Anda di halaman 1dari 2

REKAYASA GENETIKA BUAH TANPA BIJI

1. hormon yang berperan dalam pembentukan buah partenokarpi.

Hormon yang telah digunakan untuk menginduksi buah partenokarpi adalah giberelin (GA3)
(Salisbury & Ross, 1995). Giberelin merupakan salah satu hormon yang umum digunakan
untuk menghasilkan pertumbuhan buah tanpa biji, hormon giberelin bekerja secara spesifik
pada tanaman

Dalam botani, partenokarpi (secara harfiah berarti "buah perawan") merupakan gejala
terbentuknya buah tanpa melalui proses pembuahan inti generatif terhadap sel telur. Gejala
ini menunjukkan bahwa pembuahan merupakan salah satu, tetapi bukanlah satu-satunya,
pemicu pembentukan buah. Bunga akan secara alami memproduksi hormon tumbuhan, yang
diperlukan untuk mengawali proses pembentukan buah.

Gejala partenokarpi dapat diamati pada pisang, ketimun, terong, nanas, pir, sukun, jambu-
jambuan, dan sejumlah tumbuhan budidaya lainnya. Semangka tanpa biji juga produk dari
gejala ini. Partenokarpi biasanya disukai di kalangan hortikultura karena menghasilkan buah
tanpa biji atau berbiji lunak.

Partenokarpi bukanlah gejala yang dapat disejajarkan dengan partenogenesis pada hewan.
Gejala apomiksis pada tumbuhanlah yang lebih tepat sebagai gejala yang paralel.

2. bagaimana proses buah tanpa biji dapat dihasilkan

Buah tanpa biji dapat diproduksi dari tanaman triploid dengan menyilangkan tanaman
tetraploid dengan diploid, kultur endosperma secara in vitro/ radiasi benangsari, rekayasa
genetika atau perlakuan tanaman diploid dengan ZPT, stress benangsari, zat kimia/
antibiotika dan pengaturan lingkungan/ tanaman.

3. jelaskan rekayasa genetika haram

Dalam fatwa tersebut dinyatakan bahwa melakukan rekayasa genetik terhadap hewan,
tumbuhan, dan mikroba adalah mubah (boleh) dengan syarat: bermanfaat, tidak
membahayakan, dan sumber asal gen pada produk rekayasa genetika bukan berasal dari yang
haram.

Rekayasa genetika adalah penerapan genetika untuk kepentingan manusia. Penerapan teknik-
teknik biologi molekuler untuk mengubah susunan genetik dalam kromosom atau mengubah
sistem ekspresi genetik yang diarahkan pada kemanfaatan tertentu. Objeknya mencakup
hampir semua golongan organisme. Mulai dari bakteri, fungi, hewan tingkat rendah, hewan
tingkat tinggi, hingga tumbuh-tumbuhan.

Menurut fatwa MUI, melakukan rekayasa genetika terhadap hewan, tumbuh-tumbuhan, dan
mikroba (jasad renik) adalah mubah (boleh). Namun, MUI memberi beberapa persyaratan
terkait kebolehannya. Dari segi tujuan, rekayasa genetika yang dilakukan tersebut untuk
kemaslahatan dan punya aspek kebermanfaatan bagi manusia.

Di samping itu, hasil dari rekayasa genetika ini tidak membahayakan atau tidak menimbulkan
mudarat, baik bagi manusia maupun lingkungan. MUI juga mensyaratkan, tidak boleh
menggunakan gen atau bagian lain yang berasal dari tubuh manusia.

Tumbuh-tumbuhan hasil rekayasa genetika halal untuk dikonsumsi dengan syarat telah teruji
tidak menimbulkan mudarat atau membahayakan. Demikian juga rekayasa genetika pada
hewan dihukum halal untuk dikonsumsi. Syaratnya, hewannya tersebut termasuk dalam
kategori ma'kul al-lahm (jenis hewan yang dagingnya halal dikonsumsi). Sedangkan,
rekayasa genetika yang dilakukan pada tubuh manusia adalah haram menurut kesepakatan
ulama.

4. buah tanpa biji

Makan buah yang memiliki banyak biji bisa merepotkan dan tidak nyaman. Tidak di
sembarang tempat kita bisa makan semangka sambil sesekali meludahkan bijinya bukan?
Sehingga para peneliti dan petani mengembangkan budidaya buah tanpa biji. Meski
sebenarnya secara alami buah tanpa biji itu sudah ada, namanya partenokarpi.

Istilah partenokarpi berasal dari Bahasa Yunani yang berarti buah murni (virgin fruit). Pada
populasi alami partenokarpi terjadi karena tiga hal, yaitu: tidak ada penyerbukan,
penyerbukan terjadi tetapi tidak ada pembuahan, dan terakhir pembuahan berlangsung tetapi
biji gagal terbentuk. Contoh partenokarpi alami bisa ditemui pada buah pisang, nanas,
semangka, mentimun, tomat, jeruk, anggur, dan kiwi. Partenokarpi juga merupakan sifat yang
diwariskan dan kultivar yang berbeda memiliki potensi berbeda pula.

Pada semangka penyebab partenokarpinya adalah poin ketiga yaitu pembuahan berlangsung
tetapi biji gagal terbentuk. Meski gagal akan ada bagian yang menyerupai biji, biasanya
berwarna putih, tipis dan terasa kosong sebab tidak ada embrio dan endosperma.

Sementara untuk pisang, partenokarpi terjadi karena poin kedua yaitu penyerbukan
berlangsung tetapi tidak ada pembuahan. Penyebabnya adalah jumlah set kromosom yang
tidak seimbang yaitu tiga set (triploid). Normalnya tumbuhan fertil (berbiji) hanya memiliki
dua set kromosom sehingga bisa berpasangan dan membentuk keturunan.

Selain secara alami, partenokarpi juga bisa terjadi tanpa perlu rekayasa genetik yaitu dengan
stimulasi eksternal. Biasanya stimulasi dilakukan melalui penyemprotan hormon ke bagian
bunga muda (belum mengalami penyerbukan) menggunakan hormon auksin atau giberelin.
Contohnya pada beberapa kultivar stroberi, tomat, anggur, dan jeruk.

Anda mungkin juga menyukai