Anda di halaman 1dari 5

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keberagaman, mulai dari


keberagaman suku, budaya, kesenian, kepercayaan, adat istiadat, bahasa, alat
musik tradisional, dan masih banyak lagi. Keberagaman indonesia tersebut,
membuat masyarakat indonesia terkenal akan sikap toleransi antar umat
beragama, kreatif, saling menghormati, serta perwujudan sikap persatuan dan
kesatuan. Sikap seperti itulah yang membuat indonesia mempunyai kalimat
semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang artinya walaupun berbeda-beda tetapi
tetap satu juga.
Keberagaman masyarakat Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor,
baik yang datang dari dalam maupun luar masyarakat. Hal ini juga
dipengaruhi oleh faktor alam, diri sendiri, masyarakat, dan sejarah yang
menyertainya. Keberagaman di Indonesia menjadi aset penting bangsa untuk
terus dipertahankan, dilestarikan, dan diperkenalkan kepada negara lain
sehingga membuat Indonesia bangga akan kekayaannya yang ternyata bukan
hanya kekayaan alam saja. Keberagaman tersebut perlu dilestarikan, terutama
keberagaman yang bersifat positif bagi bangsa dan negara agar tidak tergerus
arus globalisasi yang semakin pesat.
Menurut istilah antropologi, yang ditulis oleh Koentjaraningrat (1990 :
180) kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil
karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri
manusia dengan belajar. (Prestisa, 2015 : 2) Pelestarian bukan hanya dengan
memperkenalkan, tetapi juga meminta masyarakat untuk melakukan dan juga
berpartisipasi dalam kegiatan pelestarian budaya bangsa. Dari ribuan
keberagaman budaya dan tradisi di Indonesia, pulauJawa, Bali, dan Madura
mempunyai alat musik yang melekat pada keseniannya, yaitu Gamelan.
Gamelan sendiri merupakan alat musik tradisional yang termasuk dalam salah
satu asset warisan budaya bangsa dan telah dicatatkan oleh UNESCO sebagai

1
2

warisan dunia pada tahun 2014 bersamaan dengan upacara adat Sekaten dan
kuliner Lumpia.
Gamelan sendiri adalah alat musik tradisional, terbuat dari perunggu
yang dipangku oleh ukiran kayu bermotif dan menghasilkan suara. Ada pula
bagian dari alat musik gamelan yang tidak terbuat dari perunggu, melainkan
dari kulit hewan, yaitu kendang. Akan tetapi, seiring berkembangnya zaman,
kendang bukan hanya digunakan bersama alat musik gamelan tetapi juga
dipadukan dengan jenis musik lainnya seperti dangdut, keroncong, dan lain
sebagainya.
Gamelan sudah ada di bumi Indonesia sejak abad ke 8 tepatnya pada
zaman Majapahit. Saat itu, gamelan digunakan di kerajaan untuk menyambut
raja dan tamu kerajaan. Relief yang menjadi bukti adanya gamelan sejak saat
itu ditemukan di candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah pada abad 18.
Sejak abad ke 18, gamelan mulai di produksi, dan alunan musiknya mulai
diminati masyarakat.
Seiring berjalannya waktu, alat musik tradisional gamelan semakin di
tinggalkan, hal ini disebabkan karena arus globalisasi dan perkembangan
zaman yang semakin lama semakin membuat gamelan terdesak untuk terus
dikenal.Tergesernya alat musik gamelan, membuatnya memiliki harga yang
sangat mahal, dan tidak mungkin dibeli untuk perorangan. Masalah itu juga
membuat susahnya masyarakat khususnya kaum muda untuk belajar
memainkan alat musik gamelan, bahkan untuk dapat belajar, mereka harus
ikut dalam grub les alat musik gamelan yang mengenakan tarif perbulan.
Grub les pun biasanya terdiri dari orang tua (kaum duafa), hal ini semakin
menambah kemalasan para kaum muda dan remaja untuk belajar seni
gamelan. Dalam penggunaan gamelan, banyak hal yang perlu diketahui dalam
memainkannya, mulai dari penghafalan not, lagu, kekompakan, dan masih
banyak lagi. Hal ini juga menambah berkurangnya peminat seni musik
gamelan karena susah memahami penggunaannya secara otodidak.
Arus globalisasi yang semakin dahsyat pengaruhnya terhadap semua
aspek di Indonesia ini, kecintaan terhadap Gamelan benar-benar semakin
terdesak dan bahkan semakin “mematikan rasa”. Rasa cinta, rasa memiliki
terhadap budaya/kesenian sendiri (musik Gamelan) benar-benar semakin
3

rendah. Hal ini dibuktikan oleh Handoyo pada saat melakukan penelitian
tentang “Upaya Membangkitkan Rasa Cinta dan Rasa Memiliki Terhadap
Gamelan dan Wayang Kulit”. Pada penelitian yang dilakukan beliau, hanya
sedikit penonton yang minat untuk menonton Pagelaran Gamelandan
Wayang Kulit yang dilaksanakan oleh Jurusan Pendidikan Seni Rupa
Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta pada tanggal 10
Maret 2012 malam, penontonnya cukup sedikit. Dosen yang menyaksikan
sangat sedikit, mahasiswanya lebih sedikit, bahkan dapat dihitung dengan jari
(Handoyo, 2012 : 1). Menurut penelitian yang telah dilakukanYoga
Paramadita yang berjudul “Kurangnya Kepedulian Remaja Modern
Terhadap Kesenian Tradisional” membuktikan bahwa anak remaja dan
mahasiswa zaman sekarang lebih suka kebudayaan dari barat seperi musik
jazz, roock, pop, dan lain sebagainya.(Pramadita, 2014)
Kenyataan tersebut menjadi bukti, bahwa rasa cintadan rasa memliki
pada remaja terhadap gamelan sangatlah rendah. Faktor yang membuat rasa
cinta dan rasa memiliki ini berkurang adalah kurangnya pengetahuan kaum
remaja tentang sejarah gamelan, selain itu, sulitnya untuk mencoba bermain
gamelan juga menjadi faktor berkurangnya rasa cinta dan rasa memiliki
terhadap gamelan.
Arus globalisasi yang selalu membawa hal baru tidak dapat
dihindarkan ataupun dihentikan. Dunia selalu menuntut agar Ilmu
Pengetahuan Dan Teknologi selalu memunculkan alat yang
mempermudahkan manusia dalam bekerja dan mencari hiburan. Oleh karena
itu, solusi yang tepat untuk melestarikan gamelan di era globalisasi yang terus
berjalan adalah mengikutkan gamelan ke arus globalisasi. Yaitu
memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
melestarikan gamelan.
Arus globalisasi selalu memunculkan peralatan atau penemuan baru
yang semakin canggih, salah satunya adalah smartphone. Smartphone atau
handphone pintar sangat diminati oleh kaum remaja, kaum muda, anak-anak,
bahkan kaum duafa karena efisien dan multi fungsi. Anak anak dapat bermain
game, kaum remaja dapat bersosial media dan mudah berkomunikasi dengan
4

teman, serta kaum duafa dapat dengan mudah mengakses berita karena hanya
dengan satu kali klik.
Pemanfaatan smartphone sebagai sarana pelestarian seni gamelan
adalah hal yang sangat tepat. Dengan smartphone yang selalu dekat dengan
diri pengguna baik anak anak ataupun dewasa, pelestarian seni ini akan
semakin mudah, jika pengguna menerapkan (install) aplikasi Virtual
Javaneses Gamelan dari WMA Wells Music Academy. Peneliti yakin, dengan
ini pelestarian seni gamelan akan sangat mudah, karena hemat, efisien,
bersifat perorangan, dan penggunaan yang mudah.
Dengan penerapan aplikasi Virtual Javanese Gamelan, masyarakat
khususnya generasi penerus bangsa dapat mengetahui solusi lain melestarikan
gamelan dengan jalan yang lebih hemat, efisien, dan mudah. Dengan adanya
aplikasi Virtual Javanese Gamelan, kaum anak-anak, remaja, dan muda akan
tahu apa itu Gamelan, Macam-macam alat musik gamelan, cara bermain alat
musik gamelan, dan pengetahuan tentang aliran musik gamelan.
Peneliti berharap, dalam setiap pertunjukan, akan banyak penonton
yang berdatangan, karena mereka telah berbekal pengetahuan dari aplikasi
Virtual Javanese Gamelan, Sehingga kapanpun dan dimanapun masyarakat
khususnya kau muda siap untuk bermain alat musik gamelan yang
sebenarnya. Selain itu, dengan aplikasi Virtual Javanese Gamelan,
masyarakat bisa menjawab apa saja pertanyaan warga mancanegara tentang
Gamelan khas masyarakat Jawa, Bali, dan Madura.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan dalam latar belakang di
atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah cara
melestarikan seni karawitan melalui android secara efektif, mudah, dan
murah?”
.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk melestarikan seni karawitan melalui android secara efektif, mudah, dan
murah.
5

D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah, memberi solusi atau memecahkan masalah
pelestarian seni karawitan yang lebih efektif, mudah, dan murah dengan
menggunakan smartphone yang hampir seluruh masyarakat pengguna
memilikinya.

E. Sistematika Penelitian
Karya ilmiah ini terdiri atas 5 bab antara lain; Bab I berisi
Pendahuluan, yang terdiri atas Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan dan
Manfaat Penelitian, serta Sistematika Penelitian. Bab II berisi tentang
Tinjauan Pustaka. Bab III berisi tentang Metode Penelitian, Bab IV
menjelaskan tentang hasil analasis lingkungan sekitar mengenai penggunaan
aplikasi Virtual Javanese Gamelan sebagai sarana upaya pelestarian seni
karawitan. Sedangkan bab V berisi tentang simpulan dan saran. Sebagai
pertanggung jawaban, peniliti sertakan pula Daftar Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai