Harga yang sangat kompetitif, proses cepat dan tepat waktu, kualitas yang
terjamin, serta dukungan operator yang handal dan expert juga infrastruktur yang
mutakhir dan modern, menjadikan kami di percaya untuk menjadi mitra
percetakan bagi beberapa perusahaan media di Kota Ambon, maupun instansi
pemerintah segala produk percetakan Offset seperti Company Profile, Annual
Report, Brosur, Poster, Leaflet, Paper Bag, Seminar Kit, Buku-buku, Packaging,
serta keperluan kantor dan pribadi dengan skala terbatas ataupun dalam jumlah
besar seperti: Kartu Nama, Amplop, Kop Surat, Kwitansi, Faktur, Form-form
standar maupun khusus, Kalender, dan lain sebagainya. Hal ini merupakan bukti
nyata dari loyalitas dan kepercayaan mitra pelanggan terhadap kami.
25
4.1.2 Visi dan Misi
Visi :
Misi :
26
4.1.4 Deskripsi Tugas Jabatan (PT . Maina Manawa Perkasa)
a. Direktur
1. Bertanggung jawab atas tercapainya tujuan perusahaan
2. Bertanggung jawab menjamin kelancaran perusahaan
3. Bertanggung jawab dalam bidang perencanaan, pelaksanaan dan
pengembangan
b. Bagian Keuangan dan Administrasi
1. Merencanakan cash flow perusahaan
2. Mencatat penerimaan dan pengeluaran sehari hari
3. Membuat laporan keuangan harian, mingguan, bulanan, dan
tahunan
4. Menjalankan fungsi administrasi perusahaan
5. Mengkalkulasi orderan
c. Bagian Produksi
1. Bertanggung jawab terhadap kualitas, ketepatan waktu dan
kelancaran seluruh kegiatan produksi
2. Mengkoordinasi dan mengawasi antara bagian pracetak, cetak dan
finishing
d. Bagian Pemasaran dan Humas
1. Merencanakan dan melaksanakan strategi pemasaran
2. Bertanggung jawab atas tercapainya target pemasaran
3. Proof hasil setting dan humas
e. Bagian Pracetak
1. Bertanggung jawab atas kualitas dan ketepatan waktu dalam
menyiapkan setting, disain, film, dan master
f. Bagian Cetak
1. Bertanggung jawab atas kualitas dan ketepatan waktu hasil cetakan
2. Bertanggung jawab atas kebersihan dan kelancaran peralatan cetak
yang dipegangnya
g. Bagian Finishing
1. Bertanggung jawab atas penyelesaian akhir setiap order cetakan,
baik pemotongan, penjilitan maupun pengepakan
27
4.1.5 Sistem Produksi PT. Maina Manawa Perkasa
28
4.2 Sistem Waktu Kerja dan Proses Produksi
Percetakan melakukan berproduksi hampir setiap hari kecuali hari minggu
dan hari besar. Proses percetakan setiap harinya di mulai dari pukul 01.00 wit
sampai 03.00 wit. Bagian proses produksi PT. MMP dibagi ke dalam tiga proses
utama, yaitu proses pracetak, proses cetak, dan finishing yang dapat dilihat dalam
bagan berikut:
29
4. 2. 1 Faktor – Faktor Penyebab Kerusakan Pada Mesin Cetak Offset
1. Kurangnya pengetahuan dari operator mengenai cara penggunaan dan
perawatan yang benar untuk mesin cetak Offset.
Operator hanya bisa mengendalikan mesin sebatas menyalakan,
mengoperasikan, dan mematikan mesin tersebut. Namun setelah
menggunakan mesin tersebut, operator tidak melakukan pengecekan dan
pembersihan setelah selesai digunakan.
2. Tidak ada teknisi untuk perawatan khusus mesin cetak Offset.
Tidak ada teknisi untuk mesin cetak Offset juga merupakan salah satu
faktor yang membuat mesin mengalami kerusakan. Karena ketika mesin
mengalami sedikit gangguan, tidak ada teknisi untuk mengatasi gangguan
tersebut untuk itu seringkali teknisi di datangkan dari luar untuk
memperbaiki.
3. Tidak ada jadwal untuk perawatan mesin.
Mesin cetak Offset digunakan tanpa ada jadwal untuk melakukan
perawatan. Ketika mesin dinyalakan, tidak ada set up mesin. Setelah
selesai digunakan maka mesin tersebut dimatikan dan dibiarkan tanpa
adanya pengecekan kembali atau pembersihan mesin oleh operator.
30
4. 2. 2 Analisa Waktu Kerusakan
NO Komponen Frekuensi
Kerusakan
1 Reley 9 kali/bulan
2 Kontaktor 9 kali/bulan
3 Sensor Kertas 7 kali/bulan
4 Roll Air 15 kali/bulan
5 Blengket 13 kali/bulan
6 Karet Pengisap Kertas 20 kali/bulan
Sumber: Wawancara Operator
Dari tabel diatas jenis kerusakan komponen pada mesin pencetak koran antara
lain:
31
4. 3 Analisa menggunakan metode reliability centred maintenance (RCM)
Analisa dengan metode Reliability Centred Maintenance dengan
langakah-langkah sebagai berikut:
Mesin Pencetak koran Offset adalah mesin yang cara kerjanya untuk
melakukan proses terakhir dari proses produksi yang dilengkapi dengan
komponen atau mesin pendukung berupa, mesin Print Plate, mesin Lipat Plate,
mesin Roll stand dimana proses produksi dimulai dari masuknya kertas yang
dikirim dari mesin rollstand, kemudian kertas melewati mesin penarik kertas dari
mesin rollstand, sehingga nanti dialirkan ke roll warna kuning, selanjutnya
diteruskan pada roll warna biru,merah dan hitam dan terakhir melewati tuas
pelipat kertas sebelum masuk ke mesin punch. Maka secara keseluruhan sistem
pada mesin Offset ada input, proses, dan output. Input dari sistem ini adalah kertas
polos yang dialirkan dari mesin rollstand, kemudian masuk pada proses
memberikan tinta pada tulisan dan gambar baik itu warna merah, biru, dan lain-
lain, dan output dari mesin Offset adalah kertas yang sudah berisi berita-berita
dalam bentuk lembaran panjang.
32
4.3.2 Defenisi Batasan Sistem
Proses pencetakan merupakan proses akhir dari proses produksi pada PT.
Maina Manawa Perkasa terdapat 1 mesin cetak koran (Offset) dan 4 mesin
pendukung proses pencetakan. Pada unit percetakan PT. MMP dalam satu hari,
mesin Offset dioperasikan selama 3 jam dari mulai waktu kerja hingga produk
siap untuk distribusikan.
33
c. Sensor kertas adalah komponen kelistrikan yang berfungsi
sebagai pendeteksi kertas sebelum masuk ke blengket cetak
4.3.3 Deskripsi Sistem dan Diagram Blok Fungsional
Dalam Proses produksi koran pada PT. Maina Manawa Perkasa ini
melewati 3 tahapan dimana adanya input, proses dan output dimana pada proses
ini dapat diklasifikasikan penyebab kegagalan produksi atau kerusakan mesin-
mesin produksi sebagai berikut :
34
dan kurangnya penyediaan sparepart, dikarenakan harus didatangkan
dari luar pada PT. Maina Manawa Perkasa.
b. Faktor sumber daya manusia (Operator)
Dalam proses produksi pada PT. Maina Manawa Perkasa, peranan
operator sangatlah penting. Dimana mesin-mesin produksi pada saat
ini proses menghidupkan dan mematikan mesin produksi masih
menggunakan sentuhan operator, dalam faktor penyebab ini
operator-operator pada PT. Maina Manawa Perkasa masih minimnya
memahami penggunaan mesin dengan baik dan tidak adanya tenaga
ahli serta kurangnya ketersediaan buku pedoman penggunaan mesin-
mesin produksi pada PT. MMP.
c. Faktor ketidak tersedianya jadwal perawatan mesin.
PT. Maina Manawa Perkasa sebagaimana diketahui melalui
wawancara, dan observasi dalam tahapan penelitian. Ditemukan
ketidak tersedianya jadwal perawatan mesin-mesin produksi.
Sehingga jika terjadi kerusakan operator pada PT. MMP hanya
melakukan perawatan dan perbaikan yang biasa saja seperti waktu
pergantian pergantian spare part tidak dilakukan hanya sekedar
membersihkan saja.
35
4.3.5 Failure Mode and Effect Analyse ( FMEA)
36
Berikut ini disajikan failure mode and effect analyse untuk komponen
kelistrikan dengan 3 komponen antara lain
37
Tabel 4.4 failure mode and effect analyse untuk komponen Kontaktor
3. Sensor Kertas berfungsi sebagai alat pendeteksi kertas pada saat kertas
masuk ke mesin pencetak atau silinder plate. Dalam tabel 4.5 nilai
severity operator memberikan nilai rendah karena tingkat kegagalan
relatif kecil dan mesin masih bisa dioperasikan yaitu nilai 1. Sedangkan
occurance dalam tabel tersebut mendapatkan nilai 1. Pada detection
dapat dideteksin rollnya sobek mendapkan nilai 9. Maka nilai RPN
adalah
RPN = S x O x D = 1 x 1 x 9 = 9
Tabel 4.5 failure mode and effect analyse untuk komponen Sensor Kertas
Dari hasil perhitungan RPN terdapat 3 komponen yang dilakukan memiliki nilai
indeks tertinggi yaitu kontaktor dengan nilai RPN 72, dan relay nilai sebesar
RPN 32. Sedangkan 1 komponen lainya nilai RPN masih sangat minim sehingga
38
diprioritaskan pada komponen kelistrikan adalah 2 komponen yang memiliki nilai
RPN terbesar.
Tabel 4.6 failure mode and effect analyse untuk komponen Roll Air
39
RPN = S x O x D = 4 x 2 x 7 = 56
Tabel 4.7 failure mode and effect analyse untuk komponen Blengket
Tabel 4.8 failure mode and effect analyse untuk komponen karet penghisap
kertas
40
Dari hasil perhitungan RPN terdapat 2 komponen yang dilakukan yang
memiliki nilai indeks tertinggi yaitu karet penghisap kertas dengan nilai RPN 60,
dan blengket nilai sebesar RPN 56. Sedangkan 3 komponen lainya nilai RPN
masih sangat minim sehingga diprioritaskan pada komponen mekanik adalah 2
komponen yang memiliki nilai RPN terbesar.
setiap mode kerusakan dan melakukan peninjauan terhadap fungsi dan kegagalan
informasi mengenai nomor dan nama kegagalan fungsi, nomor dan mode
kategori. Empat hal yang penting dalam analisis kekritisan yaitu sebagai berikut:
keselamatan?
41
3. Kategori C (Economic problem)
Pada Gambar 4.5 ditunjukkan flowchart penyusunan Logic Tree Analysis (LTA).
42
Tabel 4.9 Logic tree analyse (LTA)
Ket :
Y : Yes
N : No
A : Safety problem
B : Outage Problem
43
Kerusakan pada relay dapat diketahui oleh operator sehingga dalam tabel
4.9 kolom evident diisi dengan N. Kerusakan tidak menimbulkan masalah untuk
operator mesin cetak offset maka dari itu kolom savety diisi dengan N, meski
tidak menimbulkan masalah keselamatan namun kerusakan tersebut dapat
mengakibatkan terhambatnya proses produksi dan menghentikan mesin produksi,
pada kolom outage diisi Y. Kerusakan yang terjadi di kategorikan mode
kegagalan tidak berdampak pada keamanan dan dapat diabaikan.
Kerusakan sensor penarik kertas dapat dilihat dari tidak masuknya kertas
ke blangket evident diisi dengan Y. Pada saat kegagalan tersebut tidak ada
masalah keselamatan terhadap operator savety diisi N, dan kolom outage diisi N
kegagalan ini di kategorikan C dimana kerusakan dapat menghentikan proses
produksi.
Kerusakan Roll air dapat dilihat pada hasil produksi koran evident diisi
dengan Y. Pada saat kegagalan tersebut tidak ada masalah keselamatan terhadap
operator savety diisi N, dan kolom outage diisi Y kegagalan ini di kategorikan B
dimana kerusakan dapat menghentikan proses produksi.
Kerusakan pada blengket dapat dilihat pada hasil produksi koran evident
diisi dengan Y. Pada saat kegagalan tersebut tidak ada masalah keselamatan
terhadap operator savety diisi N, dan kolom outage diisi Y kegagalan ini di
kategorikan C dimana kerusakan dapat diabaikan
44
Secara matematis, presentase Failure mode berdasrkan LTA adalah
sebagai berikut :
Kategori = x 100%
Kategori A = x 100% = 0%
Failure mode
Kategori Jumlah %
A 0 0%
B 3 50%
C 3 50%
D 0 0,00%
D/A 0 0,00%
D/B 0 0,00%
D/C 0 0,00%
Jumlah 100,00%
Hasil Logic Tree Analyse yang ditunjukan pada tabel 4.10 diatas, dari 6
mode kegagalan yang ditemukan 50% adalah category outage problem (B)
dimana category ini dapat mematikan sistem, sesuai hasil analyse FMEA dan
LTA jika kontaktor dan relay rusak maka dapat mematikan sistem sehingga mesin
tidak dapat dioperasikan. 50% juga masuk dalam category (C) dimana mode
kegagalan menunjukan mode kegagalan kerusakan dapat diabaikan dan tidak
mengancam. Hasil LTA menunjukan tidak ditemukan Failure Mode untuk Hidden
Failure Mode dan Infestigation econim problem (D/C). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa setengah dari keseluruhan kerusakan pada alat pencetak koran
dapat mematikan sistem dan kurangnya kapasitas produksi.
45
4.4 Penentuan Komponen Kritis
70 80
60
Percent
60
50
40
40
30
20 20
10
0 0
Nama Komponen
Frekuensi Kerusakan 20 15 14 13 9 9 7 3
Percent 22.2 16.7 15.6 14.4 10.0 10.0 7.8 3.3
Cum % 22.2 38.9 54.4 68.9 78.9 88.9 96.7 100.0
Hasil pareto chart pada gambar 4.6 dapat dilihat bahwa kerusakan terbesar
pada komponen karet pengisap kertas sebesar 22,2%. Kerusakan komponen yang
terjadi pada mesin Offset terjadi pada delapan komponen. Kedelapan komponen
kritis tersebut perlu diperbaiki terlebih dahulu dalam upaya meningkatkan
availability dan reliability mesin Offset. Komponen kritis pada mesin Offset ini
diantaranya adalah reley, kontaktor, sensor kertas, bearing, roll air, blengket, karet
pengisap kertas, kompresor.
46
beberapa dugaan distribusi. Nilai Anderson Darling berfungsi untuk mengukur
kesesuaian distribusi terhadap distribusi tertentu.
Percent
50 *
10 Loglogistic
0.951
10
1 1
0.1 1 10 1 10 100
Frekuensi Kerusakan Frekuensi Kerusakan
Exponential Loglogistic
99
90
90
50
Percent
Percent
50
10
10
1 1
0.1 1 10 100 1 10 100
Frekuensi Kerusakan Frekuensi Kerusakan
Gambar 4.7 Hasil Uji Goodness of Fit Test Interval Waktu Kerusakan Mesin
Offset
47
melihat plot yang ada mendekati fitted line. Data interval waktu kerusakan juga
ditentukan dengan melihat pola/bentuk distribusi data dengan digambarkan
kedalam histogram pada gambar 4.8.
1.5
Frequency
1.0
0.5
0.0
4 8 12 16 20
Frekuensi Kerusakan
IQR 6.89573
10 Failure 8
0.025
Censor 0
AD* 1.713
0.000 1
0 10 20 1 10
Frekuensi Kerusakan Frekuensi Kerusakan
0.30
Percent
Rate
50
0.15
0 0.00
0 10 20 0 10 20
Frekuensi Kerusakan Frekuensi Kerusakan
48
atau pola dari beberapa fungsi probabilitas seperti probability densitiy function,
reliability function, dan hazard function. Nilai median menunjukan nilai tengah
dari data interval waktu kerusakan.
Tabel 4.11 Distribusi dan Parameter Interval Waktu Kerusakan Mesin Offset
R(t) = 1 - φ
( 1s ln t t )
med
= 1 - 3,14 ( 12,6872
1
ln
10,9162 )
3
= 1- 3,14 (0,0788 ln
0,2748)
49
4.4.3 Analisa MTTF dan MTTR
50