Anda di halaman 1dari 50

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR PRAKTEK SISTEM DISTRIBUSI

TENAGA LISTRIK

Oleh:

Ikhwan Raziqin

2001032065

Disetujui/disahkan Oleh:

Dosen Pengampu 1 Dosen Pengampu 2

Firmansyah, ST.,MT Witri Onanda, ST.,MT


NIP. 19641220 199003 1 001 NIP. 19790627 200604 1 002
POLITECHNIC STATE OF PADANG
ELECTRICAL ENGINEERING

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan

rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan “Praktek Siatem

Distribusi Tenaga Listrik ” pada semester lima, dengan baik serta tepat pada waktunya.

Laporan ini menjelaskan tentang langkah-langkah, bahan, dan cara kerja yang berkaitan

dengan pratikum tersebut. Dalam berkarya sangat dituntut kesabaran, ketelitaian dan kehati

- hatian dalam melakukan praktikum. Oleh karena itu, siapapun yang melakukan praktek

ini harus bersikap dengan ketentuan yang berlaku, guna untuk mendapatkan hasil yang

sesuai diharapkan.

Laporan praktek ini penulis susun berdasarkan apa yang dilaksanakan selama

kegiatan mata kuliah praktek berlangsung. Selain itu, ucapan dan ungkapan merupakan

bentuk keseriusan penulis dalam melaksanakan praktek yang dilakukan pada semester lima

ini, yang telah terselesaikan sesuai job yang telah diberikan.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, hal ini karena

keterbatasan ilmu pengetahuan, oleh karena itu, kritik dan sarannya sangat penulis

harapkan demi kesempurnaan laporan ini dimasa yang akan datang. Akhir kata semoga

laporan ini bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi penulis sendiri.

Padang, 02 Juli 2023

Ikhwan Raziqin

Ikhwan Raziqin/2001032065 i
POLITECHNIC STATE OF PADANG
ELECTRICAL ENGINEERING

PETUNJUK BAGI PEMBACA

Ikhwan Raziqin/2001032065 ii
POLITECHNIC STATE OF PADANG
ELECTRICAL ENGINEERING

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER


(RPKPS)
Deskripsi Singkat Mata Kuliah

Praktik Sistem Distribusi Tenaga Listrik bertujuan untuk memberikan penjelasan

kepada mahasiswa kemampuan untuk memasang perangkat jaringan distribusi dan trafo tenaga.

Materi terdiri dari topic tentang material jaringan distribusi JTM dan JTR, Peralatan panel

tegangan menengah (Switchgear), peralatan panel tegangan rendah (MDP), peralatan kerja dan

peralatan K3 serta Keselamatan Ketenagalistrikan.

Materi Pembelajaran

01. Pengantar Job sheet


1.1 Ketentuan Praktek Bengkel Distribusi dan Trafo Tenaga.
1.2 Penjelesan Petunjuk Job Sheet dan Pelaporannya.

1.3 Latihan dan Pre-Test

02. Praktek Gardu Beton Step-up (Job sheet 100)

2.1 Pengantar Teori

2.2 Peraga penggunaan peralatan bantu dan material praktek pemasangan trafo GD step-
up (Job Sheet 101)

2.3 Rencana Kerja dan Progress (Job Sheet 101)

03. Praktek Gardu Beton Step-up (Job sheet 100 lanjutan)

3.1 Pengantar Teori

3.2 Peraga penggunaan peralatan bantu dan material praktek pemasangan Switchgear (Job
Sheet 102, 103, 104, 105)

3.3 Rencana Kerja dan Progress (Job Sheet 102)

Ikhwan Raziqin/2001032065 iii


POLITECHNIC STATE OF PADANG
ELECTRICAL ENGINEERING

04. Praktek Gardu Beton Step-up (Job sheet 100 lanjutan)


4.1 Pengantar Teori
4.2 Peraga penggunaan peralatan bantu dan material praktek pemasangan Grounding GD
(Job sheet 106)

4.3 Rencana Kerja dan Progress (Job Sheet 102)

05. Praktek Pemasangan Jaringan Distribusi Tegangan Menegah (Job sheet 200)
5.1 Pengantar Teori, mengenai pengenalan material JTM dan cara pemasangannya
5.2 Peraga penggunaan peralatan bantu dan material praktek pemasangan Konstruksi
Tiang Awal (Job Sheet 201)

5.3 Rencana Kerja dan Progress pelaksanaan praktek (Job Sheet 201)

06. Praktek Pemasangan Jaringan Distribusi Tegangan Menegah (Job sheet 200)
6.1 Pengantar Teori, mengenai pengenalan material JTM dan cara pemasangannya
6.2 Peraga penggunaan peralatan bantu dan material praktek pemasangan Konstruksi
Tiang Sudut kecil, TM2 (Job Sheet 202)

6.3 Rencana Kerja dan Progress pelaksanaan praktek (Job Sheet 203)

07. Praktek Pemasangan Jaringan Distribusi Tegangan Menegah (Job sheet 200)
7.1 Pengantar Teori, mengenai pengenalan material JTM dan cara pemasangannya
7.2 Peraga penggunaan peralatan bantu dan material praktek pemasangan Konstruksi
Tiang Ujung, TM3 (Job Sheet 204)

7.3 Rencana Kerja dan Progress pelaksanaan praktek (Job Sheet 204)

08. Praktek Pemasangan Jaringan Distribusi Tegangan Menegah (Job sheet 200)
8.1 Pengantar Teori, mengenai pengenalan material JTM dan cara pemasangannya
8.2 Peraga penggunaan peralatan bantu dan material praktek pemasangan Konstruksi
Gardu Trafo Tiang, TM6 (Job Sheet 205)

8.3 Rencana Kerja dan Progress pelaksanaan praktek (Job Sheet 205)

Ikhwan Raziqin/2001032065 iv
POLITECHNIC STATE OF PADANG
ELECTRICAL ENGINEERING

09. Praktek Pemasangan Jaringan Distribusi Tegangan Menegah (Job sheet 200)

9.1 Pengantar Teori, mengenai pengenalan material JTM dan cara pemasangannya

9.2 Peraga penggunaan peralatan bantu dan material praktek pemasangan Jaringan
Distribusi TM (Job Sheet 206)

9.3 Rencana Kerja dan Progress pelaksanaan praktek (Job Sheet 206)

10. Praktek Pemasangan Gardu Tiang Portal dan Panel APP (Job sheet 300)

10.1 Pengantar Teori, mengenai pengenalan material Trafo Tiang dan Panel APP serta cara
pemasangannya.

10.2 Peraga penggunaan peralatan bantu dan material praktek pemasangan Trafo Tiang
(Job Sheet 301).

10.3 Rencana Kerja dan Progress pelaksanaan praktek (Job Sheet 201).

11. Praktek Pemasangan Gardu Tiang Portal dan Panel APP (Job sheet 300)
11.1 Pengantar Teori, mengenai pengenalan material Trafo Tiang dan Panel APP serta cara
pemasangannya.
11.2 Peraga penggunaan peralatan bantu dan material praktek pemasangan Lightning
Arrester dan Fuse Cut Out (Job Sheet 302).

11.3 Rencana Kerja dan Progress pelaksanaan Praktek (Job Sheet 302).

12. Praktek Pemasangan Gardu Tiang Portal dan Panel APP (Job sheet 300)

12.1 Pengantar Teori, mengenai pengenalan material Trafo Tiang dan Panel APP serta cara
pemasangannya.

12.2 Peraga penggunaan peralatan bantu dan material praktek pemasangan Panel APP (Job
Sheet 303).

12.3 Rencana Kerja dan Progress pelaksanaan Praktek (Job Sheet 303).

13. Praktek Pemasangan Gardu Tiang Portal dan Panel APP (Job sheet 300)
13.1 Pengantar Teori, mengenai pengenalan material Trafo Tiang dan Panel APP serta cara
pemasangannya.
13.2 Peraga penggunaan peralatan bantu dan material praktek pemasangan Grounding
LA, Titik Netral trafo dan Pengetanahan Panel

Ikhwan Raziqin/2001032065 v
POLITECHNIC STATE OF PADANG
ELECTRICAL ENGINEERING

APP (Job Sheet 304).

13.3 Rencana Kerja dan Progress pelaksanaan Praktek (Job Sheet 304).

14. Praktek Pemasangan Jaringan Distribusi Tegangan Rendah dan PJU (Job sheet 400)
14.1 Pengantar Teori, mengenai pengenalan material Jaringan Tegangan Rendah serta cara
pemasangannya.
14.2 Peraga penggunaan peralatan bantu dan material praktek pemasangan Jaringan
Tegangan Rendah (Job Sheet 401).

14.3 Rencana Kerja dan Progress pelaksanaan Praktek (Job Sheet 401).

15. Praktek Pemasangan Jaringan Distribusi Tegangan Rendah dan PJU (Job sheet 400)
15.1 Pengantar Teori, mengenai pengenalan material Penerangan Jalan Umum (PJU) serta
cara pemasangannya.
15.2 Peraga penggunaan peralatan bantu dan material praktek pemasangan PJU (Job Sheet
402).

15.3 Rencana Kerja dan Progress pelaksanaan Praktek (Job Sheet 402).

16. Praktek Gardu Beton Step-up (Job sheet 500 lanjutan)


16.1 Pengantar Teori
16.2 Peraga penggunaan peralatan bantu dan material praktek pemasangan Switchgear (Job
Sheet 502, 503, 504)

3.3 Rencana Kerja dan Progress (Job Sheet 502, 503, 504)

17. Praktek Gardu Beton Step-Down (Job sheet 500)

17.1 Pengantar Teori

17.2 Peraga penggunaan peralatan bantu dan material praktek pemasangan trafo GD step-
Down (Job Sheet 504)

17.3 Rencana Kerja dan Progress (Job Sheet 504)

18. Praktek Pemasangan Panel MDP (Job sheet 600)

18.1 Pengantar Teori, mengenai pengenalan material Panel MDP serta cara
pemasangannya.

Ikhwan Raziqin/2001032065 vi
POLITECHNIC STATE OF PADANG
ELECTRICAL ENGINEERING

18.2 Peraga penggunaan peralatan bantu dan material praktek pemasangan Panel MDP
(Job Sheet 601).

18.3 Rencana Kerja dan Progress pelaksanaan Praktek (Job Sheet 601).

Ikhwan Raziqin/2001032065 vii


POLITECHNIC STATE OF PADANG
ELECTRICAL ENGINEERING

DAFTAR ISTILAH

Ikhwan Raziqin/2001032065 viii


POLITECHNIC STATE OF PADANG
ELECTRICAL ENGINEERING

DAFTAR ISI

Ikhwan Raziqin/2001032065 ix
POLITECHNIC STATE OF PADNG
ELECTRICAL ENGINEERING

JOB SHEET 1 :INSTALASI GARDU STEP UP

A. Tujuan Instruksional

1. Mampu membaca gambar/single_line Diagram dan instruksi manual yang diberikan.


2. Mampu memasang komponen/peralatan yang digunakan untuk Panel MDP,
Switchgear (Cubicle 20 kV), dan trafo daya serta peralatan Grounding [sesuai
instruktion manual.
3. Mampu memasang peralatan yang digunakan pada Panel MDP, Switchgear, dan trafo
daya serta peralatan Grounding sesuai gambar tata-letak yang diberikan.
4. Mampu menguji/memastikan bahwa peralatan yang sudah dipasang/diinstal tersebut
layak dioperasikan.

B. Tinjauan Kepustakaan

Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini

berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power Source)

sampai ke konsumen. Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit dengan tegangan dari 11

kV sampai 24 kV dinaikkan tegangannya oleh gardu induk menggunakan transformator step-up

menjadi 70 kV, 154 kV, 220 kV atau 500 kV kemudian disalurkan melalui saluran transmisi.

Tujuan menaikkan tegangan ialah untuk memperkecil kerugian daya listrik pada saluran

transmisi, dimana dalam hal ini kerugian daya adalah sebanding dengan kuadrat arus yang

mengalir ( I R ). Dengan daya yang sama bila nilai tegangannya diperbesar, maka arus yang

mengalir semakin kecil sehingga kerugian daya juga akan kecil pula.

Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi 20 Kv menggunakan

transformator penurun tegangan pada gardu induk distribusi yang kemudian dengan sistem

Ikhwan Raziqin/2001032065 1
POLITECHNIC STATE OF PADNG
ELECTRICAL ENGINEERING

tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan oleh saluran distribusi primer. Dari saluran

distribusi primer inilah gardu-gardu distribusi menurunkan tegangannya menjadi sistem tegangan

rendah, yaitu 220V/380V. Selanjutnya disalurkan oleh saluran distribusi sekunder ke konsumen-

konsumen.

Pada sistem penyaluran daya jarak jauh digunakan tegangan setinggi mungkin dengan

menggunakan trafo step-up. Nilai tegangan yang sangat tinggi ini menimbulkan beberapa

konsekuensi antara lain berbahaya bagi lingkungan dan mahalnya harga perlengkapan-

perlengkapannya, selain itu menjadi tidak cocok dengan nilai tegangan yang dibutuhkan pada

sisi beban, Oleh karena itu, pada daerah-daerah pusat beban, tegangan saluran yang tinggi ini

diturunkan kembali dengan menggunakan trafo step-down.

Dalam hal ini jelas bahwa sistem distribusi merupakan bagian penting dalam sistem

tenaga listrik secara keseluruhan.

Ikhwan Raziqin/2001032065 2
POLITECHNIC STATE OF PADNG
ELECTRICAL ENGINEERING

Baik atau tidaknya sesuatu sistem distribusi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya adalah regulasi tegangan, kontinuitas penyaluran, efisiensi, dan harga sistem. Oleh

karena itu, suatu sistem distribusi harus memiliki regulasi tegangan yang tidak terlalu besar,

gangguan pada pelayanan yang tidak terlalu lama, serta biaya sistem yang tidak terlalu mahal.

Gardu Beton Step-up merupakan bagian dari pelaksanaan praktek bengkel pemasangan

jaringan distribusi dan Panel (MDP). Pada GD ini suplai utama PLN dengan tegangan

380/220 volt pada panel COS (change over switch) dan dihubungkan dengan trafo step-up

dengan menggunakan kabel NYY 4x35 mm2, sehingga tegangannya menjadi 20 kV. Keluaran

trafo ini (sisi primer 20 kV) dihubungkan dengan panel Switchgear sisi incoming, metering

dan outgoing dengan menggunakan kabel tegangan menengha (20 kV) NYFGbY 3x50 mm2.

Ikhwan Raziqin/2001032065 3
POLITECHNIC STATE OF PADNG
ELECTRICAL ENGINEERING

C. Standar Kompetensi

Sub Kompetensi Tindakan


1. Mampu memasang a. Memeriksa hubungan terminal trafo dan
konstruksi trafo tenaga kelengkapan anak kontaknya dan
2. Mampu menentukan Memasangkannya pada ruang yang telah
sistem jam-transformator disediakan.
berdasarkan hubungan b. Memeriksa kabel sisi tegangan 20 kV
kumparan trafo tenaga. yang akan digunakan untuk
3. Mampu memasang menghubungkan trafo dengan
Terminal (Skondcable) switchgear.
pada kabel TM yang akan c. Memasang skond kabel (membersihkan
dipasangkan. ujung kabel) sebelum kabel
4. Mampu menginstalasinya dihubuingkan dengan Trafo step-up.
berdasarkan hubungan d. Menghubungkan Trafo tenaga pada sisi
trafo yang ada di “name tegangan 20 kV dengan rangkaian panel
plate”nya switchgear (InComming Switchgear).

D. Gambar Kerja/Praktek

E. Material yang digunakan

Pada praktek trafo step up ini tidak ada menggunakan material.

Ikhwan Raziqin/2001032065 4
POLITECHNIC STATE OF PADNG
ELECTRICAL ENGINEERING

F. Peralatan Kerja

Untuk peralatan yang digunakan pada praktek trafo step up ini yaitu:

1. Insulation Tester

G. Diskripsi Kerja/Praktek

Pengukuran tahanan isolasi belitan trafo ialah proses pengukuran dengan suatu alat ukur 

Insulation Resistance Tester  untuk   memperoleh   hasil   (nilai/besaran)   tahanan   isolasi

belitan/kumparan trafo tenaga antara bagian yang diberi tegangan (fasa) terhadap badan (case)

maupun antar belitan primer dan sekunder. 

Pengukuran   tahanan   isolasi   dilakukan   pada   awal   pengujian   dimaksudkan   untuk

mengetahui secara dini kondisi isolasi trafo, demi keselamatan, untuk menghindari kegagalan

yang fatal dan pengujian selanjutnya. Harga tahanan isolasi ini digunakan untuk kriteria kering

tidaknya trafo, juga untuk mengetahui apakah ada bagian-bagian yang terhubung singkat.

Ada beberapa jenis kombinasi dalam pengkuran tahanan isolasi transformator, yaitu
sebagai berikut :

1. Kumparan Primer – Ground (R – G, S – G, T – G) 

2. Kumparan Primer – Primer  (R – S, R – T, S – T) 

3. Kumparan Primer – Sekunder (R – r, R – s, R – t, S – r, S – s, S – t, T – r, T – s, T – t) 

4. Kumparan Sekunder – Ground  (r – G, s – G, t - G) 

5. Kumparan Sekunder – Sekunder  (r – s, r – t, s - t)

Ikhwan Raziqin/2001032065 5
POLITECHNIC STATE OF PADNG
ELECTRICAL ENGINEERING

Pada dasarnya isolasi yang baik pada transformator itu relatif untuk tahanan yang tinggi

tehadap arus, dan untuk bahan isolasi, “baik” juga dapat berarti kemampuan untuk menjaga

tahanan tinggi. 

Sehingga, pengukuran tahanan isolasi yang tepat dapat memberikan kita informasi

tentang bagaimana kondisi isolasi dari suatu  bahan. Peralatan listrik yang baru seharusnya

memiliki tahanan isolasi yang baik (memenuhi standar nilai tahanan isolasi, sesuai tegangan

kerjanya).

Menurut PUIL 2000 bahwa Nilai Minimum Isolasi pada peralatan Listrik dan

Instalasinya adalah : 1000 x Tegangan Kerja. Maksudnya adalah apabila Instalasi atau

peralatan Listrik menggunakan Tegangan 220 Volt, maka nilai Tahanan Isolasinya sekurang-

kurangnya sebesar 220 x 1000 ohm = 0,22 MΩ, demikian halnya bila menggunakan 380 volt,

maka nilai Isolasi minimumnya adalah 0,38 MΩ.

Dalam pengujian, dilakukan penginjkeksian tegangan DC 500 Volt dengan insulation

tester sehingga sekurang-kurangnya tahanan isolasi transformator yang diuji adalah 500 x 1000

volt = 500 kΩ atau ½ MΩ.

Nilai standar minimum isolasi transformator yang diuji pada tegangan 500 volt adalah 0,5

MΩ. Apabila nilai tersebut dibandingkan dengan hasil pengujian yang nilainya lebih tinggi

mencapai GigaOhm (GΩ) maka transformator tahanan isolasi transformator yang diuji masih

dalam keadaan sangat baik.

Ikhwan Raziqin/2001032065 6
POLITECHNIC STATE OF PADNG
ELECTRICAL ENGINEERING

H. Instruksi Manual Praktek

1. Setiap Kelompok / Group mempersiapkan perlatan/komponen yang akan digunakan

sesuai dengan daftar material / peralatan sesuai gambar kerja.

2. Mempersiapkan “Safety” dan Menggunakannya.

3. Memastikan bahwa sistem dalam keadaan KOSONG / BEBAS Tegangan.

4. Sebelum mengoperasikan/melakukan Pekerjaan Pemasangan peralatan/jaringan,

terlebih dahulu memeriksakannya pada instruktur yang bersangkutan sampai ada

instruksi didalam pengoperasiannya.

Keterangan : Sebelum ada Instruksi dari instruktur yang bersangkutan, maka pekerjaa/Praktek

belum diperbolehkan. Setiap Tindakan didalam pelaksanaan Praktek Harus diketahui/Disetujui

Instruktur, sehingga TIDAK terjadi kecelakaan kerja atau kesalahan Operasi. Apabila terjadi

Kesalahan/kerusakan Alat Tanpa seizin Instruktur, maka kelompok/group harus

memperbaiki/mengganti peralatan yang rusak tersebut.

Ikhwan Raziqin/2001032065 7
POLITECHNIC STATE OF PADANG
ELECTRICAL ENGINEERING

JOB SHEET 2 :INSTALASI JARINGAN TEGANGAN MENENGAH

A. Tujuan Instruksional

1. Mampu mempersiapakan dudukan (lobang) tiang yang akan dipasang sesuai ketentuan
dan ukuran tiang.
2. Mampu memasang tiang sesuai presedur yang diuraiakan pada “instruksi manual’ job-
sheet.
3. Mampu menguji/memastikan bahwa tiang yang sudah dipasang tersebut layak gunakan
(sesuai berat/kekuatan beban yang ditanggungnya).
4. Mampu memasang material material yang ada pada tiang seperti, isolator tumpu,
isolator tarik, traves, dan kawat AAAC.

B. Tinjauan Kepustakaan

Pada pendistribusian tenaga listrik di suatu kawasan, sistem tegangan menengah

dijadikan jaringan utama pendistribusian tenaga listrik ke pelanggan. Hal ini dilakukan sebagai

upaya untuk menghindarkan rugi-rugi penyaluran (losses) dengan kwalitas persyaratan tegangan

yang harus dipenuhi oleh PT PLN Persero selaku pemegang Kuasa Usaha Utama sebagaimana

diatur dalam UU ketenagalistrikan No 30 tahun 2009. Tegangan operasi dari jaringan tegangan

menengah yang digunakan di Indonesia sendiri telah ditetapkan sebesar 20 kV. Jaringan

tegangan menengah pada sistem distribusi di Indonesia dimulai dari terminal keluar (out-going)

pemutus tenaga dari transformator penurun tegangan Gardu Induk atau transformator penaik

tegangan pada pembangkit untuk sistem distribusi skala kecil, hingga peralatan pemisah/proteksi

sisi masuk (in-coming) transformator distribusi 20 kV - 231/400V.

Ikhwan Raziqin/2001032065 8
POLITECHNIC STATE OF PADANG
ELECTRICAL ENGINEERING

1.1. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)

Saluran udara tegangan menengah (SUTM) adalah sebagai konstruksi termurah untuk

penyaluran tenaga listrik pada daya yang sama. Konstruksi ini terbanyak digunakan untuk

konsumen jaringan tegangan menengah yang digunakan di Indonesia. Ciri utama jaringan ini

adalah penggunaan penghantar telanjang yang ditopang dengan isolator pada tiang besi/beton.

Penghantar yang digunakan pada saluran udara tegangan menengah (SUTM) ini adalah

konduktor dengan bahan utama tembaga (CU) atau alumunium (Al) yang dipilin bulat padat.

Pilihan konduktor penghantar telanjang yang memenuhi pada dekade ini adalah AAAC atau

AAC. Sebagai akibat tingginya harga tembaga dunia, saat ini belum memungkinkan penggunaan

penghantar berbahan tembaga sebagai pilihan yang baik.

Penggunaan penghantar telanjang, dengan sendirinya harus diperhatikan sektor yang

terkait dengan keselamatan ketenagalistrikan seperti jarak aman minimum. Jarak aman adalah

jarak antara bagian aktif/netral dari jaringan terhadap benda-benda disekelilingnya baik secara

mekanis atau elektromagnetis yang tidak memberikan pengaruh membahayakan.

Jarak aman minimal adalah 60 cm kecuali terhadap jaringan telekomunikasi. Jarak aman

terhadap saluran telekomunikasi minimal 2,5 meter. Jarak aman terhadap benda-benda lainnya

dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini :

Ikhwan Raziqin/2001032065 9
POLITECHNIC STATE OF PADANG
ELECTRICAL ENGINEERING

Tabel 2.1 Jarak Aman Saluran Udara Tegangan Menengah


(PT PLN Persero, 2010:101)

No. Uraian Jarak aman

Terhadap permukaan jalan


1 > 6 meter
raya
2 Balkon Rumah > 2,5 meter
3 Atap rumah > 2 meter
4 Dinding bangunan > 2,5 meter
5 Antena TV/Radio, menara > 2,5 meter
6 Pohon > 2,5 meter
7 Lintasan kereta api > 2 meter dari atap kereta
8 Under build TM-TM > 1 meter
9 Under build TM-TR > 1 meter

2.1. Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah (SKUTM)

Untuk lebih meningkatkan keamanan dan keandalan penyaluran tenaga listrik,

penggunaan penghantar telanjang atau penghantar berisolasi setengah pada konstruksi jaringan

saluran udara tegangan menengah 20 KV, dapat juga digantikan dengan konstruksi penghantar

berisolasi penuh yang dipilin. Isolasi penghantar tiap fasa tidak perlu di lindungi dengan

pelindung mekanis. Berat kabel pilin menjadi pertimbangan terhadap pemilihan kekuatan beban

kerja tiang beton penopangnya (PT. PLN Persero, 2010:4).

Saluran kabel udara tegangan menengah adalah saluran udara tegangan menengah yang

menggunakan kabel sebagai sarana penghantar. Terdapat dua jenis kabel yang dipakai (PT. PLN

Ikhwan Raziqin/2001032065 10
POLITECHNIC STATE OF PADANG
ELECTRICAL ENGINEERING

Persero, 2010:15) :

 Kabel udara dengan ketahanan isolator 6 kV/half insulated-AAAC-S yang


berukuran 150 mm2 dan 70 mm2. Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan
AAAC-S ini adalah apabila melakukan penggantian AAAC menjadi AAAC-S,
mengingat beban massa jaringan bertambah 37 %. Perlu dipertimbangkan
pemasangan penopang tiang/guy wire pada tiang- tiang sudut dan tiang akhir.
 Kabel udara dengan ketahanan isolator penuh / 24 kV/ fasa-fasa dari jenis
NFA2XSEY-T, berukuran (3x150 Al+90 SE) dan (3x70 Al+70 SE). Mengingat
berat massa kabel ini, kekuatan tiang untuk SKUTM memakai tiang 350 daN.

Ruang bebas (right of way) dan jarak aman (safety clearence) pada konstruksi SKUTM

harus tetap memenuhi syarat keamanan lingkungan dan keandalan. Saluran Kabel Udara

Tegangan Menengah yang menggunakan kabel twisted, jarak aman sekurang-kurangnya 60 cm,

dan ruang bebas kabel tidak boleh bersentuhan dengan pohon/bangunan. Pada titik sambungan

SKUTM kabel twisted dan SUTM AAAC, jarak aman sama dengan ketentuan pada SUTM

AAAC.

3.1 Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah (SKTM)

1. Konstruksi SKTM ini adalah konstruksi yang aman dan andal untuk

mendistribusikan tenaga listrik tegangan menengah, tetapi relatif lebih mahal untuk penyaluran

daya yang sama. Keadaan ini dimungkinkan dengan konstruksi isolasi penghantar per fasa dan

pelindung mekanis yang dipersyaratkan. Pada rentang biaya yang diperlukan, konstruksi ditanam

langsung adalah termurah bila dibandingkan dengan penggunaan konduit atau bahkan tunneling

(terowongan beton).

2.

Ikhwan Raziqin/2001032065 11
POLITECHNIC STATE OF PADANG
ELECTRICAL ENGINEERING

3. Penggunaan saluran kabel bawah tanah tegangan menengah (SKTM) sebagai

jaringan utama pendistribusian tenaga listrik adalah sebagai upaya utama peningkatan kwalitas

pendistribusian. Dibandingkan dengan SUTM, penggunaan SKTM akan memperkecil resiko

kegagalan operasi akibat faktor eksternal/meningkatkan keamanan ketenagalistrikan (PT. PLN

Persero, 2010:4).

4.

C. Standar Kompetensi

Sub Kompetensi Ketercapaian


1. Mampu menentukan a. Mampu membaca gambar denah jaringan distribusi
dan memasang dan kode
Tiang TM awal b. Menyiapkan lobang/dudukan tiang yang akan
sesuai standar dipancang/ditanam.
c. Mendirikan tiang
d. Pemadatan Pemancangan Tiang dengan menanam
batu kali dan disem, sesuai standar.
e. Pengecatan dan Finishing.
f. Melakukan pengujian/Comissiong sesuai standar.

D. Gambar Kerja/Praktek

Ikhwan Raziqin/2001032065 12
POLITECHNIC STATE OF PADANG
ELECTRICAL ENGINEERING

E. Material yang digunakan

Materaial yang digunakan pada praktek ini yaitu:

1. Tiang
2. Semen
3. Kerikil
4. Pasir
5. Papan

F. Peralatan Kerja

Peralatan yang digunakan pada praktek ini yaitu:

1. Legger
2. Palu
3. Tali
4. Kayu/bambu

G. Diskripsi Kerja/Praktek

H. Instruksi Manual Praktek

a. Setiap Kelompok / Group mempersiapkan perlatan/komponen yang akan digunakan


sesuai dengan daftar material / peralatan sesuai gambar kerja.
b. Mempersiapkan “Safety” dan Menggunakannya.
c. Memastikan bahwa keadaan lapangan dalam kondisi baik dan diperbolehkan.
d. Sebelum pelaksanaan pekerjaan pemasangan dimulai, terlebih dahulu minta penjelasan
dari instruktur yang bersangkutan.

Keterangan : Sebelum ada Instruksi dari instruktur yang bersangkutan, maka pekerjaan/Praktek
belum diperbolehkan. Setiap Tindakan didalam pelaksanaan Praktek Harus diketahui/Disetujui
Instruktur, sehingga TIDAK terjadi kecelakaan kerja atau kesalahan Operasi. Apabila terjadi

Ikhwan Raziqin/2001032065 13
POLITECHNIC STATE OF PADANG
ELECTRICAL ENGINEERING

Kesalahan/kerusakan Alat Tanpa seizin Instruktur, maka kelompok/group harus


memperbaiki/mengganti peralatan yang rusak tersebut.

Ikhwan Raziqin/2001032065 14
POLITECHNIC STATE OF PADANG
ELECTRICAL ENGINEERING

JOB SHEET 3 :INSTALASI JARINGAN TEGANGAN RENDAH

A. Tujuan Instruksional

B. Tinjauan Kepustakaan

Jaringan Tegangan Rendah ialah jaringan tenaga listrik dengan tegangan rendah yang

mencakup seluruh bagian jaringan tersebut beserta perlengkapannya. dari sumber penyaluran

tegangan rendah tidak termasuk SLTR. Sedangkan Sambungun tenaga listrik tegangan rendah

(SLTR) ialah penghantar di bawah atau di atas tanah termasuk peralatannnya mulai dari titik

penyambungan pada JTR sampai dengan alat pembatas dan pengukur (App). (SPLN No.56 tahun

1984). Jaringan tegangan rendah merupakan jaringan yang berhubungan langsung dengan

konsumen tenaga listrik. Pada JTR sistem tegangan distribusi primer 20 kV diturunkan menjadi

tegangan rendah 220 V . Sistem penyaluran daya listrik pada JTM maupun JTR dapat
[10]

dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut:

1. Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) Jenis penghantar yang dipakai adalah kabel

telanjang (tanpa isolasi) seperti kabel AAAC, kabel ACSR.

2. Saluran Kabel Udara Tegangan Rendah (SKUTR) Jenis penghantar yang dipakai

adalah kabel berisolasi seperti kabel LVTC (Low Voltage Twisted Cable).ukuran

kabel LVTC adalah : 2 x 10 mm 2, 2 x 16 mm2, 4 x 25 mm2, 3 x 35 mm2, 3 x 50 mm2, 3

x 70 mm2.

Ikhwan Raziqin/2001032065 15
POLITECHNIC STATE OF PADANG
ELECTRICAL ENGINEERING

Penyambungan JTR menurut SPLN No.74 tahun 1987 yaitu “sambungan JTR adalah

sambungan rumah (SR) penghantar di bawah tanah atau di atas tanah termasuk peralatannya

mulai dari titik penyambungan tiang JTR sampai alat pembatas dan pengukur (APP)” [11].

Spesifikasi umum sambungan rumah yaitu sebagai berikut :

1. Rugi Tegangan Jatuh tegangan maksimum yang diperkenankan sepanjang penghantar

SR ialah 2%. Dengan catatan dalam hal ini SR diperhitungkan dari titik penyambung

pada STR. Khusus untuk penyambungan langsung dari papan bagi TR di gardu

transformator jatuh tegangan diperkenankan maksimum 5%.

2. Ukuran Penghantar Minimum Ukuran penghantar minimum saluran rumah (SLP dan

SMP) ialah untuk SLP, baik di atas ataupun di bawah tanah minimal 10mm 2.

Sedangkan untuk SMP penghantar aluminium minimal 10mm2 atau tembaga minimum

4mm2 . Sambungan rumah digunakan kabel pilin berinti tembaga atau aluminium,

dengan ukuran inti tembaga adalah 4 mm 2 , 6 mm2 , l0 mm2,16 mm2, 25 mm2 . Ukuran

inti aluminium adalah l0 mm2 ; 16 mm2 , 25 mm2 , 35 mm2.

Saluran distribusi sekunder atau biasa disebut Jaringan Tegangan Rendah (JTR) terletak

pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban.

Saluran ini memiliki tegangan kerja 220 Volt. Sistem distribusi sekunder digunakan untuk

menyalurkan tenaga listrik dari gardu distribusi kebeban-beban yang ada dikonsumen. Pada

sistem distribusi sekunder bentuk saluran yang paling banyak digunakan adalah bentuk radial.

Gambar 2.4 menunjukkan Jaringan Distribusi Sekunder.

Ikhwan Raziqin/2001032065 16
POLITECHNIC STATE OF PADANG
ELECTRICAL ENGINEERING

Gambar Jaringan Tegangan Rendah

C. Standar Kompetensi

D. Gambar Kerja/Praktek

E. Material yang digunakan

F. Peralatan Kerja

G. Diskripsi Kerja/Praktek

Ikhwan Raziqin/2001032065 17
POLITECHNIC STATE OF PADANG
ELECTRICAL ENGINEERING

H. Instruksi Manual Praktek

1. Setiap Kelompok / Group mempersiapkan perlatan/komponen yang akan digunakan


sesuai dengan daftar material / peralatan sesuai gambar kerja.
2. Mempersiapkan “Safety” dan Menggunakannya.
3. Memastikan bahwa keadaan lapangan dalam kondisi baik dan diperbolehkan.
4. Sebelum pelaksanaan pekerjaan pemasangan dimulai, terlebih dahulu minta penjelasan
dari instruktur yang bersangkutan.

Keterangan : Sebelum ada Instruksi dari instruktur yang bersangkutan, maka pekerjaan/Praktek

belum diperbolehkan. Setiap Tindakan didalam pelaksanaan Praktek Harus diketahui/Disetujui

Instruktur, sehingga TIDAK terjadi kecelakaan kerja atau kesalahan Operasi. Apabila terjadi

Kesalahan/kerusakan Alat Tanpa seizin Instruktur, maka kelompok/group harus

memperbaiki/mengganti peralatan yang rusak tersebut.

Ikhwan Raziqin/2001032065 18
POLITECHNIC STATE OF PADANG
ELECTRICAL ENGINEERING

JOB SHEET 4 :INSTALASI TRAFO TIANG

A. Tujuan Instruksional

B. Tinjauan Kepustakaan

Gardu Distribusi pasangan luar merupakan gardu yang memiliki trafo dan PHB terpasang

pada tiang jaringan dengan kapasitas transformator terbatas. Konstruksi Gardu Distribusi

pasangan luar tipe Portal terdiri atas Fused Cut Out (FCO) sebagai pengaman hubung singkat

trafo dengan elemen pelebur/ fuse link type expulsion dan Lightning Arrester (LA) sebagai

sarana pencegah naiknya tegangan pada transformator akibat surja petir. Elekroda pembumian

dipasang pada masing-masing lightning arrester dan pembumian titik netral transformator sisi

Tegangan Rendah. Kedua elekroda pembumian tersebut dihubungkan dengan penghantar yang

berfungsi sebagai ikatan penyama potensial yang digelar di bawah tanah.

Perlengakapan utama gardu distribusi :

1. Pengaman tegangan lebih (ARRESTER)


2. Pengaman arus lebih (FUSE)
3. Transformator Step Down
4. Pemisah
5. Pemutus Tenaga
6. Rel pembagi
7. Sekering
Pentanahan Gardu Distribusi :

1. Pentanahan untuk pengaman tegangan lebih (arrester)

Ikhwan Raziqin/2001032065 19
POLITECHNIC STATE OF PADANG
ELECTRICAL ENGINEERING

2. Pentanahan netral
3. Pentanahan BKT (pada PHBTR)
Gardu Tiang, yaitu gardu distribusi yang bangunan pelindungnya/ penyangganya terbuat

dari tiang. Dalam hal ini trafo distribusi terletak di bagian atas tiang. Karena trafo distribusi

terletak pada bagian atas tiang, maka gardu tiang hanya dapat melayani daya listrik terbatas,

mengingat berat trafo yang relatif tinggi, sehingga tidak mungkin menempatkan trafo

berkapasitas besar di bagian atas tiang (± 5 meter di atas tanah).

Untuk gardu tiang dengan trafo satu fasa kapasitas yang ada maksimum 50 KVA, sedang

gardu tiang dengan trafo tiga fasa kapasitas maksimum 160 KVA (200 kVA). Trafo tiga fasa

untuk gradu tiang ada dua macam, yaitu trafo 1×3 fasa dan trafo 3x1fasa. Gambar 3-39

memperlihatkan sebuah gardu distribusi tiang tipe portal lengkap dengan perlengkapan

proteksinya dan panel distribusi tegangan rendah yang terletak di bagian bawah tiang).

Gardu portal adalah gardu listrik tipe terbuka (outdoor) yang memakai konstruksi

tiang/menara kedudukan transformator minimal 3 meter diatas platform. Umumnya memakai

tiang beton ukuran 2×500 daN. Seluruh peralatan disanggah oleh dua tiang atau lebih. Luas tanah

yang dibutuhkan ± 2 x 3 m2. Kapasitas transformator maksimum 250, 315, 400 kVA.

Ikhwan Raziqin/2001032065 20
POLITECHNIC STATE OF PADANG
ELECTRICAL ENGINEERING

Gardu distribusi tipe Cantol

Gardu cantol adalah type gardu listrik dengan transformator yang dicantolkan pada tiang listrik

besamya kekuatan tiang minimal 500 daN. Seluruh peralatannya disanggah oleh satu

tiang. Kapasitas maksimum transformator 50 kVA

Instalasi gardu dapat berupa :

 1 Cut out fused


 1 lighting arrester.
 1 panel PHB tegangan rendah dengan 2 jurusan atau transformator completely self
protected (CSP – Transformator)

C. Standar Kompetensi

D. Gambar Kerja/Praktek

Ikhwan Raziqin/2001032065 21
POLITECHNIC STATE OF PADANG
ELECTRICAL ENGINEERING

E. Material yang digunakan

Material yang digunakan pada Trafo Tiang yaitu:

a. Lighting Arrester (LA)

b. Fuse Cut Out (FCO)

c. Pemisah

d. Trafo Step Down

e. Pemutus Tenaga

f. Rel Pembagi

g. Sekering

F. Peralatan Kerja

Peralatan yang digunakan pada Trafo Tiang yaitu:

a. Tangga

b. Kunci Set

G. Diskripsi Kerja/Praktek

H. Instruksi Manual Praktek

a. Setiap Kelompok / Group mempersiapkan perlatan/komponen yang akan digunakan


sesuai dengan daftar material / peralatan sesuai gambar kerja.
b. Mempersiapkan “Safety” dan Menggunakannya.
c. Memastikan bahwa keadaan lapangan dalam kondisi baik dan diperbolehkan.

Ikhwan Raziqin/2001032065 22
POLITECHNIC STATE OF PADANG
ELECTRICAL ENGINEERING

d. Sebelum pelaksanaan pekerjaan pemasangan dimulai, terlebih dahulu minta penjelasan


dari instruktur yang bersangkutan.

Keterangan : Sebelum ada Instruksi dari instruktur yang bersangkutan, maka pekerjaan/Praktek

belum diperbolehkan. Setiap Tindakan didalam pelaksanaan Praktek Harus diketahui/Disetujui

Instruktur, sehingga TIDAK terjadi kecelakaan kerja atau kesalahan Operasi. Apabila terjadi

Kesalahan/kerusakan Alat Tanpa seizin Instruktur, maka kelompok/group harus

memperbaiki/mengganti peralatan yang rusak tersebut.

Ikhwan Raziqin/2001032065 23
POLITECHNIC STATE OF PADANG
ELECTRICAL ENGINEERING

JOB SHEET 5 :INSTALASI PANEL APP

A. Tujuan Instruksional

B. Tinjauan Kepustakaan

Alat Pembatas dan Pengukur kWh Meter

APP merupakan singkatan dari Alat Pengukur dan Pembatas adalah alat yang digunakan

untuk keperluan transaksi energi listrik. Fungsi dari alat pembatas dan pengukur adalah pembatas

daya yang digunakan oleh pelanggan sesuai dengan kontrak pemasangan, mencatat daya yang

dipakai oleh pelanggan, sebagai saklar utama pemutus aliran listrik bila terjadi kelebihan

pemakaian daya oleh pelanggan dan sebagai pengaman bila terjadi hubung singkat dalam

instalasi rumah.

1. Pembatasan kWh Meter

Batas pemakaian daya sesuai daya tersambung yang mempergunakan alat pembatas yang

meliputi untuk sambungan Tegangan Rendah (TR) mempergunakan MCB, sambungan

Tegangan Menengah (TM) dan Tegangan Tinggi (TT) mempergunakan OLR (Over Load

Relay).

Alat pembatas antara lain:


a. Miniature Circuit Breaker (MCB).

MCB adalah pengaman pada sistem tenaga listrik, yang sering dipergunakan pada

tegangan rendah, baik terpasang di Papan Hubung Bagi (PHB) atau dipergunakan sebagai

pembatas yang terpasang pada kotak kWh meter.

Ikhwan Raziqin/2001032065 24
POLITECHNIC STATE OF PADANG
ELECTRICAL ENGINEERING

Prinsip kerjanya : didasarkan pada karakteristik thermal dimana arus besar yang melewati

MCB, akan memanaskan bimetallic trip. Kontak – kontak skelarnya dan ruang pemadam busur

apinya memiliki konstruksi khusus. Karena itu jenis otomat ini dapat memutuskan arus singkat

yang besar, yaitu hingga 1500 ampere.

No Penjelasan
On/off trip dipergunakan secara manual untuk
1 mengoperasikan atau membuka MCB, dan menandakan status
MCB trip/operasi atau terbuka.
2 Peralatan mekanis untuk pengait, kontak ini bekerja bersamaan
dengan peralatan lain.
3 Kontak, mengalirkan atau memutuskan arusketika MCB
memperoleh arus besar dari setelannya.
4 Terminal, untuk disambungkan keperalatan yang diamankan
5 Bimetallic trip.
6 Penyetelan arus secara manual untuk kalibrasi di
pabrikan/laboratorium.

b. Over Load Relay

Over load relay (OLR) adalah pengaman dan pembatas yang terpasang pada sisi

tegangan menengah 20 kV. Dipergunakan untuk pelanggan yang berlangganan TM.

Karakteristik OLR sama dengan karakteristik pada MCB tipe CL pada tegangan rendah. Dimana:

1) Sebagai pembatas mempergunakan karakteristik thermal

Ikhwan Raziqin/2001032065 25
POLITECHNIC STATE OF PADANG
ELECTRICAL ENGINEERING

2) Sebagai pengaman mempergunakan karakteristik instant/moment (cepat), dengan

mempergunakan pengaman over current relay.

5. Pengukur

Pengukuran adalah untuk menetukan pemakaian daya dan energi listrik. Dalam

pengukuran ini alat meliputi meter kWh, meter kVArh, meter kVA maksimum, meter arus dan

meter tegangan.

C. Standar Kompetensi

D. Gambar Kerja/Praktek

E. Material yang digunakan

Fuse

Kwh Meter

F. Peralatan Kerja

Kunci Set

Ikhwan Raziqin/2001032065 26
POLITECHNIC STATE OF PADANG
ELECTRICAL ENGINEERING

G. Diskripsi Kerja/Praktek

H. Instruksi Manual Praktek

a. Setiap Kelompok / Group mempersiapkan perlatan/komponen yang akan digunakan


sesuai dengan daftar material / peralatan sesuai gambar kerja.
b. Mempersiapkan “Safety” dan Menggunakannya.
c. Memastikan bahwa keadaan lapangan dalam kondisi baik dan diperbolehkan.
d. Sebelum pelaksanaan pekerjaan pemasangan dimulai, terlebih dahulu minta penjelasan
dari instruktur yang bersangkutan.

Keterangan : Sebelum ada Instruksi dari instruktur yang bersangkutan, maka pekerjaan/Praktek
belum diperbolehkan. Setiap Tindakan didalam pelaksanaan Praktek Harus diketahui/Disetujui
Instruktur, sehingga TIDAK terjadi kecelakaan kerja atau kesalahan Operasi. Apabila terjadi
Kesalahan/kerusakan Alat Tanpa seizin Instruktur, maka kelompok/group harus
memperbaiki/mengganti peralatan yang rusak tersebut.

Ikhwan Raziqin/2001032065 27
POLITECHNIC STATE OF PADANG
ELECTRICAL ENGINEERING

JOB SHEET 6 :INSTALASI GARDU BETON STEP-DOWN

A. Tujuan Instruksional

B. Tinjauan Kepustakaan

Gardu Distribusi Pasangan Dalam

Gardu Distribusi pasangan dalam merupakan gardu yang memiliki trafo dan PHB

terpasang di dalam sebuah gedung beton dengan kapasitas transformator yang besar. Gardu

Distribusi pasangan dalam adalah gardu konstruksi beton dengan kapasitas transformator besar,

dipakai untuk daerah padat beban tinggi dengan kontruksi instalasi yang berbeda dengan gardu

pasangan luar. Gardu beton dipasok dari baik jaringan saluran udara ataupun saluran kabel tanah.

Diagram satu garis Gardu Distribusi Beton

Uraian pekerjaan pengecekan trafo distribusi pasang dalam

a. pengecekan tahanan isolasi trafo

Pengukuran tahanan isolasi belitan trafo ialah proses pengukuran dengan suatu alat ukur 

Insulation Resistance Tester  untuk   memperoleh   hasil   (nilai/besaran)   tahanan   isolasi

Ikhwan Raziqin/2001032065 28
POLITECHNIC STATE OF PADANG
ELECTRICAL ENGINEERING

belitan/kumparan trafo tenaga antara bagian yang diberi tegangan (fasa) terhadap badan (case)

maupun antar belitan primer dan sekunder. 

Pengukuran   tahanan   isolasi   dilakukan   pada   awal   pengujian   dimaksudkan   untuk

mengetahui secara dini kondisi isolasi trafo, demi keselamatan, untuk menghindari kegagalan

yang fatal dan pengujian selanjutnya. Harga tahanan isolasi ini digunakan untuk kriteria kering

tidaknya trafo, juga untuk mengetahui apakah ada bagian-bagian yang terhubung singkat.

Alat Dan Bahan Pengujian Tahanan Isolasi Transformator

Dalam materi kali ini kami akan membagikan alat dan bahan yang kami gunakan saat

praktik pengujian tahanan isolasi transformator.

1.Transformator Daya 

2.Insulation Tester

Pengukuran Tahanan Isolasi Transformator

Ada beberapa jenis kombinasi dalam pengkuran tahanan isolasi transformator, yaitu

sebagai berikut :

1. Kumparan Primer – Ground (R – G, S – G, T – G) 

2. Kumparan Primer – Primer  (R – S, R – T, S – T) 

3. Kumparan Primer – Sekunder (R – r, R – s, R – t, S – r, S – s, S – t, T – r, T – s, T – t) 

4. Kumparan Sekunder – Ground  (r – G, s – G, t - G) 

5. Kumparan Sekunder – Sekunder  (r – s, r – t, s - t)

Ikhwan Raziqin/2001032065 29
POLITECHNIC STATE OF PADANG
ELECTRICAL ENGINEERING

Pada dasarnya isolasi yang baik pada transformator itu relatif untuk tahanan yang tinggi

tehadap arus, dan untuk bahan isolasi, “baik” juga dapat berarti kemampuan untuk menjaga

tahanan tinggi. 

Sehingga, pengukuran tahanan isolasi yang tepat dapat memberikan kita informasi

tentang bagaimana kondisi isolasi dari suatu  bahan. Peralatan listrik yang baru seharusnya

memiliki tahanan isolasi yang baik (memenuhi standar nilai tahanan isolasi, sesuai tegangan

kerjanya).

Menurut PUIL 2000 bahwa Nilai Minimum Isolasi pada peralatan Listrik dan

Instalasinya adalah : 1000 x Tegangan Kerja. Maksudnya adalah apabila Instalasi atau

peralatan Listrik menggunakan Tegangan 220 Volt, maka nilai Tahanan Isolasinya sekurang-

kurangnya sebesar 220 x 1000 ohm = 0,22 MΩ, demikian halnya bila menggunakan 380 volt,

maka nilai Isolasi minimumnya adalah 0,38 MΩ.

Dalam pengujian, dilakukan penginjkeksian tegangan DC 500 Volt dengan insulation

tester sehingga sekurang-kurangnya tahanan isolasi transformator yang diuji adalah 500 x 1000

volt = 500 kΩ atau ½ MΩ.

Nilai standar minimum isolasi transformator yang diuji pada tegangan 500 volt adalah 0,5

MΩ. Apabila nilai tersebut dibandingkan dengan hasil pengujian yang nilainya lebih tinggi

mencapai GigaOhm (GΩ) maka transformator tahanan isolasi transformator yang diuji masih

dalam keadaan sangat baik.

Ikhwan Raziqin/2001032065 30
POLITECHNIC STATE OF PADANG
ELECTRICAL ENGINEERING

C. Standar Kompetensi

D. Gambar Kerja/Praktek

E. Material yang digunakan

Tidak ada material yang digunakan pada gardu beton step down

F. Peralatan Kerja

Insulation Tester

G. Diskripsi Kerja/Praktek

H. Instruksi Manual Praktek

a. Setiap Kelompok / Group mempersiapkan perlatan/komponen yang akan digunakan


sesuai dengan daftar material / peralatan sesuai gambar kerja.
b. Mempersiapkan “Safety” dan Menggunakannya.
c. Memastikan bahwa keadaan lapangan dalam kondisi baik dan diperbolehkan.
d. Sebelum pelaksanaan pekerjaan pemasangan dimulai, terlebih dahulu minta penjelasan
dari instruktur yang bersangkutan.

Ikhwan Raziqin/2001032065 31
POLITECHNIC STATE OF PADANG
ELECTRICAL ENGINEERING

Keterangan : Sebelum ada Instruksi dari instruktur yang bersangkutan, maka pekerjaan/Praktek
belum diperbolehkan. Setiap Tindakan didalam pelaksanaan Praktek Harus diketahui/Disetujui
Instruktur, sehingga TIDAK terjadi kecelakaan kerja atau kesalahan Operasi. Apabila terjadi
Kesalahan/kerusakan Alat Tanpa seizin Instruktur, maka kelompok/group harus
memperbaiki/mengganti peralatan yang rusak tersebut.

Ikhwan Raziqin/2001032065 32
POLITECHNIC STATE OF PADANG
ELECTRICAL ENGINEERING

JOB SHEET 7 :INSTALASI PANEL LVMDP

A. Tujuan Instruksional

B. Tinjauan Keputakaan

LVMDP adalah kependekan dari Low Voltage Main Distribution Panel,

berarti panel LVMDP ini bekerja pada tegangan rendah dan berfungsi sebagai

pembagi utama daya untuk seluruh instalasi feeder yang dilayaninya.

PANEL Beban
LVMDP 1A
Panel
Beban
PP-2
MCCB 1B
Beban
Beban
2A
1C
Beban
Spare
2B
Panel
Beban
Beban PP-3
MCCB -1 2C Beban
Spare
Incomi Utama Beban 3A

ng -2 Beban
Beban 3C
3B
Beban Spare
-3

Panel

PP-4

Panel

PP-5

Panel

RSTN PP-6
G
Busb
SPARE
ar
SPARE

Wiring Diagram Panel LVMDP sederhana.

(a) (b)

Dari Gambar 1, suatu wiring sistem kelistrikan panel LVMDP, komponen utama yang
harus dapat memikul bebannya adalah MCCB utama, kemudian busbar, dan MCCB cabang.

Ikhwan Raziqin/2001032065 33
POLITECHNIC STATE OF PADANG
ELECTRICAL ENGINEERING

MCCB cabang harus dapat memikul setiap beban yang terdapat pada cabang
pelayanannya (feeder). Sedangkan MCCB utama harus mampu memikul seluruh beban pada
sistem kelistrikan yang dilayaninya.
Sedangkan busbar merupakan komponen pasif bagian dari suatu panel LVMDP,

juga harus mampu memikul seluruh beban yang dilayani oleh panel LVMDP tersebut.

Yang merupakan komponen pasif lainnya pada suatu panel adalah kabel penghubung

antar komponen, dan schoon cable, tetapi kabel penghubung dan schoon cable tersebut

telah dilakukan perhitungan tersendiri yang juga harus dapat memikul arus yang

melaluinya.

6. MCCB

Merupakan singkatan dari Moulded Case Circuit Breaker, adalah komponen aktif yang

dapat membatasi arus yang melaluinya, dan juga sebagai pemutus rangkaian. Ada beberapa

kapasitas MCCB yang digunakan pada suatu panel, yaitu kapasitas tetap dan kapasitas

bervariasi.

Untuk MCCB dengan kapasitas tetap, maka MCCB tersebut akan bekerja hanya

pada kapasitas yang tertera pada nameplate MCCB tersebut, sedangkan untuk MCCB

dengan kapasitas yang bervariasi, maka kapasitas kerja MCCB dapat di setting sesuai

dengan nilai antara yang tertera pada nameplate MCCB tersebut.

Ikhwan Raziqin/2001032065 34
POLITECHNIC STATE OF PADANG
ELECTRICAL ENGINEERING

Disamping adanya kapasitas arus normal pada MCCB, terdapat juga kapasitas

arus hubung singkat yang harus terpenuhi pada sebuah MCCB, dimana kapasitas arus

hubung singkat tersebut merupakan besaran arus maksimum kejut sesaat yang masih

mampu dipikul oleh MCCB sebelum terjadi pemutusan rangkaian. Besarnya kapasitas

arus hubung singkat ini juga akan tertera pada nameplate MCCB.

7. ATS (Automatic Transfer Switch).

Penggunaan ATS pada panel LVMDP dapat dilakukan apabila digunakan sumber

incoming lebih dari satu, seperti digunakan generator set (Genset) dan sistem Uninteruptable

Power Suplay (UPS), yang dipasang pada sisi incoming LVMDP.

C. Standar Kompetensi

D. Gambar Kerja/Praktek

E. Material yang digunakan

Ikhwan Raziqin/2001032065 35
POLITECHNIC STATE OF PADANG
ELECTRICAL ENGINEERING

F. Peralatan Kerja

G. Diskripsi Kerja/Praktek

H. Instruksi Manual Praktek

a. Setiap Kelompok / Group mempersiapkan perlatan/komponen yang akan digunakan


sesuai dengan daftar material / peralatan sesuai gambar kerja.
b. Mempersiapkan “Safety” dan Menggunakannya.
c. Memastikan bahwa keadaan lapangan dalam kondisi baik dan diperbolehkan.
d. Sebelum pelaksanaan pekerjaan pemasangan dimulai, terlebih dahulu minta penjelasan
dari instruktur yang bersangkutan.

Keterangan : Sebelum ada Instruksi dari instruktur yang bersangkutan, maka pekerjaan/Praktek

belum diperbolehkan. Setiap Tindakan didalam pelaksanaan Praktek Harus diketahui/Disetujui

Instruktur, sehingga TIDAK terjadi kecelakaan kerja atau kesalahan Operasi. Apabila terjadi

Kesalahan/kerusakan Alat Tanpa seizin Instruktur, maka kelompok/group harus

memperbaiki/mengganti peralatan yang rusak tersebut.

Ikhwan Raziqin/2001032065 36
POLITECHNIC STATE OF PADANG
ELECTRICAL ENGINEERING

JOB SHEET 8 :INSTALASI GROUNDING

A. Tujuan Instruksional

B. Tinjauan Kepustakaan

Grounding adalah bagian tidak terpisahkan dari suatu rangkayan listrik karena

befungsi untuk mengurangi resiko apabila terjadi suatu troubling. Grounding sendiri

banyak di gunakan dalam berbagai kebutuhan seperti misalnya di rangkayan elctronik,

instalasi listrik rumah tangga, jaringan pln, trafo listrk, gardu , gedung bertingkat, industri

dan masih banyak contoh yang lainnya.

Tentu ini sangat beresiko apabila grounding tidak terpasang ditempat yang saya

sebutkan tadi. Kita tahu terjadinya petir di tempat kita resiko yang akan terjadi karena

petir akan menghasilkan tegangan bejuta juta kilivolt,untuk memasang groung. Contoh

kasus lain misalnya di panel listrik dengan banyaknya suatu rangkayan bisa menimbulkan

ada GGL listrik disana seprti pemasangan prangkat inverter,softstart,plc kalau kita tidak

groundingkan mungkin perasaan kita sperti ada suatu tegangan.

Untuk itulah kita perlu memahami betapa penting grounding tersebut dalam suatu

rangkayan, maka dari itu disini akan saya jelaskan bagaimana cara mengukur grounding

apakah masih layak atau tidak sebuah grounding yang terpasang. Karena grounding yang

baik itu kalau bisa di bawah 1(satu) ohm bila kurang 1 ohm perlu dipertahankan, dan bila

Ikhwan Raziqin/2001032065 37
POLITECHNIC STATE OF PADANG
ELECTRICAL ENGINEERING

diatas satu ohm berarti kurang bagus dan perlu pendalam batangan tembaga yang

dimasukkan kedalam tanah untuk mencapai kandungan air di bawah tanah.

Berikut cara lengkap mengukur grounding dengan menggunakan earth tester:

1. Sediakan alat pengukur grounding earth tester

2. Tancapkan besi berbentuk T sebanyak 2 buah dengan jarak masing masing 5 meter

3. Sambungkan kabel test lead warna hijau ke kabel grounding dengan alat penjepit earth

tester.

4. Sambungkan kabel test lead warna kuning kebesi T1 yang berjarak 5meter dari test lead

warna hijau.

5. Sambungkan kabel test lead warna merah ke besi T2 yang berjarak 5 meter dari besitT1

atau sekitar 10 meter dari test lead warna hijau.

6. Hidupkan switch earth tester dan pilih posisi range selector pada posisi 20 ohm.

7. Bila saudara melihat hasilnya di bawah 1 ohm berarti hasilnya bagus dan bila  diatas 1 ohm

hasilnya kurang bagus.

Ikhwan Raziqin/2001032065 38
POLITECHNIC STATE OF PADANG
ELECTRICAL ENGINEERING

C. Standar Kompetensi

D. Gambar Kerja/Praktek

E. Material yang digunakan

F. Peralatan Kerja

G. Diskripsi Kerja/Praktek

H. Instruksi Manual Praktek

a. Setiap Kelompok / Group mempersiapkan perlatan/komponen yang akan digunakan


sesuai dengan daftar material / peralatan sesuai gambar kerja.
b. Mempersiapkan “Safety” dan Menggunakannya.
c. Memastikan bahwa keadaan lapangan dalam kondisi baik dan diperbolehkan.
d. Sebelum pelaksanaan pekerjaan pemasangan dimulai, terlebih dahulu minta penjelasan
dari instruktur yang bersangkutan.

Keterangan : Sebelum ada Instruksi dari instruktur yang bersangkutan, maka pekerjaan/Praktek

belum diperbolehkan. Setiap Tindakan didalam pelaksanaan Praktek Harus diketahui/Disetujui

Instruktur, sehingga TIDAK terjadi kecelakaan kerja atau kesalahan Operasi. Apabila terjadi

Ikhwan Raziqin/2001032065 39
POLITECHNIC STATE OF PADANG
ELECTRICAL ENGINEERING

Kesalahan/kerusakan Alat Tanpa seizin Instruktur, maka kelompok/group harus

memperbaiki/mengganti peralatan yang rusak tersebut.

Ikhwan Raziqin/2001032065 40

Anda mungkin juga menyukai