Anda di halaman 1dari 13

HUKUM TATA NEGARA DENGAN MODEL HUBUNGAN PENGADILAN SERTA

KAITANNYA DENGAN KONSTITUSI POLITIK DAN PEMERINTAHAN


PARLEMENTER POLITIK DI NEGARA ASEAN
(STUDI KASUS INDONESIA, MALAYSIA & SINGAPURA)

Oleh:

Ni Putu Depy Niriyanthi Angel


82022168

HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL DENPASAR
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Ida Shang Hyang Widhi, atas berkat dan rahmat-
Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah penelitian ini. Makalah ini merupakan hasil dari
penelitian di bidang hukum tata negara yang bertujuan untuk membahas berbagai masalah
dan permasalahan yang terkait dengan tata negara di Indonesia.

Dalam penelitian ini, kami mencoba untuk membahas beberapa topik penting seputar
hukum tata negara, di antaranya adalah struktur pemerintahan, sistem ketatanegaraan,
pembagian kekuasaan antara cabang-cabang pemerintahan, serta hak dan kewajiban warga
negara. Kami berharap, makalah ini dapat memberikan kontribusi dan wawasan yang berguna
bagi para pembaca, khususnya bagi mahasiswa, praktisi hukum, dan masyarakat umum yang
tertarik dengan isu-isu tata negara di Indonesia.

Penulisan makalah ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, yang
dengan ikhlas memberikan masukan dan saran kepada penulis. Kami ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing kami yang telah memberikan
arahan dan panduan dalam penulisan makalah ini. Kami juga ingin mengucapkan terima
kasih kepada keluarga dan teman-teman yang selalu memberikan dukungan dan semangat
pada penulis.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan tentunya
masih memerlukan banyak perbaikan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca demi meningkatkan kualitas makalah ini. Terima
kasih atas perhatian dan dukungan yang diberikan. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat
memberikan kontribusi positif bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat.

Hormat Saya,

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................
BAB I......................................................................................................................................................
PENDAHULUAN......................................................................................................................................
1.1 Hubungan dan Kaitan HTN, Konstitusi dan Model Pemerintahan.................................................
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................................................................
BAB II.....................................................................................................................................................
PEMBAHASAN........................................................................................................................................
2.1 Mengenal Hubungan dan Kaitan Hukum Tata Negara, Konstitusi dan Model Parlementer...........
2.2 Hukum Tata Negara dengan hubungan pengadilan.......................................................................
2.3 HTN, Konstitusi dan Model Parlementer Negara Indonesia...........................................................
2.4 HTN, Konstitusi dan Model Parlementer Negara Malaysia............................................................
2.5 HTN, Konstitusi dan Model Parlementer Negara Singapura..........................................................
BAB III....................................................................................................................................................
PENUTUP................................................................................................................................................
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................................
3.2 Saran............................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Hubungan dan Kaitan HTN, Konstitusi dan Model Pemerintahan
Hukum tata negara adalah suatu sistem hukum yang mengatur struktur, fungsi, dan hubungan
antara lembaga-lembaga pemerintah dalam suatu negara. Konstitusi dan model pemerintahan
merupakan dua aspek penting dalam hukum tata negara yang berkaitan erat dengan struktur dan
sistem pemerintahan suatu negara. Konstitusi adalah dokumen hukum tertinggi suatu negara
yang menetapkan prinsip-prinsip dasar tentang struktur pemerintahan dan hak-hak warga negara.
Konstitusi juga berisi garis besar mengenai sistem politik, kebijakan, dan lembaga-lembaga
pemerintahan yang ada di suatu negara. Konstitusi diperlukan sebagai landasan dan panduan
dalam membangun dan mengelola negara, serta menjamin perlindungan hak-hak warga negara.
Model pemerintahan parlementer adalah suatu bentuk sistem pemerintahan yang didasarkan pada
konsep kekuasaan legislatif yang dominan. Dalam model parlementer, kekuasaan eksekutif dan
yudikatif bergantung pada dukungan dari parlemen. Parlemen memiliki kekuasaan yang lebih
besar dalam menentukan kebijakan negara dan melakukan pengawasan terhadap kinerja
pemerintah. Model parlementer sering digunakan di negara-negara dengan sistem monarki
konstitusional, di mana raja atau ratu memiliki peran seremonial, sedangkan kekuasaan
pemerintahan sebenarnya dipegang oleh perdana menteri dan kabinetnya.
Latar belakang terbentuknya hukum tata negara dengan konstitusi dan model parlementer
sangat berkaitan dengan perkembangan sistem pemerintahan di Eropa. Pada abad ke-18 dan ke-
19, terjadi perubahan besar dalam struktur pemerintahan di Eropa. Pemerintahan absolut yang
berkuasa selama berabad-abad mulai digantikan dengan pemerintahan yang lebih demokratis dan
responsif terhadap kepentingan rakyat. Konsep hak asasi manusia dan kebebasan individu mulai
diperjuangkan sebagai prinsip dasar dalam pemerintahan. Konstitusi modern pertama kali
diadopsi oleh Amerika Serikat pada tahun 1787. Konstitusi ini menjadi dasar bagi negara-negara
demokratis modern dalam mengatur struktur dan fungsi pemerintahan. Negara-negara di Eropa
juga mulai mengadopsi konstitusi, seperti konstitusi Inggris pada tahun 1689 dan konstitusi
Perancis pada tahun 1791.
Model parlementer juga berkembang pada abad ke-18 dan ke-19, terutama di Inggris dan
Prancis. Di Inggris, model parlementer terbentuk melalui serangkaian perjuangan rakyat untuk
mendapatkan hak-hak politik yang lebih luas. Model parlementer ini kemudian diadopsi oleh
negara-negara di Eropa dan menjadi salah satu bentuk sistem pemerintahan yang paling umum
digunakan di dunia saat ini. Dalam konteks Indonesia, hukum tata negara dengan konstitusi dan
model parlementer memiliki peran yang sangat penting dalam membangun negara yang
demokratis dan responsif terhadap kepentingan rakyat. Sebagai negara yang mengadopsi sistem

1
pemerintahan presidensial, Indonesia memiliki konstitusi yang juga menjadi landasan dalam
membangun dan mengelola negara. Konstitusi Indonesia, yaitu Undang-Undang Dasar 1945,
menetapkan prinsip-prinsip dasar tentang struktur pemerintahan, hak-hak warga negara, dan
kebijakan-kebijakan negara. Sementara itu, meskipun Indonesia tidak menggunakan model
parlementer, namun prinsip-prinsip demokrasi dan kekuasaan legislatif yang dominan tetap
diatur dalam konstitusi dan sistem pemerintahan Indonesia. Maka dari itu, pemahaman yang baik
mengenai konstitusi dan model parlementer sangatlah penting dalam mengelola negara dan
menciptakan sistem pemerintahan yang lebih baik dan efektif.
Dalam praktiknya, pengaturan hukum tata negara dengan konstitusi dan model parlementer
akan mempengaruhi struktur pemerintahan dan sistem politik suatu negara. Konstitusi yang baik
akan memberikan landasan yang kuat bagi sistem pemerintahan, dan model parlementer dapat
meningkatkan partisipasi rakyat dalam mengambil keputusan politik. Sebaliknya, jika hukum tata
negara tidak memadai, maka sistem pemerintahan suatu negara dapat mengalami masalah, seperti
korupsi, nepotisme, dan oligarki. Dalam era globalisasi yang semakin berkembang, pengaruh dari
sistem pemerintahan dan kebijakan negara dapat berdampak pada skala internasional. Oleh
karena itu, penting untuk memahami hubungan antara hukum tata negara dengan konstitusi dan
model parlementer dalam membangun dan mengelola negara dengan cara yang demokratis,
transparan, dan akuntabel.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Hukum Tata Negara di negara ASEAN?
2. Bagaimana Konstitusi di negara ASEAN?
3. Bagaimana Model Parlementer di negara ASEAN?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui Hukum Tata Negara di negara ASEAN
2. Untuk mengetahui Konstitusi di negara ASEAN
3. Untuk Mengetahui Model Parlementer di negara ASEAN

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Mengenal Hubungan dan Kaitan Hukum Tata Negara, Konstitusi dan Model Parlementer
Hukum tata negara, konstitusi, dan model parlementer adalah konsep-konsep yang saling
terkait dalam sistem pemerintahan suatu negara. Konstitusi adalah dokumen hukum tertinggi
yang menetapkan struktur dan fungsi pemerintah, hak-hak dan kewajiban warga negara, dan
prinsip-prinsip dasar yang mengatur negara. Dalam banyak negara, konstitusi juga menetapkan
prinsip-prinsip demokrasi, kebebasan, dan hak asasi manusia.
Model parlementer adalah salah satu bentuk sistem pemerintahan di mana kekuasaan
eksekutif (pemerintah) bergantung pada dukungan dari parlemen. Dalam model ini, parlemen
memiliki kekuatan untuk menunjuk atau memberhentikan perdana menteri dan anggota kabinet.
Sistem ini juga biasanya melibatkan partai politik, di mana partai yang memenangkan pemilihan
parlemen akan membentuk pemerintahan. Hukum tata negara adalah bidang hukum yang
mempelajari cara negara diorganisir, beroperasi, dan mengambil keputusan. Hukum tata negara
juga mencakup prinsip-prinsip dasar dalam konstitusi dan sistem pemerintahan, termasuk model
parlementer.
Dalam banyak negara, hukum tata negara memainkan peran penting dalam menetapkan dan
menjaga kekuasaan dan keseimbangan antara pemerintah, parlemen, dan lembaga-lembaga
negara lainnya. Hukum tata negara juga dapat membantu dalam menjaga kebebasan dan hak
asasi manusia, dan memastikan bahwa tindakan pemerintah sesuai dengan hukum dan prinsip-
prinsip dasar dalam konstitusi.

2.2 Hukum Tata Negara dengan hubungan pengadilan


Hukum tata negara dan pengadilan memiliki kaitan yang erat karena pengadilan adalah
lembaga yang bertanggung jawab untuk menegakkan hukum tata negara. Hukum tata negara
menetapkan aturan dan prinsip-prinsip dasar tentang cara negara diorganisir dan dijalankan,
termasuk struktur pemerintahan, hak dan kewajiban warga negara, dan pembagian kekuasaan
antara cabang-cabang pemerintah. Ketika terjadi sengketa atau perselisihan yang berkaitan
dengan pelaksanaan atau tafsir hukum tata negara, pengadilan berperan dalam menyelesaikan
masalah tersebut. Pengadilan dapat memutuskan apakah tindakan pemerintah atau pejabat publik
sesuai dengan hukum tata negara dan apakah tindakan tersebut memenuhi prinsip-prinsip dasar
dalam konstitusi. Dalam menjalankan tugasnya, pengadilan harus menjunjung tinggi prinsip-
prinsip keadilan, independensi, dan netralitas. Pengadilan juga harus memastikan bahwa
keputusan yang diambil didasarkan pada hukum dan bukan atas dasar pertimbangan politik atau
kepentingan pribadi.
Selain itu, pengadilan juga dapat berperan dalam mengawasi tindakan pemerintah dan
menegakkan hak asasi manusia dan kebebasan sipil. Hal ini dapat dilakukan melalui proses

3
judicial review, di mana pengadilan dapat memeriksa keabsahan atau kesesuaian suatu undang-
undang atau tindakan pemerintah dengan prinsip-prinsip dasar dalam konstitusi atau hak asasi
manusia. Dengan demikian, pengadilan memainkan peran penting dalam menjaga kepatuhan
terhadap hukum tata negara dan memastikan bahwa kekuasaan negara digunakan dengan cara
yang tepat dan sesuai dengan prinsip-prinsip dasar dalam konstitusi.

2.3 HTN, Konstitusi dan Model Parlementer Negara Indonesia


Indonesia, sebagai negara demokratis yang menganut sistem pemerintahan presidensial,
memiliki konstitusi sebagai dasar hukum tertinggi yang mengatur tata cara pembentukan,
organisasi, serta fungsi dari negara tersebut. Konstitusi Indonesia adalah Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang kemudian mengalami beberapa kali perubahan
melalui amandemen. Dalam sistem pemerintahan Indonesia, kekuasaan eksekutif dan legislatif
memiliki kewenangan yang terpisah dan saling mandiri. Kepala negara diwakili oleh Presiden,
sedangkan kepala pemerintahan diwakili oleh Menteri Negara. Dalam model presidensial,
kekuasaan eksekutif dan legislatif saling terpisah dan independen.
Konstitusi Indonesia mengatur tentang sistem pemerintahan Indonesia, termasuk tentang
kekuasaan dan fungsi dari masing-masing cabang pemerintahan. Pasal 2 menyatakan bahwa
kekuasaan negara Indonesia dilaksanakan dalam tiga cabang pemerintahan, yaitu eksekutif,
legislatif, dan yudikatif. Kekuasaan eksekutif dilaksanakan oleh Presiden dan kabinetnya,
kekuasaan legislatif dilaksanakan oleh DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), dan kekuasaan
yudikatif dilaksanakan oleh Mahkamah Agung. Dalam sistem pemerintahan Indonesia, DPR
memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kebijakan negara. DPR terdiri dari dua
majelis, yaitu DPR RI dan DPD (Dewan Perwakilan Daerah). Anggota DPR RI dipilih secara
langsung oleh rakyat setiap lima tahun sekali, sementara anggota DPD diangkat oleh pemerintah
daerah berdasarkan usul dari masyarakat.
DPR memiliki wewenang untuk membuat dan mengesahkan undang-undang, menyetujui
anggaran negara, serta melakukan pengawasan terhadap kinerja pemerintah. Selain itu, DPR juga
memiliki wewenang untuk memberikan persetujuan atas beberapa hal, seperti pengangkatan
hakim Mahkamah Agung, pengangkatan anggota KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), dan
pengangkatan anggota BPK (Badan Pemeriksa Keuangan). Dalam praktiknya, DPR sering
menjadi sorotan karena terdapat beberapa kasus yang melibatkan penggunaan kekuasaan yang
salah atau ketidakmampuan DPR dalam menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya. Namun,
sebagai salah satu cabang pemerintahan yang penting dalam sistem pemerintahan Indonesia,
DPR tetap memiliki peran yang krusial dalam menentukan arah dan kebijakan negara.

2.4 HTN, Konstitusi dan Model Parlementer Negara Malaysia


Hukum Tata Negara (HTN) Malaysia mengatur tentang struktur pemerintahan negara
Malaysia dan menentukan fungsi serta kekuasaan dari masing-masing cabang pemerintahan.

4
Sebagai sebuah negara yang menganut sistem pemerintahan parlementer, Malaysia memiliki
konstitusi sebagai dasar hukum tertinggi yang mengatur tata cara pembentukan, organisasi, serta
fungsi dari negara tersebut. Konstitusi Malaysia adalah Undang-Undang Dasar Persekutuan
1957, yang kemudian mengalami beberapa kali perubahan melalui amandemen. Dalam sistem
pemerintahan Malaysia, kekuasaan eksekutif dan legislatif saling terkait satu sama lain. Kepala
negara diwakili oleh Yang di-Pertuan Agong, yang merupakan seorang raja yang dipilih oleh
Majlis Raja-Raja (Conference of Rulers), sedangkan kepala pemerintahan diwakili oleh perdana
menteri yang dipilih oleh anggota parlemen. Dalam model parlementer, kekuasaan eksekutif dan
legislatif saling bergantung dan dipertanggungjawabkan satu sama lain. Konstitusi Malaysia
mengatur tentang sistem pemerintahan Malaysia, termasuk tentang kekuasaan dan fungsi dari
masing-masing cabang pemerintahan. Pasal 39 menyatakan bahwa kekuasaan negara Malaysia
dilaksanakan dalam tiga cabang pemerintahan, yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Kekuasaan eksekutif dilaksanakan oleh perdana menteri dan kabinetnya, kekuasaan legislatif
dilaksanakan oleh parlemen, dan kekuasaan yudikatif dilaksanakan oleh pengadilan.
Dalam sistem pemerintahan Malaysia, parlemen memiliki peran yang sangat penting dalam
menentukan kebijakan negara. Parlemen terdiri dari dua majelis, yaitu Dewan Rakyat (House of
Representatives) dan Dewan Negara (Senate). Anggota Dewan Rakyat dipilih secara langsung
oleh rakyat setiap lima tahun sekali, sementara anggota Dewan Negara diangkat oleh Yang di-
Pertuan Agong berdasarkan usul dari perdana menteri. Parlemen Malaysia memiliki wewenang
untuk membuat dan mengesahkan undang-undang, menyetujui anggaran negara, serta melakukan
pengawasan terhadap kinerja pemerintah. Selain itu, parlemen juga memiliki wewenang untuk
memberikan persetujuan atas beberapa hal, seperti pengangkatan hakim Mahkamah Agung dan
pengangkatan anggota Suruhanjaya Pilihanraya (Komisi Pemilihan Umum). Dalam praktiknya,
parlemen Malaysia sering menjadi sorotan karena terdapat beberapa kasus yang melibatkan
penggunaan kekuasaan yang salah atau ketidakmampuan parlemen dalam menjalankan fungsi
dan tanggung jawabnya. Namun, sebagai salah satu cabang pemerintahan yang penting dalam
sistem pemerintahan Malaysia, parlemen tetap memiliki peran yang krusial dalam menentukan
arah dan kebijakan negara.

2.5 HTN, Konstitusi dan Model Parlementer Negara Singapura


Singapura, sebagai negara yang menganut sistem pemerintahan parlementer, memiliki
konstitusi sebagai dasar hukum tertinggi yang mengatur tata cara pembentukan, organisasi, serta
fungsi dari negara tersebut. Konstitusi Singapura diadopsi pada tahun 1959 dan telah mengalami
beberapa kali perubahan, termasuk melalui amandemen pada tahun 1999. Dalam sistem
pemerintahan parlementer, kekuasaan eksekutif dan legislatif bersifat terintegrasi dan saling
tergantung. Kepala negara diwakili oleh Presiden, sedangkan kepala pemerintahan diwakili oleh
Perdana Menteri. Dalam model parlementer, kekuasaan eksekutif dan legislatif bersifat

5
terintegrasi, di mana anggota parlemen yang terpilih memiliki kewenangan untuk membentuk
pemerintahan dan mengawasi kinerja pemerintah. Konstitusi Singapura mengatur tentang sistem
pemerintahan Singapura, termasuk tentang kekuasaan dan fungsi dari masing-masing cabang
pemerintahan. Pasal 4 menyatakan bahwa kekuasaan negara Singapura dilaksanakan dalam tiga
cabang pemerintahan, yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Kekuasaan eksekutif dilaksanakan
oleh Kabinet dan Perdana Menteri, kekuasaan legislatif dilaksanakan oleh Parlemen, dan
kekuasaan yudikatif dilaksanakan oleh Mahkamah Agung.
Parlemen Singapura terdiri dari 2 majelis, yaitu Dewan Negara dan Dewan Rakyat. Anggota
Dewan Rakyat dipilih secara langsung oleh rakyat setiap lima tahun sekali, sedangkan anggota
Dewan Negara diangkat oleh Presiden. Parlemen Singapura memiliki peran yang sangat penting
dalam menentukan arah dan kebijakan negara. Selain itu, Parlemen juga memiliki wewenang
untuk membuat dan mengesahkan undang-undang, menyetujui anggaran negara, serta melakukan
pengawasan terhadap kinerja pemerintah. Dalam praktiknya, Parlemen Singapura memiliki
reputasi yang baik dalam menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya. Hal ini terlihat dari
keberhasilan Singapura dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan membangun
infrastruktur yang modern. Selain itu, sistem pemerintahan parlementer Singapura juga dianggap
efektif dalam mengatasi masalah dan memberikan solusi bagi masyarakat.
Secara keseluruhan, HTN, konstitusi, dan model pemerintahan parlementer sangat
berpengaruh dalam menentukan arah dan kebijakan negara. Setiap negara memiliki karakteristik
dan konteksnya masing-masing, sehingga sistem pemerintahan yang diadopsi harus disesuaikan
dengan kebutuhan dan kondisi negara tersebut. Dalam konteks Singapura, model pemerintahan
parlementer dianggap efektif dalam mengatasi masalah dan memberikan solusi bagi
masyarakatnya.

6
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
INDONESIA
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa Hukum Tata Negara
(HTN) memiliki kaitan erat dengan konstitusi dan model pemerintahan di Indonesia. Konstitusi
sebagai dasar hukum tertinggi mengatur tentang tata cara pembentukan, organisasi, dan fungsi dari
negara, sedangkan HTN sebagai bagian dari ilmu hukum mengatur tentang cara-cara
penyelenggaraan negara.
Indonesia menganut sistem pemerintahan parlementer selama 11 tahun (1949-1959), sebelum
kemudian berubah menjadi sistem pemerintahan presidensial yang masih berlaku hingga saat ini.
Meski demikian, konstitusi tetap menjadi dasar hukum tertinggi yang mengatur tentang tata cara
pembentukan, organisasi, serta fungsi dari negara. Konstitusi Indonesia saat ini adalah UUD 1945
yang telah mengalami beberapa kali perubahan melalui amandemen. Dalam konteks Indonesia,
model pemerintahan presidensial menempatkan kekuasaan eksekutif dan legislatif sebagai cabang
pemerintahan yang terpisah. Presiden sebagai kepala pemerintahan memiliki kekuasaan yang besar
dalam menjalankan roda pemerintahan, sementara DPR sebagai lembaga legislatif memiliki tugas
mengawasi kinerja pemerintah, menentukan kebijakan, serta membuat dan menetapkan undang-
undang. Meskipun berbeda dengan model parlementer, sistem pemerintahan presidensial Indonesia
tetap memiliki prinsip-prinsip dasar yang sama, yaitu mempertahankan supremasi konstitusi,
pemisahan kekuasaan, dan pengawasan lembaga negara. Oleh karena itu, Hukum Tata Negara
menjadi sangat penting dalam mengatur tata cara penyelenggaraan negara, termasuk mengatur
tentang tata cara pembentukan, organisasi, serta fungsi dari cabang-cabang pemerintahan dan
lembaga-lembaga negara.
Pemahaman tentang HTN dan kaitannya dengan konstitusi dan model pemerintahan di
Indonesia menjadi penting bagi para pembuat kebijakan dan masyarakat secara umum. Hal ini agar
tercipta penyelenggaraan negara yang baik dan benar serta menjaga kestabilan dan keamanan
negara. Oleh karena itu, peran HTN sebagai landasan hukum penting untuk menjamin
terlaksananya tata kelola pemerintahan yang efektif dan efisien di Indonesia.
MALAYSIA
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa Hukum Tata Negara
(HTN) memiliki kaitan erat dengan konstitusi dan model pemerintahan di Malaysia. Konstitusi
Malaysia adalah dasar hukum tertinggi yang mengatur tata cara pembentukan, organisasi, dan
fungsi negara. Sementara itu, model pemerintahan Malaysia adalah sistem parlementer dengan
pemisahan kekuasaan antara eksekutif dan legislatif. Meskipun demikian, HTN tetap penting
untuk mengatur tata cara penyelenggaraan negara, termasuk mengatur prinsip-prinsip dasar negara,

7
hak dan kewajiban warga negara, serta pengaturan lembaga-lembaga negara seperti Parlemen dan
Perdana Menteri. Prinsip-prinsip HTN, seperti supremasi konstitusi, pemisahan kekuasaan, dan
pengawasan lembaga negara, tetap diterapkan dalam sistem pemerintahan Malaysia.
Pemahaman tentang HTN dan kaitannya dengan konstitusi dan model pemerintahan di
Malaysia menjadi penting bagi para pembuat kebijakan dan masyarakat secara umum. Hal ini agar
tercipta penyelenggaraan negara yang baik dan benar serta menjaga kestabilan dan keamanan
negara. Oleh karena itu, peran HTN sebagai landasan hukum penting untuk menjamin
terlaksananya tata kelola pemerintahan yang efektif dan efisien di Malaysia.
SINGAPURA
Dari penjelasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa konstitusi dan model pemerintahan di
Singapura memiliki beberapa kekhasan yang membedakannya dari negara-negara lain. Singapura
memiliki konstitusi yang didasarkan pada prinsip Westminster dan model pemerintahan yang
didasarkan pada sistem parlementer dengan elemen-elemen yang unik. Meskipun begitu, prinsip-
prinsip HTN, seperti supremasi konstitusi dan pemisahan kekuasaan, tetap diterapkan dalam
sistem pemerintahan di Singapura. Dalam sistem parlementer Singapura, perdana menteri memiliki
peran yang kuat sebagai kepala pemerintahan, sedangkan presiden berperan sebagai kepala negara.
Model pemerintahan ini telah terbukti efektif dalam mempertahankan stabilitas politik dan
kemakmuran ekonomi Singapura. Pemahaman tentang konstitusi dan model pemerintahan di
Singapura menjadi penting bagi para pembuat kebijakan dan masyarakat secara umum, untuk
memastikan tata kelola pemerintahan yang efektif dan efisien.

3.2 Saran
Untuk memastikan keberhasilan penerapan HTN, suatu negara harus menjalankan prinsip
supremasi konstitusi yang mengutamakan konstitusi sebagai hukum tertinggi. Dalam menjalankan
prinsip ini, negara harus memastikan bahwa konstitusi diikuti dan ditaati oleh semua pihak,
termasuk oleh pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya. Negara juga harus
memperbaharui dan menyempurnakan HTN serta konstitusinya agar dapat mengakomodasi
dinamika sosial, politik, dan ekonomi di suatu negara. Selain itu, negara harus mempertimbangkan
model pemerintahan yang akan diterapkan untuk menjalankan HTN dan konstitusinya. Pemilihan
model pemerintahan yang tepat akan mempermudah pelaksanaan HTN dan konstitusi serta
memastikan keberhasilan pemerintahan yang efektif dan efisien. Negara juga harus memastikan
bahwa model pemerintahan yang diterapkan sesuai dengan karakteristik negaranya serta kebutuhan
masyarakatnya. Secara keseluruhan, penerapan HTN dan konstitusi harus dilakukan dengan baik
dan tepat, dengan mempertimbangkan karakteristik dan kebutuhan masyarakat serta perlindungan
hak asasi manusia. Dengan demikian, negara dapat mencapai keberhasilan dalam menjalankan
pemerintahannya dan menciptakan kondisi yang kondusif bagi kemajuan masyarakat dan negara
secara keseluruhan.

8
9
DAFTAR PUSTAKA
Asshiddiqie, J. (2006). Pengantar ilmu hukum tata negara jilid II.
Milenia, L. Y. S. (2021). PERAN HUKUM TATA NEGARA (STUDI KASUS PEMILIHAN UMUM
DI INDONESIA). Jurnal Media Komunikasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 3(2),
65-76.
Lia, D., & Irawan, H. (2022). PERBANDINGAN SISTEM KETATANEGARAAN PERSEPEKTIF
PENERAPAN HUKUM INDONESIA DAN SINGAPURA. Siyasah Jurnal Hukum
Tatanegara, 2(1), 23-30.
Mubarok, N. (2021). Sistem Pemerintahan di Negara-Negara Rumpun Melayu. Sosio Yustisia: Jurnal
Hukum Dan Perubahan Sosial, 1(1), 126-155.
https://ejournal.balitbangham.go.id/index.php/ham/article/view/641 diakses pada 8 Mei 2023
https://e-journal.metrouniv.ac.id/index.php/siyasah/article/download/5116/2685 diakses pada
8 Mei 2023

Anda mungkin juga menyukai