Anda di halaman 1dari 7

Makna Kata dalam Teks Negosiasi

Makna kata adalah sesuatu yang dicari dan hanya diberikan dalam kamus tuntas suatu
bahasa.

Makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas-batas unsur-
unsur penting dalam situasi di mana sang penutur mengujarnya. Dari pendapat tersebut,
Aminuddin mengemukakan, makna merupakan hubungan antara bahasa dengan bahasa
luar yang disepakati oleh pemakai bahasa sehingga dapat saling mengerti.

Dari kedua pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa, pengertian makna dalam bahasa
sangat sulit ditentukan karena setiap pemakai bahasa memiliki kemampuan dan cara
pandang yang berbeda dalam memaknai sebuah ujaran atau kata.

 Jenis-jenis makna

1. Makna Leksikal

Istilah kata leksikal sebenarnya berasal dari lesikon yang berarti kamus. Sehingga, makna
leksikal merupakan makna atau arti kata tersebut seperti yang tertulis dalam kamus.

Sebagai contoh kata "doa" mempunyai makna leksikal permohonan (harapan,


permintaan, pujian) kepada Tuhan, sebab dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
dijelaskan demikian.

2. Makna Gramatikal

Makna kata dalam bahasa Indonesia yang kedua adalah makna gramatikal. Yang
dimaksud makna gramatikal yaitu pemaknaan kata yang muncul karena adanya proses-
proses gramatik, seperti afiksasi, komposisi, reduplikasi, serta kalimatisasi

Sebagai contoh, proses afiksasi dengan prfiks atau awalan "ber-" pada kata 'kerudung',
sehingga mengubah kata tersebut menjadi 'berkerudung'. Imbuhan "ber-" pada kata
tersebut, telah mengubah makna kata kerudung yang semula bermakna kain penutup
kepala, menjadi bermakna "mengenakan kerudung".

3. Makna Referensial

Seperti yang kita tahu, kata referensi merujuk pada suatu hal yang menjadi acuan.
Karenanya, makna kata referensial berarti makna kata yang menunjukkan referensi atau
acuan suatu kata pada kondisi di kenyataan.
Sebagai contoh kalimat langsung:

"Tadi saya bertemu dengan Rifa," kata Budi pada Joni.

Pada kalimat tersebut, kata "saya" mengacu pada Budi.

4. Makna Non-Referensial

Berkebalikan dengan makna referensial, makna kata non-referensial merupakan kata


yang tak mempunyai referensi atau acuan di kondisi nyata. Biasanya, kata-kata ini bisa
berupa artikel, partikel, dan kata hubung. Contoh kata-kata dengan makna non-
referensial yaitu 'dan', 'atau', 'serta', 'karena', 'maka', 'sebab', 'jika', 'sehingga', dan
sebagainya.

5. Makna Konotatif

Makna konotasi mungkin sudah familiar karena sering dibahas dalam pelajaran Bahasa
Indonesia. Ya, makna konotasi adalah makna kata yang berupa kiasan atau bukan
merupakan makna yang sebenarnya. Makna ini biasa digunakan untuk menunjukkan nilai
rasa, sikap sosial, atau pandangan tertentu. Oleh sebab itu, kata dengan makna konotatif
sering dijumpai pada kalimat-kalimat dalam karya sastra.

Sebagai contoh:

"Para caleg berebut suara rakyat untuk bisa memenangkan pemilu."

Pada kalimat tersebut, frasa "suara rakyat" merupakan kata dengan makna konotasi.
Sehingga, kata tersebut tidak bisa diartikan sebagaimana suara atau bunyi yang bisa
dijumpai di keseharian.

6. Makna Denotatif

Berbanding terbalik dengan makna konotasi, makna denotasi adalah makna kata dalam
arti yang sebenar-benarnya bukan kiasan. Makna denotatif relatif tak jauh beda dengan
makna leksikal dari suatu kata. Oleh karena itu, kata dengan makna denotatif biasa
dijumpai dalam penulisan yang bersifat ilmiah.

Sebagai contoh:

"Andi tidak lolos seleksi paduan suara karena dia mempunyai suara yang cempreng."

Pada kalimat tersebut, kata suara merujuk pada bunyi atau suara yang memang bisa
dijumpai atau dikeluarkan Andi sehari-hari. Hal ini diperjelas dengan keterangan berupa
kata sifat, yaitu cempreng.

7. Makna Kontekstual
Makna kata kontekstual merupakan makna dari sebuah kata yang muncul berdasarkan
suatu konteks penggunaannya dalam suatu frasa atau kalimat.

Sebagai contoh:

kata "kepala" pada frasa "kepala desa".

Makna kata kepala dalam frasa tersebut akan berbeda dengan makna kata "kepala"
secara leksikal. Berbeda juga dengan makna kata "kepala" dalam frasa lain seperti
"kepala kereta", "kepala besar", dan sebagainya.

8. Makna Emotif

Selanjutnya, ada pula yang disebut dengan makna kata secara emotif. Secara umum,
makna emotif adalah makna dalam kata atau frasa yang berkaitan dengan perasaan.
Artinya, pemaknaan dari kata tersebut tergantung dengan emosi atau perasaan yang
dirasakan seseorang saat mengucapkan atau menuliskan kata tersebut.

Makna emotif biasa ditemukan dalam kata-kata sifat yang mewakili perasaan, seperti
senang, sedih, susah, dan sebagainya. Atau bisa juga melalui kata kerja yang juga dapat
menggambarkan emosi seseorang, seperti menangis, tertawa, menyesal, dan sebagainya.

9. Makna Kognitif

Makna kognitif adalah makna yang menunjukkan adanya hubungan antarkonsep dengan
dunia kenyataan. Makna kognitif dapat diartikan sebagai makna yang lugas atau makna
yang apa adanya. Makna ini mengacu pada bentuk yang kognitifnya khusus seperti, 'itu',
'ini', 'ke sini', 'ke situ'.

10. Makna Konseputal

Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks
atau asosiasi apa pun.

Seperti pada kata ‘Kuda’ memiliki makna konseptual yaitu ‘sejenis binatang berkaki empat
yang biasa dikendarai’, dan kata ‘rumah’ memiliki makna konseptual yaitu ‘bangunan
tempat tinggal manusia’.

11. Makna Asosiatif

Makna asosiasi adalah makna kata yang berkenaan dengan adanya hubungan kata itu
dengan sesuatu yang berada di luar bahasa.

12. Makna Istilah


Makna istilah adalah makna yang pasti, jelas, tidak meragukan, meskipun tanpa konteks
kalimat dan perlu diingat bahwa makna istilah hanya dipakai pada bidang
keilmuan/kegiatan tertentu saja.

13. Makna Idiom

Makna idiom adalah makna yang tidak dapat diramalkan dari makna unsur-unsurnya, baik
secara leksikal maupun gramatikal.

14. Makna Pribahasa.

Peribahasa memiliki makna yang masih dapat ditelusuri atau dilacak dari makna unsur-
unsurnya. Karena adanya asosiasi antara makna asli dengan maknanya sebagai
peribahasa.

15. Makna Afektif

Merupakan makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap
penggunaan kata atau kalimat.

16. Makna Umum

Makna umum merupakan makna yang dapat diterapkan pada banyak hal, kumpulan, atau
pada keseluruhan sifat barang.

17. Makna Khusus

Makna khusus merupakan makna yang hanya mengacu pada beberapa sifat atau
beberapa bagian.

18. Makna Lugas

Makna lugas adalah makna sebenarnya, makna yang tidak mengandung nuansa makna
lain.

19. Makna Kias

Makna kias merupakan makna yang dituliskan dengan kata yang mengandung arti
pengandaian atau pengibaratan.

20. Makna Tematis

Makna yang muncul sebagai akibat fokus pembicaraan pada salah satu unsur kalimat.

 Cara menemukan makna


Berbagai informasi dapat ditemukan secara daring (online). Begitu pula jika ada kata-
kata yang tidak dipahami, penjelasannya dapat dicari melalui berbagai sumber
pendukung, seperti kamus, ensiklopedia, dan tesaurus yang dapat diakses secara daring
(online).

 Untuk rujukan kamus daring (online), dapat menggunakan Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) Daring dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayan.

 Tesaurus ialah kumpulan daftar kata atau ungkapan yang bertalian makna.
Dengan kata lain, tesaurus merupakan sebuah buku kumpulan sinonim. Kini,
tesaurus tidak hanya dapat ditemukan secara cetak, tetapi juga secara daring atau
online.

 Selain menggunakan kamus dan tesaurus, juga bisa menggunakan sumber


pendukung ensiklopedia untuk mencari informasi atau penjelasan makna kata
tertentu. Kita dapat menemukan ensiklopedia cetak di perpustakaan sekolah atau
ensiklopedia daring. Ensiklopedia daring yang saat ini banyak digunakan adalah
Wikipedia yang tergolong ensiklopedia umum.

 Contoh analisis makna

 Melalui KBBI Daring

 laptop/lap·top/ n komputer pribadi yang agak kecil, yang dapat dibawa-bawa dan
dapat ditempatkan di pangkuan pengguna, terdiri atas satu perangkat yang
mencakupi papan tombol, layar tampilan, mikroprosesor, biasanya dilengkapi
dengan baterai yang dapat diisi ulang

 aplikasi/ap.li.ka.si/ n program komputer atau perangkat lunak yang didesain untuk


mengerjakan tugas tertentu

 ponsel /ponsél/ n a kr telepon seluler

 Melalui Tesaurus Tematis

 musik: irama, kidung, lagu, melodi, nyanyian, senandung, tembang

 pentas: pertunjukan, drama, sandiwara, teater

 institusi: kejaksaan, pengadilan, Lembaga Bantuan Hukum, LBH, mahkamah


 Melalui Ensiklopedia/Wikipedia

 distribusi adalah salah satu aspek dari pemasaran. Distribusi juga dapat diartikan
sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah
penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen.[1] DIstribusi
dilakukan sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan (jenis, jumlah,
harga, tempat, dan saat dibutuhkan). Seorang atau sebuah perusahaan distributor
adalah perantara yang menyalurkan produk dari pabrikan (manufacturer) ke
pengecer (retailer). Setelah suatu produk dihasilkan oleh pabrik, produk tersebut
dikirimkan (dan biasanya juga sekaligus dijual) ke suatu distributor. Distributor
tersebut kemudian menjual produk tersebut ke pengecer atau pelanggan.

 pranata atau institusi adalah norma atau aturan mengenai suatu aktivitas
masyarakat yang khusus.[1] Norma/aturan dalam pranata berbentuk tertulis
(undang-undang dasar, undang-undang yang berlaku, sanksi sesuai hukum resmi yang
berlaku) dan tidak tertulis (hukum adat, kebiasaan yang berlaku, sanksinya ialah
sanksi sosial/moral (misalkan dikucilkan)). Pranata bersifat mengikat dan relatif
lama serta memiliki ciri-ciri tertentu yaitu simbol, nilai, aturan main, tujuan,
kelengkapan, dan umur.

 brosur adalah buku yang diterbitkan secara tidak berkala yang dapat terdiri dari
satu hingga sejumlah kecil halaman, tidak terkait dengan terbitan lain, dan selesai
dalam sekali terbit. Halamannya sering dijadikan satu (antara lain dengan stapler,
benang, atau kawat), biasanya memiliki sampul, tetapi tidak menggunakan jilid
keras. Menurut definisi UNESCO, brosur adalah terbitan tidak berkala yang tidak
dijilid keras, lengkap (dalam satu kali terbitan), memiliki paling sedikit 5 halaman
tetapi tidak lebih dari 48 halaman, di luar perhitungan sampul.

Afiksasi adalah suatu imbuhan yang proses pembentukan kata nya dengan membubuhkan
afiks pada sebuah kata dasar atau bentuk dasar, baik itudari kata dasar tunggal ataupun
kompleks seperti contoh pada kata pimpin yang mendapatkan imbuhan prefiks meN- pada
sebuah kata dasar pimpin dan menjadi memimpin.

Reduplikasi atau perulangan adalah proses pengulangan kata atau unsur kata. Reduplikasi
juga merupakan proses penurunan kata dengan perulangan utuh maupun sebagian.
Contohnya adalah "anjing-anjing", "lelaki", "sayur-mayur" dan sebagainya.

Dalam seni rupa, komposisi adalah penempatan atau aransemen unsur-unsur visual
atau 'bahan' dalam karya seni, berbeda dari subyek. Ini juga dapat dianggap sebagai
organisasi dari unsur seni menurut prinsip seni rupa.

Anda mungkin juga menyukai