatan ketahanan keluarga dan kesejahteraan
keluarga. Arahan GBHN ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


36 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) yang telah ditetapkan


sebagai Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000.

Sejalan dengan era desentralisasi, eksistensi program dan


kelembagaan keluarga berencana nasional di daerah mengalami masa-
masa kritis. Sesuai dengan Keppres Nomor 103 Tahun 2001, yang
kemudian diubah menjadi Keppres Nomor 09 Tahun 2004 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen menyatakan bahwa
sebagian urusan di bidang keluarga berencana diserahkan kepada
pemerintah kabupaten dan kota selambat-lambatnya Desember 2003.
Hal ini sejalan dengan esensi UU Nomor 22 Tahun 1999 (telah diubah
menjadi Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004). Dengan demikian
tahun 2004 merupakan tahun pertama Keluarga Berencana Nasional
dalam era desentralisasi.

Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan


Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, yang telah disahkan pada
tanggal 29 Oktober 2009, berimplikasi terhadap perubahan
kelembagaan, visi, dan misi BKKBN. Undang-Undang tersebut
mengamanatkan perubahan kelembagaan BKKBN yang semula adalah
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional menjadi Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Visi BKKBN adalah
“Penduduk Tumbuh Seimbang 2015” dengan misi “mewujudkan
pembangunan yang berwawasan kependudukan dan mewujudkan
keluarga kecil bahagia sejahtera”. Untuk mencapai visi dan misi tersebut,
BKKBN mempunyai tugas dan fungsi untuk melaksanakan pengendalian
penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana sebagaimana
diamanatkan dalam Pasal 56 Undang-Undang tersebut di atas. Dalam
rangka pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


37 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

berencana di daerah, pemerintah daerah membentuk Badan


Kependudukan dan Keluarga Berencana Daerah yang selanjutnya
disingkat BKKBD di tingkat provinsi dan kabupaten dan kota yang dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya memiliki hubungan fungsional
dengan BKKBN (pasal 54 ayat 1 dan 2).

Peran dan fungsi baru BKKBN diperkuat dengan adanya Peraturan


Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh Atas
Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
Pemerintah Non Kementerian; Peraturan Kepala BKKBN Nomor
82/PER/B5/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi dan
Peraturan Kepala BKKBN Nomor 92/PER/B5/2011 tentang Organisasi
Tata Kerja Balai Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga
Berencana, sehingga perlu dilakukan perubahan/penyesuaian terhadap
Renstra BKKBN tentang Pembangunan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional Tahun 2010-2014 meliputi penyesuaian untuk
beberapa kegiatan prioritas dan indikator kinerjanya.

Pasca Reformasi Kepala BKKBN telah mengalami beberapa pergantian:


Pada Periode Kabinet Persatuan Indonesia, Kepala BKKBN dirangkap
oleh Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan yang dijabat oleh
Khofifah Indar Parawansa.

Setelah itu digantikan oleh Prof. Dr. Yaumil C. Agoes Achir pada tahun
2001 dan meninggal dunia pada akhir 2003 akibat penyakit kanker dan
yang kemudian terjadi kekosongan.

Pada tanggal 10 November 2003, Kepala Litbangkes Departemen


Kesehatan dr. Sumarjati Arjoso, SKM dilantik menjadi Kepala BKKBN

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


38 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

oleh Menteri Kesehatan Ahmad Sujudi sampai beliau memasuki masa


pensiun pada tahun 2006. Setelah itu digantikan oleh Dr. Sugiri Syarief,
MPA yang dilantik sebagai Kepala BKKBN pada tanggal 24 Nopember
2006.

Sebagai tindak lanjut dari UU 52/2009 tentang Perkembangan


Kependudukan dan Pembangunan Keluarha Sejahtera, di mana BKKBN
kemudian direstrukturisasi menjadi badan kependudukan, bukan lagi
badan koordinasi, maka pada tanggal 27 September 2011 Kepala
BKKBN, Dr. dr. Sugiri Syarief, MPA akhirnya dilantik sebagai Kepala
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN).

Pada tanggal 13 Juni 2013 akhirnya Presiden Susilo Bambang


Yudhoyono menetapkan mantan Wakil Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Prof. Fasli Jalal sebagai Kepala Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

Pada masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo, pada tanggal 26 Mei


2015 Presiden melantik dr Surya Chandra Surapaty, MPH., Ph.D sebagai
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.
Setelah itu untuk mengisi kekosongan, Menteri Kesehatan melantik
Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan Kemenko PMK
sebagai plt. Kepala BKKBN dr. Sigit Priohutomo, MPH hingga memasuki
purna tugas pada tanggal 1 Januari 2019.

Pada tanggal 1 Juli 2019 Presiden Joko Widodo melantik dr Hasto


Wardoyo, Sp.OG(K) sebagai Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN), yang sebelumnya menjabat sebagai
Bupati terpilih di Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


39 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

2. Organisasi BKKBN (Visi, Kebijakan, Strategi, Bentuk/ Struktur)


Dinamika perubahan kebijakan BKKBN sejak tahun 1970 hingga
sekarang mengalami perubahan-perubahan. Perubahan yang dimaksudkan
untuk mencapai Visi BKKBN. Di Era 1980, Visi BKKBN adalah Norma Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera. Dinamika perjalanan BKKBN sejak tahun 1970
hingga sekarang melalui pada perubahan-perubahan secara bertahap. Dahulu
BKKBN adalah Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional yang
mempunyai Visi Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS).
UU No. 10 tahun 1992 dimana tujuan organisasi tidak hanya
menurunkan tingkat fertilitas, tetapi lebih jauh lagi, yaitu untuk
memberdayakan keluarga dalam rangka mewujudkan Keluarga Sejahtera.
Kemudian terjadi perubahan strategis dimana di era otonomi daerah, sesuai
dengan Keputusan Presiden No. 9 tahun 2004, Program Bangga Kencana
pada tingkat Kabupaten/ Kota, sebagai bagian dari pelaksanaan
desentralisasi. Penyuluh Kelurga Berencana (PKB) diserahkan pengelolaan
dan pembinaannya kepada Pemerintah Daerah. Peran PKB tetap
melaksanakan prongram Bangga Kencana di lini lapangan. Nomenklatur
OPDKB ditingakt Kabupaten/ Kota juga mengalami perubahan sesuai dengan
kebijakan Pemerintah Daerah masing-masing.
Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, memiliki tugas
untuk melaksanakan Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan
Pembangunan Keluarga (KKBPK) dan nomenklatur BKKBN menjadi Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), namun belum
diikuti nomenklatur OPDKB ditingkat Kabupaten/ Kota. Visi BKKBN adalah
mewujudkan Penduduk Tumbuh Seimbang dan Keluarga Berkualitas.
Penyuluh KB, setelah kembali menjadi pegawai BKKBN Pusat pada
tahun 2018, jumlah PKB tinggal 15.000 dan hanya sebagian yang bisa lulus
ujian sertifikasi PKB. Dapat tergambar bahwa kondisi PKB pada umumnya:

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


40 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

wawasan program Bangga Kencana belum sepenuhnya difahami;


keterampilan manajerial masih sangat tergantung pada pola operasional
baku; kemampuan operasional belum sepenuhnya mengikuti perkembangan
program Bangga Kencana; motivasi kerja sangat tergantung kepada
pembinaan atasan; bobot kepemimpinan masih belum menonjol. Dengan
kondisi tersebut, maka perlu adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan
PKB dengan memberikan pembinaan, pendidikan dan pelatihan sesuai
dengan kebutuhan PKB itu sendiri.
Akhir tahun 2019 BKKBN mengemas dan memperkenalkan istilah
Program KKBPK menjadi Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan
dan Keluarga Berencana atau yang disingkat menjadi Bangga Kencana.
Perubahan nama dari KKBPK menjadi Bangga Kencana tersebut bertujuan
untuk memudahkanpenyebutan program, yang seringkali agak sulit untuk
diucapkan. Peletakan kata Pembangunan Keluarga di depan menunjukan
bahwa BKKBN merupakan lembaga yang ingin memberikan manfaat kepada
seluruh keluarga Indonesia. Selain itu, BKKBN harus dapat mewujudkan
keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara kuantitas, kualitas, dan
persebaran penduduk dan lingkungan hidup, serta meningkatkan kualitas
keluarga agar dapat timbul rasa tenteram dan harapan masa depan yang lebih
baik atau mandiri dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan
batin.
Struktur BKKBN juga mengalami banyak perubahan, terdapat direktorat
sudah dihapuskan (contoh: Direktorat Bina Kualitas Lingkungan Keluarga dan
Pusat Pelatihan Gender) dan terdapat penambahan pada tingket Kedeputian
beserta tingkat direktoratnya (Kedeputian Pengendalian Penduduk dan
Direktorat dibawahnya). Adapun Struktur Organisasi BKKBN adalah sebagai
berikut:

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


41 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

Gambar 3.1. STRUKTUR ORGANISASI BKKBN

Di pertengahan Bulan Januari tahun 2020, Badan Kependudukan dan


Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memiliki wajah baru. BKKBN baru
telah mengalami metamorfosis dengan re-branding. Bukan hanya logo saja
yang di re-branding, tetapi juga tagline, jingle dan nama program mengalami
perubahan. Logo BKKBN yang semula merupakan ikon yang terdiri dari bapak,
ibu dan dua orang anak yang saling berpegangan tangan, yang berada
dibawah naungan lengkungan berwarna biru muda, bermetamorfosis menjadi
lambang cinta yaitu hati. Bentuk ini merepresentasikan, awal sebuah
perencanaan berasal dari kasih sayang keluarga dan keharmonisan keluarga,
yang didukung dengan lingkungan yang selalu mendukung. Demikian pula
tagline yang semula “Dua anak cukup” berubah menjadi “Berencana Itu
Keren,” dan nama program yang semula “Program KKBPK” diubah
menjadi “Program Bangga Kencana” serta jingle terbaru BKKBN, meski

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


42 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

masih menggunakan lagu Mars KB yang lama tetapi di tata dan di aransemen
ulang dengan aransemen yang lebih kekinian.
Re-branding adalah cara baru BKKBN untuk menguatkan relevansinya
dengan generasi baru zaman now, yaitu generasi remaja (Millenial dan
Zillenial). BKKBN adalah lembaga yang sangat strategis untuk menyiapkan
generasi baru yang unggul, agar Indonesia menjadi lebih maju. Menyiapkan
generasi yang unggul harus by design, dan di sinilah pentingnya perencanaan.
Di sinilah pentingnya Generasi Berencana (Genre). Genre ini menjadi
pahlawan bagi teman-teman sebaya. Generasi Berencana akan membawa
rebranding BKKBN akan lebih berwarna. Genre harus menjadi garda terdepan
dalam mengkampanyekan program-program BKKBN dengan jingle, logo, dan
tagline yang baru. Tentu hal ini dilakukan karena BKKBN ingin terus relevan
dengan masyarakat. Zaman berubah, tantangan pun berbeda dari masa ke
masa.
Berbagai isu strategis yang menjadi suatu bentuk perubahan organisasi
yang berkembang di Indonesia saat ini dan perlu mendapat perhatian dalam
merumuskan arah kebijakan, strategi, serta kebijakan program/kegiatan pada
Renstra BKKBN 2020-2024 diantaranya adalah:

a. Bonus Demografi
Pembangunan Indonesia dalam periode tahun 2020-2024 ditujukan
untuk membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya
saing, yaitu SDM yang sehat dan cerdas, adaptif, inovatif, terampil, dan
berkarakter. Untuk mencapai tujuan tersebut, kebijakan pembangunan
diarahkan diantaranya melalui peningkatan produktivitas angkatan kerja, serta
peningkatan kualitas anak, perempuan dan pemuda. Salah satu faktor penentu
terciptanya struktur penduduk yang diinginkan adalah pengendalian angka
kelahiran total/total fertility rate (TFR). Selama lima tahun terakhir, TFR
mengalami penurunan dari 2,41 anak per WUS (Wanita Usia Subur) 15-49

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


43 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

tahun (SP 2010) menjadi 2,40 (SDKI 2017), dan data terakhir menunjukkan
pada angka menjadi 2,38 (Survei RPJMN/SKAP 2018). Dalam jangka waktu
yang relatif panjang, angka kelahiran ini menjadi salah satu penentu struktur
penduduk. Struktur penduduk Indonesia saat ini ditandai meningkatnya
proporsi penduduk usia produktif. Kondisi ini membuka peluang bagi Indonesia
untuk mendapatkan bonus demografi (demographic dividend) dengan salah
satu prasyarat yang harus terpenuhi, yakni tersedianya SDM yang berkualitas
dan berdaya saing. Struktur penduduk seperti ini harus dijaga dan
dimanfaatkan dengan baik. Salah satunya adalah dengan tetap menjaga TFR
pada level tertentu, dan bonus demografi
juga merupakan salah satu situasi yang harus dimanfaatkan lintas sektor
pembangunan.

b. Aging Population
Perubahan struktur umur penduduk Indonesia yang secara perlahan
semakin “menua” merupakan salah satu dampak pengendalian TFR dan
perbaikan status kesehatan. Jumlah dan proporsi lansia di Indonesia akan
mengalami peningkatan yang lebih cepat dibandingan dengan negara-negara
yang telah mengalami aging sebelumnya. Saat ini pengelolaan penduduk
kelompok lansia masih sangat mengandalkan pada keluarga dan komunitas.
Keterbatasan kemampuan keluarga dalam mengelola kualitas hidup lansia
akan menjadikan lansia semakin rentan, dan potensi permasalahan yang akan
muncul akibat penduduk yang mulai menua (aging population) ini akan
berdampak pada berbagai sektor pembangunan apabila kelompok usia lansia
tidak mendapatkan perhatian dan intervensi yang tepat.

a. Pendekatan Siklus Hidup Berbasis Perencanaan Hidup Berkeluarga


Kebijakan pembangunan manusia dilakukan berdasarkan pendekatan siklus
hidup dan inklusif, termasuk memperhatikan kebutuhan penduduk usia lanjut

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


44 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

maupun penduduk penyandang disabilitas. Narasi ini, bahkan akan lebih


komprehensif apabila dimulai dari gagasan perencanaan dari tahap pra
berkeluarga (perencanaan kehidupan berkeluarga), merencanakan keinginan
untuk memiliki anak termasuk jumlah anak yang dikehendaki, proses
kehamilan yang merupakan fase yang juga penting dalam proses tumbuh
kembang anak, 1.000 Hari Pertama Kehidupan (periode yang dimulai sejak
terbentuknya janin dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun), pendidikan
anak usia dini (pra sekolah) sampai dengan usia sekolah, remaja dengan
berbagai pendekatannya dalam penyiapan generasi bangsa
yang bekualitas menuju usia produktif/bekerja serta perhatian terhadap
kelanjutusiaan (seluruh tahapan kehidupan), dan

b. Satu Data Kependudukan


Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 39 Tahun
2019 tentang Satu Data Indonesia. Kebijakan Satu Data Indonesia adalah
kebijakan tata kelola data pemerintah untuk menghasilkan data yang akurat,
mutakhir, terpadu dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Disatu
sisi, Pendataan Keluarga (PK) yang menjadi tugas dan kewenangan BKKBN,
harus dapat diintegrasikan dengan data sektor lain, seperti Sensus Penduduk
(SP), serta Data Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil), sehingga dapat
terwujud satu data yang lengkap baik guna mendukung perencanaan,
pemantauan, evaluasi dan pengendalian pembangunan nasional, maupun
untuk mendukung operasionalisasi program/kegiatan Bangga Kencana di lini
lapangan.
Untuk menjamin dukungan BKKBN terhadap upaya pencapaian Visi,
Misi dan Janji Presiden 2020-2024 dan Prioritas Pembangunan Nasional yang
tertera dalam RPJMN 2020-2024, serta untuk memastikan Visi, Misi dan
Tujuan BKKBN yang telah ditetapkan dapat tercapai, diperlukan suatu ukuran
keberhasilan atas seluruh Program dan Kegiatan Prioritas yang dilakukan

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


45 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

dalam bentuk Sasaran Strategis. Dalam Renstra BKKBN 2020-2024


ditetapkan Sasaran Strategis yang harus dicapai sebagai berikut:
a. Menurunnya Angka Kelahiran Total/Total Fertility Rate (TFR) dapat
mencapai 2,26 pada tahun 2020 dan ditargetkan menjadi 2,1 pada 2024.
b. Meningkatnya Angka Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi Modern/Modern
Contraceptive Prevalence Rate (mCPR) 61,78 persen pada tahun 2020 dan
ditargetkan menjadi 63,41 persen pada tahun 2024.
c. Menurunnya kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi/UnmetNeed 8,6
persen pada tahun 2020 dan ditargetkan menjadi 7,4 persen pada 2024.
d. Menurunnya Angka Kelahiran Menurut Kelompok Umur 15-19 tahun/Age
SpecificFertilityRatio (ASFR) 15-19 tahun, dengan target 25 per-1.000
kelahiran pada tahun 2020 dan ditagetkan menjadi 18 per1.000 kelahiran
pada 2024.
e. Meningkatnya Indeks Pembangunan Keluarga (iBangga) sebesar 53,57
pada tahun 2020 serta ditargetkan menjadi 61,00 pada tahun 2024.
f. Meningkatnya Median Usia Kawin Pertama (MUKP) dari 21,9 tahun pada
2020 dan menjadi 22,1 tahun pada 2024.
Sebagaimana tertera sebelumnya, seluruh Sasaran Strategis diatas
dirumuskan guna mencapai Visi, Misi dan Tujuan BKKBN. Agar upaya
pencapaian Visi, Misi, dan Tujuan tersebut dapat tetap terukur, maka BKKBN
menggunakan Indikator Dampak “Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP)”. LPP
merupakan indikator yang upaya pencapaiannya harus secara komprehensif
melibatkan lintas sektor/bidang serta harus dikoordinasikan dengan baik oleh
Pemerintah Indonesia. Target LPP dalam Renstra BKKBN 2020-2024 ini
mengacu pada Proyeksi Penduduk Indonesia 2015-2045 dengan interval 5
(lima) tahunan, yang disusun pada tahun 2018 oleh Badan Pusat Statistik
(BPS), Kementerian PPN/Bappenas, dan UNFPA. Ditetapkan target LPP
dalam periode 2015-2020 dapat mencapai 1,11 persen, dan diharapkan
penurunan LPP dapat mencapai 0,95 persen selama periode 2020-2025.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


46 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

3. Kedudukan Penyuluh KB
Kedudukan Penyuluh KB di BKKBN mengalami perubahan, perubahan
tersebut juga mempunyai dampak terhadap capaian program Bangga
Kencana. Penyuluh KB yang berada di lini lapangan mempunyai peran
sebagai Pelaksana, Manajer dan Leader dalam pelaksanaan program Bangga
Kencana.
Kemudian terjadi perubahan strategis dimana di era otonomi daerah,
sesuia dengan Keputusan Presiden No. 9 tahun 2004, Program Bangga
Kencana pada tingkat Kabupaten/ Kota, sebagai bagian dari pelaksanaan
desentralisasi. Penyuluh Kelurga Berencana (PKB) diserahkan pengelolaan
dan pembinaannya kepada Pemerintah Daerah. Peran PKB tetap
melaksanakan prongram Bangga Kencana di lini lapangan. Sehingga
Penyuluh KB merupakan SDM milik Pemerintah Daerah dan BKKBN sebagai
pemakainya.
Pada saat di era otonomi daerah ini terdapat banyak peralihan jabatan
Penyuluh KB. Penyuluh KB diberikan jabatan baru (ada yang menjadi Camat,
Sekcam, Kepala Dinas, dll), sehingga jumlah Penyuluh KB menurun.
Semenjak era desentralisasi, BKKBN telah kehilangan banyak
Penyuluh KB. Pada waktu awal era desentralisasi tahun 2003, BKKBN
menyerahkan Penyuluh KB dan Petugas Lapangan KB sekitar 40.000 orang
kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Namun, pada Mei 2017 jumlah
PKB/PLKB secara nasional menurun drastis dan hanya tersisa sebanyak
15.458 pegawai. Hal itu terjadi akibat melemahnya komitmen Kepala Daerah
dan perbedaan penafsiran hampir di semua pemerintah daerah dalam
pengelolaan program KB di wilayahnya, serta motivasi yang turun akibat
penghargaan yang minim
Berkurangnya Penyuluh KB tersebut selain pensiun juga karena
posisinya ditempatkan oleh kepala daerah kedinas lain, yang tidak berkaitan

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


47 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

dengan kependudukan. Idealnya satu Penyuluh KB mengelola satu desa.


Namun saat ini banyak Penyuluh KB yang mengelola lebih dari satu desa
bahkan ada yang mengelola satu kecamatan atau malah satu kabupaten.
Dengan kondisi Penyuluh KB yang terjadi di lapangan seperti diatas maka
mengakibatkan kurang optimalnya program. Memperhatikan kondisi program
Keluarga Berencana yang seperti tidak terarah di bawah Pemerintah Daerah,
maka Pemerintah Pusat memutuskan untuk melakukan alih kelola Penyuluh
KB, yang sebelumnya merupakan PNS Daerah, dikembalikan menjadi PNS
Pusat. Hal ini sesuai dengan Undang Undang No. 23 tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah yang mengamanatkan bahwa Pengelolaan Penyuluh
KB dan Petugas Lapangan KB menjadi wewenang Pemerintah Pusat
(BKKBN, 2017).
Dengan kembalinya PKB/PLKB menjadi PNS Pusat, BKKBN
mempunyai pekerjaan rumah yang besar dalam pengelolannya. Undang-
undang Nomor 23 tahun 2014 mengamanatkan bahwa hanya PKB/PLKB saja
yang dialihkelolakan ke Pemerintah Pusat, sementara Organisasi Pemerintah
Daerah (OPD) yang menangani masalah KKBPK tidak ikut dialihkelolakan
dan tetap di bawah Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Hal ini membuat
struktur organisasi yang menangani Program KKBPK menjadi unik, karena
PKB/PLKB yang tempat tugasnya ada di Kecamatan langsung berada di
bawah Perwakilan BKKBN Provinsi, sementara OPD yang menangani
program KKBPK di Kabupaten/Kota berperan mendayagunakan PKB/PLKB.
Selain itu, selama PKB/ PLKB berada di bawah Pemerintah Daerah
Kabupaten/ Kota, kontribusi kinerja PKB/PLKB mengalami penurunan karena
sulit untuk dipantau, dinilai dan dianalisa. Keadaan ini berdampak pada
pencapaian program KKBPK yang terjadi stagnansi angka kelahiran anak per
wanita selama lebih dari satu dekade, yaitu rentang tahun 2002 sampai
dengan 2012. Paska dialihkelolakan Penyuluh KKBPK menjadi PNS Pusat,
penataan kinerja Penyuluh KKBPK dijadikan agenda prioritas oleh BKKBN.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


48 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

Pemerintah mengharapkan kinerja Penyuluh KKBPK menjadi lebih terukur


dan terencana dan mempunyai kontribusi yang maksimal bagi pencapaian
program KKBPK. Perubahan yang terjadi pada lingkungan Instansi
Pemerintah saat ini terkait dengan Manajemen Pegawai Negeri Sipil (PNS)
yang dituntut untuk semakin menonjolkan sifat profesionalisme. Hal ini sesuai
amanat Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
yang kemudian diperkuat dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah
Nomor 11 tahun 2017 tentang Manajemen PNS. Penyuluh KB yang
merupakan Jabatan Fungsional Tertentu PNS yang telah menjadi PNS Pusat
juga dituntut untuk bersikap profesional dalam bekerja. Saat ini pemerintah
juga sedang mengembangkan teknologi informasi untuk dimanfaatkan
pekerjaan ASN baik dalam melayani masyarakat maupun untuk mendukung
pekerjaan ASN agar semakin cepat dan efektif. Instansi Pemerintah sudah
banyak yang menggunakan Manajemen Kinerja berbasis teknologi informasi
untuk menukur kinerja pegawainya. BKKBN merupakan salah satu badan
pemerintah yang telah melakukan reformasi birokrasi. Sebagai Instansi yang
telah melakukan reformasi birokrasi, BKKBN telah menerapkan standar
kinerja yang bisa diukur dan menerima tunjangan kinerja bagi pegawainya.
Untuk mengukur kinerja pegawai BKKBN saat ini telah ada aplikasi bernama
SIVIKA. Indicator untuk pengukuran kinerja di BKKBN adalah 80 persen
absensi dengan memakai fingerprint dan 20 persen kinerja yang dilaporkan
setiap hari melalui aplikasi sivika.
Setelah PKB dan PLKB bergabung otomatis mereka juga
mendapatkan hak yang sama menerima tunangan kinerja. Namun dalam
menetukan indikator penghitungan kinerja berbeda dengan pegawai BKKBN
yang ada di kantor. Hal ini disebabkan kedudukan Penyuluh KB yang ada di
tingkat kecamatan. Untuk menyediakan mesin absensi fingerprint di tingkat
kecamatan akan membutuhkan biaya yang sangat besar. BKKBN belum
mampu untuk mewujudkan hal tersebut. Oleh karena itu indikator penilaian

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


49 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

untuk PKB diukur 100 persen dari kinerja. Dengan pembagian 40 persen
untuk kegiatan penyuluhan dan 60 persen kegiatan non penyuluhan.
Sedangkan untuk aplikasi pelaporannya tidak bisa disamakan dengan aplikasi
SIVIKA karena adanya perbedaan indikator penghitungan kinerja. Maka
BKKBN mengeluarkan inovasi baru berupa aplikasi di smartphone bernama
evisum. Perbedaan lainnya antara aplikasi sivika dan evisum adalah aplikasi
evisum dilengkapi adamya fitur titik koordinat GPS yang bisa mengetahui
posisi PKB sedang berada dimana. Hal ini dilakukan karena Penyuluh KB
merupakan Pegawai yang hampir sebagian pekerjaannya ada di lapangan,
mereka banyak menghabiskan waktu melakukan pekerjaan di luar kantor.
Diharapkan dengan evisum setiap kegiatan Penyuluh KB di lapangan dapat
terpantau. Penyuluh KKBPK secara resmi diwajibkan membuat laporan E-
Visum per 1 Januari 2018. Semenjak aplikasi ini digunakan, ternyata sejumlah
masalah dilaporkan telah terjadi, baik masalah teknis maupun non teknis.
Persentase pencapaian kinerja masih jauh dari memuaskan. Bahkan Provinsi
Papua Barat rata-rata pencapaian kinerja hanya 25,7 persen. Yang paling
tinggi rata-rata pencapaian kinerja adalah Provinsi Jawa Timur sebesar 86,8
persen. Sementara rata-rata Nasional adalah 67,2 persen. Rata-rata
pencapaian Provinsi Banten tahun 2018 adalah 64,8 persen. Di bawah rata-
rata nasional dan di bawah capaian beberapa provinsi di luar jawa. Padahal
Provinsi Banten secara geografis terletak di pulau jawa yang secara
infrastruktur telekomunikasi sudah lebih baik daripada di luar jawa. Selain
permasalahan belum tercapainya target kinerja, masalah teknis juga
dikeluhkan oleh Penyuluh KB saat melakukan pengisian laporan E-Visum di
Lapangan. Masalah yang sering terjadi adalah sebagai berikut : 1. Gagal
Sinkronisasi (Code : JSON) 2. Gagal dapatkan server 3. Please Waiting 4.
Titik GPS tidak mendeteksi 5. Titik GPS diluar Lokasi 6. Kegiatan hilang di E-
Visum 7. Kegiatan kembali sedang berjalan 8. Kegiatan tidak ada direkap 9.
Hitungan kegiatan tidak sesuai.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


50 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

Dengan adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada Penyuluh KB


baik secara jumlah maupu kualitas kinerjanya. Maka Anda selaku Penyuluh
KB hendaknya dapat meningkatkan kinerjanya dengan menerapkan
pengelolaan perubahan dalam melaksanakan program Bangga Kencana di
lini lapangan.

4. Program
Sesuai hasil SDKI 2002, SDKI 2007 dan SDKI 2012, bahwa TFR
Indonesia masih stagnan pada 2,6. Sesuai SDKI 2012 ini, Contraceptive
Prevalency Rate all method masih 61,9 %, dan CPR Modern masih 57,9 %.
Sedangkan hasil SKI 2017 bahwa TFR berada pada angka 2,4, sementara
CPR modern mencapai 57,2 %. Sementara untuk mencapai PTS diperlukan
TFR =2,1 dan NRR = 1. TFR = 2,1 berarti wanita selama masa suburnya
mempunyai anak 2 sampai dengan 3 saja. Dan NRR = 1 adalah Jumlah anak
yang dilahirkan seorang ibu hanya 1 orang perempuan untuk menggantikan
peran ibu setelah dewasa nanti. Dari capaian yang diperoleh sesuai hasil
SDKI ini, maka seluruh unsur dan elemen BKKBN harus berusaha lebih keras
lagi.
Program-program yang telah dilaksanakan BKKBN itu mengalami
perubahan yang disesuaikan dengan kondisi yang ada. Pada tahun 1980an
terdapat prgoram kegiatan Safari KB, dimana pada saat itu terjadi banyak
sekali pemasangan IUD, namun KIEnya belum terlalu terbuka, sehingga
terdapat pulan banyak komplikasi. Sehingga berikutnya BKKBN menyusun
Kurikulum Pelatihan Teknis KIE Alat Kontrasepsi. Dan mengembangkan
Kurikulum KIP/ Konseling bagi Provider dan Penyuluh KB agar pelaksanaan
pelayanan KB sesuai dengan hak-hak klien.
Program yang dikembang dimasa Orde Baru antara lain: TNI
Manunggal KB KES (TMKK), Kesatuan Gerak PKK KB KES dan program
kegiatan momentum ini sangat efektif dalam upaya pencapaian PB dan PA

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


51 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

utamanya MKJP dan kegiatan tersebut masih terlaksana hingga saat ini,
namun agak terkendala dengan adanya pandemi Covid-19.
Pada tahun 1990 an terdapat program Bangga Suka Desa yaitu upaya
BKKBN dalam turut serta pengentasan kemiskinan, dimana program
Pendataan Keluarga masih menunjukan angka Keluarg Pra Sejahtera dan
Sejahtera I masih tinggi.
BKKBN juga mengembangkan program Ketahanan Keluarga, yaitu
Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR), Bina Keluarga
Lansia (BKL), Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA)
yang berubah menjdai Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera
(UPPKS) dan sekarang berubah lagi menjadi UPPKA. Terdapat pula program
Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK R). Kemudian dikembangkan
juga program Lansia Tangguh, program Generasi Berencana (Genre).
Pada tanggal 14 Januari 2016, Kampung KB dicanangkan oleh
Presiden RI, Bapak Joko Widodo di Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat.
Program Kampung Keluarga Berencana merupakan upaya pemerintah
secara kemitraan dengan suluruh masyarakat, lintas sektor dan mitra kerja
untyuk membangun kampung yang nota bene pencapaian hasil
pembangunan secara keseluruhan masih rendah. BKKBN menjadi leading
sector pada program Kampung KB, namun pelaksanaannya adalah program
Pembangan Nasional. OPDKB dan seluruh Dinas yang ada akan turut serta
membatu minimal 1 program di Kampung KB sesuai dengan kebutuhan
Kampung KB tersebut. Seiring perjalanan waktu, nama Kmpung Keluarga
Berencana diubah menjadi Kampung Keluarga Berkualitas.
Di pertengahan Bulan Januari tahun 2020, Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memiliki wajah baru. BKKBN baru
telah mengalami metamorfosis dengan re-branding. Bukan hanya logo saja
yang di re-branding, tetapi juga tagline, jingle dan nama program mengalami
perubahan. Logo BKKBN yang semula merupakan ikon yang terdiri dari bapak,

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


52 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

ibu dan dua orang anak yang saling berpegangan tangan, yang berada
dibawah naungan lengkungan berwarna biru muda, bermetamorfosis menjadi
lambang cinta yaitu hati. Bentuk ini merepresentasikan, awal sebuah
perencanaan berasal dari kasih sayang keluarga dan keharmonisan keluarga,
yang didukung dengan lingkungan yang selalu mendukung. Demikian pula
tagline yang semula “Dua anak cukup” berubah menjadi “Berencana Itu
Keren,” dan nama program yang semula “Program KKBPK” diubah
menjadi “Program Bangga Kencana” serta jingle terbaru BKKBN, meski
masih menggunakan lagu Mars KB yang lama tetapi di tata dan di aransemen
ulang dengan aransemen yang lebih kekinian.
Re-branding adalah cara baru BKKBN untuk menguatkan relevansinya
dengan generasi baru zaman now, yaitu generasi remaja (Millenial dan
Zillenial). BKKBN adalah lembaga yang sangat strategis untuk menyiapkan
generasi baru yang unggul, agar Indonesia menjadi lebih maju. Menyiapkan
generasi yang unggul harus by design, dan di sinilah pentingnya perencanaan.
Di sinilah pentingnya Generasi Berencana (Genre). Genre ini menjadi
pahlawan bagi teman-teman sebaya. Generasi Berencana akan membawa
rebranding BKKBN akan lebih berwarna. Genre harus menjadi garda terdepan
dalam mengkampanyekan program-program BKKBN dengan jingle, logo, dan
tagline yang baru. Tentu hal ini dilakukan karena BKKBN ingin terus relevan
dengan masyarakat. Zaman berubah, tantangan pun berbeda dari masa ke
masa.
Tahun 2021, BKKBN menggelar program Pendataan Keluarga 2021
dimana seperti biasa akan mendata seluruh warga negara Indonesia, didata
secara kependudukan, keikutsertaan ber KBnya, tingkat kesejahteraan
keluarga dan ada tambahan formulir tentang data stunting. Pada tahun 2021,
Presiden telah memberi mandat kepada BKKBN untuk menjadi leading sector
pencegahan dan penangan stunting.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


53 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

Seluruh perubahan program yang dilakukan oleh BKKBN merupakan


upaya penyesuaian dengan perubahan situasi dan kondisi dari waktu ke waktu
sebagai bentuk upaya krestif dan inovatif dalam percepatan pencapaian Visi
BKKBN.

B. Perubahan Eksternal
1. Sosial Budaya Masyarakat
Perubahan masyarakat menurut Alvin Toffler, seorang sosiolog dan
futurologist, melalui trilogi bukunya: Future Shock (1970), The Third Wave
(1980) dan Power Shift (1991) menguraikan terjadinya pergeseranpergeseran
tata kehidupan manusia yang bersifat struktural dan sering kali menyebabkan
kejutan kultural (cultural shock) bagi siapa saja yang tidak siap
menghadapinya. Dalam salah satu bukunya “The Third Wave – Gelombang
Ketiga” Toffler membagi tahap perkembangan manusia ke dalam tiga
gelombang perubahan yaitu gelombang pertama era pertanian (agrarian era),
gelombang kedua era industri (industrial era) dan gelombang ketiga era pasca
industri atau sering dikenal pula sebagai era informasi (post industrial, atau
information era). Pergeseran dari gelombang satu ke gelombang yang lain
selalu ditandai oleh perubahan atau tepatnya lompatan besar yang
menyebabkan karakteristik pada satu era berbeda dengan karakteristik era
lainnya.
Perubahan-perubahan seperti yang dikatakan Toffler, bermula dari
inovasi-inovasi yang dilakukan oleh sebagian kecil kelompok masyarakat
(Lenski & Lenski, 1987). Sudah hampir pasti inovasi ini kemudian ditiru,
merembet dan dikembangkan kelompok-kelompok masyarakat lain dan
hasilnya adalah inovasi-inovasi baru yang lebih baik. Inovasi yang terus
bergulir ini pada akhirnya, secara gradual, menyebabkan kemajuan pada
sekelompok masyarakat tertentu. Jika di satu sisi ada kelompok masyarakat
lebih maju pasti di sisi lain ada kelompok masyarakat yang tertinggal yaitu

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


54 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

kelompok masyarakat yang tidak inovatif. Secara makro perbedaan dua


kelompok masyarakat ini berakibat pada keberagaman antar kelompok
masyarakat. Bagi kelompok yang lebih maju, inovasi selain mengakibatkan
perubahan dan kemajuan, secara alami juga berakibat pada peningkatan dan
variasi kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu sangat wajar jika kelompok
masyarakat ini terus berusaha untuk memperkuat eksistensinya dan tidak
jarang pula berupaya untuk mendominasi kelompok masyarakat lain
Di dunia termasuk Indonesia terjadi Perkembangan teknologi informasi
yang berkaitan langsung dengan masyarakat sehingga membentuk wacana
publik. Kebudayaan Indonesia yang merupakan perkawinan dari seluruh
kebudayaan nasional mengalami proses interaksi dan akulturasi dalam waktu
yang panjang sehingga membentuk kebudayaan baru. Teknologi membantu
dan memberikan kemudahan dalam berbagai aspek kehidupan manusia dan
meningkatkan produktivitas, tetapi juga menimbulkan persoalan atau dampak
bagi kebudayaan itu sendiri. Memicu tingkat perubahan dan pergeseran pola
hidup dari pola yang mengandalkan komunikasi langsung dengan komunikasi
menggunakan media, tergesernya kearifan lokal dalam kontek adat serta
kebudayaan lebih luas.
Di era kemajuan teknologi informasi saat ini, sudah merubah sosial
budaya masyarakat Indonesia. Kebudayaan asing tidak hanya dari dunia
barat namun juga pengaruh dari negara Jepang, India dan Korea telah masuk
dalam kehidupan masyarakat. Bahkan tidak saja anak-anak remaja yang
mudah dipengaruhi, seperti meniru gaya artis K-Pop, bahkan orangtuanya
juga ikut-ikutan mengikuti gaya K-Pop juga. Lalu siapakah yang masih bisa
mengenalkan budaya bangsa Indonesia yang terkenal adi luhung (budaya
yang bernilai tinggi).
Demikian juga, upaya BKKBN yang telah melembagakan Norma
Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Namun sesuai
perkembangan waktu TFR dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2012

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


55 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

mengalami stagnan pada angka 2,6. Hal ini seolah menunjukkan bahwa
BKKBN kinerjanya kurang bagus, meskipun tahun 2017 TFR sudah turun
menjadi 2,4.
Coba kita lihat acara infotaintment, baik di televisi atau di media sosial
lainnya, bahwa artis yang nota bene sebagai public figur, jika diwawancarai
ingin punya anak berapa, menjawabnya 5 orang dan bahkan ada yang seperti
Keluarga Halilitar yang terkenal itu, ingin punya anak 11 orang. Hal-hal seperti
ini sangat meracuni kampanye BKKBN yang selama ini membangun
kepercayaan masyarakat bahwa mempunyai anak 2 itu akan menjadi lebih
sehat dengan penjelasan dari sisi kesehatan ibu dan anak.
Tidak hanya tayangan-tayangan budaya, tapi juga isu human right yang
membuat masyarakat merasa mempunyai anak itu urusan pribadi bukan
urusan pemerintah.
Namun dengan kejadian seperti ini, kita tak boleh menyerah, kita harus
tanggap dan harus selalu kreatif untuki menyampai KIE yang efektif dengan
membuat atau mengembangan Media KIE efektif dengan membuat Video
yang bisa di Upload di Media Sosial seperti Youtube, Instagram dan
Facebook, WhatsApp dan lain-lainnya. Dan ini harus dilakukan secara
serentak, bersama-sama agar tayangan yang ada di seluruh sosial media
terdapat KIE tentang alkon MKJP, Penundaan Usia Nikah perempuan 21
tahun, 2 Anak Lebih Sehat. Dan misalkan saja 10,.000 orang PKB meng-
upload video KIE kreatif efekti tentang Program Bangga Kencana dan di share
ke seluruh sosial media dan dibaca oleh masyarakat, bukan mustahil jika
sloga 2 Anak lebih sehat akan melembaga di seluruh warga negara Indonesia
khususnya seluruh keluarga di Indonesia.

2. Kebijakan Pemerintah
Kebijakan Pemerintah juga mengalami perubahan-perubahan sesuai
dengan eranya. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


56 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

Pemerintahan Daerah (UU Nomor 32 Tahun 2004) definisi otonomi daerah


sebagai berikut: “Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.” UU Nomor 32 Tahun 2004 juga mendefinisikan daerah otonom
sebagai berikut: “Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang
berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Semenjak era desentralisasi, BKKBN telah kehilangan banyak Penyuluh
KB. Pada waktu awal era desentralisasi tahun 2003, BKKBN menyerahkan
Penyuluh KB dan Petugas Lapangan KB sekitar 40.000 orang kepada
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Namun, pada Mei 2017 jumlah
PKB/PLKB secara nasional menurun drastis dan hanya tersisa sebanyak
15.458 pegawai. Hal itu terjadi akibat melemahnya komitmen Kepala Daerah
dan perbedaan penafsiran hampir di semua pemerintah daerah dalam
pengelolaan program KB di wilayahnya, serta motivasi yang turun akibat
penghargaan yang minim.
Nomenklatur OPDKB ditingak Kabupaten/ Kota menjadi bermacam-
macam sesuai kebutuhan dan kepentingan daerah. Urusan KB disatukan
dengan Pemberdayaan Perembuan dan Kesehatan. Urusan KB disatukan
dengan Catatan sipil, dan berbagai macam nomenklatur, sehingga
pelaksanaan program Bangga Kencana tidak bisa fokus terlebih tenaga
Penyuluh KB semakin berkurang karena digunakan daerah untuk menempati
jabatan lainnya. Sehingga dampak dari perubahan ini capaian TFR stagnan
dari tahun 2002 samai dengan 2012.
Keputusan Presiden No. 9 tahun 2004, Program Bangga Kencana
pada tingkat Kabupaten/ Kota, sebagai bagian dari pelaksanaan

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


57 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

desentralisasi. Penyuluh Kelurga Berencana (PKB) diserahkan pengelolaan


dan pembinaannya kepada Pemerintah Daerah. Peran PKB tetap
melaksanakan prongram Bangga Kencana di lini lapangan. Nomenklatur
OPDKB ditingakt Kabupaten/ Kota juga mengalami perubahan sesuai dengan
kebijakan Pemerintah Daerah masing-masing.
Pada tahun 2018, kedudukan PKB mengalami perubahan,
pengelolaan dan pembinaannya diberikan kembali ke BKKBN Pusat. Jadi
PKB menjadi pegawai BKKBN Pusat, namun menggunakan adalah
Pemerintah Daerah di Kabupaten/Kota yang dibina oleh Perwakilan BKKBN
tingkat Provinsi. Sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 tahun 2018 tentang Jabatan Fungsional
Penyuluh Keluarga Berencana dan Peraturan Badan Kepegawaian Negara
No. 24 tahun 2018 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Jabatan
Fungsional Penyuluh Keluraga Berencana serta Peraturan Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Republik Indonesia Nomor
19 tahun 2018 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional
Penyuluh Keluarga Berencana, jabatan fungsional PKB adalah jabatan yang
mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang untuk
melakukan pelaksanaan kegiatan terkait Program Kependudukan, Keluarga
Berencana dan Pembangunan Keluarga yang selanjutnya disebut dengan
Program Bangga Kencana.
Dengan berbagai perubahan kebijakan pemmerintah baik pusat dan
daerah, sangat mempengaruhi pelaksanaan dan pencapaian program
Bangga Kencana.

3. Pandemi Covid-19

Setahun sudah Indonesia menghadapi pandemi Covid-19. Selama


periode tersebut telah lebih dari 1.419.455 masyarakat Indonesia terpapar

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


58 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

Covid-19, 137.912 dalam perwatan, 1.243.117 sembuh dan 38.426 (sumber:


kawalcovid19, per 15 Maret 2021). Kehidupan sosial pun berubah, sehingga
seluruh masyarakat mau tidak mau harus bisa beradaptasi.
Jika menilik ke belakang, Coronavirus Disease 19 atau Covid-19 yang
menjadi cikal bakal pandemi ini pertama kali muncul di Wuhan, Tiongkok, pada
Desember 2019. Penyebabnya adalah virus corona jenis baru yang disebut
SARS Cov-2. Virus ini menyerang saluran pernapasan dan menyebabkan
penyakit infeksi saluran pernapasan.
Dalam tempo yang tergolong singkat, virus ini menyebar ke berbagai
daerah lainnya di Tiongkok, kemudian ke negara-negara lain. Setelah hampir
2 bulan menjadi wabah, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 30 Januari
2020 pun menyatakan darurat global terhadap virus corona. Pada saat itu,
Covid-19 sudah menyebar luas ke banyak negara. Di Indonesia, kasus
pertama Covid-19 terkonfirmasi pada 2 Maret 2020. Hanya dalam tempo 8
hari, yakni pada tanggal 10 April 2020, penyebarannya telah meluas di 34
provinsi di Indonesia.
Sebagai upaya pengendalian terhadap penyebaran Covid-19,
pemerintah menerapkan kebijakan pembatasan sosial. Salah satunya
kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diatur dalam
Peraturan Pemerintah No. 21/2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala
Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19. Kemudian, kebijakan
PSBB itu diturunkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 9/2020 tentang
Pedoman PSBB.
Kegiatan PSBB menegaskan kembali tentang pembatasan-pembatasan
aktivitas sosial. Hal itu dikarenakan Covid-19 tergolong mudah menular,
khususnya melalui interaksi yang dekat antar orang ke orang. Selain di Jakarta,
pelaksanaan PSBB dilakukan hampir di kota-kota besar di Indonesia. Pada
masa PSBB, masyarakat diimbau untuk tidak bepergian, kecuali jika sangat
diperlukan. Hal ini terutama berlaku di tempat-tempat umum yang berpotensi

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


59 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

menimbulkan keramaian seperti pusat perbelanjaan, transportasi publik,


tempat peribadatan, juga fasilitas kesehatan.
Pada masa pembatasan ini, fasilitas layanan kesehatan pun
mengurangi layanan kesehatan pasien umum (pasien non Covid-19) agar
fokus dalam memberikan layanan pandemi Covid-19 serta untuk mengurangi
risiko penularan di fasilitas kesehatan. Masa adaptasi kebiasaan baru,
masyarakat harus segera menyesuaikan. Penerapan 5 M, yaitu mencuci
tangan dengan sabun dan air mengalir, memakai masker, menjaga jarak,
mengurangi mobilitas dan menghindari kerumunan.
Tidak dapat dipungkiri situasi ini berdampak besar pada kehidupan
masyarakat, terutama perekonomian. Oleh karena itu, pemerintah berusaha
mencari alternatif dengan melakukan relaksasi PSBB secara bertahap untuk
bisa menyelamatkan ekonomi. Inisiatif inilah yang lebih dikenal dengan masa
adaptasi kebiasaan baru. Masa adaptasi kebiasaan baru diartikan sebagai
perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal di tengah
pandemi. Masa adaptasi kebiasaan baru ini dapat didefinisikan sebagai suatu
tatanan baru yang memungkinkan masyarakat hidup "berdampingan" dengan
Covid-19.
Masyarakat dapat melaksanakan aktivitasnya seperti biasa, tetapi
dengan mengikuti protokol kesehatan, demi menghindari penularan virus dan
penyebaran Covid-19.
Dengan adanya Pandemi Covid-19 ini Penyuluh KB juga harus patuh
pada protokol kesehatan saat melaksanakan program Bangga Kencana di lini
lapangan. Pertemuan hanya dibatasi jumlah yang hadir, harus menyiapkan
tempat cuci tangan, menyiapkan handysanitizer, memakai masker dan menjga
jarak.
Di era digital ini Penyuluh KB hendaknya dapat mengambil insiatif
bagaimana melakukan komunikasi baik dengan tokoh formal, tokoh non
formal, PPKBD, Sub PPKBD dan Kader Poktannya dengan menggunakan

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


60 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

handphone berbasis android, misalnya dengan telepon, WhatsApp, facebook,


Instagram, telegram.
Penyuluh KB juga harus kreatif dan inovatif, misalnya dengan membuat
media KIE berupa video, dimana banyak terdapat aplikasi pengeditan video.
Dan bisa diunggah di sosial media atau aplikasi yang sudah dikemabangkan
oleh BKKBN, yaitu Aplikasi SiLili Keren BKKBN.
Dengan kondisi pandemi Covid-19 ini, jangan sampai capaian program
Bangga Kencana tidak tercapai, namun dengan kterobosan baru, dengan
kreatifitas dan inovasi, Penyuluh KB tetap dapat mempunyai kinerja yang
bagus.

C. Rangkuman
Perubahan lingkungan strategis Organisasi BKKBN adalah perubahan
yang terjadi baik Internal maupun aksternal.

Dalam perubahan lingkungan strategis internal organisasi BKKBN, kita


bisa mempelajari: sejarah BKKBN dari periode perintisan (1950an – 1966),
periode keterlibatan pemerintah dalam program KB Nasional (1966 – 1969),
periode Pelita I (1969 – 1974), periode Pelita II (1974 – 1979), periode Pelita
III (1979 – 1983), periode Pelita IV (1983 – 1988), periode V (1988 – 1993),
periode Pelita VI (1993 – 1998), perode Pasca Reformasi. Kemudian kita
mempelajari perubahan yang pada organisasi BKKBN yang meliputi
perubahan visi, kebijakan dan strategi serta bentuk/ struktur organisasi
BKKBN. Selain itu kita juga mempelajari perubahan Kedudukan Penyuluh KB
yang secara langsung melaksanakan program Bangga Kencana di lini
lapangan. Dan tak kalah penting kita juga mempelajari perubahan program
yang ada di BKKBN agar dapat belajar dari capaian yang telah diperoleh
sehingga kita dapat memperbaiki dengan mengelola perubahan dengan selalu

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


61 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

kreatif dan inovatif dalam melaksanakan program Bangga Kencana agar dapat
berkontribusi pada percepatan pencapaian Visi BKKBN.

Perubahan lingkungan strategis eksternal organisasi BKKBN meliputi:


sosial budaya masyarakat, kibajakan pemerintah (baik pusat maupun daerah)
dan Pandemi Covid-19. Seluruh perubahan lingkungan strategis organisasi
BKKBN baik internal maupun eksternal dimaksudkan agar kita selalu waspada
dan dapat menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berubah sehingga
menjadi individu yang kreatif dan inovatif dalam melaksanakan program
Bangga Kencana. Tetap berkinerja tinggi sehingga mempunyai kontribusi
dalam percepatan pencapaian Visi BKKBN.

D. Latihan
Jawablah pertanyaaan di bawah ini dengan baik dan benar!
1. Uraian sejarah BKKBN secara singkat!
2. Apa saja perubahan lingkungan strategis internal organisasi
BKKBN?
3. Apa saja perubahan lingkungan strategis eksternal organisasi
BKKBN?
4. Sapa manfaat dari perubahan lingkungan strategis organisasi
BKKBN? Bagimana menyikapi perubahan tersebut?

E. Test Formatif
Untuk mengevaluasi hasil belajar Anda, maka jawablah pertanyaan-
pertanyaan dibawah ini.
1. NKKBS kependekan dari:
a. Norma Keluarga Kecil Berbagi Sejahtera
b. Norma Keluarga Kecil Berbudaya Sejahtera
c. Norma Keluarga Kecil Berusaha Sejahtera

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


62 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

d. Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera


e. Norma Keluarga Kecil Bahagia Sentosa
2. Program Kependudukan yang dikembangkan di Kampung KB adalah:
a. Rumah Buku dan Pojok Kependudukan
b. Perputakaan keliling dan Pojok Kependudukan
c. Rumah Baca dan Pojok Kependudukan
d. Daftar Data dan Pojok Kependudukan
e. Dokumen kegiatan dan Pojok Kependudukan
3. UPPKA kependekan dari:
a. Usaha Peningkatan Pendapatan Kesejahteraan Akseptor.
b. Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor
c. Usaha Peningkatan Pendekatan Kesejahteraan Akseptor
d. Usaha Peningkatan Pendekatan Keluarga Akseptor
e. Usaha Peningkatan Pendekatan Kesehatan Akseptor
4. Perubahan Lingkungan Strategis Organisasi BKKBN terdiri dari:
a. Perubahan Peraturan dan Perubahan Kebijakan
b. Perubahan Teknologi dan Perubahan Budaya
c. Perubahan Kebijakan dan Perubahan Strategi
d. Perubahan Perencanaan dan Perubahan Tujuan
e. Perubahan Internal dan Perubahan Eksternal
5. Dimasa Pandemi Covid-19 kita harus menerapkan protokol kesehatan
5M, yaitu:
a. Mencuci tangan dengan sabun dan air, memakai masker,
menyimpan masker setelah dipakai, menjaga jarak, dan
menghindari kerumunan
b. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, memakai masker,
menjaga jarak, memupuk bakat dan menghindari kerumunan
c. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, memakai masker,
menjaga jarak, mencuci baju dan menghindari kerumunan

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


63 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

d. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, memakai masker,


menjaga jarak, membuang sampah dan menghindari kerumunan
e. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, memakai masker,
menjaga jarak, mengurangi mobilitas dan menghindari kerumunan

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


64 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

BAB IV
PKB SEBAGAI BAGIAN DARI ORGANISASI PEMBELAJARAN DALAM
MENGHADAPI PERUBAHAN

Indikator Hasil Belajar:

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan dapat


menjelaskan bahwa PKB sebagai bagian dari organisasi pembelajaran
dalam menghadapi perubahan dengan memahami peran PKB dalam
Program Bangga Kencana dan BKKBN sebagai Organisasi
Pembelajaran dalam mengahadapi perubahan.

A. Peran PKB dalam Program Bangga Kencana


Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga
Berencana (Bangga Kencana) merupakan salah satu sektor pembangunan
Nasional yang dalam perjalanannya sejak tahun 1970 kemudian mengalami
perubahan dengan adanya UU No. 10 tahun 1992 dimana tujuan organisasi
tidak hanya menurunkan tingkat fertilitas, tetapi lebih jauh lagi, yaitu untuk
memberdayakan keluarga dalam rangka mewujudkan Keluarga Sejahtera.
Kemudian terjadi perubahan strategis dimana di era otonomi daerah,
sesuia dengan Keputusan Presiden No. 9 tahun 2004, Program Bangga
Kencana pada tingkat Kabupaten/ Kota, sebagai bagian dari pelaksanaan
desentralisasi. Penyuluh Kelurga Berencana (PKB) diserahkan pengelolaan
dan pembinaannya kepada Pemerintah Daerah. Peran PKB tetap
melaksanakan prongram Bangga Kencana di lini lapangan.
Sesuai UU Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, maka nomenklatur instansi
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) berubah menjadi
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Visinya adalah
mewujudkan Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS) dan Keluarga Berkualitas.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


65 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

Sesuai hasil SDKI 2002, SDKI 2007 dan SDKI 2012, bahwa TFR Indonesia
masih stagnan pada 2,6. SDKI 2012, Contraceptive Prevalency Rate all
method masih 61,9 %, Dan CPR Modern masih 57,9 %. Sedangkan hasil SKI
2017 bahwa TFR berada pada angka 2,4, sementara CPR modern mencapai
57,2 %. Sementara untuk mencapai PTS diperlukan TFR=2,1 dan NRR = 1.
TFR = 2,1 berarti wanita selama masa suburnya mempunyai anak 2 sampai
dengan 3 saja. Dan NRR = 1 adalah Jumlah anak yang dilahirkan seorang ibu
hanya 1 orang perempuan untuk menggantikan peran ibu setelah dewasa
nanti. Jadi untuk mencapai TFR menjadi 2,1 perlu adanya upaya lebih keras
lagi dari seluruh jajaran BKKBN termasuk PKB sebagai pelaksana, manajer
dan leader dalam pelaksanaan Program Bangga Kencana di lini lapangan.
Pada tahun 2018, kedudukan PKB mengalami perubahan,
pengelolaan dan pembinaannya diberikan kembali ke BKKBN Pusat. Jadi
PKB menjadi pegawai BKKBN Pusat, namun menggunakan adalah
Pemerintah Daerah di Kabupaten/Kota yang dibina oleh Perwakilan BKKBN
tingkat Provinsi.
Sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 21 tahun 2018 tentang Jabatan Fungsional
Penyuluh Keluarga Berencana dan Peraturan Badan Kepegawaian Negara
No. 24 tahun 2018 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Jabatan
Fungsional Penyuluh Keluraga Berencana serta Peraturan Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Republik Indonesia Nomor
19 tahun 2018 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional
Penyuluh Keluarga Berencana, jabatan fungsional PKB adalah jabatan yang
mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang untuk
melakukan pelaksanaan kegiatan terkait Program Kependudukan, Keluarga
Berencana dan Pembangunan Keluarga yang selanjutnya disebut dengan
Program Bangga Kencana.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


66 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

Pejabat fungsional Penyuluh Keluarga Berencana yang selanjutnya


disebut PKB adalah PNS yang memenuhi kualifikasi dan standar kompetensi
serta diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh
pejabat yang berwenang untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan,
pelayanan, penggerakan dan pengembangan program Bangga Kencana.
Dalam pelaksanaan program Bangga Kencana di lini lapangan, PKB
harus melaksanakan tugas secara profesional yang sekurang-kurangnya
memiliki 3 (tiga) kompetensi, yaitu Manajerial, Sosio Kultural dan Teknis.
Setelah kembali menjadi pegawai BKKBN Pusat pada tahun 2018, jumlah
PKB tinggal 15.000 dan hanya sebagian yang bisa lulus ujian sertifikasi PKB.
Dapat tergambar bahwa kondisi PKB pada umumnya: wawasan program
Bangga Kencana belum sepenuhnya difahami; keterampilan manajerial
masih sangat tergantung pada pola operasional baku; kemampuan
operasional belum sepenuhnya mengikuti perkembangan program Bangga
Kencana; motivasi kerja sangat tergantung kepada pembinaan atasan; bobot
kepemimpinan masih belum menonjol.
Dengan kondisi tersebut, maka perlu adanya peningkatan
pengetahuan, keterampilan PKB dengan memberikan pembinaan, pendidikan
dan pelatihan sesuai dengan kebutuhan PKB itu sendiri.

B. BKKBN sebagai Organisasi Pembelajaran (Learning Organization)


dalam menghadapi Perubahan
BKKBN telah mengembangkan sistem Organisasi Pembelajaran dalam
rangka menjamin keberlangsungan dan keberhasilan program Bangga
Kencana. Seluruh SDM antara lain Pejabat Struktural, Pejabat Fungsional
Tertentu, Pejabat Fungsional Umum termasuk tenaga kontrak harus bekerja
dengan pemikiran yang sama yaitu bekerjasama untuk mencapai visi BKKBN
mewujudkan Penduduk Tumbuh Seimbang dan Keluarga Berkualitas.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


67 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

PKB merupakan salah satu dari SDM unsur pejabat Fungsional


Tertentu yang harus mampu mengemban tugas sesuai Permenpan dan RB
Nomor 21 tahun 2018 dimana PKB merupakan jabatan yang mempunyai
ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang untuk melakukan
pelaksanaan kegiatan terkait Program Kependudukan, Keluarga Berencana
dan Pembangunan Keluarga yang selanjutnya disebut dengan Program
Bangga Kencana.
Sesuai data dari aplikasi E-Visum selama tahun 2020, Jumlah PKB
yang melakukan kegiatan kegiatan penyuluhan dan non penyuluhan
mendapatkan kinerja minimal 76% setiap bulannya. Artinya dalam
pelaksanaan unsur penyuluhan, pelayanan, penggerakan dan
pengembangan program Bangga Kencana, PKB perlu ditingkatkan lagi
kinerjanya dengan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
harus disadari oleh diri sendiri dan tidak hanya tergantung pada pembinaan
dari atasannya.

1. Sistem Organisasi Pembelajaran


BKKBN selaku organisasi pembelajaran, maka PKB sebagai salah satu
SDM yang berada dilini lapangan harus selalu tanggap dan sigap dalam
menghadapi permasalahan utamanya dengan perubahan- perubahan yang
terjadi. PKB dalam mengelola perubahan yang ada maka diperlukan
pendekatan organisasi pembelajaran (Learning Oraganization).
Sebagai suatu sistem Organisasi Pembelajaran merupakan pendekatan
untuk mendorong seiap individu SDM dalam suatu organisasi untuk mau
belajar agar mampu mengembangkan kapasitasnya secara berkelanjutan
dalam mewujudkan visi organisasi, dalam hal ini mewujudkan Penduduk
Tumbuh Seimbang dan Keluarga Berkualitas.Faktor kontinuitas ini sangat
krusial sekali karena perubahan perilaku baik individu maupun organisasi
sebagai dampak pembelajaran yang membutuhkan waktu tertentu. Proses

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


68 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

pembelajaran tersebut dilaksanakan dalam suatu sistem organisasi


pembelajaran yang komponennya saling terkait dan berhubungan (system-
linked learning organization) satu sama lainnya.
Sesuai Michael J. Marquardt (2001), BKKBN dikembangkan menjadi
organisasi pembelajaran dengan memperhatikan 5 (lima) sub sistem yang
berkaitan sangat erat dan saling mendukung satu sam lainnya seperti terlihat
pada gambar dibawah ini:
Gambar 4.1. Organisasi Pembelajaran Sebagai Sistem

Kelima Sub Sistem ini dibagi dalam:


a. Sub Sistem Inti, yaitu: Pembelajaran
b. Sub Sistem Pendukung, yaitu: Organisasi, Manusia, Pengetahuan
dan Teknologi.
Sub-sistem Pembelajaran (learning) merupakan inti dari suatu
Organisasi Pembelajaran. Dimensi belajar ini merasuk kedalam 4 sub-sistem
yang lain. Belajar merupakan proses yang terjadi pada individu, kelompok dan
organisasi. Kemampuan (skills) pembelajaran. Oleh Peter Senge disebutkan
sebagai The Fifth Discipline, yaitu System Thinking, Mental Models, Personal

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


69 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

Mastery, Team Learning, Shared Vision. Dan untuk mengoptimalkan


efektifitas suatu organisasi pembelajaran diperlukan Dialogue.
Sub-sistem pendukung dibutuhkan untuk meningkatkan dan
menyempurnakan kualitas dan dampak dari pembelajaran. Ke-empat sub-
sistem tersebut merupakan elemen-elemen yang sangat diperlukan untuk
mengembangkan, mempertahankan, menjaga kalangsungan proses belajar
dan produktifitas dalam suatu organisasi pembelajaran. Kelima sub-sistem
tersebut secara dinamis saling berhubungan dan saling melengkapi. Bila satu
sub-sistem lemah atau tidak berfungsi sama sekali, maka efektifitas keempat
sub sistem lainnya akan sangat berkurang.

a. Sub Sistem Pembelajaran (Learning Subsystem)


Sub sistem pembelajaran meliputi tingkat (level) proses belajar dan
jenis (type) proses belajar yang sangat penting bagi Organisasi
Pembelajaran. Mari kita perhatikan gambar sub sistem pembelajaran
sebagai berikut:
Gambar 4.2. Sub-Sistem Pembelajaran

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


70 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

1) Tingkat proses belajar (levels of learning)


Terdapat 3 (tiga) proses belajar dalam saru organisasi
pembelajaran, yaitu:
a) Proses belajar secara individu
Proses belajar individu merujuk pada peningkatan
pengetahuan, pmahaman, keterampilan, perubahan
perilaku dan nilai-nailai yang diperlukan yang dilakukan
oleh seseorang melalui belajar sendiri (self study),
technology-based instructions (petunjuk-petunjuk yang
berbasis teknologi), pendalaman dan pengamatan
terhadap substansi yang sedang dipelajari.
b) Proses belajar kelompok (Team Learning)
Proses belajar kelompok dimaksudkan untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
kompetensi yang dilakukan melalui kelompok. Proses
belajarv kelompok biasanya dilakukan untuk Sali tukar
dan menularkan berbagai pengalaman, sehingga
pengetahuan setiap anggota dalam kelompok sama.
c) Proses belajar melalui organisasi (Organizational
Learning)
Proses belajar ini menunjukkan usaha untuk
meningkatkan kemampuan intelektual dan produktifitas
yang diperoleh melalui komitmen organisasi (pimpinan)
yang luas dan kesempatan untuk melakukan perbaikan
secara berkelanjutan. Proses belajar ini berbeda dengan
proses belajar individu dan proses belajar kelompok.
Pertama, proses belajar melalui organisasi ini terjadi
melalui berbagai pengetahuan, pemahaman yang
mendalam, dan Mental Models dari anggota-anggota

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


71 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

organisasi. Kedua, proses belajar melalui organisasi


dibangun berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
masa lalu, yaitu catatan organisasi yang dibuat
berdasarkan mekanisme institusi, seperti kebijaksanaan,
strategi dan model-model tertentu yang dipergunakan
untuk mempertahankan engetahuan. Dapat disimpulkan
bahwa proses belajar melalui organisasi merupakan
suatu keterampilan dan kemampuan mengambangkan
dan memanfaatkan pengetahuan melalui interkasi dalam
organisasi.
2) Jenis proses pembelajaran (types of learning)
Ada beberapa jenis atau cara belajar yang cocok dan
bermanfaat bagi Organisasi Pembelajaran. Sungguhpun,
masing-masing jenis berbeda, namun seringkali terdapat
tumpang tindaih dan saling melengkapi antar proses
pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, terjadinya
pembelajaran biasanya lebih dari satu jenis pembelajaran.
Selain kedua jenis pembelajaran substantif atau pemecahan
masalah (Gharajedaghi) dan pembelajaran peningkatan kualitas
hubungan antar orang dalam organisasi (Maturana), terdapat
lima jenis pembelajaran yang lain sebagai berikut:
a) Proses pembelajaran adaptif (adaptive learning) adalah
proses pembelajaran dengan menggunakan pengalaman
dan refleksi (pemahaman)
b) Proses pembelajaran antidipasif (anticipatory learning)
adalah proses memperoleh pengetahuan untuk
kepentingan waktu yang akan datang (pendekatan visi-
aksi-refleksi)

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


72 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

c) Proses pembelajaran generatif (generative earning)


adalah pembelajaran yang ditumbuhkan melalui proses
refleksi (reflection), analisa (analysis) atau kreatifitas
(creativity)
d) Proses pembelajaran karena ada temuan baru (deutero
learning) adalah pembelajaran yang muncul karena
adanya temuan baru yang didapat dari pengalaman
masa lalu. Proses belajar ini disebut juga “learning about
learning” . Selain itu dikenal pula proses pembelajaran
dengan umpan balik tunggal (single loop), umpan balik
ganda (double loop) dan umpan balik banyak (multi loop)
e) Proses Pembelajaran yang berorientasi pada
aksi/kegiatan (action learning) menyangkut pemahaman
atas masalah-masalah yang sesungguhnya dengan
mempergunakan rumus L (learning) = P (existing
programme/ knowledge/ pengetahuan tentang program
saat ini) + Q (questioning insight) atau analisa inti
masalah.
3) Lima Keterampilan Pembelajaran
Menurut Peter Senge terdapat 5 (lima) disiplin pokok
pembelajaran yang diperlukan untuk mewujudkan Organisasi
Pembelajaran. Sedangkan menurut Michael J. Marquqrdt
disamping yang lima tadi ditambah dengan disiplin keenam yaitu
Dialog.
a) System Thinking (Berfikir sistem)
Merupakan tonggak konseptual yang mendasari semua
disiplin dalam Organisasi Pembelajaran. Berfikir sistem
sangat terkait dengan pergeseran pola pikir (shift of mind)
dari cara pandang yang parsial menuju cara pandang

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


73 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

yang lebih bersifat holistik, melihat fenomena secara


keseluruhan sehingga penekanannya lebih terfokus
kepada kerangka pikir yang saling berkaitan
(interconnectedness).
Berfikir sistem juga merupakan paradigma yang tidak
hanya memberikan penekanan kepada suatu pola
perubahan (pattern of change), melainkan kepada cara
pikir yang dinamis dan sistemik. Oleh karena itu,
organisasi yang dibangun dengan pola berfikir sistem
akan mampu melihat pola perubahan secara
keseluruhan dengan pandangan bahwa segala usaha
manusia saling berkaitan, saling mempengaruhi dan
membentuk sinergi.
b) Mental Models (Model Mental)
Mental Models merupakan jendela kaca dari mana kita
melihat dan jendela tersebut harus selalu kita bersihkan
agar kita dapat beradaptasi dengan fenomena
disekeliling kita. Memtal Models dapat diartikan sebagai
asumsi yang mendalam, generalisasi ataupun
pandangan yang mempengaruhi bagaimana manusia
memahami duani realita disekelilingnya dan bagaimana
manusia mengambil tindakan. Manusia sering tidak
sadar akan Mental Models yang dimilikinya ataupun
pengaruh Mental Models terhadap perilakunya. Inquery
(keingintahuan) dan Advocacy (Advokasi) merupakan
salah satu strategi untuk perubahan Mental Models.
Dengan strategi ini Mental Models akan muncul
kepermukaan dan orang yang bersangkutan akan
mampu berdiskusi secara produktif melalui keterbukaan.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


74 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

c) Personal Mastery (Kepawaian Pribadi)


Personal Mastery secara sederhana dapat diartikan
sebagai kemampuan individu untuk berkembang dalam
menguasai dan memahami aspek tertentu. Seorang yang
memiliki Personal Mastery yang cukup tinggi dapat
secara konsisten mewujudkan apa yang ia inginkan.
Orang tersebut melakukannya dengan tekun melalui
proses pembelajaran yang mereka lakukan sendiri
secara terus menerus.
Personal Mastery merupakan suatu disiplin yang secara
terus menerus mengklarifikasi dan memperdalam visi
dengan melihat realitas secara obyektif dan dengan jalan
memfokuskan energi dan mengembangkan
kesabarannya. Unsur ini merupakan aspek yang esensial
dari Organisasi Pembelajaran. Manusia yang memiliki
Personal Mastery yang tinggi mempunyai karakteristik
yang positif. Mereka memiliki komitmen yang tinggi
terhadap tujuan yang melatar belakangi visinya. Individu
yang memiliki karakteristik yang demikian melihat visi
sebagai panggilan bukan hanya sekedar pemikiran yang
cemerlang.
d) Team Learning (Pembelajaran Tim)
Team Learning merupakan kekuatan yang vital di dalam
mewujudkan Organisasi Pembelajaran. Pembelajaran
Tim pada dasarnya merupakan proses peningkatan
kapasitas tim sehingga tercipta hasil-hasil yang
merupakan perwujudan dari keinginan dan kerjasama
setiap individu dalam tim. Oleh karena itu pengertian tim
tersebut mengandung makna sekelompok manusia yang

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


75 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

bekerjasama sebagai satu kesatuan yang utuh, saling


mempercayai, saling menghargai dan menjunjung tinggi
kelebihan yang ada pada tim sehingga sesama anggota
tim dapat saling mengisi dan berkontribusi demi
terwujudnya hasil kerja tim yang diinginkan.
Dengan demikian Team Learning berkaitan dengan
keerampilan dan kahlian individu secara pemikiran
individu. Melalui Team Learning juga akan tumbuh rasa
kebersamaan dan kepemilikan yang kuat dimana
masing-masing individu akan berinteraksi menyalurkan
energinya demi terciptanya kesamaan tujuan, visi dan
pemahaman diantara individu. Team Learning akan
berjalan secara optimal apabila terlaksana diskusi dan
dialog yang efektif antara individu yang berada dalam tim.
e) Shared Vision (Visi Bersama)
Shared Vision (visi bersama) merupakan visi yang
dibentuk dari visi individu dengan tujuan agar visi
organisasi itu merupakan cerminan dari visi masing-
masing pribadi. Visi bersama sangat vital di dalam
Organisasi Pembelajaran karena visi dapat memberikan
energi sehingga dapat fokus dalam proses belajar.
Visi bersama tidak hanya penting pada waktu awal
pembentukan organisasi sebagai pedoman, tetapi juga
selama kehidupan organisasi. Visi bersama perlu terus
dipelajari dan dikaji ulang, oleh karena kehidupan
organisassi sangat dipengaruhi oleh perubahan eksternal
organisasi. Kekuatn visi pribadi diperoleh dari kepedulian
individu, sedangkan kekuatan visi bersama diperoleh dari
kepedulian bersama.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


76 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

Kelima disiplin atau Fidth Discipline perlu dihayati dan


dikembangkan sebagai suatu kesatuan yang utuh,
sehingga dapat diwujudkan didalam tindakan sehari-hari
dalam suatu Organisasi Pembelajaran. Keterpaduan
kelima disiplin tersebut dapat dicapai melalui suatu
proses dialog yang merupakan disiplin tambahan dalam
mewujudkan Organisasi Pembelajaran.
f) Dialogue (Dialog)
Dialog mengandung makna kemampuan mendengar dan
berkomunikasi yang efektif diantara manusia. Dialog
memerlukan penjajagan secara bebas dan kreatif
tentang masalah-masalah (issues) yang belum jelas,
saling mendengarkan dengan penuh perhatian antara
seseorang dengan orang lainnya dan menghormati
pandangan seseorang. Kemampuan dialog memerlukan
pembelajaran bagaimana memahami pola-pola interaksi/
hubungan dalam tim yang akan mendorong atau
menghalangi proses pembelajaran. Sebagai contoh,
pola-pola mempertahankan pendapat (defensiveness)
seringkali secara mendasar terjadi dan dipraktikkan oleh
sekelompok orang dalam suatu organisasi. Bila tidak
dipahami atau dibiarkan saja, maka kelompok orang atau
organisasi itu akan menghambat proses pembelajaran.
Sebaliknya, bila dikenali dan diangkat kepermukaan
dengan kreatif, maka akan dapat betul-betul
mempercepat proses mengaitkan, menumbuhkan dan
mengkoordinasikan proses pembelajaran dan bekerja di
tempat bekerja. Dalam beberapa referensi, dikatakan
pula bahwa dialog merupakan inti dari team learning.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


77 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

b. Sub Sistem Organisasi (Organizational Subsystem)


Sub sistem organisasi mempunyai 4 (empat) dimensi atau komponen
pokok, yaitu: visi; budaya; strategi dan struktur. Hal ini dapat kita lihat
pada gambar sebagai berikut:
Gambar 4.3. Sub-Sistem Organisasi

Budaya (culture) berkaitan dengan niai-nilai (values), kepercayaan


(beliefs), praktik-praktik (practices). Upacara (rituals) dan kebiasaan
(customs) organisasi. Budaya organisasi membantu untuk membentuk
perilaku dan model (fashion) persepsi. Pada Organisasi Pembelajaran,
budaya organisasi merupakan budaya dimana belajar diakui sebagai
sesuatu yang mutlak dan penting bagi keberhasilan organisasi. Belajar
sudah menjadi suatu kebiasaan dan bagian yang utuh dari seluruh
fungsi organisasi. Budaya yang kaya akan dimiliki oleh setiap individu
ini akan menciptakan hubungan-hubungan yang terintegrasi dan
meningkatkan proses pembelajaran melalui penumbuhan nilai-nilai,
seperti kerja tim, pengelolaan secara mandiri, pemberdayaan dan
bertukar pengalaman, gagasan dan ide. Budaya tersebut bertolak
belakang atau berlawanan dengan bentuk organisasi yang tertutup,
kaku dan birokratis.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


78 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

Visi (vision) merupakan harapan suatu organisasi pada masa


mendatang yang disampaikan baik di dalam maupun di luar organisasi.
Pada Organisasi Pembelajaran, visi melukiskan dan mengilustrasikan
gambar/ potret masa depan yang diinginkan organisasi dimana proses
pembelajaran mendorong perubahan secara terus menerus,
menciptakan dan meningkatkan prestasi kerja dan inisiatif-inisiatif
baru.
Startegi (Strategy) berhubungan dengan rencana-rencana kerja,
metodologi, taktik dan langkah-langkah yang akan diterapkan untuk
mencapai tuuan dan visi organisasi. Pada Organisasi Pembelajaran,
strategi tersebut merupakan butir-butir penting yang dapat
mengoptimalkan proses belajar yang diperlukan, penularannya dan
pemenfaatannya pada setiap gerak dan kerja organisasi.
Struktur (structure) meliputi bagian-bagian atau departemen, tingkatan
dan konfigurasi organisasi. Suatu Organisasi Pembelajaran biasanya
mempunyai struktur yang ramping, datar (flat) dan tidak terkotak-kotak
yang akan memaksimalkan hubungan-hubungan, aliran informasi,
pendelegasian tanggung jawab dan kerjasama baik di dalam maupun
di luar organisasi.
c. Sub Sistem Manusia (People Subsystem)
Sub sistem ini mencakup karyawan, manajer, pemimpin, mitra kerja
dan masyarakat. Masing-masing kelompok sangat dibutuhkan bagi
suatu Organisasi Pembelajaran dan semuanya perlu diberdayakan dan
diberikan kesempatan untuk belajar agar saling memberi kontribusi.
Sub sistem manusia dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


79 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

Gambar 4.4. Sub-Sistem Manusia

Karyawan (employees) sebagai peserta diberdayakan dan diharapkan


untuk belajar, merencanakan kompetensi masa depan, melakukan
tindakan dan meningkatkan rasa percaya diri sehingga berani
menanggung risiko dan menyelesaikan masalah.
Manajer dan pimpinan (manahers and leaders) sebagai peserta
pembelajaran mengadakan pelatihan, bimbingan dan peran-peran
panutan atau peneladanan dengan suatu tanggung jawab pokok dalam
menumbuhkan, memotivasi, memfasilitasi dan mondorong serta
meningkatkan kesempatan-kesempatan untuk belajar bagi orang-
orang di lingkungannya.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


80 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

Pelanggan program (client) sebagai peserta belajar berpartisipasi


untuk memberikan pengalaman mereka dalam program dan
mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan bagi kelestarian kesertaan
dalam program, diikutsertakan dalam pelatihan dan diikutsertakan
dalam proses belajar organisasi Suppliers dan Vendors sebagai
peserta pembelajaran dapat menerima dan memberikan kontribusi
dalam meningkatkan fasilitas pembelajaran seperti program-program
instruksional dan sebagainya.
Mitra kerja (alliance and partners) sebagai peserta pebelajaran dapat
memperoleh keuntungan dengan cara berbagi informasi dan
pengetahuan serta keahlian untuk saling meningkatkan pencapaian
masing-masing organisasi.
Kelompok masyarakat sebagai peserta pembelajaran meliputi
kelompok pendidikan, agama, tokoh masyarakat, para dermawan
kelompok pengusaha yang dapat ikut serta dalam memberikan sesuatu
dalam pengelolaan dan keikutsertaan dari proses pembelajaran.

d. Sub Sistem Pengetahuan (Knowledge Subsystem)


Sub Sistem keempat adalah sub sistem pengetahuan. Sub sistem ini
merupakan pengelolaan pengetahuan yang diperlakukan dan
diperoleh dari suatu Organisasi Pembelajaran. Pengelolaan ini meliputi
perolehan (acquisition), penciptaan (creation), pendokumentasian
(storage), penyampaian (transfer) dan pemanfaatan pengetahuan
tersebut. Sub sistem pengetahuan dapat kita lihat pada gambar
sebagai berikut:

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


81 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

Gambar 4.5. Sub-Sistem Pengetahuan

Akuisisi (acquisition) menyangkut pada pengumpulan data dan


informasi yang ada baik di dalam maupun di luar organisasi.
Kreasi (creation) berkaitan dengan pengetahuan baru yang diperoleh
dari dalam organisasi melalui pemecahan masalah dan pendalaman
pemahaman suatu masalah.
Pendokumentasian (storage) meliputi pemberian kode dan
penyimpanan bahan-bahan pengetahuan yang bernilai yang dimiliki
organisasi agar vdapat ditelusuri dengan cepat oleh setiap staf dari unit
manapun setiap waktu.
Penyampaian dan pemanfaatan trasfer and utilization) meliputi arus
penyampaian informasi dan pengetahuan melalui media mekanik,
elektronik dan antar pribadi, baik terencana maupun tidak di dalam
organisasi serta penerapan dan pemanfaatan pengetahuan tersebut
oleh staf.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


82 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

Elemen-elemen pegetahuan suatu Organisasi Pembelajaran selalu


berkembang dan berinteraksi sesamanya, bukan merupakan elemen-
elemen yang berdiri sendiri. Pengumpulan dan penyampaian informasi
dilakukan melalui banyak cara (channel). Setiap cara memiliki
kerangka waktu yang on-line (electronic). Bentuk surat berita melalui
elektronik ini secara sistematis mengumpulkan, menata dan
mendiseminasi pengetahuan yang dipunyai oleh anggota-anggota
organisasi.

e. Sus Sistem Teknologi (Technology Subsystem)


Sub sistem yang kelima adalah sub sistem teknologi. Sub sistem ini
merupakan dukungan jaringan-jaringan teknologi yang terintegrasi
dengan sub sistem yang lain dan alat informasi yang memungkinkan
diperolehnya akses dan pertukaran informasi (bahan, media dan
metoda pembelajaran) sebagai sarana belajar. Sub sistem teknologi ini
meliputi proses-proses teknis, sistem-sistem dan fungsi bagi
terselenggaranya kerjasama, pelatihan, koordinasi dan kemampuan-
kemampuan lainnya. Sub sistem pegetahuan juga mencakup alat-alat
elektronik dan metode-metode mutakhir yang diperlukan untuk
mendukung proses belajar, seperti komunikasi melalui elektronik
(komputer). Kesemua alat ini berfungsi untuk menciptakan dan
memperoleh pengetahuan dengan cepat.
Sub sistem teknologi mempunyai 3 (tiga) komponen pokok.
Komponen-komponen tersebut adalah teknologi informasi, proses
pembelajaran dengan dukungan teknologi dan sistem dukungan
kemampuan kerja elektronik. Sub sistem teknologi dapat kita seperti
gambar berikut ini:

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


83 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

Gambar 4.6. Sub-Sistem Teknologi

Teknologi informasi (information technology) meliputi teknologi


komputer yang dapat mengupulkan, memberi kode, menyimpan dan
menyampaikan informasi lintas organisasi dan lintas dunia. Proses
belajar dengan dukungan teknologi dengan dukungan teknologi
(technology-based learning) menyangkut pemanfaatan video dan
pelatihan multi-media dengan dukungan komputer untuk keperluan
penyampaian dan pertikaran pengetahuan dan keterampilan. Sistem
dengan dukungan kemampuan elektronik elektronic performance
support system – EPPS) memanfaatkan data (text, visual atau video)
dan pengetahuan untuk memahami dan menguasai, menyimpan dan
mendistribusikan informasi ke setiap tingkat organisasi untuk
membantu karyawan untuk mencapai tingkat kinerja yang paling tinggi
dalam waktu yang sesingkat mungkin dengan dukungan orang lain
sesedikit mungkin. EPPS terdiri dari beberapa komponen yang meliputi
pelatihan interaktif, produktifitas dan aplikasi perangkat lunak dan
tenaga ahli serta sistem umpan balik.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


84 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

Saat ini tenologi informasi sudah berkembang pesat dimana internet


sudah membuat semua orang dapat mengetahui informasi apapun
dengan cepat. Bahkan di masa pandemi Covid-19 saat ini, proses
belajar, melakukan seminar, melakukan Komunikasi, Informasi dan
Edukasi (KIE)/ Penyuluhan, Seminar, Pelatihan bisa dilakukan dengan
cara daring (online). Komunikasi bisa dilakukan melalui Sosial Media,
seperti: WhatsApp; Facebook, Instagram, Youtube, Aplikasi (misal:
Website BKKBN (www.bkkbn.go.id), SIMSDM, E-Visum, SiLili Keren
BKKBN. Pembuatan Media pun semakin banyak pilihan aplikasi yang
bisa diunduh di internet. Hanya berbekal Handphone Android pun
semua orang dapat memenuhi kebutuhan, bahkan belanja pun sudah
memakai e-commers sehingga lebih mudah dan tidak perlu pergi dari
rumah.

2. PKB dalam Organisasi Pembelajaran di BKKBN


Kita sudah faham kedudukan PKB di BKKBN dalam pelaksanaan
program Bangga Kencana. PKB yang berada di lini lapangan
mempunyai peran sebagai Pelaksana, Manajer dan Leader dalam
pelaksanaan program Bangga Kencana.
BKKBN sendiri sudah mengalami perubahan-perubahan strategis
secara internal organisasi mulai dari aspek visi, struktur, strategi dan
budaya. Terdapat pula perubahan lingkungan eksternal organisasi yang
begitu dasyat baik secara sosio kultural, teknologi dan kebijakan
Pemerintah Daerah yang sangat mempengaruhi pelaksanaan dan
capaian program Bangga Kencana. Dengan adanya perubahan
lingkungan strategis organisasi BKKBN, maka BKKBN mau tidak mau
harus menjadi Organisasi Pembelajaran sebagai sistem di BKKBN,
dimana PKB merupakan salah satu aspek penting didalamnya. Kita

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


85 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

dapat melihat Organisasi Pembelajaran sebgai sistem di BKKBN


sebagai berikut:

Gambar 4.7. Organisasi Pembelajaran sebagai Sistem di BKKBN

Dari Gambar diatas dapat kita lihat aspek-aspek yang diniliai dari
masing-masing subsistem, yaitu:
a. Dinamika PEMBELAJARAN, baik level individu, grup atau
organisasi.
1) Apakah belajar bagi karyawan sudah merupakan kebutuhan
organisasi.
2) Apakah iklim (situasi dan kondisi) BKKBN sudah kondusif
untuk belajar. Disini dapat dilihat bahwa Pusdiklat KKB,
BKKBN sudah menyiapkan kurikulum pelatihan baik
pelatihan fungsional dan teknis baik melalui daring dan
luring, dan blended. Bahkan BKKBN di Pusat sampai di
Provinsi mempunyai tempat pelatihan yang nyaman dan
didukung dengan beberapa aplikasi dan server yang

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


86 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

mencukupi bagi pelaksanaan pelatihan, seminar dan


kegiatan lainnya.
3) Terdapat forum-forum yang dapat dimanfaatkan untuk
belajar, yaitu sosialisasi, orientasi, pelatihan baik fungsional
dan teknis, seminar, workshop, dialog interaktif dan rapat
koordinasi.
b. Perubahan ORGANISASI BKKBN mulai dari aspek visi, misi,
struktur, strategi dan budaya. Dalam rangka pengembangan
organisasi, perlu kita ketahui hal-hal sebagai berikut:
1) Seluruh pegawai harus memahami tentang visi, misi
organisasi dan pentingnya Organisasi Pembelajaran.
2) Para pemimpin seluruhnya mendukung pelaksanaan
Organisasi Pembelajaran.
3) Situasi dan kondisi harus kondusif dan terdapat komitmen
untuk terus meningkatkan mutu.
4) Organisasi harus dapat belajar dari kegagalan masa lalu.
5) Harus terdapat rewards and punishment terhadap karyawan.
6) Seluruh karyawan mendapat peluang untuk belajar dan
mengembangkan program yang ditangani.
7) Terdapat kebijakan proses saling bertukar pengetahuan dan
pengalaman melalui rotasi jabatan dan on the job learning
system.
8) Memastikan koordinasi bekerja secara baik dan tidak secara
terpisah-pisah atau sendiri-sendiri.
c. Memberdayakan MANUSIA dalam hal ini SDM yang meliputi
karyawan, mitra kerja, klien (SDM organisasi). Dalam hal ini BKKBN
sudah mempunyai Assessment Center, dan melaksanakan
assessment terhadap karyawannya, terutama pada saat ingin
mengetahui potensi karyawan pada saat organisasi membutuhkan

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


87 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

tenaga untuik menduduki jabatan tertentu sebagai persyaratan


pelaksanaan seleksi terbuka dan untuk mengetahui kompetensi
karyawan untuk, sehingga ada analisis dari hasil assessment, apa
saja yang perlu ditingkatkan kemampuan karyawan tersebut
(misalnya, keterampilan komunikasi efektif, sehingga karyawan
tersebut akan diberikan pelatihan komunikasi efektif).
1) Harus terdapat komitmen untuk meningkatkan belajar serta
kinerja seluruh pegawai BKKBN.
2) Adanya pendelegasian wewenan, sehingga terdapat
pemerataan dan kesamaan tanggung jawab dan kapabilitas,
pimpinan dan bawahan bekerja bersama-sama sebagai
mitra untuk belajar dan menyelesaikan masalah organisasi.
Pimpinan melakukan coaching, mentoring dan facilitating.
3) Pimpinan harus memberikan peluang kepada bawahan
untuk belajar dan apakah ada pertukaran informasi dan
saling belajar dengan klien, masyarakat dan mitra kerja.
d. Manajemen PENGETAHUAN yang berkaitan dengan kebutuhan,
penciptaan, penyimpanan, penyampaian dan pemanfaatan. Harus
terdapat analisis tentang pelaksanaan pencarian informasi dan
peningkatan pengetahuan para karyawan terhadap kemajuan
kinerja organisasi, serta akses terhadapsistem informasi baik
secara internal atau eksternal organisasi.
1) Organisasi hendaknya mengembangan pelatihan tentang
berfikir kreatif dan menciptakan kegiatan untuk saling
bertukar pengetahuan dan keterampilan.
2) Melakukan pertukaran pengalaman dalam unit kerja.
3) Melakukan pengembangan strategi dan mekanisme yang
baru dalam rangka proses pertukaran pengetahuan dan
pembelajaran.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


88 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

4) Terdapat dukungan dari organisasi untuk unit-unit yang


melakukan kegiatan-kegiatan yang selalu mengembangkan
pengetahuan baru melalui penyediaan kesempatan belajar.
e. Aplikasi TEKNOLOGI yang ada di BKKBN. BKKBN mempunyai
beberapa Aplikasi dalam menunjang kelancaran dalam administrasi
kepegawaian (SIM SDM, SIVIKA, SIPP, Presensi Online) dan untuk
memfasilitasi pelaksanaan program Bangga Kencana (Website
BKKBN, SIDUGA, SIDIKA, SiLIli Keren BKKBN, Monalisas Keren,
E-Visum, dll). Penilaian difokuskan pada sarana teknologi yang
dapat dimanfaatkan sebagai teknologi pembelajarna seperti:
1) Bagaimana sistem informasi yang ada dimanfaatkan.
2) Fasilitas apa saja yang dapat dipakai untuk kepentingan
3) Apakah karyawan mendapat dukungan sarana, misalnya
komputer sebagai alat bantu belajar.
4) Apakah ada dukungan untuk melaksanakan proses belajar
dengan memanfaatkan high technology, baik dalam bentuk
pembelajaran dengan bantuan coaching, bekerja sambil
belajar dengan melakukan metode belajar mandiri.
5) Apakah sarana elektronik yang ada mendukung proses
belajar dalam rangka meningkatkan mutu kerja karyawan.
6) Apakah semua karyawan yang ada mendukung proses
belajar dalam rangka meningkatkan mutu kinerjanya.
7) Apakah semua karyawan mempunyai akses secara penuh
terhadap teknologi informasi.

Dari hasil analisis Organisasi Pembelajaran sebagai Sistem di BKKBN


diatas, maka diharapkan BKKBN dapat mengetahui dimana
kelemahan, kekuatan, ancaman dan peluang yang ada sehingga
BKKBN sebagai organisasi pembelajaran dapat selalu meningkatkan

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


89 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

kinerjanya untuk mewujudkan Penduduk Tumbuh Seimbang dan


Keluarga Berkualitas.
Demikian juga PKB, sebagai salah satu unsur SDM yang
melaksanakan program Bangga Kencana di lini lapangan, harus selalu
sadar untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikapnya.
PKB, sebagai salah satu unsur SDM yang melaksanakan program
Bangga Kencana di lini lapangan, harus selalu sadar untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikapnya sekaitan
dalam menghadapi perubahan-perubahan yang ada. Dalam
pengelolaan perubahan ini diharapkan PKB mempunyai pola pikir yang
menyeluruh dalam pelaksanaan program Bangga Kencana dengan
selalu belajar dan terus belajar. Jika seorang PKB bisa mengelola
perubahan, maka kinerjanya akan meningkat dan otomatis capaian
program akan meningkat dan mempercepat dalam mewujudkan tujuan
oraganisasi.

Tidak harus selalu menunggu ada pembinaan dari atasan langsung,


tidak harus menunggu pemanggilan pelatihan, namun harus mampu
mengukur potensi diri, apa saja kelebihan dan kekurang Anda sebagai
PKB. Jika sudah mengetahui kelebihan Anda, maka Anda dapat
berkreasi dan berinovasi sesuai kelebihan Anda, misalnya mampu
membuat media KIE kreatif seperti Video KIE tentang Penggunaan Alat
Kontrasepsi Jangka Panjang. Sementara jika mengetahui kelemahan
diri Anda, maka harus merencanakan untuk belajar baik melalui media
yang ada seperti membaca buku, membaca referensi di internet,
mengukuti webinar, mengikuti pelatihan baik mandiri maupun
memberitahukan kepada Perwakilan BKKBN tentang Pelatihan yang
dibutuhkan, atau mengisi kuesioner yang telah dilakukan oleh Pusdiklat

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


90 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

KKB, BKKBN, dengan harapan Pusdiklat akan menyiapkan Pelatihan


yang dibutuhkan oleh PKB.
PKB sebagai pelaksana program Bangga Kencana harus mempunyai
rasa dan sikap bahwa PKB merupakan bagian dari BKKBN dalam
upaya mewujudkan visi BKKBN, yaitu mewujudkan Penduduk Tumbuh
Seimbang dan Keluarga Berkualitas. Seluruh sub sistem yang ada
dalam BKKBN semuanya merupakan unsur yang penting dalam
keberhasilan capaian tujuan organisasi.

C. Rangkuman
PKB merupakan salah satu dari SDM unsur pejabat Fungsional
Tertentu yang harus mampu mengemban tugas sesuai Permenpan dan RB
Nomor 21 tahun 2018 dimana PKB merupakan jabatan yang mempunyai
ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang untuk melakukan
pelaksanaan kegiatan terkait Program Kependudukan, Keluarga Berencana
dan Pembangunan Keluarga yang selanjutnya disebut dengan Program
Bangga Kencana.
BKKBN selaku organisasi pembelajaran, maka PKB sebagai salah satu
SDM yang berada dilini lapangan harus selalu tanggap dan sigap dalam
menghadapi permasalahan utamanya dengan perubahan- perubahan yang
terjadi. PKB dalam mengelola perubahan yang ada maka diperlukan
pendekatan organisasi pembelajaran (Learning Oraganization).
Sebagai suatu sistem Organisasi Pembelajaran merupakan
pendekatan untuk mendorong seiap individu SDM dalam suatu organisasi
untuk mau belajar agar mampu mengembangkan kapasitasnya secara
berkelanjutan dalam mewujudkan visi organisasi, dalam hal ini mewujudkan
Penduduk Tumbuh Seimbang dan Keluarga Berkualitas.Faktor kontinuitas ini
sangat krusial sekali karena perubahan perilaku baik individu maupun
organisasi sebagai dampak pembelajaran yang membutuhkan waktu tertentu.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


91 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

Proses pembelajaran tersebut dilaksanakan dalam suatu sistem organisasi


pembelajaran yang komponennya saling terkait dan berhubungan (system-
linked learning organization) satu sama lainnya.
Belajar merupakan proses yang terjadi pada individu, kelompok dan
organisasi. Kemampuan (skills) pembelajaran. Oleh Peter Senge disebutkan
sebagai The Fifth Discipline, yaitu System Thinking, Mental Models, Personal
Mastery, Team Learning, Shared Vision. Dan untuk mengoptimalkan
efektifitas suatu organisasi pembelajaran diperlukan Dialogue.
PKB, sebagai salah satu unsur SDM yang melaksanakan program
Bangga Kencana di lini lapangan, harus selalu sadar untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan sikapnya sekaitan dalam menghadapi
perubahan-perubahan yang ada. Dalam pengelolaan perubahan ini
diharapkan PKB mempunyai pola pikir yang menyeluruh dalam pelaksanaan
program Bangga Kencana dengan selalu belajar dan terus belajar. Jika
seorang PKB bisa mengelola perubahan, maka kinerjanya akan meningkat
dan otomatis capaian program akan meningkat dan mempercepat dalam
mewujudkan tujuan oraganisasi.
PKB sebagai pelaksana program Bangga Kencana harus mempunyai
rasa dan sikap bahwa PKB merupakan bagian dari BKKBN yang sama
pentingnya dengan unsur lainnya dalam organisasi dalam mewujudkan visi
BKKBN, yaitu mewujudkan Penduduk Tumbuh Seimbang dan Keluarga
Berkualitas.

D. Latihan
Jawablah pertanyaaan di bawah ini dengan baik dan benar!
1. Siapakah PKB menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 tahun 2018?
2. Sebutkan dan uraikan Kemampuan (Skills) apa saja yang diperlukan
untuk mengelola perubahan menurut Peter Senge.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


92 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

3. Apa yang diperlukan untuk mendukung keterpaduan Skills yang


dimaksud dalam pertanyaan no.2? Jelaskan!
4. Mengapa PKB harus mempunyai pola pikir yang menyeluruh dan
menjadi bagian dari organisasi pembelajaran di BKKBN?
5. Sebagai apa saja peran PKB dalam pelaksanaan Program Bangga
Kencana?
6. Sebutkan forum atau kegiatan apa saja dalam meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap PKB agar kinerja dalam
melaksanakan Program Bangga Kencana meningkat?
7. Mengapa PKB harus kreatif dan inovatif? Berikan contohnya!

E. Test Formatif
Untuk mengevaluasi hasil belajar Anda, maka jawablah pertanyaan-
pertanyaan dibawah ini.
1. Syarat Penduduk Tumbuh Seimbang adalah:
a. TFR = 2,1 dan NRR = 1
b. TFR = 2,2 dan NRR = 1
c. TFR = 2,1 dan CPR = 1
d. TFR = 2,2 dan ASFR = 1
e. TFR = 2,1 dan IMR = 1
2. Dalam organisasi Pembelajaran, terdapat 5 disiplin yang harus
diterapkan, yaitu:
a. System Thinking, Mental Model, Personal Mastery, Team Learning,
Shared Vision
b. System Thinking, Mental Model, Management, Team Learning,
Shared Vision
c. System Thinking, Mental Model, Self Image, Team Learning,
Shared Vision

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


93 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

d. System Thinking, Mental Model, Personality, , Team Learning,


Shared Vision
e. System Thinking, Mental Model, , Team Learning, Shared Vision
3. Dalam discipline System Thinking, sebagai Penyuluh KB harus berpikir
bahwa:
a. Penyuluh KB mempunyai peran yang sama penting dari unsur yang
lainnya.
b. Penyuluh KB mempunyai peran lebih istimewa dari staf di BKKBN
Pusat.
c. Penyuluh KB merasa minder karena melaksanakan tugas di lini
lapangan
d. Penyuluh KB tak perlu bertanggung jawab atas pelaksanaan
program dimasa pandemi Covid-19
e. Penyuluh KB harus bisa mendapatkan perjalanan dinas ke BKKBN
Pusat
4. Pejabat fungsional Penyuluh Keluarga Berencana yang selanjutnya
disebut PKB adalah PNS yang memenuhi kualifikasi dan standar
kompetensi serta diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak
secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan
kegiatan penyuluhan, pelayanan, penggerakan dan pengembangan
program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan
Keluarga, definisi ini sesuai dengan:
a. Permenpan Nomor 21 Tahun 2018
b. Perka BKKBN Nomor 19 Tahun 2018
c. Permenpan Nomor 20 Tahun 2018
d. Perka BKKBN Nomor 20 Tahun 2018
e. Permenpan Nomor 19 Tahun 2018
5. Penyuluh KB harus mempunyai kompetensi tersebut untuk mencapai
sertifikasinya. Kompetensi tersebut adalah:

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


94 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

a. Teknis, Fungsional, Sosio Kultural


b. Teknis, Manajerial, Fungsional
c. Teknis, Manajerial, Kepemimpinan
d. Teknis, Manajerial, Sosio Kultural
e. Teknis, Fungsional, Kepemimpinan

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


95 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

BAB V

LANGKAH – LANGKAH PENGELOLAAN PERUBAHAN

Indikator Hasil Belajar:

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan dapat


mempraktikkan langkah- langkah Pengelolaan Perubahan dan
menyusun Rencana Tindak Lanjut

A. Langkah – Langkah Pengelolaan Perubahan

Dalam melakukan pengelolaan Perubahan PKB hendaknya


memperhatikan langkah – langkah pengelolaan perubahan sebagai berikut:
1. Perencanaan (Planning)
a. Identifikasi permasalahan
Buatlah identifikasi tentang:
1) Perubahan strategis organisasi
b) Internal (berupa visi, struktur, strategi, budaya kerja
dan program)
Dallam hali ini dicontohkan saja bahwa TFR masih
2,4, untuk mencapai PTS dibutuhkan TFR = 2,1. DO
dan Unmet need juga masih tinggi.
c) Eksternal (masyarakat, kebijakan pemerintah
daerah, pandemi covid-19 dan lainnya), dicontohkan:
Terjadi pandemi Covid-19 sehingga PKB mengalami
kesulitan dalam KIE yang efektif kepada masyarakat
khususnya calon akseptor karena jika melakukan
KIE Kelompok harus melakukan protokol kesehatan.

2) Buatlah identifikasi tentang potensi diri Anda selaku PKB


saat ini

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


96 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

a) Kelebihan, misalnya:
✓ Saya mempunyai kemampuan
memberikan KIE.
✓ Saya mempunyai kemampuan melakukan
koordinasi ke Kepala Desa
b) Kekurangan
✓ Saya belum mempunyai bagaimana cara
mengembangkan atau membuat Media KIE
yang efektif yang sesuai dengan masa
Pandemi Covid-19
✓ Saya belum mempunyai kemampuan untuk
mengadvokasi Kepala Desa
b. Analisis
Setelah mengidentifikasi perubahan strategis organisasi dan
pontensi diri, maka Anda harus menganaisis 2 (dua) hal
tersebut agar dapat menentukan perencanaanya.
1) Hasil analisis Perubahan Strategis Organisasi
a) Internal
Untuk mencapai TFR=2,1 dengan melakukan
cara melakukan KIE Efektif dengan harapan
capaian Peserta KB Baru MKJP meningkat dan
menurunkan DO dan Unmet Need di wilayah
kerja.
b) Eksternal
Untuk melaksanakan KIE efektif, perlu
melakukan pendekatan, koordinasi dan
Advokasi ke Kepala Desa.
2) Hasil analisis Potensi Diri PKB
a) Kelebihan

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


97 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

Saya akan melakukan KIE secara Efektif dan


menentukan jenis KIE yang dibutuhkan.
b) Kekurangan
✓ Saya harus dapat meningkatkan
kemampuan saya dibidang
pengembangan Media KIE.
✓ Saya harus dapat meningkatkan
kemampuan Advokasi .
c. Penentuan Rencana yang SMART
Dari hasil analaisis maka Anda dapatb menentukan Rencana
yang SMART. Yaitu rencana yang memenuhi kriteria SMART,
yaitu:
1) Specific (Sesifik/ Khusus)
Saat Anda memiliki target ataupun rencana capaian,
Anda perlu menetapkan target yang spesifik. Buat
target secara detail, jelas dan dapat dipaparkan
dengan baik. Artinya suatu target yang dapat
ditentukan secara umum. Seperti contohnya:
a) Target Umum: Saya harus mampu
meningkatkan Peserta KB MKJP, menurunkan
DO dan Unmet Need di wilayah kerja saya
melalui KIE Efektif di masa Pandemi Covid-19.
b) Target spesifik:
✓ Saya harus mampu meningkatkan
kemampuan membuat/
mengembangkan Media KIE efektif di
masa Pandemi Covid-19

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


98 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

✓ Saya harus mampu meningkatkan


kemampuan Advokasi kepada Kepala
Desa
2) Measurable (Terukur)
Jika Anda sudah menentukan tujuan secara spesifik,
maka langkah selanjutnya adalah mengukur progress
dari tujuan spesifik yang Anda buat. Apakah kita bisa
melihat bahwa kita semakin dekat dengan tujuan atau
tidak. Tujuan harus bisa diukur untuk memperlihatkan
progress ke tujuan byang akan dicapai.
a) Dalam 1 tahun kedepan saya akan
meningkatkan persentase Peserta KB Aktif
MKJP dari 23% menjadi 35%.dari Peserta KB
Aktif Mix Kontrasepsi.
b) Dalam 1 tahun kedepan saya meningkatkan
kemampuan membuat/ mengembangkan
Media KIE
c) Dalam 1 tahun kedepan saya mampu
mengadvokasi Kepala Desa mengenai KIE
dimasa Pandemi Covid-19
3) Achievable (Dapat Tercapai)
Anda perlu mengetahui apakah target yang telah
ditentukan dapat dicapai (Achievable) yang artinya
target ini tidak boleh terlalu sulit atau sangat mungkin
dicapai.
4) Relevant (Sesuai)
Saat Anda membuat target, Anda perlu memilih target
yang relevan artinya, jika target tersebut tercapai,

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


99 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

maka target tersebut tentu akan memiliki dampak


terhadap yang lainnya.
a) Jika meningkat PB MKJP, diharapkan PA Aktif
MKJP juga meningkat. Hal ini juga akan
berpengaruh pada penurunan DO dan Unmet
Need
b) Jika sudah meningkat kemampuan membuat/
mengembangkan Media KIE, maka diharapkan
KIE semakin Efektif dan capaian PB MKJP
meningkat, diharapkan PA Aktif MKJP juga
meningkat. Hal ini juga akan berpengaruh pada
penurunan DO dan Unmet Need
c) Jika sudah meningkat kemampuan Advokasi
kepada Kepala Desa, maka pelaksanaan KIE
berjalan lancar dengan dukungan Kepala Desa,
maka diharapkan KIE semakin Efektif dan
capaian PB MKJP meningkat, diharapkan PA
Aktif MKJP juga meningkat. Hal ini juga akan
berpengaruh pada penurunan DO dan Unmet
Need

5) Timebound (Batas Waktu)


Jika Anda memiliki tujuan tentunya Anda harus
menetapkan batas waktu dalam mencapai tujuan.
Batas waktu yang realistis diperlukan agar dapat
tefokus dan dapat mempersiapkan penunjang dari
keberhasilan tujuan Anda.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


100 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

a) Apakah selama 1 tahun terdapat peningkatan


capaian PA MKJP sesuai target menjadi 35%
dari PA Mix Kontrasepsi?
b) Apakah selama 1 tahun, Anda dapat
meningkatkan kemampuan membuat/
mengembangkan Media KIE?
c) Apakah selama 1 tahun , Anda dapat
meningkatkan kemampuan mengadvokasi
Kepala Desa?

2. Pengorganisasian (Organizing)
a. Identifikasi kebutuhan Sumber Daya
Dalam tahap Identifikasi kebutuhan Sumber Daya ini, Anda
harus mengetahui apa saja yang diperlukan untuk mencapai
target Anda baik orang, peraturan atau anggaran yang
mendukung rencana Anda.
Misalnya:
Agar pelaksanaan KIE berjalan lancar, maka membutuhkan :
1) Dukungan dari Kepala Desa
2) Tempat Penyuluhan yang tepat jika dilaksanakan
secara luring / tatap muka
3) Sarana WIFI atau kuota internet jika dilaksanakan
secara daring/ online
4) Cara memperoleh ilmu untuk mendapatkan
kemampuan membuta/mengembangkan KIE (bisa
belajar melalui internet atau mengikuti Pelatihan
Teknis Pengembangan Media KIE)
5) Cara memperoleh ilmu untuk mendapatkan
kemampuan memberikan Advokasi kepada Kepala

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


101 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

Desa (bisa belajar dengan mengikuti webinar atau


mengikuti Pelatihan Teknis Advokasi Terapan)
b. Penentuan Standar Operasional Prosedur
Dalam Penentuan Standar Operasional Prosedur, maka PKB
harus memperhatikan aturan yang ada.
1) Jika akan melakukan Advokasi tentang KIE di masa
Pandemi Covid-19 untuk meningkatkan PB dan PA
MKJP, sebaiknya membuat perencanaan yang matang
dengan membuat perjanjian bertemu dengan Kepala
Desa. Jika perlu pendampingan dari OPDKB, maka
PKB harus berkoordinasi dulu ke OPDKB, sehingga
OPDKB dapat bersurat kepada Kepala Desa kapan
akan menlakukan audiensi. Surat yang dibuat juga
sebaiknya ditembuskan ke Bupati/ Wsalikota dan
Deputi ADPIN BKKBN Pusat
2) Jika akan meningkatkankan pengetahuan yang bukan
mandiri, namun ingin mengikuti Pelatihan di Latbang
Perwakilan BKKBN tingkat Provinsi, maka harus
menyampaikan ke OPDKB, agar OPDKB
menyampaikan surat kebutuhan Pelatihan bagi PKB
dengan tembusan Pusdiklat KKB, BKKBN Pusat.

c. Pembagian Tugas
Para PKB yang berada di lini lapangan pasti mempunyai
pertemuan di tingkat kecamatan atau di tingkat Kabupaten/
Kota. Maka PKB harus membuat kesepakatan tentang siapa
saja yang akan bertugas berkoordinasi/ menyampaikan
secara ke OPDKB, siapa yang mendaftar PKB yang
membutuhkan pelatihan sesuai kebutuhan.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


102 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

3. Pengarahan (Actuating)
a. Aktualisasi Rencana Kerja
Pengarahan (Actuating), dimaksudkan untuk menggerakkan
directing) dimana seorang manajer menggerakkan pihak lain
sesuai dengan rencana kerja yang dibuat, agar tujuan atau
target tercapai. Anda tahu salah satu peran PKB di lini lapangan
adalah sebagai manajer program Bangga Kencana.
b. Komunikasi dan Koordinasi
Anda selaku PKB harus dapat melakukan KOMUNIKASI dan
KOORDINAS yang efektif, karena komunikasi merupakan kunci
dari keberhasilan suatu pengarahan atau penggerakan. Pesan
harus dapat disampaikan dengan baik supaya perencanaan
bisa dijalankan dengan baik pula.

Jika Anda seorang PKB, maka jika merasa kesulitan atau


kemampuan terbatas dalam berkomunikasi, maka buatlah tulisan
tentang pesan yang akan disampaikan kepada orang lain dengan
memperhatikan:
a. Isi pesan, misalnya tentang Plksanaan KIE di masa Pandemi
Covid-19. Pergunakan data-data dan fakta sebagai
penunjang tersampainya isi pesan. Buatlah analisis,
sehingga permasalahan yang ada dapat dipecahkan
bersama sasaran dengan cara yang tepat.
b. Sasaran. Siapa sasaran atau lawan bicara Anda.
Pergunakan bahasa yang sesuai dengan budaya yang ada.
c. Cara komunikasi. Tentukan cara yang tepat untuk
komunikasi. Bisa jadi hanya dengan menelepon,
memberikan pesan WhatsApp baik kepada perorangan atau
melalui WAGroup, bertemu langsung/ tatap muka secara

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


103 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

pribadi berdua saja atau membuat pertemuan khusus karena


sasarannya ada beberapa orang, bisa juga melakukan
komunikasi dengan Virtual Meeting.
d. Tempat.Dimana tempat yang tepat untuk melakukan
komunikasi. Hal ini jika harus dilakukan tatap muka.
e. Waktu. Tentukan waktu sesuai dengan sasaran yang dituju.
Lebih baik koordinasi terlebih dahulu sebelum melakuan
komunikasi
Buatlah daftar kelima hal tersebut untuk memudahkan Anda dalam
melakukan pengarahan (actuating) atau penggerakkan (directing)
orang lain dalam rangka memudahkan komunikasi untuk mencapai
tujuan yang telah direncanakan.

4. Pengawasan (Controlling)
Dalam pengelolaan perubahan, maka harus melakukan
pengawasan, dimana ada unsur monitoring atau pemantauan
berkala sejak disusunnya perencanaan untuk mencapai suatu
tujuan.
a. Monitoring.
Buatlah tabel jadwal mulai perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan suatu usaha untuk mencapai
tujuan dalam rangka pengelolaan perubahan di lingkungan
Anda bekerja. Fungsi Pengawasan ini tidak hanya mengawasi
diakhir pelaksanaan suatu target atau tujuan. Namun
pengawasan harus diberikan sejak perencanaan,
pengorganisasian dan pengarahan sampai pada waktu target
pencapaian tujuan. Biasanya terdapat koreksi-koresi sepanjang
perjalanan pelaksanaan usaha jika dinilai ada yang kurang tepat
disaaat perencanaan.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


104 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

b. Evaluasi
Pelaksanaan suatu pekerjaan bisa saja menemui hambatan,
mendapatkan kegagalan atau mendapatkan keberhasilan.
1) Dalam pelaksanaan suatu perencanaan, ditengah
perjalan biasanya terdapat hambatan. Hambatan
tersebut harus segera diketahui penyebabnya, agar
pelaksanaan kerja dapat berjalan lancar kembali sesuai
jadwal perencanaan
2) Jika terdapat kegagalan, maka harus ditelaah ulang,
dimana letak permasalahan yang menyebabkan suatu
pekerjaan mengalami kegagalan agar kita dapat
mengambil pelajaran dan mempunyai strategi lain untuk
mencapai tujuan. Diperlukan juga penyesuaian
perencanaan pada tahun berikutnya, baik penyesuaian
target, sasaran pendukung pekerjaan, sehingga kita
dapat bekerja dengan semangat baru untukmencapai
keberhasilan.
3) Keberhasilan
Selamat!. Berarti perencanaan yang telah ditetapkan
dapat dilaksanakan dengan lancar dan berhasil.
Keberhasilan ini jangan membuat Anda terlena, namun
harus selalu waspada dan selalu mempunyai semangat
untuk memperbaiki diri dengan beljar dan terus belajar,
meningkatkan kreatifitas dan inovasi sehingga kedepan
dapat menentukan target baru dan melakukan
pengelolaan perubahan yang lebih baik lagi. Dan
akhirnya terdapat percepatan pencapaian tujuan
Program Bangga Kencana.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


105 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

B. Rencana Tindak Lanjut (RTL)

Setelah mempelajari bagaimna langkah-langkah pengelolaan


perubahan dalam melaksanakan Program Bangga Kencana, maka PKB
haruslah selalu dinamis meningkatkan pengetahuan, kemampuan,
kompetensi, keterampilan dan Sikapnya dengan selalu belajar baik belajar
secara mandiri maupun dengan mengikuti Pelatihan atau Seminar yang
diadakan oleh BKKBN.
Selanjutnya Anda selaku PKB yang harus mampu mengelola
perubahan, maka sekarang buatlah Rencana Tindak lanjut. Rencana Tindak
lanjut tersebut harus mempunyai tema sesuai dengan perubahan yang ada
sesuai isu strategis dalam upaya peningkatan kinerja Anda di lini lapangan.
Tentukan tema sesuai prioritas permasalahan perubahan yang ada.
Kemudian buatlah jadwal timeline RTL dengan membuat rangkaian uraian
target kegiatan dengan memperhatikan waktu dan perkiraan target kegiatan
tersebut tercapai. Anda boleh membuat RTL ini sesuai pengalaman Anda,
atau bisa melihat salah satu contoh saja, sebagai berikut:

Tabel 1. Formulir Rencana Tindak Lanjut Pengelolaan Perubahan

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


106 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

C. Rangkuman

Dalam Pengelolaan Perubahan, PKB harus mampu


mengimplementasilkan langkah-langkah Pengelolaan Perubahan sesuai
tahapannya. Tahapan tersebut adalah Planning, yaitu meliputi: Identifikasi
permasalahan; Analisis; Penentuan Rencana yang SMART; Organizing, yaitu
meliputi: Identifikasi kebutuhan Sumber Daya, Penentuan Standar Operasional
Prosedur, Pembagian Tugas; Actuating, yaitu meliputi: Aktualisasi Rencana
Kerja, Komunikasi dan Koordniasi; Controlling, yang meliputi: Monitoring,
Evaluasi.
PKB harus mampu mengelola perubahan, maka PKB dapat membuat
Rencana Tindak lanjut untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan sehingga
berhasil menacapai tujuan yang telah direncanakan.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


107 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

D. Latihan

Jawablah pertanyaaan di bawah ini dengan baik dan benar!


1. Sebutkan langkah – langkah Pengelolaan Perubahan!
2. Jelaskan langkah Perencanaan dalam Pengelolaan Perubahan!
3. Sebutkan syarat dari suatu perencanaan dalam Pengelolaan
Perubahan!
4. Mengapa perlu ada langkah pengorganisasian dalam pengelolaan
perubahan?
5. Apa yang dimaksut dengan langkah actuating dalam pengelolaan
perubahan?
6. Mengapa harus ada langkah pengawasan dalam pengelolaan
perubahan?
7. Tentukan Target dalam Pengelolaan Perubahan dalam setahun
kedepan. Kemudian buatlah langkah-langkah Pengelolaan
Perubahannya!
8. Buatlah Rencana Tindak Lanjut setelah Anda selesai mengikuti
Pelatihan ini!

E. Test Formatif
Untuk mengevaluasi hasil belajar Anda di akhir pembelajaran, maka
jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini.
1. Sikap yang harus dipunyai Penyuluh KB dalam menghadapi
perubahan agar kinerja tidak menurun, antara lain:
a. Bersikap optimis, kreatif dan inovatif dalam melaksanakan program
Bangga Kencana
b. Bersikap optimis dan menyerang Kepala Desa agar memfasilitasi
kegiatan bersama kader

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


108 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

c. Bersikap apatis dan pura-pura tidak ada masalah dalam perubahan


yang terjadi
d. Bersikap menggantungkan pembinaan dari Perwakilan BKKBN
Provinsi
e. Bersikap pasrah pada keadaan, sesuai arahan dari OPDKB dan
kemauan Kepala Desa
2. Yang harus dilakukan pada saat tahapan Perencanaan dalam langkah-
langkah pengelolaan perubahan:
a. Identifikasi permasalahan, Penyelarasan Perspektif, Penentuan
Rencana
b. Identifikasi permasalahan, Focus Group Discussion, Penentuan
Rencana
c. Identifikasi permasalahan, Analisis, Penentuan Rencana
d. Identifikasi permasalahan, Penyusunan Anggaran, Penentuan
Rencana
e. Identifikasi permasalahan, Pengarahan, Penentuan Rencana
3. Pada saat tahapan Pengorganisasian dalam langkah-langkah
pengelolaan perubahan:
a. Identifikasi kebutuhan Anggaran, Penentuan Standar Operasional
Prosedur. Pembagian Tugas
b. Identifikasi kebutuhan Anggaran, Penentuan Jadwal Kegiatan.
Pembagian Tugas
c. Identifikasi kebutuhan Anggaran, Penentuan Standar Operasional
Prosedur. Jadwal Kegiatan
d. Identifikasi kebutuhan Sumber Daya, Focus Discussion Group.
Pembagian Tugas
e. Identifikasi kebutuhan Sumber Daya, Penentuan Standar
Operasional Prosedur. Pembagian Tugas

4. Pada saat tahapan Pengarahan dalam langkah-langkah pengelolaan


perubahan:
a. Aktualisasi Rencana Kerja, Komunikasi dan Informasi

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


109 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

b. Aktualisasi Rencana Kerja, Komunikasi dan Koordinasi


c. Aktualisasi Rencana Kerja, Informasi dan Edukasi
d. Aktualisasi Rencana Kerja, Komunikasi dan Edukasi
e. Aktualisasi Rencana Kerja, Informasi dan Konseling
5. Pada saat tahapan Pengarahan dalam langkah-langkah pengelolaan
perubahan:
a. Monitoring dan Evaluasi
b. Monitoring dan Klarifikasi
c. Monitoring dan Diseminasi
d. Evaluasi dan Klarifikasi
e. Evaluasi dan Koordinasi

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


110 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan

Pengelolaan/ manajemen adalah suatu proses di mana seseorang


dapat mengatur segala sesuatu yang dikerjakan oleh individu atau kelompok.
Manajemen perlu dilakukan guna mencapai tujuan atau target dari individu
ataupun kelompok tersebut secara kooperatif menggunakan sumber daya
yang tersedia. Dari pengertian tersebut, ilmu manajemen dapat diartikan
sebagai kemampuan dalam mengatur sesuatu agar tujuan yang ingin dicapai
dapat terpenuhi. Sebetulnya, hal ini sudah sering terjadi di kehidupan nyata.
Setiap orang juga pasti pernah mempraktikkan ilmu manajemen secara tidak
langsung setiap harinya.
Dalam pengelolaan terdapat 6 (enam) unsur yang harus ada untuk
mencapai tujuan, yaitu: manusia; uang/ anggaran; material/ substansi
program; mesin/ teknologi; metode dan pasar/ sasaran.
Secara umum, dalam pengelolaan terdapat fungsi POAC.
atau perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan
(actuating) dan pengawasan (controlling).
Perubahan merupakan suatu pergantian kondisi dari kondisi lama ke
kondisi baru, modifikasi sebuah kondisi atau penambahan terhadap sebuah
kondisi. Perubahan bisa juga diartikan pula sebagai pengurangan terhadap
sebuah kondisi, dengan kata lain selama sesuatu itu tidak sama dengan
keadaan sekarang maka itulah yang dimaksudkan dengan perubahan.
Perubahan tidak pernah terjadi jika keadaan sekarang sama dengan keadaan
pada masa lalu atau sama dengan keadaan yang akan datang. Implisit dari
definisi tentang perubahan, perubahan itu sendiri selalu diikuti oleh
perbedaan, perubahan selalu dikaitkan dengan ketidakpastian (uncertainty),
perubahan juga selalu menimbulkan respon, selain itu perubahan juga harus

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


111 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

berdampak pada kemajuan/ progres, tidak ada artinya jika perubahan tidak
diikuti oleh progres atau kemajuan
Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga
Berencana (Bangga Kencana) merupakan salah satu sektor pembangunan
Nasional yang dalam perjalanannya sejak tahun 1970 kemudian mengalami
perubahan dengan adanya UU No. 10 tahun 1992 dimana tujuan organisasi
tidak hanya menurunkan tingkat fertilitas, tetapi lebih jauh lagi, yaitu untuk
memberdayakan keluarga dalam rangka mewujudkan Keluarga Sejahtera.
Kemudian terjadi perubahan strategis dimana di era otonomi daerah, sesuia
dengan Keputusan Presiden No. 9 tahun 2004, Program Bangga Kencana
pada tingkat Kabupaten/ Kota, sebagai bagian dari pelaksanaan
desentralisasi. Penyuluh Kelurga Berencana (PKB) diserahkan pengelolaan
dan pembinaannya kepada Pemerintah Daerah. Peran PKB tetap
melaksanakan prongram Bangga Kencana di lini lapangan.
Sesuai UU Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, maka nomenklatur instansi
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) berubah menjadi
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Visinya adalah
mewujudkan Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS) dan Keluarga Berkualitas.
Pada tahun 2018, kedudukan PKB mengalami perubahan, pengelolaan dan
pembinaannya diberikan kembali ke BKKBN Pusat. Jadi PKB menjadi
pegawai BKKBN Pusat, namun menggunakan adalah Pemerintah Daerah di
Kabupaten/Kota yang dibina oleh Perwakilan BKKBN tingkat Provinsi.
Setelah kembali menjadi pegawai BKKBN Pusat pada tahun 2018,
jumlah PKB tinggal 15.000 dan hanya sebagian yang bisa lulus ujian sertifikasi
PKB. Dapat tergambar bahwa kondisi PKB pada umumnya: wawasan
program Bangga Kencana belum sepenuhnya difahami; keterampilan
manajerial masih sangat tergantung pada pola operasional baku; kemampuan
operasional belum sepenuhnya mengikuti perkembangan program Bangga

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


112 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

Kencana; motivasi kerja sangat tergantung kepada pembinaan atasan; bobot


kepemimpinan masih belum menonjol. Dengan kondisi tersebut, maka perlu
adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan PKB dengan memberikan
pembinaan, pendidikan dan pelatihan sesuai dengan kebutuhan PKB itu
sendiri.
Perubahan lingkungan strategis Organisasi BKKBN adalah perubahan
yang terjadi baik Internal maupun aksternal.

Dalam perubahan lingkungan strategis internal organisasi BKKBN, kita


bisa mempelajari: sejarah BKKBN dari periode perintisan (1950an – 1966),
periode keterlibatan pemerintah dalam program KB Nasional (1966 – 1969),
periode Pelita I (1969 – 1974), periode Pelita II (1974 – 1979), periode Pelita
III (1979 – 1983), periode Pelita IV (1983 – 1988), periode V (1988 – 1993),
periode Pelita VI (1993 – 1998), perode Pasca Reformasi. Kemudian kita
mempelajari perubahan yang pada organisasi BKKBN yang meliputi
perubahan visi, kebijakan dan strategi serta bentuk/ struktur organisasi
BKKBN. Selain itu kita juga mempelajari perubahan Kedudukan Penyuluh KB
yang secara langsung melaksanakan program Bangga Kencana di lini
lapangan. Dan tak kalah penting kita juga mempelajari perubahan program
yang ada di BKKBN agar dapat belajar dari capaian yang telah diperoleh
sehingga kita dapat memperbaiki dengan mengelola perubahan dengan selalu
kreatif dan inovatif dalam melaksanakan program Bangga Kencana agar dapat
berkontribusi pada percepatan pencapaian Visi BKKBN.
Perubahan lingkungan strategis eksternal organisasi BKKBN meliputi:
sosial budaya masyarakat, kibajakan pemerintah (baik pusat maupun daerah)
dan Pandemi Covid-19, sehingga terdapat banyak perubahan dalam strategi
pelaksanaan Program Bangga Kencana.
BKKBN selaku organisasi pembelajaran, maka PKB sebagai salah satu
SDM yang berada dilini lapangan harus selalu tanggap dan sigap dalam

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


113 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

menghadapi permasalahan utamanya dengan perubahan- perubahan yang


terjadi. PKB dalam mengelola perubahan yang ada maka diperlukan
pendekatan organisasi pembelajaran (Learning Oraganization). Proses
pembelajaran tersebut dilaksanakan dalam suatu sistem organisasi
pembelajaran yang komponennya saling terkait dan berhubungan (system-
linked learning organization) satu sama lainnya.
Belajar merupakan proses yang terjadi pada individu, kelompok dan
organisasi. Kemampuan (skills) pembelajaran. Oleh Peter Senge disebutkan
sebagai The Fifth Discipline, yaitu System Thinking, Mental Models, Personal
Mastery, Team Learning, Shared Vision. Dan untuk mengoptimalkan
efektifitas suatu organisasi pembelajaran diperlukan Dialogue. PKB
diharapkan mempunyai pola pikir yang menyeluruh dalam pelaksanaan
program Bangga Kencana dengan selalu belajar dan terus belajar. Jika
seorang PKB bisa mengelola perubahan, maka kinerjanya akan meningkat
dan otomatis capaian program akan meningkat dan mempercepat dalam
mewujudkan tujuan oraganisasi.
PKB sebagai pelaksana program Bangga Kencana harus mempunyai
rasa dan sikap bahwa PKB merupakan bagian dari BKKBN yang sama
pentingnya dengan unsur lainnya dalam organisasi dalam mewujudkan visi
BKKBN, yaitu mewujudkan Penduduk Tumbuh Seimbang dan Keluarga
Berkualitas. Dalam Pengelolaan Perubahan, PKB harus mampu
mengimplementasilkan langkah-langkah Pengelolaan Perubahan sesuai
tahapannya. Tahapan tersebut adalah Planning, yaitu meliputi: Identifikasi
permasalahan; Analisis; Penentuan Rencana yang SMART; Organizing,
yaitu meliputi: Identifikasi kebutuhan Sumber Daya, Penentuan Standar
Operasional Prosedur, Pembagian Tugas; Actuating, yaitu meliputi:
Aktualisasi Rencana Kerja, Komunikasi dan Koordniasi; Controlling, yang
meliputi: Monitoring, Evaluasi. PKB harus mampu mengelola perubahan,
maka PKB dapat membuat Rencana Tindak lanjut untuk memudahkan

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


114 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

pelaksanaan pekerjaan sehingga berhasil menacapai tujuan yang telah


direncanakan.
Seluruh perubahan lingkungan strategis organisasi BKKBN baik internal
maupun eksternal dimaksudkan agar Penyuluh KB selalu waspada dan dapat
menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berubah sehingga menjadi
individu yang kreatif dan inovatif dalam melaksanakan program Bangga
Kencana. Tetap berkinerja tinggi sehingga mempunyai kontribusi dalam
percepatan pencapaian Visi BKKBN.

B. Evaluasi

Setelah menerapkan pengetahuan ini dalam kegiatan pembelajaran,


pasti akan menemui banyak kendala dan permasalahan-permasalahan baru
dilapangan. Untuk itu para Penyuluh Keluarga Berencana harus selalu
mengembangkan diri untuk selalu belajar dan berlatih, sehingga semakin
terampil dalam melakukan Pengelolaan Perubahan dalam pelaksanaan
Program Bangga Kencana di lini lapangan. Dengan mempunyai pola pikir
yang menyeluruh terhadap eksistensi PKB sebagai bagian dari Organisasi
Pembelajaran di BKKBN, maka semua unsur didalamnya termasuk PKB
adalah merupakan unsur yang sama pentingnya dengan unsur yang lain.
Dengan demikian diharapkan terdapat strategi terobosan yang kreatif dan
inovatif dalam Pengelolaan Perubahan oleh PKB dalam melaksanakan
Program Bangga Kencana di lini lapangan, sehingga dapat mempercepat
pencapaian Visi BKKBN.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


115 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

C. Test Sumatif
Untuk mengevaluasi hasil belajar Anda di akhir pembelajaran, maka
jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini.
1. Unsur pengelolaan/ manajemen terdiri dari:
a. Manusia, Uang/ Anggaran, Material/ Substansi, Mesin/ Teknologi,
Metode, Pasar/ Sasaran
b. Manusia, Uang/ Anggaran, Material/ Substansi, Advokasi, Metode,
Pasar/ Sasaran
c. Manusia, Uang/ Anggaran, Focus Group Discussion, Mesin/
Teknologi, Metode, Pasar/ Sasaran
d. Manusia, Uang/ Anggaran, Material/ Substansi, Mesin/ Teknologi,
Promosi, Pasar/ Sasaran
e. Manusia, Uang/ Anggaran, Material/ Substansi, Pengenalan,
Metode, Pasar/ Sasaran
2. Fungsi pengelolaan/ manajemen terdiri dari:
a. Planning, Organizing, Acquisition, Controlling
b. Planning, Organizing, Advocacy, Controlling
c. Planning, Organizing, Accuracy, Controlling
d. Planning, Organizing, Actuating, Controlling
e. Planning, Organizing, Actuating, Controlling
3. Syarat dari suatu perencanaan adalah:
a. Specific, Measurable, Achievable, Rebound, Timebound
b. Specific, Measurable, Achievable, Realictic, Timebound
c. Specific, Measurable, Achievable, Recycle, Timebound
d. Specific, Measurable, Achievable, Reload Timebound
e. Specific, Measurable, Achievable, Reshaping, Timebound
4. NKKBS kependekan dari:
a. Norma Keluarga Kecil Berbagi Sejahtera
b. Norma Keluarga Kecil Berbudaya Sejahtera

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


116 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

c. Norma Keluarga Kecil Berusaha Sejahtera


d. Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
e. Norma Keluarga Kecil Bahagia Sentosa
5. Syarat Penduduk Tumbuh Seimbang adalah:
a. TFR = 2,1 dan NRR = 1
b. TFR = 2,2 dan NRR = 1
c. TFR = 2,1 dan CPR = 1
d. TFR = 2,2 dan ASFR = 1
e. TFR = 2,1 dan IMR = 1
6. Program Kependudukan yang dikembangkan di Kampung KB adalah:
a. Rumah Buku dan Pojok Kependudukan
b. Perputakaan keliling dan Pojok Kependudukan
c. Rumah Baca dan Pojok Kependudukan
d. Daftar Data dan Pojok Kependudukan
e. Dokumen kegiatan dan Pojok Kependudukan
7. Kelompok Kegiatan Ketahanan Keluarga yang memberikan informasi
dan pengetahuan merawat lansia bagi keluarga yang mempunyai
lansia disebut:
a. Posyandu Lansia
b. Panti Jompo
c. Bina Keluarga Lansia
d. Bina Keluarga Werda
e. Panti Werda
8. UPPKA kependekan dari:
a. Usaha Peningkatan Pendapatan Kesejahteraan Akseptor.
b. Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor
c. Usaha Peningkatan Pendekatan Kesejahteraan Akseptor
d. Usaha Peningkatan Pendekatan Keluarga Akseptor
e. Usaha Peningkatan Pendekatan Kesehatan Akseptor

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


117 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

9. Perubahan Lingkungan Strategis Organisasi BKKBN terdiri dari:


a. Perubahan Peraturan dan Perubahan Kebijakan
b. Perubahan Teknologi dan Perubahan Budaya
c. Perubahan Kebijakan dan Perubahan Strategi
d. Perubahan Perencanaan dan Perubahan Tujuan
e. Perubahan Internal dan Perubahan Eksternal
10. Dalam organisasi Pembelajaran, terdapat 5 disiplin yang harus
diterapkan, yaitu:
a. System Thinking, Mental Model, Personal Mastery, Team Learning,
Shared Vision
b. System Thinking, Mental Model, Management, Team Learning,
Shared Vision
c. System Thinking, Mental Model, Self Image, Team Learning,
Shared Vision
d. System Thinking, Mental Model, Personality, , Team Learning,
Shared Vision
e. System Thinking, Mental Model, , Team Learning, Shared Vision
11. Yang harus dilakukan pada saat tahapan Perencanaan dalam langkah-
langkah pengelolaan perubahan;
a. Identifikasi permasalahan, Penyelarasan Perspektif, Penentuan
Rencana
b. Identifikasi permasalahan, Focus Group Discussion, Penentuan
Rencana
c. Identifikasi permasalahan, Analisis, Penentuan Rencana
d. Identifikasi permasalahan, Penyusunan Anggaran, Penentuan
Rencana
e. Identifikasi permasalahan, Pengarahan, Penentuan Rencana
12. Dalam discipline System Thinking, sebagai Penyuluh KB harus berpikir
bahwa:

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


118 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

a. Penyuluh KB mempunyai peran yang sama penting dari unsur yang


lainnya.
b. Penyuluh KB mempunyai peran lebih istimewa dari staf di BKKBN
Pusat.
c. Penyuluh KB merasa minder karena melaksanakan tugas di lini
lapangan
d. Penyuluh KB tak perlu bertanggung jawab atas pelaksanaan
program dimasa pandemi Covid-19
e. Penyuluh KB harus bisa mendapatkan perjalanan dinas ke BKKBN
Pusat
13. Dimasa Pandemi Covid-19 kita harus menerapkan protokol kesehatan
5M, yaitu:
a. Mencuci tangan dengan sabun dan air, memakai masker,
menyimpan masker setelah dipakai, menjaga jarak, dan
menghindari kerumunan
b. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, memakai masker,
menjaga jarak, memupuk bakat dan menghindari kerumunan
c. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, memakai masker,
menjaga jarak, mencuci baju dan menghindari kerumunan
d. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, memakai masker,
menjaga jarak, membuang sampah dan menghindari kerumunan
e. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, memakai masker,
menjaga jarak, mengurangi mobilitas dan menghindari kerumunan
14. Sikap yang harus dipunyai Penyuluh KB dalam menghadapi
perubahan agar kinerja tidak menurun, antara lain:
a. Bersikap optimis kreatif dan inovatif dalam melaksanakan program
Bangga Kencana
b. Bersikap optimis dan menyerang Kepala Desa agar memfasilitasi
kegiatan bersama kader

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


119 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

c. Bersikap apatis dan pura-pura tidak ada masalah dalam perubahan


yang terjadi
d. Bersikap menggantungkan pembinaan dari Perwakilan BKKBN
Provinsi
e. Bersikap pasrah pada keadaan, sesuai arahan dari OPDKB dan
kemauan Kepala Desa
15. Pejabat fungsional Penyuluh Keluarga Berencana yang selanjutnya
disebut PKB adalah PNS yang memenuhi kualifikasi dan standar
kompetensi serta diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak
secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan
kegiatan penyuluhan, pelayanan, penggerakan dan pengembangan
program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan
Keluarga, definisi ini sesuai dengan:
a. Permenpan Nomor 21 Tahun 2018
b. Perka BKKBN Nomor 19 Tahun 2018
c. Permenpan Nomor 20 Tahun 2018
d. Perka BKKBN Nomor 20 Tahun 2018
e. Permenpan Nomor 19 Tahun 2018
16. Penyuluh KB harus mempunyai kompetensi tersebut untuk mencapai
sertifikasinya. Kompetensi tersebut adalah:
a. Teknis, Fungsional, Sosio Kultural
b. Teknis, Manajerial, Fungsional
c. Teknis, Manajerial, Kepemimpinan
d. Teknis, Manajerial, Sosio Kultural
e. Teknis, Fungsional, Kepemimpinan
17. Pada saat tahapan Pengorganisasian dalam langkah-langkah
pengelolaan perubahan:
a. Identifikasi kebutuhan Anggaran, Penentuan Standar Operasional
Prosedur. Pembagian Tugas

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


120 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

b. Identifikasi kebutuhan Anggaran, Penentuan Jadwal Kegiatan.


Pembagian Tugas
c. Identifikasi kebutuhan Anggaran, Penentuan Standar Operasional
Prosedur. Jadwal Kegiatan
d. Identifikasi kebutuhan Sumber Daya, Focus Discussion Group.
Pembagian Tugas
e. Identifikasi kebutuhan Sumber Daya, Penentuan Standar
Operasional Prosedur. Pembagian Tugas
18. Pada saat tahapan Pengarahan dalam langkah-langkah pengelolaan
perubahan:
a. Aktualisasi Rencana Kerja, Komunikasi dan Informasi
b. Aktualisasi Rencana Kerja, Komunikasi dan Koordniasi
c. Aktualisasi Rencana Kerja, Informasi dan Edukasi
d. Aktualisasi Rencana Kerja, Komunikasi dan Edukasi
e. Aktualisasi Rencana Kerja, Informasi dan Konseling
19. Pada saat tahapan Pengarahan dalam langkah-langkah pengelolaan
perubahan:
a. Monitoring dan Evaluasi
b. Monitoring dan Klarifikasi
c. Monitoring dan Diseminasi
d. Evaluasi dan Klarifikasi
e. Evaluasi dan Koordinasi
20. Pernyataan di bawah ini yang bukan mencerminkan kondisi dari suatu
perubahan adalah ....
a. pengurangan terhadap kondisi sebelumnya
b. pergantian dari kondisi lama ke kondisi baru
c. sama dengan kondisi sebelumnya
d. pengurangan terhadap kondisi sebelumnya
e. ketidakpastian dalam kondisi sebelumnya
21. Karakteristik yang terkandung dari pengertian perubahan adalah bahwa
perubahan ....
a. selalu berkaitan dengan ketidakpastian

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


121 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

b. tidak memiliki respon


c. meniadakan perbedaan
d. tidak memerlukan suatu progress
e. memberikan iklim kebaruan
22. Toffler membagi tahap perkembangan manusia ke dalam tiga
gelombang era perubahan yaitu era informasi, era pertanian dan era ....
a. industri
b. teknologi
c. komunikasi
d. mekanisasi
e. globalisasi
23. Ada beberapa strategi yang dapat digunakan untuk memberikan solusi
dalam perubahan di antaranya adalah strategi ....
a. Positive
b. Pragmatist
c. Corecctive
d. Naturalisasi
e. Industrialisasi
24. Perubahan dengan skala mikro adalah perubahan yang terjadi pada
....
a. masyarakat
b. negara
c. individu
d. organisasi
e. komunitas
25. Pendekatan yang digunakan oleh British Airways untuk melakukan
perubahan pada organisasi adalah dengan menekankan pada
perubahan pada segi ....
a. budaya perusahaan

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


122 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

b. respon terhadap tekanan dari eksternal


c. respon yang datang dari desakan internal
d. transformasional yang berasal dari atas
e. komunikasi perusahaan
26. Situasi yang dapat menimbulkan excessive change di mana .... A.
manajer yang sangat tahu tentang prinsip-prinsip perubahan
a. perubahan dilakukan terhadap semua elemen organisasi
b. perubahan bukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan tetapi
hanya untuk kepentingan perubahan itu sendiri
c. perubahan yang saling berkaitan satu dengan lainnya
d. perubahan adalah ketidakpastian tak bertujuan
e. perubahan menjadi awal kebangitan
27. Tingginya tingkat kegagalan dalam perubahan organisasi disebabkan
oleh berbagai faktor, salah satunya disebabkan oleh ....
a. Perubahan yang berkelanjutan
b. manajer yang tidak tahu prinsip-prinsip perubahan organisasi
c. perubahan yang dilakukan secara perlahan-lahan
d. kepemimpinan yang masih bersifat tradisional
e. kepemimpinan kuat menjadi modal perubahan
28. Kampung KB merupakan program andalan pemerintah agar terdapat
intervensi pembangunan dari bkkbn, lintas sektor dan mitra kerja sesuai
kebutuhan Kampung KB itu sendiri, Kamoung KB dicanangkan pada:
a. 14 Januari 2006
b. 14 Januari 2016
c. 14 Januari 2019
d. 14 Januari 2020
29. Penyuluh KB dalam melaksanakan program Bangga Kencana,
berperan sebagai:
a. Pelaksana, manajer, survivor

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


123 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

b. Pelaksana, manajer, supervisor


c. Pelaksana, manajer, motivator
d. Pelaksana, manajer, leader
e. Elaksana, manajer, senior
30. Yang termasuk MKJP antara lain::
a. IUD, Implant, Suntik
b. IUD, MOW, Pil
c. IUD, Kondom, MOP
d. IUD, Implant, MOW
e. IUD, Implant, Pil

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


124 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1992 Tentang


Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera.
Jakarta: BKKBN.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 Tentang


Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Jakarta:
BKKBN.

Permenpan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2018, Tentang Jabatan


Fungsional Penyuluh Keluarga Beencana. Jakarta: MenPAN-RB.

Peraturan BKKBN Nomor 19 Tahun 2018 Tentang Petunjuk Teknis


Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penyuluh Keluarga Berencana.
Jakarta: BKKBN.

Rencana Strategis BKKBN 2020-2024. (Cetakan Pertama). Jakarta: BKKBN.

Baloch, Q.B. & Kareem, N. (2007). The Third Wave (Book Review). Journal of
Managerial Sciences. vol. 1, number 2, pp. 115 – 143.

BKKBN (2004), Pengembangan Organisasi Pembelajaran di Lingkungan


BKKBN. Jakarta. BKKBN

Schermerhorn, Jr. J. R. (2010), Management, 5th edition, New York: John


Wiley and Sons, Inc.

Senge, Peter M. (1994). The Fifth Discipline: The Art and Practice of the
Learning Organization, USA - New York: Doubleday.

Sobirin, Achmad. (2014). Manajemen Perubahan: Konsep Dasar Perubahan


dan Perubahan Organisasi, pp. 1-67. ISBN 9789790117327. Jakarta:
Universitas Terbuka.

Sugilar,http://www.rmoljabar.com/read/2017/07/31/49897/Penghargaan-
Minim,-Ribuan-PersonilPKB/PLKB-Diambil-Alih-Pemerintah-Pusat)

Sumber:http://www.maswit.com/2013/06/poac-planning-organizing-actuating-
and.html

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


126 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

Sumber:https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201110123516-25-
568018/kilas-balik-pandemi-covid-19-di-indonesia

Sumber: kawalcovid19.id

Sumber: www.bkkbn.go.id

Zajac, E.J., Kraatz, M.S. & Bresser, R.K.F. (2000). Modeling the Dynamic of
Strategic Fit: A Normative Approach to Strategic Change, Strategic
Management Journal, 21 (4), pp. 429-454.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


127 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Modul | Pengelolaan Perubahan

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


128 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Anda mungkin juga menyukai