Anda di halaman 1dari 4

Kajian Arsitektur Hijau Bangunan Rumah Tinggal Sederhana

Oleh : Alifiano Rezka Adi, M.Sc.

Arsitektur hijau merupakan sebuah pendekatan atau konsep desain sebagai upaya
meminimalisir permasalahan antara bangunan dan lingkungannya. Isu pemanasan global yang
ada saat ini mendorong perencana dan perancang bangunan gedung untuk menerapkan konsep
arsitektur hijau seoptimal mungkin pada bangunannya. Di Indonesia terdapat banyak regulasi
yang mengatur tentang bangunan hijau sebagai panduan para pemangku kepentingan dalam
upaya penerapan konsep arsitektur hijau pada bangunan. Meskipun regulasi ketat terkait
bangunan hijau biasanya diterapkan pada bangunan skala besar, namun tidak menutup
kemungkinan upaya implementasi arsitektur hijau juga diterapkan pada bangunan skala kecil
seperti bangunan rumah tinggal sederhana.

Salah alat ukur bangunan hijau yang sering menjadi rujukan adalah greenship yang
dirumuskan oleh Green Building Council Indonesia (GBCI). Alat ukur ini dapat digunakan
untuk mengukur tingkat penerapan prinsip hijau pada beberapa kasus perancangan seperti
bangunan baru, bangunan eksisting, kawasan, rumah tinggal, dan ruang interior. Kategori yang
dikaji dalam greenship rumah tinggal antara lain tepat guna lahan, efisiensi dan konservasi
energi, konservasi air, siklus dan sumber material, kesehatan dan kenyamanan dalam ruang,
serta manajemen lingkungan bangunan.

Rumah tinggal sebagai objek kajian arsitektur hijau dapat mengambil kategori rumah
berdasarkan luas bangunan yang banyak dijumpai seperti rumah tipe 36, tipe 45, ataupun tipe
60. Rumah sebagai bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian merupakan
unit terkecil yang ditinggali satu keluarga. Konsep arsitektur hijau yang dapat diterapkan dalam
satu hunian diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan kesadaran dimasyarakat terhadap
pentingnya bangunan hijau untuk saat ini dan selanjutnya.

Terdapat beberapa standar minimum bangunan rumah tinggal yang akan diproses
sertifikasi greenship diantaranya luas bangunan <4 lantai, minimum 70% luas lantai bangunan
rumah berfungsi hunian, minimum dihuni 1 orang secara tetap, memiliki dokumen IMB,
memiliki fungsi yang tetap selama 3 tahun masa sertifikasi, dan memenuhi seluruh prasyarat
yang ada dalam greenship homes.

Kajian konsep arsitektur hijau merupakan kegiatan observasi, evaluasi, optimalisasi,


ataupun rekomendasi desain dari setiap kategori disesuaikan dengan masalah yang diteliti.
Bahkan kajian dalam salah satu tolok ukur saja dapat menjadi sangat kompleks seperti
perhitungan konsumsi energi bangunan atau pencahayaan alami dalam bangunan yang
menggunakan pemodelan dan simulasi (Adi & Ernawati, 2020). Kajian juga dapat bersifat
kualitatif deskriptif untuk menjelaskan seluruh kategori greenship pada kasus bangunan
tertentu (Rejeki, et al., 2018).

Kategori tepat guna lahan bertujuan untuk menjaga fungsi lahan untuk keharmonisan
antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, serta mempertahankan fungsi tanaman di lahan
bangunan rumah. Kajian berupa observasi dan evaluasi pada kategori ini dapat menyasar pada
beberapa aspek seperti vegetasi, infrastruktur pendukung, aksesibilitas, pengendalian hama,
transportasi umum, dan penanganan air limpasan hujan. Kajian yang lebih mendalam pada
kategori ini misalnya dapat berupa strategi optimalisasi area hijau di lahan sempit, strategi tata
vegetasi untuk penanggulangan serangga atau hama, ataupun strategi optimalisasi penanganan
limpasan air hujan.

Kategori efisiensi dan konservasi energi bertujuan untuk mengoptimalkan upaya


penghematan energi listrik serta mendorong penggunaan konsep desain pasif. Kajian dalam
kategori ini dapat hanya berupa observasi dan evaluasi misalnya melakukan perhitungan
konsumsi listrik, evaluasi penggunaan lampu hemat energi, evaluasi penggunaan AC, dan
evaluasi penggunaan perangkat elektrikal hemat energi. Kajian lebih mendalam dapat berupa
optimalisasi dan rekomendasi desain dengan melakukan pemodelan dan simulasi energi,
pencahayaan alami, ataupun pembangkit listrik alternatif untuk kebutuhan efisiensi energi.

Kategori konservasi air bertujuan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air bersih
dalam bangunan. Kajian dalam kategori ini dapat berupa observasi dan evaluasi terhadap
konsumsi penggunaan air, potensi penghematan melalui beberapa teknologi, strategi
pemanfaatan air hujan, dan juga evaluasi system pengolahan air limbah untuk menghindari
pencemaran terhadap lingkungan sekitar.

Kategori siklus dan sumber material bertujuan untuk mendorong pemanfaatan material
bangunan yang ramah lingkungan. Identifikasi jenis-jenis material pada bangunan rumah
tinggal dapat menjadi fokus kajian dalam kategori ini. Proses identifikasi ini kemudian dapat
digunakan sebagai bahan evaluasi ataupun rekomendasi desain yang lebih baik.

Kategori kesehatan dan kenyamanan dalam ruang bertujuan untuk menjaga kesehatan,
kenyamanan termal, dan kenyamanan visual dalam ruangan. Aspek kesehatan dan kenyamanan
ini menjadi perhatian pokok karena berhubungan langsung dengan apa yang dirasakan anggota
keluarga di dalam rumah tinggalnya. Kajian dapat berupa studi persepsi penghuni terhadap
tingkat kenyamanan yang dirasakan di rumah tinggalnya (Permata & Sari, 2019). Teknik
kuisioner dapat dilakukan kepada beberapa responden untuk melihat pengaruh beberapa
variabel seperti sirkulasi udara, pencahayaan alami, pencahayaan buatan, kualitas udara, dan
tingkat kebisingan. Kajian lebih kompleks dapat dilakukan dengan melakukan pemodelan dan
simulasi pencahayaan alami, pencahayaan buatan, ataupun control kebisingan atau akustik
dalam bangunan menggunakan software komputer. Simulasi disini bertujuan untuk
mengevaluasi kondisi eksisting, optimalisasi, ataupun merekomendasikan desain yang lebih
baik.

Kategori manajemen lingkungan bangunan bertujuan untuk menjaga kualitas


lingkungan terbangun melalui beberapa strategi seperti panduan teknis rumah dan lingkungan,
manajemen kebersihan dan sampah, dan fasilitas untuk peningkatan kualitas hidup penghuni.
Kajian dalam kategori ini dapat berupa observasi dan evaluasi melalui teknik kuisioner yang
dibagikan kepada para responden. Kajian yang lebih spesifik dapat dilakukan dengan observasi
dan evaluasi sistem pengelolaan sampah pada bangunan rumah tinggal. Hasil dari evaluasi
dapat juga dibuat model atau rekomendasi desain sistem pengelolaan sampah yang efektif dan
efisien dalam bangunan rumah tinggal sederhana.

Beberapa kategori dalam greenship sebenarnya merupakan satu kesatuan dalam


membentuk konsep arsitektur hijau secara utuh. “Hijau” tidak hanya dari banyaknya pohon
yang ditanam, atau seberapa hematnya listrik dan air yang digunakan. Kajian spesifik dapat
dilakukan misalnya penelitian dengan teknik pemodelan dan simulasi pencahayaan alami pada
bangunan. Output dari penelitian tersebut merupakan salah satu upaya mewujudkan bangunan
dengan kenyamanan visual ruangan yang baik melalui pengaturan pencahayaan alami yang
masuk. Meskipun begitu, penelitian tersebut tidak bisa mewakili konsep bangunan hijau secara
keseluruhan karena untuk melihat hal ini, ada beberapa faktor lain yang harus diteliti.
Sumber Pustaka

Adi, A. R. & Ernawati, 2020. Kajian Penilaian Greenship GBCI Dalam Menunjang
Pembelajaran Arsitektur Hijau. Jurnal Teknologi dan Desain, 2(1), pp. 22-32.
Green Building Council Indonesia. 2014. Greenship Rating Tools untuk Rumah Tinggal Versi
1.0
Permata, M. R. & Sari, Y., 2019. Persepsi Pengunjung Terhadap Implementasi Arsitektur Hijau
pada Bangunan Pusat Perbelanjaan. Jurnal Arsitektur PURWARUPA, 3(2), pp. 137-144.
Rejeki, S., Kiswari, N. & Saraswati, R. D., 2018. Penerapan Konsep Rumah Tinggal Hijau
Greenship Homes pada Tipe Rumah Tinggal Terencana di Semarang. Semarang, Prosiding
Temu Ilmiah IPLBI.

https://www.gbcindonesia.org/greens/homes diakses pada Minggu, 6 Juni 2021


https://bangunanhijau.com/gb/new-building-green-building/ diakses pada Minggu, 6 Juni 2021
https://www.arsitag.com/article/rumah-sederhana-tipe-36-45-60 diakses pada Minggu, 6 Juni
2021

Anda mungkin juga menyukai