Disusun Oleh:
205190275
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
2023
Pernyataan
Nama :
NIM :
Program Studi : HUKUM
Judul :
Jika saya melanggar pernyataan ini, maka saya bersedia dikenakan sangsi sesuai
aturan yang berlaku di Universitas Tarumanagara.
Yang menyatakan
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
DAFTAR ISI
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
ii
A. Latar Belakang
...................................................................................................................
...................................................................................................................
B. Permasalahan
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
iii
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
11
G. Metode Penelitian
...................................................................................................................
...................................................................................................................
21
H. Sistematika Penulisan
...................................................................................................................
...................................................................................................................
22
iv
DAFTAR PUSTAKA
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
24
v
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara agraris yang kaya akan hasil pertanian,
perikanan, perkebunan, peternakan dan kehutan. Kondisi alam tersebut sangat
memberikan peluang besar bagi masyarakat Indonesia dalam sector pertanian,
perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan dalam memenuhi
kebutuhan pangan. Salah satu hasil Sumber Daya Alam di Indonesia adalah
minyak goreng.
Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau
lemak hewan yang dimurnikan dan dimurnikan yang memiliki bentuk cair
dalam suhu ruangan dan biasanya digunakan untuk memasak. Minyak goreng
biasanya berasal dari biji-bijian, seperti kelapa, kacang-kacangan, jagung,
kedelai dan kanola.1 Penggunaan minyak goreng umum dilakukan oleh
masyarakat, hal ini disebabkan karena anggapan bahwa makanan yang
digoreng akan terasa jauh lebih nikmat.Setiap produsen minyak goreng
mempromosikan bahwa produknya adalah produk yang terbaik dan 9, vitamin
A, D dan E, melalui dua kali penyaringan dan tidak mengandung kolesterol.
Di Indonesia, minyak goreng diproduksi dari minyak kelapa sawit dalam skala
besar. Hingga tahun 2010 diperkirakan produksi minyak sawit mencapai lebih
dari 3 juta ton per tahun.2
Persoalan yang sering terjadi di Indonesia salah satunnya ialah masalah
kelangkaan bahan pangan, salah satunya adalah minyak goreng. Hal tersebut
memberikan dampak negative bagi masyarakat Indonesia karena kebutuhan
pokok mereka semakin berkurang. Yaitu disebabkan oleh banyaknya pelaku
usaha yang melakukan penimbunan minyak goreng dan akan dijual kembali
dengan harga yang tinggi untuk mendapatkan keuntungan.
Penimbunan diartikan membeli sesuatu dan menyimpanannya agar barang
tersebut berkurang di tengah masyarakat sehingga harganya akan meningkat
dan manusia akan terkena kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pokoknya.
1
“Minyak Goreng.” (http://p2k.unkris.ac.id/id3/3065-2962/Minyak-
Goreng_97649_p2k-unkris.html) diakses pada 26 Februari 2022 pukul 08.08
2
Noriko et al., “Analisis Penggunaan Dan Syarat Mutu Minyak Goreng Pada
Penjaja Makanan Di Food Court UAI,” hlm. 13.
1
Penimbunan semacam ini dilarang karena merupakan perbuatan kejahatan dan
bukti keburukan moral serta mempersulit manusia dalam pemenuhan
kebutuhan hidupnya. Manusia dalam hal ini tertuju pada kelangsungan
kehidupan konsumen dalam pemenuhan kebutuhan bahan pokok hidupnya.
Hal ini terjadi karena pelaku usaha yang mengambil keuntungan dengan
dua macam jalan, yaitu pertama dengan jalan menimbun barang untuk di jual
dengan harga yang lebih tinggi, disaat orang-orang sedang mencari bahan
kebutuhan pokok dan tidak mendapatkannya, kemudian datanglah orang-
orang yang sangat membutuhkan dan dia sanggup membayar lebihuntuk
beberapa saja yang diminta, kendati sangat tinggi dan melewati batas
kewajaran.3 Kedua, dengan jalan menyimpan stok bahan kebutuhan bahan
pokok selama mungkin pada saat terjadi bencana yang tak diharapkan, dan
perbuatan ini merupakan suatu perbuatan kejahatan dalam aspek ekonomi, dan
hal ini sangat berdampak bagi konsumen dalam pemenuhan kebutuhan pokok
hidupnya. Dilihat dari sudut manapun, baik moral, etika, agama,
perekonomian nasional, maupun hukum, perbuatan penimbunan barang/
bahan kebutuhan pokok untuk menyimpan dan menaikkan harga tidak dapat
dibenarkan.4
Penimbunan bahan/barang kebutuhan pokok menyebabkan rusaknya
mekanisme pasar. Menahan atau menimbun barang-barang pokok manusia
khususnya konsumen akan merugikan konsumen dan menguntungkan bagi si
penimbun sehingga akan mendapatkan keuntungan. Perbuatan penimbunan
dapat mengakibatkan kelangkaan suatu barang dipasaran yang apabila berupa
makanan pokok bisa mengakibatkan kelaparan karena kurangnya persediaan
bahan kebutuhan pokok dan tentunya akan merugikan salah satu pihak.
Semula harga yang seharusnya dapat terjangkau kini melambung tinggi
dikarenakan stok yang terbatas.5
3
Asyari, EKONOMI ISLAM PERSPEKTIF TAFSIR (Studi Tafsir Tematis Ayat-
Ayat Ekonomi Dalam Al Qur’an), 210:hlm. 70.
4
Ibid
5
Hafidhuddin, Agar Harta Berkah Dan Bertambah. hlm 58-59.
2
Perbuatan penimbunan ini sangat meresahkan masyarakat Indonesia,
disaat masyarakat kesulitan untuk mendapatkan minyak goreng, beberapa
oknum nakal memanfaatkan situasi seperti ini untuk mendapatkan keuntungan
pribadi. Penimbunan yang dilakukan oleh oknum tersebut mengakibatkan
masyarakat atau konsumen mengalami kerugian akibat permainan harga.
Adapun hak konsumen yang terabaikan sebagai dampak penimbunan barang
adalah hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang
dan/atau jasa tersebut sesuai nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang
dijanjikan. Konsumen dihadapkan pada pilihan sulit dimana ketersediaan
barang kebutuhannya terutama kebutuhan pokok di pasar menjadi terbatas dan
apabila hendak memperolehnya harus membelinya dengan harga yang relatif
lebih mahal.
Dalam hal ini, hak-hak konsumen di lindungi oleh UU nomor 8 Tahun
1999 Tentang Perlindungan Konsumen . Namun yang terjadi di lapangan
untuk mendapatkan minyak goreng dengan harga yang telah ditetapkan oleh
pemerintah secara umum tidak terpenuhi. Karena banyak pelaku usaha yang
melakukan kecurangan-kecurangan dalam usaha khususnya dalam kejahatan
penimbunan minyak goreng yang di mana banyak oknum nakal yang menjual
minyak goreng dengan harga yang tidak sesuai dengan harga yang sudah di
tetapkan oleh pemerintah.
Dari banyaknya kasus penimbunan minyak goreng yang terjadi di
Indonesia belakangan ini, salah satu contoh kasus penimbunan minyak goreng
ialah kasus penimbunan minyak goreng di Jakarta,. Menteri Perdagangan
(Mendag) Zulkifli Hasan menemukan adanya 555 ribu liter atau 500 ton
Minyakita yang ditiimbun di gudang milik PT Bina Karya Prima (PT BKP) di
Marunda,Cilincing dalam sidaknya, Selasa (7/2/2023). Dari temuannya itu,
Zulhas mengatakan, ratusan ribu liter Minyakita itu sudah diproduksi sejak
Desember 2022, tetapi sengaja tidak disalurkan oleh perusahaan. 6
6
Channel 9,” Kegep Timbun 500 Ton Migor, Ini Penjelasan PT BKP.”
(https://channel9.id/kegep-timbun-500-ton-migor-ini-penjelasan-pt-bkp/) di akses
pada tanggal 8 maret 2023 pukul 17.00
3
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih
lanjut tentang bagaimanakah perlindungan konsumen terhadap penimbun
minyak goreng berdasarkan undang - undang nomor 8 tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen (studi kasus penimbun minyak goreng minyak kita
oleh pt. bina karya prima.
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana Perlindungan Konsumen Terhadap Penimbun Minyak
Goreng Sebagai Bahan Kebutuhan Pokok Masyarakat?
2. Apa Akibat Hukum Terhadap Pelaku Penimbun Minyak Goreng
Sebagai
Bahan Kebutuhan Pokok Masyarakat?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan tersebut, dirumuskan tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perlindungan konsumen minyak goreng rakyat
(minyakita) terhadap undang - undang nomor 8 tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen.
2. Untuk mengkaji peraturan hukum serta sanksi-sanksi apa saja yang
diakibatkan dari kelangkaan minyak goreng sebagai bahan kebutuhan
pokok masyarakat.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan sebagai berikut :
1. Manfaat secara teoritis.
Hasil penelitian ini merupakan sumbangsih kepada ilmu
pengetahuan terutama ilmu hukum khususnya hukum perlindungan
konsumen. Menambah pengetahuan mengenai tanggung jawab hukum
4
sebagai pelaku usaha atau produsen dalam melaksanakan kegiatan
usahanya.
5
Dapat disimpulkan bahwa perlindungan hukum merupakan sebuah upaya
melakukan perlindungan terhadap harkat serta martabat yang dimiliki
manusia dan terhadap hak asasi manusia di bidang hukum, kaitannya
dengan konsumen berarti perlindungan hukum terhadap hak-hak
konsumen yang dilanggar.
10
Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia,
Surakarta; Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret, 2003, hlm 14.
6
pemerintah terdorong untuk bersifat hati-hati dalam mengambil
keputusan yang didasarkan pada diskresi. Di indonesia belum ada
pengaturan khusus mengenai perlindungan hukum preventif.
b. Sarana perlindungan hukum represif, perlindungan hukum
represif tujuannya untuk penyelesaian sengketa yang ditangani
oleh Pengadilan Umum dan Administrasi di Indonesia. Prinsip
perlindungan hukum terhadap tindakan pemerintah bertumpu dan
bersumber dari konsep tentang pengakuan dan perlindungan
terhadap hak-hak asasi manusia. Prinsip kedua yang mendasari
perlindungan hukum terhadap tindak pemerintahan adalah prinsip
negara hukum. Dikaitkan dengan pengakuan dan perlindungan
terhadap hak-hak asasi manusia mendapat tempat utama dan dapat
dikaitkan dengan tujuan dari negara hukum.
7
individu atau kelompok yang menjadi pembeli atau pemakai akhir dari
kepemilikan khusus, produk, atau pelayanan dan kegiatan, tanpa
memperhatikan apabila ia berasal dari pedagang, pemasok, produsen
pribadi atau publik, atau apakah ia berbuat sendiri ataukah secara kolektif.
Konsumen dibedakan menjadi dua yaitu konsumen akhir dan
konsumen antara. Berikut penjelasannya :
a. Konsumen akhir merupakan individu yang membeli barang
dan dikonsumsi secara langsung tidak diperjualbelikan lagi. Hal ini
sesuai dengan pengertian yang dikemukakan Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia yang menyebutkan bahwa konsumen
merupakan pemakai barang atau jasa yang ada dimasyarakat yang
digunakan untuk keperluan sendiri, keluarga maupun orang lain
dan tidak diperjualbelikan lagi.
b. Konsumen antara merupakan konsumen yang menerima
produk untuk menghasilkan produk lainnya. Contoh: agen,
distributor, pengecer.
Dalam memperoleh barang terdapat 2 cara yaitu membeli serta
cara lain yaitu hibah. cara memperoleh barang dengan membeli
mengartikan bahwa terdapat kesepakatan antara pelaku usaha
dengan konsumen sehingga konsumen memperoleh perlindungan
hukum melalui perjanjian tersebut. Sedangkan hibah dan warisan
tidak terikat perjanjian sehingga konsumen tidak mendapat
perlindungan hukum suatu perjanjian. Dari persoalan tersebut
diperlukan perlindungan dari negara dalam bentuk peraturan yang
melindungi keberadaan konsumen. Dalam hal ini perlindungan
konsumen .12
2. Hak konsumen
8
Hak menurut Sudikno Mertokusumo adalah kepentingan hukum yang
dilindungi oleh hukum. Kepentingan sendiri berarti tuntutan yang
diharapkan untuk dipenuhi. Sehingga dapat dikatakan bahwa hak
adalah suatu tuntutan yang pemenuhannya dilindungi oleh hukum.13
Hak konsumen tercantum dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen sebagai berikut14 :
a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan/atau jasa;
b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang
dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta
jaminan yang dijanjikan;
c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi
dan jaminan barang dan/atau jasa;
d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau
jasa yang digunakan;
e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;
f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta
tidak diskriminatif;
h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau
penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak
sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;
i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundangundangan lainnya.
9
sebagai berikut:15
1. Hak memperoleh keamanan (the right to safety)
2. Hak memilih (the right to choose);
3. Hak mendapat informasi (the right to be informed);
4. Hak untuk didengar (the right to be heard)
3. Kewajiban Konsumen
15
Mariam Badrulzaman, Pembentukan Hukum Nasional dan Permasalahannya,
Jakarta: Alumni,
1981, hlm 45
16
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta :
liberty, 2005, hlm 42.
10
dan prosedur pemakaian yang telah disediakan oleh pelaku
usaha.
b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang
dan/atau jasa; Tak jarang pula konsumen tidak beritikad baik
dalam bertransaksi atau mengkonsumsi barang. Hal ini tentu
saja akan merugikan khalayak umum, dan secara tidak
langsung si konsumen telah merampas hak-hak orang lain.
c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
Ketentuan ini sudah jelas, ada uang, ada barang.
d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan
konsumen secara patut. Seperti yang telah diuraikan
sebelumnya, patut diartikan sebagai tidak berat sebelah dan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
11
1. Burgerlijk Wetboek (BW), yakni Kitab Undang-undang Hukum
Perdata;
Hukum Pidana;
Hukum Dagang.
organiknya.
12
apapun yang diperdagangkan di Indonesia. PP No. 9 Tahun
1964 tentang
Standar Industri.
13
beberapa kekuatan politik salah satunya DPR namun tidak
mendapatkan hasil yang diinginkan . hingga pada tahun
1990an adanya kesadaran akan pentingnya produk hukum
tentang perlindungan konsumen dari Departemen
Perdagangan RI.
14
1. Hukum konsumen memiliki cakupan yang lebih luas
dibandingkan dengan hukum perlindungan konsumen.
15
bertentangan dengan ketentuan dalam UUPK. 20
Beberapa undang-
undang tersebut antara lain :
1. Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata)
Konsumen
16
Perlindungan Konsumen. Namun, juga meliputi peraturan
perundang-undangan perlindungan yang sifatnya umum, yang
juga mengatur mengenai masalah perlindungan konsumen.
4. Asas dan tujuan Perlindungan Konsumen
Achmad Ali memiliki pendapat bahwa asas hukum yang
melahirkan norma hukum, dan norma hukum yang melahirkan
aturan hukum. Dari satu asas hukum dapat melahirkan lebih dari
satu norma hukum hingga tak terhingga norma.21
Dalam rangka memberikan perlindungan hukum bagi konsumen,
terdapat beberapa asas yang menjadi pedoman bagi UUPK. Asas-
asas ini dirumuskan dalam Pasal 2 UUPK yang isinya:
Perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan,
keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen, serta
kepastian hukum.
Kemudian dalam penjelasannya ditegaskan bahwa perlindungan
konsumen diselenggarakan sebagai usaha bersama berdasarkan 5
(lima) asas, yaitu:
1. Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala
upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus
memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen
dan pelaku usaha secara keseluruhan.
21
Ahmadi Miru dan Sakka Pati, Hukum Perikatan: Penjelasan Makna Pasal 1233
sampai 1456 BW, Jakarta : Rajawali Pers, 2009 hal. 96-7
17
3. Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan
keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan
pemerintah dalam arti materil maupun spiritual.
4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk
memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada
konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang
dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan
5. Asas kepastian hukum dimaksud agar baik pelaku usaha maupun
konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam
penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara menjamin
kepastian hukum
1. Sedangkan untuk tujuan Perlindungan konsumen sendiri diatur
dalam Pasal 3 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
PerlindunMeningkatkan kesadaran, kemampuan, dan
kemandirian konsumen untuk melindungi diri;
2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
menghindarkannya dari akses negatif pemakaian dan/atau jasa;
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam
memilih, menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai
konsumen;
4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung
unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses
untuk mendapatkan informasi.
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan
bertanggung jawab dalam berusaha;
6. Meningkatkan kualitas barang dan/jasa yang menjamin
kelangsungan usaha produksi barang dan/jasa, kesehatan,
kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.
atau keadaan yang akan diwujudkan. Oleh karena itu, tujuan
perlindungan konsumen perlu dirancang dan dibangun secara
18
berencana dan dipersiapkan sejak dini. Tujuan perlindungan
konsumen mencakup aktivitas-aktivitas penciptaan dan
penyelenggaraan sistem perlindungan konsumen. Tujuan
perlindungan konsumen disusun secara bertahap, mulai dari
penyadaran hingga pemberdayaan. Pencapaian tujuan perlindungan
konsumen tidak harus melalui tahapan berdasarkan susunan
tersebut, tetapi dengan melihat urgensinya. Misal, tujuan
meningkatkan kualitas barang, pencapaiannya tidak harus
menunggu tujuan pertama tercapai adalah meningkatkan kesadaran
konsumen.
Idealnya, pencapaian tujuan perlindungan konsumen dilakukan
secara serempak. 22
D. Tinjauan bahan Kebutuhan Pokok
1. Pengertian bahan kebutuhan pokok
Kebutuhan pokok merupakan kebutuhan yang dibutuhkan manusia
yang harus segera dipenuhi untuk menjamin kelangsungan hidup
serta menyangkut hajat hidup orang banyak dengan skala
pemenuhan kebutuhan yang tinggi dan menjadi faktor pendukung
kesejahteraan masyarakat. 23
barang kebutuhan pokok merupakan
barang yang harus tersedia di waktu tertentu, ketika terjadi
kelangkaan maka seperti bencana, Ketersediaan barang adalah
tingkat kecukupan barang kebutuhan pokok dan barang penting
sesuai dengan tingkat konsumsi yang dibutuhkan masyarakat dalam
waktu tertentu, dengan mutu yang baik serta harga yang terjangkau
di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.24
22
Wahyu Sasongko, Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan
Konsumen, Bandar
Lampung: Universitas lampung, 2007,hal. 40-41
23
Pasal 1 angka (1) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2015
Tentang Penetapan Dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok Dan Barang
Penting.
19
2. Jenis-jenis bahan kebutuhan pokok
Pasal 2 angka (6) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71
Tahun 2015 Tentang Penetapan Dan Penyimpanan Barang
Kebutuhan
Pokok Dan Barang Penting menyatakan bahwa Pemerintah Pusat
menetapkan jenis Barang Kebutuhan Pokok dan/atau Barang
Penting sebagai berikut :
a. Jenis barang kebutuhan pokok terdiri dari :
1. Barang kebutuhan pokok hasil pertanian
a) Beras;
b) Kedelai bahan baku tahu dan tempe;
c) Cabe;
d) Bawang merah.
2. Barang kebutuhan pokok hasil industri
a) Gula;
b) Minyak goreng;
c) Tepung terigu.
3. Barang kebutuhan pokok hasil peternakan dan perikanan
a) Daging sapi;
b) Daging ayam ras;
c) Telur ayam ras;
d) Ikan segar yaitu bandeng, kembung dan
tongkol/tuna/cakalang.
b. Jenis barang penting
1. Benih yaitu benih padi, jagung, dan kedelai;
2. Pupuk;
3. Gas elpiji 3 (tiga) kilogram;
4. Triplek;
24
Pasal 1 angka (2) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2015
Tentang Penetapan Dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok Dan Barang
Penting.
20
5. Semen;
6. Besi baja konstruksi;
7. Baja ringan
A. Metode Penelitian
Penelitian adalah pencarian atas sesuatu secara sistematis dengan
penekanan bahwa pencarian ini dilakukan terhadap masalah-
masalah yang dapat dipecahkan.25 Penelitian hukum merupakan
suatu hal yang terdapat dalam ilmu hukum untuk dapat mencari
solusi atas suatu permasalahan serta memperoleh kebenaran
terhadap suatu hal yang tidak dilakukan sebagaimana mestinya atau
seharusnya.26 Metode penelitian hukum adalah hal yang didasarkan
pada suatu metode, serta pemikiran tertentu dengan tujuan untuk
mencari solusi atas permasalahan agar diketahui hal apa yang
seharusnya dilakukan.
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode
penelitian yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif yaitu
pendekatan yang menggunakan konsep legis positivis, dimana
memandang hukum identik dengan norma-norma tertulis yang
dibuat dan diundangkan oleh lembaga atau pejabat yang
berwenang. Konsep hukum ini sebagai suatu sistem normatif yang
bersifat mandiri, tertutup, dan terlepas dari kehidupan masyarakat
yang nyata. Dalam metode ini pengumpulan bahan-bahan hukum
dilakukan dengan cara, sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian hukum normatif. Penelitian hukum merupakan suatu
proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip hukum, maupun
doktrin untuk dapat menjawab permasalahan yang dihadapi
25
Moh. Nazir, “Metode Penelitian”. (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hal. 12-13.
26
Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Cetakan ke-7. (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2016), hal. 59-69.
21
2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian dengan sifat yang normatif, praktis dan preskriptif.27
3. Sumber Bahan Hukum
Sumber bahan hukum sekunder dan primer digunakan sebagai
sumber bahan hukum dalam studi ini. Penulis memperoleh bahan
hukum yang dibutuhkan melalui studi pencatatan dan dokumentasi.
4. Teknik Pengumpulan Data
Metode pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Pendekatan perundang-undangan (statute approach)
merupakan penelitian yang mengutamakan bahan hukum yang
berupa peraturan perundang-undangan sebagai bahan acuan dasar
dalam melakukan penelitian.
5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan metode menggunakan analisa
interpretasi. Hukum agar dapat menjawab permasalahan yang
dibahas.
A. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan adalah rencana susunan materi yang akan
ditulis dalam penelitian disusun secara sistematis dalam bab-bab
serta sub bab sehingga dapat terarah dengan baik. Sistematika
penulisan digunakan untuk memberi gambaran secara garis besar
mengenai isi penelitian yang akan dibuat yang dimaksudkan untuk
mempermudah pembahasan. Sistematika penulisan merupakan
gambaran dari alur berpikir penyusunan penelitian ini.
Sistematika ini terdiri dari 5 (lima) bab, yang akan diuraikan
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Philipus M. Hadjon dan Tatiek Sri Djamiati, Argumentasi Hukum, (Yogyakarta: Gadjah
27
22
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang,
permasalahan, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka
konseptual, kerangka teoretis, metode penelitian, dan sistematika
penulisan
BAB II KERANGKA TEORETIS
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang kerangka pemikiran yang
menghubungkan variabel penelitian yang satu dengan yang lainnya
berdasarkan teori-teori yang berkaitan yang diakui secara umum.
Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Teori
Kewenangan dan Teori Tanggung Jawab.
BAB III DATA HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang data hasil penelitian yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti dalam penulisan ini
untuk menggambarkan fakta sebenarnya tentang informasi yang
berkaitan dengan permasalahan skripsi ini.
BAB IV ANALISIS PERMASALAHAN
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang analisa penulis secara
sistematis dan jelas atas permasalahan yang ada dalam penulisan
skripsi dengan menggunakan data-data yang telah diperoleh atau
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang kesimpulan sebagai
jawaban atas permasalahan yang diteliti dan saran sebagai
rekomendasi atau solusi atas permasalahan yang ad
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
23
Amiruddin dan H. Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum.
Cetakan ke-1. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004.
FH UNTAR. Peraturan Dekan FH Untar tentang Pedoman Penulisan
Skripsi Bidang Hukum Nomor 023/FH-UNTAR/III/2014. Jakarta: FH
UNTAR, 2014. Lampiran 2.
HR, Ridwan. Hukum Administrasi Negara. Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja
Grafindo, 2011.
Kansil, S.H., C.S.T. & Chistine S. T. Kansil, S.H., M.H. Pokok-Pokok Etika
Profesi Hukum. Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 1996.
M. Hadjon, Philipus. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. Cetakan ke-
15. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2015.
Mahmud, Peter. Penelitian Hukum. Cetakan ke-7. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2016.
Satrio Wicaksono, Frans. Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi, dan
Komisaris Perseroan Terbatas. Malang: Visimedia, 2009.
Soegondo Notodisoerjo, Raden. Hukum Notariat Di Indoensia Suatu
Penjelasan. Cetakan Kedua. Jakarta: Raja Grafindo, 1993.
Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas
Indonesia,1986.
Sunggono, Bambang. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1996.
Mukti Fajar, N. D., & Achmad, Y, Dualisme Penelitian Hukum Empiris &
Normatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2010.
Murdiana, Elfa, Hukum Dagang Internalisasi Hukum Dagang dan Hukum
Bisnis di Indonesia. Yogyakarta: Idea Sejahtera, 2013.
Miru, Ahmadi dan Yodo, Sutarman, Hukum Perlindungan
Konsumen,Jakarta : Rajawali Pers, 2010.
Miru, Ahmadi dan Pati, Sakka, Hukum Perikatan: Penjelasan Makna Pasal
1233 sampai 1456 BW, Jakarta : Rajawali Pers,2009.
24
Nugroho, Susanti Adi, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau dari
Hukum Acara Serta Kendala Implementasinya, Jakarta, Kencana, 2011
hal.58
Sasongko, Wahyu, Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan
Konsumen, Bandar Lampung: Universitas lampung, 2007.
Siahaan, N.H.T, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta : Panta Rei, 2005.
Shidarta. Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Jakarta: Grasindo,
2004. Sidabalok, Janus, Hukum Perlindungan Konsumen Di Indonesia,
Bandung: Citra Aditya Bakti,2006.
Soekanto, Soejorno, & Mamudji, Sri, Penelitian Hukum Normatif suatu
Tinjauan Singkat, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009.
Soemitro, Ronny Haniatio, Metodologi penelitian hukum dan jurimetri,
Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009.
Zed, Mestika, Metode Penelitian Kepustakaan, Ed. Ke-2, Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, Januari, 2008.
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta :
liberty, 2005, hlm 42.
Ibid., hal. 93.
B. Peraturan Perundang-undangan
Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 129 juncto Nomor 170 tahun 2022
tentang Penetapan Jumlah untuk Distribusi Kebutuhan Dalam Negeri dan
Harga Penjualan di Dalam Negeri.
25
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2015 Tentang
Penetapan Dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok Dan Barang Penting.
C. Artikel/Jurnal
Noriko, Nita, Dewi Elfidasari, Analekta Tiara Perdana, Ninditasya Wulandari, and
Widhi Wijayanti.
“Analisis Penggunaan Dan Syarat Mutu Minyak Goreng Pada Penjaja
Makanan Di Food Court UAI.” Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains Dan
Teknologi 1, no. 3 (2012): 147–54.
Channel 9,” Kegep Timbun 500 Ton Migor, Ini Penjelasan PT BKP.”
(https://channel9.id/kegep-timbun-500-ton-migor-ini-penjelasan-pt-bkp/) di akses
pada tanggal 8 maret 2023 pukul 17.00
26
Kemendag,”Stabilkan harga minyak goreng kemendag keluarkan pedoman
penjualan minyak goreng
rakyat.”(https://www.kemendag.go.id/berita/siaran-pers/stabilkan-harga-
minyak-goreng-kemendag-keluarkan-pedoman-penjualan-minyak-goreng-
rakyat) di akses pada tanggal 8 maret 2023 pukul 16.00
27