Anda di halaman 1dari 13

FIS 42 (1) (2015)

FORUM ILMU SOSIAL


http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/FIS JURNAL
FORUM ILMU SOSIAL

PEMANFATAAN REMITANSI EKONOMI DAN SOSIAL DI KALANGAN BURUH


MIGRAN PEREMPUAN (STUDI KASUS: DESA PENGGALANG DAN WELAHAN
WETAN, KECAMATAN ADIPALA, KABUPATEN CILACAP,
PROVINSI JAWA TENGAH)

Laila Octaviani
Program Studi Ilmu Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Pascasarjana, Universitas Padjadjaran

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel
Diterima Mei 2015 Penelitian ini pada Pemanfaatan Ekonomi dan Remittance Sosial
Disetujui Juni 2015 antara Buruh Migran Pada Village Penggalang dan Welahan Wetan,
Dipublikasikan Juni 2015 Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap, namun memaksimalkan
pemanfaatan remitansi ekonomi yang optimal dalam meningkatkan
kesejahteraan keluarga setelah kembali ke kampung halaman mereka.
Keyword : Adanya sistem patriarki dan stigma tentang perempuan pekerja migran
Utilization Remittance Economic sebagai perempuan pedesaan, lulusan SD dan mantan Pembantu Rumah
and Social Female Migrant Workers, Tangga, yang selanjutnya melemahkan posisi mereka dalam struktur
Empowerment Program, Migrant keluarga dan masyarakat. Selama ini, proses pekerja migran migrasi
Workers and Residents Forum internasional perempuan tidak hanya berbicara masalah atas masalah
ekonomi migrasi remittance dan dampaknya terhadap pembangunan yang
mereka lupa aspek yang lebih substansial, pengiriman uang yaitu sosial.
Dalam hal ini, proses migrasi internasional yang mereka terima dalam
bentuk pengiriman uang ekonomi dan sosial dapat menjadi sarana tidak
hanya untuk memberdayakan diri mereka sendiri dengan meningkatkan
posisi sosial dalam keluarga dan masyarakat dan juga dapat memberdayakan
lingkungan. Masalahnya adalah bagaimana memposisikan dirinya (buruh
migran perempuan) posting kembali ke daerah asal dari keluarga dan
masyarakat struktur. Serta bagaimana menggunakan ekonomi remittance
dan perempuan sosialdiperoleh pekerja migran dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan keluarga setelah kembali ke daerah asalnya. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk memposisikan pekerja migran perempuan
setelah kembali ke daerah asal struktur keluarga dan masyarakat melalui
penggunaan uang kiriman ekonomi dan sosial yang diperoleh, serta untuk
menganalisis dan menerapkan teori / konsep antropologi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode etnografi
kualitatif dengan teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara
mendalam, observasi dan dokumentasi studi partisipasi semua informan
yang terkait dengan pemanfaatan remitansi di desa ekonomi dan sosial
Penggalang dan Welahan Wetan, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengiriman uang dari yang
diperoleh para pekerja migran perempuan ekonomi dan sosial Desa
Penggalang dan Welahan Wetan, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap
dimanfaatkan secara optimal sehingga perempuan pekerja migran dan
keluarga mereka menjadi lebih diberdayakan lagi, yang dipengaruhi oleh

Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 57


beberapa faktor, yaitu 1) buruh migran perempuan negara tujuan; 2)
pengalaman yang diperoleh dari negara tujuan; 3) peran Lakpesdam NU
Cilacap bersama dengan Yayasan Tifa dan BNP2TKI, The Pemberdayaan
Buruh Migran Perempuan dan Keluarganya di Tempat Asal dengan dana
JSDF Bank Dunia serta semua pihak terkait baik pemerintah dan non-
pemerintah di pusat dan daerah tingkat dengan melibatkan melalui
dukungan untuk pengembangan Organisasi Berbasis Komunitas (CBO)
sebagai salah satu pilar perlindungan pekerja migran di daerah asal. Dan
keterlibatan instansi terkait dalam melindungi buruh migran, khususnya
perempuan di Cilacap, perumusan Kabupaten Cilacap Peraturan Daerah
Nomor 7 tahun 2014 tentang Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Cilacap
dan Keputusan Bupati Cilacap Nomor 465,2 / 138/29 / Tahun 2013 tentang
Pembentukan Kelompok Pengembangan Keluarga Pekerja Indonesia yang
bekerja di Cilacap.

Abstract

This study on the Economic and Social Remittance Utilization


Among Migrant Workers At Village Penggalang and Welahan Wetan,
District Adipala, Regency of Cilacap, yet maximize the utilization of optimal
economic remittances in improving the welfare of the family after returning
to their hometown. The existence of a patriarchal system and stigma about
migrant workers women as rural women, primary school graduates and
former Housemaid, which further weaken their position in the family
structure and society. During this time, the process of international
migration female migrant workers do not just talk the problem over the issue
of migration remittance economy and its impact on development that they
forget aspects more substantial, namely social remittances. In this case, the
process of international migration that they receive in the form of economic
and social remittances can be a means not only to empower themselves by
raising social position in the family and society and can also empowering
environment. The problem is how to position himself (female migrant
workers) post back to the area of origin of the family and community
structures. As well as how to use the remittance economy and
sosialdiperoleh women migrant workers in order to improve the welfare of
the family after returning to their home areas. Therefore, this study aims to
position the female migrant workers after returning to the area of origin of
the structure of families and communities through the use of economic and
social remittances obtained, as well as to analyze and apply the theory /
concept of anthropology.
The method used in this study is a qualitative ethnographic method
with techniques of data collection is done by in-depth interviews,
observation and documentation study participation to all informants related
to the utilization of remittances in the economic and social Penggalang and
Welahan Wetan village, District Adipala, Regency of Cilacap.
Results showed that the remittances of economic and social obtained
the female migrant workers Village Penggalang and Welahan Wetan,
District Adipala, Regency of Cilacap be used optimally so that women
migrant workers and their families become more empowered again, which is
influenced by several factors, namely 1) female migrant workers destination
country; 2) the experience gained from the country of destination; 3) the role
of Lakpesdam NU Cilacap along with Tifa Foundation and BNP2TKI, The
Empowerment of Women Migrant Workers and Their Families in the Place
of Origin with funding JSDF World Bank as well as all relevant stakeholders
both government and non-government at national and local level by
involving through support to development of Community-Based

58 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015


Organization (CBO) as one of the pillars of the protection of migrant
workers in the area of origin. And the involvement of relevant agencies in
protecting migrant workers, especially women in Cilacap, the formulation
of the Regional Regulation Cilacap District No. 7 of 2014 on the Protection
of Indonesian Workers Cilacap and Regent Decree Cilacap No. 465.2 /
138/29 / Year 2013 regarding the Establishment Group Family Development
Workers Indonesia working in Cilacap.

2015 Universitas Negeri Semarang

* Alamat korespondensi
lailaoctaviani@gmail.com

PENDAHULUAN 2003; Martin, 2003). Kecenderungan ini juga


terjadi di Indonesia, bila dicermati proporsi
Fenomena migrasi internasional pada penempatan buruh migran perempuan
saat ini telah mendunia, bahkan menjadi (selanjutnya disebut BMP) dan laki-laki
suatu strategi dalam kelangsungan hidup diberbagai kawasan, maka penempatan BMP
para migran dan keluarganya. Dengan kata masih mendominasi angka penempatan
lain, aktivitas migrasi ini dilakukan sebagai BMI, kecuali untuk kawasan Amerika dan
survival strategy (Haris, 2002: 24). Berbagai Eropa. Peningkatan migrasi buruh migran
penelitian menunjukkan bahwa faktor perempuan juga berkaitan dengan tingginya
ekonomi menjadi alasan utama seseorang permintaan penata laksana rumah tangga dan
menjadi buruh migran. Menurut Pigay (2005: pengasuh anak di negara tujuan sedangkan
3) di Asia, jutaan tenaga kerja asing (sesama buruh migran laki-laki berkaitan dengan
Asia) mengisi sektor ekonomi wilayah respon proses industrialisasi (Asis, 2003).
tersebut. Para migran ini, umumnya datang Proses migrasi internasional para BMP
dari negara dengan tingkat upah buruh yang diatas, tidak hanya berdampak positif tetapi
masih rendah, di antaranya dari Indonesia. negatif pula. Salah satunya mengurangi
Hal ini sesuai dengan pernyataan Sjaastad angka pengangguran di Indonesia,
(1962 dalam Bijak, 2006: 11) bahwa menambah pendapatan rumah tangga buruh
seseorang akan berpindah ke daerah lain migran tersebut, dan menjadi sumber devisa
apabila berkesempatan mendapatkan negara. Dari segi negatifnya diantaranya
keuntungan yang lebih besar daripada biaya banyaknya kasus kekerasan, penyiksaan,
yang harus dikeluarkan di daerah asal. pemerasan dan pelecehan seksual yang
Seiring dengan perkembangan migrasi dialami ketika berada di luar negeri atau
tersebut, secara global tampak bahwa selama di dalam negeri (sebelum
fenomena migrasi perempuan diindikasikan keberangkatan), rentannya untuk
semakin mendominasi perkembangan diperdagangkan (traffiking), sampai dengan
tersebut. Dua dekade terakhir ini, terjadi kepulangan rawan dengan pemerasan.
pergeseran perilaku dan kecenderungan Permasalahan yang dihadapi BMP tersebut,
migrasi, semakin dominannya perempuan nampaknya tidak menyurutkan langkah para
dalam proses migrasi internasional (Guest, perempuan Indonesia dengan latar

Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 59


pendidikan yang rendah dan tinggal di sebagai aliran searah saja (Goldring, 2003;
pedesaan untuk mengadu nasib ke luar Levitt dan Lamba, 2011), artinya hanya
negeri, melainkan dianggap dapat memberi- digunakan untuk meningkatkan kesejahtera-
kan penghasilan yang menjanjikan. Bahkan an ekonomi keluarga dan pembangunan di
bekerja di luar negeri sampai hari ini masih daerah asal tanpa adanya keberlangsungan
menjadi cita-cita mereka. kehidupan mereka di masa yang akan datang.
Feminisasi buruh migran tersebut, Bahkan sekembalinya ke daerah asal, mereka
nampaknya tidak mendapat respon positif tidak mudah mendapatkan pekerjaan lagi
dari berbagai pihak. Penelitian tentang karena peluang kerja yang tersedia sangat
migrasi misalnya, masih jarang yang terbatas dan telah mengalami perubahan
membedakan antara migrasi yang dilakukan nilai-nilai hidup, sehingga berpeluang
antara laki-laki dan perempuan. Dalam menambah jumlah pengangguran yang telah
perspektif gender, teori maupun penelitian ada, ketidak-setaraan sosial, dan menempat-
tersebut berada pada posisi yang netral kan rumah tangga buruh migran di daerah
gender bahkan buta gender (Chant & asal dalam siklus migrasi yang tidak
Radcliffe, 1992); (Lucas, 2005). Kondisi ini berkesudahan (Cohen, et al, dalam
semakin terpuruk jika dilihat dari target Dewayanti 2010).
devisa negara yang dihasilkan melalui Padahal sebenarnya para buruh migran
pendapatan yang dihasilkan pekerja migran perempuan menyimpan potensi yang besar
sebagai sumber pendapatan negara terbesar jika mampu diberdayakan, mengingat selain
dalam perekonomian Indonesia (ILO remitansi ekonomi yang diperolehnya,
Jakarta, 2008). Kontribusi remitansi para mereka memperoleh remitansi sosial selama
BMP bagi ekonomi nasional mencapai 2,4 kepergiannya ke luar negeri. Artinya, kita
miliar dolar AS setahun, sehingga dikatakan tidak hanya melihat konsep remitansi
sebagai sumber pendapatan kedua terbesar di ekonomi untuk memaknai proses migrasi,
Indonesia setelah sektor migas. tetapi juga melihat bagaimana keberadaan
Pada titik inilah, penelitian tentang sekelompok di luar daerahnya telah
migrasi perempuan menjadi urgen untuk melahirkan jembatan sosial yang sangat
dilakukan. Mengingat kompleksnya signifikan secara ekonomi sering disebut
permasalahan yang dihadapi BMP dnegan remitansi sosial. Isu remitansi
khususnya setelah kembali ke tanah air ekonomi dan sosial yang diperoleh BMP
(returning migration) dengan membawa dapat dianggap sebagai suatu strategi untuk
aliran remitansi. Aliran remitansi BPMP meningkatkan kesejahteraan keluarga setelah
ketika kembali ke Indonesia, seharusnya kembali ke daerah asal. Ketika kembalinya ke
menjadi sumber penghasilan yang daerah asal, kehidupan mereka berada dalam
diinvestasikan sehingga mampu konteks kerentanan yang dapat terjadi
meningkatkan status mereka di keluarga dan melalui perubahan-perubahan yang
masyarakat (Chant 1998; Deans 2006; mendadak (shock), kecenderungan sektor
Ramos, 2002 dalam Mukbar, 2009). Namun privat serta proses pembentuk akses. Hal ini
aliran remitansi tersebut biasanya digunakan mempengaruhi pilihan seseorang dalam

60 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015


merespon aset yang dimiliki ke dalam daerah asal terhadap struktur keluarga dan
perilaku memberdayakan terhadap masyarakatdan Pemanfaatan remitansi
lingkungan tempat tinggalnya. Melalui ekonomi dan sosial para BMP yang diperoleh
remitansi ekonomi dapat memberikan guna meningkatkan kesejahteraan keluarga
sebagai modal finansial untuk keperluan setelah kembali ke daerah asal.
tertentu atau diinvestasikan untuk kegiatan di
masa yang akan datang. Sementara remitansi METODE PENELITIAN
sosial dapat memfasilitasi pemanfaatan
remitansi ekonomi untuk mencapai tujuan Penelitian ini dirancang sebagai
yang diinginkan melalui ide atau penelitian etnografi yang menggambarkan
pengetahuan baru sehingga terjadi perubahan budaya migrasi internasional pada
praktik dalam memanfaatkan remitansi masyarakat Cilacap khususnya pemanfaatan
ekonomi yang baik. Dalam proses migrasi remitansi ekonomi dan sosial di kalangan
internasional para BMP memperoleh buruh migran perempuan, dan ingin
remitansi ekonomi dan sosial yang dapat menggali pandangan hidup para BMP setelah
menjadi sarana memberdayakan mereka kembali sesuai sudut pandang penduduk
sendiri dengan mengangkat posisi sosial setempat sehingga akan ditemukan makna
dalam keluarga dan masyarakat serta juga tindakan budaya suatu komunitas. Penelitian
dapat memberdayakan lingkungannya. ini menggunakan pendekatan kualitatif
Desa Penggalang dan Welahan Wetan, berdasarkan masalah yang ingin dikaji
Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap dengan eksplanasi yang tujuan menggali atau
Jawa Tengah menjadi lokasi penelitian membangun suatu proposisi atau menjalan-
dengan alasan sebagai berikut: pertama kan makna dibalik realita.
Cilacap merupakan salah satu kantong Penelitian ini dilakukan di Desa
terbesar BMP di Jawa Tengah; kedua Adipala Penggalang dan Welahan Wetan, Kecamatan
merupakan salah satu kecamatan di Adipala, Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa
Kabupaten Cilacap sebagai kantong daerah Tengah. Informan kunci dalam penelitian ini
pengirim BMP terbanyak selain Kecamatan adalah buruh migran perempuan yang
Nusawungu dan Binangun; ketiga Desa kembali ke daerah asal yang berjumlah 10
Penggalang dan Welahan Wetan menjadi orang, bekerja sebagai penata laksana rumah
salah satu desa percontohan dalam program tangga, dan negara tujuan dari Hongkong-
pemberdayaan BMP dan keluarganya di Taiwan. Disamping itu, untuk melengkapi
daerah asal. Hongkong dan Taiwan sebagai data penelitian diperlukan informan
negara tujuan yang dipilih dengan tambahan berasal dari pihak Dinsos-
pertimbangan memiliki karakteristik yang nakertans, Bapermas PP, PA dan KB,
relatif maju, progresif dan remitansi sosial pemerintah daerah, kecamatan dan desa,
yang dimiliki jauh lebih beragam daripada Lakpesdam NU Cilacap, keluarga dan
BMP yang pulang dari Malaysia dan Timur masyarakat sekitar.
Tengah. Penelitian mengetahui BMP Data primer dikumpulkan dengan cara
memposisikan diri mereka setelah kembali ke wawancara mendalam, observasi partisipasi,

Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 61


dan dokumentasi. Data berupa data primer secara spontan banyak pula yang berangkat
dan sekunder, data primer diperoleh dari hasil ke Malaysia, Singapura, dan Brunei
wawancara mendalam dan observasi Darussalam, pada babak baru ini proses
partisipasi dengan subyek penelitian. migrasi pekerja Indonesia dan wilayah Asia
Sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil pada umumnya menjadi penting karena 1)
penelitian sebelumnya, buku-buku, media Ledakan minyak (the oil boom) pada tahun
massa, dan dokumentasi. 1970-an di negara-negara Timur Tengah,
yaitu gerakan tenaga kerja tidak terampil di
HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Asia (termasuk Indonesia) mulai mengalir ke
negara-negara tersebut; 2) Tahun 1980-an
Sejarah Migrasi di Desa Penggalang dan dan buruh musiman berangkat ke Asia Timur
Welahan Wetan yang tengah memacu pembangunan
ekonomi, akibat perluasan sektor jasa,
Pada umumnya, migrasi yang bertambahnya jumlah penduduk yang rendah
dilakukan para perempuan Indonesia dan adanya gejala penduduk lanjut usia
bukanlah sebuah proses yang baru-baru ini (lansia), maka negara-negara ini mengalami
saja dilakukan, namun proses yang kekurangan tenaga kerja khususnya di
berlangsung dalam kerangka historis dan bidang pekerjaan yang sulit, kotor dan
perjalanan cukup panjang seiring dengan berbahaya.
proses globalisasi yang melanda dunia. Pada
jaman penjajahan Belanda, jumlah pekerja Peran Lakpesdam NU Cilacap
Indonesia yang bermigrasi ke negara lain
masih sangat kecil dan pada umumnya Lakpesdam NU Cilacap merupakan
dipekerjakan sebagai kuli kontrak. Mereka Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber
direkrut oleh penjajah untuk mendapatkan Daya Manusia Nahdlatul Ulama Cilacap
tenaga murah yang dipekerjakan di yang bertugas melaksanakan kebijakan
perkebunan yang diatur dalam Werving Nahdlatul Ulama di bidang pengkajian dan
Ordonatie 1880, dan mereka dibawa ke pengembangan sumber daya manusia NU,
negara-negara seperti Malaysia, Suriname, salah satunya adalah memperjuangkan hak-
New Coledonia, Thailand, Burma, Sabah, hak para BMP dengan mendorong lahirnya
Serawak, Vietnam dan Australia (Hugo, peraturan daerah khusus buruh migran
1980; 1990). Pada jaman penjajahan Jepang sampai di tingkat desa, yaitu Peraturan Desa.
tahun 1942-1944, migrasi pekerja Indonesia Bekerjasama dengan Yayasan TIFA, Japan
ke luar negeri terus berlangsung (kebanyakan Social Development Fund World Bank,
dari Jawa) yang dipaksa bekerja sebagai BNP2TKI membentuk program
romusha di proyek-proyek pembuatan jalan pemberdayaan BMP dan keluarganya di
kereta api, pelabuhan udara, lapangan daerah asal, implikasinya adalah
terbang dan konstruksi di Thailand, Burma Pembentukan Forum Warga Buruh Migran
dan Singapura (Hugo, 1993; Effendi, 1997). (FWBM) pada tahun 2011. FWBM ini
Setelah kemerdekaan, pekerja Indonesia beranggotakan pemerintah desa, mantan

62 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015


buruh migran, keluarga buruh migran, dan pelaku utama), sehingga eksistensi
pihak-pihak yang peduli terhadap isu perempuan tidak mendapatkan pengakuan
tersebut. yang layak. Kondisi semacam ini terus
Ada 30 desa yang menjadi anggota berlangsung dalam berbagai bentuk
forum warga buruh migran yang tersebar di diskursus yang dilanggengkan dengan
tiga kecamatan, yaitu Nusawungu, Binangun, berbagai institusi sosial. Akibatnya, ketika
dan Adipala. Lakpesdam NU Cilacap juga ada seorang perempuan dan laki-laki yang
mendampingi 19 Forum Warga (FW) tidak memenuhi stereotip gender seperti yang
berbasis teritorial (desa dan kecamatan) dan diinginkan oleh masyarakat, maka mereka
12 forum warga berbasis sektoral (pedagang langsung mendapat label menyalahi kodrat,
kecil, petani organik, peternak, pengrajin, padahal kodrat dan konsep gender sama
pekebun). Saat ini, ada 2 FW berbasis sekali berbeda.
pedagang kecil telah memiliki Koperasi Semakin banyaknya perempuan ke luar
Serba Usaha (KSU) Baitul Mal Watamwil rumah, sudah selayaknya juga diikuti
(BMT), seperti BMT EL-Sejahtera Cipari. berbagai perubahan stereotip yang sudah
melekat pada masyarakat tentang sosok
Pandangan BMP terhadap Struktur perempuan. Seharusnya perempuan sudah
Keluarga dan Masyarakat mulai bergeser perannya, tidak hanya pada
sektor domestik tetapi juga mulai merambah
Pemaknaan tentang perempuan selalu pada sektor publik. Pandangan masyarakat
dikonstruksikan secara sosial dalam sudah harus memulai melakukan redefinisi
masyarakat, yaitu mengkontruksikan tentang sosok perempuan. Dimana
konsep-konsep sosial budaya tentang sosok perempuan tidak hanya terlibat dalam sektor
laki-laki dan sosok perempuan, seolah-olah pertanian, tetapi juga bekerja di pabrik di
menjadi keharusan yang terpenuhi oleh kota, sektor perkebunan bahkan menjadi
kedua jenis kelamin. Diantaranya BMP di luar negeri sebagai penata laksana
pengkategorian tentang sifat perempuan dan rumah tangga. Hal ini menunjukkan, bahwa
laki-laki merupakan hasil dari konstruksi perempuan telah merespon langsung
sosial budaya oleh masyarakat tertentu perubahan ekonomi rumah tangga dan
menyangkut “apa yang pantas” dan “apa perkembangan aspirasi perempuan. Tetapi
yang tidak pantas”. Di Jawa Tengah, sosok secara sosial posisi mereka masih tetap
perempuan ideal adalah “ibu yang baik” dan belum bergeser dari konstruksi sosial yang
“istri yang baik dan patuh” (Berninghausen ada. Namun dalam berbagai kasus yang
dan Kerstan, 1992; Abdullah, 1997). ditemui di Adipala, para BMP mulai dihargai
Sedangkan dalam masyarakat, sosok dalam kehidupan rumah tangga dan
perempuan juga sering dipandang sebagai masyarakatnya. Hal itu juga dipengaruhi,
objek domestikasi (perempuan yang tidak ke setelah keikutsertaan para BMP dalam
luar rumah) dan ideologi familialisme FWBM yang difasilitasi Lakpesdam NU
direproduksi dalam dunia kerja (perempuan Cilacap, bersama Yayasan TIFA dan
dianggap sebagai hanya pelengkap bukan BNP2TKI, Japan Social Development Fund

Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 63


serta dibentuknya pula Kelompok Kerja Berdasarkan hasil penelitian,
Bina Keluarga TKI di Cilacap yang teridentifikasi bentuk remitansi sosial yang
difasilitasi oleh Bapermas PP, PA, dan KB diperoleh para BMP diatas, yaitu berbagai
Cilacap. jenis pengetahuan (dapat berbahasa Inggris,
Arab, dan Kantonis), dapat mengoperasikan
Pemanfataan Remitansi Ekonomi dan alat-alat rumah tangga modern, pengetahuan
Sosial Melalui Program Pemberdayaan mengenai kesehatan dan gizi, etos kerja
disiplin, tepat waktu dan kerja keras, serta
Pemanfaatan remitansi ekonomi dan perubahan cara pandang (mind set) dalam
sosial para BMP di Adipala dipengaruhi pendidikan anak, kemandirian, pernikahan,
oleh: Belajar dari Negara Tujuan BMP yaitu relasi gender dalam keluarga dan
Taiwan dan Hongkong sebagai negara tujuan terbentuknya jaringan sosial karena
yang memberikan peluang lebih baik keterlibatan beberapa BMP dalam organisasi
dibandingkan negara tujuan lainnya dalam (organisasi advokasi buruh migran,
menumbuhkan remitansi sosial yang keagamaan). Untuk membedakan antara
diperoleh para BMP. Adanya hak dan remitansi ekonomi dan remitansi sosial yang
kewajiban bagi BMP di Hongkong diatur diperoleh para BMP dapat dilihat dalam
secara jelas dalam Employment ordinance gambar dibawah ini:
chapter 57 tersebut membuat BMP
memperoleh hak dan kewajiban sebagai
buruh dengan baik, diantaranya hak untuk
libur pada hari Minggu dan hari besar
lainnya.

Barang Investasi
Remitansi Peningkatan Status
Ekonomi Sosial Ekonomi
Konsumsi
Uang
Kegiatan
Sosial
BMP

Remitansi Struktur Pengetahuan,


Sosial Normatif Pendidikan dan
Ketrampilan
Meningkat Peningkatan
Sistem
Status Sosial
Praktik
Mandiri dan Percaya melalui
Diri Pemberdayaan
Kapital
Sosial
Organisasi Sosial

64 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015


Pola pemanfaatan remitansi ekonomi migrasi yang aman seperti memberikan
dan sosial di Kabupaten Cilacap, yaitu pelatihan dari BLKLN Kabupaten Cilacap
P e n g g a l a n g d a n We l a h a n We t a n sebagai tempat pendidikan dan assesments
menunjukkan bahwa beberapa para BMP kompetensi para calon TKI. 3) Bapermas PP,
berhasil menjadi kekuatan bagi mereka untuk PA, dan KB, pihak yang juga berperan dalam
memberdayakan dirinya, baik secara memberdayakan para BMP dan keluarganya
individu maupun kelompok melalui program melalui Keputusan Bupati No.
pemberdayaan BMP dan keluarganya 4 6 5 . 2 / 1 3 8 / 2 9 / Ta h u n 2 0 1 3 t e n t a n g
melalui Forum Warga Buruh Migran. Di Pembentukan Kelompok Bina Keluarga
Desa Penggalang dengan FWBM “Hikmah Tenaga Kerja Indonesia di Kabupaten
Langgeng” memfokuskan kegiatan produksi Cilacap. 4) Masyarakat, berperan dalam
kesed bahan perca dan makanan/kue, memberikan ruang bagi para BMP untuk
sedangkan Desa Welahan Wetan “Al- memanfaatkan remitansi ekonomi dan sosial
Barokah” mengelola usaha simpan-pinjam dengan terbukanya pandangan masyarakat
dan pembuatan bakso. awam mengenai TKI. Dan 5) Keluarga
adalah pihak pertama yang memberikan
Peran Keluarga, Masyarakat dan dukungan tersebut, dalam memanfaatkan
Stakeholders dalam Memberdayakan remitansi yang diperolehnya (baik untuk
BMP investasi, konsumsi, pendidikan), dan
memberikan motivasi dalam hal-hal yang
Ada beberapa pihak berperan penting teknis (menjaga anak ketika para BMP
dalam mengembangkan remitansi ekonomi melakukan aktivitas pemberdayaan
dan sosial yang diperoleh para BMP yaitu masyarakat bahkan ikut serta dalam aktivitas
Dinsosnakertrans, Bapermas PP, PA, dan KB, tersebut sehingga mendapatkan pengalaman,
keluarga dan masyarakat. Diantaranya: 1) pengetahuan baru mengenai permasalahan
Pemerintah daerah dengan komitmen dan yang dialami para BMP)
upaya untuk melindungi TKI yang kembali
(dikenal dengan TKI purna) telah Kendala dalam Pemanfaatan Remitansi
dirumuskannya Perda Nomor 7 Tahun 2014 Ekonomi dan Sosial
tentang Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia Kabupaten Cilacap. Sedangkan Berdasarkan hasil penelitian, kendala
pemerintah di tingkat kecamatan dan desa dalam pemanfaatan remitansi ekonomi dan
memberikan pelayanan terhadap calon TKI sosial yang diperoleh BMP diantaranya 1)
(persyaratan dalam dokumen, sosialisasi Stigma dalam masyarakat tentang
dalam kegiatan pembinaan dan pemantauan, perempuan pencari nafkah bukan merupakan
serta memfasilitasi kegiatan para dinas pantulan dari perubahan ideologi patriarkhi
terkait). 2) Dinsosnakertrans, pihak yang dan memudarnya ketimpangan gender. Para
paling bertanggungjawab untuk memberikan BMP bukan hanya dilihat dari mobilitasnya
dukungan terhadap para BMP yang kembali yang memberikan kenaikan pendapatan,
dengan penyuluhan dan sosialisasi tentang melainkan belum merubah relasi gender dan

Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 65


bargaining positionnya. 2) Sulitnya otomatis memberikan pengaruh pada BMP
mengelola usaha, menurut hasil FGD Need dalam pengambilan keputusan tetapi
Assessments yang telah dilakukan oleh memberikan pengaruh pada pola hubungan
Lakpesdam NU Cilacap, di Gedung KPN gender. Terkait dengan basis ekonomi yang
Nusawungu tanggal 23 April 2013, diperolehnya tidak berbanding lurus dengan
menyatakan bahwa sulitnya mengelola permasalahan yang dihadapi para BMP,
usaha di bidang pemasaran dan ijin usaha. khususnya permasalahan ketika kembali ke
daerah asal yang menjadi persoalan pelik,
PEMBAHASAN sebab sekembalinya mereka ke daerah asal
bukan semakin baik dalam hal posisi mereka,
Te o r i d a l a m p e n e l i t i a n i n i namun semakin terpuruk dalam hal kondisi
menggunakan praktik sosial = (habitus x perekonomian keluarga. Disebabkan
modal) + ranah menurut Bourdieu(1993), keterbatasan pendidikan yang ditempuhnya
maka akan dianalisis sejauh mana hubungan yang lulusan SD, kurangnya pemahaman
antara agen (individu) dan struktur dengan tentang tujuan bekerja di luar negeri dalam
relasi antara habitus dan ranah yang pemanfaatan remitansi yang diperolehnya
melibatkan modal. Dalam hal ini, habitus sehingga gaya hidup yang berlebih-lebihan
mencakup pengetahuan dan pemahaman dalam menggunakan uang/barang menjadi
seseorang tentang dunia, yang memberikan pola hidup kebanyakan para BMP setelah
kontribusi tersendiri pada realitas dunia. kembali. Serta kurangnya peran dari
Karenanya cara perkembangan, habitus pemerintah (baik ditingkat hulu hingga hilir)
tidak pernah “tak berubah” baik melalui selaku pihak yang seharusnya melindungi
waktu untuk seorang individu, maupun dari mereka, terkait dengan sumber devisa
satu generasi ke generasi berikutnya. terbesar untuk negara guna pembangunan
Sebagaimana posisi yang terdapat dalam daerah.
berbagai ranah berubah-ubah, demikian juga Oleh karena itu, yang dilihat dari BMP
berbagai disposisi untuk membentuk setelah kembali bukan hanya saja aspek
habitus. Sumber pertama yang membentuk ekonominya tetapi juga perlu melihat aspek
habitus adalah agen-agen yang melakukan lainnya, salah satunya bentuk dari remitansi
sosialisasi, hal ini adalah struktur sosial. Dengan kata lain, habitus secara erat
masyarakat patriarkhi dalam hubungan dihubungkan dengan “modal”, karena
gender yang selama ini terjadi di dalam sebagian habitus tersebut berperan sebagai
keluarga BMP, dimana suami mendominasi pengganda berbagai jenis modal. Dan pada
sebagai pemegang kekuasaan dalam kenyataannya, habitus menciptakan
berbagai aspek. sebentuk modal (simbolik) di dalam dan dari
Fenomena BMP yang terjadi pada diri mereka sendiri. Dalam hal ini, modal
awal 1980-an sedikit banyak telah merubah yang diperoleh BMP bukan hanya remitansi
pola hubungan yang patriarkhi selama ini, ekonomi, tetapi ada juga remitansi sosial.
yakni nilai pemingitan. Walaupun basis Bentuk remitansi sosial yang diperoleh para
ekonomi yang dimiliki BMP tidak secara BMP, yaitu struktur normatif, sistem praktik,

66 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015


dan kapital sosial, melalui ranah “program menegaskan pentingnya remitansi
pemberdayaan” yang menjadikan mereka sosial yang diperolehnya; 2)
lebih berdaya dan mandiri. Pengalaman yang diperolehnya dari
Ranah, sebagai ranah kekuatan dan negara tujuan; 3) Peran Lakpesdam NU
posisi-posisi dinamis merupakan salah satu Cilacap beserta Yayasan Tifa dan
bentuk modal yang diperjuangkan dan ingin BNP2TKI, dengan pendanaan Japan
dicapai para agen dengan berbagai strategi Social Development Fund World
yang dilakukannya. Dengan kata lain, peran Bankdalam program pemberdayaan
agen yaitu Lakpesdam NU Cilacap bersama BMP dan keluarganya di daerah asal,
Yayasan TIFA dan BNP2TKI, Japan Social salah satunya di Desa Penggalang
Development Fund memfasilitasi para BMP dengan FWBM “Hikmah Langgeng”
yang kembali ke daerah asal untuk dan Desa Welahan Wetan dengan
mengkonstruksi dunia sosial mereka dan FWBM “Al-Barokah”.
bertindak untuk mempertahankan atau 2) Adanya peran Lakpesdam NU Cilacap
mempertinggi posisi mereka didalamnya diatas, mendorong dinas-dinas terkait
melalui praktik sosial yang dilakukan melalui melindungi TKI khususnya perempuan
program pemberdayaan BMP dan di Kabupaten Cilacap, melalui
keluarganya di daerah asal, dengan perumusan Peraturan Daerah
pembentukan Forum Warga Buruh Migran Kabupaten Cilacap Nomor 7 Tahun
(FWBM), dirumuskannya Peraturan Daerah 2014 tentang Perlindungan Tenaga
No 7 Tahun 2014 tentang Perlindungan Kerja Indonesia Kabupaten Cilacap,
Tenaga Kerja Indonesia Kabupaten Cilacap dan Keputusan Bupati Cilacap Nomor
dan adanya Keputusan Bupati Nomor 465.2/138/29/Tahun 2013 tentang
4 6 5 . 2 / 1 3 8 / 2 9 / Ta h u n 2 0 1 3 t e n t a n g Pembentukan Kelompok Bina
pembentukan kelompok Bina Keluarga TKI Keluarga Tenaga Kerja Indonesia di
di Kabupaten Cilacap. Kabupaten Cilacap.
3) Kendala dalam pemanfaatan remitansi
SIMPULAN DAN SARAN ekonomi dan sosial para BMP di
Simpulan: Kabupaten Cilacap, diantaranya
1) Remitansi ekonomi dan sosial yang stigma masyarakat terhadap para BMP
diperoleh para BMP Desa Penggalang belum merubah relasi gender,
dan Welahan Wetan, Kecamatan bargaining positionnya, struktur
Adipala, Kabupaten Cilacap dapat masyarakat yang patriarkhi, serta
dimanfaatkan secara optimal sehingga kurangnya pengetahuan mengenai
menjadikan mereka lebih berdaya bagi pemanfaatan remitansi ekonomi yang
dirinya dan keluarganya, yang tidak berkelanjutan untuk kehidupan
dipengaruhi oleh 1) Negara tujuan masa depan.
BMP Hongkong dan Taiwan yang
memiliki aturan hukum bagi buruh Saran
migran yang jelas sehingga semakin 1) Bagi BMP, tumbuhkan rasa semangat

Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 67


dan kesadaran terkait program and Leissure.New York: Columbia
pemberdayaan yang diberikan hanya University Press.
agar tidak selalu tergantung terhadap Chant, S & S. Radcliffe. 1992. Migration and
bantuan yang diberikan dari dinas- Development: The Importance of
dinas terkait. Gender. Dalam Gender and Migration
2) Bagi BNP2TKI dan Dinsosnakertrans in Developing Countries. Ed. S. Chant.
Kabupaten Cilacap, diharapkan London and New York: Bellhaven
memberikan pembekalan pengetahuan Press.
saat di negara tujuan bahkan
Dewayanti, Ratih. 2010. Penguasaan Tanah,
sekembalinya ke tanah air dengan
Migrasi Internasional dan Perubahan
pengetahuan dalam memanfaatkan
Pedesaan. dalam Jurnal Analisis
remitansi yang diperolehnya.
Sosial Vol 15 No 2.
3) Bagi dinas-dinas terkait lainnya perlu
adanya koordinasi yang jelas dalam Guest, Philip. 2003. Bridging the Gap:
meningkatkan kualitas para BMP baik Internal Migration in Asia. Paper
pada saat pemberangkatan, di negara Prepared for Conference on Africa
tujuan dan setelah kembali ke daerah Migration in Comparative
asal agar tidak saling tumpang tindih Perspective. Johannesburg.
atas tanggungjawab yang diberikan. SouthAfrica 4-7 June 2003.
Goldring, L. 2003. 'Family and Collective
DAFTAR PUSTAKA Remittances to Mexico: A Multi-
Dimensional Typology'. Development
B i j a k , J a k u b . 2 0 0 6 . F o rc e c a s t i n g & Change, 35(4):799-840.
International Migration: Selected,
Haris, Abdul. 2002. Migrasi Internasional
Theories, Models, and Methods.
dan Pembangunan: Realitas Ekonomi
Working Paper. Central European
Politik yang Terabaikan. Dalam Abdul
Forum for Migration Research
Haris dan Nyoman Andika. Dinamika
(CEFMR) is a Research Partnership of
Kependudukan dan Pembangunan di
the Foundation for Population,
Indonesia dari Perspektif Makro Ke
Migration and Environment, Institute
Realitas Mikro. Yogyakarta: LESFI.
of Geography and Spatial
Organization of the Polish Academy of Hugo, Graeme. 1995. International Labor
Sciences and the International Migration and Family: Some
Organization for Migration. Copyright Observation from Indonesia, Asian
by Central European Forum of and Pasific Migration Journal 4 (2-3).
Migration Research Warsaw, August .......................... 1997. Undocumented
2006 ISSN 1732-0631 ISBN 83- International Migration An Increasing
60462-03-8. G l o b a l Tre n d . A d e l a i d e . T h e
Bourdie Pierre. 1993. The Field ofCultural University of Adelaide.
P ro d u c t i o n : E s s a y s o n A r t

68 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015


ILO Jakarta. 2008. Flyer, Combating Forced Pigay, Natalis. 2005. Migrasi Tenaga Kerja
Labour and Trafficking of Indonesian Internasional Sejarah, Fenomena,
Migran Workers. Masalah dan Solusinya. Jakarta:
Keputusan Bupati Cilacap No 465.2/ 138/ Pustaka Sinar Harapan.
29/ Tahun 2013 tentang Pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor
Kelompok Kerja Bina Keluarga 7 Tahun 2014 tentang Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia di Kabupaten Tenaga Kerja Indonesia Kabupaten
Cilacap. Cilacap.
Levitt, P. And Deepak Lamba-Nieves. 2011.
Social Remittances Revisited. Journal
of Ethnic and Migratation Studies. Vol
37. No. 01, pp 1-22.
Lucas, Robert EB. 2005. International
Migration and Economic
Development: Lessons from Low-
Income Countries. Almkvist &
Wiksell International Stockholm.

Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 69

Anda mungkin juga menyukai