Anda di halaman 1dari 61

GRAF

MAKALAH MATEMATIKA DISKRIT


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Matematika Diskrit
Dosen Pengampu: Undang Syaripudin, M.Kom.

Disusun oleh:
Fahmi Hasan Baihaqi (1217050050)
Radithya Dwi Santoso (1227050108)
Riza Anwar Fadhil (1227050116)
Rizky Surya Gani (1227050118)
Saftana Fitri (1227050120)
Sendi Ahmad Rafiudin (1227050121)
Siti Aenurohmah (1227050127)
Syifa Arifah Nurbayani (1227050131)

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang dengan
izin-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang "Graf". Kami menyadari
bahwa segala pengetahuan dan kemampuan yang kami peroleh adalah karunia
dari Allah SWT. Dengan rahmat-Nya, kami dapat mengeksplorasi dan memahami
konsep-konsep dalam teori graf. Shalawat dan salam kami haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga beliau, dan para sahabatnya.

Kami ingin mengungkapkan rasa terima kasih kami kepada Bapak Undang
Syaripudin, M.Kom. yang telah menjadi dosen pengampu mata kuliah
Matematika Diskrit. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
individu yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penyelesaian
makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada keluarga dan teman-teman
kami yang telah memberikan dukungan moral dan motivasi dalam proses
penulisan makalah ini.

Terakhir, kami mengakui bahwa dalam penulisan makalah ini masih


terdapat kekurangan dan kesalahan. Kami sangat menghargai kritik dan saran
yang konstruktif untuk membantu kami memperbaiki dan mengembangkan
pengetahuan di masa depan Kami berharap makalah ini dapat memberikan
gambaran yang jelas dan mendalam tentang teori graf, serta memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang konsep dan penerapannya dalam berbagai
bidang kehidupan. Kami berharap pembaca dapat memperoleh pengetahuan baru
dan wawasan yang bermanfaat dari makalah ini.

Bandung, 2 Juni 2023

Kelompok IV

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................5
1.3 Tujuan......................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................6
2.1 Sejarah Graf.............................................................................................................6
2.2 Definisi Graf............................................................................................................7
2.3 Jenis-Jenis Graf........................................................................................................8
2.4 Contoh Terapan Graf..............................................................................................12
2.5 Terminologi Dasar.................................................................................................13
2.6 Beberapa Graf Sederhana Khusus..........................................................................21
2.7 Representasi Graf...................................................................................................24
2.8 Graf Isomorfik........................................................................................................28
2.9 Graf Planar dan Bidang..........................................................................................30
2.10 Graf Dual (Dual Graph).......................................................................................38
2.11 Lintasan dan Sirkuit Euler....................................................................................40
2.12 Lintasan dan Sirkuit Hamilton..............................................................................41
2.13 Lintasan Terpendek (shortest path)......................................................................44
2.14 Persoalan Pedagang Keliling................................................................................46
2.15 Persoalan Tukang Pos Cina..................................................................................51
2.16 Pewarnaan Graf....................................................................................................53
BAB III............................................................................................................................60
KESIMPULAN................................................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................61

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teori Graf pertama kali dikemukakan pada tahun 1736 oleh
matematikawan bernama Leonhard Euler. Dia menemukan masalah yang terkait
dengan tujuh jembatan di kota Königsberg, yang menjadi latar belakang
pengembangan teori ini. Teori Graf digunakan untuk menganalisis struktur
jaringan, termasuk jaringan telekomunikasi.
Dalam jaringan telekomunikasi, struktur jaringan dapat direpresentasikan
sebagai graf, di mana titik-titik (vertex) mewakili lokasi atau terminal, dan
hubungan antara titik-titik tersebut diwakili oleh sisi-sisi (edge) yang
menghubungkannya. Pada umumnya, hubungan antara terminal dapat terjadi
secara langsung (adjacent), tetapi seringkali hubungan tersebut melibatkan titik-
titik perantara, sehingga graf yang terbentuk menjadi kompleks. Namun, graf
tersebut tetap merupakan graf yang terhubung (connected graph), artinya setiap
titik dapat dijangkau dari titik lainnya.
Graf jaringan telekomunikasi dapat digunakan sebagai alat untuk
mempelajari struktur jaringan tersebut, efisiensi rute dan algoritma
pengendaliannya, serta potensi terjadinya kemacetan. Dalam jaringan yang
sederhana, terdapat satu jalur langsung antara dua titik yang ditentukan. Namun,
dalam sistem telepon modern, seringkali tersedia jalur alternatif. Pendekatan
berbasis graf dapat digunakan untuk menghitung jalur alternatif tersebut,
memastikan kecukupan jumlahnya, memastikan kualitas layanan (seperti
menghindari blokiran), menemukan struktur baru, dan mempelajari algoritma
penyelesaiannya.
Selain dalam jaringan telekomunikasi, penerapan teori graf juga
ditemukan dalam berbagai bidang lainnya seperti penjadwalan, optimisasi,
transportasi, ilmu komputer, riset operasi, ilmu kimia, sosiologi, kartografi, dan
banyak lagi.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah dari graf?
2. Apa pengertian dan jenis-jenis dari graf?
3. Apa saja penerapan dan istilah dari graf?
4. Bagaimana implementasi dari graf pada beberapa masalah kehidupan?
5. Bagaimana tata cara pewarnaan dari graf?

1.3 Tujuan
1. Memahami sejarah dan konsep dasar dari graf, termasuk definisi dan jenis-
jenisnya.
2. Menganalisis penerapan dan menjelaskan istilah-istilah dari graf.
3. Menjelaskan bagaimana graf dapat digunakan untuk mengatasi beberapa
masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
4. Menjelaskan tata cara pewarnaan dari graf.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Graf


Menurut catatan sejarah, masalah jembatan Königsberg adalah masalah
yang pertama kali menggunakan graf (tahun 1736). Di kota Königsberg (sebelah
timur negara bagian Prussia, Jerman), sekarang bernama kota Kaliningrad,
terdapat sungai Pregal yang mengalir mengitari pulau Kneiphof lalu bercabang
menjadi dua buah anak sungai (Gambar 1).

Gambar 1. Aliran sungai pregal


Ada tujuh buah jembatan yang menghubungkan daratan yang dibelah oleh
sungai tersebut. Masalah jembatan Königsberg adalah: apakah mungkin melalui
ke-tujuh buah jembatan itu masing-masing tepat satu kali, dan kembali lagi ke
tempat semula? Sebagian penduduk kota sepakat bahwa memang tidak mungkin
melalui setiap jembatan itu hanya sekali dan kembali lagi ke tempat asal mula
keberangkatan, tetapi mereka tidak dapat menjelaskan mengapa demikian
jawabannya, kecuali dengan cara coba-coba. Tahun 1736, seorang matematikawan
Swiss, L.Euler, adalah orang pertama yang berhasil menemukan jawaban masalah
itu dengan pembuktian yang sederhana. Ia memodelkan masalah ini ke dalam
graf. Daratan (titik-titik yang dihubungkan oleh jembatan) dinyatakannya sebagai
titik (noktah)-yang disebut simpul (vertex)- dan jembatan dinyatakan sebagai

6
garis -yang disebut sisi (edge). Setiap titik diberi label huruf A, B, C, dan D. Graf
yang dibuat oleh Euler diperlihatkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Graf
Jawaban yang dikemukakan oleh Euler adalah: orang tidak mungkin
melalui ke-tujuh jembatan itu masing-masing satu kali dan kembali lagi ke tempat
asal keberangkatan jika derajat setiap simpul tidak seluruhnya genap. Yang
dimaksud dengan derajat adalah banyaknya garis yang bersisian dengan noktah.
Sebagai contoh, simpul C memiliki derajat 3 karena ada tiga buah garis yang
bersisian dengannya, simpul 8 dan D juga berderajat dua, sedangkan simpul A
berderajat 5. Karena tidak semua simpul berderajat genap, maka tidak mungkin
dilakukan perjalananan berupa sirkuit (yang dinamakan dengan sirkuit Euler) pada
graf tersebut.

2.2 Definisi Graf


Graf G didefinisikan sebagai pasangan himpunan (V, E) , ditulis dengan
notasi G = (V, E) yang dalam hal ini adalah himpunan tidak-kosong dari simpul-
simpul (vertices atau node) dan E adalah himpunan sisi (edges atau arcs) yang
menghubungkan sepasang simpul menyatakan bahwa tidak boleh kosong,
sedangkan E boleh kosong. Jadi, sebuah graf dimungkinkan tidak mempunyai sisi
satu buah pun, tetapi simpulnya harus ada, minimal satu. Graf yang hanya
mempunyai satu buah Simpul tanpa sebuah sisi pun dinamakan graf trivial.

Simpul pada graf dapat dinomori dengan huruf, seperti a, b, c, ..., V , w ,.


Dengan bilangan asli 1, 2, 3, ..., atau gabungan keduanya. Sedangkan sisi yang
menghubungkan simpul u dengan simpul v dinyatakan dengan pasangan ( u ,) v)

7
atau dinyatakan dengan lambang e_{1} e_{2} .... Dengan kata lain, jika e adalah
sisi yang menghubungkan simpula dengan simpul v ; maka e dapat ditulis sebagai

E = (v, v)

Secara geometri graf digambarkan sebagai sekumpulan noktah (simpul) di dalam


bidang dwimatra yang dihubungkan dengan sekumpulan garis (sisi).

2.3 Jenis-Jenis Graf


Graf dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis sesuai dengan sudut
pandang pengelompokannya. Pengelompokan graf dapat dipandang berdasarkan
ada tidaknya rusuk ganda, berdasarkan jumlah simpul, atau berdasarkan orientasi
arah pada rusuk (Munir, 2005:357).

Berdasarkan ada tidaknya gelang (loop) yaitu rusuk yang menghubungkan


sebuah simpul dengan dirinya sendiri atau rusuk ganda pada suatu graf, maka
secara umum graf dapat digolongkan menjadi dua jenis, graf sederhana dan graf
tak sederhana.

2.3.1 Graf Sederhana (Simple Graph)

Graf sederhana adalah graf yang tidak mempunyai rusuk ganda dan atau
gelang. Pada graf sederhana, rusuk adalah pasangan tak terurut (unordered pairs)
(Harju:2012). Jadi rusuk (u, v) sama dengan (v, u). Menurut Munir (2005) graf
sederhana juga dapat didefinisikan sebagai G = (V, E), terdiri dari V, himpunan
tidak kosong simpul-simpul dan E, himpunan pasangan tak terurut yang berbeda
yang disebut rusuk. Berikut adalah contoh graf sederhana
Gambar 3. Contoh graf sederhana

8
Menurut Siang (2002) bebrapa garf sederhana khusus yang sering digunakan
adalah sebagai berikut.
a) Graf Lengkap
Graf lengkap adalah graf sederhana yang setiap dua simpulnya
bertetangga. Graf lengkap dengan n buah simpul dilambangkan dengan
Kn. Setiap simpul pada Kn berderajat n – 1. Banyaknya rusuk pada
graf lengkap yang terdiri dari n buah simpul adalah n(n – 1)/2.

Gambar 4. Contoh graf lengkap


b) Graf Lingkaran
Graf lingkaran adalah graf sederhana yang setiap simpulnya
berderajat dua. Graf lingkaran dengan n simpul dilambangkan dengan
Cn.

Gambar 5. Contoh Graf Lingkaran

c) Graf Teratur
Graf teratur adalah graf yang setiap simpulnya mempunyai derajat
yang sama. Apabila derajat setiap simpul adalah r, maka graf tersebut
disebut sebagai graf teratur derajat r.

9
Gambar 6. Contoh graf teratur derajat 3

d) Graf Biparit
Graf G yang himpunan simpulnya dapat dikelompokkan menjadi
dua himpunan bagian V1 dan V2, sedemikian sehingga setiap rusuk di
dalam G menghubungkan sebuah simpul di V1 ke sebuah simpul di V2
disebut graf bipartit dan dinyatakan sebagai G (V1, V2).

Gambar 7. Graf Biparit

2.3.2 Graf Tak Sederhana (Unsimple Graph)

Graf yang mengandung rusuk ganda atau gelang dinamakan graf tak
sederhana (unsimple graph) (Harju:2012). Ada dua macam graf tak sederhana,
yaitu graf ganda (multigraph) atau graf semu (pseudograph). Graf ganda adalah
graf yang mengandung rusuk ganda. Graf semu adalah graf yang mengandung
gelang (loop).

10
Gambar 8. Contoh graf tak sederhana ( graf ganda dan graf semu)

2.3.3 Graf Tak Berarah (Undirected Graph)


Graf tak berarah adalah graf yang rusuknya tidak mempunyai orientasi arah.
Urutan pasangan simpul yang dihubungkan oleh rusuk tidak diperhatikan (Siang,
2002:194). Jadi (V1, V2) = (V2, V1) adalah rusuk yang sama.

Gambar 9. Contoh graf tak berarah


2.3.1 Graf Berarah (Directed Graph)
Graf berarah adalah graf rusuknya memiliki orientasi arah. Rusuk dalam
graf berarah disebut busur (arc). Pada graf berarah, (u, v) dan (v, u) menyatakan
dua buah busur yang berbeda. Jadi (u, v) ≠ (v, u). Untuk busur (u, v), simpul u
dinamakan simpul asal (initial vertex) dan simpul v dinamakan simpul terminal
(terminal vertek). Graf berarah ini seringkali di jadikan dasar dalam pembentukan
model mengenai aliran proses, peta lalu lintas, sistem jaringan listrik, jaringan
telepon, analisis jejaring sosial, dan lain sebagainya. Pada graf berarah, adanya
gelang diperbolehkan, tetapi rusuk ganda tidak.

11
Gambar 10. Contoh graf berarah

2.4 Contoh Terapan Graf


2.4.1 Rangkaian Listrik

Gambar 11. Rangkaian listrik

2.4.2 Isomer Senyawa Kimia Karbon

Gambar 12. Isomer senyawa kimia karbon

2.4.3 Graf Merepresentasikan Rangkaian Listrik

12
Gambar 13. Representasi rangkaian listrik

2.5 Terminologi Dasar

1 1 1

e2
2 e3 5
3 e1

3 e5 3
2 e4 2 4
4

G1 G2 G3
Gambar 14. Tiga buah graf, G1, G2, G3.
Gambar diatas digunakan untuk memberikan ilustrasi yang lebih jelas
tentang terminologi yang akan dijelaskan. Graf G1 merupakan graf sederhana, G2
merupakan graf semu yang memiliki sisi ganda dan gelang, sedangkan G3
merupakan sebuah graf yang memiliki simpul yang terisolasi dari simpul-simpul
lainnya. Ketiga graf tersebut adalah graf yang tidak memiliki arah pada sisinya.

Ada beberapa terminologi (istilah) yang berhubungan dengan suatu graf,


yaitu sebagai berikut:

2.5.1 Bertetangga (Adjacent)


Dalam sebuah graf tak-berarah G, terdapat dua simpul yang disebut
bertetangga jika mereka terhubung langsung melalui sebuah sisi. Dalam kata lain,
jika ada sebuah sisi (u, v) di dalam graf G, maka simpul u dianggap bertetangga
dengan simpul v.
Dalam gambar 14, pada graf G1 simpul 1 dianggap bertetangga dengan
simpul 2 dan 3, tetapi tidak bertetangga dengan simpul 4.

13
2.5.2 Bersisian (Incidency)
Untuk setiap sisi e = (vj, vk) disebut bahwa e bersisian dengan simpul vj
atau e bersisian dengan simpul vk. Pada gambar 14, dalam graf G1 sisi (2, 3)
bersisian dengan simpul 2 dan simpul 3, sisi (2, 4) bersisian dengan simpul 2 dan
simpul 4, dan sisi (1, 2) tidak bersisian dengan simpul 4.

2.5.3 Simpul Terpencil (Isolated Vertex)


Simpul terpencil adalah simpul yang tidak memiliki sisi yang terhubung
dengan simpul tersebut. Dalam graf G3 pada gambar 14, simpul 5 merupakan
simpul terpencil.

2.5.4 Graf Kosong (null graph atau empty graph)


Graf kosong merupakan suatu graf yang himpunan sisinya itu himpunan
kosong dan ditulis Nn, dengan n merupakan jumlah simpul.

Gambar 15. Graf N5


2.5.5 Derajat (Degree)
Derajat sebuah simpul merupakan jumlah sisi yang bersisian dengan
simpul tersebut. Dengan notasi: d(v).
Pada gambar 14, dalam graf G1 d(1) = d(4) = 2 dan d(2) = d(3) = 3. Dalam
graf G2, d(1) = 3 yang merupakan bersisian dengan sisi ganda, dan d(2) = 4 yang
merupakan bersisian dengan sisi gelang(loop). Dan dalam graf G3, d(5) = 0 yang
merupakan simpul terpencil, dan d(4) = 1 yang merupakan simpul anting-anting
(pendant vertex).

14
Pada graf berarah, din(v) merupakan derajat-masuk (in-degree), dan jumlah
busur yang masuk ke simpul v. dout(v) merupakan derajat-keluar (out-degree), dan
jumlah busur yang keluar dari simpul v. d(v) merupakan hasil dari din(v) + dout(v).

G4 G5

Gambar 16. Graf G4 dan G5

Tinjau graf G4 :

a) din(1) = 2; dout(1) = 1
b) din(2) = 2; dout(2) = 3
c) din(3) = 2; dout(3) = 1
d) din(4) = 1; dout(3) = 2

Lemma Jabat Tangan. Jumlah derajat setiap simpul dalam sebuah graf
adalah genap, artinya jumlah derajat dari setiap simpul di graf tersebut sama
dengan dua kali jumlah sisi yang ada dalam graf tersebut. Dengan kata lain, jika
∑ d (v )=2|E|
G = (V, E), maka v ∈V .

Dalam gambar 2.1 ada beberapa tinjauan terhadap G1, G2, dan G3, yaitu
sebagai berikut.

Tinjau graf G1: d(1) + d(2) + d(3) + d(4) = 2 + 3 + 3 + 2 = 10


= 2 x jumlah sisi = 2 x 5

15
Tinjau graf G2: d(1) + d(2) + d(3) = 3 + 3 + 4 = 10
= 2 x jumlah sisi = 2 x 5

Tinjau graf G3: d(1) + d(2) + d(3) + d(4) + d(5) = 2 + 2 + 3 + 1 + 0 = 8

= 2 x jumlah sisi

=2x4

Akibat dari lemma (corollary): Teorema: Untuk sembarang graf G,


banyaknya simpul berderajat ganjil selalu genap.

Contoh: Diketahui graf dengan lima buah simpul. Dapatkah kita


menggambar graf tersebut jika derajat masing-masing simpul adalah:

a) 2, 3, 1, 1, 2
b) 2, 3, 3, 4, 4

Penyelasaian:

a) Tidak dapat, karena jumlah derajat semua simpulnya ganjil (2 + 3


+ 1 + 1 + 2 = 9).
b) Dapat, karena jumlah derajat semua simpulnya genap (2 + 3 + 3 +
4 + 4 = 16).

2.5.6 Lintasan (Path)


Lintasan yang memiliki panjang n dari simpul awal v0 ke simpul tujuan vn
di dalam graf G dapat dijelaskan sebagai urutan bergantian simpul-simpul dan
sisi-sisi yang terdiri dari v0, e1, v1, e2, v2,... , vn -1, en, vn . Dalam lintasan ini, e1 = (v0,
v1), e2 = (v1, v2), ... , en = (vn -1, vn) merupakan sisi-sisi dari graf G.
Meninjau dalam gambar 2.1 pada graf G1, lintasan 1, 2, 4, 3 merupakan
lintasan dengan barisan sisi (1, 2), (2, 4), (4, 3). Panjang lintasan merupakan
jumlah sisi dalam lintasan tersebut. Lintasan 1, 2, 4, 3 pada G1 mempunyai
panjang 3.

16
2.5.7 Siklus (Cycle) atau Sirkuit (Circuit)
Sirkuit atau siklus merupakan lintasan yang berawal dan berakhir pada
sebuah simpul yang sama. Meninjau dalam gambar 14 pada graf G1, 1, 2, 3, 1
merupakan suatu sirkuit.
Panjang sirkuit merupakan jumlah sisi yang terdapat dalam sirkuit
tersebut. Sirkuit 1, 2, 3, 1 pada G1 mempunyai panjang 3, yang berarti terdapat 3
sisi dalam sirkuit tersebut.

2.5.8 Terhubung (Connected)


Dua buah simpul v1 dan simpul v2 dapat dikatakan sebagai terhubung, jika
terdapat suatu lintasan dari v1 ke v2. Graf G dikatakan sebagai graf terhubung
(connected graph) jika setiap pasangan simpul vi dan vj dalam himpunan V
memiliki lintasan yang menghubungkan vi dan vj. Jika tidak ada lintasan yang
menghubungkan setiap pasangan simpul dalam himpunan V, maka G dikatakan
sebagai graf tak-terhubung (disconnected graph).

Gambar 17. Contoh graf tak berhubung

Jika suatu graf yang hanya terdiri dari satu simpul (tidak ada sisi), maka
tetap dikatakan sebagai graf terhubung. Pada graf berarah, definisi graf dapat
dirumuskan sebagai berikut:

a) Graf berarah G dikatakan terhubung jika graf tak berarah yang


diperoleh dengan menghilangkan arah pada G juga terhubung.
b) Dua simpul, u dan v, pada graf berarah G disebut terhubung kuat
(strongly connected) jika ada lintasan berarah dari u ke v dan juga
lintasan berarah dari v ke u.

17
c) Jika simpul u dan v tidak terhubung kuat tetapi terhubung pada graf
tak berarah yang diperoleh dari G, maka u dan v dikatakan terhubung
lemah (weakly connected).
d) Graf berarah G disebut sebagai graf terhubung kuat (strongly
connected graph) jika untuk setiap pasang simpul u dan v dalam G,
terdapat koneksi terhubung kuat antara u dan v. Jika tidak memenuhi
syarat tersebut, G disebut sebagai graf terhubung lemah (weakly
connected).

graf berarah terhubung lemah graf berarah terhubung kuat


Gambar 18. Contoh graf berarah terhubung lemah dan kuat

2.5.9 Upagraf (Subgraph) dan Komplemen Upagraf


Misalkan G = (V, E) merupakan suatu graf, maka G1 = (V1, E1) merupakan

upagraf (subgraph) dari G jika V1  V dan E1  E.

Komplemen dari upagraf G1 terhadap graf G dapat dinyatakan sebagai graf


G2 = (V2, E2), di mana E2 = E - E1 dan V2 adalah himpunan simpul-simpul yang
memiliki sisi-sisi bersisian dengan sisi-sisi dalam E2.

18
(a) (b) (c)
Gambar 19. (a) Graf G1, (b) Sebuah upagraf, (c) komplemen dari upagraf (b)
Komponen graf (connected component) merupakan jumlah maksimum
upagraf terhubung dalam graf G.

Gambar 20. Graf G yang memiliki 4 buah komponen

Pada graf berarah, komponen terhubung kuat (strongly connected


component) merupakan jumlah maksimum upagraf yang terhubung kuat.

Gambar 21. Graf yang memiliki 2 komponen terhubung kuat

2.5.10 Upagraf Rentang (Spanning Subgraph)


Upagraf G1 = (V1, E1) dan G = (V, E) dapat dikatakan sebagai upagraf
rentang jika V1 = V yang artinya G1 yang mengandung semua simpul dari G.

(a) (b) (c)

19
Gambar 22. (a) Graf G, (b) upagraf rentang dari G,
(c) bukan upagraf rentang dari G

2.5.11 Cut-Set
Cut-set dari graf terhubung G merupakan himpunan sisi-sisi yang jika
dihapus dari G akan menyebabkan G menjadi tidak terhubung. Dengan demikian,
cut-set selalu menghasilkan dua komponen terpisah.
Pada graf di bawah ini, {(1,2), (1,5), (3,5), (3,4)} merupakan cut-set.
Terdapat banyak cut-set dalam sebuah graf terhubung. Himpunan {(1,2), (2,5)}
juga merupakan cut-set, begitu pula {(1,3), (1,5), (1,2)} dan {(2,6)}. Namun,
{(1,2), (2,5), (4,5)} bukanlah cut-set karena subhimpunannya {(1,2), (2,5)} adalah

cut-set.
(a) (b)
Gambar 23. Cut-set
2.5.12 Graf Berbobot (Weighted Graph)
Graf berbobot merupakan graf di mana setiap sisi memiliki suatu nilai
tertentu yang disebut bobot. Bobot pada setiap sisi dapat berbeda-beda tergantung
pada masalah yang diwakili oleh graf tersebut. Bobot dapat mewakili jarak antara
dua kota, biaya perjalanan antara dua kota, waktu tempuh pesan dari satu simpul
komunikasi ke simpul komunikasi lain dalam jaringan komputer, biaya produksi,
dan sebagainya.
Graf berlabel adalah istilah lain yang sering terkait dengan graf berbobot.
Namun, graf berlabel memiliki definisi yang lebih luas. Label tidak hanya
diberikan pada sisi, tetapi juga pada simpul. Sisi diberi label berupa bilangan tak-
negatif, sementara simpul diberi label berupa data lain. Sebagai contoh, pada graf
yang menggambarkan kota-kota, simpul diberi nama-nama kota, sementara label
pada sisi menyatakan jarak antara kota-kota tersebut.

20
Gambar 24. Graf berbobot

2.6 Beberapa Graf Sederhana Khusus


Ada beberapa graf sederhana khusus yang banyak dijumpai pada aplikasi,
beberapa diantaranya sebagai berikut.

2.6.1 Graf Lengkap (Complete Graph)


Graf lengkap adalah graf sederhana di mana setiap simpul terhubung
dengan semua simpul lainnya. Graf lengkap dengan n simpul dilambangkan
sebagai Kn. Jumlah sisi pada graf lengkap dengan n simpul adalah n(n - 1)/2.

K1 K2 K3 K4 K5 K6
Gambar 25. Enam buah graf lengkap, K1 sampai K6
Rumus untuk menghitung jumlah sisi pada sebuah graf lengkap dengan n
buah simpul adalah n(n-1)/2. Cara mendapatkan rumus ini adalah sebagai berikut:
untuk setiap simpul, terdapat (n-1) buah sisi yang terhubung ke (n-1) simpul
lainnya. Oleh karena itu, jika terdapat n buah simpul, maka akan ada n(n-1) buah
sisi. Namun, karena setiap sisi dihitung dua kali untuk pasangan simpul yang
terhubung, maka jumlah sisi secara keseluruhan harus dibagi dua, sehingga
diperoleh rumus n(n-1)/2.

2.6.2 Graf Lingkaran

21
Graf lingkaran merupakan sebuah graf sederhana di mana setiap
simpulnya memiliki derajat dua. Graf lingkaran dengan n simpul dilambangkan
dengan Cn. Jika simpul-simpul pada Cn adalah v1, v2, ..., vn, maka sisi-sisinya
adalah (v1, v2), (v2, v3), ..., (vn-1, vn), dan (vn, v1). Dengan kata lain, terdapat sebuah
sisi yang menghubungkan simpul terakhir, vn, dengan simpul pertama, v1.

Gambar 26. Graf Lingkaran


2.6.3 Graf Teratur (Regular Graph)
Graf teratur adalah graf di mana setiap simpul memiliki derajat yang sama.
Jika derajat setiap simpul adalah r, maka graf tersebut disebut sebagai graf teratur
derajat r. Jumlah sisi pada graf teratur dapat dihitung dengan rumus nr/2.

(a) Derajat 0 (b) Derajat 1 (c) Derajat 2

Gambar 27. Graf teratur derajat 0, 1, dan 2

n = 4, r = 3

Gambar 28. Graf teratur berderajat 3 dengan 4 buah simpul

22
Contoh: Berapa jumlah maksimum dan jumlah minimum simpul pada graf
sederhana yang mempunyai 16 buah sisi dan tiap simpul berderajat sama dan tiap
simpul berderajat ≥ 4 ?
Penyelesaian:

 Tiap simpul berderajat sama -> graf teratur.


 Jumlah sisi pada graf teratur berderajat r adalah e = nr/2. Jadi, n = 2e/r =
(2)(16)/r = 32/r.
 Untuk r = 4, jumlah simpul yang dapat dibuat adalah maksimum, yaitu n =
32/4 = 8.
 Untuk r yang lain (r > 4 dan r merupakan pembagi bilangan bulat dari 32):
r = 8 -> n = 32/8 = 4 -> tidak mungkin membuat graf sederhana.
r = 16 -> n = 32/16 = 2 -> tidak mungkin membuat graf sederhana.
 Jadi, jumlah simpul yang dapat dibuat adalah 8 buah (maksimum dan
minimum).
2.6.4 Graf Bipartit (Bipartite Graph)
Graf bipartit merupakan graf G yang himpunan simpulnya dapat
dikelompokkan menjadi dua himpunan bagian V1 dan V2, maka setiap sisi dalam G
menghubungkan simpul di V1 ke simpul di V2. Graf bipartit dapat dinyatakan
sebagai G(V1, V2). Dengan kata lain, setiap pasang simpul di V1 dan juga di V2
tidak bertetangga. Apabila setiap simpul di V1 bertetangga dengan semua simpul di
V2, maka G(V1, V2) disebut sebagai graf bipartit lengkap, dilambangkan dengan
Kmn. Jumlah sisi pada graf bipartit lengkap adalah mn.

V1 V2
Gambar 29. Graf bipartit G(V1, V2)

23
Graf G di bawah ini merupakan graf bipartit, karena simpul-simpulnya
dapat dibagi menjadi V1 = {a, b, d} dan V2 = {c, e, f, g}.

Graf persoalan utilitas (K3,3) topologi bintang

Gambar 30. Graf bipartite

2.7 Representasi Graf

Dalam pemrograman, graf perlu direpresentasikan dalam struktur data


yang dapat mewakili hubungan antara simpul-simpulnya. Ada beberapa bentuk
representasi graf yang umum digunakan, tergantung pada efisiensi dan
kemudahan dalam mengimplementasikan program. Beberapa bentuk representasi
graf yang umum adalah sebagai berikut :

2.7.1 Representasi Graf dalam bentuk Matriks

a. Adjacency Matrix Graf Tak Berarah

24
Matriks yang digambarkan dalam Gambar 1b adalah representasi
dalam bentuk Matriks Ketetanggaan atau Adjacency Matrix dari graf yang
digambarkan dalam Gambar 1a. Dalam representasi ini, setiap elemen
matriks mewakili keberadaan atau tidak adanya sambungan antara dua
simpul dalam graf.

1. Matriks yang terbentuk adalah matriks bujur sangkar berukuran n x n, di


mana n adalah jumlah simpul yang ada dalam graf tersebut. Matriks ini
digunakan untuk menyatakan hubungan antara satu simpul dengan
simpul lainnya dalam graf.
2. Matrik yang terbentuk adalah matrik simetris dengan sumbu simetris
adalah diagonal dari titik kiri atas ke titik kanan bawah.
3. Data yang tedapat baik dalam baris maupun kolom, dapat menyatakan
degree sebuah simpul. Contoh: baik pada baris D maupun kolom D
jumlah angka 1 nya adalah 3 buah, dimana jumlah in menyatakan degree
simpul D.

b. Adjacency Matrix Graf Berarah

25
Matriks yang digambarkan pada gambar 2b merupakan
representasi dalam bentuk Adjacency Matrix dari graf yang digambarkan
pada gambar 2a. Beberapa hal yang dapat dilihat atau dapat diterangkan
pada Adjacency Matrix tersebut adalah sebagai berikut :

1. Matriks yang terbentuk adalah matrik bujur sangkar n x n, dimana n =


jumlah simpul yang ada dalam graf tersebut. Matrik ini menyatakan
hubungan antara simpul satu dengan simpul lainnya.
2. Matriks yang terbentuk mungkin simetris mungkin juga tidak simetris.
Menjadi Simetris bila hubungan antara dua buah simpul (v1 dan v2)
terdapat busur dari v1 ke v2 dan juga sebaliknya.
3. Hal pokok yang dinyatakan oleh matrik ini adalah : busur yang 'keluar'
dari suatu simpul. Dengan demikian, data yang terdapat dalam suatu
baris, dapat menyatakan outdegree simul yang bersangkutan.
Contoh : Jumlah elemen yang nilainya = 1 pada baris B ada 3 elemen, ini
menyatakan jumlah outdegree simpul B ada 3 buah.
4. Data yang terdapat dalam suatu kolom, dapat menyatakan indegree
simpul bersangkutan.
Contoh : Jumlah elemen yang nilainya = 1 pada kolom B ada 2 elemen,
ini menyatakan jumlah indegree simpul B ada 2 buah.

c. Adjacency Matrix Graf Berbobot Tak Berarah

26
Nilai yang ada dalam tiap elemen matriks menyatakan bobot busur
yang menghubungkan dua buah simpul yang bersangkutan. Untuk dua buah
simul yang tidak berhubungan langsung oleh sebuah busur, maka dianggap
dihubungkan ole sebuah busur yang nilai bobotnya tidak terhingga. Dalam
pemograman, karena keperluan algoritma, maka dari total bobot seluruh
busur yang ada atau yang mungkin ada.

Contoh: pada gambar 3a simpul A dan C tidak berhubungan


langsung melalui sebuah busur, maka untuk elemen matriks yang
bersangkutan disi dengan nilai 999 karena nilai 999 dalam kasus ini cukup
mewakili nilai tidak terhingga.

2.7.2 Representasi Graf dalam bentuk Linked List

a. Adjacency List

Bila ingin direpresentasikan dalam bentuk linked list, dapat


dilustrasikan secara sederhana seperti gamabar 4b. Dari ilustrasi sederhana
tersebut terlihat ada 5 buah simpul A,B,C,D, dan E yang dibariskan dari atas

27
kebawah seperti pada gambar 4a. Kemudian dari masing-masing simpul
'keluar' pointer kearah kanan yang menunjuk simpul-simpul lain. Salah satu
contoh, yang dapat dilihat pada gambar 4b dimana A menunjuk simpul B
dan simpul D.

2.8 Graf Isomorfik


Graf isomorfik adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan bahwa
dua graf memiliki struktur yang sama atau identik. Ketika dua graf isomorfik,
maka terdapat hubungan satu-satu antara simpul dan sisi di kedua graf tersebut,
dengan urutan simpul dan sisi yang sama.

Secara formal, jika dua graf G=(V,E) dan H=(U,F) isomorfik, maka
kondisi berikut terpenuhi:

1. V dan U memiliki jumlah simpul yang sama.

2. E dan F memiliki jumlah sisi yang sama.

3. Setiap simpul V dipetakan ke simpul U, dan setiap simpul U dipetakan ke


simpul V.

4. Koneksi antara sisi-sisi dalam E dan F dipertahankan di antara simpul-


simpul yang sesuai. Dengan kata lain, sisi-sisi yang berhubungan antara
simpul-simpul yang sesuai adalah sama.

Graf isomorfik merupakan konsep penting dalam teori graf, struktur data,
dan algoritma. Penentuan apakah dua graf isomorfik atau tidak memiliki banyak
aplikasi dalam pemecahan masalah praktis dan analisis struktur data graf.
Penyelesaian masalah graf isomorfik sering kali dianggap sulit secara
komputasional, dan berbagai algoritma dan metode telah dikembangkan dalam
bidang ini.

Misalnya, kita memiliki dua graf berikut ini:

Graf G: V = {A, B, C}, E = {(A, B), (A, C)}

28
Graf H: U = {X, Y, Z}, F = {(X, Y), (X, Z)}

Meskipun label simpul-simpul berbeda, kita dapat melihat bahwa struktur


graf G dan H sama. Oleh karena itu, graf G dan H dikatakan isomorfik.

Penentuan apakah dua graf isomorfik atau tidak adalah masalah yang
penting dalam teori graf dan memiliki aplikasi luas dalam berbagai bidang,
termasuk komputasi, jaringan, pengenalan pola, dan banyak lagi. Namun,
menentukan isomorfisme graf secara efisien merupakan tugas yang sulit karena
masalah isomorfisme graf termasuk dalam kelas kompleksitas komputasional
yang tinggi.

Berdasarkan sifat sulitnya menentukan isomorfisme graf, telah


dikembangkan berbagai algoritma dan teknik untuk mengidentifikasi isomorfisme
graf dengan efisien. Algoritma-algoritma ini termasuk algoritma pencocokan
subgrup, pendekatan berbasis permutasi, dan teknik reduksi. Beberapa algoritma
yang dikenal termasuk algoritma Ullmann, VF2, dan Nauty.

Pemahaman mengenai konsep graf isomorfik penting dalam analisis dan


perancangan struktur data graf, serta dalam pengembangan algoritma yang
melibatkan graf.

Contoh :

Dua buah graf G1 dan G2 isomorfik jika dan hanya jika simpulsimpulnya
dapat dilabel sedemikian rupa sehingga matriks ketetanggaan yang bersesuaian
sama.

29
Contoh :

Jika G1 dan G2 graf isomorfik, maka:

1. G1 dan G2 mempunyai jumlah simpul yang sama

2. G1 dan G2 mempunyai barisan derajat yang sama

3. G1 dan G2 mempunyai jumlah sisi yang sama.

2.9 Graf Planar dan Bidang


Graf yang dapat digambarkan pada bidang datar dengan sisi-sisi tidak
saling memotong (bersilangan) disebut graf planar, jika tidak, maka ia disebut graf
tak-planar.

Definisi lain dari Graf Planar dan Graf Bidang Graf planar adalah graf
yang memiliki jalur bersilangan namun dapat digambarkan ulang menjadi graf
yang tidak memiliki jalur bersilangan Hasil dari penggambaran ulang graf planar
sedemikian hingga tidak ada jalurnya yang bersilangan disebut dengan graf
bidang.

Contoh 1: Graf K4, sebuah graf planar, dapat digambarkan dengan sisi
yang saling bersilangan seperti yang terlihat pada Gambar (a). Namun, graf
tersebut dapat digambarkan kembali tanpa adanya sisi yang saling berpotongan,
seperti yang ditunjukkan pada Gambar (b).

30
Gambar (a) Gambar (b)

K5 pada Gambar (c) bukan graf planar

Gambar (c)

Contoh 2: Diberikan graf G berikut ini yang memuat jalur-jalur bersilangan.

Penyelesaian: Perhatikan graf G. G memiliki beberapa jalur yang saling


bersilangan. Selanjutnya, kita dapat mencoba menggambar kembali jalur-jalur
yang saling bersilangan tersebut agar tidak lagi bersilangan. Misalnya, jalur (a,e)
dapat diubah menjadi jalur yang bergerak ke kanan atas, seperti yang ditunjukkan
di bawah ini:

31
Representasi graf planar yang digambarkan dengan sisi-sisi yang tidak
saling berpotongan disebut graf bidang (plane graph). Pada Gambar 8.46, ketiga
buah graf adalah graf planar, tetapi graf (a) bukan graf bidang, sedangkan graf (b)
dan (c) adalah graf bidang. Ketiga graf ini isomorfik. Untuk selanjutnya, kita tetap
menggunakan istilah graf planar baik untuk graf yang dapat digambar (ulang)
pada bidang datartanpa ada sisi-sisi yang berpotongan maupun graf yang memang
sudah tergambar tanpa sisi-sisi yang berpotongan (graf bidang).

Sisi-sisi pada graf bidang membagi bidang datar menjadi beberapa


wilayah (region) atau muka (face). Jumlah wilayah pada graf bidang dapat
dihitung dengan mudah. Graf bidang pada Gambar 31 terdiri atas 6 wilayah
(termasuk wilayah terluar):

Gambar 31. Graf Planar yang terdiri atas 6 wilayah

Rumus Euler

32
Jumlah wilayah (f) pada graf planar sederhana juga dapat dihitung dengan
rumus Euler sebagai berikut:

n–e+f=2

atau

f=n–e+2

yang dalam hal ini,

e = Jumlah sisi

n = Jumlah simpul

Contoh :

Gambar di atas, e = 11 dan n = 7, f = 6, maka 7 – 11 + 6 = 2.

Pada graf planar sederhana terhubung dengan f buah wilayah, n buah


simpul, dan e buah sisi (e > 2) selalu berlaku ketidaksamaan berikut:

e  3f /2

dan

e  3n – 6

Dua ketidaksamaan yang terakhir ini dapat kita buktikan sebagai berikut:
setiap daerah pada graf planar dibatasi oleh tiga atau lebih sisi. Jadi, total
banyaknya sisi lebih besar atau sama dengan 3f. Tetapi, karena suatu sisi berada

33
pada batas paling banyak dua wilayah, maka total banyaknya sisi lebih kecil atau
sama dengan 2e. Jadi,

2e ≥ 3f

atau

2e/3 ≥ f

Berdasarkan rumus Euler, kita memperoleh

n – e + 2 e/3 ≥ 2

atau

e ≤ 3n - 6

Ketidaksamaan yang terakhir dinamakan ketidaksamaan Euler, yang


dapat digunakan untuk menunjukkan keplanaran suatu graf sederhana (kalau graf
planar, maka ia memenuhi ketidaksamaan Euler, sebaliknya jika tidak planar
maka ketidaksamaan tersebut tidak dipenuhi). Ini dinyatakan dengan berikut:

Jika G adalah graf sederhana terhubung dengan e adalah jumlah sisi dan
v adalah simpul, yang dalam hal ini v ≥ 3, maka berlaku ketidaksamaan Euler e ≤
3n – 6.

Contoh pada graf k4 berikut:

n = 4, e = 6

Memenuhi 6 ≤ 3(4) – 6, dengan kata


lain k4 adalah graf planar

Ketidaksaamaan Euler hanyalah syarat perlu: agar suatu graf dikatakan


planar, tetapi bukan syarat cukup, Artinya, meskipun suatu graf planar sederhana
memenuhi kedua ketidaksamaan itu, tetapi tidak selalu menjamin keplanaran
suatu
graf.

34
Misalnya graf K3 memenuhi ketidaksamaan Euler tersebut,menjamin keplanaran
suatu graf. Misalnya graf K3,3 Gambar (c) memenuhi ketidaksamaan Euler
tersebut,

(a) (b) (c)

e=9,n=6

9 ≤ (3)(6) – 6 = 12 (jadi, e ≤ 3n - 6)

padahal graf K3,3, bukan graf planar Untuk menunjukkan bahwa K3,3
bukan graf planar, kita membuat asumsi baru bahwa setiap wilayah pada graf
bidang dibatasi oleh paling sedikit empat buah sisi (jadi, bukan 3 sisi seperti
pembuktian ketidaksamaan di atas. Dengan demikian, total banyaknya sisi lebih
besar atau sama dengan 4f. Tetapi, karena suatu sisi berada pada batas paling
banyak dua wilayah, maka total banyaknya sisi lebih kecil atau sama dengan 2e.
Jadi,

2e ≥ 4f

atau

e/2 ≥ f

Berdasarkan rumus Euler, kita memperoleh

n - e + e/2 ≥ 2

atau

e ≤ 2n - 4

Hal ini dinyatakan dengan sebagai berikut:

35
Jika G adalah graf sederhana terhubung dengan e adalah jumlah sisi dan
v adalah jumlah simpul, yang dalam hal ini v ≥ 3 dan tidak ada sirkuit yang
panjangnya 3, maka berlaku e ≥ 2v 4.

Contoh : Graf K3,3 tidak memenuhi ketidaksamaan e ≤ 2n - 4, karena

e =9,n = 6

9 ≤ (2)(6) – 4 = 8 (salah)

yang berarti K3,3 bukan graf planar.

Teorema Kuratowski

Teorema Kuratowski adalah sebuah teorema dalam teori graf yang


menyatakan bahwa sebuah graf adalah graf planar jika dan hanya jika graf
tersebut tidak mengandung subdivisi dari graf lengkap K5 atau graf bipartit
lengkap K3,3. Teorema ini dinamai dari matematikawan Polandia bernama
Kazimierz Kuratowski yang menemukannya pada tahun 1930-an. Teorema
Kuratowski sangat penting dalam teori graf karena memberikan karakterisasi yang
kuat untuk graf planar dan membantu dalam menentukan apakah suatu graf dapat
digambar di atas bidang tanpa ada dua garis yang saling bersilangan.

1. Graf Kuratowski pertama, yaitu graf lengkap yang mempunyai lima buah
simpul (Ks), adalah graf tidak-planar.
2. Graf Kuratowski kedua, yaitu graf terhubung teratur dengan 6 buah simpul
dan 9 buah sisi (K) adalah graf tidak-planar.

Sifat graf Kuratowski adalah:

1. Kedua graf Kuratowski adalah graf teratur.


2. Kedua graf Kuratowski adalah graf tidak-planar
3. Penghapusan sisi atau simpul dari graf Kuratowski menyebabkannya
menjadi graf planar.

36
4. Graf Kuratowski pertama adalah graf tidak-planar dengan jumlah simpul
minimum, dan graf Kuratowski kedua adalah graf tidak-planar dengan
jumlah sisi minimum. Keduanya adalah graf tidak planar paling sederhana.

Isomorfik pada graf adalah konsep dalam teori graf yang mengacu pada
dua graf yang memiliki struktur yang sama, meskipun mungkin memiliki label
atau tampilan yang berbeda

Homeomorfik adalah jika salah satu dari kedua graf dapat diperoleh dari
graf yang lain dengan cara menyisipkan dan/atau membuang secara berulang-
ulang simpul berderajat 2.

(Teorema Kuratowski) : Graf G adalah tidak planar jika dan hanya jika ia
mengandung upagraf yang isomorfik dengan K, atau Katau homeomorfik
(homcomorphic) dengan salah satu dari keduanya.

Tinjau pada gambar (a) Graf G tidak planar karena ia mengandung


upagrag (G1) yang homeomorfik dengan K5 (dengan membuang simpul-simpul
yang berderajat 2 dari G1, diperoleh K5).

Gambar (a)

Contoh soal :

Perlihatkan dengan teorema Kuratowski bahwa graf Petersen tidak planar.

Penyelesaian:

37
Dari graf Petersen (Gambar 8.52(a))., buatlah sebuah upagrafnya,
misalkan G, (Gambar 8.52(b)). Dengan membuang simpul-simpul berderajat 2
dari G, kita dapatkan G (Gambar 8.52(c)) yang homeomorfik dengan G,. Jika G₂
digambar ulang, kita dapatkan bahwa G isomorfik dengan K33 (Gambar 8.52(d)).
Rangkaian proses ini menunjukkan bahwa graf Petersen tidak planar.

2.10 Graf Dual (Dual Graph)


Sebuah graf planar G yang direpresentasikan sebagai graf bidang. Kita
dapat membuat suatu graf G*(graf dual atau dual geometri) dari graf planar
tersebut dengan cara sebagai berikut:

1. Pada setiap wilayah atau muka (face) f di G. buatlah sebuah simpul v*


yang merupakan simpul untuk G*.
2. Untuk setiap sisi e di G, tariklah sisi e* (yang menjadi sisi untuk G*) yang
memotong sisi e tersebut. Sisi e menghubungkan dua buah simpul v, dan v
(simpul-simpul di G7") yang berada di dalam muka fi dan fa yang
dipisahkan oleh sisi e di G. Untuk sisi yang salah satu simpulnya
merupakan simpul berderajat 1 (jadi, sisi e seluruhnya terdapat di dalam
schuah muka), muka sisi e adalah berupa sisi gelang. Berikut ini adalah
pembentukan dual G* dari graf G.

38
Graf disebut graf dual hanya jika graf tersebut planar. Jika G adalah graf
planar yang direpresentasikan sebagai graf bidang dengan n buah simpul, e buah
sisi dan f buah muka, maka graf G* memilki

n*/v* = f buah simpul

e* = e buah sisi

f* = n buah muka/wilayah

Graf planar G mempunyai dual yang unik hanya jika representasi


bidangnya unik. Seperti pada gambar dibawah ini

Kedua graf adalah isomorfik tetapi mempunyai representasi bidang yang


berbeda, maka dual dari kedua graf yang isomorfik tersebut tidak termasuk
isomorfik. Lihat pada gambar berikut

(1) Dual dari gambar (a) (2) Dual dari gambar (b)

Aplikasi graf dual salah satu contoh yang penting adalah


merepresentasikan peta (map. Wilayah pada peta dinyatakan sebagai simpul dan
sisi menyatakan bahwa dua wilayah berbatasan langsung (bertetangga). Pada peta,
bidang luar tidak dinyatakan sebagai sebuah simpul. Berikut contoh nya.

39
(a) Peta, (b) Peta dan graf yang merepresentasikannya, (c) Graf yang
merepresentasikan peta

2.11 Lintasan dan Sirkuit Euler


Lintasan Euler ialah lintasan yang melalui masing-masing sisi di dalam
graf tepat satu kali. Bila lintasan tersebut kembali ke simpul asal, membentuk
lintasan tertutup (sirkuit), maka lintasan tertutup ini dinamakan sirkuit Euler. Jadi,
sirkuit Euler ialah sirkuit yang melewati masing-masing sisi tepat satu kali. Graf
yang mempunyai sirkuit Euler dinamakan graf Euler (Eulerian graph). Graf yang
mempunyai lintasan Euler dinamakan juga graf semi-Euler (semi-Eulerian
graph).

 Lintasan Euler pada graf (a) : 3, 1, 2, 3, 4, 1


 Lintasan Euler pada graf (b) : 1, 2, 4, 6, 2, 3, 6, 5, 1, 3
 Lintasan Euler pada graf (c) : 1, 2, 3, 4, 7, 3, 5, 7, 6, 5, 2, 6
 Lintasan Euler pada graf (d) : a, c, f, e, c, b, d, e, a, d, f, b, a

40
 Lintasan Euler pada graf (e) : Tidak ada
 Lintasan Euler pada graf (f) : a, c, d, a, b, e, d, b
Graf (a), (b), dan (f) adalah graf semi-Euler, graf (c) dan (d) adalah graf Euler.
Berikut beberapa teorema utama yang dimiliki oleh lintasan dan sirkuit Euler:
Teorema 1 :
Graf terhubung G adalah graf euler jika dan hanya jika derajat dari
masing-masing titik adalah genap.
Teorema 2 :
a. Jika graf G memiliki lebih dari dua titik berderajat ganjil, maka G adalah
graf non euler.
b. Jika G memiliki dua titik berderajat ganjil, maka G memiliki lintasan euler
dan ini berlaku juga ketika memiliki satu titik berderajat ganjil.
Teorema 3 :
Suatu graf terhubung adalah graf semi euler jika dan hanya jika memiliki
tepat dua titik yang berderajat ganjil.
Teorema 4 :
Graf berarah G memiliki sirkuit euler jika dan hanya jika G terhubung dan
setiap titik memiliki derajat masuk dan derajat keluar sama. Graf G memiliki
lintasan euler jika dan hanya jika G terhubung dan setiap titik memiliki derajat
masuk dan derajat keluar sama kecuali dua titik, yang pertama memiliki derajat
keluar satu lebih besar dari derajat masuk, dan yang kedua memiliki derajat masuk
lebih besar dari derajat keluar.

2.12 Lintasan dan Sirkuit Hamilton


Sir Wiliam Hamilton pada tahun 1859 membuat permainan dodecahedron
yang ditawarkan pada pabrik mainan di Dublin. Permainan tersebut terdiri dari 12
buah pentagonal dan ada 20 titik sudut (setiap sudut diberi nama ibu kota setiap
negara) . Permainan ini membentuk perjalanan keliling dunia yang mengunjungi
setiap ibu kota Negara tepat satu kali dan kembali lagi ke kota asal. Ini tak lain
adalah mencari sirkuit Hamilton.

41
Masalah tersebut dapat diilustrasikan dalam gambar berikut ini :

Gambar (a) Dodecahedron Hamilton, dan (b) graf yang mengandung sirkuit Hamilton
Lintasan Hamilton merupakan lintasan yang mengunjungi tiap
simpul/vertex graf tepat sekali. Sirkuit Hamilton adalah jalur yang mengunjugi
setiap simpul/vertex tepat 1 kali tanpa ada pengulangan. Hal penting yang perlu
diingat adalah sirkuit Hamilton tidak perlu melalui setiap sisi. Sirkuit Hamilton
hanya perlu melewati vertex/simpul. Graf Hamilton adalah graf yang memuat
lintasan dan sirkuit Hamilton. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa suatu graf
disebut graf Hamilton jika memiliki lintasan dan sirkuit Hamilton. Graf yang
memiliki sirkuit Hamilton disebut dengan graf Hamilton dan graf yang hanya
memiliki lintasan Hamilton disebut graf semi-Hamilton.

Gambar 32. contoh graf dengan sirkuit Hamilton

Sirkuit Hamilton dari gambar 32 adalah A-B-C-D-E-A. Ingat bahwa tidak


masalah jika ada sisi yang tidak dilalui. Pada graf diatas tetap memiliki sirkuit
Hamilton meskipun sisi EC dan DB tidak dilalui.

42
 Lintasan Hamilton pada graf (a) : 3, 2, 1, 4
 Lintasan Hamilton pada graf (b) : 1, 2, 3, 4, 1
 Lintasan Hamilton pada graf (c) : Tidak ada
Graf (a) adalah graf semi-Hamilton dan graf (b) adalah graf Hamilton
Berikut beberapa teorema utama yang dimiliki oleh lintasan dan sirkuit Hamilton:
Teorema Dirac (syarat cukup):
Jika G adalah graf sederhana dengan n buah titik (n  3) sedemikian
hingga derajat tiap titik paling sedikit n/2 (yaitu d(v)  n/2 untuk setiap titik v di
G) maka G adalah graf Hamilton.
Teorema Ore :
Jika G adalah graf sederhana dengan n buah titik (n  3) sedemikian
hingga d(v) + d(u)  n untuk setiap pasang titik tidak bertetangga u dan v, maka G
adalah graf Hamilton.
Teorema :
a. Setiap graf lengkap Kn , n ≥ 3 adalah graf Hamilton
b. Di dalam graf lengkap Kn , n ≥ 3 terdapat sebanyak (n-1)!/2 buah sirkuit
Hamilton
Teorema :
Di dalam graf lengkap G dengan n buah titik :
a. n  3 dan n ganjil, terdapat (n – 1)/2 buah sirkuit Hamilton yang saling
lepas (tidak ada sisi yang beririsan)
b. n  4 dan n genap, terdapat (n – 2)/2 buah sirkuit Hamilton yang saling
lepas

43
2.13 Lintasan Terpendek (shortest path)
2.13.1 Lintasan Terpendek
Lintasan terpendek adalah lintasan dengan sifat jumlah nilai sisi-sisi yang
dilaluinya terkecil. Untuk graf dengan banyak sisi yang relatif sedikit, lintasan
terpendek dari simpul a ke simpul z dengan mudah dapat dicari. Tetapi untuk graf
dengan sisi yang banyak, pencarian lintasan terpendek tidak lagi mudah.

2.13.2 Algoritma Lintasan Terpendek (Algoritma Dijkstra)


Terdapat beberapa versi algoritma Dijkstra untuk mencari lintasan
terpendek dari simpul a ke

simpul z dalam graf terhubung G. Salah satu versinya adalah sebagai berikut:

1. Tetapkan m = 1 dan berikan pada simpul a dengan (-, 0) (tanda “-” berarti
kosong).
2. Periksa setiap sisi e = pq dari simpul berlabel p ke beberapa simpul tak
berlabel q.
Misalkan label p adalah (r, k(p)). Jika k(p) + k(e) = m, berikan simpul q
dengan label (p,m).
3. Jika semua simpul belum berlabel, naikkan m dengan 1 dan terus ke
langkah (2). Jika tidak demikian, teruskan ke langkah (4). Jika Anda hanya
tertarik untuk mencari lintasan terpendek ke z, maka jika z telah berlabel
kita dapat terus ke langkah (4).
4. Untuk sebarang simpul y, lintasan terpendek dari simpul a ke y
mempunyai panjang k(y), yakni, bagian kedua dari label y; dan lintasan
demikian dapat diperoleh dengan cara melacak balik atau mundur dari y
(dengan menggunakan bagian pertama dari label) seperti diberikan atau
dideskripsikan di bawah ini.

Perhatikan bahwa jarak (panjang) dari simpul a ke simpul tertentu,


algoritma ini menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Berapakah panjang yang
dapat diperoleh dengan kenaikkan 1 unit?, berapa dengan 2 unit, dengan 3 unit, ...,

44
dengan m unit, ...?. Verifikasi formal untuk algoritma ini memerlukan induksi
matematik (atas bilangan pada simpulsimpul berlabel). Ide kuncinya adalah
bahwa untuk mencari lintasan terpendek dari simpul a ke sebarang simpul yang
lain, kita harus mencari lintasan terpendek dari simpul a ke simpul-simpul
‘penyela’. Jika Ji = v1, v2, ..., vi adalah lintasan terpendek ke simpul vi, maka Ji =
Ji-1 + (vi-1, vi) dengan Ji-1 = v1, v2, ..., vi-1 adalah lintasan terpendek ke vi-1.
Demikian pula Ji-1 = Ji-2 + (vi-2,vi1) dan seterusnya.

Untuk mencatat lintasan terpendek ke vi, kita perlu menyimpannya


(sebagai bagian =‘absis’, atau pasangan pertama dari label dalam algoritma di
atas) adalah nama untuk simpul terakhir berikutnya pada Ji , yakni, vi-1 pada
lintasan adalah vi-2, simpul terakhir berikutnya pada Ji-2. Dengan terus melacak
balik proses ini, kita dapat menemukan keseluruhan Ji.

Contoh : Sepasang suami istri ingin bepergian dari simpul N (Nganjuk) ke simpul
R (Rangkasbitung) melalui jaringan jalan raya, seperti ditunjukkan dalam gambar

Penyelesaian

Kita gunakan Algoritma Lintasan terpendek. Pertama, N kita berikan label


N(-, 0). Untuk m = 1, tidak dapat melakukan pelabelan (Periksalah sisi-sisi Nb,
Nd, dan Nf). Untuk m = 2, k(N) + k(Nb) = 0 + 2 = 2, dan dengan demikian simpul
b kita berikan label (N, 2). Untuk m = 3 atau 4, kita tidak dapat memberikan
pelabelan baru. Untuk m = 5, k(b) + k(bc) = 2 + 3 = 5, dan dengan demikian
simpul c kita berikan label (b, 5). Kita dapat meneruskan cara ini untuk
melabelkan simpul-simpul seperti dalam Gambar 5.50. Akhirnya, dengan melacak

45
mundur dari simpul R kita memperoleh: R-m-j-k-h-d-c-b-N, yang panjangnya 24
unit (5 + 2 + 3 + 5 + 2 + 2 + 3 + 2 = 24). Jadi lintasan terpendek yang dicari
adalah (dibalik): N-b-c-d-h-k-j-m-R.

2.14 Persoalan Pedagang Keliling


2.14.1 Persoalan Pedagang Keliling

a. Merupakan Persoalan optimasi kombinatorial.


b. Bagaimana menentukan rute perjalanan paling murah dari suatu kota dan
mengunjungi semua kota lainnya.
c. Masing-masing kota hanya dikunjungi satu kali.
d. Harus kembali ke kota asal keberangkatan.
e. Biaya perjalanan dapat berupa jarak, waktu, bahan bakar, kenyamanan ,
dsb.

2.14.2 Persoalan Pedagang keliling dengan teknik pencarian konvensional:

a. Algoritma Brute Force


Dengan mencoba semua kombinasi dan mencari rute paling murah.
Kekurangannya butuh waktu lama, misal jumlah kombinasi rute 20 kota,
maka jumlah kombinasinya 20!=2,4 X 1018
b. Algoritma Greedy HAI Dengan memilih kota yang belum dikunjungi yang
mempunyai biaya paling rendah pada setiap langkahnya.
Kelemahannya: solusi tidak menjamin solusi optimal.
c. Algoritma Genetika
Dengan AG dapat menyelesaikan dengan proses cepat dan memberikan
hasil yang diinginkan
2.14.3 Contoh Persoalan TSP dengan Algoritma genetika:
a. Terdapat 5 kota yang akan dilalui oleh para pedagang keliling, misalnya A,
B, C, D, E. B.
b. Perjalanan dimulai di kota A dan berakhir di kota A.
c. Kriteria berhenti adalah ketika setelah beberapa generasi berturut-turut
diperoleh nilai fitness yang terendah tidak berubah

46
d. Jarak antar kota seperti pada gambar berikut:

Solusi dengan Algoritma genetika

a) Inisialisasi
Misalkan menggunakan 6 buah populasi dalam satu generasi, yaitu

b) Evaluasi kromosom

Menghitung nilai fitness tiap kromosom

47
c) Seleksi Kromosom
Persoalan TSP diinginkan kromosom dengan fitness paling kecil, maka
digunakan invers

Invers Fitnes

Probabilitas

Proses seleksi dengan roulette-wheel


Nilai kumulatif dari probabilitas

48
Sehingga populasi baru akan terbentuk

d) Crossover (Pindah Silang)


a. Misal dengan order crossover yaitu satu bagian kromosom dipertukarkan
dengan tetap menjaga urutan kota yang bukan bagian dari kromosom
tersebut.
b. Kromosom yang dijadikan induk di pilih secara acak dan jumlah kromosom
di pengaruhi oleh Crossover Probability (pc)
c. Misal pc=25%
d. Bangkitkan bilangan acak sebanyak jumlah populasi yaitu 6 kali.

Kromosom yang dipilih jika 50% yang mempunyai R[k] terendah,


sehingga yang akan dijadikan induk adalah kromosom 2, 3 dan 6 Proses
selanjutnya menentukan 2 posisi crossover, dengan membangkitkan bilangan
acak 1 sampai dengan panjang kromosom-1, yaitu 1 sampai dengan 3.

Misal Bilangan acak untuk 3 kromosom induk yang akan di crossover di


tentukan pada posisi 1 dan 3.

Kromosom[2]>< Kromosom[3]

[BDEC]><[CBDE]

O1:[XDEX], O2:[XBDX]

seqP2:ECBD , seqP1:CBDE

K[1]=O1=[BDEC], K[2]=O1:[EBDC]

[BDEC]><[CDEB]

O1:[ XDEX],O2: [XDEX]

49
seqP2 :[BCDE], seqP1:[CBDE]

O1:[ CDEB],O2: [BDEC]

[CDEB]><[CBDE]

O1:[ XDEX],O2:[XBDX]

seqP2 :[ECBD], seqP1:[BCDE]

O1:[ BDEC],O2:[EBDC]

e) Mutasi
a. Misal mutasi yang digunakan yaitu swapping mutation yaitu dengan
menukar gen yang dipilih secara acak dengan gen sesudahnya.
b. Hitung total gen pada satu populasi

c. Memilih posisi gen yang mengalami mutasi dengan membangkitkan


bilangan acak antara 1 sampai panjang total gen yaitu 1-24.
d. Misal ditentukan pm=20%, maka jumlah gen yang akan dimutasi adalah
= 0,2 x 24=4,8=5
e. Setelah diacak misal pada posisi 3,7,10,20,24
Proses mutasi

K[1]=O1=[BDEC], K[2]=O1:[EBDC]

O1:[ CDEB],O2: [BDEC]

O1:[ BDEC],O2:[EBDC]

K[1]=O1=[BDEC] [BDCE]

Nilai fitness untuk 1 generasi adalah:

K[1]=[BDCE]=AB+BD+DC+CE+EA=7+2+4+3+9=25

50
Setelah dilakukan proses 1 generasi ternyata nilai fitness terendah tidak
berubah sesuai dengan criteria berhenti maka dapat dipastikan jika dilakukan
proses generasi berikutnya nilai fitness terendah tidak akan berubah.

2.15 Persoalan Tukang Pos Cina


Persoalan Tukang Pos Cina (Chinese Postman Problem) pertama kali
dikemukakan oleh Mei Gan atau Kwan Meiko, seorang pakar matematika dari
Universitas Shangtun, Cina. Dalam kehidupan sehari-hari Mei Gan menggunakan
Sebagian dari waktu luangnya untuk bekerja di kantor pos pada wawktu revolusi
kebudayaan Cina (Korte). Ia mengemukakan masalah yang disebut persoalan
tukang pos Cina.

Sebelum memulai perjalanannya tukang pos harus pergi ke kantor pos


untuk mengambil surat. Barulah dia pergi mengantarkan surat dengan menelusuri
setiap jalan pada daerahnya, dan akhirnya ia harus Kembali ke kantor pos untuk
mengembalikan semua surat yang tidak terkirim. Untuk mengemat energi tukan
pos ingin menelusuri daerahnya dengan sesedikit mungkin jarak yang ditempuh.

Pada intinya masalah tukang pos adalah bagaimana menelusuri semua


jalan yang ada pada rutenya dan Kembali ke asal dengan jarak tempuh yang
paling sedikit (Gani, n.d.). Persoalan tukang pos Cina tidak lain menentukan
sirkuit Euler di dalam graf. Jika peta jalan tempat tukang pos mengantarkan surat
merupakan graf Euler, maka sirkuit Eulernya mudah ditemukan. Tetapi jika
grafnya bukan graf Euler maka beberapa sisi di dalam graf harus dilalui lebih dari
sekali.

51
Dalam memecahkan persoalan tukang pos Cina terdapat dua kasus yang
harus ditangani secara terpisah, yaitu graf genap dan graf ganjil. Pada kasus graf
genap, maka solusi optimal dapat dicapat dengan jalur euler, sehingga tukang pos
tidak perlu melewati jalan sama dua kali. Pada kasus graf ganjil, karena jumlah
sisi yang masuk pada suatu graf simpul harus sama dengan jumlah sisi yang
keluar dari simpul tersebut, akibatnya jika ada sisi yang memiliki simpul ganjil
maka simpul ini harus melewati setidaknya suatu sisi yang sama dua kali. Oleh
karena itu, masalah tukang pos Cina dirumuskan sebagai berikut:

Seorang tukang pos akan mengantar surat ke alamat-alamat sepanjang jalan di


suatu daerah. Bagaimana ia merencanakan rute perjalanannya yang mempunyai
jarak terpendek supaya ia melewati setiap jalan paling sedikit sekali dan kembali
lagi ke tempat awal keberangkatan.

2.16 Pewarnaan Graf


Ada tiga macam persoalan pewarnaan graf (graph colouring), yaitu
pewarnaan simpul, pewarnaan sisi, dan pewarnaan wilayah (region). Pada
Makalah ini hanya akan membahasa mengenai pewarnaan simpul saja.

Pewarnaan simpul adalah memberi warna pada simpul-simpul di dalam


graf sedemikian sehingga setiap dua simpul bertetangga mempunyai warna yang
berbeda. Berikut adalah contoh pewarnaan simpul:

Gambar 33. Tiga buah warna cukup untuk mewarnai graf ini

Di dalam pewarnaan graf, kita tidak hanya sekedar mewarnai simpul-


simpul dengan warna berbeda dari warna simpul tetangganya saja, namun kita
juga menginginkan jumlah macam warna yang digunakan sesedikit mungkin.

52
Jumlah warna minimum yang dapat digunakan untuk mewarnai simpul disebut
bilangan kromatik graf G, disimbolkan dengan (G). Suatu graf G yang
mempunyai bilangan kromatis K dilambangkan dengan (G) = k. Pada graf
berikut dibutuhkan 5 minimal warna, dapat ditulis juga (G) = 4.

Gambar 34. buah warna cukup untuk mewarnai graf ini

Beberapa graf tertentu dapat langsung ditentukan bilangan kromatiknya.


Graf kosong Nn memiliki (G) = 1, karena semua simpul tidak terhubung, jadi
untuk mewarnai semua simpul cukup dibutuhkan satu warna saja. Graf lengkap Kn
memiliki (G) = n sebab semua simpul saling terhubung sehingga diperlukan n
buah warna. Graf bipartite Km,n mempunyai (G) = 2, satu untuk simpul-simpul di
himpunan V1 dab satu lagi untuk simpul-simpul di V2. Graf lingkaran dengan n
ganjil memiliki (G) = 3, sedangkan jika n genap maka (G) = 2. Sembarang
pohon T memiliki (G) = 2. Untuk graf-graf yang lain tidak dapat dinyatakan
secara umum bilangan kromatiknya.

Masalah menentukan bilangan kromatik graf planar yang


direpresentasikan sebagai graf bidang sudah banyak diteliti oleh para ilmuwan.
Perkembangan hasil penelitian untuk menemukan bilangan kromatik itu dapat
disajikan dalam teorema yang beruntun di bawah ini.

Mula-mula, bilangan kromatik graf planar tidak lebih dari 6. Kemudian


diperbaiki menjadi, bilangan kromatik graf planar tidak lebih dari 5. Puncak
persoalan pewarnaan graf ini muncul pada tahun 1976 sebagai hasil dari
pemecahan persoalan 4-warna (four colour problem), yaitu salah satu persoalan
yang sangat terkenal dalam teori graf (persoalan 4-warna diajukan pada tahun

53
1852). Persoalan 4-warna berbunyi: dapatkah sembarang graf planar diwarnai
hanya dengan 4 warna saja? Jawaban dari persoalan ini ditemukan oleh Appel dan
Haken yang menggunakan komputer untuk menganalisis hampir 2000 graf yang
melibatkan jutaan kasus. Jawaban ini dinyatakan dalam Teorema : Bilangan
kromatik graf planar tidak lebih dari 4.

Pembuktian teorema tersebut sangat rumit dan menurut catatan sejarah


pembuktiannya membutuhkan ratusan lembar kertas untuk menuliskannya.
Pemecahan persoalan pewarnaan graf sangat berjasa dalam menentukan jumlah
warna yang dibutuhkan untuk mewarnai sembarang peta. Berikut adalah contoh
pewarnaan graf dalam peta.

Gambar 34. (a) Peta, (b) Peta dan graf yang merepresentasikannya, (c) 4 warna sudah cukup
untuk mewarnai 27 sampul, (d) peta setelah diwarnai

Contoh soal :

54
Persoalan yang mempunyai karakteristik seperti pewarnaan graf adalah
persoalan menentukan jadwal ujian. Misalkan terdapat delapan orang mahasiswa
(1,2,…,8) dan lima buah mata kuliah yang dapat dipilihnya (A, B, C, D, E). Tabel
berikut memperlihatkan matriks lima mata kuliah dan delapan mahasiswa. Angka
1 pada elemen (i,j) berarti mahasiswa i memilih mata kuliah j, sedangkan angka 0
menyatakan mahasiswa i tidak memilih mata kuliah j.

A B C D E
1 0 1 0 0 1
2 0 1 0 1 0
3 0 0 1 1 0
4 1 1 0 0 0
5 0 1 0 1 0
6 0 0 1 1 0
7 1 0 1 0 0
8 0 0 1 1 0

Berdasarkan tabel di atas, administratur mata kuliah ingin menentukan


jadwal ujian sedemikian sehingga semua mahasiswa dapat mengikuti ujian mata
kuliah yang diambilnya tanpa bertabrakan waktunya dengan jadwal ujian kuliah
lain yang juga diambilnya. Pendek kata, jika ada mahasiswa yang mengambil dua
mata kuliah atau lebih, jadwal ujian mata kuliah tersebut harus pada waktu yang
tidak bersamaan. Ujian dua buah mata kuliah dapat dijadwalkan pada waktu yang
sama jika tidak ada mahasiswa yang sama yang mengikuti ujian dua amta kuliah
itu. Berapa paling sedikit jumlah hari yang dibutuhkan untuk jadwal ujian
tersebut?

Penyelesaian:

Penyelesaian persoalan menentukan jadwal ujian semua mata kuliah sama


dengan menentukan bilangan kromatis graf. Kita dapat menggambarkan graf yang
menyatakan penjadwalan ujian. Simpul-simpul pada graf menyatakan mata

55
kuliah. Sisi yang menghubungkan dua buah simpul menyatakan ada mahasiswa
yang memilih kedua mata kuliah itu. Berikut graf yang merepresentasikannya:

Gambar 35. Graf persoalan penjadwalan ujian 5 mata kuliah untuk 8 orang mahasiswa

Berdasarkan graf tersebut kita dapat menyimpulkan, bahwa apabila


terdapat dua buah simpul dihubungkan oleh sisi, maka ujian kedua mata kuliah itu
tidak dapat dibuat pada waktu yang sama. Warna-warna yang berbeda dapat
diberikan pada simpul graf yang menunjukkan bahwa waktu ujiannya berbeda.
Diinginkan jadwal ujiannya sesedikit mungkin untuk memudahkan
pelaksanaanya. Jadi kita haru menentukan bilangan kromatis graf.

Gambar 36. Hasil pewarnaan pada simpul-simpul graf

Bilangan kromatik graf adalah 2. Jadi, ujian mata kuliah A, E, dan D dapat
dilaksanakan bersamaan, sedangkan ujian mata kuliah B dan C dilakukan
bersamaan tetapi pada waktu yang berbeda dengan mata kuliah A, E, dan D.

56
Untuk graf dengan jumlah simpul sedikit, kita dapat menentukan bilangan
kromatiknya dengan mudah. Tetapi, untuk graf yang besar, kita perlu membuat
program komputer untuk menentukan bilangan kromatik tersebut.

Algoritma Pewarnaan Graf

Algoritna Welch-Powell dapat digunakan untuk mewarnai sebuah graf G


secara mangkus. Algoritma ini hanya memberikan batas atas untuk (G), yaitu
bahwa algoritma tidak selalu memberikan jumlah minimum yang diperlukan
untuk mewarnai G. Berikut Langkah-langkah algoritma Welch-Powell :

1. Urutkan simpul-simpul dari G dalam derajat yang menurun (urutan seperti


ini mungkin tidak unik karena beberapa simpul mungkin berderajat sama).
2. Gunakan satu warna untuk mewarnai simpul pertama (yang mempunyai
derajat tertinggi) dan simpul-simpul lain (dalam urutan yang berurut) yang
tidak bertetangga dengan simpul pertama ini.
3. Mulai lagi dengan simpul derajat tertinggi berikutnya di dalam daftar
terurut yang belum diwarnai dan ulangi proses pewarnaan simpul dengan
menggunakan warna kedua.
4. Ulangi penambahan warna-warna sampai semua simpul telah diwarnai.

Contoh Soal:

Gunakan algoritma Welch-Powell untuk mewarnai graf di bawah ini.

57
Penyelesaian:

Urutkan simpul-simpul di dalam graf berdasarkan derajat yang menurun.


Warnai simpul 1 dengan warna a. simpul yang tidak bertetangga dengan 1 adalah
simpul 5, warnai simpul 5 ini dengan warna a. Simpul berikutnya di dalam daftar
yang belum diwarnai adalah sampul 3 dengan warna b, dan simpul yang tidak
bertetangga dengan 3 adalah simpul 6, warna simpul ini juga dengan warna b.
Simpul berikutnya yang belum diwarnai adalah simpul 4. Warnai simpul 4 dengan
warna c, begitu juga simpul yang tidak bertetangga dengan simpul 4 diberi warna
c. Sekarang semua simpul sudah diwarnai.

Simpul 1 3 6 4 2 5
Derajat 4 4 3 3 2 2
Warna a b b c c a

Perhatikan bahwa simpul 1, 2, dan 3 terhubung satu sama lain, sehingga paling
sedikit dibutuhkan 3 warna berbeda untuk mewarnai graf G. jadi, (G) = 3.

58
BAB III

KESIMPULAN
Graf merupakan bidang studi yang pertama kali dikemukakan oleh
Leonhard Euler pada tahun 1736. Konsep dasar graf meliputi definisi graf sebagai
himpunan dari simpul (vertex) yang terhubung oleh sisi (edge). Graf dapat
memiliki berbagai jenis, termasuk graf berarah, graf tak berarah, graf berbobot,
dan graf terhubung.
Graf memiliki penerapan yang luas dalam berbagai bidang, termasuk
telekomunikasi, penjadwalan, optimisasi, transportasi, ilmu komputer, riset
operasi, ilmu kimia, sosiologi, dan kartografi. Istilah-istilah penting dalam graf
meliputi simpul (vertex), sisi (edge), graf terhubung (connected graph), lintasan
(path), siklus (cycle), lintasan Hamilton (Hamiltonian path), sirkuit Hamilton
(Hamiltonian cycle), dan graf Hamilton (Hamiltonian graph).
Graf dapat digunakan untuk memecahkan berbagai masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Contohnya termasuk perencanaan rute optimal,
penjadwalan kegiatan, optimisasi jaringan telekomunikasi, analisis keterhubungan
sosial, pemodelan sistem transportasi, pemetaan geografis, dan penyelesaian
masalah dalam ilmu komputer.
Pewarnaan graf merupakan proses memberikan label warna pada simpul,
sisi, dan wilayah (region). Tata cara pewarnaan graf melibatkan konsep
pewarnaan dengan jumlah minimal warna (chromatic number) dan teorema
pewarnaan graf empat warna (four-color theorem).

59
DAFTAR PUSTAKA

Belajar Statistik. (2021, 11 Oktober). Lintasan dan Sirkuit Euler. Diakses pada
1 Juni 2023, dari
https://www.belajarstatistik.com/blog/2021/10/11/lintasan-dan-sirkuit-
euler/

Beautymatika. (2021, April). Lintasan dan Sirkuit Hamilton. Diakses dari


https://beautymatika.blogspot.com/2021/04/lintasan-dan-sirkuit-
hamilton.html

Munir, R. (2020). Graf bagian 3. Diakses dari


https://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Matdis/2020-2021/Graf-
2020-Bagian3.pdf

Belajar Statistik. (2021, 12 Oktober). Lintasan dan Sirkuit Hamilton. Diakses


dari https://www.belajarstatistik.com/blog/2021/10/12/lintasan-dan-
sirkuit-hamilton/

Matematika Diskrit. (2015). Diakses pada 1 Juni 2023, dari


https://lmsspada.kemdikbud.go.id/mod/resource/view.php?id=47640

Sidiq, M. (n.d.). Matematika Diskrit Teori Graf bagian 1. Dikutip pada Selasa,
30 Mei 2023, pukul 09.00. Diakses dari
https://repository.dinus.ac.id/docs/ajar/6-Graf-1.pdf

Munir, R. (2020). Matematika Diskrit. Bandung: Informatika Bandung.

Munir, R. (2020). Graf bagian 1. Dikutip pada Selasa, 30 Mei 2023, pukul
20.00. Diakses dari
https://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Matdis/2020-2021/Graf-
2020-Bagian1.pdf

Andhany Ella. (2023). Modul Digital Interaktif Matematika Diskrit Berbasis


Literasi Matematis. Diakses dari
http://repository.uinsu.ac.id/17319/1/Modul%20Matematika%20Diskrit.pd
f

Gani, Y. A. (n.d.). Pemecahan Chinese Postman Problem untuk Graf Tak


Berarah

60
61

Anda mungkin juga menyukai