Anda di halaman 1dari 32

PROPOSAL SKRIPSI

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENIMBUN MINYAK

GORENG BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999

TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (STUDI KASUS PENIMBUN

MINYAK KITA OLEH PT. BINA KARYA PRIMA)

Disusun Oleh:

Muhammad Falih Abdi Nugroho

205190275

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS TARUMANAGARA

JAKARTA

2023
Pernyataan

Nama :
NIM :
Program Studi : HUKUM
Judul :

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi/Tesis/Disertai ini merupakan hasil kerja


saya sendiri di bawah bimbingan Tim Pembimbing dan bukan hasil plagiasi
dan/atau kegiatan curang lainnya.

Jika saya melanggar pernyataan ini, maka saya bersedia dikenakan sangsi sesuai
aturan yang berlaku di Universitas Tarumanagara.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, untuk dipergunakan


sebagaimana mestinya.

Jakarta, 8 Maret 2023

Yang menyatakan

MUHAMMAD FALIH ABDI NUGROHO


NIM ___________________

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER

..........................................................................................................................

..........................................................................................................................

..........................................................................................................................

DAFTAR ISI

..........................................................................................................................

..........................................................................................................................

ii

A. Latar Belakang

...................................................................................................................

...................................................................................................................

B. Permasalahan

...................................................................................................................

...................................................................................................................

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

...................................................................................................................

iii
...................................................................................................................

D. Tinjauan tentang perlindungan hukum

...................................................................................................................

...................................................................................................................

E. Tinjauan tentang konsumen

...................................................................................................................

...................................................................................................................

F. Tinjauan Perlindungan Hukum Konsumen

...................................................................................................................

...................................................................................................................

11

G. Metode Penelitian

...................................................................................................................

...................................................................................................................

21

H. Sistematika Penulisan

...................................................................................................................

...................................................................................................................

22

iv
DAFTAR PUSTAKA

..........................................................................................................................

..........................................................................................................................

24

v
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara agraris yang kaya akan hasil pertanian,
perikanan, perkebunan, peternakan dan kehutan. Kondisi alam tersebut sangat
memberikan peluang besar bagi masyarakat Indonesia dalam sector pertanian,
perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan dalam memenuhi
kebutuhan pangan. Salah satu hasil Sumber Daya Alam di Indonesia adalah
minyak goreng.
Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau
lemak hewan yang dimurnikan dan dimurnikan yang memiliki bentuk cair
dalam suhu ruangan dan biasanya digunakan untuk memasak. Minyak goreng
biasanya berasal dari biji-bijian, seperti kelapa, kacang-kacangan, jagung,
kedelai dan kanola.1 Penggunaan minyak goreng umum dilakukan oleh
masyarakat, hal ini disebabkan karena anggapan bahwa makanan yang
digoreng akan terasa jauh lebih nikmat.Setiap produsen minyak goreng
mempromosikan bahwa produknya adalah produk yang terbaik dan 9, vitamin
A, D dan E, melalui dua kali penyaringan dan tidak mengandung kolesterol.
Di Indonesia, minyak goreng diproduksi dari minyak kelapa sawit dalam skala
besar. Hingga tahun 2010 diperkirakan produksi minyak sawit mencapai lebih
dari 3 juta ton per tahun.2
Persoalan yang sering terjadi di Indonesia salah satunnya ialah masalah
kelangkaan bahan pangan, salah satunya adalah minyak goreng. Hal tersebut
memberikan dampak negative bagi masyarakat Indonesia karena kebutuhan
pokok mereka semakin berkurang. Yaitu disebabkan oleh banyaknya pelaku
usaha yang melakukan penimbunan minyak goreng dan akan dijual kembali
dengan harga yang tinggi untuk mendapatkan keuntungan.
Penimbunan diartikan membeli sesuatu dan menyimpanannya agar barang
tersebut berkurang di tengah masyarakat sehingga harganya akan meningkat
dan manusia akan terkena kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pokoknya.
1
“Minyak Goreng.” (http://p2k.unkris.ac.id/id3/3065-2962/Minyak-
Goreng_97649_p2k-unkris.html) diakses pada 26 Februari 2022 pukul 08.08
2
Noriko et al., “Analisis Penggunaan Dan Syarat Mutu Minyak Goreng Pada
Penjaja Makanan Di Food Court UAI,” hlm. 13.

1
Penimbunan semacam ini dilarang karena merupakan perbuatan kejahatan dan
bukti keburukan moral serta mempersulit manusia dalam pemenuhan
kebutuhan hidupnya. Manusia dalam hal ini tertuju pada kelangsungan
kehidupan konsumen dalam pemenuhan kebutuhan bahan pokok hidupnya.
Hal ini terjadi karena pelaku usaha yang mengambil keuntungan dengan
dua macam jalan, yaitu pertama dengan jalan menimbun barang untuk di jual
dengan harga yang lebih tinggi, disaat orang-orang sedang mencari bahan
kebutuhan pokok dan tidak mendapatkannya, kemudian datanglah orang-
orang yang sangat membutuhkan dan dia sanggup membayar lebihuntuk
beberapa saja yang diminta, kendati sangat tinggi dan melewati batas
kewajaran.3 Kedua, dengan jalan menyimpan stok bahan kebutuhan bahan
pokok selama mungkin pada saat terjadi bencana yang tak diharapkan, dan
perbuatan ini merupakan suatu perbuatan kejahatan dalam aspek ekonomi, dan
hal ini sangat berdampak bagi konsumen dalam pemenuhan kebutuhan pokok
hidupnya. Dilihat dari sudut manapun, baik moral, etika, agama,
perekonomian nasional, maupun hukum, perbuatan penimbunan barang/
bahan kebutuhan pokok untuk menyimpan dan menaikkan harga tidak dapat
dibenarkan.4
Penimbunan bahan/barang kebutuhan pokok menyebabkan rusaknya
mekanisme pasar. Menahan atau menimbun barang-barang pokok manusia
khususnya konsumen akan merugikan konsumen dan menguntungkan bagi si
penimbun sehingga akan mendapatkan keuntungan. Perbuatan penimbunan
dapat mengakibatkan kelangkaan suatu barang dipasaran yang apabila berupa
makanan pokok bisa mengakibatkan kelaparan karena kurangnya persediaan
bahan kebutuhan pokok dan tentunya akan merugikan salah satu pihak.
Semula harga yang seharusnya dapat terjangkau kini melambung tinggi
dikarenakan stok yang terbatas.5

3
Asyari, EKONOMI ISLAM PERSPEKTIF TAFSIR (Studi Tafsir Tematis Ayat-
Ayat Ekonomi Dalam Al Qur’an), 210:hlm. 70.
4
Ibid
5
Hafidhuddin, Agar Harta Berkah Dan Bertambah. hlm 58-59.

2
Perbuatan penimbunan ini sangat meresahkan masyarakat Indonesia,
disaat masyarakat kesulitan untuk mendapatkan minyak goreng, beberapa
oknum nakal memanfaatkan situasi seperti ini untuk mendapatkan keuntungan
pribadi. Penimbunan yang dilakukan oleh oknum tersebut mengakibatkan
masyarakat atau konsumen mengalami kerugian akibat permainan harga.
Adapun hak konsumen yang terabaikan sebagai dampak penimbunan barang
adalah hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang
dan/atau jasa tersebut sesuai nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang
dijanjikan. Konsumen dihadapkan pada pilihan sulit dimana ketersediaan
barang kebutuhannya terutama kebutuhan pokok di pasar menjadi terbatas dan
apabila hendak memperolehnya harus membelinya dengan harga yang relatif
lebih mahal.
Dalam hal ini, hak-hak konsumen di lindungi oleh UU nomor 8 Tahun
1999 Tentang Perlindungan Konsumen . Namun yang terjadi di lapangan
untuk mendapatkan minyak goreng dengan harga yang telah ditetapkan oleh
pemerintah secara umum tidak terpenuhi. Karena banyak pelaku usaha yang
melakukan kecurangan-kecurangan dalam usaha khususnya dalam kejahatan
penimbunan minyak goreng yang di mana banyak oknum nakal yang menjual
minyak goreng dengan harga yang tidak sesuai dengan harga yang sudah di
tetapkan oleh pemerintah.
Dari banyaknya kasus penimbunan minyak goreng yang terjadi di
Indonesia belakangan ini, salah satu contoh kasus penimbunan minyak goreng
ialah kasus penimbunan minyak goreng di Jakarta,. Menteri Perdagangan
(Mendag) Zulkifli Hasan menemukan adanya 555 ribu liter atau 500 ton
Minyakita yang ditiimbun di gudang milik PT Bina Karya Prima (PT BKP) di
Marunda,Cilincing dalam sidaknya, Selasa (7/2/2023). Dari temuannya itu,
Zulhas mengatakan, ratusan ribu liter Minyakita itu sudah diproduksi sejak
Desember 2022, tetapi sengaja tidak disalurkan oleh perusahaan. 6

6
Channel 9,” Kegep Timbun 500 Ton Migor, Ini Penjelasan PT BKP.”
(https://channel9.id/kegep-timbun-500-ton-migor-ini-penjelasan-pt-bkp/) di akses
pada tanggal 8 maret 2023 pukul 17.00

3
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih
lanjut tentang bagaimanakah perlindungan konsumen terhadap penimbun
minyak goreng berdasarkan undang - undang nomor 8 tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen (studi kasus penimbun minyak goreng minyak kita
oleh pt. bina karya prima.

B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana Perlindungan Konsumen Terhadap Penimbun Minyak
Goreng Sebagai Bahan Kebutuhan Pokok Masyarakat?
2. Apa Akibat Hukum Terhadap Pelaku Penimbun Minyak Goreng
Sebagai
Bahan Kebutuhan Pokok Masyarakat?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan tersebut, dirumuskan tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perlindungan konsumen minyak goreng rakyat
(minyakita) terhadap undang - undang nomor 8 tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen.
2. Untuk mengkaji peraturan hukum serta sanksi-sanksi apa saja yang
diakibatkan dari kelangkaan minyak goreng sebagai bahan kebutuhan
pokok masyarakat.

2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan sebagai berikut :
1. Manfaat secara teoritis.
Hasil penelitian ini merupakan sumbangsih kepada ilmu
pengetahuan terutama ilmu hukum khususnya hukum perlindungan
konsumen. Menambah pengetahuan mengenai tanggung jawab hukum

4
sebagai pelaku usaha atau produsen dalam melaksanakan kegiatan
usahanya.

2. Manfaat secara praktis.


Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai kerangka acuan dan
landasan bagi penelitian lebih lanjut, memberikan informasi khususnya
kepada masyarakat tentang perlindungan hukum yang menjadi
hakhaknya sebagai konsumen. Serta diharapkan masukan atau saran-
saran dari hasil penelitian ini dapat digunakan oleh pemerintah yang

D. Tinjauan tentang perlindungan hukum


1. Pengertian perlindungan hukum

1. Perlindungan hukum menurut Philipus M. Hadjon merupakan


perlindungan akan harkat serta martabat, dan pengakuan mengenai hakhak
asasi manusia dari sebuah subjek hukum yang sesuai dengan hukum.
Berkaitan dengan konsumen maka memiliki arti bahwa hukum
memberikan perlindungan terhadap hak-hak konsumen dari suatu hal yang
berakibat adanya pengabaian hak-hak konsumen tersebut7. Pendapat lain
dari Setiono menyebutkan bahwa perlindungan hukum adalah sebuah
upaya dalam melindungi masyarakat dari perbuatan yang sesuka hati oleh
penguasa yang bertentangan dengan hukum, perlindungan ini bertujuan
agar menciptakan ketertiban serta ketentraman. 8
Perlindungan hukum menurut Satjipto Raharjo adalah memberikan sebuah
perlindungan akan hak asasi manusia yang dirugikan orang lain yang
tujuannya agar masyarakat dapat menikmati hak-haknya dimata hukum.9
7
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Bagi Rakyat di Indonesia, Surabaya :
PT.Bina Ilmu, 1987, hlm 1-2.
8
Setiono, Rule of Law(Supremasi Hukum), Surakarta; Magister Ilmu Hukum
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2004, hlm 3.
9
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Cetakan ke-V, Bandung: Citra Aditya Bakti,
2000, hlm 53

5
Dapat disimpulkan bahwa perlindungan hukum merupakan sebuah upaya
melakukan perlindungan terhadap harkat serta martabat yang dimiliki
manusia dan terhadap hak asasi manusia di bidang hukum, kaitannya
dengan konsumen berarti perlindungan hukum terhadap hak-hak
konsumen yang dilanggar.

2. Bentuk-bentuk perlindungan hukum


Perlindungan hukum menurut Muchsin dapat dibagi menjadi 2 yaitu
perlindungan hukum preventif dan perlindungan hukum represif
a. Perlindungan hukum preventif merupakan perlindungan
yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya pelanggaran. Perlindungan ini tersedia di peraturan
perundang undangan.
b. Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan
yang sifatnya sudah terjadi, perlindungan berupa sanksi berupa
denda, penjara serta hukuman tambahan apabila sudah terjadi
suatu pelanggaran 10
3. Sarana Perlindungan hukum
Sarana perlindungan hukum menurut Philipus M. Hadjon, terdiri dari
dua macam, yaitu:
a. Sarana perlindungan hukum preventif, perlindungan hukum
preventif, subyek hukum diberikan kesempatan untuk mengajukan
keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah
mendapat bentuk yang definitif.
Adanya keberatan ini bertujuan sebagai sarana pencegahan
terjadinya sengketa. Perlindungan hukum preventif penting dalam
tindak pemerintahan yang didasarkan pada kebebasan bertindak
karena dengan adanya perlindungan hukum yang preventif

10
Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia,
Surakarta; Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret, 2003, hlm 14.

6
pemerintah terdorong untuk bersifat hati-hati dalam mengambil
keputusan yang didasarkan pada diskresi. Di indonesia belum ada
pengaturan khusus mengenai perlindungan hukum preventif.
b. Sarana perlindungan hukum represif, perlindungan hukum
represif tujuannya untuk penyelesaian sengketa yang ditangani
oleh Pengadilan Umum dan Administrasi di Indonesia. Prinsip
perlindungan hukum terhadap tindakan pemerintah bertumpu dan
bersumber dari konsep tentang pengakuan dan perlindungan
terhadap hak-hak asasi manusia. Prinsip kedua yang mendasari
perlindungan hukum terhadap tindak pemerintahan adalah prinsip
negara hukum. Dikaitkan dengan pengakuan dan perlindungan
terhadap hak-hak asasi manusia mendapat tempat utama dan dapat
dikaitkan dengan tujuan dari negara hukum.

B. Tinjauan tentang konsumen

1. Pengertian tentang konsumen

Konsumen berasal dari alih bahasa dari kata consumer


(InggrisAmerika), atau consumen/konsument (Belanda). Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia arti kata consumer yaitu pemakai atau konsumen.
Sedangkan untuk arti konsumen dalam Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
didefinisikan sebagai “Setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,
orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak
untuk diperdagangkan”11.
Menurut Philip Kotler konsumen adalah semua individu dan rumah tangga
yang membeli atau memperoleh barang atau jasa untuk dikonsumsi
pribadi.12 Pendapat lain merumuskan, bahwa konsumen adalah setiap
11
Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen. 12 Philip Kotler, Principles of Marketing, Jakarta :
Erlangga, 2000, hlm 166

7
individu atau kelompok yang menjadi pembeli atau pemakai akhir dari
kepemilikan khusus, produk, atau pelayanan dan kegiatan, tanpa
memperhatikan apabila ia berasal dari pedagang, pemasok, produsen
pribadi atau publik, atau apakah ia berbuat sendiri ataukah secara kolektif.
Konsumen dibedakan menjadi dua yaitu konsumen akhir dan
konsumen antara. Berikut penjelasannya :
a. Konsumen akhir merupakan individu yang membeli barang
dan dikonsumsi secara langsung tidak diperjualbelikan lagi. Hal ini
sesuai dengan pengertian yang dikemukakan Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia yang menyebutkan bahwa konsumen
merupakan pemakai barang atau jasa yang ada dimasyarakat yang
digunakan untuk keperluan sendiri, keluarga maupun orang lain
dan tidak diperjualbelikan lagi.
b. Konsumen antara merupakan konsumen yang menerima
produk untuk menghasilkan produk lainnya. Contoh: agen,
distributor, pengecer.
Dalam memperoleh barang terdapat 2 cara yaitu membeli serta
cara lain yaitu hibah. cara memperoleh barang dengan membeli
mengartikan bahwa terdapat kesepakatan antara pelaku usaha
dengan konsumen sehingga konsumen memperoleh perlindungan
hukum melalui perjanjian tersebut. Sedangkan hibah dan warisan
tidak terikat perjanjian sehingga konsumen tidak mendapat
perlindungan hukum suatu perjanjian. Dari persoalan tersebut
diperlukan perlindungan dari negara dalam bentuk peraturan yang
melindungi keberadaan konsumen. Dalam hal ini perlindungan
konsumen .12

2. Hak konsumen

Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen Di Indonesia, Bandung: Citra


12

Aditya Bakti, 2006, hlm 68.

8
Hak menurut Sudikno Mertokusumo adalah kepentingan hukum yang
dilindungi oleh hukum. Kepentingan sendiri berarti tuntutan yang
diharapkan untuk dipenuhi. Sehingga dapat dikatakan bahwa hak
adalah suatu tuntutan yang pemenuhannya dilindungi oleh hukum.13
Hak konsumen tercantum dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen sebagai berikut14 :
a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan/atau jasa;
b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang
dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta
jaminan yang dijanjikan;
c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi
dan jaminan barang dan/atau jasa;
d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau
jasa yang digunakan;
e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;
f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta
tidak diskriminatif;
h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau
penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak
sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;
i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundangundangan lainnya.

Sedangkan hak konsumen bersifat universal yang dikemukakan oleh


J.F Kennedy menurutnya ada empat Hak Dasar konsumen, adalah
13
Sudikno Mertokusumo, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum, Bandung: Citra
Aditya Bakti, 1993, hlm 35.
14
Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen

9
sebagai berikut:15
1. Hak memperoleh keamanan (the right to safety)
2. Hak memilih (the right to choose);
3. Hak mendapat informasi (the right to be informed);
4. Hak untuk didengar (the right to be heard)

3. Kewajiban Konsumen

Kewajiban dalam ilmu hukum merupakan beban yang diberikan oleh


hukum kepada subjek hukum adalah beban yang diberikan oleh hukum
kepada subyek hukum. Misalnya kewajiban seseorang untuk
membayar pajak dari adanya ketentuan undang-undang. “hak itu
memberi kenikmatan dan keleluasaan kepada individu dalam
melaksanakannya, sedang kewajiban merupakan pembatasan dan
beban sehingga yang menonjol dalam segi aktif dalam hubungan
hukum itu, yaitu hak” 16
dalam kata lain kewajiban merupakan suatu
keharusan yang harus dilakukan. Ketika menginginkan hak haruslah
melakukan pemenuhan kewajibannya terlebih dahulu.
Kewajiban konsumen tercantum dalam Pasal 5 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen sebagai :
a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur
pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi
keamanan dan keselamatan. Tidak bisa dipungkiri bahwa
seringkali konsumen tidak memperoleh manfaat yang
maksimal, atau bahkan dirugikan dari mengkonsumsi suatu
barang/jasa. Namun setelah diselidiki, kerugian tersebut
terjadi karena konsumen tidak mengikuti petunjuk informasi

15
Mariam Badrulzaman, Pembentukan Hukum Nasional dan Permasalahannya,
Jakarta: Alumni,
1981, hlm 45
16
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta :
liberty, 2005, hlm 42.

10
dan prosedur pemakaian yang telah disediakan oleh pelaku
usaha.
b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang
dan/atau jasa; Tak jarang pula konsumen tidak beritikad baik
dalam bertransaksi atau mengkonsumsi barang. Hal ini tentu
saja akan merugikan khalayak umum, dan secara tidak
langsung si konsumen telah merampas hak-hak orang lain.
c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
Ketentuan ini sudah jelas, ada uang, ada barang.
d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan
konsumen secara patut. Seperti yang telah diuraikan
sebelumnya, patut diartikan sebagai tidak berat sebelah dan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

C. Tinjauan tentang Perlindungan hukum konsumen

1. Sejarah perlindungan konsumen di Indonesia

Sejarah dan pergerakan mengenai perlindungan konsumen


diIndonesia masih belum secara jelas ditentukan, namun NHT siahaan
mengkaji perkembangan perlindungan konsumen yang merangkaikan
perkembangan namun pendekatannya dari aspek perkembangan hukum
yang ada. termasuk pada fase Hindia Belanda. Tentunya fase-fase
perkembangan demikian, tidak disangkal akan adanya pengaruh
perkembangan kehidupan konsumen di luar negeri. Berikut fase-fase
tersebut :
Zaman hindia belanda sudah mulai muncul mengenai
perlindungan konsumen melalui peraturan perundang-undangan
meskipun dalam peraturan tersebut tidak disebutkan secara eksplisit
mengenai konsumen, produsen serta pelaku usaha tetapi objek
pengaturannya mengarah pada konsumen dan pelaku usaha. Bisa dilihat
beberapa peraturannya sebagai berikut :

11
1. Burgerlijk Wetboek (BW), yakni Kitab Undang-undang Hukum

Perdata;

2. Wetboek van Strafsrecht (WvS), yakni Kitab Undang-undang

Hukum Pidana;

3. Wetboek van Koophandel (WvK), yakni Kitab Undang-undang

Hukum Dagang.

2. Masa setelah kemerdekaan hingga 1967

Masa setelah kemerdekaan hingga 1967 dijumpai beberapa


peraturan perundang-undangan yang mengarah pada
perlindungan konsumen :

Undang-undang No. 1 tentang penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 6 tahun 1962


tentang

Pokok Perumahan. UU ini sudah diperbaharui setelah


diundangkan

UU No.16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun, beserta PP No. 4


Tahun 21 1988 Tentang Rumah Susun sebagai peraturan

organiknya.

Undang-undang No. 10 tahun 1961 tentang Penetapan

Peraturan Pemerintah Pengganti. Undang-undang No.1 tentang


Barang menjadi Undang-undang. Undang-undang ini
bermaksud untuk menguasai dan mengatur barang-barang

12
apapun yang diperdagangkan di Indonesia. PP No. 9 Tahun
1964 tentang

Standar Industri.

3. Masa tahun 1967 hingga 1974

Masa tahun 1967 hingga 1974 ditandai dengan investasi


yang kuat di Indonesia, sifatnya joint venture maupun investasi
dalam negeri. Pemerintah membuat Undang-undang tentang
Penanaman Modal Asing (PMA) berdasarkan UU No 1 tahun
1967 dan UU tentang Penanaman Modal dalam Negeri
(PMDN) berdasarkan UU No 11 tahun 1968, dengan adanya
peraturan ini menjadikan investasi tumbuh semakin cepat.
Pada periode inilah Orde Baru lebih menitikberatkan ekonomi
sebagai sektor utama dalam merintis pembangunan.

4. Masa tahun 1974 hingga sekarang

Periode tahun 1974 perlindungan konsumen ditangani


secara tegas dan ditangani secara khusus tetapi baru
dikenal serta tumbuh beberapa tahun terakhir sehingga
belum mengakar pada segenap lapisan dan kelompok
masyarakat.17

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) dari tahun


1980 memperjuangkan hadirnya legislasi perlindungan
konsumen, tahun 80-an pemerintah tidak mengindahkan
justru merespon hakhak konsumen akan menghambat
pertumbuhan ekonomi 19
. YLKI bekerjasama dengan
Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) dalam
Menyusun RUU perlindungan konsumen dan diajukan ke
17
N.H.T Siahaan, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta : Panta
Rei, 2005 hlm. 289 19 Ibid

13
beberapa kekuatan politik salah satunya DPR namun tidak
mendapatkan hasil yang diinginkan . hingga pada tahun
1990an adanya kesadaran akan pentingnya produk hukum
tentang perlindungan konsumen dari Departemen
Perdagangan RI.

Kemudian dilakukan penyusunan dua draft RUU


Perlindungan Konsumen yang disusun bersama Fakultas
Hukum Universitas Gadjah Mada dan Lembaga Penelitian
(Lemlit) Universitas Indonesia namun pada kenyataan
tidak pernah dibahas di DPR RI. Pasca-reformasi,
pemerintahan BJ Habibie mengesahkan Undang-Undang
No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
(UUPK) pada tanggal 20 April 1999. Tepat setahun
kemudian, UUPK secara resmi dinyatakan berlaku

2. Pengertian perlindungan konsumen

Az. Nasution mendefinisikan Hukum Perlindungan


Konsumen merupakan asas kaidah-kaidah yang bersifat
mengatur, dan juga mengandung sifat yang melindungi
kepentingan konsumen. Adapun hukum konsumen
diartikan sebagai keseluruhan asas-asas dan kaidahkaidah
hukum yang mengatur hubungan dan masalah antara
berbagai pihak satu sama lain berkaitan dengan barang
dan/atau jasa konsumen di dalam pergaulan hidup.18

Berkaitan dengan pengertian hukum konsumen dan


hukum perlindungan konsumen yang telah disebutkan
diatas, maka ada beberapa pokok pemikiran:19

Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta : Grasindo, 2000, hal. 9


18

Susanti Adi Nugroho, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau dari


19

Hukum Acara Serta Kendala Implementasinya, Jakarta, Kencana, 2011 hal.58

14
1. Hukum konsumen memiliki cakupan yang lebih luas
dibandingkan dengan hukum perlindungan konsumen.

2. Subjek yang terlibat dalam perlindungan konsumen adalah


masyarakat sebagai konsumen, dan di sisi lain pelaku usaha, atau
pihak-pihak lain yang terkait, misalnya distributor, media cetak
dan televisi, agen atau biro periklanan, Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia (YLKI), Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM), dan sebagainya.

3. Objek yang diatur adalah barang, dan/atau jasa yang ditawarkan


oleh pelaku usaha/produsen kepada konsumen.
4. Ketidaksetaraan kedudukan konsumen dengan pelaku usaha
mengakibatkan pemerintah mengeluarkan kaidah- kaidah hukum
yang dapat menjamin dan melindungi konsumen
Definisi hukum perlindungan konsumen tidak dicantumkan di dalam
UUPK tetapi yang dicantumkan hanya mengenai definisi
perlindungan konsumen. Definisi tersebut terdapat dalam Pasal 1
angka 1 UUPK, isinya yaitu segala upaya yang menjamin adanya
kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.
3. Sumber hukum perlindungan konsumen
Dasar hukum perlindungan konsumen secara normatif adalah
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
(UUPK). Namun pemberlakuan UUPK tidak menghapuskan
peraturan perundang-undangan yang sebelumnya telah ada yang juga
memberikan perlindungan hukum kepada konsumen. Dasar dari
pernyataan tersebut berdasarkan Ketentuan Ketentuan Peralihan Pasal
64 UUPK yang menyatakan bahwa segala ketentuan peraturan
perundang-undangan yang bertujuan melindungi konsumen yang
telah ada saat undang undang ini diundangkan, dinyatakan tetap
berlaku sepanjang tidak diatur secara khusus dan atau tidak

15
bertentangan dengan ketentuan dalam UUPK. 20
Beberapa undang-
undang tersebut antara lain :
1. Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata)

2. Undang-undang No. 10 Tahun 1961 Tentang Penetapan Peraturan


Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 1 Tahun 1961 Tentang
Barang.
3. Undang-undang No. 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene,
Undangundang No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian,
4. Undang-undang No. 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan

5. Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan, Undang-


undang Nomor 7 tahun 2014 Tentang Perdagangan dan lainnya
Selain peraturan dan perundang-undangan, UUPK menyatakan
bahwa apabila dikemudian hari masih terbuka kemungkinan
terbentuk undang-undang baru yang dasarnya memuat ketentuan
yang melindungi konsumen. UUPK adalah sebuah induk yang
mengintegrasikan serta memperkuat penegakan hukum tentang
perlindungan konsumen. Undang-undang baru yang muncul setelah
diberlakukannya UUPK
adalah sebagai berikut :
1. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan,

2. Undang-undang No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa


Keuangan.
3. Undang-Undang No. 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk
Halal Berdasarkan penjelasan tersebut bahwa pengaturan
mengenai perlindungan konsumen tidak hanya didasarkan pada
undang-undang yang secara khusus mengatur perlindungan
konsumen, yakni UndangUndang No. 8 Tahun 1999 tentang

Pasal 64 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan


20

Konsumen

16
Perlindungan Konsumen. Namun, juga meliputi peraturan
perundang-undangan perlindungan yang sifatnya umum, yang
juga mengatur mengenai masalah perlindungan konsumen.
4. Asas dan tujuan Perlindungan Konsumen
Achmad Ali memiliki pendapat bahwa asas hukum yang
melahirkan norma hukum, dan norma hukum yang melahirkan
aturan hukum. Dari satu asas hukum dapat melahirkan lebih dari
satu norma hukum hingga tak terhingga norma.21
Dalam rangka memberikan perlindungan hukum bagi konsumen,
terdapat beberapa asas yang menjadi pedoman bagi UUPK. Asas-
asas ini dirumuskan dalam Pasal 2 UUPK yang isinya:
Perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan,
keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen, serta
kepastian hukum.
Kemudian dalam penjelasannya ditegaskan bahwa perlindungan
konsumen diselenggarakan sebagai usaha bersama berdasarkan 5
(lima) asas, yaitu:
1. Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala
upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus
memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen
dan pelaku usaha secara keseluruhan.

2. Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat


diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada
konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan
melaksanakan kewajibannya secara adil.

21
Ahmadi Miru dan Sakka Pati, Hukum Perikatan: Penjelasan Makna Pasal 1233
sampai 1456 BW, Jakarta : Rajawali Pers, 2009 hal. 96-7

17
3. Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan
keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan
pemerintah dalam arti materil maupun spiritual.
4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk
memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada
konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang
dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan
5. Asas kepastian hukum dimaksud agar baik pelaku usaha maupun
konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam
penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara menjamin
kepastian hukum
1. Sedangkan untuk tujuan Perlindungan konsumen sendiri diatur
dalam Pasal 3 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
PerlindunMeningkatkan kesadaran, kemampuan, dan
kemandirian konsumen untuk melindungi diri;
2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
menghindarkannya dari akses negatif pemakaian dan/atau jasa;
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam
memilih, menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai
konsumen;
4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung
unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses
untuk mendapatkan informasi.
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan
bertanggung jawab dalam berusaha;
6. Meningkatkan kualitas barang dan/jasa yang menjamin
kelangsungan usaha produksi barang dan/jasa, kesehatan,
kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.
atau keadaan yang akan diwujudkan. Oleh karena itu, tujuan
perlindungan konsumen perlu dirancang dan dibangun secara

18
berencana dan dipersiapkan sejak dini. Tujuan perlindungan
konsumen mencakup aktivitas-aktivitas penciptaan dan
penyelenggaraan sistem perlindungan konsumen. Tujuan
perlindungan konsumen disusun secara bertahap, mulai dari
penyadaran hingga pemberdayaan. Pencapaian tujuan perlindungan
konsumen tidak harus melalui tahapan berdasarkan susunan
tersebut, tetapi dengan melihat urgensinya. Misal, tujuan
meningkatkan kualitas barang, pencapaiannya tidak harus
menunggu tujuan pertama tercapai adalah meningkatkan kesadaran
konsumen.
Idealnya, pencapaian tujuan perlindungan konsumen dilakukan
secara serempak. 22
D. Tinjauan bahan Kebutuhan Pokok
1. Pengertian bahan kebutuhan pokok
Kebutuhan pokok merupakan kebutuhan yang dibutuhkan manusia
yang harus segera dipenuhi untuk menjamin kelangsungan hidup
serta menyangkut hajat hidup orang banyak dengan skala
pemenuhan kebutuhan yang tinggi dan menjadi faktor pendukung
kesejahteraan masyarakat. 23
barang kebutuhan pokok merupakan
barang yang harus tersedia di waktu tertentu, ketika terjadi
kelangkaan maka seperti bencana, Ketersediaan barang adalah
tingkat kecukupan barang kebutuhan pokok dan barang penting
sesuai dengan tingkat konsumsi yang dibutuhkan masyarakat dalam
waktu tertentu, dengan mutu yang baik serta harga yang terjangkau
di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.24

22
Wahyu Sasongko, Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan
Konsumen, Bandar
Lampung: Universitas lampung, 2007,hal. 40-41
23
Pasal 1 angka (1) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2015
Tentang Penetapan Dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok Dan Barang
Penting.

19
2. Jenis-jenis bahan kebutuhan pokok
Pasal 2 angka (6) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71
Tahun 2015 Tentang Penetapan Dan Penyimpanan Barang
Kebutuhan
Pokok Dan Barang Penting menyatakan bahwa Pemerintah Pusat
menetapkan jenis Barang Kebutuhan Pokok dan/atau Barang
Penting sebagai berikut :
a. Jenis barang kebutuhan pokok terdiri dari :
1. Barang kebutuhan pokok hasil pertanian
a) Beras;
b) Kedelai bahan baku tahu dan tempe;
c) Cabe;
d) Bawang merah.
2. Barang kebutuhan pokok hasil industri
a) Gula;
b) Minyak goreng;
c) Tepung terigu.
3. Barang kebutuhan pokok hasil peternakan dan perikanan
a) Daging sapi;
b) Daging ayam ras;
c) Telur ayam ras;
d) Ikan segar yaitu bandeng, kembung dan
tongkol/tuna/cakalang.
b. Jenis barang penting
1. Benih yaitu benih padi, jagung, dan kedelai;
2. Pupuk;
3. Gas elpiji 3 (tiga) kilogram;
4. Triplek;

24
Pasal 1 angka (2) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2015
Tentang Penetapan Dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok Dan Barang
Penting.

20
5. Semen;
6. Besi baja konstruksi;
7. Baja ringan

A. Metode Penelitian
Penelitian adalah pencarian atas sesuatu secara sistematis dengan
penekanan bahwa pencarian ini dilakukan terhadap masalah-
masalah yang dapat dipecahkan.25 Penelitian hukum merupakan
suatu hal yang terdapat dalam ilmu hukum untuk dapat mencari
solusi atas suatu permasalahan serta memperoleh kebenaran
terhadap suatu hal yang tidak dilakukan sebagaimana mestinya atau
seharusnya.26 Metode penelitian hukum adalah hal yang didasarkan
pada suatu metode, serta pemikiran tertentu dengan tujuan untuk
mencari solusi atas permasalahan agar diketahui hal apa yang
seharusnya dilakukan.
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode
penelitian yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif yaitu
pendekatan yang menggunakan konsep legis positivis, dimana
memandang hukum identik dengan norma-norma tertulis yang
dibuat dan diundangkan oleh lembaga atau pejabat yang
berwenang. Konsep hukum ini sebagai suatu sistem normatif yang
bersifat mandiri, tertutup, dan terlepas dari kehidupan masyarakat
yang nyata. Dalam metode ini pengumpulan bahan-bahan hukum
dilakukan dengan cara, sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian hukum normatif. Penelitian hukum merupakan suatu
proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip hukum, maupun
doktrin untuk dapat menjawab permasalahan yang dihadapi
25
Moh. Nazir, “Metode Penelitian”. (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hal. 12-13.
26
Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Cetakan ke-7. (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2016), hal. 59-69.

21
2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian dengan sifat yang normatif, praktis dan preskriptif.27
3. Sumber Bahan Hukum
Sumber bahan hukum sekunder dan primer digunakan sebagai
sumber bahan hukum dalam studi ini. Penulis memperoleh bahan
hukum yang dibutuhkan melalui studi pencatatan dan dokumentasi.
4. Teknik Pengumpulan Data
Metode pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Pendekatan perundang-undangan (statute approach)
merupakan penelitian yang mengutamakan bahan hukum yang
berupa peraturan perundang-undangan sebagai bahan acuan dasar
dalam melakukan penelitian.
5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan metode menggunakan analisa
interpretasi. Hukum agar dapat menjawab permasalahan yang
dibahas.
A. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan adalah rencana susunan materi yang akan
ditulis dalam penelitian disusun secara sistematis dalam bab-bab
serta sub bab sehingga dapat terarah dengan baik. Sistematika
penulisan digunakan untuk memberi gambaran secara garis besar
mengenai isi penelitian yang akan dibuat yang dimaksudkan untuk
mempermudah pembahasan. Sistematika penulisan merupakan
gambaran dari alur berpikir penyusunan penelitian ini.
Sistematika ini terdiri dari 5 (lima) bab, yang akan diuraikan
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN

Philipus M. Hadjon dan Tatiek Sri Djamiati, Argumentasi Hukum, (Yogyakarta: Gadjah
27

Mada University Press, 2005), hal. 1.

22
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang,
permasalahan, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka
konseptual, kerangka teoretis, metode penelitian, dan sistematika
penulisan
BAB II KERANGKA TEORETIS
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang kerangka pemikiran yang
menghubungkan variabel penelitian yang satu dengan yang lainnya
berdasarkan teori-teori yang berkaitan yang diakui secara umum.
Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Teori
Kewenangan dan Teori Tanggung Jawab.
BAB III DATA HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang data hasil penelitian yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti dalam penulisan ini
untuk menggambarkan fakta sebenarnya tentang informasi yang
berkaitan dengan permasalahan skripsi ini.
BAB IV ANALISIS PERMASALAHAN
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang analisa penulis secara
sistematis dan jelas atas permasalahan yang ada dalam penulisan
skripsi dengan menggunakan data-data yang telah diperoleh atau
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang kesimpulan sebagai
jawaban atas permasalahan yang diteliti dan saran sebagai
rekomendasi atau solusi atas permasalahan yang ad

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

23
Amiruddin dan H. Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum.
Cetakan ke-1. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004.
FH UNTAR. Peraturan Dekan FH Untar tentang Pedoman Penulisan
Skripsi Bidang Hukum Nomor 023/FH-UNTAR/III/2014. Jakarta: FH
UNTAR, 2014. Lampiran 2.
HR, Ridwan. Hukum Administrasi Negara. Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja
Grafindo, 2011.
Kansil, S.H., C.S.T. & Chistine S. T. Kansil, S.H., M.H. Pokok-Pokok Etika
Profesi Hukum. Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 1996.
M. Hadjon, Philipus. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. Cetakan ke-
15. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2015.
Mahmud, Peter. Penelitian Hukum. Cetakan ke-7. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2016.
Satrio Wicaksono, Frans. Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi, dan
Komisaris Perseroan Terbatas. Malang: Visimedia, 2009.
Soegondo Notodisoerjo, Raden. Hukum Notariat Di Indoensia Suatu
Penjelasan. Cetakan Kedua. Jakarta: Raja Grafindo, 1993.
Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas
Indonesia,1986.
Sunggono, Bambang. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1996.
Mukti Fajar, N. D., & Achmad, Y, Dualisme Penelitian Hukum Empiris &
Normatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2010.
Murdiana, Elfa, Hukum Dagang Internalisasi Hukum Dagang dan Hukum
Bisnis di Indonesia. Yogyakarta: Idea Sejahtera, 2013.
Miru, Ahmadi dan Yodo, Sutarman, Hukum Perlindungan
Konsumen,Jakarta : Rajawali Pers, 2010.
Miru, Ahmadi dan Pati, Sakka, Hukum Perikatan: Penjelasan Makna Pasal
1233 sampai 1456 BW, Jakarta : Rajawali Pers,2009.

24
Nugroho, Susanti Adi, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau dari
Hukum Acara Serta Kendala Implementasinya, Jakarta, Kencana, 2011
hal.58
Sasongko, Wahyu, Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan
Konsumen, Bandar Lampung: Universitas lampung, 2007.
Siahaan, N.H.T, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta : Panta Rei, 2005.
Shidarta. Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Jakarta: Grasindo,
2004. Sidabalok, Janus, Hukum Perlindungan Konsumen Di Indonesia,
Bandung: Citra Aditya Bakti,2006.
Soekanto, Soejorno, & Mamudji, Sri, Penelitian Hukum Normatif suatu
Tinjauan Singkat, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009.
Soemitro, Ronny Haniatio, Metodologi penelitian hukum dan jurimetri,
Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009.
Zed, Mestika, Metode Penelitian Kepustakaan, Ed. Ke-2, Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, Januari, 2008.
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta :
liberty, 2005, hlm 42.
Ibid., hal. 93.

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang-undang Dasar 1945. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang


Perlindungan Konsumen

Undang-undang No 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan

Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 129 juncto Nomor 170 tahun 2022
tentang Penetapan Jumlah untuk Distribusi Kebutuhan Dalam Negeri dan
Harga Penjualan di Dalam Negeri.

25
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2015 Tentang
Penetapan Dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok Dan Barang Penting.

Peraturan Menteri Perdagangan No 3 Tahun 2022 Tentang Penyediaan


Minyak Goreng Kemasan Untuk Kebutuhan Masyarakat Dalam Kerangka
Pembiayaan Oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit.

Surat Edaran Nomor 03 Tahun 2023 tentang Pedoman Penjualan Minyak


Goreng Rakyat

Peraturan Menteri Perdagangan No 6 Tahun 2022 Tentang Penetapan Harga


Eceran Tertinggi (HET)

C. Artikel/Jurnal

Kristiyanti, Celina Tri Siwi. Hukum Perlindungan Konsumen. Sinar Grafika,


2022.

“Minyak Goreng.” Accessed February 26, 2022. http://p2k.unkris.ac.id/id3/3065-


2962/MinyakGoreng_97649_p2k-unkris.html.

Muchsin, M. “Perlindungan Dan Kepastian Hukum Bagi Investor Di Indonesia.”


Universitas Sebelas Maret, 2003.

Noriko, Nita, Dewi Elfidasari, Analekta Tiara Perdana, Ninditasya Wulandari, and
Widhi Wijayanti.
“Analisis Penggunaan Dan Syarat Mutu Minyak Goreng Pada Penjaja
Makanan Di Food Court UAI.” Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains Dan
Teknologi 1, no. 3 (2012): 147–54.

Channel 9,” Kegep Timbun 500 Ton Migor, Ini Penjelasan PT BKP.”
(https://channel9.id/kegep-timbun-500-ton-migor-ini-penjelasan-pt-bkp/) di akses
pada tanggal 8 maret 2023 pukul 17.00

Asyari, Mohammad Bashri. EKONOMI ISLAM PERSPEKTIF TAFSIR (Studi Tafsir


Tematis AyatAyat Ekonomi Dalam Al Qur’an). Vol. 210. Duta Media Publishing,
2020.

DSLA (Daud Silalahi & Lawencon Associates). “Perlindungan Konsumen Aman


Oleh UU Perlindungan Konsumen,” May 8, 2020.
https://www.dslalawfirm.com/id/perlindungankonsumen/.

26
Kemendag,”Stabilkan harga minyak goreng kemendag keluarkan pedoman
penjualan minyak goreng
rakyat.”(https://www.kemendag.go.id/berita/siaran-pers/stabilkan-harga-
minyak-goreng-kemendag-keluarkan-pedoman-penjualan-minyak-goreng-
rakyat) di akses pada tanggal 8 maret 2023 pukul 16.00

27

Anda mungkin juga menyukai