Anda di halaman 1dari 14

13

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Selamatkan Seni Karawitan


Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi selalu
memunculkan hal-hal baru berupa alat yang dapat memudahkan manusia
dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
sendiri menuntut manusia untuk selalu berkreasi dan berinovasi
menemukan hal baru untuk mempermudah manusia dalam melaksanakan
pekerjaan atau kegiatan sehari-hari. salah satu bukti nyata perkembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi adalah munculnya Smartphone.
Smartphone(Handphone Pintar), merupakan hasil perkembangan dari
handphone yang semula hanya berfungsi sebagai alat komunikasi menjadi
alat serba guna, smartphone bukan hanya untuk berkomunikasi, akan
tetapi juga dapat digunakan sesuai kebutuhan kita, seperti bermain game
visual 3 dimensi, membaca berita, bersosial media, dan lain sebagainya.
(Gifary, Iis, 2015)Pengertian smartphone menurut Soukup, Paul A, SJpada
penelitiannya berjudul “Communication Research Trends”, Smartphone
(ponsel pintar) adalah kombinasi handphone seluler dengan komputer
dalam satu perangkat, sehingga dapat digunakan sebagai sarana
komunikasi, juga sebagai sarana layaknya komputer. (Paul A, SJ, 2015)
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi terkadang tanpa
disadari dapat menggeser kebudayaan lama yang menjadi ciri khas kita
tersendiri. Dampak Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
hampir tidak dapat dibendung apalagi dihentikan. Salah satu kebudayaan
bangsa Indonesia yang semakin lama semakin punah adalah kesenian
Karawitan (Gamelan).

Kesenian khas Jawa, Bali, dan


Madura ini semakin lama semakin
punah karena beberapa faktor, seperti
beralihnya anak remaja ke
Gambar 1.5 (Gamelan)
13
14

alat yang lebih canggih seperti smartphone, kurangnya

sosialisasi tentang alat musik gamelan, tidak meratanya pelestarian


gamelan di seluruh daerah, serta karena harga gamelan yang sangat mahal.
Dari permasalahan yang telah diuraikan diatas, Peneliti berusaha
memberikan cara lain melestarikan gamelan yang lebih efisien, merata,
mudah, murah, serta efektif yaitu dengan mengikutkan seni karawitan
(gamelan) di dalam hasil perkembangan IPTEK (Smartphone).
Hampir seluruh elemen masyarakat mulai dari anak-anak, remaja,
muda, hingga dewasa pasti memiliki smartphone. Oleh karena itu, peneliti
menyarankan agar pelestarian seni karawitan dapat di lakukan melalui
smartphone. Selain karena praktis, merata, dan murah, pelestarian melalui
smartphone juga dapat dilakukan oleh seluruh elemen masyarakat baik
anak-anak, remaja, muda, bahkan dewasa. Langkah pelestarian
menggunakan handphone dapat memberi pengetahuan tentang gamelan
kepada pemainnya, baik pengetahuan tentang not, lagu, dan cara memukul
ataupun memainkannya.

Gambar 1.6 (Aplikasi Gamelan Android)

B. Data Wawancara
Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti dari hasil
wawancara secara mendalam terhadap narasumber yang dapat dipercaya,
yaitu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Demak serta,
tokoh masyarakat Kabupaten Demak, peneliti memperoleh data bahwa
masalah terbesar dalam pelestarian gamelan adalah “Alat gamelan yang
minim (terbatas), serta harganya yang sangat mahal”.
15

Menurut Ibu Latifah


(Anggota DPRD Bidang
Pariwisata), Kabupaten
Demak sebagai kota yang
mempertahankan budaya

leluhur terutama religi,


Gambar 1.7 (wawancara dengan anggota
DPRD)
selalu berusaha melestarikan
dan mempertahankan

kebudayaan daerah seperti pelestarian gamelan yang di populerkan oleh


Sunan Kalijaga semaksimal mungkin. Cara-cara pelestarian dari
pemerintah yaitu memberikan pasokan perangkat gamelan komplit pada
beberapa sekolah dan mewajibkan sekolah memberikan pengajaran serta
pengetahuan tentang gamelan dan seni karawitan. Walaupun belum merata
pada seluruh sekolah, pemerintah berusaha gamelan dapat dipasok ke
seluruh sekolah di Kabupaten Demak dalam jangka waktu dekat.
Tanggapan baik dilontarkan Ibu Latifah pada saat peneliti
menawarkan pelestarian melalui Smartphone. “Cara lain melestarikan seni
karawitan seperti menggunakan smartphone sangatlah bagus, dari sini kita
bisa tahu nama-nama alat gamelan, not lagu gamelan, serta cara memukul
atau menabuh gamelan. Pengetahuan seperti ini dapat menjadi modal dasar
seseorang sebelum memegang alat gamelan yang asli, sehingga ketika
masyarakat kita disuruh memainkan gamelan secara otodidak pasti siap
dan bisa memainkannya. Ini merupakan kebanggaan kabupaten juga
apabila seluruh masyarakat bisa memainkan gamelan.” Ujar Ibu Latifah.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dari fraksi PPP ini sempat
kaget, ketika mengetahui bahwa gamelan dapat dilestarikan melalui
smartphone. “Saya sangat kagum pertama mendengar bahwa pelestarian
gamelan itu bisa dilaksanakan menggunakan smartphone. Pelestarian akan
semakin mudah karena bisa dibawa kemana saja, dan kapanpun” Sambung
Ibu Latifah.
16

Tanggapan bagus juga dilontarkan tokoh masyarakat Kabupaten


Demak Drs. Fatoni Mustofa S.pd. Selain sebagai Ulama dan tokoh
masyarakat, beliau juga sebagai kepala Yayasan Nahdlatus Syubban di
Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Menurut Beliau, langkah
pelestarian

menggunakan smartphone
sangatlah bagus, karena tidak
dimungkinkan apabila
pelestarian seni karawitan di
meratakan menggunakan alat
gamelan yang asli.
Gambar 1.8 (wawancara dengan Tokoh
Kabupaten)
Total penduduk di Pulau Jawa
adalah 141 juta jiwa,

apabila pelestarian gamelan dimeratakan dengan gamelan manual di les


gamelan, maka memerlukan kurang lebih 14.100.000 perangkat gamelan
manual, lagi pula tidak semua orang mempunyai waktu yang cukup untuk
mendatangi tempat les tersebut karena tuntutan pekerjaan. Sedangkan,
apabila pelestarian seni karawitan dimeratakan menggunakan smartphone,
tidak perlu bermodal puluhan juta perangkat gamelan, tinggal menerapkan
(install) aplikasi Virtual Javanese Gamelan maka orang tersebut telah
menjadi bagian dari pelestari seni karawitan. Drs. Fatoni Mustofa S.pd
juga mengatakan, bahwa ulama, tokoh masyarakat, terutama yang bekerja
di bidang keagamaan (religi) haruslah menjadi guru dari seni karawitan
karena sebagai umat beragama Islam haruslah menghargai jasa Sunan
Kalijaga yang telah berjuang menyebarkan agama Islam dengan media
gending (musik) gamelan, karena mengingat guru seni karawitan semakin
lama semakin sedikit. Beliau juga menambahkan, agar tokoh masyarakat
bisa mempromosikannya kepada organisasi-organisasi pemuda agar dapat
memunculkan rasa cinta terhadap seni karawitan. Menurut Beliau, rasa
cinta terhadap seni karawitan tidak ada karena pemuda-pemudi belum tahu
tentang seni karawitan saja.
17

Gambar 1.9 (wawancara dengan Tokoh Desa)

Wawancara dengan tokoh desa pun tidak lupa kami lakukan. Dari
wawancara dengan ketua RW dan tokoh desa, kami mendapatkan apresiasi
baik, karena dapat menemukan ide pelestarian seni karawitan melalui
smartphone. Akan lebih baik lagi jika seluruh masyarakat Indonesia
khususnya jawa ikut melestarikan walaupun dengan media smartphone.

Selain dari anggota dewan dan tokoh masyarakat/ulama, peneliti


juga mewawancarai guru kesenian gamelan dan juga guru Bahasa Jawa.
Dari beliau, peneliti mendapatkan data bahwa antusianisme peserta didik
dalam belajar seni karawitan sangat tinggi, dibuktikan dengan banyaknya
peserta didik yang mengikuti ekstrakurikuler karawitan.

Menurut Bapak Sutopo


M.Pd., selaku pembimbing
seni karawitan dan mantan
dalang yang lahir di Sukorejo
Jawa Tengah, karawitan
sendiri berasal dari kata rawit
Gambar 2.0 (wawancara dengan guru
yang berarti halus/lembut,
kesenian)
sehingga karawitan dapat di
artikan mengolah instrumen
18

yang lembut/halus untuk dinikmati. Cara beliau dalam mengajarkan seni


karawitan adalah dengan memberi pengetahuan tentang gamelan kepada
peserta didik, bukan hanya dari kulit luarnya (pengetahuan tentang
namanya saja) tetapi juga harus tahu hingga kedalamnya (cara bermain,
filosofi gamelan, dan lagu-lagunya). Tanggapan Bapak Sutopo
M.Pd.tentang pelestarian seni karawitan melalui media smartphone sangat
bagus, asalkan yang asli jangan sampai ditinggalkan. Beliau juga
berpendapat agar aplikasi sebagai media pelestarian seni karawitan lebih
disempurnakan lagi, karena menurut beliau suaranya belum persis dengan
suara gamelan yang asli, akan tetapi dengan smartphone ini sudah dapat
memberi pengenalan pertama tentang gamelan. Beliau juga menambahkan,
pelestarian gamelan menggunakan smartphone akan lebih praktis karena
tidak memakan tempat, dapat dibawa kemana saja dan kapan saja.
Gamelan sangat berhubungan dengan Bahasa Jawa, selain lagunya
yang diyanyikan dengan Bahasa Jawa, juga instrumennya yang melekat
dengan seni lainnya seperti wayang kulit, barongan, dan lain sebagainya.
Maka dari itu, peneliti juga mewawancarai guru Bahasa Jawa yaitu Ibu
Mey Nurhajati, S.Pd., serta Ibu Nurul Mustofiah, S.Pd, M.Pd.

Tanggapan bagus beliau


ungkapkan, karena Gamelan
atau seni karawitan sangatlah
berhubungan dengan seni-
seni yang lain, seperti seni

tari, seni pawayangan, seni


barongan, dan lain
sebagainya.

Menurut beliau apabila


Gamelan atau karawitan
Gambar 2.1 (wawancara dengan guru
bahasa jawa) hilang, secara otomatis dan

pelan, seni lainnya akan ikut hilang, sungguh bahaya apabila hal itu
terjadi.
19

Untuk membuktikan bahwa pelestarian seni karawitan dapat


menggunakan smartphone, peneliti pun memutuskan membentuk
kelompok pelestari seni karawitan menggunakan smartphone.

Kelompok yang diberi nama


GASPERO (Gamelan SMP
2) mempunyai 7 pemain
gamelan, serta dapat
mempelajari 5 lagu dalam 2
Gambar 2.2 ( 5 Pemain Gamelan Android) minggu.

Para pemain aplikasi Virtual


Javaneses Gamelan itu

memberi apresiasi bagus


tentang cara pelestarian
dengan smartphone.

Gambar 2.3 ( Mempertunjukkan


Gamelan Smartphone)

Muhammad Toni Setiawan


adalah salah satu anggota
kelompok pelestari gamelan
menggunakan smartphone,
sebagai pemegang kendang ia
mengatakan, bahwa
pelestarian seni karawitan
menggunakan smartphone
sangat bagus karena praktis,
Gambar 2.4 ( Pemain Kendang di mudah, dan bersifat
gamelan smartphone) perorangan.
20

Jadi, apabila berlatih sendiri


kemudian salah not, maka

rasanya bukan kesalahan yang melibatkan orang banyak. Menurutnya,


bermain menggunakan smartphone cukup mudah karena hanya
menggunakan jari-jari tangan. Handphone juga selalu dimiliki oleh
seluruh orang, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa sehingga apabila
pelestarian dilakukan menggunakan smartphone, akan lebih merata ke
seluruh elemen masyarakat. Peserta didik yang menyukai seni karawitan
ini menambahkan, bahwa ia menjadi lebih jago karena memainkan
gamelan di smartphone. Ia juga berpendapat apabila seni karawitan
musnah, akan membuat nilai buruk (malu) sebagai bangsa Indonesia
karena tidak bisa melestarikan kesenian sendiri khususnya masyarakat
Jawa. Ia juga langsung tertarik saat pertama melihat aplikasi Virtual
Javaneses Gamelan ini, dan ia merasa lebih mudah menggunakan
smartphone karena menurutnya setara dengan bermain game. Walaupun
lebih mudah di smartphone kita juga harus bisa menggunakan yang asli.

Untuk mencari tahu tingkat ketertarikan peserta didik dengan


gamelan smartphone, peneliti pun melakukan wawancara dengan beberapa
peserta didik, dan dengan wawancara itu, peneliti memperoleh kesimpulan
bahwa, peserta didik mempunyai tingkat penasaran yang tinggi sehingga
hal baru pasti menarik bagi mereka, termasuk tertariknya mereka untuk
mencoba memainkan gamelan di smartphone. Tidak hanya itu, apresiasi
positif datang dari peserta didik yang mengikuti ekstrakulikuler karawitan,
kata mereka, dengan adanya gamelan di smartphone, mereka bisa belajar
di rumah untuk mengasah ketrampilannya, serta siap ketika ekstrakulikuler
berjalan di sekolah. Walaupun lebih suka yang asli, tapi mereka juga
senang karena bisa belajar juga di rumah menggunakan smartphone.
21

Gambar 2.5 ( Kumpulan peserta didik yang di wawancara)

C. Pelestari Gamelan melalui Smartphone


Sebagai bukti nyata bahwa pelestarian gamelan dapat dilakukan
menggunakan smartphone, maka peneliti membuat grub bernama Grub
Gamelan SMP2 (GASPERO), adapun pemain-pemain yang ikut serta
dalam pelestarian gamelan melalui smartphone yaitu,

Qummas Naziq Yustiary, adalah


` peneliti utama pada Pelestarian
Seni Karawitan melalui
Smartphone. Pada grub Gamelan
SMP 2 yang peneliti buat,
peneliti memilih untuk
memainkan pamurba lagu yaitu
Bonang Barung.

Gambar 2.6 ( Pemain bonang barung


melalui gamelan smartphone)
22

Muhammad Islakhudin Tsani


adalah peneliti kedua yang
mengkoordinator pelaksanaan
pelestarian gamelan melalui
smartphone. Di grub Gamelan
SMP 2 (GASPERO), ia memilih
memainkan pamangku lagu yaitu
Demung.

Gambar 2.7 ( Pemain Demung melalui


gamelan smartphone)

Ismi Tazkiyatul Aula adalah


anggota Gamelan SMP 2
(GASPERO), ia memilih untuk
memegang pamurba lagu yaitu
bonang penerus.

Gambar 2.8 ( Pemain bonang penerus


melalui gamelan smartphone)
23

Fian Farah Nur Fauziah adalah


anggota pelestari seni karawitan
menggunakan media smartphone
dari grub GASPERO. Ia
memilih untuk memainkan alat
musik gamelan pamangku lagu
yaitu Saron

Gambar 2.9 ( Pemain saron melalui


gamelan smartphone)

Achmad Nabil Muzaki adalah


peserta didik yang ikut juga
dalam pelestarian gamelan
melalui smartphone di grub
gamelan SMP 2 (GASPERO). Ia
memilih untuk memainkan alat
musik gamelan yaitu kethuk,
kempyang, dan kenong.

Gambar 3.0 ( Pemain kethuk,


kempyang, dan kenong melalui
gamelan smartphone)
24

Imam Aji Wijaya adalah pemain


kempul dan gong di grub
pelestari gamelan melalui
smartphone. Sebagai pamangku
irama, ia berusaha memukul
dengan tepat dan sesuai dengan
titi laras yang ada. Ia berharap
agar pelestarian seni karawitan
melalui smartphone dapat di
meratakan ke seluruh elemen
masyarakat baik anak-anak,
Gambar 3.1 ( Pemain gong dan
kempul melalui gamelan smartphone) remaja, muda, dan tua.

Gambar 3.2 ( Pemain kendang melalui


gamelan smartphone)

Muhammad Toni Setiawan


adalah peserta didik pemegang
ranking 4 paralel. Rasa
tanggung jawab tercermin pada
dirinya yaitu dengan
25

kesukaannya terhadap gamelan penerus bangsa bertanggung


karena menurutnya itu adalah jawab melestarikannya. Sejak
warisan bangsa dan leluhur tidak adanya tenaga pengajar
yang haruslah kita sebagai dalam pelajaran karawitan,

ia memilih untuk belajar bersama grub GASPERO (pelestari gamelan


melalui smartphone) agar rasa tanggung jawabnya tetap tercermin. Di grub
GASPERO ia memilih untuk memainkan kendang.

D. Data Observasi
Dari pengamatan langsung yang peneliti lakukan di lingkungan
sekitar, peneliti memperoleh data bahwa 7 dari 10 orang memiliki
pengetahuan seni karawitan yang sangat kurang, ia tidak bisa menjelaskan
tentang seni karawitan, tidak tahu nama alat karawitan, bahkan tidak tahu
cara memainkannya. Begitu miris melihat hal ini terjadi di masyarakat.
Faktor yang menyebabkan hal ini terjadi adalah karena tidak adanya
pengajaran dari sekolah maupun keluarga tentang seni karawitan sama
sekali. Rasa ingin tahu mereka cukup tinggi, hampir seluruh masyarakat
ingin tahu cara memainkan gamelan dan mempelajari tentang gamelan,
tapi karena pengajar yang tidak ada, membuat mereka tidak mempelajari
seni karawitan. Faktor lainnya juga karena alat gamelan yang tidak pernah
mereka temui baik di sekolah maupun di lingkungan sekitarnya.

E. Keadaan Seni Karawitan (Gamelan)


Dimasa sekarang ini, seni karawitan hanya dapat dinikmati dan
dimainkan di sekolah tertentu serta klub les tertentu. Jika dipersentase seni
karawitan hanya memiliki 7,25% penggemar di Indonesia. Pada era
globalisasi ini, seni karawitan semakin dikalahkan dengan alat-alat
canggih yang bermunculan secara terus-menerus. Hal ini membuat
kelangkaan alat gamelan di Indonesia karena pengrajin gamelan gulung
tikar karena bahan juga mahal,kelangkaan tersebut membuat alat gamelan
memiliki harga yang sangat mahal. Selain itu, Alat gamelan memiliki
tingkat kesulitan dalam memeliharanya, sehingga tidak sembarang orang
26

memiliki gamelan. Walaupun masalah selalu bermunculan mendesak


gamelan musnah, tetapi pemerintah selalu mendukung pelestarian gamelan
oleh masyarakat.

F. Pemecahan Masalah
Dari banyak permasalahanyang peneliti uraikan diatas, peneliti
berusaha memberikan pemecahan masalah sebaik mungkin, yaitu dengan
mengikutkan seni karawitan (gamelan) ke dalam hasil kemajuan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi yaitu smartphone. Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi memang selalu berkembang dan tidak akan pernah berhenti,
sehingga sebagai kesenian lama, kita juga harus mengembangkan cara
pelestariannya sesuai perkembangan zaman. Peneliti berusaha memberi
saran apabila seni karawitan dilestarikan melalui smartphone. Smartphone
(ponsel cerdas) pasti dimiliki siapa saja tidak memandang tua, muda
maupun anak-anak. Dengan melestarikan seni karawitan melalui
smartphone, maka kita dapat menghemat pengeluaran apabila ikut klub
les. Dengan melestarikan seni karawitan melalui smartphone maka akan
meningkatkan tingkat kepraktisan, kemudahan, efektif, dan nyaman karena
bersifat perorangan. Dengan aplikasi Virtual Javaneses Gamelan ini, kita
bisa tahu nama-nama gamelan, cara memainkannya, not gamelan, serta
lagunya. Hanya tinggal mendownload aplikasi Virtual Javaneses Gamelan
(VJG) kita sudah menjadi generasi penerus bangsa yang ikut serta dalam
melestarikan seni karawitan.

Anda mungkin juga menyukai