NIM : 21108030026
Link : https://www.kompasiana.com/taufiqap04/64768b4882219929ed5c4fe2/dampak-dan-
solusi-risiko-operasional-pada-bmt
Lembaga keuangan Islam bisa berbentuk bank maupun non-bank, seperti asuransi
syariah, gadai syariah, pasar modal syariah, maupun koperasi syariah. Baitul maal wa tamwil
(BMT) merupakan lembaga keuangan non-bank yang berorientasi sosial keagamaan yang
berbadan hukum Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS). Dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya BMT mendasar pada UU No. 25 Tahun 1992 tentang
perkoperasian pasal 3, yaitu koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan pada khususnya
dan masyarakat pada umumnya, dan ikut serta membangun tahanan perekonomian nasional
dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang berlandaskan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. (Putra & Mawardi, 2020)
Salah satu risiko yang dihadapi lembaga keuangan dalam kegiatan usahanya adalah
risiko operasional. Risiko operasional dapat menimbulkan kerugian keuangan secara
langsung maupun tidak langsung dan kerugian potensial atas hilangnya kesempatan
memperoleh keuntungan. Risiko operasional adalah konsep yang tidak terdefinisikan dengan
jelas, risiko ini muncul akibat kesalahan atau kecelakaan yang bersifat manusiawi ataupun
teknis. Risiko operasional merupakan tipe risiko yang paling tua, tetapi paling sedikit
dipahami dibandingkan dengan risiko lainnya. (Akbar. C et al., 2022). Dan tentunya risiko ini
memiliki dampak terhadap kinerja pada BMT tersebut. Menurut (Jelita & Shofawati, 2019)
dampak dari risiko operasional diantaranya sebagai berikut.
Kedua, kerugian Keuangan. Risiko operasional yang tidak dikelola dengan baik dapat
menyebabkan kerugian finansial bagi BMT. Misalnya, kegagalan sistem yang mengakibatkan
kehilangan data transaksi atau kerugian akibat kecurangan internal. Kerugian ini dapat
mengganggu stabilitas keuangan BMT dan mengurangi keberlanjutan operasional mereka.
Ketiga, tuntutan hukum dan sanksi: Jika BMT tidak mematuhi peraturan dan ketentuan
yang berlaku, mereka dapat menghadapi tuntutan hukum dan sanksi dari otoritas pengawas
atau pihak yang merasa dirugikan. Tuntutan hukum dan sanksi ini dapat berdampak serius
pada reputasi BMT dan bahkan mengancam kelangsungan usaha mereka.
Dari risiko operasional yang ditimbulkan, tentunya BMT perlu mencari solusi untuk
penanganannya. Hal ini dilakukan agar BMT tidak mengalami kebangkrutan. Menurut
Saragih & Sugianto (2022), solusi berikut dapat mengatasi dampak risiko operasional yang
terjadi, antara lain:
Kelima, kerjasama dengan otoritas pengawas dan lembaga keuangan. BMT dapat
memperkuat manajemen risiko operasional mereka dengan menjalin kerjasama yang erat
dengan otoritas pengawas dan lembaga keuangan lainnya. Melalui pertukaran informasi dan
pengalaman, BMT dapat belajar dari praktik terbaik dalam mengelola risiko operasional dan
memperbaiki kebijakan dan prosedur mereka.