Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

STANDAR SUMBER DAYA MANUSIA, SARANA DAN PRASARANA AMBULANCE


GAWAT DARURAT

Tugas Mata Kuliah : PRE-HOSPITAL EMERGENCY

Dosen Pengampu : NS. DEBBY HATMALYAKIN, M.KEP

Disusun Oleh: Kelompok 1

DESSY ANDRIANI

EKO SUSANTO

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM (YARSI) PONTIANAK

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhana Wa Ta’ala,
karena berkat rahmat dan hidayah-Nyalah kelompok dapat menyelesaikan penyusunan
makalah dengan judul “ Standar Sumber Daya Manusia, Sarana Dan Prasarana
Ambulance Gawat Darurat”.
Tidak lupa kelompok mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
pihak-pihak yang telah memberikan dorongan baik moril maupun materil kepada penulis.
Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ns. Uti Rusdian Hidayat, M.Kep, selaku Ketua STIkes YARSI Pontianak.
2. Ibu Ns.Yunita Dwi Anggreini, M.Kep selaku ketua program studi Ners Keperawatan
Stikes Yarsi Pontianak
3. Bapak Ns. Debby Hatmalyakin, M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah Pre-Hospital
Emergency.
4. Seluruh staf dan dosen yang telah banyak membantu kelancaran penyelesaian paper di
STIKes Yarsi Pontianak.
5. Rekan-rekan yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu dan telah banyak
membantu baik secara moril maupun spiritual sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Kelompok merasakan dalam penyusunan paper ini begitu banyak hambatan, namun
berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak maka kelompok dapat menyelesaikan
sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang kelompok miliki. Kritik dan saran sangat
kelompok harapkan agar penyusunan makalah ini lebih baik lagi dimasa yang akan datang.
Kelompok berharap semoga amal baik yang telah diberikan oleh semua pihak akan
mendapatkan balasan dari Allah Subhana Wa Ta’ala, dan semoga paper ini sangat bermanfaat
bagi kita semua. Amin ya Robbal’alamin.
Pontianak, Desember 2022

Kelompok I
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR........................................................................................ i

DAFTAR ISI....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A.Latar Belakang.................................................................................. 1
B.Rumusan Masalah ............................................................................
C.Tujuan Penulisan .............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Ambulan
B. Dasar Hukum
C. Tujuan Penggunaan Ambulan
D. Jenis Ambulan
E. Spesifikasi ambulan
F. Sarana dan Prasarana Ambulan Gawat Darurat Darat
G. Petugas Ambulan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................
B. Saran...............................................................................................
Daftar Pustaka

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman dan


bermutu, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 36
Tahun 2009 yang menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam
memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau. Namun hal ini
bertolak belakang bagi masyarakat yang tinggal jauh dari perkotaan , sehingga
kebutuhan akan transportasi bagi orang sakit ke pusat pelayanan kesehatan dirasakan
sangat kurang (Kementerian Kesehatan, 2019).

Pelayanan kesehatan sebagai pusat penyelenggaraan upaya kesehatan , baik


promotive, preventif dan kuratif maupun rehabilitative. Pelayanan kesehatan dirumah
sakit berlangsung sebelum pasien tiba dirumah sakit dan sampai pulang dari rumah
sakit. Salah satu upaya kuratif guna penyembuhan penyakit pasien ialah dengan
melakukan penanganan yang tepat, cepat dan akurat (Fasilitas et al., 2019).
Penanganan yang cepat hendaknya didukung dengan sistem rujukan yang baik. Salah
satu penunjang sistem rujukan ialah tersedianya pelayanan ambulan sebagai sarana
transportasi pasien. Ambulan yang dimaksud hendaklah yang memiliki sarana dan
prasarana serta sumber daya manusia yang baik pula, tercermin dari mobil ambulan
yang memenuhi persyaratan tekhnis, petugas ambulan yang terlatih, peralatan tekhnis
yang memadai dan terkalibrasi serta adanya standar pemeliharaan ambulan yang
berkesinambungan (Kementerian Kesehatan, 2019).

Data yang diperoleh berdasarkan Badan Pusat Statistik yang bersumber dari
kantor Kepolisian Republik Indonesia menunjukan bahwa angka kejadian kasus
kecelakaan lalu lintas meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2017 terdapat 104.327
kecelakaan dengan jumlah korban yang meninggal dunia sebanyak 30.694 orang,
jumlah ini jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan jumlah kejadian kecelakaan
ditahun 2019 yakni 116.411 kejadian kecelakaan dengan korban meninggal sebanyak
25.671 orang (Https://www.bps.go.id/indicator/17/513/1/jumlah-kecelakaan-korban-
mati-luka-berat-luka-ringan-dan-kerugian-materi.html, n.d.). Data – data tersebut
menunjukan banyaknya kejadian kegawatdaruratan yang mana jumlah korban
semestinya dapat diminimalisir dengan penanganan korban yang lebih tepat serta
pelayanan kegawat daruratan yang segera menghamipri penderita dan didampingi
oleh petugas dan ambulan yang memadai. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sudin dkk, yang menyatakan bahwa jarak rujukan yang jauh dan
pendampingan petugas saat melakukan rujukan ke RSUD Jombang merupakan factor
yang mempengaruhi keterlambatan dalam mengatasi pasien stroke saat merujuk ke
RSUD Jombang (Saudin et al., 2016). Di Indonesia sendiri, penderita keracunan,
serangan jantung, serangan stroke atau trauma dan kegawatdaruratan lainnya banyak
ditemukan meninggal dirumah atau saat perjalanan menuju rumah sakit. Hal ini
dikarenakan penatalaksanaan yang tidak memadai (Kementerian Kesehatan, 2019).
Keterbatasaan kebutuhan akan transportasi pre hospital akan mengakibatkan cedera
yang lebih besar karnanya dibutuhkan pelatihan khusus bagi supir ambulan,
ketersedian ambulan yang memadai. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Nur Virda Amalia dkk, yang menyatakan bahwaambulance siaga desa sudah
mencakup kebutuhan masyarakat akan transportasi pre hospital, namun kurangnya
perawatan, supir yang belum terlatih dan alur penggunaan yang belum jelas
mengakibatkan penggunaan ambulan desa siaga belum begitu efektif (Amalia et al.,
2018).
Berdasarkan uraian dan data diatas kelompok tertarik untuk membahas lebih
lanjut terkait sumber daya manusia, sarana dan prasarana ambulan gawat darurat yang
memadai guna terciptanya pelayanan yang tepat, akurat dan meningkatkan mutu
layanan pelayanan kesehatan.

B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1. Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa/I tentang sumber daya manusia,
sarana dan prasarana ambulan gawat darurat.
2. Untuk meningkatkan pemahaman dan masukan bagi pelayanan kesehatan dalam
menyiapkan sumber daya manusia, sarana dan prasana ambulan gawat darurat
sesuai dengan pedoman yang berlaku.

C. RUANG LINGKUP PENULISAN


Adapun ruang lingkup penulisan makalah ini adalah kelompok hanya
membahas tentang sumber daya manusia, sarana dan prasarana ambulan gawat
darurat.

D. SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini terdiri dari 3 BAB yaitu :
BAB I pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup
penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II tinjauan teoritis yang terdiri dari sumber daya manusia, sarana dan prasarana
ambulan gawat darurat.
BAB III penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
Daftar Pustaka

BAB II
TINJUAN TEORI

A. DEFINISI AMBULAN
Ambulan merupakan kendaraan atau alat transportasi untuk menjemput,
mengevakuasi, memindahkan korban hidup atau pasien dalam rangka mendapatkan
pertolongan atau tindakan medis baik yang bersifat gawat darurat maupun yang tidak
gawat darurat yang dilengkapi dengan peralatan medis sesuai dengan standar
(Kementerian Kesehatan, 2019). Pelayanan ambulan berada dalam Sistem Pelayanan
Darurat Terpadu ( SPGDT ) khususnya pra rumah sakit dan antar rumah sakit,
sehingga semua kegiatan ambulan terhubung dan saling berkesinambungan dengan
sistem komunikasi dan informasi yang handal.
B. Dasar Hukum
Adapun dasar hukum yang mendasari pentingnya ambulan sebagai bagian dari
pelayanan kesehatan ialah :
1. Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
2. Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 75 Tahun 2014 tentang pusat kesehatan
masyarakat
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 24 Tahun 2016 tentang persyaratan
bangunan dan prasarana rumah sakit
C. Tujuan Penggunaan Ambulan
Berdasarkan pedoman teknis ambulan tahun 2019 ,tujuan penggunaan ambulan
adalah sebagai berikut :
1. Pemberian pertolongan pasien gawat darurat pra fasilitas pelayanan kesehatan.
2. Sebagai alat transportasi pasien gawat darurat dari lokasi kejadian ( pra hospital )
ke fasilitas pelayanan kesehatan ( Transfer Primer )
3. Sebagai kendaraan transportasi rujukan antar fasilitas pelayanan kesehtaan
( Transfer sekunder dan transfer tersier )

D. Jenis Ambulan
Bedasarkan factor kebutuhan medis ambulan dibagi menjadi 2 jenis (Kementerian
Kesehatan, 2019) yaitu :
1. Ambulan transport terbagi menjadi 3 bagian yakni ambulan transport darat, air
dan udara.
Ambulans transport (patient transport ambulance) darat adalah ambulans darat
yang digunakan untuk mengangkut pasien tanpa adanya kondisi gawat darurat
atau berpotensi mengancam nyawa dari suatu tempat ke tempat lain untuk
mendapatkan pengobatan. Ambulans jenis ini dilengkapi peralatan bantuan hidup
dasar dan petugas dengan kompetensi bantuan hidup dasar. Kendaraan yang
digunakan menyesuaikan kondisi daerah masing-masing. Ambulans ini dapat
dimiliki pemerintah maupun organisasi non pemerintah. Ambulans transport dapat
dilengkapi dengan alat kesehatan dan spesifikasi khusus lainnya untuk menangani
kondisi seperti pasien infeksius, pasien psikiatri dan kondisi khusus lainnya
(daerah terpencil atau kondisi geografis dan sulit dijangkau ).
2. Ambulan Gawat Darurat terdiri dari ambulan gawat darurat darat ( roda 2 dan
roda 4 atau lebih ), ambulan gawat darurat air dan ambulan gawat darurat udara.
Karena luasnya pembahasan mengenai ambulan, maka kelompok hanya akan
membahas tentang ambulan gawat darurat darat. Ambulan gawat darurat darat
merupakan alat transportasi yang digunakan untuk menangani dan/atau
mengangkut pasien dengan kondisi gawat darurat atau berpotensi mengancam
nyawa dari suatu tempat ke tempat lain untuk mendapatkan pengobatan.
Ambulans ini dapat memberikan pertolongan pada kondisi pra fasyankes,
mengangkut korban yang sudah distabilkan dari pra fasyankes menuju fasyankes
dan mengangkut pasien antar fasyankes. Ambulans jenis ini dilengkapi petugas
dengan kompetensi dan peralatan tertentu yang berbeda dari ambulans transport.
Kendaraan yang digunakan menyesuaikan kondisi daerah masing-masing. Untuk
memenuhi kebutuhan waktu tanggap, ambulans dapat berupa kendaraan yang
berbeda dari ambulans darat roda empat (mobil), misalnya sepeda/sepeda motor.
Ambulans sepeda/sepeda motor akan memberikan pertolongan dan stabilisasi
pasien untuk kemudian diangkut menggunakan ambulans mobil yang datang
setelahnya. Ambulans gawat darurat juga dapat dilengkapi dengan alat kesehatan
dan spesifikasi khusus lainnya untuk menangani kondisi khusus seperti pasien
infeksius, pasien perawatan intensif, pasien psikiatri dan kondisi khusus lainnya
( daerah terpencil dan kondisi geografis yang sulit ).

E. Spesifikasi Teknis Kendaraan Ambulan


Secara umum spesifikasi teknis untuk ambulans transport dan gawat darurat
adalah sama. Perbedaannya berupa alat kesehatan serta kompetensi petugas yang
bekerja di dalamnya.
Tabel 1. Desain interior ambulan darat

Lantai  Bahan lantai non porosif (tidak berpori) dan mudah


dibersihkan
 Penutup mesin yang terdapat di ruang pasien dilapisi
bahan non porosif dan mudah dibersihkan
Langit-langit  Plafon standar karoseri , bahan non korosif, dan mudah
dibersihkan

Lemari peralatan dan  Penempatan pada sisi kanan kabin


obat  Ukuran disesuaikan dengan media interior
kendaraan
 Berbahan non porosif dan mudah dibersihkan.
 Minimal plywood tebal 15 mm dan dilapis dengan
acrylic. Pintu geser berbahan mika dapat
menampung oksigen sentral, peralatan pendukung
obat-obatan
Landasan Stretcher  Digunakan untuk meletakkan /mendudukkan
stretcher di dalam ambulans
 Berbahan stainless steel dengan pengunci brankar
 Terdapat ruang untuk penyimpanan Long Spine
Board dan/atau Scoop Stretcher
Tempat duduk depan  Bahan jok disesuaikan dengan karoseri
 Dilengkapi dengan sabuk keselamatan (safety belt)
untuk penumpang dan pengemudi.
Tempat duduk  Disediakan tempat duduk multifungsi untuk
petugas/ pendamping di sebelah pasien (stretcher),
multifungsi untuk
ukuran menyesuaikan
petugas dan  Model dapat berupa captain seat yang dapat
pendamping berputar (opsional) yang dilengkapi dengan sabuk
keselamatan (safety belt)
 Bahan disesuaikan dengan karoseri
Oxygen central  Tabung oksigen minimal sebanyak 2 tabung,
dengan ukuran tabung minimal 1 m3)
 Terdapat minimal Regulator High pressure 2 buah
 Dapat dioperasikan dengan katup (valve) On/ Off
secara manual dan dianjurkan terdapat alarm/
orizonta saat oksigen akan habis.
 Selang oksigen tekanan tinggi dengan konektor
sistem press sebanyak 1 set
 Flowmeter dan humidifier sebanyak 1 set,
dipasang pada wall outlet, dilengkapi dengan
tulisan “OXYGEN”.
 Penyimpanan tabung oksigen terletak dalam lemari
yang dilengkapi dengan pintu dan diikat dengan
sabuk agar tidak bergerak saat kendaraan
 Tabung berawarna putih
Sistem pengelolaan Wadah limbah medis (Sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku)
limbah

Sistem kelistrikan  Kapasitas minimum 1000 VA (sinus wave) untuk


ambulans transport
( Inverter )
 Kapasitas minimum 1300 VA (sinus wave) untuk
ambulans gawat darurat
 Dilengkapi overload alarm (Alarm berbunyi saat
kelebihan beban)
 Battery low shutdown (baterai lemah otomatis non
aktif)
Amplifier sirine  Satu jenis suara high-low “Two Tone”
 Kompresi level suara : ≥ 90-118 dB (setara 200 –
10.000 Hz)
 Terdapat mikrofon
Lampu penerangan  Disediakan lampu penerangan pada plafon
 Lampu plafon : TL/ LED dengan output minimum
200 lux
 Lampu periksa halogen/ LED : membutuhkan
penerangan minimal 1650 lux di ukur dari posisi
terendah tandu dorong utama dari jarak 750 mm.
 Lampu periksa halogen/ LED dipasang pada plafon
dan dapat digeser sesuai kebutuhan
 Warna sinar penerangan dipilih yang tidak
mempengaruhi penilaian medis pasien selama
Lampu sorot  Model Spotlight dipasang pada kabin pasien bagian
belakang dan dapat berputar
Sistem komunikasi  Frekuensi yang dipakai sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
 Terhubung dengan SPGDT
Outlet antenna coaxial  Sesuai dengan sistem komunikasi yang digunakan.

GPS  Digunakan untuk memantau posisi orizo ambulans

CCTV ( opsional )  Satu set

Air Conditioner  Minimal Double Blower


( AC )

Alat pemadam  Berukuran minimal 1 kg


kebakaran  Jenis Alat Pemadam Api Ringan (APAR) Dry
chemical atau Karbondioksida (CO2)
 Ditempelkan pada lemari obat bagian belakang
dekat pintu belakang kendaraan
Gantungan Infus  Disediakan gantungan infus di atas pasien tepat
dipasang di plafon, gantungan tersebut dapat
digeser disesuaikan dengan kebutuhan
 Dilengkapi dengan strap /pengikat
 Terbuat dari bahan stainless steel
 Berjarak minimal 90 cm dari stretcher

Tabel 2. Desain Eksterior Ambulans darat kendaraan berpenggerak Empat Roda


( 4x4)

Model  Landasan mobil penumpang, mobil penumpang


atau mobil bus yang dibuat menjadi ambulans
(dapat menampung peralatan)
Dimensi ( Lebar,  Pembuatan kendaraan wajib mengikuti peraturan
perundang-undangan yang berlaku
Panjang, tinggi )
 Dapat menampung peralatan dan memungkinkan
petugas kesehatan melakukan orizont medis
Landasan  Memiliki sertifikat uji tipe (SUT) yang rancangan
teknisnya diperuntukkan sebagai angkutan orang
yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang
Warna Dasar  Putih

Pintu Belakang  Model hatchback atau kupu-kupu (double swing)


 Tersedia Bumper Guard terbuat dari stainless steel
berguna untuk pelindung benturan apabila
stretcher dimasukkan ke dalam ambulans, ukuran
disesuaikan.
Roda  Off road
 Vleg minimal 15 inchi berbahan alloy

Ban  Standar ban radial tubless

Logo dan tulisan  Mengikuti peraturan perundang-undangan yang


berlaku
 Bahan cutting stiker tipe reflektif
 Tulisan “Ambulans” ditulis terbalik orizontal pada
bagian depan mobil
Sistem kemudi  Power steering ( bawaan pabrik )

Kaca  Tempered Glass minimal 3 mm


Kaca film kabin  Gelap 80%
pasien

Kaca depan dan  Transparan dan kaca film maksimal 40%


samping kiri kanan
pengemudi

Kabin depan dan  Kabin depan dan kabin belakang dipisahkan,


terdapat minimal jendela untuk komunikasi antara
kabin belakang
kabin depan dan belakang
Lampu isyarat  Lampu Rotary/ Blitz Light Bar (warna merah
 Termasuk pelantang suara / speaker

Lampu bantu hazard  Lampu hazard bawaan pabrik/ karoseri


 Dipasang di sekeliling bodi mobil (opsional)
Perlengkapan  Peralatan bawaan standar kendaraan (Standard
Tool Kit)
kendaraan
 Segitiga pengaman
 Dongkrak
 Ban cadangan

F. Sarana Prasarana Alat Kesehatan Dalam Ambulan Gawat Darurat Darat

Jenis Alat Nama Alat Spesifikasi Teknis

Pemeriksaan Umum Tensimeter Tensi meter aneroid atau


digital dan dapat
dimasukan kedalam tas
emergency

Stetoskop 1 stetoskop dewasa dan


anak dan dapat dimasukan
kedalam tas emergency

Reflex hammer 1 buah dan dapat


dimasukan kedalam tas
emergency

Senter Minimal dengan


pencahayaan halogen dan
dapat dimasukan kedalam
tas emergency

Alat periksa Gula Darah 1 set dan dapat dimasukan


Stik kedalam tas emergency

Termometer Digital 1 buah dan dapat


dimasukan kedalam tas
emergency

Air Way Set ( Set Jalan Riggid Servikal Collar  Satu set
Nafas )  Ukuran bayi, anak
dan dewasa
 Dapat dimasukkan
ke dalam tas
emergency

Oropharengeal Airway  Satu set


( OPA)  Ukuran bayi, anak
dan dewasa
 Dapat dimasukkan
ke dalam tas
emergency

Nasopharyngeal Airway (  Satu set


NPA)  Ukuran bayi, anak
dan dewasa
 Dapat dimasukkan
ke dalam tas
emergency

Endotracheal Tube  Satu set


( ETT)  Ukuran bayi, anak
dan dewasa
 Dapat dimasukkan
ke dalam tas
emergency

Supraglotic Airway  Satu set


Device (SAD)  Ukuran bayi, anak
dan dewasa
 Dapat dimasukkan
ke dalam tas
emergency

Forcep Magill  Satu buah


 Bahan Stainless
steel
 Dapat dimasukkan
ke dalam tas
emergency

Tongue spatel  Satu buah


 Bahan Stainless
steel / kayu
 Dapat dimasukkan
ke dalam tas
emergency

Laringoscope set bayi-  Satu Set


anak  Terdiri dari handle
dan blade berbagai
ukuran jenis Miller
 Dapat dimasukkan
ke dalam tas
emergency
Laringoscope dewasa  Satu Set
 Terdiri dari handle
dan blade berbagai
ukuran jenis
Macintosh
 Dapat dimasukkan
ke dalam tas
emergency
Suction cannula  Satu set
 Ukuran bayi, anak
dan dewasa, bahan
lembut (soft)
 Dapat dimasukkan
ke dalam tas
emergency
Mesin suction elektrik  Satu buah
atau mesin suction  Dapat dimasukkan
portable kedalam tas
emergency

Set Pernafasan Bag Valve Mask ( BVM)  Satu set


( Breathning Set) dan Reservoir  Ukuran bayi, anak
dan dewasa bahan
silikon
 Dapat dimasukkan
ke dalam tas
emergency
Ventilator Portable  Satu Unit

Cannula Konektor BVM  Minimal 1 Buah


 Dapat dimasukkan
kedalam tas
emergency

Nasal canule  Satu set


 Ukuran bayi, anak
dan dewasa
 Dapat dimasukan
kedalam tas
emergency

Simple mask  Satu set


 Ukuran bayi, anak
dan dewasa
 Dapat dimasukan
kedalam tas
emergency

Rebreathing Mask  Satu set


 Ukuran bayi, anak
dan dewasa
 Dapat dimasukan
kedalam tas
emergency

Non Rebreathing Mask  Satu set


 Ukuran bayi, anak
dan dewasa
 Dapat dimasukan
kedalam tas
emergency

Tabung Oksigen Portable  Minimal 1 tabung


ukuran 0.2 m3,
bahan aluminium
atau baja, lengkap
dengan regulator
 Dapat dimasukkan
ke dalam Tas
emengency
Set Sirkulasi Monitor Tanda Vital  Jenis yang
dirancang khusus
(Portable)
untuk ambulans
 Minimal mengukur
tekanan darah, laju
nadi, saturasi
oksigen perifer
(SpO2),
elektrokardiogram
(EKG)
 Kemampuan
mengukur end
tidal CO2/ ETCO2
(opsional)

Defibrillator manual

Automated External  Satu set


Defibrilator ( AED)
 Tersedia pad dan
kabel untuk anak
dan dewasa

Alat Kompresi Jantung  Satu set


Luar ( Opsional)

Infus Set  Minimal 2 set


 Dapat dimasukan
dalam tas
emergency

Kateter Vena  Ukuran 14G


sampai dengan
24G
 Dapat dimasukan
dalam tas
emergency

Akses Intraosseous  Satu set


( opsional)  Ukuran bayi, anak
dan dewasa

Cairan infus  Kristaloid dan


koloid

Folley kateter dan urine  Minimal 1 set


bag

Set alat bandaging  Minimal 1 set


 Termasuk gunting
dan dapat
dimasukkan
kedalam tas
emergency

Disposible syringe  Ukuran


1cc,3cc,5cc,10cc
dan 20cc
 Dapat dimasukan
dalam tas
emergency

antiseptik  Poviodine iodine


 Alcohol swab
 Dapat dimasukan
dalam tas
emergency

Set peralatan stabilisasi Long spine board  Minimal 1 buah


dan ekstrikasi  Tembus
pemeriksaan X-
Ray

Scoop Stretcher  Minimal 1 buah

Extrication device  Minimal 1 set

Head Immobilizer  Minimal 1 set

Wound Toilet set  Terdiri atas


gunting, perban
 Perban elastis,
mitela, kasa steril,
balut cepat, plester

Splint/Bidai Minimal 1 set

Safety belt/patient Minimal 3 pasang


strapping

Peralatan transportasi dan Stretcher/brankar  Roll in cot/chair in cot


evakuasi ambulan
 Dilengkapi matras dan
safety belt

Tas emergency  Mampu memuat set alat


kesehatan airway,
breathing dan
circulation
 Mampu dibawa oleh
satu orang petugas

Set Obstetrik  Partus set  Minimal 1 set


 Penghisap lendir bayi  Minimal 1 buah
 Sarung tangan steril  Minimal 1 pasang
 Handuk  Minimal 1 buah
 Laken  Minimal 1 set

Lain-lain Kunci inggris ( untuk  Minimal 1 buah


tabung oksigen)

APD  Sarung tangan


bedah
 Masker bedah
 Apron plastic
 Cairan desinfektan
 Pelindung mata

Rescue Tools ( Opsional)  Jas hujan


 Paying
 Senter
 Helm rescue
 Safety boot

G. Petugas Ambulan
1. Persyaratan pengemudi ambulan
Untuk menjadi seorang pengemudi ambulan yang aman (Amin, n.d.) adalah :
a. Sehat secara fisik. Pengemudi tidak boleh memiliki kelainan yang dapat
menghambat dalam mengoperasikan ambulan, tidak juga kondisi medis
yang mengganggu saat mengemudi.
b. Sehat secara mental, emosi terkontrol. Mengemudikan ambulan bukanlah
perkerjaan bagi seseorang yang gemar memainkan lampu dan sirine.
c. Bisa mengemudi di bawah tekanan
d. Memiliki keyakinan positif atas kemampuan diri sebagai seorang
pengemudi tapi jangan terlalu percaya diri dengan menantang resiko
e. Bersikap toleran dengan pengemudi lain. Selalu ingat bahwa orang akan
bereaksi berbeda ketika melihat kendaraan emergensi. Terima dan
toleransi kebiasaan buruk pengemudi lain tanpa harus marah.
f. Tidak dalam pengaruh obat-obat yang berbahaya. Alkohol, obatobatan
terlarang seperti marijuana dan kokain, obat-obatan seperti antihistamin
dan obat penenang lainnya.
g. Mempunyai Surat Izin Mengemudi yang masih berlaku.
h. Pakai selalu kaca mata atau lensa kontak jika dibutuhkan saat menyetir
i. Evaluasi kemampuan diri dalam menyetir berdasarkan respon diri Anda
terhadap tekanan perorangan, penyakit, kelelahan,dan mengantuk.

2. Pengemudi ambulan
a. Secara umum
1) First responder
Seseorang yang datang pertama kali di lokasi kejadian,tugas
utamnya yaitu memberikan tindakan penyelamatan nyawa seperti
CPR (Cardio-Pulmonary Resuscitation) dan AED ( Automated
External Defibrillator ). Mereka bisa diberangkatkan oeh pelayanan
ambulans, atau kepolisian dan dinas pemadam kebakaran
2) Ambulance Driver
Beberapa pusat layanan ambulans mempekerjakanpetugas yang
tidak mempunyai kualifikasi medis sama sekali. (atauhanya
sertifikat pertolongan pertama) yang tentu saja hanya
mempunyai job mengemudi secara sederhana untuk mengantar pasien.
3) Ambulance Care Assistant
Mempunyai tingkat pelatihan yang bervariasi, tetapi petugas ini
khusus untuk transport pasien yangmenggunakan kursi roda
maupun stretcher ambulans, namun bukan untuk transport pasien
kritis. Tergantung pada penyedia layanan, mereka juga dilatih first
aid dan penggunaan AED, terapi oksigen, atau teknik paliatif.
Mereka bisa memberikan tindakan jika unit lain belum datang, atau
jika ada pendampingan dari teknisi yang berkualifikasi atau seorang
paramedic.
4) Emergency Medical Technician
Dikenal juga sebagai Teknisi ambulans.Mereka mampu
memberikan layanan gawat adrurat yang lebih luasseperti
defibrilasi, penanganan trauma spinal, dan terapi oksigen.Beberapa
Negara memilahnya kedalam beberapa tingkat (Amerikamenganut
EMT-Basic dan EMT-Intermediate
5) Paramedik
Ini merupakan level atas dari pelatihan medis dan biasanya mencakup
ketrampilan utama yang tidak diperuntukkan bagi teknisi seperti
pemasangan infuse (dengan kemampuan untuk memberikan obatseperti
morfin), intubasi, dan skill lain seperti krikotirotomi. Tergantungpada
hokum yang ada, paramedik merupakan jabatan yang
dilindungi,penyalahgunaan profesi paramedic.
6) Emergency care Practitioner
Menjembatani antara pelayanan ambulance dan pelayanan dokter praktek
umum
7) Registered Nurse
8) Dokter
b. Secara khusus pada kasus kegawatdaruratan
Menurut Kemenkes No. 0512/YanMed/RSKS/1987 tentang standarisasi
Kendaraan Pelayanan Medik serta Kmenkes No 143/Menkeskesos/SK/II/2001
tentang Standarisasi Kendaraan Pelayanan Medik. Dikatakan bahwa petugas
di ambulan gawat darurat terdiri dari:1 (satu) pengemudi berkemampuan
PPGD dan berkomunikasi, 1 (satu) perawat berkemampuan PPGD, 1 (satu)
dokter berkemampuan PPGD atau ATLS/ACLS.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ambulan adalah alat transportasi untuk membawa orang yang sakit ataupun
terluka menuju rumah sakit. Kata ambulan digunakan untuk mendiskripsikan alat
trasnportasi yang memiliki peralatan medis untuk pasien yang ada di luar rumah sakit
atau untuk membawa pasien ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih
lanjut (www.essay.se, 2008). Jadi ambulan adalah alat transportasi yang digunakan
untuk memindahkan orang sakit trauma ataupun non trauma ke rumah sakit baik
dalam keadaan emergency ataupun non emergency yang di lengkapi dengan peralatan
medis yang memadai.
Ambulan dibedakan menjadi 2 jenis yakni ambulan transport dan ambulan
gawat darurat. Ambulan dapat berupa kendaraan roda 2 ataupun roda 4, motor, kapal
dan pesawat atau helicopter. Ambulan merupakan elemen penting ,sehingga sumber
daya manusianya pun haruslah yang terlatih dan memahami terkait kegawatdaruratan
melalui pelatihan bantuan hidup dasar serta memahami cara mengemudi yang baik
dan benar. Kestersedian sarana dan prasarana ambulan yang baik hendaklah diiringi
dengan pemeliharaan yang bersifat berkeseinambungan agar ambulan sellau dalam
keadaan baik demi menjamin keselamatan petugas dan pasien saat menggunakan
ambulan.

B. SARAN
Pengemudi ambulan hendaklah dibekali dengan keilmuan yang memadai
dengan mengadakan pelatihan berbasis kompetensi kegawatdaruratan atau
pertolongan pertama gawat darurat serta memahami cara mengemudi ambulan yang
baik dan benar karena masih banyak ditemukan supir ambulan dimasyarakat tidak
memiliki sertifikat kehalian.
Rumah sakit, fasilitas pelayanan kesehatan, partai, organisasi atau apapun
hendaknya dalam pengadaan ambulan memahami dan memperhatikan interior,
eksterior dan kelengkapan ambulan.

DAFTAR PUSTAKA
Amalia, N. V., Priyanti, R. P., & Nahariyani, P. (2018). Efektivitas Penggunaan Ambulance
Siaga Desa Dalam Transportasi Pre Hospital. Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific
Journal of Nursing), 4(1), 52–63. https://doi.org/10.33023/jikep.v4i1.135

Amin, M. (n.d.). M.AMIN, dkk. 1–39.

Fasilitas, D., Kesehatan, P., Jenderal, D., Kesehatan, P., & Ri, K. K. (2019). 362.188 Ind p.

Https://www.bps.go.id/indicator/17/513/1/jumlah-kecelakaan-korban-mati-luka-berat-luka-
ringan-dan-kerugian-materi.html. (n.d.). No Title.

Kementerian Kesehatan. (2019). Pedoman Teknis Ambulans. 1–73.

Saudin, D., Agoes, A., & Setyorini, I. (2016). Analisis faktor yang mempengaruhi
keterlambatan dalam mengatasi pasien stroke saat merujuk ke rsud jombang. Jurnal
Hesti Wira Sakti, 4(2), 1–12.

Anda mungkin juga menyukai