Makalah Prehos Ambulan Kelompok I
Makalah Prehos Ambulan Kelompok I
DESSY ANDRIANI
EKO SUSANTO
2022
KATA PENGANTAR
Kelompok I
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A.Latar Belakang.................................................................................. 1
B.Rumusan Masalah ............................................................................
C.Tujuan Penulisan .............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Ambulan
B. Dasar Hukum
C. Tujuan Penggunaan Ambulan
D. Jenis Ambulan
E. Spesifikasi ambulan
F. Sarana dan Prasarana Ambulan Gawat Darurat Darat
G. Petugas Ambulan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................
B. Saran...............................................................................................
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Data yang diperoleh berdasarkan Badan Pusat Statistik yang bersumber dari
kantor Kepolisian Republik Indonesia menunjukan bahwa angka kejadian kasus
kecelakaan lalu lintas meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2017 terdapat 104.327
kecelakaan dengan jumlah korban yang meninggal dunia sebanyak 30.694 orang,
jumlah ini jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan jumlah kejadian kecelakaan
ditahun 2019 yakni 116.411 kejadian kecelakaan dengan korban meninggal sebanyak
25.671 orang (Https://www.bps.go.id/indicator/17/513/1/jumlah-kecelakaan-korban-
mati-luka-berat-luka-ringan-dan-kerugian-materi.html, n.d.). Data – data tersebut
menunjukan banyaknya kejadian kegawatdaruratan yang mana jumlah korban
semestinya dapat diminimalisir dengan penanganan korban yang lebih tepat serta
pelayanan kegawat daruratan yang segera menghamipri penderita dan didampingi
oleh petugas dan ambulan yang memadai. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sudin dkk, yang menyatakan bahwa jarak rujukan yang jauh dan
pendampingan petugas saat melakukan rujukan ke RSUD Jombang merupakan factor
yang mempengaruhi keterlambatan dalam mengatasi pasien stroke saat merujuk ke
RSUD Jombang (Saudin et al., 2016). Di Indonesia sendiri, penderita keracunan,
serangan jantung, serangan stroke atau trauma dan kegawatdaruratan lainnya banyak
ditemukan meninggal dirumah atau saat perjalanan menuju rumah sakit. Hal ini
dikarenakan penatalaksanaan yang tidak memadai (Kementerian Kesehatan, 2019).
Keterbatasaan kebutuhan akan transportasi pre hospital akan mengakibatkan cedera
yang lebih besar karnanya dibutuhkan pelatihan khusus bagi supir ambulan,
ketersedian ambulan yang memadai. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Nur Virda Amalia dkk, yang menyatakan bahwaambulance siaga desa sudah
mencakup kebutuhan masyarakat akan transportasi pre hospital, namun kurangnya
perawatan, supir yang belum terlatih dan alur penggunaan yang belum jelas
mengakibatkan penggunaan ambulan desa siaga belum begitu efektif (Amalia et al.,
2018).
Berdasarkan uraian dan data diatas kelompok tertarik untuk membahas lebih
lanjut terkait sumber daya manusia, sarana dan prasarana ambulan gawat darurat yang
memadai guna terciptanya pelayanan yang tepat, akurat dan meningkatkan mutu
layanan pelayanan kesehatan.
B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1. Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa/I tentang sumber daya manusia,
sarana dan prasarana ambulan gawat darurat.
2. Untuk meningkatkan pemahaman dan masukan bagi pelayanan kesehatan dalam
menyiapkan sumber daya manusia, sarana dan prasana ambulan gawat darurat
sesuai dengan pedoman yang berlaku.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini terdiri dari 3 BAB yaitu :
BAB I pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup
penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II tinjauan teoritis yang terdiri dari sumber daya manusia, sarana dan prasarana
ambulan gawat darurat.
BAB III penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
Daftar Pustaka
BAB II
TINJUAN TEORI
A. DEFINISI AMBULAN
Ambulan merupakan kendaraan atau alat transportasi untuk menjemput,
mengevakuasi, memindahkan korban hidup atau pasien dalam rangka mendapatkan
pertolongan atau tindakan medis baik yang bersifat gawat darurat maupun yang tidak
gawat darurat yang dilengkapi dengan peralatan medis sesuai dengan standar
(Kementerian Kesehatan, 2019). Pelayanan ambulan berada dalam Sistem Pelayanan
Darurat Terpadu ( SPGDT ) khususnya pra rumah sakit dan antar rumah sakit,
sehingga semua kegiatan ambulan terhubung dan saling berkesinambungan dengan
sistem komunikasi dan informasi yang handal.
B. Dasar Hukum
Adapun dasar hukum yang mendasari pentingnya ambulan sebagai bagian dari
pelayanan kesehatan ialah :
1. Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
2. Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 75 Tahun 2014 tentang pusat kesehatan
masyarakat
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 24 Tahun 2016 tentang persyaratan
bangunan dan prasarana rumah sakit
C. Tujuan Penggunaan Ambulan
Berdasarkan pedoman teknis ambulan tahun 2019 ,tujuan penggunaan ambulan
adalah sebagai berikut :
1. Pemberian pertolongan pasien gawat darurat pra fasilitas pelayanan kesehatan.
2. Sebagai alat transportasi pasien gawat darurat dari lokasi kejadian ( pra hospital )
ke fasilitas pelayanan kesehatan ( Transfer Primer )
3. Sebagai kendaraan transportasi rujukan antar fasilitas pelayanan kesehtaan
( Transfer sekunder dan transfer tersier )
D. Jenis Ambulan
Bedasarkan factor kebutuhan medis ambulan dibagi menjadi 2 jenis (Kementerian
Kesehatan, 2019) yaitu :
1. Ambulan transport terbagi menjadi 3 bagian yakni ambulan transport darat, air
dan udara.
Ambulans transport (patient transport ambulance) darat adalah ambulans darat
yang digunakan untuk mengangkut pasien tanpa adanya kondisi gawat darurat
atau berpotensi mengancam nyawa dari suatu tempat ke tempat lain untuk
mendapatkan pengobatan. Ambulans jenis ini dilengkapi peralatan bantuan hidup
dasar dan petugas dengan kompetensi bantuan hidup dasar. Kendaraan yang
digunakan menyesuaikan kondisi daerah masing-masing. Ambulans ini dapat
dimiliki pemerintah maupun organisasi non pemerintah. Ambulans transport dapat
dilengkapi dengan alat kesehatan dan spesifikasi khusus lainnya untuk menangani
kondisi seperti pasien infeksius, pasien psikiatri dan kondisi khusus lainnya
(daerah terpencil atau kondisi geografis dan sulit dijangkau ).
2. Ambulan Gawat Darurat terdiri dari ambulan gawat darurat darat ( roda 2 dan
roda 4 atau lebih ), ambulan gawat darurat air dan ambulan gawat darurat udara.
Karena luasnya pembahasan mengenai ambulan, maka kelompok hanya akan
membahas tentang ambulan gawat darurat darat. Ambulan gawat darurat darat
merupakan alat transportasi yang digunakan untuk menangani dan/atau
mengangkut pasien dengan kondisi gawat darurat atau berpotensi mengancam
nyawa dari suatu tempat ke tempat lain untuk mendapatkan pengobatan.
Ambulans ini dapat memberikan pertolongan pada kondisi pra fasyankes,
mengangkut korban yang sudah distabilkan dari pra fasyankes menuju fasyankes
dan mengangkut pasien antar fasyankes. Ambulans jenis ini dilengkapi petugas
dengan kompetensi dan peralatan tertentu yang berbeda dari ambulans transport.
Kendaraan yang digunakan menyesuaikan kondisi daerah masing-masing. Untuk
memenuhi kebutuhan waktu tanggap, ambulans dapat berupa kendaraan yang
berbeda dari ambulans darat roda empat (mobil), misalnya sepeda/sepeda motor.
Ambulans sepeda/sepeda motor akan memberikan pertolongan dan stabilisasi
pasien untuk kemudian diangkut menggunakan ambulans mobil yang datang
setelahnya. Ambulans gawat darurat juga dapat dilengkapi dengan alat kesehatan
dan spesifikasi khusus lainnya untuk menangani kondisi khusus seperti pasien
infeksius, pasien perawatan intensif, pasien psikiatri dan kondisi khusus lainnya
( daerah terpencil dan kondisi geografis yang sulit ).
Air Way Set ( Set Jalan Riggid Servikal Collar Satu set
Nafas ) Ukuran bayi, anak
dan dewasa
Dapat dimasukkan
ke dalam tas
emergency
Defibrillator manual
G. Petugas Ambulan
1. Persyaratan pengemudi ambulan
Untuk menjadi seorang pengemudi ambulan yang aman (Amin, n.d.) adalah :
a. Sehat secara fisik. Pengemudi tidak boleh memiliki kelainan yang dapat
menghambat dalam mengoperasikan ambulan, tidak juga kondisi medis
yang mengganggu saat mengemudi.
b. Sehat secara mental, emosi terkontrol. Mengemudikan ambulan bukanlah
perkerjaan bagi seseorang yang gemar memainkan lampu dan sirine.
c. Bisa mengemudi di bawah tekanan
d. Memiliki keyakinan positif atas kemampuan diri sebagai seorang
pengemudi tapi jangan terlalu percaya diri dengan menantang resiko
e. Bersikap toleran dengan pengemudi lain. Selalu ingat bahwa orang akan
bereaksi berbeda ketika melihat kendaraan emergensi. Terima dan
toleransi kebiasaan buruk pengemudi lain tanpa harus marah.
f. Tidak dalam pengaruh obat-obat yang berbahaya. Alkohol, obatobatan
terlarang seperti marijuana dan kokain, obat-obatan seperti antihistamin
dan obat penenang lainnya.
g. Mempunyai Surat Izin Mengemudi yang masih berlaku.
h. Pakai selalu kaca mata atau lensa kontak jika dibutuhkan saat menyetir
i. Evaluasi kemampuan diri dalam menyetir berdasarkan respon diri Anda
terhadap tekanan perorangan, penyakit, kelelahan,dan mengantuk.
2. Pengemudi ambulan
a. Secara umum
1) First responder
Seseorang yang datang pertama kali di lokasi kejadian,tugas
utamnya yaitu memberikan tindakan penyelamatan nyawa seperti
CPR (Cardio-Pulmonary Resuscitation) dan AED ( Automated
External Defibrillator ). Mereka bisa diberangkatkan oeh pelayanan
ambulans, atau kepolisian dan dinas pemadam kebakaran
2) Ambulance Driver
Beberapa pusat layanan ambulans mempekerjakanpetugas yang
tidak mempunyai kualifikasi medis sama sekali. (atauhanya
sertifikat pertolongan pertama) yang tentu saja hanya
mempunyai job mengemudi secara sederhana untuk mengantar pasien.
3) Ambulance Care Assistant
Mempunyai tingkat pelatihan yang bervariasi, tetapi petugas ini
khusus untuk transport pasien yangmenggunakan kursi roda
maupun stretcher ambulans, namun bukan untuk transport pasien
kritis. Tergantung pada penyedia layanan, mereka juga dilatih first
aid dan penggunaan AED, terapi oksigen, atau teknik paliatif.
Mereka bisa memberikan tindakan jika unit lain belum datang, atau
jika ada pendampingan dari teknisi yang berkualifikasi atau seorang
paramedic.
4) Emergency Medical Technician
Dikenal juga sebagai Teknisi ambulans.Mereka mampu
memberikan layanan gawat adrurat yang lebih luasseperti
defibrilasi, penanganan trauma spinal, dan terapi oksigen.Beberapa
Negara memilahnya kedalam beberapa tingkat (Amerikamenganut
EMT-Basic dan EMT-Intermediate
5) Paramedik
Ini merupakan level atas dari pelatihan medis dan biasanya mencakup
ketrampilan utama yang tidak diperuntukkan bagi teknisi seperti
pemasangan infuse (dengan kemampuan untuk memberikan obatseperti
morfin), intubasi, dan skill lain seperti krikotirotomi. Tergantungpada
hokum yang ada, paramedik merupakan jabatan yang
dilindungi,penyalahgunaan profesi paramedic.
6) Emergency care Practitioner
Menjembatani antara pelayanan ambulance dan pelayanan dokter praktek
umum
7) Registered Nurse
8) Dokter
b. Secara khusus pada kasus kegawatdaruratan
Menurut Kemenkes No. 0512/YanMed/RSKS/1987 tentang standarisasi
Kendaraan Pelayanan Medik serta Kmenkes No 143/Menkeskesos/SK/II/2001
tentang Standarisasi Kendaraan Pelayanan Medik. Dikatakan bahwa petugas
di ambulan gawat darurat terdiri dari:1 (satu) pengemudi berkemampuan
PPGD dan berkomunikasi, 1 (satu) perawat berkemampuan PPGD, 1 (satu)
dokter berkemampuan PPGD atau ATLS/ACLS.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ambulan adalah alat transportasi untuk membawa orang yang sakit ataupun
terluka menuju rumah sakit. Kata ambulan digunakan untuk mendiskripsikan alat
trasnportasi yang memiliki peralatan medis untuk pasien yang ada di luar rumah sakit
atau untuk membawa pasien ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih
lanjut (www.essay.se, 2008). Jadi ambulan adalah alat transportasi yang digunakan
untuk memindahkan orang sakit trauma ataupun non trauma ke rumah sakit baik
dalam keadaan emergency ataupun non emergency yang di lengkapi dengan peralatan
medis yang memadai.
Ambulan dibedakan menjadi 2 jenis yakni ambulan transport dan ambulan
gawat darurat. Ambulan dapat berupa kendaraan roda 2 ataupun roda 4, motor, kapal
dan pesawat atau helicopter. Ambulan merupakan elemen penting ,sehingga sumber
daya manusianya pun haruslah yang terlatih dan memahami terkait kegawatdaruratan
melalui pelatihan bantuan hidup dasar serta memahami cara mengemudi yang baik
dan benar. Kestersedian sarana dan prasarana ambulan yang baik hendaklah diiringi
dengan pemeliharaan yang bersifat berkeseinambungan agar ambulan sellau dalam
keadaan baik demi menjamin keselamatan petugas dan pasien saat menggunakan
ambulan.
B. SARAN
Pengemudi ambulan hendaklah dibekali dengan keilmuan yang memadai
dengan mengadakan pelatihan berbasis kompetensi kegawatdaruratan atau
pertolongan pertama gawat darurat serta memahami cara mengemudi ambulan yang
baik dan benar karena masih banyak ditemukan supir ambulan dimasyarakat tidak
memiliki sertifikat kehalian.
Rumah sakit, fasilitas pelayanan kesehatan, partai, organisasi atau apapun
hendaknya dalam pengadaan ambulan memahami dan memperhatikan interior,
eksterior dan kelengkapan ambulan.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, N. V., Priyanti, R. P., & Nahariyani, P. (2018). Efektivitas Penggunaan Ambulance
Siaga Desa Dalam Transportasi Pre Hospital. Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific
Journal of Nursing), 4(1), 52–63. https://doi.org/10.33023/jikep.v4i1.135
Fasilitas, D., Kesehatan, P., Jenderal, D., Kesehatan, P., & Ri, K. K. (2019). 362.188 Ind p.
Https://www.bps.go.id/indicator/17/513/1/jumlah-kecelakaan-korban-mati-luka-berat-luka-
ringan-dan-kerugian-materi.html. (n.d.). No Title.
Saudin, D., Agoes, A., & Setyorini, I. (2016). Analisis faktor yang mempengaruhi
keterlambatan dalam mengatasi pasien stroke saat merujuk ke rsud jombang. Jurnal
Hesti Wira Sakti, 4(2), 1–12.