3. Lebih utama mana antara ilmu dengan akhlak, serta jelaskan alasan yang
melatar belakangi jawaban tersebut!
4. Sebutkan macam akhlak terhadap guru/dosen, dan implikasinya terhadap proses
tholabul ‘ilmi (mencari ilmu)!
5. Allah tidak akan menerima amal perbuatan seorang hamba, kecuali dijalankan
dengan ikhlas. Jelaskan makna ikhlas dalam setiap amal perbuatan!
Jawab :
1. Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang dengannya lahirlah
macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran
dan pertimbangan atau sifat yang dimiliki seseorang, telah melekat dan
biasanya akan tercermin dari perilaku orang tersebut.
Banyak hadits yang menjelaskan mengenai urgensinya akhlak baik yang
mesti dimiliki oleh seorang muslim. Karena akhlak baik bukan hanya
berkepentingan dengan dirinya, namun sangat berkepentingan dengan
keluarganya, sahabatnya, tetangganya, bahkan untuk kepentingan alam
semesta ini. Di antaranya adalah: Dari Abu Darda dari Nabi -shallallahu
‘alaihi wa sallam ia bersabda, “Tidak ada sesuatu apapun yang lebih berat
timbangannya daripada akhlak baik. Secara garis besar, akhlak itu ada
yang bāthiniyyah (esoterik), seperti akhlas, sabar, syukur, ridha, dan lain
sebagainya; ada pula yang dzāhiriyyah (eksoterik), seperti berkata jujur,
bersikap sopan, lemah-lembut, suka menolong, dan lain sebagainya; ada
yang bersifat individual, ada juga yang bersifat sosial. Kedua hadits di atas
cukup sebagai bukti bahwa materi-materi dan kajian-kajian tentang akhlak
mesti dianggap penting. Karena tanpa akhlak, karakteristik seseorang tidak
akan terlihat elok. Maka sangat dipahami jika Ibnu Hajar al-Asqalani
mengakhiri pembahasan kitab fikih, yaitu Bulughul Maram, dengan bab
akhlak. Hal ini dikarenakan, seorang faqih tidak memiliki nilai apapun jika
tidak dibarengi dengan akhlak mulia.
Implikasi dalam mencari ilmu adalah ilmu yang kita dapatkan menjadi
berkah bagi baik dunia maupun akhirat. Di dalam Islam, guru/dosen
merupakan orang berilmu yang harus benar-benar dihormati selagi apa yang
disampaikannya merupakan kebenaran dan sesuai dengan yang Rasulullah
ajarkan. Karena darinya, kita dapat memperoleh ilmu yang tak terbatas. Dulu
bahkan, demi memperoleh sepotong hadits atau mencari ilmu lain, orang-
orang rela melakukan perjalanan jauh demi dapat duduk di majlis ilmu dan
mendengarkan apa yang disampaikan oleh gurunya. Berbeda dengan
sekarang yang dapat dengan dalam menuntut ilmu.
“Jika kamu tidak tahan dengan lelahnya belajar, maka kamu harus tahan
dengan perihnya kebodohan.”
(Imam Syafi’i)