Pendahuluan Cawan Musi
Pendahuluan Cawan Musi
PENDAHULUAN
Saat ini industri makanan yang modern di seluruh dunia telah menghasilkan berbagai
macam variasi makanan yang semakin beragam dan mudah disajikan. Makanan
instan merupakan pilihan yang dapat mempermudah kehidupan sehari-hari karena
dapat mempersingkat waktu dalam mempersiapkan bahan dan memasak. Namun,
sebagian besar makanan instan memiliki kandungan gizi yang tidak seimbang
sehingga dapat memberikan pengaruh buruk dalam kesehatan. Oleh karena itu,
perlunya perubahan pola konsumsi makanan instan yang fungsional dan memberikan
manfaat tambahan bagi kesehatan (Suter, 2013).
Salah satu contoh bahan makanan yang mudah untuk dijadikan makanan instan
fungsional adalah telur. Telur mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh
tubuh seperti protein, lemak, vitamin, dan mineral. Telur mengandung protein tinggi
karena mengandung semua asam amino penting yang lengkap. Oleh karena itu, telur
sering digunakan sebagai tolak ukur untuk menilai kualitas protein suatu makanan.
Ketersediaan telur yang mudah, membuat telur menjadi pilihan yang tepat untuk
olahan makanan karena harga yang terjangkau dibandingkan dengan sumber protein
lainnya. Salah satu Olahan makanan yang menggunakan bahan baku telur adalah
chawan-mushi (Indrawan dkk., 2012).
Chawan-mushi merupakan salah satu olahan makanan khas Jepang yang populer di
kalangan masyarakat untuk menjaga kesehatan. Chawan-mushi terbuat dari telur
kocok dengan campuran kaldu, sayuran, dan daging lalu dikukus di dalam cangkir
menggunakan alat pengukus, sehingga memiliki tekstur lembut dan biasanya
disajikan sebagai hidangan pembuka di restoran Jepang (Noguchi, 2013). Chawan-
mushi sangat disukai karena memiliki rasa yang unik dan enak, serta memiliki
kandungan gizi yang seimbang. Telur sebagai bahan utama mengandung protein
tinggi, vitamin B kompleks, dan mineral. Penambahan lainnya juga dapat
memberikan serat, vitamin, dan zat besi yang baik bagi tubuh (Wulandari dkk., 2015).
1.2 Tujuan
Dapus
Suter, I. K. 2013. Pangan fungsional dan prospek pengemabangannya. Jurnal
Teknologi Pangan, 1-17.
Indrawan, I. G., Sukada, I. M., dan Suada, I. K. 2012. Kualitas telur dan pengetahuan
masyarakat tentang penanganan telur di tingkat rumah tangga. Jurnal
Indonesia Medicus Veterinus. 1(5): 607-620.
Noguchi, M. 2013. Studies on the Japanese cooking “chawan-mushi” the optimum
temperature. NAOSITE: Nagasaki University’s Academic Output SITE. 19(1):
141-148.
Wulandari, R. A., Nurani, A. S., dan Mahmudatussa’adah, A. 2015. Pengembangan
media video tutorial dalam mata kuliah makanan oriental. Media Pendidikan
Gizi dan Kuliner. 4(2): 49-51.
IV. KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran