Anda di halaman 1dari 26

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum PT. Maina Manawa Perkasa

4.1.1 Sejarah Perusahan PT. Maina Manawa Perkasa

Maina Manawa Perkasa atau disingkat MMP adalah perusahaan yang


bergerak di bidang percetakan. Perusahaan ini berdiri sejak tanggal 8 September
2015, yang di dalamnya terdapat tenaga-tenaga handal yang kompoten di
bidangnya.

Percetakan MMP berkembang dan melakukan banyak perubahan, baik


secara pelayanan maupun pemasaran. Sebagai unit bisnis yang di kelola secara
profesional melayani jasa percetakan untuk offline maupun komunitas online.
Kami senantiasa hadir dengan pelayanan prima dan berlimpah dengan ide-ide
yang memberikan inspirasi untuk mitra-mitra bisnis kami.

Harga yang sangat kompetitif, proses cepat dan tepat waktu, kualitas yang
terjamin, serta dukungan operator yang handal dan expert juga infrastruktur yang
mutakhir dan modern, menjadikan kami di percaya untuk menjadi mitra
percetakan bagi beberapa perusahaan media di Kota Ambon, maupun instansi
pemerintah segala produk percetakan Offset seperti Company Profile, Annual
Report, Brosur, Poster, Leaflet, Paper Bag, Seminar Kit, Buku-buku, Packaging,
serta keperluan kantor dan pribadi dengan skala terbatas ataupun dalam jumlah
besar seperti: Kartu Nama, Amplop, Kop Surat, Kwitansi, Faktur, Form-form
standar maupun khusus, Kalender, dan lain sebagainya. Hal ini merupakan bukti
nyata dari loyalitas dan kepercayaan mitra pelanggan terhadap kami.

25
4.1.2 Visi dan Misi

Visi :

INSPIRING AND GIVING THE WORLD adalah Visi kami, kami


adalah orang orang yang mewarnai dunia menjadi lebih indah
dengan karya dan pelayanan terbaik kami.

Misi :

1. Menciptakan kesejahteraan bersama


2. Mengembangkan SDM menjadi leader leader dan mitra bisnis yang
handal
3. Mengembangkan profesionalisme dunia usaha

4.1.3 Struktur Organisasi

Gambar 4.1 Struktur Organisasi

(Sumber : Data MMP diolah)

26
4.1.4 Deskripsi Tugas Jabatan (PT . Maina Manawa Perkasa)

a. Direktur
1. Bertanggung jawab atas tercapainya tujuan perusahaan
2. Bertanggung jawab menjamin kelancaran perusahaan
3. Bertanggung jawab dalam bidang perencanaan, pelaksanaan dan
pengembangan
b. Bagian Keuangan dan Administrasi
1. Merencanakan cash flow perusahaan
2. Mencatat penerimaan dan pengeluaran sehari hari
3. Membuat laporan keuangan harian, mingguan, bulanan, dan
tahunan
4. Menjalankan fungsi administrasi perusahaan
5. Mengkalkulasi orderan
c. Bagian Produksi
1. Bertanggung jawab terhadap kualitas, ketepatan waktu dan
kelancaran seluruh kegiatan produksi
2. Mengkoordinasi dan mengawasi antara bagian pracetak, cetak dan
finishing
d. Bagian Pemasaran dan Humas
1. Merencanakan dan melaksanakan strategi pemasaran
2. Bertanggung jawab atas tercapainya target pemasaran
3. Proof hasil setting dan humas
e. Bagian Pracetak
1. Bertanggung jawab atas kualitas dan ketepatan waktu dalam
menyiapkan setting, disain, film, dan master
f. Bagian Cetak
1. Bertanggung jawab atas kualitas dan ketepatan waktu hasil cetakan
2. Bertanggung jawab atas kebersihan dan kelancaran peralatan cetak
yang dipegangnya
g. Bagian Finishing
1. Bertanggung jawab atas penyelesaian akhir setiap order cetakan,
baik pemotongan, penjilitan maupun pengepakan

27
4.1.5 Sistem Produksi PT. Maina Manawa Perkasa

Dalam menghasilkan produk Koran PT. Maina Manawa Perkasa


memerlukan dua hal utama untuk dapat berproduksi yakni bahan baku, mesin
cetak serta peralatan yang akan dijelaskan dibawah ini.
Bahan baku utama yang digunakan untuk pembuatan koran yaitu :
1. Kertas CD ADOC 69,5 cm dan kertas HVS
2. Selain bahan baku utama digunakan juga bahan baku pembantu seperti
tinta, minyak pembersih yang bertujuan agar tulisan dan gambar yang
terdapat pada plat terlihat dengan jelas ketika di cetak pada mesin cetak.
Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku utama maupun bahan baku
pembantu, perusahaan melakukan pemesanan dari Luar Provinsi Maluku.
Dalam melaksanakan tugas produksi, PT. MMP menggunakan beberapa mesin
dan peralatan, antara lain:
1. Mesin print Plate Berfungsi sebagai Proses awal dimulai dari file berita
diprint (disalin) pada mesin untuk dipindahkan pada lembaran plate yang
ukurnya telah ditentukan.
2. Mesin Lipat Plate berfungsi sebagai pelipat Plate kemudian dilipat pada
pinggirnya guna untuk peletakan plate pada roll saat melakukan
percetakan selanjutnya.
3. Mesin Roll stand Mesin ini berfungsi sebagai tempat peletakan bahan baku
kertas yang kemudian ditranfer ke mesin cetak.
4. Mesin Offset (Mesin Cetak) berfungsi sebagai mesin untuk mencetak file
pada Kertas yang dikirim dari mesin roll stand, yang mana pada mesin ini
terbagi lagi atas 4 tingkat yakni pemberi warna merah, warna biru, warna
kuning, dan warna hitam, yang fungsinya adalah memberikan warna pada
koran.
5. Mesin Folder berfungsi sebagai mesin pelipat koran sekaligus pemotong
koran yang telah dicetak pada kertas yang tidak terputus, tahap selanjutnya
barulah koran di packing dan dikirim (ekspedisi).

28
4.2 Sistem Waktu Kerja dan Proses Produksi
Percetakan melakukan berproduksi hampir setiap hari kecuali hari minggu
dan hari besar. Proses percetakan setiap harinya di mulai dari pukul 01.00 wit
sampai 03.00 wit. Bagian proses produksi PT. MMP dibagi ke dalam tiga proses
utama, yaitu proses pracetak, proses cetak, dan finishing yang dapat dilihat dalam
bagan berikut:

Gambar 4.2 Proses Produksi Koran


(Sumber: Data MMP diolah)
Bagan diatas merupakan bagian proses produksi mulai dari proses
pracetak, proses cetak dan finishing.

29
4. 2. 1 Faktor – Faktor Penyebab Kerusakan Pada Mesin Cetak Offset
1. Kurangnya pengetahuan dari operator mengenai cara penggunaan dan
perawatan yang benar untuk mesin cetak Offset.
Operator hanya bisa mengendalikan mesin sebatas menyalakan,
mengoperasikan, dan mematikan mesin tersebut. Namun setelah
menggunakan mesin tersebut, operator tidak melakukan pengecekan dan
pembersihan setelah selesai digunakan.
2. Tidak ada teknisi untuk perawatan khusus mesin cetak Offset.
Tidak ada teknisi untuk mesin cetak Offset juga merupakan salah satu
faktor yang membuat mesin mengalami kerusakan. Karena ketika mesin
mengalami sedikit gangguan, tidak ada teknisi untuk mengatasi gangguan
tersebut untuk itu seringkali teknisi di datangkan dari luar untuk
memperbaiki.
3. Tidak ada jadwal untuk perawatan mesin.
Mesin cetak Offset digunakan tanpa ada jadwal untuk melakukan
perawatan. Ketika mesin dinyalakan, tidak ada set up mesin. Setelah
selesai digunakan maka mesin tersebut dimatikan dan dibiarkan tanpa
adanya pengecekan kembali atau pembersihan mesin oleh operator.

30
4. 2. 2 Analisa Waktu Kerusakan

Di bawah ini dapat dijelaskan data waktu kerusakan komponen mesin


selama 1 tahun pada mesin cetak koran Offset sebagai berikut:

Tabel 4.1 Data Frekuensi Kerusakan 2019

NO Komponen Frekuensi
Kerusakan
1 Reley 9 kali/bulan
2 Kontaktor 9 kali/bulan
3 Sensor Kertas 7 kali/bulan
4 Roll Air 15 kali/bulan
5 Blengket 13 kali/bulan
6 Karet Pengisap Kertas 20 kali/bulan
Sumber: Wawancara Operator

Dari tabel diatas jenis kerusakan komponen pada mesin pencetak koran antara
lain:

1. Reley mengalami kerusakan sebanyak 9 kali karena arus listrik yang


kurang normal.
2. Kontaktor mengalami kerusakan sebanyak 9 kali dikarenakan daya
listrik yang kurang normal, menyebabkan menurunnya waktu
produksi.
3. Sensor Kertas ini terjadi kerusakan sebanyak 7 kali dikarenakan sensor
kotor sehingga tidak bisa mendeteksi kertas.
4. Roll Air ini mengalami kerusakan sebanyak 15 kali dikarenakan
kurangnya penyiraman air pada roll air.
5. Blengket mengalami kerusakan sebanyak 13 kali karena mengalami
kesalahan settingan.
6. Karet Pengisap Kertas mengalami kerusakan sebanyak 20 kali karena
terjadi penipisan.

31
4. 3 Analisa menggunakan metode reliability centred maintenance (RCM)
Analisa dengan metode Reliability Centred Maintenance dengan
langakah-langkah sebagai berikut:

4.3.1 Pemilihan Sistem dan Pengumpulan Informasi

Mesin Pencetak koran Offset adalah mesin yang cara kerjanya untuk
melakukan proses terakhir dari proses produksi yang dilengkapi dengan
komponen atau mesin pendukung berupa, mesin Print Plate, mesin Lipat Plate,
mesin Roll stand dimana proses produksi dimulai dari masuknya kertas yang
dikirim dari mesin rollstand, kemudian kertas melewati mesin penarik kertas dari
mesin rollstand, sehingga nanti dialirkan ke roll warna kuning, selanjutnya
diteruskan pada roll warna biru,merah dan hitam dan terakhir melewati tuas
pelipat kertas sebelum masuk ke mesin punch. Maka secara keseluruhan sistem
pada mesin Offset ada input, proses, dan output. Input dari sistem ini adalah kertas
polos yang dialirkan dari mesin rollstand, kemudian masuk pada proses
memberikan tinta pada tulisan dan gambar baik itu warna merah, biru, dan lain-
lain, dan output dari mesin Offset adalah kertas yang sudah berisi berita-berita
dalam bentuk lembaran panjang.

Tabel 4.2 Waktu proses mesin produksi

Mesin Start Mesin Waktu istirahat

Mesin Print 3 jam/hari 30 Menit


Plate
Mesin Lipat 3 jam/hari 30 Menit
Plate
Mesin Roll 3 jam/hari 30 Menit
Stand
Mesin Offset 3 jam/hari 30 Menit

Mesin Folder 3 jam/hari 30 Menit

Sumber : PT. Maina Manawa Perkasa

32
4.3.2 Defenisi Batasan Sistem

Proses pencetakan merupakan proses akhir dari proses produksi pada PT.
Maina Manawa Perkasa terdapat 1 mesin cetak koran (Offset) dan 4 mesin
pendukung proses pencetakan. Pada unit percetakan PT. MMP dalam satu hari,
mesin Offset dioperasikan selama 3 jam dari mulai waktu kerja hingga produk
siap untuk distribusikan.

Mesin Pencetak Offset pada PT. MMP memiliki komponen-komponen


mesin pencetak koran dan prinsip kerja adapun fokus kajian penelitian hanya pada
mesin pencetak koran Offset sehingga prinsip kerja mesin pencetak sebagai
berikut:

1. Komponen Mekanik merupakan komponen yang berfungsi dalam


proses percetakan secara mekanik. Didalam kompnen mekanik
terdapat 5 komponen utama yaitu :
a. Roll Air adalah komponen mekanik cetak yang berfungsi
mengasilkan cetakan pada (tulisan dan gambar) bersih, jernih
dan juga berfungsi mengalirkan air ke bak penampung air
b. Blengket adalah Komponen mekanik yang berfungsi untuk
mencetak dan mengatur agar cetakan tidak terjadi membayang
baik tulisan maupun gambar
c. Karet penghisap kertas adalah komponen mekanik yang
berfungsi untuk menghisap kertas masuk ke sensor kertas
sebelum masuk ke blangket untuk di cetak
2. Kompenen kelistrikan merupakan kompenen pendukung yang
berfungsi sebagai penghubung antara 1 dan komponen yang lain.
Dalam komponen kelistrikan terdapat 3 komponen utama yaitu :
a. Relay adalah komponen kelistrikan yang berfungsi untuk
menjalankan semua komponen mesin cetak
b. Kontaktor adalah komponen kelistrikan sebagai penghubung
dan pemutus arus listrik secara otomatis juga sebagai
pengontrol rangkaian kelistrikan

33
c. Sensor kertas adalah komponen kelistrikan yang berfungsi
sebagai pendeteksi kertas sebelum masuk ke blengket cetak
4.3.3 Deskripsi Sistem dan Diagram Blok Fungsional

Deskripsi sistem dan diagram blok merupakan representasi dari fungsi-


fungsi utama sistem yang berupa blok–blok yang berisi fungsi–fungsi dari setiap
subsistem yang menyusun sistem tersebut. Seperti yang diketahui fungsi dari
mesin Offset merupaakan fungsi yang sangat penting, karena mesin ini berperan
dalam memberikan tinta pada tulisan dan gambar pada kertas koran yang
menentukan baik buruknya kualitas hasil cetakan koran berikut pada gambar:

Fungsional diagram blok dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 4.3 Fungsional diagram blok

4.3.4 Fungsi Sistem dan Kegagalan Fungsional

Dalam Proses produksi koran pada PT. Maina Manawa Perkasa ini
melewati 3 tahapan dimana adanya input, proses dan output dimana pada proses
ini dapat diklasifikasikan penyebab kegagalan produksi atau kerusakan mesin-
mesin produksi sebagai berikut :

a. Faktor umur mesin


Mesin pada PT. Maina Manawa Perkasa terdapat 1 mesin cetak
dimana pertama didatangkan pada tahun 2015. Dari umur mesin
inilah yang menyebabkan banyak terjadi lemahnya proses produksi

34
dan kurangnya penyediaan sparepart, dikarenakan harus didatangkan
dari luar pada PT. Maina Manawa Perkasa.
b. Faktor sumber daya manusia (Operator)
Dalam proses produksi pada PT. Maina Manawa Perkasa, peranan
operator sangatlah penting. Dimana mesin-mesin produksi pada saat
ini proses menghidupkan dan mematikan mesin produksi masih
menggunakan sentuhan operator, dalam faktor penyebab ini
operator-operator pada PT. Maina Manawa Perkasa masih minimnya
memahami penggunaan mesin dengan baik dan tidak adanya tenaga
ahli serta kurangnya ketersediaan buku pedoman penggunaan mesin-
mesin produksi pada PT. MMP.
c. Faktor ketidak tersedianya jadwal perawatan mesin.
PT. Maina Manawa Perkasa sebagaimana diketahui melalui
wawancara, dan observasi dalam tahapan penelitian. Ditemukan
ketidak tersedianya jadwal perawatan mesin-mesin produksi.
Sehingga jika terjadi kerusakan operator pada PT. MMP hanya
melakukan perawatan dan perbaikan yang biasa saja seperti waktu
pergantian pergantian spare part tidak dilakukan hanya sekedar
membersihkan saja.

35
4.3.5 Failure Mode and Effect Analyse ( FMEA)

Dalam Penyelesaian FMEA adapun Flowchart penyelesaian sebagai


berikut :

Gambar 4.4 Flowchart penyelesaian failure mode and effect analyse

36
Berikut ini disajikan failure mode and effect analyse untuk komponen
kelistrikan dengan 3 komponen antara lain

1. Komponen Kelistrikan dengan komponen Relay yang berfungsi sebagai


komponen yang berfungsi menjalankan serta mengoperasikan semua
komponen pada unit cetak yang saling berkaitan. Pada tabel 4.3 operator
pada unit cetak memberikan nilai 2 untuk rangking severity sebab
kerusakan yang terjadi pada rool yang menyebabkan partikel tinta tidak
dikeluarkan dengan ketebalan yang tidak sesuai. Dari sisi occurance,
operator memberikan rangking 2 dikarenakan peluang untuk kerusakan
masih lebih kecil. Dan pada detection rangking system nilai yang
diberikan operator adalah 8 dikatakan operator bahwa jenis kerusakan
dapat terlihat penyebab kerusakan.Untuk mendapkan nilai RPN, maka
angka pada kolom 4, kolom 6, kolom 8 dikalkulasi :
RPN = S x O x D = 2 x 2 x 8 = 32
Tabel 4.3 failure mode and effect analyse untuk komponen Relay

2. kontaktor memiliki kemampuan sebagai penghubung dan memutus arus


listrik secara otomatis juga sebagai rangaian control daya pada mesin
cetak.
pada table 4.4 operator memberikan nilai severity 8 dan occurance 3
karena peluang kerusakan sedang. Operator dapat mendeteksi penyebab
kegagalan sehingga kolom detection di beri angka 3. Maka nilai RPN
pada komponen ini adalah
RPN = S x O x D = 8 x 3 x 3 = 72

37
Tabel 4.4 failure mode and effect analyse untuk komponen Kontaktor

3. Sensor Kertas berfungsi sebagai alat pendeteksi kertas pada saat kertas
masuk ke mesin pencetak atau silinder plate. Dalam tabel 4.5 nilai
severity operator memberikan nilai rendah karena tingkat kegagalan
relatif kecil dan mesin masih bisa dioperasikan yaitu nilai 1. Sedangkan
occurance dalam tabel tersebut mendapatkan nilai 1. Pada detection
dapat dideteksin rollnya sobek mendapkan nilai 9. Maka nilai RPN
adalah
RPN = S x O x D = 1 x 1 x 9 = 9

Tabel 4.5 failure mode and effect analyse untuk komponen Sensor Kertas

Dari hasil perhitungan RPN terdapat 3 komponen yang dilakukan memiliki nilai
indeks tertinggi yaitu kontaktor dengan nilai RPN 72, dan relay nilai sebesar
RPN 32. Sedangkan 1 komponen lainya nilai RPN masih sangat minim sehingga

38
diprioritaskan pada komponen kelistrikan adalah 2 komponen yang memiliki nilai
RPN terbesar.

Komponen Mekanik merupakan bagian yang berfungsi untuk dan terpisah


dari komponen kelistrikan pada alat ini terdapat 5 komponen yaitu,bearing, roll
air,blengket, karet penghisap kertas, dan kompresor.

1. Roll Air merupakan komponen mekanik yang berfungsi sebagai alat


yang mengasilkan cetakan pada (tulisan dan gambar) yang bersih, jernih
dan juga berfungsi mengalirkan air ke bak penampung air kerusakan
pada rollnya mengalami sobekan yang menyebabkan tulisan pada kertas
tidak jernih atau bersih. Dalam tabel 4.6 nilai severity operator
memberikan nilai rendah karena tingkat kegagalan relatif kecil dan
mesin masih bisa dioperasikan yaitu nilai 5. Sedangkan occurance dalam
tabel tersebut mendapatkan nilai 2. Pada detection dapat dideteksin
rollnya sobek mendapkan nilai 3. Maka nilai RPN adalah
RPN = S x O x D = 5 x 2 x 3 = 30

Tabel 4.6 failure mode and effect analyse untuk komponen Roll Air

2. Blengket adalah Komponen mekanik yang berfungsi untuk mencetak


dan mengatur agar cetakan tidak terjadi membayang baik tulisan
maupun gambar kerusakan pada alat ini dapat meyenabkan tulisan atau
gambar pada koran menjadi membayang dan tidak jelas Pada tabel 4.7
komponen Cutting rubber operator memberikan nilai 4 dikarenakan
performa mesin menurun dan occurance nilai 2. Dan detection
mendaptkan nilai 7. Maka nilai RPN adalah

39
RPN = S x O x D = 4 x 2 x 7 = 56

Tabel 4.7 failure mode and effect analyse untuk komponen Blengket

3. Karet Penghisap kertas merupakan komponen mekanik yang berfungsi


sebagai alat untuk menarik kertas kerusakan pada alat ini dapat
menyebabkan proses produksi dapat berhenti sementara karena
tersangkutnya kertas. Pada komponen ini operator memberikan nilai
severity 4 dikarenakan perfoma mesin menurun dan occurance diberikan
nilai 5. Dan detection mendapatkann nilai 3 maka nilai RPN adalah
RPN = S x O x D = 4 x 5 x 3 = 60

Tabel 4.8 failure mode and effect analyse untuk komponen karet penghisap
kertas

40
Dari hasil perhitungan RPN terdapat 2 komponen yang dilakukan yang
memiliki nilai indeks tertinggi yaitu karet penghisap kertas dengan nilai RPN 60,
dan blengket nilai sebesar RPN 56. Sedangkan 3 komponen lainya nilai RPN
masih sangat minim sehingga diprioritaskan pada komponen mekanik adalah 2
komponen yang memiliki nilai RPN terbesar.

4.3.6 Logic tree analyse (LTA)

Logic Tree Analysis (LTA) bertujuan untuk memberikan prioritas pada

setiap mode kerusakan dan melakukan peninjauan terhadap fungsi dan kegagalan

fungsi. Prioritas suatu mode kerusakan dapat diketahui dengan menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan dalam LTA ini. LTA mengandung

informasi mengenai nomor dan nama kegagalan fungsi, nomor dan mode

kerusakan, analisis kekritisan dan keterangan tambahan yang dibutuhkan. Analisis

kekritisan menempatkan setiap mode kerusakan ke dalam satu dari empat

kategori. Empat hal yang penting dalam analisis kekritisan yaitu sebagai berikut:

 Evident, yaitu apakah operator mengetahui dalam kondisi normal, telah

terjadi gangguan dalam sistem?

 Safety, yaitu apakah mode kerusakan ini menyebabkan masalah

keselamatan?

 Outage, yaitu apakah mode kerusakan ini mengakibatkan mesin berhenti?

 Category, yaitu pengkategorian yang diperoleh

Setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Pada bagian ini

komponen terbagi dalam 4 kategori, yakni :

1. Kategori A (Safety problem)

2. Kategori B (Outage problem)

41
3. Kategori C (Economic problem)

4. Kategori D (Hidden failure)

Pada Gambar 4.5 ditunjukkan flowchart penyusunan Logic Tree Analysis (LTA).

Gambar 4.5 Logic Tree Analysis (LTA).

Komponen yang di analisis adalah komponen- komponen kritis dari hasil


perhitungan FMEA, pada tabel 4.9 berikut ini adalah tabel Logic tree analyse

42
Tabel 4.9 Logic tree analyse (LTA)

No Fungtional Failure Critically Analyse

Failure mode Evident Safety Outage Cattegory

1 Komponen mesin Kerusakan


tidak berjalan pada Reley N N Y C
dengan baik

2 Mesin tidak bekerja Terjadi


dengan baik kerusakan Y Y Y B
pada kontaktor

3 Kertas tidak masuk Kerusakan


ke blangket cetak pada sensor Y N Y C
penarik kertas
4 Hasil tulisan Kotor Kerusakan
tidak jernih pada Roll air Y N Y B

5 Tulisan dan Gambar Kerusakan


membayang pada blengket Y N Y B
6 Kertas tidak tertarik Kerusakan
dan terlipat dengan pada karet Y N Y C
maksimal penghisap
kertas

Ket :

Y : Yes

N : No

A : Safety problem

B : Outage Problem

C : Minor to infestigation ecomic problem

D/B : Hidden failure yang mematikan sistem

43
Kerusakan pada relay dapat diketahui oleh operator sehingga dalam tabel
4.9 kolom evident diisi dengan N. Kerusakan tidak menimbulkan masalah untuk
operator mesin cetak offset maka dari itu kolom savety diisi dengan N, meski
tidak menimbulkan masalah keselamatan namun kerusakan tersebut dapat
mengakibatkan terhambatnya proses produksi dan menghentikan mesin produksi,
pada kolom outage diisi Y. Kerusakan yang terjadi di kategorikan mode
kegagalan tidak berdampak pada keamanan dan dapat diabaikan.

Kerusakan pada kontaktor diketahui oleh operator lewat tidak bekerjanya


komponen mesin maka evident diisi Y, meskipun tidak mengancam kesehatan
operator namun menghambat proses produksi, sevety diisi Y. Sedangkan outage
diisi Y karena menurunkan operasi mesin. Dikolom category diisi C kerusakan
tidak dapat diabaikan.

Kerusakan sensor penarik kertas dapat dilihat dari tidak masuknya kertas
ke blangket evident diisi dengan Y. Pada saat kegagalan tersebut tidak ada
masalah keselamatan terhadap operator savety diisi N, dan kolom outage diisi N
kegagalan ini di kategorikan C dimana kerusakan dapat menghentikan proses
produksi.

Kerusakan Roll air dapat dilihat pada hasil produksi koran evident diisi
dengan Y. Pada saat kegagalan tersebut tidak ada masalah keselamatan terhadap
operator savety diisi N, dan kolom outage diisi Y kegagalan ini di kategorikan B
dimana kerusakan dapat menghentikan proses produksi.

Karet penghisap kertas rusak kesalahan ini disebabkan karena


tersangkutnya kertas pada motor penarik memungkinkan tidak maksimalnya
produksi diketahui oleh operator evident diberi Y. Kegagalan ini tidak berakibat
pada operator tetapi pada proses produksi savety diisin N. Outage diisi Y.
Category diisi B karena dapat menghentikan proses produksi.

Kerusakan pada blengket dapat dilihat pada hasil produksi koran evident
diisi dengan Y. Pada saat kegagalan tersebut tidak ada masalah keselamatan
terhadap operator savety diisi N, dan kolom outage diisi Y kegagalan ini di
kategorikan C dimana kerusakan dapat diabaikan

44
Secara matematis, presentase Failure mode berdasrkan LTA adalah
sebagai berikut :

Kategori = x 100%

Kategori A = x 100% = 0%

Kategory B = 3x 100% =50%

Kategory C = 3x 100% =50%

Tabel 4.10 Hasil LTA

Failure mode
Kategori Jumlah %
A 0 0%
B 3 50%
C 3 50%
D 0 0,00%
D/A 0 0,00%
D/B 0 0,00%
D/C 0 0,00%
Jumlah 100,00%

Hasil Logic Tree Analyse yang ditunjukan pada tabel 4.10 diatas, dari 6
mode kegagalan yang ditemukan 50% adalah category outage problem (B)
dimana category ini dapat mematikan sistem, sesuai hasil analyse FMEA dan
LTA jika kontaktor dan relay rusak maka dapat mematikan sistem sehingga mesin
tidak dapat dioperasikan. 50% juga masuk dalam category (C) dimana mode
kegagalan menunjukan mode kegagalan kerusakan dapat diabaikan dan tidak
mengancam. Hasil LTA menunjukan tidak ditemukan Failure Mode untuk Hidden
Failure Mode dan Infestigation econim problem (D/C). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa setengah dari keseluruhan kerusakan pada alat pencetak koran
dapat mematikan sistem dan kurangnya kapasitas produksi.

45
4.4 Penentuan Komponen Kritis

Komponen kritis merupakan komponen yang paling sering mengalami


kerusakan pada suatu mesin. Komponen kritis mesin Offset yang menjadi fokus
dalam pembuatan Predictive Maintenance ditentukan melalui pareto chart.
Penentuan komponen kritis menggunakan pareto chart karena dari seluruh
kerusakan komponen akan menyebabkan mesin Offset berhenti. Mesin Offset
tersebut akan dilakukan perbaikan maupun penggantian. Pembuatan pareto chart
dilakukan dengan cara mengumpulkan data mengenai unplanned downtime
mengenai kerusakan komponen yang terjadi pada mesin Offset yang diperoleh
dari daily report mesin Offset.

Pareto Chart of Nama Komponen


90 100
80
Frekuensi Kerusakan

70 80

60

Percent
60
50
40
40
30
20 20
10
0 0
Nama Komponen

Frekuensi Kerusakan 20 15 14 13 9 9 7 3
Percent 22.2 16.7 15.6 14.4 10.0 10.0 7.8 3.3
Cum % 22.2 38.9 54.4 68.9 78.9 88.9 96.7 100.0

Gambar 4.6 Pareto chart komponen kritis mesin Offset

Hasil pareto chart pada gambar 4.6 dapat dilihat bahwa kerusakan terbesar
pada komponen karet pengisap kertas sebesar 22,2%. Kerusakan komponen yang
terjadi pada mesin Offset terjadi pada delapan komponen. Kedelapan komponen
kritis tersebut perlu diperbaiki terlebih dahulu dalam upaya meningkatkan
availability dan reliability mesin Offset. Komponen kritis pada mesin Offset ini
diantaranya adalah reley, kontaktor, sensor kertas, bearing, roll air, blengket, karet
pengisap kertas, kompresor.

4.4.1 Pengujian Distribusi dan Penentuan Parameter

Uji goodness of fit test kemudian dilakukan untuk menunjukan probability


plot, nilai Anderson darling (AD) dan nilai Pearson Correlation Coefficient dari

46
beberapa dugaan distribusi. Nilai Anderson Darling berfungsi untuk mengukur
kesesuaian distribusi terhadap distribusi tertentu.

Nilai AD ditentukan dengan menggunakan weighted squared distance


dengan untuk mengukur jarak antara garis yang terbentuk dengan garis probability
plot. Probability plot diperoleh dengan berdasarkan pendekatan maximum
likelihood atau least squares estimates.

Nilai pearson correlation coefficient diperoleh dengan pendekatan least


squares estimates. Nilai pearson correlation coefficient merupakan salah satu
ukuran korelasi yang digunakan untuk mengukur kekuatan dan arah hubungan
linier dari dua variabel. Dua variabel dikatakan berkorelasi apabila perubahan
salah satu variabel disertai dengan perubahan variabel lainnya, baik dalam arah
yang sama ataupun arah yang sebaliknya. Nilai pearson correlation coefficient
yang kecil (tidak signifikan) bukan berarti kedua variabel tersebut tidak saling
berhubungan, kedua variabel dapat mempunyai keeratan hubungan yang kuat
namun nilai koefisien korelasinya mendekati nol. Pearson correlation coefficient
hanya mengukur kekuatan hubungan linier dan tidak pada hubungan non linier.

Probability Plot for Frekuensi Kerusakan


LSXY Estimates-Complete Data
Correlation Coefficient
Weibull Lognormal
Weibull
99 0.969
90
Lognormal
90
50
0.945
Exponential
Percent

Percent

50 *
10 Loglogistic
0.951
10

1 1
0.1 1 10 1 10 100
Frekuensi Kerusakan Frekuensi Kerusakan

Exponential Loglogistic
99
90
90
50
Percent

Percent

50
10
10

1 1
0.1 1 10 100 1 10 100
Frekuensi Kerusakan Frekuensi Kerusakan

Gambar 4.7 Hasil Uji Goodness of Fit Test Interval Waktu Kerusakan Mesin
Offset

Grafik probability plot pada gambar 4.7 menunjukan bahwa kedelapan


plot data yang mendekati fitted line (cumulative distribution function) adalah pada
grafik distribusi lognormal dan exponential. Hal tersebut ditunjukan dengan

47
melihat plot yang ada mendekati fitted line. Data interval waktu kerusakan juga
ditentukan dengan melihat pola/bentuk distribusi data dengan digambarkan
kedalam histogram pada gambar 4.8.

Hasil penentuan distribusi dari beberapa analisa yang telah dilakukan


kemudian disimpulkan distribusinya.

Histogram of Frekuensi Kerusakan


2.0

1.5
Frequency

1.0

0.5

0.0
4 8 12 16 20
Frekuensi Kerusakan

Gambar 4.8 Histogram Interval Waktu Kerusakan komponen kritis

Penentuan parameter dilakukan dengan peninjauan pada data kerusakan


yang sama dengan software MINITAB, yaitu dengan menggunakan distribution
overview.
Distribution Overview Plot for Frekuensi Kerusakan
ML Estimates-Complete Data
Table of Statistics
Probability Density Function Weibull
Shape 2.43784
0.075 90
Scale 12.6872
Mean 11.2504
50 StDev 4.92388
0.050 Median 10.9162
Percent
PDF

IQR 6.89573
10 Failure 8
0.025
Censor 0
AD* 1.713
0.000 1
0 10 20 1 10
Frekuensi Kerusakan Frekuensi Kerusakan

Survival Function Hazard Function


100
0.45

0.30
Percent

Rate

50

0.15

0 0.00
0 10 20 0 10 20
Frekuensi Kerusakan Frekuensi Kerusakan

Gambar 4.9 Distribution Overview Interval Waktu Kerusakan komponen kritis

Hasil distribution overview pada gambar 4.9, dapat diperoleh parameter


dari distribusi lognormal komponen kritis dalam table of statistics. Parameter dari
distribusi lognormal yaitu shape dengan nilai 2,43784, scale (s) dengan nilai
12,6872, dan median (tmed) dengan nilai 10,9162. Nilai scale menunjukan bentuk

48
atau pola dari beberapa fungsi probabilitas seperti probability densitiy function,
reliability function, dan hazard function. Nilai median menunjukan nilai tengah
dari data interval waktu kerusakan.

Tabel 4.11 Distribusi dan Parameter Interval Waktu Kerusakan Mesin Offset

Komponen Distribusi Median Shape Scale


Kontaktor Lognormal 10,9162 2,43784 12,6872

4.4.2 Analisa Reliability Komponen Kritis Mesin Offset

Analisa reliability komponen kritis mesin offset menggunakan data


interval waktu kerusakan komponen kritis mesin offset selanjutnya juga dihitung
fungsi reliability (R(t)). Data yang digunakan adalah interval waktu kerusakan
komponen kritis mesin offset. Perhitungan reliability digunakan pada mesin offset
yang berdistribusi lognormal untuk interval waktu (t) satu hari, dengan nilai yang
diketahui yaitu scale (s) 12,6872 dan median (tmed) 10,9162 adalah sebagai berikut:

R(t) = 1 - φ
( 1s ln t t )
med
= 1 - 3,14 ( 12,6872
1
ln
10,9162 )
3
= 1- 3,14 (0,0788 ln

0,2748)

= 1 – 3,14 (0,0788 (-1,2917) = 2,14 (-0,1017) = R(t) 0,2176

49
4.4.3 Analisa MTTF dan MTTR

Mean time to failure merupakan rata-rata selang waktu (interval waktu)


terjadinya kerusakan pada sebuah komponen. Data yang digunakan adalah data
interval waktu kerusakan, kemudian dihitung selisihnya antar waktu kejadian
keruskan. Dari hasil pengolahan data menggunakan softwere minitab diketahui
bahwa data mendekati distribusi lognormal dengan nilai scale = 12,6872 dan nilai
shape = 2,43784 dengan rata-rata waktu antar kerusakan 10,9162 jam dengan
keandalan kompenen sebesar 34,36%.

Perhitunan nilai MTTR bertujuan untuk mengetahui lama rata-rata


perbaikan atau penggantian komponen. Nilai MTTR diperoleh dari perhitungan
yang sama seperti dengan perhitungan MTTF. Data yang digunakan adalah data
lama perbaikan, lama penggantian serta lama perbaikan dan penggantian
komponen.

Dari hasil pengolahan data menggunakan software minitab diketahui


bahwa data mendekati distribusi lognormal dengan nilai shape = 2,43784
dan nilai scale = 12,6872 dengan rata-rata waktu antar perbaikan 11,250 Menit.

4.4.4 Penjadwalan Predictive Maintenance Komponen Kritis

Dalam penelitian ini perusahaan aktif melakukan produksi selama 264


hari kerja efektif dengan waktu kerja selama 792 jam selama satu tahun. Periode
penggantian komponen kontaktor pada mesin dalam waktu satu tahun yang
harus dilakukan oleh perusahaan dengan usulan penggantian selama 10,9162
jam adalah 792 : 10,9162 = 7,25527 atau 7 kali/tahun.

Dari hasil pengolahan data diatas diketahui bahwa rata-rata waktu


antar kerusakan komponen kontaktor terjadi setiap 792 jam/33 hari yang berarti
perusahaan harus melakukan penggantian atau perawatan komponen setiap 792
jam sekali hal ini ditujukan agar mesin selalu siap untuk melakukan proses
produksi. Sedangkan untuk rata-rata waktu antar perbaikan atau pengecekan
komponen yang harus dilakukan perusahaan yaitu setiap 11 menit sekali.

50

Anda mungkin juga menyukai