PENDAHULUAN
C.Tujuan Penulisan
1. Mengetahui hakikat dari penjaminan mutu pendidikan.
2. Memahami penjaminan mutu pendidikan informal.
3. Memahami penjaminan mutu pendidikan formal dan nonformal.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2. Penyediaan bahan pustaka pada Perpustakaan Nasional, perpustakaan daerah
provinsi, perpustakaan daerah kabupaten atau kota, perpustakaan kecamatan,
perpustakaan desa, dan/atau taman bacaan masyarakat (TBM);
3. Pemberian bantuan dan/atau kemudahan pendirian dan/atau pengoperasian
perpustakaan milik masyarakat seperti perpustakaan di tempat ibadah;
4. Pemberian kemudahan akses ke sumber belajar multimedia di perpustakaan
bukan satuan pendidikan formal dan nonformal.
5. Pemberian bantuan dan/atau kemudahan pendirian dan/atau pengoperasian toko
buku kategori usaha kecil milik masyarakat di daerah yang belum memiliki
toko buku atau jumlah toko bukunya belum mencukupi kebutuhan;
6. Kebijakan perbukuan nonteks yang mendorong harga buku nonteks terjangkau
oleh rakyat banyak;
7. Pemberian subsidi atau penghargaan kepada penulis buku nonteks dan
nonjurnal-ilmiah yang berprestasi dalam pendidikan informal;
8. Pemberian penghargaan kepada media masa yang berprestasi dalam
menyiarkan atau mempublikasikan materi pembelajaran informal kepada
masyarakat;
9. Pemberian penghargaan kepada anggota masyarakat yang berprestasi atau
kreatif dalam menghasilkan film hiburan yang sarat pembelajaran informal;
10. Pemberian penghargaan kepada tokoh masyarakat yang berprestasi atau kreatif
dalam pembelajaran informal masyarakat ;
11. Pemberian penghargaan kepada anggota masyarakat yang sukses melakukan
pembelajaran informal secara otodidaktif;
12. Pemberian layanan ujian kesetaraan sesuai peraturan perundang- undangan;
serta;
13. Kegiatan lain yang membantu dan/atau mempermudah pembelajaran informal
oleh masyarakat.
3
a. Standar pelayanan minimal (SPM) yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan
Nasional, berlaku untuk:
1. Satuan atau program pendidikan.
2. Penyelenggara satuan atau program pendidikan.
3. Pemerintah kabupaten atau kota.
4. Pemerintah provinsi.
b. Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan
Nasional berlaku untuk:
1. Satuan atau program pendidikan.
2. Standar mutu diatas SNP berlaku bagi satuan pendidikan yang telah memenuhi
SPM dan SNP.
3. Standar mutu diatas SNP yang berbasis keunggulan lokal dapat dirintis
pemenuhannya oleh satuan pendidikan yang telah memenuhi SPM dan sedang
dalam proses memenuhi SNP.
4. SNP bagi satuan atau program pendidikan nonformal dirumuskan sedemikian
rupa sehingga tidak menghilangkan atau mengurangi keluwesan dan kelenturan
pendidikan nonformal dalam melayani pembelajaran peserta didik sesuai
dengan kebutuhan, kondisi dan problematika yang dihadapi masing-masing
peserta didik.
c. Standar mutu pendidikan diatas SNP
Yang dimaksud dengan Standar mutu pendidikan diatas SNP dapat berupa:
1. Standar mutu diatas SNP yang berbasis keunggulan lokal.
2. Standar mutu diatas SNP yang mengadopsi dan/atau mengadaptasi standar
internasional tertentu.
3. Standar mutu diatas SNP dipilih oleh satuan atau program pendidikan sesuai
dengan prinsip otonomo satuan pendidikan.
Bagi lembaga pendidikan nonformal yang akan membuka program
pendidikan nonformal, terlebih dahulu harus memperoleh izin definitif pendirian
satuan pendidikan atau pembukaan program pendidikan. Untuk memperoleh izin
definitif tersebut, terlebih dahulu harus dipenuhi ketentuan-ketentuan tentang
Standar Pelayanan Minimal (SPM). Standar Pelayanan Minimal (SPM) harus
dipenuhi oleh penyelenggara satuan pendidikan peling lambat 2 tahun setelah
satuan atau program pendidikan memperoleh izin prinsip untuk berdiri dan
beroperasi.
Kegiatan penjaminan mutu pendidikan formal dan nonformal terdiri atas:
4
1. Penetapan regulasi penjaminan mutu pendidikan oleh pemerintah, pemerintah
provinsi, dan pemerintah kabupaten atau kota berdasarkan peraturan perudang-
undangan.
2. Penetapan SPM.
3. Penetapan SNP.
4. Penetapan Prosedur Operasional Standar (POS) penjaminan mutu pendidikan
oleh penyelenggara satuan pendidikan atau penyelenggara program pendidikan.
5. Penetapan Prosedur Operasional Standar (POS) penjaminan mutu tingkat satuan
pendidikan oleh satuan atau program pendidikan.
6. Pemenuhan standar mutu acuan oleh satuan atau program pendidikan.
7. Penyusunan kurikulum oleh satuan pendidikan sesuai dengan acuan mutu.
8. Penyediaan sumber daya oleh penyelenggara satuan atau program pendidikan.
9. Pemberian bantuan, fasilitas, saran, arahan, dan bimbingan oleh pemerintah.
10. Pemberian bantuan, fasilitas, saran, arahan, dan bimbingan oleh pemerintah
provinsi.
11. Pemberian bantuan, fasilitas, saran, arahan, dan bimbingan oleh pemerintah
kabupaten atau kota.
12. Pemberian bantuan, fasilitas, saran, arahan, dan bimbingan oleh penyelenggara
satuan atau program pendidikan.
13. Pemberian bantuan dan/atau saran oleh masyarakat.
14. Supervisi dan/atau pengawasan oleh pemerintah.
15. Supervisi dan/atau pengawasan oleh pemerintah provinsi.
16. Supervisi dan/atau pengawasan oleh pemerintah kabupaten atau kota.
17. Supervisi dan/atau pengawasan oleh penyelenggara satuan atau program
pendidikan.
18. Pengawasan oleh masyarakat.
19. Pengukuran ketercapaian standar mutu acuan; dan
20. Evaluasi dan pemetaan mutu satuan atau program pendidikan oleh pemerintah,
pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten atau kota.
Penjaminan mutu oleh satuan atau program pendidikan menjadi tanggung
jawab satuan atau program pendidikan dan wajib didukung oleh seluruh
pemangku kepentingan satuan atau program pendidikan dan dipimpin oleh
pemimpin satuan pendidikan. Penjaminan mutu oleh satuan pendidikan
dilaksanakan sesuai prinsip otonomi satuan pendidikan untuk mendorong
tumbuhnya budaya kreativitas, inovasi, kemandirian, kewirausahaan, dan
akuntabilitas.
5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penjaminan mutu pendidikan adalah sederetan proses dan sistem yang saling
berkaitan untuk mengumpulkan, menganalisis dan melaporkan data tentang
kinerja mutu pendidik dan tenaga kependidikan, program dan lembaga
pendidikan.
2. Prinsip-prinsip penjaminan mutu pendidikan meliputi: Keberlanjutan, terencana
dan sistematis, menghormati otonomi satuan pendidikan formal dan nonformal,
memfasilitasi pembelajaran informal masyarakat, sistem penjaminan mutu
pendidikan merupakan sistem terbuka.
3. Penjaminan mutu pendidikan informal dilaksanakan oleh masyarakat baik
secara perseorangan, kelompok maupun kelembagaan.
4. Penjaminan mutu pendidikan oleh satuan atau program pendidikan ditujukan
untuk memenuhi tiga tingkatan acuan mutu, yaitu Standar Pelayanan Minimal
(SPM), Standar Nasional Pendidikan (SNP), dan Standar Mutu Pendidikan
diatas SNP yang dipilih satuan atau program pendidikan formal.
5. Penjaminan mutu oleh satuan atau program pendidikan menjadi tanggung
jawab satuan atau program pendidikan dan wajib didukung oleh seluruh
pemangku kepentingan satuan atau program pendidikan dan dipimpin oleh
pemimpin satuan pendidikan.
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya. Oleh karena itu, kami sebagai pemakalah sangat berharap kepada
para pembaca untuk memberikan kritik dan sarannya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
6
DAFTAR PUSTAKA
7
MAKALAH
MUTU PENDIDIKAN
Mutu Pendidikan Sebagai Acuan Nasional
Disusun Oleh:
Nama : Thomasikasior
NIM : 2192060024
Dengan nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang. Segala puji
dan syukur bagi Allah swt yang dengan ridho-Nya kita dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik dan lancar. Sholawat dan salam tetap kami haturkan kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad saw dan untuk para keluarga, sahabat dan
pengikut-pengikutnya yang setia mendampingi beliau. Terima kasih kepada keluarga,
ibu guru, dan teman-teman yang terlibat dalam pembuatan makalah ini yang dengan
do'a dan bimbingannya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.
Tidak ada gading yang tak retak, demikian pula makalah ini, oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun tetap kami nantikan dan kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis