Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

TAFSIR AYAT QAUNIAH

“ Mentadabburi ayat tentang laut beserta isinya”

Disusun oleh:

Rahmat Hidayat

Dosen pembimbing :

ABDUL RASYID, Lc.MA

PROGRAM STUDI ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USULUDDIN

SEKOLAH TINGGI ILMU QUR’AN KEPULAUAN RIAU

2021M/1442H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah member rahmat dan hidayah-Nya serta kesehatan,
keselamatan kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Semata-semata untuk menyempurnakan materi kuliah Membahas Tafsir, dalam bentuk makalah
yang berjudul “Mentadabburi ayat tentang laut beseta isinya”.

Penulis berharap apa yang telah penulis paparkan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan bagi para pembaca umumnya. Tak lupa pula penulis ucapkan ribuan terimakasih kepada
Bapak dosen yang telah memberikan ilmunya dan pengarahannya serta bantuannya kepada
penulis dalam penyelesaian tugas ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kesalahandan kekurangan.
Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat memperbaikidari para pembaca sangat penulis harapkan.

Atas segala perhatiannya, penulis ucapkan terimakasih. Penulis berharap semoga penyajian
makalah penulis ini dapat diterima bagi para pembaca. Semoga Allah swt senantiasa
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.

Batam , 01 juni 2021

Tim Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB I PEMBAHASAN.....................................................................................................

A. Kapal dan bahtera di laut................................................................................................

B. Manfaat bahtera di laut...................................................................................................

C. Halalnya setiap Hewan di lautan.....................................................................................

D. Perbandingan isi lautan dan kalimat Allah.....................................................................

BAB II PENUTUP..............................................................................................................

A. Kesimpulan.....................................................................................................................

B. Penutup...........................................................................................................................

BAB I
PEMBAHASAN

A. Kapal dan Bahtera di Laut

Allah Ta’ala menjelaskan bagaimanakah keadaan laut yang di atasnya mengapung bahtera dan
kapal. Semuanya ditundukkan oleh Allah Ta’ala.

Allah Ta’ala berfirman,

‫ار فِي ْالبَحْ ِر َكاَأْلعْاَل ِم‬


ِ ‫َو ِم ْن َآيَاتِ ِه ْال َج َو‬
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah kapal-kapal di tengah (yang berlayar) di laut
seperti gunung-gunung.” (QS. Asy Syura: 32).

Lihatlah bagaimana nampaknya kapal tersebut di lautan.

‫ت فِي ْالبَحْ ِر َكاَأْلعْاَل ِم‬


ُ ‫ار ْال ُم ْن َشَآ‬
ِ ‫َولَهُ ْال َج َو‬
“Dan kepunyaanNya-lah bahtera-bahtera yang tinggi layarnya di lautan laksana gunung-
gunung.” (QS. Ar Rahman: 24).

Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya mengatakan bahwa bahtera tersebut nampak besar seperti
gunung. Apa yang Ibnu Katsir katakan ini benar seperti yang kita saksikan di lautan saat
berlayar, subhanallah. Kita akan lihat berbagai kapal yang kecil dan besar seperti gunung yang
berjalan di lautan.

Dalam ayat lain juga disebutkan bagaimanakah kapal itu ditundukkan oleh Allah Ta’ala,

‫ي فِي ْالبَحْ ِر بَِأ ْم ِر ِه َو َس َّخ َر لَ ُك ُم اَأْل ْنهَا َر‬ َ ‫َو َس َّخ َر لَ ُك ُم ْالفُ ْل‬
َ ‫ك لِتَجْ ِر‬

“Dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan
kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.” (QS. Ibrahim: 32).

‫ك تَجْ ِري فِي ْالبَحْ ِر بَِأ ْم ِر ِه‬


َ ‫ض َو ْالفُ ْل‬
ِ ْ‫َألَ ْم ت ََر َأ َّن هَّللا َ َس َّخ َر لَ ُك ْم َما فِي اَأْلر‬
“Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa yang ada di bumi dan
bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya.” (QS. Al Hajj: 65).

B. Manfaat Bahtera di Laut


Kapal yang berada di lautan membawa manfaat bagi manusia karena mereka dapat berpindah
dari satu tempat ke tempat yang lain sebagaimana diterangkan dalam ayat,

َ َّ‫ك الَّتِي تَجْ ِري فِي ْالبَحْ ِر بِ َما يَ ْنفَ ُع الن‬


‫اس‬ ِ ‫ار َو ْالفُ ْل‬
ِ َ‫ف اللَّ ْي ِل َوالنَّه‬ ِ ْ‫ت َواَأْلر‬
ْ ‫ض َو‬
ِ ‫اختِاَل‬ ِ ‫ِإ َّن فِي خَ ْل‬
ِ ‫ق ال َّس َما َوا‬

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera
yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia.” (QS. Al Baqarah: 164). Imam
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan bahwa manfaat bahtera di lautan adalah dapat
memindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain.

Juga renungkan ayat berikut,

‫ك فِي ْالبَحْ ِر لِتَ ْبتَ ُغوا ِم ْن فَضْ لِ ِه ِإنَّهُ َكانَ بِ ُك ْم َر ِحي ًما‬
َ ‫َربُّ ُك ُم الَّ ِذي ي ُْز ِجي لَ ُك ُم ْالفُ ْل‬

“Rabb-mu adalah yang melayarkan kapal-kapal di lautan untukmu, agar kamu mencari
sebahagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyayang terhadapmu. ” (QS. Al
Israa’: 66).

Syaikh As Sa’di dalam Taisir Karimir Rahman berkata, “Kapal yang berada di lautan diambil
manfaatnya. Berbagai barang dibawa untuk kepentingan manusia dan untuk dagang mereka. Ini
semua karena rahmat Allah pada hamba-Nya. Allah senantiasa menyayangi hamba-Nya dan
memberikan manfaat pada mereka.”

Juga dalam ayat lain disebutkan,

َ‫ك فِي ِه بَِأ ْم ِر ِه َولِتَ ْبتَ ُغوا ِم ْن فَضْ لِ ِه َولَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُون‬
ُ ‫ي ْالفُ ْل‬
َ ‫هَّللا ُ الَّ ِذي َس َّخ َر لَ ُك ُم ْالبَحْ َر لِتَجْ ِر‬

“Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya
dengan seizin-Nya dan supaya kamu dapat mencari karunia -Nya dan mudah-mudahan kamu
bersyukur.” (QS. Al Jatsiyah: 12). Yang dimaksud mencari karunia Allah adalah lewat
perdagangan dan mata pencaharian lainnya, Demikian kata Syaikh As Sa’di dalam tafsirnya.

C. Halalnya Setiap Hewan di Lautan


Pelajaran yang bisa kita petik lainnya adalah halalnya hewan laut. Semua yang berada di laut
termasuk pula yang memiliki nama yang sama dengan hewan di daratan, tetap halal.

Allah Ta’ala berfirman,

َ ‫ُأ ِح َّل لَ ُك ْم‬


‫ص ْي ُد ْالبَحْ ِر َوطَ َعا ُمهُ َمتَاعًا لَ ُك ْم َولِل َّسيَّا َر ِة‬

“Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan
yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan.” (QS. Al Maidah: 96).

Dalam ayat lain juga disebutkan,

َ ‫َوهُ َو الَّ ِذي َس َّخ َر ْالبَحْ َر لِتَْأ ُكلُوا ِم ْنهُ لَحْ ًما‬
َ ‫ط ِريًّا َوتَ ْست َْخ ِرجُوا ِم ْنهُ ِح ْليَةً ت َْلبَسُونَهَا َوت ََرى ْالفُ ْل‬
‫ك َم َوا ِخ َر فِي ِه َولِتَ ْبتَ ُغوا ِم ْن فَضْ لِ ِه َولَ َعلَّ ُك ْم‬
َ‫تَ ْش ُكرُون‬

“Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan
daripadanya daging yang segar (ikan).” (QS. An Nahl: 14).

Kedua ayat di atas menunjukkan halalnya hewan yang diburu di lautan. Bahkan bangkai
hewan air saja halal sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan:

ِ ‫ضْأنَا بِ ِه ع‬
‫َط ْشنَا‬ َّ ‫يل ِمنَ ْال َما ِء فَِإ ْن تَ َو‬
َ ِ‫ فَقَا َل يَا َرسُو َل هَّللا ِ ِإنَّا نَرْ َكبُ ْالبَحْ َر َونَحْ ِم ُل َم َعنَا ْالقَل‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ى‬َّ ِ‫َسَأ َل َر ُج ٌل النَّب‬
ُ‫ ه َُو الطَّهُو ُر َماُؤ هُ ْال ِحلُّ َم ْيتَتُه‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ضُأ بِ َما ِء ْالبَحْ ِر فَقَا َل َرسُو ُل هَّللا‬َّ ‫َأفَنَتَ َو‬

“Seseorang pernah menanyakan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah,
kami pernah naik kapal dan hanya membawa sedikit air. Jika kami berwudhu dengannya, maka
kami akan kehausan. Apakah boleh kami berwudhu dengan air laut?” Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam lantas menjawab, “Air laut itu suci dan bangkainya pun halal.” (HR. Abu Daud
no. 83, An Nasai no. 59, At Tirmidzi no. 69). Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini
shahih)

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫د َوالطِّ َحا ُل‬œُ ِ‫ُوت َو ْال َج َرا ُد َوَأ َّما ال َّد َما ِن فَ ْال َكب‬ ْ َّ‫ُأ ِحل‬
ُ ‫ت لَنَا َم ْيتَتَا ِن َو َد َما ِن فََأ َّما ْال َم ْيتَتَا ِن فَ ْالح‬

“Kami dihalalkan dua bangkai dan darah. Adapun dua bangkai tersebut adalah ikan dan belalang.
Sedangkan dua darah tersebut adalah hati dan limpa.” (HR. Ibnu Majah no. 3314. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Penulis ‘Aunul Ma’bud berkata, “Seluruh hewan air yaitu yang tidak hidup kecuali di air
adalah halal. Inilah pendapat Imam Malik, Imam Asy Syafi’i dan Imam Ahmad. Ulama-ulama
tersebut mengatakan bahwa bangkai dari hewan air adalah halal.”
Dalam Kifayatul Akhyar disebutkan:

“Jika ada hewan di laut yang tidak bisa hidup kecuali di air seperti ikan dan semacamnya, maka
hukumnya halal. Tidak diharuskan menyembelih hewan air tersebut. Boleh jadi matinya karena
benturan atau mati begitu saja tanpa disembelih, tetaplah halal. Adapun hewan air yang bukan
berbentuk ikan, para ulama Syafi’iyah berselisih pendapat. Namun pendapat yang lebih tepat,
selama hewan tersebut adalah hewan air, maka halal.”

D. Perbandingan Lautan dengan Kalimat Allah

Lihatlah bagaimana lautan dijadikan bahan i’tibar (pelajaran) untuk merenungkan kalimat
Allah. Allah Ta’ala berfirman,

‫ات َربِّي َولَوْ ِجْئنَا بِ ِم ْثلِ ِه َم َددًا‬


ُ ‫ت َربِّي لَنَفِ َد ْالبَحْ ُر قَ ْب َل َأ ْن تَ ْنفَ َد َكلِ َم‬
ِ ‫قُلْ لَوْ َكانَ ْالبَحْ ُر ِمدَادًا لِ َكلِ َما‬

“Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Rabbku, sungguh
habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Rabbku, meskipun Kami datangkan
tambahan sebanyak itu (pula).” (QS. Al Kahfi: 109).

Dalam ayat lainnya disebutkan,

ِ ‫ات هَّللا ِ ِإ َّن هَّللا َ ع‬


‫َزي ٌز َح ِكي ٌم‬ ٍ ‫ض ِم ْن َش َج َر ٍة َأ ْقاَل ٌم َو ْالبَحْ ُر يَ ُم ُّدهُ ِم ْن بَ ْع ِد ِه َس ْب َعةُ َأ ْبح‬
ْ ‫ُر َما نَفِد‬
ُ ‫َت َكلِ َم‬ ِ ْ‫َولَوْ َأنَّ َما فِي اَأْلر‬
“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan
kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan)
kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Luqman: 27).

Kata Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah, “Ungkapan yang disebutkan
dalam ayat di atas bukanlah hiperbolis, namun memang demikian hakekatnya. Jika seseorang
berusaha mengenal (nama dan sifat) Allah, maka ia tidak mungkin bisa mengetahui seluruh sifat-
Nya yang begitu banyak. Dan perlu dipahami bahwa mengenal sifat-sifat Allah adalah sebesar-
besarnya nikmat.”

Allah Ta’ala berfirman:

ٍ ‫َّار َش ُك‬
‫ور‬ ٍ ‫صب‬ ٍ ‫ك تَجْ ِري فِي ْالبَحْ ِر بِنِ ْع َم ِة هَّللا ِ لِي ُِريَ ُك ْم ِم ْن َآيَاتِ ِه ِإ َّن فِي َذلِكَ َآَليَا‬
َ ِّ‫ت لِ ُكل‬ َ ‫َألَ ْم تَ َر َأ َّن ْالفُ ْل‬

“Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat
Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebahagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang
sangat sabar lagi banyak bersyukur.” (QS. Luqman: 31).

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Intinya, laut bisa dijadikan bahan i’tibar atau mengambil pelajaran. Allah lah yang
menundukkan semuanya yang berada di lautan sehingga bisa mengapung berbagai tumpukan
kayu dan besi. Itulah nikmat Allah supaya kita menjadi hamba yang bersabar dan besyukur, yaitu
sabar ketika menghadapi kesusahan, bersyukur ketika mendapatkan kebahagiaan, juga bersabar
dalam ketaatan dan menjauhi maksiat. Demikian keterangan Syaikh As Sa’di rahimahullah
tentang ayat di atas.

Semoga bermanfaat bahan tadabbur ini. Semoga Allah menunjuki kita menjadi hamba-Nya yang
pandai bersyukur.

B. Penutup

Demikian makalah yang dapat penulis sampaikan. Saran dan kritik senantiasa penulis
harapkan demi sempurnanya makalah ini. Semoga apa yang penulis sampaikan dalam makalah
ini dapat bermanfaat untuk penulis khususnya dan untuk semua teman mahasiswa STIQ pada
umumnya. Semoga niat baik kita dalam menuntuk ilmu senantiasa mendapat Ridho dari Allah
SWT. Aamiin.

Anda mungkin juga menyukai