DARURAT
TUGAS AKHIR
Oleh :
NIM 105070301111002
TUGAS AKHIR
PANGAN DARURAT
Oleh :
Laily Fandianty Ningsih
NIM : 105070301111002
Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Gizi Kesehatan
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberi petunjuk dan
“Mutu Gizi dan Organoleptik Formulasi Food Bar Tepung Bekatul dan
Ketertarikan penulis akan topik ini didasari oleh fakta bahwa saat ini
dasar untuk para korban bencana meliputi makanan, pakaian, air bersih dan
kebutuhan harian energy dan gizi korban bencana. Pangan darurat yang
digunakan adalah makanan ready to eat tanpa harus menggunakan air untuk
adalah makanan padat (food bar). Selain itu, Indonesia memiliki banyak potensi
diantaranya adalah komoditi jagung yang jumlahnya terbesar kedua pada sector
pertanian dan bekatul yang mempunyai nilai gizi tinggi akan tetapi belum dapat
termanfaatkan. Oleh karena itu, penulis ingin membuat makanan padat berbahan
dasar tepung bekatul dan tepung jagung sebagai alternative pangan darurat.
yang kepada:
1. Dr. dr. Karyono Mintaroem, Sp.PA, selaku Dekan FKUB yang telah berkenan
2. Dr. Endang Sriwahyuni, MS selaku Ketua Jurusan program studi Ilmu Gizi
FKUB Malang.
iii
iv
3. Dr. Dra. Sri Winarsih, APT, Msi, selaku dosen penguji yang bersedia
4. dr. Arliek Rio Julia, MS selaku dosen pembimbing 1 yang telah memberikan
6. Yang tercinta Ibunda dan Ayahanda atas segala kasih sayang, doa dan
7. Yang tersayang kakak dan adik atas segala doa dan semangat yang
diberikan.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, Oleh
karena itu penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik yang membangun
Penulis
iv
ABSTRAK
Ningsih, Laily Fandianty. 2014. Mutu Gizi dan Organoleptik Formulasi Food
bar Tepung Bekatul dan Tepung Jagung Sebagai Alternatif Pangan
Darurat. Tugas Akhir, Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya. Pembimbing : (1) dr. Arliek Rio Julia, MS. (2)
Inggita Kusumastuty, S.Gz, M.Biomed.
Kata kunci: pangan darurat, food bar, bekatul, jagung, mutu gizi.
iv
ABSTRACT
Ningsih, Laily Fandianty. 2014. Nutritional and Organoleptic Quality Food Bar
Formulation of Rice Bran Flour and Corn Flour as Alternative
Emergency Food Product. Final Assignment, Nutrition Departement
Faculty of Medicine, University of Brawijaya. Supervisor: (1) dr. Arliek Rio
Julia, MS. (2) Inggita Kusumastuty, S.Gz, M.Biomed.
Keyword : Emergency food product, food bar, rice bran, corn, nutritional quality.
v
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan…...…………………………………………………… ii
Abstrak…………………………………………………………………………. v
Abstract ………………………………………………………………………... vi
BAB 1 PENDAHULUAN
vii
2.2 Food Bar (Food Bar) ……………………………………. 8
viii
4.3.2 Kriteria Inklusi ……………………………………………. 23
ix
5.2.2 Kadar Lemak Food Bar …………………………………. 40
BAB 6 PEMBAHASAN
x
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….. 70
LAMPIRAN ……………………………………………………………………. 74
xi
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Persentase Mutu Gizi Food Bar per 50 gram …………….... 37
Tabel 5.4 Persentase Rata – Rata Kadar Protein Food Bar (per 50
gram )…………………………………………………………… 39
Tabel 5.5 Persentase Rata – Rata Kadar Lemak Food Bar (per 50
gram )…………………………………………………………… 41
Tabel 5.6 Persentase Rata – Rata Kadar Karbohidrat Food Bar (per
50 gram )……………………………………………………….. 42
Tabel 5.7 Tabel Penilaian Panelis Mutu Organoleptik Rasa Food Bar
…………………………………………………………………… 44
Tabel 5.8 Uji Mann Witney Mutu Organoleptik Rasa Food Bar………. 44
Bar ……………………………………………………………… 46
Tabel 5.10 Uji Mann Witney Mutu Organoleptik Aroma Food Bar…….. 47
xii
Tabel 5.11 Tabel Penilaian Panelis Mutu Organoleptik Tekstur Food
Bar ……………………………………………………………… 49
Bar………………………………………………………………. 49
Bar ……………………………………………………………… 51
Bar…………………………………………………………......... 52
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 4 Formulir Uji Hedonik Rasa, Aroma, Tekstur dan Warna ... 79
Penelitian ………………………………………………......... 81
xiv
DAFTAR SINGKATAN
LU : Lintang Utara
LS : Lintang Selatan
BT : Bujur Timur
BB : Bujur Barat
Aw : water activity
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia
95o BT-141 o BT serta terletak pada pertemuan 3 lempeng utama dunia yaitu
seperti ini, diperlukan desain pangan khusus untuk keadaan darurat bencana
bergizi. Salah satu alternatif pangan yang dapat diberikan pada para
1
2
konsumsi harian energi dan gizi manusia sebesar 2100 kkal yang terjadi bila
dalam keadaan darurat (IOM, 1995 dalam Luthfiyanti dkk., 2011). Keadaan
Salah satu contoh produk pangan darurat yang memiliki umur simpan
yang cukup lama adalah food bar. Food bar merupakan salah satu produk
pangan olahan kering berbentuk batang yang memiliki nilai aw rendah yang
yang cukup panjang. Food bar memiliki bentuk batang yang memudahkan
bekatul di indonesia cukup banyak mencapai 4,5–5 juta ton setiap tahunnya
samping proses penggilingan beras pecah kulit yang terdiri dari lapisan
sebagai bahan pangan. Hal ini disebabkan bekatul memiliki nilai gizi yang
cukup tinggi. Kandungan gizi bekatul sangat baik dengan kandungan lemak
kasar yang didominasi oleh oleat dan linoleat, protein, vitamin B dan E serta
3
serat pangan (Luh dan Barber, 1991). Dengan pengolahan yang tepat,
Pemilihan jagung sebagai bahan baku alternatif dalam pembuatan food bar
Menurut data Badan Pusat Statistik (2007) dalam Suarni (2009) menyatakan
bahwa produksi jagung nasional pada tahun 2006 mencapai 11,6 juta ton.
Disamping itu tepung jagung memiliki kelebihan lebih tahan disimpan, mudah
dicampur denga bahan lain, dapat diperkaya zat gizi, lebih praktis dan mudah
sebagai bahan baku pembuatan food bar untuk memberikan nilai tambah
1. Apakah formulasi food bar berbahan baku tepung bekatul dan tepung
2. Apakah formulasi food bar berbahan baku tepung bekatul dan tepung
bekatul dan tepung jagung yang tepat sesuai syarat pangan darurat dan
jagung
dan tepung jagung yang tepat sesuai syarat pangan darurat dan
TINJAUAN PUSTAKA
memiliki energi dan densitas gizi yang tinggi untuk korban bencana alam
darurat selama 3 sampai 7 hari, maksimal 15 hari. Produk ini bisa digunakan
pada daerah yang memiliki iklim ekstrim dari kutub utara sampai tropis.
tertentu yang menyediakan energi, protein, lemak, vitamin dan mineral untuk
bertahan hidup.
cocok untuk segala usia mulai dari anak berusia 6 bulan sampai orang tua.
a. Aman
c. Mudah dibagikan
d. Mudah digunakan
e. Nutrisi lengkap
saat proses pembungkusan. Warna dari food bar tergantung dari bahan
darurat harus memenuhi kebutuhan 2100 kkal dan dapat dibagi dalam
6
7
Sembilan bar, setiap bar sama dengan dua porsi dimana setiap porsi
menghasilkan 116 kkal. Total berat keseluruhan (2100 kkal) kira-kira 450
gram (50gram/bar).
Total Karbohidrat
Total Gula 11,7 gram 14,7 gram
(40% dari kalori) (50% dari kalori)
(Zoumas et al., 2002)
b. Pangan darurat tidak sesuai untuk individu yang menderita malnutrisi dan
d. Pangan darurat tidak dapat menggantikan ASI bagi bayi umur 0-6 bulan.
pembuatan pangan darurat. Hal ini dikarenakan produk pangan darurat akan
dikonsumsi oleh beragam etnik dan budaya. Alkohol dan bahan hewani
8
selain susu tidak boleh digunakan dalam pembuatan pangan darurat. Bahan-
bahan pangan dengan kandungan zat alergen seperti kacang tanah, tidak
b. Protein : isolat atau konsentrat protein kedelai, susu, kasein, dan produk
turunannya.
matahari.
Food bar dibuat dari campuran bahan pangan (blended food) yang
diperkaya dengan nutrisi yang kemudian dibentuk menjadi bentuk padat dan
kompak (a food bar form). Bar (batangan) merupakan salah satu jenis produk
pangan darurat yang telah dikomersialisasikan. Produk ini juga cocok untuk
didistribusikan, ringan, kadar air yang rendah sehingga produk ini awet dan
diperoleh ukuran yang seragam dari satu atau lebih komponen, dengan
yaitu susu dan terigu. Keuntungan metode ini, adalah daya serap
2.2.1.2 Pencetakan
2.2.1.3 Pengovenan
tergantung suhu, jenis oven dan jenis kue. Makin sedikit kandungan gula
adonan yang mentah menjadi suatu produk yang ringan, porous dan
merupakan pengaruh fisik yang murni dari panas terhadap gas CO2
2.3 Jagung
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Genus : Zea
a. Asam lemak pada jagung meliputi asam lemak jenuh (palmitat dan
stearat) serta asam lemak tidak jenuh, yaitu oleat (omega 9) dan linoleat
pandang gizi dan sifat fungsionalnya, jagung utuh lebih baik daripada
terutama pada jagung kuning. Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro,
sel.
pangan larut dan tidak larut sangat kecil. Selain dapat membantu
Kandungan gizi tepung jagung secara lengkap dapat dilihat pada tabel 2.4.
2.4 Bekatul
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Familia : Poaceae
Genus : Oryza
Gabah padi terdiri dari 2 bagian yaitu endosperm atau butiran beras
dan kulit kulit padi (sekam). Kulit padi memiliki 2 lapisan, yaitu hull (lapisan
beras dengan sekam yang kemudian dilakukan proses penyosohan dua kali.
yang bertekstur halus dan tidak mengandung sekam. Penggilingan padi ini
bermanfaat, memiliki cita rasa sedikit manis, sumber protein dan zat besi
serat tinggi. Selain itu, bekatul juga kaya akan pati, protein, lemak dan
mineral. Kandungan gizi bekatul secara lengkap dapat dilihat pada tabel
2.5.
serat, vitamin B kompleks, protein, tiamin dan niasin lebih banyak terdapat
didalam bekatul. Bekatul juga mengandung lemak tidak jenuh tinggi, lemak ini
mengabaikan konsumsi bekatul. Selain itu manfaat zat gizi yang terdapat
a. Protein. Protein adalah zat gizi penting untuk pertumbuhan jaringan dan
masa tumbuh kembang, masa hamil dan menyusui, serta ketika sakit.
hewani, tetapi lebih tinggi dari kedelai, jagung dan terigu. Asam amino
dibandingkan beras.
b. Vitamin B (B1, B2, B3, dan B6). Vitamin B adalah vitamin yang
c. Asam lemak tidak jenuh. Bekatul juga merupakan sumber asam lemak
aterosklerosis.
gigi.
Tepung bekatul memiliki kadar lemak dan air yang lebih rendah
(2006)
BAB 3
Kebutuhan Makanan
Korban bencana Tepung Bekatul Tepung Jagung
Karbohidrat
Tekstur padat
( 40 – 50 %)
Rasa khas
bahan dasar
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Keterangan :
= Diteliti
= Tidak diteliti
19
20
memiliki cita rasa sedikit manis, sumber protein dan zat besi yang baik tetapi
ragam makanan. Disamping itu tepung jagung memiliki kelebihan lebih tahan
disimpan, mudah dicampur denga bahan lain, dapat diperkaya zat gizi, lebih
2008).
Food bar merupakan salah satu produk pangan olahan kering berbentuk
mikroba sehingga memiliki umur simpan yang cukup panjang. Food bar untuk
pangan darurat mempunyai kriteria ketebalan 1,5 cm; panjang 6,3 cm; dan
1. Ada perbedaan kandungan zat gizi makro pada food bar dari berbagai
METODE PENELITIAN
lebih tinggi dari 45% menyebabkan bekatul sangat terasa pada cookies dan
formulasi tepung bekatul dan tepung terigu. Pada penelitian ini penggunaan
tepung bekatul paling tinggi adalah 50%. Penggunaan bekatul lebih tinggi 5%
bekatul dan tepung jagung. Tepung jagung memiliki cita rasa khas dan sedikit
manis sehingga dapat menutupi rasa pahit bekatul. Penelitian ini dilakukan
Tepung
Perlakuan Tepung Bekatul Tepung Jagung
gandum
P0 0% 0% 100%
P1 10 % 90 % 0%
P2 20 % 80 % 0%
P3 30 % 70 % 0%
P4 40 % 60 % 0%
P5 50 % 50 % 0%
21
22
4.3 Sampel
4.3.1 Replikasi
( t – 1 ) ( r – 1 ) ≥ 15
( t – 1 ) (r – 1 ) ≥ 15
( 6 – 1 ) ( r – 1 ) ≥ 15
5r – 5 ≥ 15
5r ≥ 20
r=4
Keterangan :
Taraf Replikasi
Perlakuan R1 R2 R3 R4
P0 P0R1 P0R2 P0R3 P0R4
P1 P1R1 P1R2 P1R3 P1R4
P2 P2R1 P2R2 P2R3 P2R4
P3 P3R1 P3R2 P3R3 P3R4
P4 P4R1 P4R2 P4R3 P4R4
P5 P5R1 P5R2 P5R3 P5R4
24
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah nilai kandungan zat gizi makro
(Protein, Lemak dan Karbohidrat) dan mutu fisik (tekstur, rasa, warna
aroma)
Campur kering
Margarine 10%
Madu 18%
Pencampuran
Kacang Tanah 22 %
Adonan kalis
Pencetakan
Pemanggangan bertingkat :
1) Suhu 120o C selama 20 menit
2) Suhu 140o C selama 10 menit
Modifikasi dari Brisske (2004) dalam Ricelina (2007) dan Hasil Penelitian
Pendahuluan
26
tanah. Disisi lain adonan tepung bekatul dan tepung jagung dicampur
6,3 cm ; lebar 4,5 cm dan ketebalan 1,5 cm. Selanjutnya adonan melalui
sehingga tidak terjadi crust hardening, yaitu matang bagian luar tetapi
ditambahkan 1.9 +0.1 g K2SO4, 40 +10 mg HgO, 2.0 +0.1 ml H2SO4, dan
beberapa butir batu didih. Sampel didestruksi (dididihkan) selama +1.5 jam
sampai menjadi jernih lalu didinginkan. Isi labu Kjeldahl tersebut (cairan
dan labu dibilas dengan air. Air bilasan juga dipindahkan ke dalam alat
H3BO3dan 2 tetes indikator (metil merah : metil biru = 2:1) sampai kurang
lebih 50 ml. Larutan dalam erlenmeyer kemudian dititrasi dengan HCl 0.02
Keterangan :
yang telah dihubungkan dengan labu lemak yang telah dikeringkan dan
diketahui bobotnya lalu dikeringkan pada oven suhu 105º C selama 3 jam.
dikali 100%.
29
berdasarkan perhitungan(dalam %) :
hedonik meliputi warna, aroma, rasa dan tekstur (Misnawi dan Wahyudi,
kesukaan ini disebut skala hedonik ,misalnya amat sangat suka, sangat
suka, suka, agak suka, netral, agak tidak suka, tidak suka dan amat sangat
Barawijaya. Ada 6 jenis sampel Food bar yang akan diuji. Dengan jumlah
minuman ringan.
30
Berbadan sehat, bebas dari penyakit THT, tidak buta warna serta
gangguan psikologis.
Tidak dalam keadaan kenyang atau lapar, artinya setidaknya 1,5-2 jam
terlebih dahulu
uji organoleptik
yang mana simbol tersebut tidak diketahui oleh panelis, dan panelis
Persiapan peralatan
Pembuatan
Food bar
P0 P1 P2 P3 P4 P5
Hasil Data
Perhitungan dan
Analisa Data
Kesimpulan
4.9.1 Tepung bekatul berasal dari bekatul yang dibeli pada agen di daerah
Kerto. Bekatul berasal dari penggilinggan padi di kota Blitar. Setelah itu
4.9.2 Tepung jagung merek “Gasol” yang dibeli pada agen di daerah Samaaan
4.9.3 Food bar adalah makanan yang berbentuk padat dengan ketebalan 1,5
karbohidrat 40-50%.
dengan uji normalitas Shapiro Wilk. Jika p value p<0.05 maka akan
digunakan uji parametric yaitu uji statistik One Way ANOVA. Dimana jika p
value <0,05 maka dilanjutkan dengan uji Post Hoc Duncan Multiple Range
Test (DTMR). Apabila data tidak terdistribusi normal maka dilanjutkan uji
non parametrik yaitu uji Kruskal Wallis. Dimana jika p value <0,05 maka
formula, yaitu:
bar masih basah karena kandungan air yang sangat tinggi. Selain it,
kadar air yang terlalu tinggi akan mempengaruhi daya simpan produk.
Semakin tinggi kadar air dalam makanan maka semakin rendah daya
35
35
total bahan menjadi 40%. Akan tetapi terdapat kekurangan dalam hasil
food bar ini yaitu food bar lebih rapuh dari sebelumnnya. Sehingga food
bar ini tidak sesuai untuk pangan darurat. Salah satu kriteria pangan
gelatin juga tidak muda patah. Food bar menjadi keras kan tetpi empuk
saat digigit. Akan tetapi, food bar dengan penambahan gelatin memiliki
36
daya simpan yang rendah karena sifat gelatin yang mengikat air dari
bar dengan penambahan gelatin tumbuh bintik – bintik jamur putih dan
tepat. Madu berfungsi sebagai pengikat dan pemberi rasa manis pada
adonan. Sehingga pada formula ini, madu dapat mnggantikan telur dan
gula. Food bar yang dihasilkan memiliki tekstur yang keras dan tidak
mudah patah. Selain itu, food bar dengan madu memiliki daya simpan
yang lebih lama yaitu selama 1 bulan sebelum penelitian, food bar
tidak mudah patah dan produk dapat matang sampai ke dalam adonan.
tepung jagung. Food bar yang dihasilkan memiliki ukuran panjang 9 cm; lebar
37
6 cm dan tebal 0,7 cm dengan berat 50 gram setiap batang. Food bar telah
Seluruh perlakuan food bar dianalisis mutu zat gizinya. zat gizi yang
dianalisis dari sampel adalah protein, lemak dan karbohidrat. Analisis kadar
konsumsi harian energi dan gizi manusia sekitar 2100 kkal yang terjadi bila
kalori sehari (2100 kkal) yang dapat disumbangkan oleh protein sebesar 10 –
mengandung energi 233-250 kkal; lemak 9,1-11,7 gram dan protein 7,9-8,9
gram.
Dari analisa mutu gizi yang didapatkan dapat diketahui energi yang
terkandung dalam 50 gram food bar dengan cara menghitung secara tidak
yang telah ditentukan per unit volume atau massa, lemak menyimpan 9
Berdasarkan jumlah energi pada setiap food bar, dapat diketahui semua
perlakuan tidak memenuhi syarat minimal pangan darurat yaitu 233 kkal.
Akan tetapi, total energi yang paling mendekati syarat energi pangan darurat
bar dengan proporsi 10% tepung bekatul dan 90% tepung jagung.
Kadar protein sampel perlakuan P1 12,71 gram, lebih besar dari pada
P5 lebih rendah dari P0. Sedangkan P4 lebih tinggi dari P0. Secara
15%.
gizi protein.
bar dengan proporsi 10% tepung bekatul dan 90% tepung jagung.
Kadar protein sampel perlakuan P1 18,82 gram, lebih besar dari pada
lebih rendah dari P0. Sedangkan P2 dan P3 lebih tinggi dari P0.
45%.
gizi lemak.
Food bar dengan proporsi 20% tepung bekatul dan 80% tepung
sampel P2, P3, P4 dan P5 lebih tinggi dari P0. Secara keseluruhan
gizi karbohidrat.
Tabel 5.8 Uji Mann Witney Mutu Organoleptik Rasa Food bar
P0 P1 P2 P3 P4 P5
P0 0,012* 0,045* 0,021* 0,968 0,879
P1 0,012* 0,721 0,882 0,008* 0,008*
P2 0,045* 0,721 0,805 0,036* 0,033*
P3 0,021* 0,882 0,805 0,014* 0,013*
P4 0,968 0,008* 0,036* 0,014* 0,847
P5 0,879 0,008* 0,033* 0,013* 0,847
Keterangan : * signifikan
sebesar p=0,805.
Keterangan :
- Taraf perlakuan P0,P1,P2,P3,P4,P5 = proporsi tepung bekatul:tepung jagung, P0
(100% tepung gandum),P1 (10% tepung bekatul : 90% tepung jagung), P2 (20%
tepung bekatul : 80% tepung jagung), P3 (30% tepung bekatul : 70% tepung
jagung), P4 (40% tepung bekatul : 60% tepung jagung) dan P5 (50% tepung
bekatul : 50% tepung jagung).
- Tingkat kesukaan 5,4,3,2,1 = sangat suka, suka, biasa, tidak suka, sangat tidak
suka.
47
Tabel 5.10 Uji Mann Witney Mutu Organoleptik Aroma Food bar
P0 P1 P2 P3 P4 P5
P0 0,004* 0,060 0,010* 0,180 0,488
P1 0,004* 0,158 0,566 0,068 0,017*
P2 0,060 0,158 0,348 0,591 0,206
P3 0,010* 0,566 0,348 0,167 0,045*
P4 0,180 0,068 0,591 0,167 0,496
P5 0,488 0,017* 0,206 0,045* 0,496
Keterangan : * signifikan
p=0,167.
Tabel 5.12 Uji Mann Whitney Mutu Organoleptik tekstur Food bar
P0 P1 P2 P3 P4 P5
P0 0,003* 0,007* 0,001* 0,001* 0,081
P1 0,003* 0,679 0,824 0,648 0,233
P2 0,007* 0,679 0,513 0,340 0,365
P3 0,001* 0,824 0,513 0,823 0,156
P4 0,001* 0,648 0,340 0,823 0,095
P5 0,081 0,233 0,365 0,156 0,095
Keterangan : * signifikan
50
Tabel 5.14 Uji Mann Whitney Mutu Organoleptik Warna Food bar
P0 P1 P2 P3 P4 P5
P0 0,000* 0,001* 0,001* 0,052 0,321
P1 0,000* 0,606 0,504 0,016* 0,001*
P2 0,001* 0,606 0,830 0,017* 0,001*
P3 0,001* 0,504 0,830 0,029* 0,002*
P4 0,052 0,016* 0,017* 0,029* 0,119
P5 0,321 0,001* 0,001* 0,002* 0,119
Keterangan : * signifikan
PEMBAHASAN
Dimana, seharusnya food bar memiliki ukuran panjang 6,3 cm ; lebar 4,5
cm dan tebal 1,5 cm. Akan tetapi, food bar yang dihasilkan memiliki ukuran
panjang 9 cm; lebar 6 cm dan tebal 0,7 cm. Hal ini dikarenakan, adonan
panas oven berasal dari kombinasi radiasi dinding oven, konveksi dari
udara dan konduksi dari tray atau wadah bahan pangan. Panas yang
sehingga bagian bawah adonan yang menyentuh tray lebih cepat matang
(Mudjajanto dan Yulianti, 2004). Semakin tebal dan lebar bahan pangan
kurang matang pada bagian dalam. Hal ini dikarenakan panas dari oven
tidak masuk sampai ke dalam bahan pangan. Sehingga pada penilitian ini
54
55
dengan syarat pangan darurat yaitu diperuntukan bagi bayi berusia diatas 6
rendah daya serap air pada makanan balita semakin baik, karena
lebih rendah dari P0. Sedangkan P4 lebih tinggi dari P0. Secara
tepung bekatul dan tepung jagung yang sama – sama memiliki kandungan
dan tepung jagung yang tinggi hasilnya hampir sama dengan proporsi
seperti tempe, tahu, roti dan pasta. Pada food bar ini digunakan kacang
tanah karena kacang tanah memiliki kandungan protein yang tinggi dan
aroma yang kuat sehingga dapat menutupi aroma langu dari tepung
bekatul.
bahwa protein jagung (8-11%) terdiri atas lima fraksi, yaitu : albumin,
jumlah protein yang sangat tinggi pada produk pangan darurat memiliki
57
air di dalam tubuh. Jumlah konsumsi protein yang terlalu tinggi akan
penggunaan tepung bekatul dan tepung jagung yang sama – sama memiliki
Sehingga dengan proporsi tepung bekatul yang rendah dan tepung jagung
yang tinggi hasilnya hampir sama dengan proporsi tepung bekatul yang
dan 90% tepung jagung. Kadar Lemak sampel perlakuan P1 18,82%, lebih
besar dari pada P0 (kontrol 100% tepung gandum). Kadar lemak sampel P4
dan P5 lebih rendah dari P0. Sedangkan P2 dan P3 lebih tinggi dari P0.
penting yaitu sebagai salah satu penyumbang energi (IOM,2002). Satu gram
tersebut. Perubahannya bahkan dapat terjadi kea rah yang tidak diinginkan
Selain itu, rendahnya lemak pada food bar juga dipengaruhi oleh
Pada Pernyataan ini sesuai dengan Palupi (2007) dalam Ramadhani (2012)
yaitu makin lama waktu yang digunakan dalam suhu yang rendah maka
penggunaan tepung bekatul dan tepung jagung yang sama – sama memiliki
59
dan tepung jagung yang tinggi hasilnya hampir sama dengan proporsi
lebih besar dari pada P0 (kontrol 100% tepung gandum). Kadar karbohidrat
sampel P2, P3, P4 dan P5 lebih tinggi dari P0. Secara keseluruhan menurut
untuk memenuhi kecukupan kalori terbesar selain dari protein dan lemak.
rasa merupakan faktor penting untuk menentukan daya terima suatu bahan
asam, asin).
60
“tidak suka” pada perlakuan P4, 40% mempunyai tingkat kesukaan “biasa”
maka food bar dengan proporsi 10% tepung bekatul dan 90%tepung jagung
perlakuan kontrol.
Rasa manis pada food bar diperoleh dari penambahan madu, selain
panelis terhadap rasa food bar berbahan dasar tepung bekatul dan tepung
disebabkan karena semakin banyak bekatul maka rasa food bar menjadi
“suka” pada perlakuan P4, 40% mempunyai tingkat kesukaan “biasa” pada
dengan P0 (Perlakuan Kontrol). Berdasarkan uji statistic ini, maka food bar
kontrol.
seperti tepung bekatul, tepung jagung dan kacang tanah. Tepung jagung
dan kacang tanah digunakan untuk menutupi aroma tepung bekatul yang
Dari food bar yang dihasilkan memiliki aroma bekatul dan sedikit
aroma bekatul dalam food bar akan semakin tercium. Adanya aroma khas
Berdasarkan hasil uji statistik Kruskal Wallis pada tingkat kepercayaan 95%
(p < 0,05) menunjukkan bahwa formulasi Food Bar berbahan baku tepung
“suka” pada perlakuan P4, 36% mempunyai tingkat kesukaan “tidak suka”
statistic ini, maka food bar dengan proporsi 10% tepung bekatul dan
cetakan dan suhu oven yang terlalu tinggi. Dengan penembahan madu juga
dengan menggunakan madu tekstur food bar yang dihasilkan lebih tidak
mudah patah tetapi mudah digigit. Selain itu, dengan menggunakan madu
dalam pembuatan food bar tidak diperlukan lagi telur sebagai bahan
pengikat karena telah ada madu dan margarine yang dapat menyatukan
tekstur food bar menjadi lebih keras. Menurut Azam (2000) dalam
yang digunakan maka tekstur produk akan semakin keras. Sehingga food
bar yang dihasilkan tidak mudah retak akan tetapi mudah digigit.
Selain itu, food bar yang memiliki proporsi tepung bekatul lebih
banyak cenderung memiliki tekstur yang lebih mudah hancur. Hal ini
2006). Hal ini menyebabkan, food bar yang menggunakan proporsi bekatul
panelis terhadap suatu produk. Berdasarkan hasil uji statistik Kruskal Wallis
food bar berbahan baku tepung bekatul dan tepung jagung memberikan
Warna.
“tidak suka” pada perlakuan P5. Jika dibandingkan antar perlakuan dan
statistic ini, maka food bar dengan proporsi 20% tepung bekatul dan
Warna food bar yang dihasilkan berkisar dari warna kuning hingga
tepung yang digunakan 10% tepung bekatul dan 90% tepung jagung. Hasil
dari segi zat gizi protein, lemak maupun karbohidrat. Sehingga food bar dari
Walaupun dari segi lemak dan karbohidrat tidak sesuai standar pangan
darurat, tetapi dari segi kecukupan energi mendekati jumlah minimal yang
terdapat perbedaan yang signifikan secara statistic dari segi rasa, warna,
aroma dan tekstur. Food bar P1 (tepung bekatul 10% : tepung jagung 90%)
memiliki penilaian suka pada rasa, aroma dan tekstur, yaitu masing –
66
masing 40%, 48% dan 72% serta penilaian sangat suka untuk warna
sebesar 36%. Pembuatan food bar yang mudah dan praktis serta
Berdasarkan kandungan gizi yang ada di dalam satu food bar maka
pada tabel dibawah ini dapat diketahui konsumsi food bar dalam sehari
sekssama dan hati – hati. Ksulitan yang dialami saat penelitian adalah :
dalam pembuatan food bar untuk pangan darurat. Sifat alergen pada
2) Ukuran food bar yang tidak sesuai dengan syarat. Hal ini dikarenakan
7.1 Kesimpulan
7.1.1 Tidak ada perbedaan yang signifikan pada mutu gizi (protein, lemak,
karbohidrat) food bar berbahan baku tepung bekatul dan tepung jagung.
7.1.2 Ada perbedaan yang signifikan pada mutu organoleptik (warna, rasa,
aroma, tekstur) food bar berbahan baku tepung bekatul dan tepung
7.1.3 Formulasi food bar berbahan baku tepung bekatul dan tepung jagung
yang tepat sesuai syarat pangan darurat dan baik daya terimanya adalah
food bar dengan proporsi tepung bekatul : tepung jagung (10:90). Dimana
gram, lemak 9,41 gram dan karbohidrat 30,58 gram serta memiliki tingkat
kesukaan “suka” pada rasa, aroma dan tekstur, dan tingkat kesukaan
7.2 Saran
7.2.1 Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai daya simpan food bar.
atau telur sebagai sumber lemak. Sehingga memperoleh food bar dengan
68
69
7.2.5 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ukuran food bar agar
pangan darurat.
7.2.6 Perlu dilakukan uji lanjut mengenai cara pengemasan food bar agar dapat
Aftasari F. 2003. Sifat Fitokimia dan Organoleptik Sponge Cake yang Ditambah
Tepung Bekatul Rendah Lemak. Skripsi. Jurusan Gizi Masyarakat dan
Sumber Daya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Hal: 8-15.
Auliana R. 2011. Manfaat Bekatul dan Kandungan Gizinya. FT UNY, hal. 1-4.
Babcock D. 1987. Rice Bran as Source of Dietary Fiber. Cereal Food World.58
(5): 401-408.
Brisske LK, Lee SY, Klein BP and Cadwallder KR. 2004. Development of a
Prototype High-Energy, Nutrient Dense Food Product for Emergency
Relief. University of Illinois Urbana Champaigne. Food Rev. Int, 6: 225-
264.
Faridi H. 1994. The Science of Cookies and Creker Production. Chapman and
Hill. New York. 33: 2157-2167.
Fellows PJ. 1990. Food Processing Technology: Principles and Practices. Ellis
Howard Limited. London. Page 71-72.
Institute of Medicine (IOM). 2002. Dietary Reference Intake for Emergency Food
Product. Page 10-13.
70
71
Luh BS. 1991. Rice Volume I. Van Nostrand Reinhold, University of Cali New
York. Page 58-61.
Maltz, S.A. 1992 . Bakery Technology and Engineering. 3 rd ed. Van Nastreng,
New York, p. 627-657.
Matz, S.A., TD. Matz. 1978. Cookie and Craker Technology. Avi Publishing
Company. Connecticut. (31): 476-482.
Mervina. 2009. Formulasi Biskuit dengan Sibstitusi Tepung Ikan Lele Dumbo
(Clarias garleplnus) dan Isolat Protein Kedelai (Glycine max) sebagai
Makanan Potensial untuk Anak Balita Gizi Kurang. Skripsi. Fakultas
Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Hal: 48-51.
Muchtadi D. 1989. Aspek biokimia dan Gizi Dalam Keamanan Pangan. Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB. Bogor
Mudjajanto E.S dan Yulianti L.N. 2004. Membuat Aneka Roti. Panebar Swadya.
Jakarta. Hal 9.
Pratama TA, Rahman T dan Rahman N. Analisi Kepuasan Konsumen Food Bar
Kabupaten Subang. ISSN: 2089-3582. Vol. 2, No. 1. Tahun 2011:
311-318.
Ricelina, U.J. 2007. Studi Pembuatan Makanan Padat (Food Bars) Berenergi
Tinggi Menggunakan Tepung Komposit (Tepung Gaplek, Tepung
Kedelai, Tepung Terigu) dan Penambahan Tepung Porang
(Amorphophallus Onchophyllus) Sebagai Bahan Pengikat. Skripsi.
Tidak diterbitkan, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya,
Malang. Hal : 12-14.
Sarbini, D., Rahmawati, S., Kurnia, P. 2009. Uji Fisik, Organoleptik, dan
Kandungan Zat Gizi Biskuit Tempe-Bekatul Dengan Fortifikasi Fe
dan Zn Untuk Anak Kurang Gizi. Jurnal Penelitia Sains dan
Teknologi Vol 10. Surakarta.
Saputra I. 2008. Evaluasi Mutu Gizi dan Indeks Glikemik Cookies dan Donat
Tepung Terigu yang Disubstitusi Parsial dengan Tepung Bekatul.
Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Hal: 41-
50.
Setyaningtyas AG. 2008. Formulasi Produk Pangan Darurat Berbasis Ubi Jalar,
Tepung Pisang, dan Tepung Kacang Hijau Menggunakan Teknologi
Intermediete Moisture Foods (IMF). Skripsi. Fakultas Teknologi
Pertanian Institut Pertanian Bogor. Hal 37-39.
Suarni dan Widowati S. 2006. Struktur, Komposisi, dan Nutrisi Jagung, hal: 410-
424.
Wiyono FP. 2012. Evaluasi Mutu Gizi dan Organoleptik “Butter Cookies”
MOCORIN (Modifikasi Tepung JAgung Lokal (Zea mays L.) – Bekatul).
Universitas Kristen Satya Wacana.
Lampiran 1
Jagung pipilan
Penggilingan
Tepung dikeringkan
74
75
Lampiran 2
Bekatul
Penggilingan
Tepung Bekatul
Lampiran 3
Lampiran 4
Nama Panelis :
Tanggal :
Tanda Tangan :
Petunjuk :
Skor 3 : biasa
Sample
PENILAIAN
426 850 691 614 402 436
Rasa
Aroma
Tekstur
Warna
80
2. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui formulasi food bars
tepung bekatul dan tepung jagung yang sesuai dengan syarat dan mutu
rasa, aroma dan tekstur dengan menggunakan skala penilaian pada form
uji organoleptik yang sudah disediakan. Anda tidak perlu khawatir karena
seperti tepung jagung, tepung bekatul, telur, margarin, gula palem, susu
bagi masyarakat luas mengenai tepung bekatul dan tepung jagung yang
boleh untuk tidak mengikuti penelitian ini atau mengundurkan diri dari
2. Dengan ini saya menyatakan bahwa saya tidak memiliki alergi / memiliki
alergi*) dengan bahan makanan yang akan diuji dan secara sukarela
bersedia / tidak bersedia*) untuk ikut serta menjadi salah satu panelis
Pangan Darurat.
Malang,……………2013
NIM : 105070301111002
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri bukan merupakan pengambil alihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari dapat dibutuhkan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Curriculum Vitae
Agama : Islam
Email : lailyfandianty@gmail.com
Jenjang Pendidikan :
Education Information
Seminar Gizi 2012 “stay young and healthy with Anti Aging Diet”
Riwayat Organisasi :
Pengalaman Kepanitiaan :
Pengalaman Pendelegasian : -
Anggota Penelitian : -
Statistics
P0 N Valid 4 4 4
Missing 0 0 0
P1 N Valid 4 4 4
Missing 0 0 0
P2 N Valid 4 4 4
Missing 0 0 0
P3 N Valid 4 4 4
Missing 0 0 0
P4 N Valid 4 4 4
Missing 0 0 0
P5 N Valid 4 4 4
Missing 0 0 0
Tests of Normality
a
Perband Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
ingan
tepung
bekatul
dan
tepung
jagung Statistic df Sig. Statistic df Sig.
a,b
Test Statistics
df 5 5 5
df 5 5 5 5 Wilcoxon W 515.500
Asymp. Z -2.513
.004 .016 .005 .000
Sig. Asymp. Sig. (2-tailed) .012
a. Kruskal Wallis a. Grouping Variable: perbandingan
Test tepung bekatul dan tepung jagung
b. Grouping Variable: perbandingan tepung
bekatul dan tepung jagung
88
P0 dan P2 P0 dan P5
a a
Test Statistics Test Statistics
penilaian penilaian
terhadap rasa terhadap rasa
Z -2.007 Z -.152
P0 dan P3
P1 dan P2
a
Test Statistics
a
penilaian Test Statistics
terhadap rasa penilaian
Mann-Whitney U 199.500 terhadap rasa
P0 dan P4 P1 dan P3
a a
Test Statistics Test Statistics
penilaian penilaian
terhadap rasa terhadap rasa
Z -.041 Z -.148
P1 dan P4 P2 dan P4
a a
Test Statistics Test Statistics
penilaian penilaian
terhadap rasa terhadap rasa
Z -2.633 Z -2.092
P1 dan p5 P2 dan P5
a a
Test Statistics Test Statistics
penilaian penilaian
terhadap rasa terhadap rasa
Z -2.645 Z -2.131
P2 dan P3 P3 dan P4
a a
Test Statistics Test Statistics
penilaian penilaian
terhadap rasa terhadap rasa
Z -.247 Z -2.466
P3 dan P5 P0 dan P2
a a
Test Statistics Test Statistics
penilaian penilaian
terhadap rasa terhadap aroma
Z -2.472 Z -1.878
P0 dan P3
a
Test Statistics
a
Test Statistics
penilaian
terhadap rasa penilaian
terhadap aroma
Mann-Whitney U 303.000
Mann-Whitney U 188.000
Wilcoxon W 628.000
Wilcoxon W 513.000
Z -.193
Z -2.578
Asymp. Sig. (2-tailed) .847
Asymp. Sig. (2-tailed) .010
a. Grouping Variable: perbandingan
tepung bekatul dan tepung jagung a. Grouping Variable: perbandingan
tepung bekatul dan tepung jagung
P0 dan P4
AROMA
P0 dan P1 Test Statistics
a
a penilaian
Test Statistics
terhadap aroma
penilaian
Mann-Whitney U 247.500
terhadap aroma
Wilcoxon W 572.500
Mann-Whitney U 170.500
Z -1.334
Wilcoxon W 495.500
Asymp. Sig. (2-tailed) .182
Z -2.914
a. Grouping Variable: perbandingan
Asymp. Sig. (2-tailed) .004
tepung bekatul dan tepung jagung
a. Grouping Variable: perbandingan
tepung bekatul dan tepung jagung
91
P0 dan P5 P1 dan P4
a
Test Statistics
a
Test Statistics
penilaian
penilaian terhadap aroma
terhadap aroma
Mann-Whitney U 225.000
Mann-Whitney U 278.500
Wilcoxon W 550.000
Wilcoxon W 603.500
Z -1.825
Z -.694
Asymp. Sig. (2-tailed) .068
Asymp. Sig. (2-tailed) .488
a. Grouping Variable: perbandingan
a. Grouping Variable: perbandingan tepung bekatul dan tepung jagung
tepung bekatul dan tepung jagung
P1 dan P2
P1 dan P5
a
Test Statistics a
Test Statistics
penilaian
penilaian
terhadap aroma
terhadap aroma
Mann-Whitney U 245.500
Mann-Whitney U 197.000
Wilcoxon W 570.500
Wilcoxon W 522.000
Z -1.412
Z -2.381
Asymp. Sig. (2-tailed) .158
Asymp. Sig. (2-tailed) .017
a. Grouping Variable: perbandingan
a. Grouping Variable: perbandingan
tepung bekatul dan tepung jagung
tepung bekatul dan tepung jagung
P2 dan P3
P1 dan P3
a
Test Statistics
a
Test Statistics
penilaian
penilaian terhadap aroma
terhadap aroma
Mann-Whitney U 268.500
Mann-Whitney U 285.500
Wilcoxon W 593.500
Wilcoxon W 610.500
Z -.938
Z -.574
Asymp. Sig. (2-tailed) .348
Asymp. Sig. (2-tailed) .566
a. Grouping Variable: perbandingan
a. Grouping Variable: perbandingan tepung bekatul dan tepung jagung
tepung bekatul dan tepung jagung
92
P2 dan P4 P3 dan P5
a a
Test Statistics Test Statistics
penilaian penilaian
terhadap aroma terhadap aroma
Z -.538 Z -2.008
P4 dan P5
P2 dan P5
a
Test Statistics
a
Test Statistics penilaian
a a
Test Statistics Test Statistics
penilaian penilaian
terhadap aroma terhadap tekstur
Z -1.381 Z -2.925
P0 dan P2 P0 dan P5
a a
Test Statistics Test Statistics
penilaian penilaian
terhadap tekstur terhadap tekstur
Z -2.706 Z -1.745
P0 dan P3 P1 dan P2
a a
Test Statistics Test Statistics
penilaian penilaian
terhadap tekstur terhadap tekstur
Z -3.182 Z -.413
P0 dan P4 P1 dan P3
a a
Test Statistics Test Statistics
penilaian penilaian
terhadap tekstur terhadap tekstur
Z -3.419 Z -.222
P1 dan P4 P2 dan P4
a a
Test Statistics Test Statistics
penilaian penilaian
terhadap tekstur terhadap tekstur
Z -.457 Z -.955
P1 dan P5 P2 dan P5
a a
Test Statistics Test Statistics
penilaian penilaian
terhadap tekstur terhadap tekstur
Z -1.194 Z -.906
P2 dan P3 P3 dan P4
a a
Test Statistics Test Statistics
penilaian penilaian
terhadap tekstur terhadap tekstur
Z -.647 Z -.224
P3 dan P5 P0 dan P2
a a
Test Statistics Test Statistics
penilaian penilaian
terhadap tekstur terhadap warna
Z -1.418 Z -3.444
P4 dan P5 P0 dan P3
a a
Test Statistics Test Statistics
penilaian penilaian
terhadap tekstur terhadap warna
Z -1.668 Z -3.307
WARNA
P0 dan P1 P0 dan P4
a a
Test Statistics Test Statistics
penilaian penilaian
terhadap warna terhadap warna
Z -3.572 Z -1.945
P0 dan P5 P1 dan P4
a a
Test Statistics Test Statistics
penilaian penilaian
terhadap warna terhadap warna
Z -.992 Z -2.412
P1 dan P2 P1 dan P5
a a
Test Statistics Test Statistics
penilaian penilaian
terhadap warna terhadap warna
Z -.515 Z -3.295
P1 dan P3 P2 dan P3
a a
Test Statistics Test Statistics
penilaian penilaian
terhadap warna terhadap warna
Z -.668 Z -.214
P2 dan P4 P3 dan P5
a a
Test Statistics Test Statistics
penilaian penilaian
terhadap warna terhadap warna
Z -2.393 Z -3.105
P2 dan P5
P4 dan P5
a
Test Statistics
a
penilaian Test Statistics
terhadap warna penilaian
Mann-Whitney U 153.000 terhadap warna
a
Test Statistics
penilaian
terhadap warna
Mann-Whitney U 207.500
Wilcoxon W 532.500
Z -2.184
perbandingan tepung bekatul dan tepung jagung * penilaian terhadap rasa Crosstabulation
Count
P2 0 4 8 10 3 25
P3 0 2 10 10 3 25
P4 0 10 8 6 1 25
P5 3 6 10 4 2 25
Total 7 28 54 50 11 150
perbandingan tepung bekatul dan tepung jagung * penilaian terhadap aroma Crosstabulation
Count
P2 0 0 13 9 3 25
P3 0 0 9 13 3 25
P4 0 3 10 10 2 25
P5 0 5 10 8 2 25
Total 2 13 59 60 16 150
99
Count
P2 1 6 9 7 2 25
P3 0 7 6 9 3 25
P4 1 4 7 11 2 25
P5 2 9 7 4 3 25
Total 11 41 43 42 13 150
perbandingan tepung bekatul dan tepung jagung * penilaian terhadap warna Crosstabulation
Count
P2 0 1 6 14 4 25
P3 0 1 7 13 4 25
P4 0 3 13 7 2 25
P5 0 10 8 5 2 25
Total 5 24 44 55 21 149
100
P1 (tepung bekatul 10%:tepung jagung 90%) P2 (tepung bekatul 20%:tepung jagung 80%)
P3 (tepung bekatul 30%:tepung jagung 70%) P4 (tepung bekatul 40%:tepung jagung 60%)
P3 (tepung bekatul 50%:tepung jagung 50%) Persiapan food bar untuk uji organoleptik
Food bar yang akan diuji oleh panelis Panelis sedang melakukan uji organoleptik
102
Karbohidrat
Kode Protein (%) Lemak (%) Air (%) Abu (%)
(%)
062 11,67 18,02 7,43 2,07 60,81
092 10,65 18,31 6,7 1,49 62,85
086 16,71 18,11 6,78 1,69 56,71
108 11,15 18,24 6,97 1,87 61,77
124 18,41 20,36 5,81 1,14 54,28
204 10,93 19,22 5,56 2,06 62,23
294 10,6 19,21 6,13 1,47 62,59
328 12,83 19,20 6,63 1,88 59,46
348 10,31 19,29 5,32 1,63 63,45
402 11,36 17,91 5,80 1,58 63,35
426 13,07 18,06 5,77 2,13 60,97
436 11,16 18,86 5,71 1,8 62,47
526 10,85 18,17 5,96 1,11 63,91
587 10,37 18,16 6,31 1,22 63,94
614 11,17 18,23 6,38 1,41 62,81
691 11,19 19,06 6,07 1,23 62,45
692 11,54 17,37 7,08 1,74 62,27
734 10,83 18,50 6,58 1,07 63,02
796 11,57 19,23 6,82 1,71 60,67
840 9,84 18,47 7,10 0,95 63,64
850 10,75 18,25 6,55 1,02 63,43
869 11,15 18,05 5,71 1,56 63,53
972 10,94 19,09 6,02 1,21 62,74
973 10,54 19,21 6,00 1,43 62,82
103
104
sebanyak 3
Pengacakan Sampel