PELAKSANAAN
SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL (SPMI)
DI SATUAN PENDIDIKAN
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Rasional
B. Dasar Hukum
C. Tujuan
D. Sasaran
E. Hasil yang Diharapkan
BAB II : STRATEGI PENDAMPINGAN
A. Prinsip Pendampingan
B. Metode Pendampingan
C. Kompetensi Pendamping
D. Ruang Lingkup Pendampingan
E. Perangkat Pendampingan
F. Alokasi Waktu Pendampingan
BAB III : PELAKSANAAN PENDAMPINGAN
A. Revieu Pasca Pelatihan
B. Revieu Pelaksanaan Sosialisasi SPMI
C. Pemetaan Mutu Implementasi SPMI Siklus demi Siklus
a. Pemetaan Mutu
b.
D. Penyusunan Rencana Pemenuhan Mutu
E. Pelaksanaan Pemenuhan Mutu
F. Evaluasi Pemenuhan Mutu
G. Laporan Pendampingan
BAB IV : PENGAWASAN DAN EVALUASI
A. Indikator Keberhasilan
B. Pengawasan Pelaksanaan
C. Evaluasi Pelaksanaan
BAB V : PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Rasional
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan bahwa Sistem Pendidikan Nasional adalah keseluruhan komponen
pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional, yaitu untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu
kehidupan dan martabat manusia Indonesia. Sebagaimana diamanatkan di dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005, setiap satuan
pendidikan pada jalur formal dan nonformal wajib melakukan penjaminan mutu
pendidikan. Penjaminan mutu pendidikan tersebut bertujuan untuk memenuhi atau
melampaui Standar Nasional Pendidikan (SNP).
tanggung jawab dari setiap komponen di satuan pendidikan. Penjaminan mutu
pendidikan pada satuan pendidikan tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya
budaya mutu pada seluruh komponen satuan pendidikan. Oleh karena itu, pada
pelaksanaan sistem penjaminan mutu pendidikan pada satuan pendidikan dilakukan
dengan pendekatan pelibatan seluruh komponen satuan pendidikan (whole school
approach) agar seluruh komponen satuan pendidikan bersama-sama memiliki
budaya mutu.
Sesuai dengan isi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 28 Tahun
2016, bahwa sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah
dikembangkan agar penjaminan mutu dapat berjalan dengan baik pada segala
lapisan pengelolaan pendidikan dasar dan menengah. Sistem penjaminan mutu
pendidikan dasar dan menengah terdiri dari dua komponen yaitu Sistem
Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dan Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME).
SPME adalah sistem penjaminan mutu yang dilaksanakan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, lembaga akreditasi dan lembaga standardisasi pendidikan. SPMI
adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan
dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan.
SPMI, yang selanjutnya disebut sebagai sistem penjaminan mutu pendidikan pada
satuan pendidikan, mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan
memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP. Satuan pendidikan
menerapkan keseluruhan siklus dalam sistem penjaminan mutu secara mandiri dan
berkesinambungan hingga terbangun budaya mutu di satuan pendidikan. Budaya
mutu akan mendorong satuan pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan
secara terus menerus sehingga mutu pendidikan akan meningkat secara konsisten
dari waktu ke waktu secara bertahap hingga dipenuhinya standar yang telah
ditetapkan atau bahkan melampaui standar tersebut. Sistem penjaminan mutu ini
dievaluasi dan dikembangkan secara berkelanjutan oleh satuan pendidikan untuk
ditetapkan oleh satuan pendidikan dan dituangkan dalam pedoman pengelolaan
satuan pendidikan serta disosialisasikan kepada pemangku kepentingan satuan
pendidikan.
Maksud dari pengembangan sekolah model dan pengimbasannya adalah
meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan standar nasional pendidikan serta
menciptakan budaya mutu pendidikan di satuan pendidikan. Sekolah model
diharapkan menjadi percontohan sekolah berbasis SNP melalui penerapan
penjaminan mutu pendidikan secara mandiri dan melakukan pengimbasan
penerapan penjaminan mutu pendidikan kepada sekolah lain hingga seluruh
sekolah terampil menerapkan penjaminan mutu pendidikan secara mandiri pada
tahun 2019. Untuk mencapai hal tersebut, secara bertahap pemerintah telah
menjalankan program dan kegiatan pengembangan sekolah model melalui
penyiapan fasilitator pengembangan sekolah model, workshop/pelatihan sistem
penjaminan mutu internal untuk sekolah model, pendampingan sekolah model dan
pengimbasan serta monitoring dan evaluasi sekolah model.
Kegiatan pendampingan dilakukan untuk menguatkan dan membina sekolah model
agar sekolah model dapat mengimplementasikan SPMI, melakukan pengimbasan
SPMI bagi sekolah imbas serta untuk membantu mengatasi berbagai kendala yang
muncul pada saat pelaksanaan SPMI di sekolah model. Pendamping sekolah model
adalah fasilitator yang sebelumnya telah dibekali oleh LPMP.
B. Dasar Hukum
1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
2) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;
3) Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan dan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;
5) Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar;
6) Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan;
7) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru;
8) Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelola dan Penyelenggaraan Pendidikan;
9) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
10) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 28 Tahun 2016 tentang Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah
C. Tujuan
Pelaksanaan penjaminan mutu oleh satuan pendidikan bertujuan untuk memastikan bahwa
keseluruhan unsur yang meliputi organisasi, kebijakan, dan proses yang terkait pada satuan
pendidikan dapat berjalan sesuai dengan standar yang ditetapkan untuk menjamin terwujudnya
budaya mutu di satuan pendidikan.
Karena itu, pelaksanaan pendampingan sekolah model SPMI dilaksanakan untuk:
1) Meningkatkan pemahaman SPMI kepada pengawas, kepala sekolah, guru, tenaga
kependidikan lain, orang tua/komite sekolah dan pemangku kepentingan di dalam maupun
luar sekolah model;
2) Meningkatkan keterampilan sekolah dalam pelaksanaan SPMI;
3) Menguatkan pelaksanaan SPMI kepada pengawas, kepala sekolah, guru, tenaga
kependidikan lain, orang tua/komite sekolah dan pemangku kepentingan di dalam maupun
luar sekolah model.
D. Sasaran
Sasaran pendampingan sekolah model antara lain:
1) Pengawas sekolah model
2) Kepala sekolah model
3) Seluruh guru sekolah model
4) Seluruh tenaga kependidikan sekolah model
5) Perwakilan orang tua/ komite sekolah model
6) Stakeholders lain sekolah model
7) Perwakilan sekolah imbas
A. Prinsip Pendampingan
Prinsip komprehensif, implementatif, dinamis, partisipatif, dan koordinatif merupakan prinsip
yang dapat digunakan dalam proses pendampingan sekolah model.
1) Komprehensif. Menyeluruh, terpadu dari semua komponen SNP pada tahapan siklus SPMI
dari berbagai sudut pandang pemangku kepentingan sekolah.
2) Implementatif. Menekankan praktik sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan di sekolah.
Materi teoritis/ akademis diberikan untuk memperkuat pelaksanaan praktik lapangan
dengan tetap mengacu kepada regulasi di bidang pendidikan.
3) Dinamis. Menyesuaikan dengan kondisi daerah dan kemampuan sekolah dalam
melaksanakan SPMI.
4) Partisipatif. Bersifat partisipatif, yang membuka ruang kepada sekolah untuk menyampaikan
pendapat, berbagi pengalaman, melakukan praktik dan memberikan saran kepada
pendamping dalam pelaksanaan pendampingan SPMI.
5) Koordinatif. Dilaksanakan secara koordinatif antara LPMP, tim pendamping/fasilitator
daerah, Tim Penjaminan Mutu Daerah (TPMPD) dan tim Penjaminan Mutu Pendidikan
Sekolah (TPMPS). Hal ini dilakukan untuk memperlancar dan menyamakan visi, misi, dan
tujuan serta gerak langkah pelaksanaan SPMI di sekolah.
B. Metode Pendampingan
Metode yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan yang ditetapkan bersama antara sekolah
dengan pendampingnya. Metode pendampingan yang efektif adalah yang sesuai dengan kondisi
sekolah yang didampingi. Pendamping harus mampu memilih dan menggunakan metode
pendampingan yang sesuai dengan tingkat perkembangan sekolah yang didampingi.
1) Metode Pengarahan
Metode ini dilakukan saat dimana tingkat komitmen, pemahaman, dan kemampuan sekolah
rendah sehingga peran pendamping cukup dominan. Pendamping perlu menjelaskan apa
yang harus dilakukan, bagaimana cara melakukannya, serta tujuan apa yang akan dicapai.
Pendamping juga harus memantau terus perkembangannya. Metode ini tetap harus
dilakukan dengan cara persuasif.
2) Metode Partisipatif
Metode partisipatif atau melibatkan disarankan digunakan pada kondisi dimana tingkat
pemahaman dan kemampuan sekolah memadai namun tingkat komitmen sekolah masih
rendah. Seluruh komponen sekolah harus dilibatkan dalam setiap proses pengambilan
keputusan. Seluruh komponen ini harus diberi tahu dan diajak diskusi mengenai mengapa
hal-hal yang dimaksudkan perlu untuk dilakukan, dan sebagainya.
3) Metode Konsultatif
Sekolah yang memiliki tingkat komitmen tinggi tetapi tingkat pemahaman dan kemampuan
masih rendah, dapat menggunakan metode konsultatif. Peran pendamping pada metode ini
relatif kecil. Pendamping hanya membantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh
sekolah. Keputusan diambil sendiri oleh sekolah, dan pendamping hanya memberi
pertimbangan.
4) Metode Delegatif
Peran pendamping menjadi amat terbatas saat kondisi sekolah yang sudah memiliki
komitmen, pemahaman dan kemampuan yang memadai. Seluruh aktivitas dapat diserahkan
kepada sekolah terkait apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukannya
diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat.
Bentuk pendampingan yang dapat diberikan pendamping dalam menjalankan metode tersebut
diatas antara lain:
a) Layanan konsultasi. Kegiatan ini berupa layanan konseling yang diberikan oleh pendamping
kepada sekolah, dimana sekolah dapat memperoleh wawasan, pemahaman dan cara yang
perlu dilaksanakan untuk menangani masalah yang dihadapi.
b) Diskusi bersama. Kegiatan ini merupakan interaksi komunikasi dua arah. Interaksi
komunikasi dibangun dari adanya topik/pengetahuan yang menjadi permasalahan dimana
nantinya menghasilkan pemahaman yang baik dan benar. Diskusi bisa berupa apa saja yang
awalnya disebut topik yang berkembang dan diperbincangkan hingga akhirnya akan
menghasilkan suatu pemahaman dari topik tersebut. Diskusi juga dilakukan untuk
membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan topik bahasan yang bersifat
problematis.
c) Ceramah. Penyampaian topik bahasan dilakukan oleh pendamping secara monolog dan satu
arah. Kegiatan ini dapat dilakukan pada topik yang dimana tingkat pemahaman sekolah
kurang memadai dengan sumber referensi atau rujukan yang ada.
d) Kerja kelompok. Menitikberatkan kepada interaksi antara komponen dalam kelompok untuk
menyelesaikan pekerjaan secara bersama-sama sehingga pendamping diharapkan mampu
memfasilitasi dalam melibatkan sekolah secara aktif untuk berkerjasama dan berkolaborasi
dalam kelompok.
e) Bimbingan teknis. Dilakukan untuk memberikan bantuan yang biasanya berupa tuntunan
dan nasehat untuk menyelesaikan persoalan/masalah yang bersifat teknis.
Pendamping dapat menggunakan bentuk pendampingan selain yang disebutkan diatas
menyesuaikan kondisi sekolah dan keterbatasan sumber daya.
C. Kompetensi Pendamping
Agar tujuan pendampingan dengan menggunakan metode pendampingan yang sesuai maka
penting untuk memperhatikan kompetensi yang sebaiknya dimiliki dan ditingkatkan oleh
pendamping, antara lain:
1) Komunikatif. Mampu menerapkan dengan efektif cara mendengar aktif, cara menggunakan
pertanyaan, dan cara menciptakan komunikasi multi arah.
2) Menguasai teknik pemberian umpan balik. Mampu memberi umpan balik (feedback) kepada
sekolah yang dapat diterima dengan baik dan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
kinerja sekolah.
3) Mendorong partisipasi. Mampu memberi penjelasan kepada seluruh komponen sekolah
agar ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang dilakukan berdasarkan kesadaran sendiri.
4) Menumbuhkan toleransi. Mampu menumbuhkan pola pikir kepada komponen sekolah agar
dapat menerima perbedaan-perbedaan seperti perbedaan pada karakteristik individu dan
pendapat.
5) Menjalin hubungan baik. Mampu menjaga hubungan baik dengan seluruh komponen
sekolah yang terlibat dalam kegiatan, sehingga dapat menciptakan suasana yang nyaman.
E. Perangkat Pendampingan
Perangkat pendampingan terdiri atas:
1) Dokumen peraturan dan perundangan terkait Sistem Pendidikan Nasional dan Standar
Nasional Pendidikan
2) Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan oleh Satuan Pendidikan
3) Buku Saku Pendampingan Sekolah Model Penjaminan Mutu Pendidikan
4) Dokumen Hasil Bimbingan Teknis dan Pendampingan
5) Paparan
6) Media pembelajaran lain yang sesuai bentuk pendampingan yang digunakan.
2. Luaran
a. Lembar refleksi terhadap hasil pelatihan
b. Rencana tindak lanjut yang telah direviu
c. SK Pembentukan TPMPS
d. Struktur Organisasi TPMPS
e. Jurnal Kegiatan TPMPS
f. Refleksi terhadap pelaksanaan workshop oleh sekolah Imbas pada setiap workshop
...................................... 2019
Kepala Sekolah,
b. Reviu rencana tindak lanjut paska bimbingan teknis yang dibuat oleh sekolah
Rencana tindak lanjut yang dimaksudkan adalah rencana tindak lanjut yang disusun
bersama TPMPS sekolah model pada sesi Bimtek SPMI, yang memuat tahapan, kegiatan,
luaran, waktu pelaksanaan, serta unsur yang terlibat, sebagaimana tabel berikut.
Format review RTL
No Tahapan Kegiatan Luaran Waktu Unsur yang Terlibat
Mengacu pada matriks rencana tindak lanjut tersebut, TPMPS melakukan reviu
terhadap tiap tahapan untuk meninjau kembali atas penyusunan RTL yang telah dilakukan
dengan memberikan keyakinan mengenai kesesuaian dengan kentuan. Hasil reviu
dituliskan dalam matrik berikut.
Keterangan:
No : diisi dengan nomor urut
Tahapan : diisi tahapan aktivitas sekolah model
Waktu reviu : diisi dengan waktu kegiatan tersebut dilaksanakan
Hasil reviu : berisi gambaran pelaksanaan kegiatan pada setiap tahapnya denngan
menyebutkan unsur yang terlibat
Keterangan : diisi dengan penjelasan pelengkap yang diperlukan, termasuk tindak lanjut yang
diperlukan jika terjadi perubahan skenario
Keterangan :
a) Kolom No diisi dengan nomor urut
b) Kolom Komponen SK merupakan bagian-bagian yang diperlukan dalam SK
c) Kolom Ada diisi dengan tanda check list (√) jika komponen dimaksud terdapat dalam SK
d) Kolom Tidak Ada diisi dengan tanda check list (√) jika komponen dimaksud tidak terdapat dalam
SK
e) Kolom Keterangan diisi dengan penjelasan yang diperlukan untuk menerangkan tentang
komponen dalam SK
Contoh SK:
Tentang
TIM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN SEKOLAH (TPMPS)
SD/SMP/SMA/SMK .....................
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Mengingat : 1. Undang - undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan;
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru;
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun
2016 Tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah;
6. Hasil Rapat Kepala Sekolah, Guru, dan Pegawai SD/SMP/SMA/SMK .........
tanggal ................................
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Susunan Personalia Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah (TPMPS)
SD/SMP/SMA/SMK ......... Tahun Pelajaran 2017/2018 sebagaimana tersebut dalam
lampiran 1 keputusan ini;
Kedua : Struktur organisasi dan pembagian tugas Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah
(TPMPS) SD/SMP/SMA/SMK ......... Tahun Pelajaran 2017/2018 sebagaimana tercantum
dalam lampiran 2 keputusan ini;
Ketiga : Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah (TPMPS) dibentuk dengan masa kerja 1 tahun
dan apabila dianggap perlu maka selanjutnya dapat dibentuk kembali;
Keempat : Segala biaya yang timbul akibat pelaksanaan keputusan ini dibebankan pada anggaran
yang sesuai;
Kelima : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : .....................
Pada tanggal : .....................
Kepala Sekolah
............................................
NIP.
Tembusan disampaikan kepada Yth :
1. Bupati/ Wali Kota .............
Kepala Sekolah
............................................
NIP.
............................................
NIP.
1. Pengawas sekolah
2. Kepala sekolah
3. Komite sekolah
4. Ketua TPMPS
5. Dewan Pendidik
6. Tenaga kependdikan
7. Pengembang sekolah
8. Auditor internal
9. Keterangan garis komando
Keterangan :
1) Kolom No diisi dengan nomor urut
2) Kolom Komponen Struktur diisi dengan bagian-bagian yang diperlukan ada dalam struktur
organisasi
3) Kolom Ada diisi dengan tanda check list (√) jika komponen dimaksud terdapat dalam struktur
organisasi
4) Kolom Tidak Ada diisi dengan tanda check list (√) jika komponen dimaksud tidak terdapat
dalam struktur organisasi
5) Kolom Keterangan diisi dengan hal-hal yang diperlukan untuk menerangkan tentang
komponen dalam struktur organisasi
Hari/ Keterlaksanaan
Uraian Pihak yang Peanggun Masalah Tindak
No Tangga Tahapan
Kegiatan Terlibat g Jawab dan Solusi Lanjut
l Ya Tidak
Keterangan :
a) Kolom No diisi dengan nomor urut
b) Kolom Hari/ Tanggal diisi dengan hari dan tanggal pelaksanaan kegiatan
c) Kolom Tahapan diisi dengan tahapan rencana tindak lanjut yang telah disusun
d) Kolom Uraian Kegiatan diisi dengan kegiatan yang dilaksanakan untuk penjaminan mutu beserta
uraian penjelasan
e) Kolom Keterlaksanaan diisi dengan membubuhkan tanda check list (√) pada Ya jika dilaksanakan
atau Tidak jika belum/ tidak dilaksanakan
f) Kolom Pihak yang Dilibatkan berisi detail pihak-pihak yang dilibatkan dalam pelaksanaan kegiatan
g) Kolom Penanggung Jawab diisi dengan nama dan jabatan penanggung jawab kegiatan dimaksud
h) Kolom Masalah dan Solusi diisi dengan permasalahan yang dihadapi selama pelaksanaan kegiatan
tersebut, serta solusi berupa alternatif pemecahan masalah terkait permasalahan yang muncul
i) Kolom Tindak Lanjut diisi dengan tindakan yang akan dilakukan untuk peningkatan kegiatan
selanjutnya
Pilihan Jawaban
No Pernyataan
Ya Tidak
Kegiatan ini bermanfaat bagi satuan pendidikan untuk memahami lebih dalam terkait kondisi
awal tingkat pemahaman, kemampuan, kendala, masalah, dan solusi yang timbul dari aktivitas
workshop, serta komitmen sekolah dalam pelaksanaan SPMI di sekolah sehingga satuan
pendidikan dapat menentukan metode apa yang sesuai dengan kondisi satuan pendidikan.
Luaran
a. Dokumentasi pelaksanaan sosialisasi
b. Lembar refleksi terhadap pelaksanaan sosialisasi
c. Rencana Tindak Lanjut yang telah direviu dan diperbarui
Pada saat pelaksanaan kegiatan sosialisasi SPMI, tidak mengharuskan adanya kehadiran
pendamping saat acara berlangsung. Hal ini untuk menumbuhkan kemandirian, kepercayaan
diri, kerjasama, pemahaman, kemampuan, dan komitmen sekolah dalam pelaksanaan SPMI.
5 SK panitia
7 Bahan-Bahan Sosialisasi
11 Instrumen Monev
10. Lain-Lain
Keterangan :
1) Kolom No diisi dengan nomor urut
2) Kolom Jenis Dokumen diisi dengan nama dokumen yang diperlukan dalam rangka Sosialisasi SPMI
3) Kolom Ketersediaan diisi dengan tanda check list (√) pada Ya jika dokumen tersedia atau Tidak
jika dokumen tidak tersedia
4) Kolom Keterangan diisi dengan informasi pendukung yang diperlukan
C. Siklus SPMI
1. Pengertian
Memetakan mutu pendidikan pada tingkat satuan pendidikan berdasarkan Standar
Nasional Pendidikan, merupakan langkah awal yang harus dilakukan sekolah dalam
melaksanakan SPMI. Pemetaan mutu dilaksanakan melalui kegiatan evaluasi diri sekolah (EDS)
berdasarkan Standar Nasional Pendidikan, sehingga menghasilkan peta mutu yang di
dalamnyaterdapat data dan informasi mutu, kekuatan dan kelamahan masing-masing standar,
masalah yang dihadapi di masing-masing standar, akar masalahnya dan rekomendasi serta
strategi kegiatan untuk memecahkan masalah.
Dirjen Dikdasmen Kemendikbud (2016 : 30) mengingatkan bahwa Evaluasi Diri Sekolah
dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Penyusunan instrumen: 2)
Pengumpulan Data: 3) Pengolahan dan analisis data; dan 4) Pembuatan peta mutu. Luaran dari
kegiatan ini adalah: 1) peta capaian standar nasional pendidikan di satuan pendidikan, sebagai
baseline; 2) masalah-masalah yang dihadapi; 3) akar permasalahannya: dan 4) rekomendasi
perbaikannya.
Dengan menggunakan “Rapor Mutu” yang dikeluarkan oleh Kemendikbud sebagai basis
data dan informasi mutu, dokumen pemetaan mutu pendidikan di satuan pendidikan, umumnya
meliputi: 1) Gambaran umum atau potret capaian mutu sekolah di masing-masing SNP; 2)
Capaian untuk setiap indikator standar nasional pendidikan; 3) Analisis kekuatan dan kelemahan
untuk setiap sub-indikator standar nasional pendidikan; dan 4) Analisis masalah dan akar
masalah, rekomendasi dan strategi peningkatan mutu.
Gambaran atau potret pencapaian mutu sekolah untuk masing-masing standar nasional
pendidikan, dapat dilihat dalam diagram radar yang terdapat di rapor mutu sekolah, atau data
capaian per standar nasional pendidikan yang berkisar pada angka 0 – 7. Rentang skor capaian
SNP antara 0-7, (sebagaimana diatur dalam perangkat instrumen pemetaan mutu), memberikan
informasi pencapaian SNP dalam bentuk kategori I – V, yaitu:
2. Tujuan
a. Sekolah terampil melakukan EDS (menggunakan raport mutu) dan memiliki profil mutu
berdasarkan SNP.
b. Sekolah terampil membuat analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and Threat –
Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman) yang berisi potensi keunggulan berikut
faktor-faktor penghambat baik internal maupun eksternal sekolah
c. Sekolah mampu mengidentifikasi akar permasalahan dalam pemenuhan SNP.
Kegiatan ini harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan internal dan eksternal
sekolah.
3. Luaran
Dokumen pemetaan mutu yang memuat:
a. Indikator mutu
b. Kondisi mutu sekolah
c. Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman
d. Permasalahan yang ditemukan
e. Akar permasalahan yang teridentifikasi
Kegiatan ini harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan internal dan eksternal
satuan pendidikan. Keberadaan pendamping di satuan pendidikan adalah untuk memastikan
proses yang ditetapkan berjalan sesuai target yang ditetapkan. Karena itu, aktivitas yang
dilakukan satuan pendidikan saat mendampingi sekolah adalah:
1) Merefleksi pemahaman sekolah terkait tujuan evaluasi diri sekolah dan kegunaan profil
mutu sekolah.
2) TPMPS memahami terhadap pencapaian Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang
menggambarkan hubungan standar, indikator, sub indikator dan instrumen pemetaan
mutu pendidikan, serta dapat menguraikan masalah dalam pemenuhan mutu, penyebab,
dan solusi untuk mengatasinya.
3) Satuan pendidikan menggunakan sumber-sumber data EDS dengan tepat.
4) Satuan pendidikan memilih teknik pengumpulan data EDS dengan tepat.
5) Satuan pendidikan menyusun gambaran kondisi sekolah sesuai indikator dan data yang
terkumpul. Pemahaman TPMPS tersebut dapat dituangkan dalam pengisian matrik
berikut. (Lihat Indikator Mutu).
Cara II, Membandingkan Data Mutu di Rapot Mutu dengan Indikator Mutu
Mengingat bahwa tidak semua data dan informasi mutu yang ada di rapor mutu
benar-benar mencerminkan kondisi riil yang ada di sekolah, maka cara kedua ini
dipersepsikan sebagai cara yang lebih efektif dari cara I. Untuk memosisikan sub-indikator
dari setiap standar nasional pendidikan berada dalam kategori “kuat” atau “lemah”, maka
sekolah disarankant menggunakan acuan sebagai berikut:
a) Bandingkan data mutu dengan “Indikator Mutu” yang dikeluarkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
b) Jiga ada gap antara data mutu dengan kondisi riil yang ada di sekolah, maka itulah
masalahnya. Artinya, walupun hasil yang diperoleh di rapor mutu sudah memenuhi
standar, namun jika dalam kenyataannya tidak memenuhi, maka itulah yang diangkat
sebagai masalah atau kelemahan. Demikian juga sebaliknya, jika data di rapor mutu
tidak memenuhi standar karena memperoleh nilai nol (0) misalnya, tetapi kondisi riil
di sekolah sesuai dengan indikator mutu yang seharusnya, maka hal itu bisa dianggap
sebagai kekuatan”.
Perhatikan dua contoh data mutu di bawah ini, yang bersumber dari rapor mutu
salah satu SMP.
Gambar 3 Contoh capaian standar isi yang sudah SNP pada SMP X-2.
Berdasarkan data capaian mutu pada gambar 5 di atas, maka capaian standari isi
pada SMP X-2 sudah memenuhi. Padahal, menurut pandangan tim bahwa data di atas
(gambar 5), setelah dibandingkan dengan deskripsi mutu ternyata ada yang kurang
sesuai dengan kondisi yang sebenarnya, maka itu masalah. Jika datanya negatif
sementara kondisi riilnya positif, maka itu bukan kelemahan. Sebaliknya, jika datanya
positif (memenuhi SNP), padahal rilnya rendah atau negatif, maka itu kelemahan.
Contoh proses analisisnya adalah sebagai berikut. (misal untuk sib-indikator 2.1.3)
Tabel 2 Analisis kekuatan dan kelamahan berdasarkan indikator mutu
Indikator/Sub- Indikator Hasil Analisis
Nilai Kategori
indikator/Standar Mutu Kekuatan Kelemahan
2. Standar Isi 6.75
2.1. Perangkat 7
pembelajaran
sesuai rumusan
kompetensi
lulusan
2.1.1. Memuat 7
karakteristik
kompetensi
sikap
2.1.2. Memuat 7
karakteristik
kompetensi
pengetahuan
Cara III, Membandingkan Data dan/atau Informasi Mutu berupa Proses dan Hasil
Belajar Siswa (di luar rapor mutu) dengan Indikator Mutu
Pemetaan mutu berbasis data mutu (dalam hal ini rapor mutu) sebagaimana
dilakukan dengan cara I dan II, adalah sebagai cara yang cukup tepat karena benar-
benar berbasis “data”, namun bukan berarti cara tersebut merupakan cara yang paling
tepat karena “rapor mutu” hanya terbit satu kali dalam satu tahun. Sementara data dan
informasi mutu yang ada di sekolah sangat dinamis dan karena itu tidak perlu
menunggu rapor mutu untuk memetakan pemecahannya. Artinya, implementasi SPMI
yang hanya berbasis dan menunggu rapor mutu sekolah, tentu kurang rasional dalam
mewujudkan budaya mutu di sekolah. Karena itu upaya penjaminan dan pengendalian
mutu bebasis data dan informasi mutu yang riil sehari-hari seperti data hasil proses
pembelajaran, data hasil ulangan harian, ulangan semester, data sikap dan perilaku
siswa sehari-hari, atau pun data capaian non-akademik siswa, tentu menjadi suatu hal
yang perlu diperhatikan oleh tim penjaminan mutu di sekolah.
Artinya, untuk terbangunnya budaya mutu di sekolah, implementasi SPMI tidak
cukup berbasis rapor mutu sekolah dengan berbagai teknik pengendaliannya, tetapi
harus memperhatikan data dan informasi mutu secara berkelanjutan dengan
menggunakan teknik pengendalian mutu berbasis data lainnya seperti dengan
membuat check-list, membuat grafik, histogram, diagram pencar, flowchart, diagram
sebab-akibat (fishbone), melakukan pengawasana proses secara statistik dan
sebagainya.
Berikut disajikan contoh hasil penilaian akhir bersama sejumlah SMP.
Tabel … Contoh capaian kompetensi pengetahuan pada SMP binaan
.
Dari data di atas, tak satu pun sekolah yang mencapai KKM. Hal ini dapat dijadikan acuan
untuk menelisik semua factor yang ditengarai berpengaruh terhadap rendahnya hasil belajar
siswa. Penelisikan harus dilakukan di semua standar nasional pendidikan dengan
menggunakan berbagai teknik seperti teknik tulang ikan (fishbone), seperti dianjurkan
Salisbury dan Rogers (dalam Dewi S. Prawiradilaga, 2009 : 1.20).
*) Sumber data: Dikutip dari indikator keberhasilan yang ada di perencanaan pemenuhan
mutu.
Laporan evaluasi pelaksanaan pemenuhan mutu dapat menggunakan format sebagai berikut.
Kesimpulan &
Kegia Indikator Keberhasilan* Analisis Hasil
Standar Rekomendasi
tan
Input Proses Output Outcome
*) Keterangan:
Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus ada dan tersedia karena dibutuhkan untuk
berlangsungnya suatu proses. Segala sesuatu yang dimaksud adalah berupa sumber daya
manusia dan sumber daya non manusia, perangkat-perangkat lunak serta harapan-harapan
sebagai alat dan pemandu bagi berlangsungnya proses.
Proses Pendidikan adalah tindakan yang dilakukan atau prosedur yang dilaksanakan, misalnya,
mengajar, menilai, sistem pengelolaan untuk menggunakan dan mengelola input agar dapat
menghasilkan output yang berkualitas.
Output pendidikan adalah merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah
yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya,
efektivitasnya, produktivitasnya, efesiendinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya dan
moral kerjanya.
Outcome pendidikan. Output merupakan hasil langung yang dapat dirasakan dari suatu
proses, sedangkan outcome adalah adalah hasil (results) yang harus tercapai dalam jangka
pendek (seperti mutu hasil belajar meningkat), dan menengah (mutu lulusan meningkat) serta
dampak (impact) jangka panjang (budaya mutu di satuan pendidikan terbangun) yang muncul
dari proses tersebut.
A. Indikator Keberhasilan
Kegiatan implementasi SPMI di satuan pendidikan akan dapat dikatakan berhasil apabila telah
memenuhi tolok ukur berikut.
1. Tingkat keterlibatan
Pendampingan mampu memberikan kepercayaan kepada sekolah untuk mengambil peran
dan melaksanakannya sesuai kemampuannya. Kepercayaan yang terbangun akan
mewujudkan keterlibatan aktif dari sekolah dan pihak lain yang terkait. Keterlibatan dalam
memetakan kondisi sekolah, menyusun rencana, melaksanakan sekaligus mengontrol
berbagai keputusan yang telah dibuat mencerminkan bentuk komunikasi dan interaksi
pemangku kepentingan yang dibangun atas dasar kepercayaan. Membangun kepercayaan
tidak sebatas pada sosialisasi, tetapi melibatkan peran aktif sekolah dan pihak lain yang
terkait.
2. Terjalinnya kerjasama
ruang pemikiran untuk kepentingan bersama seluruh komponen sekolah dan pemangku
kepentingan terkait dengan mengedepankan rasa kepedulian, menumbuhkan rasa memiliki
terhadap rencana kegiatan dan kesatuan pendapat terhadap strategi atau langkah-langkah
penyelesaian yang dirasakan adil dan menjunjung pada prinsip transparan dan partisipatif.
Proses pendampingan yang efektif dapat mendorong terjalinnya kebutuhan untuk saling
bekerja sama, kebutuhan untuk meningkatkan hubungan kemitraan antar pemangku
kepentingan.
3. Kemandirian sekolah
Pendampingan harus mampu mengurangi bentuk intervensi yang tidak perlu yang dapat
menghambat kemandirian sekolah dalam pengambilan keputusan sehingga sekolah benar-
benar tahu dan mampu menentukan jenis kebijakan yang dianggap tepat untuk dirinya
sendiri. Sekolah diberi ruang yang cukup untuk menentukan pilihan atas sejumlah alternatif
dan menetapkan visi dirinya ke depan sesuai peraturan yang berlaku. Keputusan
sepenuhnya di tangan sekolah sendiri sebagai perencana, pelaksana, pengawas, dan
evaluator. Kemampuan sekolah sebagai pengambil keputusan harus terus dikembangkan
dalam rangka keberlanjutan dan kesiapan sekolah dalam mengantisipasi perkembangan
yang akan terjadi.
Ketiga variabel tersebut merupakan kunci terciptanya budaya mutu yang menjadi tujuan utama
pengembangan sekolah model penjaminan mutu pendidikan.
B. Pengawasan Pelaksanaan
Pengawasan pelaksanaan pendampingan sekolah model penjaminan mutu pendidikan bertujuan
untuk mengawal dan memastikan kegiatan pendampingan telah berjalan sesuai dengan program
yang ditetapkan dan panduan kegiatan, apabila didapati hal-hal yang tidak sesuai dengan
program dan panduan, masalah atau kendala yang dihadapi dapat dicarikan solusi atau
pemecahannya agar pelaksanaan kegiatan pendampingan sekolah model tidak terhambat
sehingga mencapai hasil yang diharapkan.
Pengawasan pelaksanaan pendampingan sekolah model dapat dilakukan saat persiapan dan saat
pelaksanaan kegiatan. Kegiatan pengawasan dilakukan secara internal oleh lembaga terkait
dengan menggunakan teknik dan metode tertentu seperti observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Pengawasan yang dilakukan bersifat pembinaan, tidak mencari-cari kesalahan
yang terkesan seperti melakukan penyelidikan terhadap suatu kasus. Temuan yang diperoleh
dari hasil pengawasan dapat disampaikan langsung dan tidak langsung untuk memperbaiki
pelaksanaan kegiatan dengan arif kepada lembaga pelaksana, koordinator pendamping/
fasilitator daerah dan TPMPS. Ruang lingkup pengawasan pelaksanaan pendampingan meliputi
berbagai hal seperti tempat/lokasi, waktu, peserta, pendamping/fasilitator, perangkat
pendampingan, fasilitas/perlengkapan, bentuk pendampingan serta pelaksanaan evaluasi
pendampingan.
C. Evaluasi Pelaksanaan
Pelaksanaan pendampingan sekolah model perlu dilakukan evaluasi, untuk mengetahui
keefektifan dan efiesiensi pelaksanaan pendampingan termasuk kendala, masalah dan solusi
yang dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Hasil evaluasi ini diharapkan akan menjadi
bahan pertimbangan dalam memperbaiki pelaksanaan pendampingan agar menjadi lebih baik
pada masa mendatang. Evaluasi pelaksanaan pendampingan dilakukan terhadap:
1) Keefektifan proses pelaksanaan pendampingan
b) Penyelenggaraan pendampingan
c) Penguasaan sekolah terhadap kompetensi yang dibutuhkan
d) Performa pendamping dalam memfasilitasi pendampingan
2) Ketercapaian luaran pendampingan
a) Kesiapan organisasi penjaminan mutu sekolah
b) Keterlaksanaan tahapan SPMI
c) Tingkat keterlibatan dan peran pemangku kepentingan sekolah
d) Dokumentasi dan data dukung hasil pelaksanaan
e) Upaya pemenuhan mutu yang terjadi
3) Dampak pendampingan dalam penumbuhan budaya mutu
a) Komitmen sekolah
b) Kemandirian sekolah
c) Kerjasama sekolah
d) Keterlibatan pihak lain
e) Peningkatan mutu
BAB V
PENUTUP
Pelaksanaan SPMI oleh sekolah model memerlukan keterlibatan semua unsur sekolah untuk saling
mendukung dan berperan serta sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Agar
pelaksanaan SPMI sesuai dengan kebijakan dan konsep yang diinginkan maka sekolah yang telah
dilatih perlu mendapatkan pendampingan dalam mengimplementasikan hasil pelatihan. Fasilitasi
selama pendampingan kepada sekolah diiharapkan dapat memperkuat pelaksanaan SPMI di sekolah
model. Keberhasilan pengembangan sekolah model dalam melaksanakan SPMI sangat dipengaruhi
oleh komitmen sekolah dan pemangku kepentingan yang terlibat mulai dari persiapan, pelaksanaan
sampai dengan evaluasi dan pelaporan untuk bersama-sama mengupayakan keberhasilan
keseluruhan kegiatan sesuai dengan tugas,fungsi dan kewenangan masing-masing.
Melalui buku ini diharapkan semua pihak yang terkait dengan pengembangan sekolah model dapat
melaksanakan kegiatannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Demikian
Terima kasih