Anda di halaman 1dari 44

MATERI AGENDA I

SIKAP PRILAKU BELA NEGARA


MODUL I
WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI-NILAI BELA NEGARA
A. Pengertian wawasan kebangsaan
Wawasan kebangsaan adalah cara pandang bangsa indosnesia dalam
rangka mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang di landasi
oleh jati diri bangsa (nathion character) dan kesadaran terhadap sistem
nasional (national system) yang bersumber dari Pancasila,UUD NRI Tahun
1945,NKRI dan bhineka tunggal Ika,guna memecahkan masyarakat yang
aman, adil,Makmur,dan sejahtra.
4 (empat) konsesus Dasar Berbangsa dan Bernegara:
a) Pancasila
b) Undang-Undang Dasar 1945
c) Bhineka Tunggal Ika
d) Negara Kesatuan Republik Indonesia
Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam sejarahnya
dirumuskan dalam sidang periode II BPUPKI (10-16 Juli 1945) dan
selanjutnya disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Adapun
tujuan NKRI seperti tercantuk dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV,
meliputi :
a) Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia ;
b) Memajukan kesejahteraan umum;
c) Mencerdaskan kehidupan bangsa; dan
d) Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial (Tujuan NKRI tersebut di atas
sekaligus merupakan fungsi negara Indonesia.)
B. Bendera,Bahasa,Lambang Negara,Serta Lagu kebangsaan
Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu, kebangsaan
Indonesia merupakan sarana pemersatu, identitas, dan wujud eksistensi
bangsa yang menjadi simbol kedaulatan dan kehormatan negara
sebagaimana diamanatkan dalam UndangUndang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu
kebangsaan Indonesia merupakan manifestasi kebudayaanyang berakar
pada sejarah perjuangan bangsa, kesatuan dalam keragaman budaya, dan
kesamaan dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
NILAI-NILAI BELA NEGARA
A. Sejarah Bela Negara
Tanggal 18 Desember 1948 pukul 23.30, siaran radio antara dari
Jakarta menyebutkan, bahwa besok paginya Wakil Tinggi Mahkota Belanda,
Dr. Beel, akan mengucapkan pidato yang penting. Sementara itu Jenderal
Spoor yang telah berbulan-bulan mempersiapkan rencana pemusnahan TNI
memberikan instruksi kepada seluruh tentara Belanda di Jawa dan
Sumatera untuk memulai penyerangan terhadap kubu Republik. Operasi
tersebut dinamakan "Operasi Kraai". Seiring dengan penyerangan terhadap
bandar udara Maguwo, pagi hari tanggal 19 Desember 1948, WTM Beel
berpidato di radio dan menyatakan, bahwa Belanda tidak lagi terikat dengan
Persetujuan Renville. Bunyi Perintah Kilat No.1 Panglima Besar
sebagaimana sebagai berikut :
a) Kita telah diserang.
b) Pada tanggal 19 Desember 1948 Angkatan Perang Belanda
menyerang Yogyakarta dan Lapangan Terbang Maguwo.
c) Pemerintah Belanda telah membatalkan persetujuan gencatan
senjata.
d) Semua Angkatan Perang menjalankan rencana yang telah
ditetapkan untuk menghadapi serangan Belanda
B. Pengertian Bela Negara
Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga
negara, baik secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga
kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara
yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa
Indonesia dan Negara dari berbagai Ancaman. Bela negara merupakan
sebuah implementasi dari teori kontrak sosial atau teori perjanjian sosial
tentang terbentuknya negara.
C. Nilai Dasar Bela Negara
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat
(3), nilai dasar Bela Negara meliputi :
a) cinta tanah air;
b) sadar berbangsa dan bernegara;
c) setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
d) rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e) kemampuan awal Bela Negara.
D. Pembinaan Kesadaran Bela Negara lingkup pekerjaan
Pembinaan Kesadaran Bela Negara adalah segala usaha, tindakan,
dan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka memberikan pengetahuan,
pendidikan, dan/atau pelatihan kepada warga negara guna
menumbuhkembangkan sikap dan perilaku serta menanamkan nilai dasar
Bela Negara. Pembinaan Kesadaran Bela Negara lingkup pekerjaan yang
ditujukan bagi Warga Negara yang bekerja pada : Lembaga Negara,
kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian dan pemerintah daerah,
Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, badan
usaha milik negaralbadan usaha milik daerah, badan usaha swasta, dan
badan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
E. INDIKATOR NILAI DASAR BELA NEGARA
Indikator cinta tanah air. Ditunjukkannya dengan adanya sikap :
a) Menjaga tanah dan perkarangan serta seluruh ruang
wilayahIndonesia.
b) Jiwa dan raganya bangga sebagai bangsa Indonesia
c) Jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negaranya.
d) Menjaga nama baik bangsa dan negara
e) Memberikan konstribusi pada kemajuan bangsa dan negara.
f) Bangga menggunakan hasil produk bangsa Indonesia
Indikator sadar berbangsa dan bernegara. Ditunjukkannya dengan adanya
sikap :
a) Indikator sadar berbangsa dan bernegara. Ditunjukkannya dengan
adanya sikap :
b) Menjalankan hak dan kewajibannya sebagai warga Negara sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c) Ikut serta dalam pemilihan umum.
d) Berpikir, bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan
negaranya.
e) Berpartisipasi menjaga kedaulatan bangsa dan negara.
Indikator setia pada Pancasila Sebagai ideologi Bangsa. Ditunjukkannya
dengan adanya sikap
a) Paham nilai-nilai dalam Pancasila
b) Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
c) Menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan negara.
d) Senantiasa mengembangkan nilai-nilai Pancasila.
e) Senantiasa mengembangkan nilai-nilai Pancasila.
Indikator rela berkorban untuk bangsa dan Negara. Ditunjukkannya dengan
adanya sikap :
a) Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk
kemajuan bangsa dan negara.
b) Siap membela bangsa dan negara dari berbagai macam ancaman.
c) Berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat, bangsa dan
negara.
d) Gemar membantu sesama warga negara yang mengalami kesulitan
e) Yakin dan percaya bahwa pengorbanan untuk bangsa dan
negaranya tidak sia-sia.
Indikator kemampuan awal Bela Negara. Ditunjukkannya dengan adanya
sikap:
a) Memiliki kecerdasan emosional dan spiritual serta intelijensia.
b) Senantiasa memelihara jiwa dan raga
c) Senantiasa bersyukur dan berdoa atas kenikmatan yang telah
diberikan Tuhan Yang Maha Esa
d) Gemar berolahraga
e) Senantiasa menjaga kesehatannya.
F. AKTUALISASI KESADARAN BELA NEGARA BAGI ASN
Cinta tanah air bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikap dan perilaku:
a) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah.
b) Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia
c) Sesuai peran dan tugas masing-masing, ASN ikut menjaga seluruh
ruang wilayah Indonesia baik ruang darat, laut maupun udara dari
berbagai ancaman, seperti : ancaman kerusakan lingkungan,
ancaman pencurian sumber daya alam, ancaman penyalahgunaan
tata ruang, ancaman pelanggaran batas negara dan lain-lain
d) ASN sebagai warga Negara terpilih harus menjadi contoh di tengah-
tengah masyarakat dalam menunjukkan kebanggaan sebagai
bagian dari Bangsa Indonesia
e) Selalu menjadikan para pahlawan sebagai sosok panutan, dan
mengambil pembelajaran jiwa patriotisme dari para pahlawan serta
berusaha untuk selalu menunjukkan sikap kepahlawanan dengan
mengabdi tanpa pamrih kepada Negara dan bangsa.
f) Selalu nenjaga nama baik bangsa dan Negara dalam setiap
tindakan dan tidak merendahkan atau selalu membandingkan
Bangsa Indonesia dari sisi negatif dengan bangsa-bangsa lainnya di
dunia.
g) Selalu berupaya untuk memberikan konstribusi pada kemajuan
bangsa dan Negara melalui ide-ide kreatif dan inovatif guna
mewujudkan kemandirian bangsa sesuai dengan kapasitas dan
kapabilitas masing-masing.
h) Selalu mengutamakan produk-produk Indonesia baik dalam
kehidupan sehari-hari maupun dalam mendukung tugas sebagai
ASN Penggunaan produkproduk asing hanya akan dilakukan
apabila produk tersebut tidak dapat diproduksi oleh Bangsa
Indonesia.
i) Selalu mendukung baik secara moril maupun materiil putra-putri
terbaik bangsa (olahragawan, pelajar, mahasiswa, duta seni dan
lain-lain) baik perorangan maupun kelompok yang bertugas
membawa nama Indonesia di kancah internasional.
j) Selalu menempatkan produk industri kreatif/industri hiburan tanah
air sebagai pilihan pertama dan mendukung perkembangannnya.
Kesadaran berbangsa dan bernegara bagi ASN, diaktualisasikan dengan
sikap dan perilaku, antara lain :
a) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak
b) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
c) Memegang teguh prinsip netralitas ASN dalam setiap kontestasi
politik, baik tingkat daerah maupun di tingkat nasional.
d) Mentaati, melaksanakan dan tidak melanggar semua peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia serta menjadi pelopor dalam penegakan
peraturan/perundangan di tengah-tenagh masyarakat
e) Menggunakan hak pilih dengan baik dan mendukung
terselenggaranya pemilihan umum yang mandiri, jujur, adil,
berkepastian hukum, tertib, terbuka, proporsional, professional,
akuntabel, efektif dan efisien.
f) Berpikir, bersikap dan berbuat yang sesuai peran, tugas dan fungsi
ASN.
g) Sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing ikut berpartisipasi
menjaga kedaulatan bangsa dan negara.
h) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama
i) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karier
Setia pada Pancasila sebagai ideologi negara bagi ASN, diaktualisasikan
dengan sikap dan perilaku, antara lain :
a) Memegang teguh ideologi Pancasila.
b) Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif
c) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur.
d) Menjadi agen penyebaran nilai-nilai Pancasila di tengah-tengah
masyarakat
e) Menjadi contoh bagi masyarakat dalam pegamalan nilai-nilai
Pancasila di tengah kehidupan sehari-hari.
f) Menjadikan Pancasila sebagai alat perekat dan pemersatu sesuai
fungsi ASN.
g) Mengembangkan nilai-nilai Pancasila dalam berbagai kesempatan
dalam konteks kekinian
h) Selalu menunjukkan keyakinan dan kepercayaan bahwa Pancasila
merupakan dasar Negara yang menjamin kelangsungan hidup
bangsa.
i) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
Rela berkorban untuk bangsa dan negara bagi ASN, diaktualisasikan dengan
sikap dan perilaku, antara lain :
a) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,
tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
b) Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk
kemajuan bangsa dan Negara sesuai tugas dan fungsi masing-
masing.
c) Bersedia secara sadar untuk membela bangsa dan negara dari
berbagai macam ancaman.
d) Selalu berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional dan
menjadi pionir pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan
nasional
e) Selalu ikhlas membantu masyarakat dalam menghadapi situasi dan
kondisi yang penuh dengan kesulitan.
f) Selalu yakin dan percaya bahwa pengorbanan sebagai ASN tidak
akan Siasia
Kemampuan awal Bela negara bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikap dan
perilaku antara lain :
a) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah.
b) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
c) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
d) Selalu berusaha untuk meningkatkan kompetensi dan
mengembangkan wawasan sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
e) Selalu menjaga kesehatan baik fisik maupun psikis dengan pola
hidup sehat serta menjaga keseimbangan dalam kehidupan sehari-
hari.
f) Senantiasa bersyukur dan berdoa atas kenikmatan yang telah
diberikan Tuhan Yang Maha Esa.
g) Selalu menjaga kebugaran dan menjadikan kegemaran berolahraga
sebagai gaya hidup.
h) Senantiasa menjaga kesehatannya dan menghindarkan diri dari
kebiasaan-kebiasaan yang dapat mengganggu kesehatan.
SISTEM ADMINISTRASI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
A. Umum
Perspektif sejarah Negara Indonesia mengantrakan pada pemahaman
betapa pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa yang didasarkan pada
prinsip-prinsip persatuan dan kesatuan bangsa dan nasionalisme. Kebijakan
publik dalam format keputusan dan/atau tindakan administrasi pemerintahan
(SANKRI) memiliki landasan idiil yaitu Pancasila landasan konstitusionil ,
UUD 1945 sebagai sistem yang mewadahi peran Aparatur Sipil Negara (ASN)
Berdasarkan UU No.5 Tahun 2014 tentang aparatur Sipil Negara.
B. Perspektif Sejarah Negara Indonesia
Perubahan penting dalam perkembangan tata pemerintahan selama
jaman pendudukan Jepang, ditandai dengan ditetapkannya Undang-Undang
No.27 yang berlaku secara efektif mulai tanggal 8 Agustus 1942. Menurut
Undang–Undang ini maka tata pemerintahan daerah pada jaman tersebut
yang berlaku di tanah Jawa dan Madura, kecuali Kooti (Swapraja), susunan
pemerintah daerahnya terbagi atas Syuu (Karesidenan), Si (Kota), Ken
(Kabupaten), Gun (Kawedanan), Sen (Kecamatan) dan Ku (Desa).
C. MAKNA KESATUAN DALAM SISTEM PENYELENGGARAAN NEGARA
Indonesia adalah melting pot atau tempat meleburnya berbagai
keragaman yang kemudian bertransformasi menjadi identitas baru yang lebih
besar bernama Indonesia. Indonesia adalah konstruksi masyarakat modern
yang tersusun dari kekayaan sejarah, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan
ideologi yang tersebar di bumi nusantara. kesatuan psikologis, politis, dan
geografis diatas, penyelenggaraan pembangunan nasional juga harus
didukung oleh kesatuan visi. Artinya, ada koherensi antara tujuan dan cita-cita
nasional yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 dengan visi, misi, dan
sasaran strategis yang dirumuskan dalam Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJP) Nasional, Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) Nasional, Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah, hingga Rencana
Strategis Kementerian/Lembaga dan Satuan Kerja Pemerintah Daerah
(SKPD) baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.
D. BENTUK NEGARA BERDASARKAN UUD NEGARA REPUBLIK
INDONESIA TAHUN 1945
Sebagaimana disebutkan dalam Bab I, pasal 1 UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, “Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang
berbentuk Republik”. Ini berarti bahwa Organisasi Pemerintahan Negara
Republik Indonesia bersifat unitaris, walaupun dalam penyelenggaraan
pemerintahan kemudian terdesentralisasikan. 47 Sejalan dengan hal tersebut,
maka Negara kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah
provinsi dan provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota. .
E. MAKNA DAN PENTINGNYA PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA.
Demokrasi tidak datang dengan tiba-tiba dari langit. Ia merupakan
proses panjang melalui pembiasan, pembelajaran dan penghayatan. Untuk
tujuan ini dukungan sosial dan lingkungan demokrasi adalah mutlak
dibutuhkan. Semua unsur-unsur kebudayaan dari luar yang masuk diseleksi
oleh bangsa Indonesia. Jadi makna dan pentingnya persatuan dan kesatuan
bangsa dapat mewujudkan sifat kekeluargaan, jiwa gotong-royong,
musyawarah dan lain sebagainya. Tahap-tahap pembinaan persatuan bangsa
Indonesia itu yang paling menonjol ialah sebagai berikut:
a) Perasaan senasib
b) Kebangkitan Nasional
c) Sumpah Pemuda
d) Sumpah Pemuda
F. PRINSIP-PRINSIP PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA
Hal-hal yang berhubungan dengan arti dan makna persatuan
Indonesia apabila dikaji lebih jauh, terdapat beberapa prinsip yang juga harus
kita hayati serta kita pahami lalu kita amalkan.
a) Prinsip Bhineka Tunggal Ika
b) Prinsip Nasionalisme Indonesia
c) Prinsip Kebebasan yang Bertanggungjawab
d) Prinsip Wawasan Nusantara
e) Prinsip Persatuan Pembangunan untuk Mewujudkan Cita-cita
Reformasi.
G. NASIONALISME
a) Nasionalisme dalam arti sempit, yaitu sikap mencintai bangsa sendiri
secara berlebihan sehingga menggap bangsa lain rendah
kedudukannya, nasionalisme ini disebut juga nasionalisme yang
chauvinisme, contoh Jerman pada masa Hitler.
b) Nasionalisme dalam arti luas, yaitu sikap mencintai bangsa dan negara
sendiri dan menggap semua bangsa sama derajatnya.
H. KEBIJAKAN PUBLIK DALAM FORMAT KEPUTUSAN DAN/ATAU
TINDAKAN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan (“UU AP”) yang diberlakukan sejak tanggal 17 Oktober 2014,
memuat perubahan penting dalam penyelenggaran birokrasi pemerintahan
diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Mengenai jenis produk hukum dalam administrasi
pemerintahan;
b) Pejabat pemerintahan mempunyai hak untuk diskresi;
c) Memperoleh perlindungan hukum dan jaminan keamanan dalam
menjalankan tugasnya
Dalam UU AP tersebut, beberapa pengertian penting yang dimuat di
dalamnya adalah sebagai berikut:
a) Administrasi Pemerintahan adalah tata laksana dalam
pengambilan keputusan dan/atau tindakan oleh Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan adalah unsur yang melaksanakan Fungsi
Pemerintahan, baik di lingkungan pemerintah maupun
penyelenggara negara lainnya;
b) Keputusan Administrasi Pemerintahan yang juga disebut
Keputusan Tata Usaha Negara atau Keputusan Administrasi
Negara adalah ketetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan dalam penyelenggaraan
pemerintahan;
c) Tindakan Administrasi Pemerintahan adalah perbuatan Pejabat
Pemerintahan atau penyelenggara negara lainnya untuk
melakukan dan/atau tidak melakukan perbuatan kongkret dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan;
d) Diskresi adalah Keputusan dan/atau Tindakan Administrasi
Pemerintahan yang ditetapkan dan/atau dilakukan oleh Pejabat
Pemerintahan untuk mengatasi persoalan konkret yang dihadapi
dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam hal peraturan
perundang-undangan yang memberikan pilihan, tidak mengatur,
tidak lengkap atau tidak jelas, dan/atau adanya stagnasi
pemerintahan.
I. LANDASAN IDIIL : PANCASILA
Pancasila sebagaimana dimuat dalam Pembukaan UUD 1945 yang
ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945, merupakan dasar negara Republik
Indonesia, baik dalam arti sebagai dasar ideologi maupun filosofi bangsa.
Kedudukan Pancasila ini dipertegas dalam UU No. 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan sebagai sumber dari segala
sumber hukum negara. Artinya, setiap materi muatan kebijakan negara,
termasuk UUD 1945, tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila. Rumusan nilainilai dimaksud adalah sebagai
berikut :
a) Ketuhanan Yang Maha Esa;
b) Kemanusiaan yang adil dan beradab;
c) Persatuan Indonesia;
d) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan;
e) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
J. UUD 1945: Landasan konstitusionil SANKRI
a) Kedudukan UUD 1945
b) Pembukaan UUD 1945 sebagai Norma Dasar (Groundnorms)
K. PERAN APARATUR SIPIL NEGARA (ASN) BERDASARKAN UU NO.5
TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA
Berdasarkan Penjelasan Umum UU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara (UU ASN), dalam rangka mencapai tujuan nasional
sebagaimana tercantum dalam alinea ke-4 Pembukaan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, diperlukan ASN yang profesional, bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, mampu
menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu
menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

MODUL II
ANALISIS ISU KONTEMPORER

PERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGIS


A. Konsep Perubahan
Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi
bagian dari perjalanan peradaban manusia. Perubahan yang diharapkan
terjadi bukannya sesuatu yang “berbeda” saja, namun lebih dari pada itu,
perubahan yang diharapkan terjadi adalah perubahan ke arah yang lebih baik
untuk memuliakan manusia/humanity (memberikan manfaat bagi umat
manusia).
Dalam konteks PNS, berdasarkan Undang-undang ASN setiap PNS
perlu memahami dengan baik fungsi dan tugasnya, yaitu:
a) Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian sesuai dengan peraturan
perundangundangan,
b) Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas,
serta
c) memperat persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia
Menjadi PNS yang profesional memerlukan pemenuhan terhadap
beberapa persyaratan berikut:
a) Mengambil Tanggung Jawab, antara lain dilakukan dengan
menunjukkan sikap dan perilaku yang mencerminkan tetap
disiplin dan akuntabilitas, mengakui dan memperbaiki kesalahan
yang dibuat, fair dan berbicara berdasarkan data,
menindaklanjuti dan menuntaskan komitmen, serta menghargai
integritas pribadi.
b) Menunjukkan Sikap Mental Positif, antara lain diwujudkan dalam
sikap dan perilaku bersedia menerima tanggung jawab kerja,
suka menolong, menunjukkan respek dan membantu orang lain
sepenuh hati, tidak tamak dan tidak arogan, serta tidak bersikap
diskriminatif atau melecehkan orang lain.
c) Mengutamakan Keprimaan, antara lain ditunjukkan melalui
sikap dan perilaku belajar terus menerus, semangat memberi
kontribusi melebihi harapan, dan selalu berjuang menjadi lebih
baik.
d) Menunjukkan Kompetensi, antara lain dimanifestasikan dalam
bentuk kesadaran diri, keyakinan diri, dan keterampilan bergaul,
mampu mengendalikan diri, menunjukkan kemampuan bekerja
sama, memimpin, dan mengambil keputusan, serta mampu
mendengarkan dan memberi informasi yang diperlukan.
e) Memegang Teguh Kode Etik, antara lain menampilkan diri
sesuai profesinya sebagai PNS, menjaga konfidensialitas, tidak
pernah berlaku buruk terhadap masyarakat yang dilayani
maupun rekan kerja, berpakaian sopan sesuai profesi PNS, dan
menjunjung tinggi etika-moral PNS.
B. Perubahan Lingkungan Strategis
Ditinjau dari pandangan Urie Brofenbrenner (Perron, N.C., 2017) ada
empat level lingkungan strategis yang dapat mempengaruhi kesiapan PNS
dalam melakukan pekerjaannya sesuai bidang tugas masing-masing, yakni:
individu, keluarga (family), Masyarakat pada level lokal dan regional
(Community/ Culture), Nasional (Society), dan Dunia (Global). PNS
dihadapkan pada pengaruh yang datang dari eksternal juga internal yang kian
lama kian menggerus kehidupan berbangsa dan bernegara (pancasila, UUD
1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika) sebagai konsensus dasar berbangsa
dan bernegara. Fenomena-fenomena tersebut menjadikan pentingnya setiap
PNS mengenal dan memahami secara kritis terkait dengan isu-isu kritikal
yang terjadi saat ini atau bahkan berpotensi terjadi, isu-isu tersebut
diantaranya; bahaya paham radikalisme/ terorisme, bahaya narkoba, cyber
crime, money laundry, korupsi, proxy war.
C. MODAL INSANI DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN LINGKUNGAN
STRATEGIS:
Modal insani yang dimaksud, disini istilah modal atau capital dalam
konsep modal manusia (human capital concept). Konsep ini pada intinya
menganggap bahwa manusia merupakan suatu bentuk modal yang tercermin
dalam bentuk pengetahuan, gagasan (ide), kreativitas, keterampilan, dan
produktivitas kerja.
Ada enam komponen dari modal manusia (Ancok, 2002), yang akan
dijelaskan sebagai berikut: Modal Intelektual :
a) Modal intelektual adalah perangkat yang diperlukan untuk
menemukan peluang dan mengelola perubahan organisasi
melalui pengembangan SDMnya. Hal ini didasari bahwa pada
dasarnya manusia memiliki sifat dasar curiosity, proaktif dan
inovatif yang dapat dikembangkan untuk mengelola setiap
perubahan lingkungan strategis yang cepat berubah.
b) Modal Emosional Kemampuan lainnya dalam menyikapi
perubahan ditentukan oleh kecerdasan emosional. Setiap PNS
pasti bekerja dengan orang lain dan untuk orang lain.
Kemampuan mengelola emosi dengan baik akan menentukan
kesuksesan PNS dalam melaksanakan tugas, kemampuan
dalam mengelola emosi tersebut disebut juga sebagai
kecerdasan emosi.
c) Modal Sosial adalah jaringan kerjasama di antara warga
masyarakat yang memfasilitasi pencarian solusi dari
permasalahan yang dihadapi mereka. (rasa percaya, saling
pengertian dan kesamaan nilai dan perilaku yang mengikat
anggota dalam sebuah jaringan kerja dan komunitas).
d) Modal ketabahan (adversity) adalah modal untuk sukses
dalam kehidupan, baik dalam kehidupan pribadi maupun
kehidupan sebuah organisasi birokrasi.
e) Modal etika/moral sebagai kapasitas mental yang menentukan
prinsip-prinsip universal kemanusiaan harus diterapkan ke
dalam tata-nilai, tujuan, dan tindakan kita atau dengan kata lain
adalah kemampuan membedakan benar dan salah.
f) Modal Kesehatan (kekuatan) Fisik/Jasmani adalah wadah
untuk mendukung manifestasi semua modal insani yang dibahas
sebelumnya, Badan yang tidak sehat akan membuat semua
modal di atas tidak muncul dengan maksimal.
ISU-ISU STRATEGIS KONTEMPORER
Fenomena tersebut menjadikan pentingnya setiap PNS mengenal dan
memahami secara kritis terkait isu-isu strategis kontemporer diantaranya;
korupsi, narkoba, paham radikalisme/ terorisme, money laundry, proxy war,
dan kejahatan komunikasi masal seperti cyber crime, Hate Speech, dan
Hoax, dan lain sebagainya. Isu-isu yang akan diuraikan berikut ini:
A. Korupsi
Korupsi dalam sejarah dunia sebagaimana yang dikemukakan oleh
Hans G. Guterbock, “Babylonia and Assyria” dalam Encyclopedia Brittanica
bahwa dalam catatan kuno telah diketemukan gambaran fenomena
penyuapan para hakim dan perilaku korup lainnya dari para pejabat
pemerintah.
Beberapa gejala umum tumbuh suburnya korupsi disebabkan oleh hal-
hal berikut:
a) membengkaknya urusan pemerintahan sehingga membuka
peluang korupsi dalam skala yang lebih besar dan lebih tinggi;
b) lahirnya generasi pemimpin yang rendah marabat moralnya dan
beberapa diantaranya bersikap masa bodoh; dan
c) terjadinya menipulasi serta intrik-intrik melalui politik, kekuatan
keuangan dan kepentingan bisnis asing.
Pada dasarnya sebab manusia terdorong untuk melakukan korupsi
antara lain:
a) Faktor Individu (sifat tamak, moral yang lemah menghadapi
godaan, gaya hidup konsumtif)
b) Faktor Lingkungan pemicu perilaku korup yang disebabkan oleh
faktor di luar diri pelaku, yaitu: (1) Aspek sikap masyarakat
terhadap korupsi, (2) Aspek ekonomi, (3) Aspek Politis, (4) Aspek
Organisasi.
Perilaku korupsi pada konteks birokrasi dapat disimpulkan dan
digeneralisasi, bahwa tingginya kasus korupsi dapat dilihat 33 berdasarkan
beberapa persoalan, yaitu: (1) keteladanan pemimpin dan elite bangsa, (2)
kesejahteraan Pegawai, (3) komitmen dan konsistensi penegakan hukum, (4)
integritas dan profesionalisme, (5) Mekanisme pengawasan yang internal dan
independen, (6) kondisi lingkungan kerja, kewenangan tugas jabatan, dan (7)
upaya-upaya pelemahan lembaga antikorupsi.
B. Narkoba
Di kalangan masyarakat luas atau secara umum dikenal istilah
Narkoba atau Napza, dimana keduanya istilah tersebut mempunyai
kandungan makna yang sama. Kedua istilah tersebut sama-sama digunakan
dalam dunia obat-obatan atau untuk menyebutkan suatu hal yang bersifat
adiktif, yaitu dapat mengakibatkan ketergantungan (addiction) apabila
disalahgunakan atau penggunaannya tidak sesuai dosis yang dianjurkan oleh
dokter. Narkoba adalah merupakan akronim Narkotika, Psikotropika, dan
Bahan Adiktif lainnya, sedangkan Napza adalah akronim dari Narkotika,
Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya.
Narkotika mengandung pengertian sebagai zat atau obat yang berasal
dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis 40 maupun semisintetis, yang
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan.
C. Terorisme dan Radikalisme
a) Terorisme secara kasar merupakan suatu istilah yang digunakan
untuk penggunaan kekerasan terhadap penduduk sipil/non
kombatan untuk mencapai tujuan politik, dalam skala lebih kecil
dari pada perang. Dari segi bahasa, istilah teroris berasal dari
Perancis pada abad 18. Kata Terorisme yang artinya dalam
keadaan teror (under the terror), berasal dari bahasa latin ”terrere”
yang berarti gemetaran dan ”detererre” yang berarti takut. Istilah
terorisme pada awalnya digunakan untuk menunjuk suatu musuh
dari sengketa teritorial atau kultural melawan ideologi atau agama
yang melakukan aksi kekerasan terhadap publik. Istilah terorisme
dan teroris sekarang ini memiliki arti politis dan sering digunakan
untuk mempolarisasi efek yang mana terorisme tadinya hanya
untuk istilah kekerasan yang dilakukan oleh pihak musuh, dari
sudut pandang yang diserang. Sedangkan teroris merupakan
individu yang secara personal terlibat dalam aksi terorisme.
b) Radikal dan Radikalisme Secara etimologis, kata radikal berasal
dari radices yang berarti a concerted attempt to change the status
quo (David Jarry, 1991). Pengertian ini mengidentikan term radikal
dengan nuansa yang politis, yaitu kehendak untuk mengubah
kekuasaan. Adapun istilah radikalisme diartikan sebagai tantangan
politik yang bersifat mendasar atau ekstrem terhadap tatanan yang
sudah mapan (Adam Kuper, 2000).
D. Money Laundring
Istilah “money laundering” dalam terjemahan bahasa Indonesia adalah
aktivitas pencucian uang. Terjemahan tersebut tidak bisa dipahami secara
sederhana (arti perkata) karena akan menimbulkan perbedaan cara pandang
dengan arti yang populer, bukan berarti uang tersebut dicuci karena kotor
seperti sebagaimana layaknya mencuci pakaian kotor.
E. Proxy War
Sejarahnya Perang proksi telah terjadi sejak zaman dahulu sampai
dengan saat ini yang dilakukan oleh negara-negara besar menggunakan
aktor negara maupun aktor non negara. Kepentingan nasional negara negara
besar dalam rangka struggle for power dan power of influence mempengaruhi
hubungan internasional. Proxy war memiliki motif dan menggunakan
pendekatan hard power dan soft power dalam mencapai tujuannya.
F. Kejahatan Mass Communication (Cyber Crime, Hate Speech, Dan Hoax)
DeFleur & DeFleur (2016), membagi perkembangan komunikasi
massa dalam lima tahapan revolusi dengan penggunaan media komunikasi
sebagai indikatornya, yaitu (1) komunikasi massa pada awalnya zaman
manusia masih menggunakan tanda, isyarat sebagai alat komunikasinya, (2)
pada saat digunakannya bahasa dan percakapan sebagai alat komunikasi,
(3) saat adanya tulisan sebagai alat komunikasinya, (4) era media cetak
sebagai alat komunikasi, dan (5) era digunakannya media massa sebagai alat
komunikasi bagi manusia.
TEKNIK ANALISIS ISU
Pemahaman tentang isu kritikal, sebaiknya perlu diawali dengan
mengenal pengertian isu. Secara umum isu diartikan sebagai suatu
fenomena/kejadian yang diartikan sebagai masalah, sedangkan menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia isu adalah masalah yang dikedepankan
untuk ditanggapi; kabar yang tidak jelas asal usulnya dan tidak terjamin
kebenarannya; kabar angin; desas desus. Isu kritikal secara umum terbagi ke
dalam tiga kelompok berbeda berdasarkan tingkat urgensinya, yaitu:
a) Isu saat ini (current issue)
b) Isu berkembang (emerging issue), dan
c) Isu potensial.
Analisis SWOT adalah suatu metoda analisis yang digunakan untuk
menentukan dan mengevaluasi, mengklarifikasi dan memvalidasi
perencanaan yang telah disusun, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Analisis ini merupakan suatu 237 pendekatan memahami isu kritikal dengan
cara menggali aspek-aspek kondisi yang terdapat di suatu wilayah yang
direncanakan maupun untuk menguraikan berbagai potensi dan tantangan
yang akan dihadapi dalam pengembangan wilayah tersebut. Analisis SWOT
bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan suatu strategi.
MODUL III
KESIGAPAN BELA NEGARA
A. KERANGKA KESIGAPAN BELA NEGARA
kesiapsiagaan merupakan suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh
seseorang baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi
kerja yang beragam. Selanjutnya konsep bela negara menurut kamus besar
bahasa Indonesia berasal dari kata bela yang artinya menjaga baik-baik,
memelihara, merawat, menolong serta melepaskan dari bahaya.
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa kesiapsiagaan
merupakan suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh seseorang baik secara
fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam
Dasar hukum mengenai bela negara terdapat dalam isi UUD NKRI 1945, yakni:
Pasal 27 ayat (3) yang menyatakan bahwa semua warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Selanjutnya pada Pasal 30 ayat
(1) yang menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
B. KESIAPSIAGAN BELA NEGARA DALAM LATSAR CPNS
CPNS yang siap siaga adalah CPNS yang mampu meminimalisir
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan terkait dengan pelaksanaan kerja.
Dengan memiliki kesiapsiagaan yang baik, maka CPNS akan mampu
mengatasi segala ancaman, 11 | K e s i a p s i a g a a n B N tantangan,
hambatan, dan gangguan (ATHG) baik dari dalam maupun dari luar.
Sebaliknya jika CPNS tidak memiliki kesiapsiagaan, maka akan sulit
mengatasi ancaman, tantangan, hambatan, dan ganguan (ATHG) tersebut.
Oleh karena itu melalui Pelatihan Dasar CPNS ini, peserta diberikan
pembekalan berupa pengetahuan/kesadaran dan praktek internalisasi
nilainilai berbagai kegiatan kesiapsiagaan.
C. MANFAAT KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA
Apabila kegiatan kesiapsiagaan bela negara dilakukan dengan baik,
maka dapat diambil manfaatnya antara lain:
a) Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturan
kegiatan lain.
b) Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama
rekan seperjuangan.
c) Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
d) Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotisme
sesuai dengan kemampuan diri.
e) Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun
kelompok dalam materi Team Building
f) Membentuk Iman dan taqwa pada agama yang dianut oleh
individu.
g) Berbakti pada orang tua, bangsa, agama.
h) Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam
melaksanakan kegiatan.
i) Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois,
tidak disiplin
j) Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian
antar sesama.
KEMAMPUAN AWAL BELA NEGARA
A. KESEHATAN JASMANI DAN MENTAL
a) Kesehatan Jasmani
Kesehatan jasmani merupakan kesanggupan dan kemampuan
untuk melakukan kerja atau aktifitas, mempertinggi daya kerja dengan
tanpa mengalami kelelahan yang berarti atau berlebihan (Agus
Mukholid, 2007). Studi WHO pada faktor-faktor resiko menyatakan
bahwa gaya hidup duduk terus menerus dalam bekerja adalah 1 dari
10 penyebab kematian dan kecacatan di dunia (Depkes, 2002).
b) Kesehatan Mental
menjelaskan pengertian kesehatan mental, menjelaskan tentang
dua sistem berpikir (rational thinking dan emotional thinking),
menjelaskan tentang berpikir yang menyimpang (distorted thinking)
dan kesesatan berpikir (fallacy), menjelaskan sistem kendali diri
manusia, menjelaskan manajemen stres, menjelaskan tentang emosi
positif, menjelaskan kaitan makna hidup bekerja dengan pengabdian
pada sang Pencipta. Mental (Mind, Mentis, jiwa) dalam pengertiannya
yang luas berkaitan dengan interaksi antara pikiran dan emosi
manusia. Dalam konteks modul ini, kesehatan mental akan dikaitkan
dengan dinamika pikiran dan emosi manusia.
B. KESIGAPAN JASMANI DAN MENTAL
a) Pengertian Kesiapsiagaan Jasmani
Kesiapsiagaan jasmani adalah kegiatan atau kesanggupan seseorang
untuk melakuksanakan tugas atau kegiatan fisik secara lebih baik dan
efisien. Komponen penting dalam kesiapsiagaan jasmani, yaitu
kesegaran jasmani dasar yang harus dimiliki untuk dapat melakukan
suatu pekerjaan tertentu baik ringan atau berat secara fisik dengan
baik dengan menghindari efek cedera dan atau mengalami kelelahan
yang berlebihan.
b) Manfaat Kesiapsiagaan Jasmani
1) Memiliki postur yang baik, memberikan penampilan yang
berwibawa lahiriah karena mampu melakukan gerak yang
efisien.
2) Memiliki ketahanan melakukan pekerjaan yang berat dengan
tidak mengalami kelelahan yang berarti ataupun cedera,
sehingga banyak hasil yang dicapai dalam pekerjaannya.
3) Memiliki ketangkasan yang tinggi, sehingga banyak rintangan
pekerjaan yang dapat diatasi, sehingga semua pekerjaan dapat
berjalan dengan cepat dan tepat untuk mencapai tujuan.
C. ETIKA, ETIKET DAN MORAL
etika dapat juga disimpulkan sebagai suatu sikap dan perilaku yang
menunjukkan kesediaan dan kesanggupan seorang secara sadar untuk
mentaati ketentuan dan norma kehidupan melalui tutur, sikap, dan perilaku
yang baik serta bermanfaat yang berlaku dalam suatu golongan, kelompok,
dan masyarakat serta pada institusi formal maupun informal (Erawanto, 2013)
Dari sekian banyaknya istilah lain yang digunakan untuk
mendefinisikan kata etiket ini, maka dapat kita pahami bahwa etiket ini
sebagai bentuk aturan tertulis maupun tidak tertulis mengenai aturan tata
krama, sopan santun, dan tata cara pergaulan dalam berhubungan sesama
manusia dengan cara yang baik, patut, dan pantas sehingga dapat diterima
dan menimbulkan komunikasi, hubungan baik, dan saling memahami antara
satu dengan yang lain.
Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu mos
sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai
arti yang sama yaitu kebiasaan, adat. Bila kita membandingkan dengan arti
kata ‘etika’, maka secara etimologis, kata ’etika’ sama dengan kata ‘moral’
karena kedua kata tersebut sama-sama mempunyai arti yaitu kebiasaan,
adat.
1. Kearifan Lokal
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa dengan
menjaga dan melestarikan kearfian lokal yang mengandung nilai-nilai jati
diri bangsa yang luhur dan terhormat tersebut merupakan sesuatu hal
yang tidak bisa terbantahkan lagi sebagai salah satu modal yang kita miliki
untuk melakukan bela negara.
RENCANA AKSI BELA NEGARA
A. PROGRAM RENCANA AKSI
. Aksi Nasional Bela Negara dapat didefinisikan sebagai sinergi setiap
warga negara guna mengatasi segala macam ancaman, gangguan,
hambatan, dan tantangan dengan berlandaskan pada nilai-nilai luhur pada
nilai-nilai luhur bangsa untuk mewujudkan negara yang  berdaulat, adil, dan
makmur.
B. PENYUSUSNAN RENCANA AKSI BELA NEGARA
Penyusunan Rencana Aksi Bela Negara Tahap Pertama bagi peserta
Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil (Latsar CPNS) ini dilaksanakan
pada saat setelah selesai mengikuti kegiatan pembelajaran pada Modul I,
Modul II, dan Modul III  pada Agenda I Sikap Perilaku Perilaku Bela Negara
dan sebelum sebelum memasuki kegiatan  pembelajaran pada Agenda
selanjutnya.
C. KEGIATAN KESIAPSIAGAAN AKSI BELA NEGARA
a) Pengertian Baris Berbaris
Pokok-pokok materi baris berbaris diberikan kepada peserta Latsar
CPNS dalam mengikuti siklus kehidupan selama on campus maupun
out campus termasuk rangkaian kegiatan apel, upacara dengan
melakukan gerakan ditempat dan berjalan yang dengan tertib guna
mendukung penegakan disiplin dalam pelaksanaan baris berbaris.
b) Keprotokolan
Selanjutnya, sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan susunan
ketatanegaran yang berubah dan juga perkembangan global, maka
kemudian UU No 8 tahun 1987 tersebut disempurnakan melalui
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan yang
memberikan penjelasan bahwa “Keprotokolan “ adalah : “serangkaian
kegiatan yang berkaitan dengan aturan dalam acara kenegaraan atau
acara resmi yang meliputi Tata Tempat, Tata Upacara, dan Tata
Penghormatan sebagai bentuk penghormatan kepada seseorang
sesuai dengan jabatan dan/atau kedudukannya dalam negara,
pemerintahan, atau masyarakat.”
c) Kewaspadaan Diri
Kemampuan kewaspadaan dini ialah kemampuan yang dikembangkan
untuk  mendukung sinergisme penyelenggaraan dan pertahanan
nirmiliter secara optimal, sehingga terwujud kepekaan, kesiagaan, dan
antisipasi setiap warga negara dalam menghadapi potensi ancaman.
Di sisi lain, kewaspadaan dini dilakukan untuk mengantisipasi berbagai
dampak ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang bisa
menjadi ancaman bagi kedaulatan, keutuhan NKRI dan keselamatan
bangsa.
d) Membangun Tim
Dengan memiliki kesiapsiagaan yang baik maka PNS akan mampu
mengatasi segala ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik
dari dalam maupun dari luar. Sebaliknya  jika kesiapsiagaan
kesiapsiagaan yang dimiliki dimiliki oleh PNS akan mudah sulit
mengatasi mengatasi adanya ancaman, tantangan, hambatan, dan
gangguan.
e) Caraka Malam dan Api Semangat Bela Negara
jurit malam bertujuan untuk menanamkan disiplin, keberanian,
semangat serta loyalitas dan kemampuan peserta Latsar CPNS dalam
melaksanakan tugas dengan melewati barbagai bentuk godaan,
cobaan serta kemampuan memegang/penyimpanan rahasia organisasi
dan rahasia negara. Selain itu peserta Latsar CPNS bisa menghafal/
mengingat/ menyimpan berita yang diberikan pada pos Start, dan akan
disampaikan pada Pos yang telah ditentukan.
.
MATERI AGENDA 2
NILAI-NILAI DASAR ASN
MODUL I
BERORIENTASI PELAYANAN
A. KONSEP PELAYANAN PUBLIK
Definisi pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU
Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik.
Pelayanan publik yang berkualitas harus berorientasi kepada
pemenuhan kepuasan pengguna layanan. Apabila dikaitkan dengan tugas
ASN dalam melayani masyarakat, pelayanan yang berorientasi pada
customer satisfaction adalah wujud pelayanan yang terbaik kepada
masyarakat atau dikenal dengan sebutan pelayanan prima. Pelayanan prima
didasarkan pada implementasi standar pelayanan yang dimiliki oleh
penyelenggara
Budaya pelayanan oleh ASN akan sangat menentukan kualitas pemberian
layanan kepada masyarakat. Menurut Djamaluddin Ancok dkk. (2014), budaya
pelayanan yang baik juga tentu akan berdampak positif terhadap kinerja
organisasi dengan mekanisme sebagai berikut:
a) Budaya pelayanan akan berjalan dengan baik apabila terbangun kerja
tim di dalam internal organisasi
b) Faktor lain adalah pemahaman tentang pelayanan prima. Budaya
berorientasi pada pelayanan prima harus menjadi dasar ASN dalam
penyediaan pelayanan
c) Pemberian pelayanan yang prima akan berimplikasi pada kemajuan
organisasi, apabila pelayanan yang diberikan prima (baik), maka
organisasi akan menjadi semakin maju
Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi
transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World
Class Government), Pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai
Dasar) ASN BerAKHLAK dan Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa).
Core Values ASN BerAKHLAK merupakan akronim dari Berorientasi Pelayanan,
Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif.
B. BERORIENTASI PELAYANAN
Sebagaimana kita ketahui, ASN sebagai suatu profesi berlandaskan
pada prinsip sebagai berikut:
 nilai dasar;
 kode etik dan kode perilaku;
 komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan
publik;
 kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
 kualifikasi akademik;
 jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas; dan
 profesionalitas jabatan
Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan panduan perilaku
Berorientasi Pelayanan yang pertama ini diantaranya:
 mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;
 menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
 membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian; dan
 menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama
Adapun beberapa Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan
panduan perilaku Berorientasi Pelayanan yang kedua ini diantaranya:
 memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;
 memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah; dan
 memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan panduan perilaku
Berorientasi Pelayanan yang ketiga ini diantaranya:
 mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik;
dan
 mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
Citra positif ASN sebagai pelayan publik terlihat dengan perilaku
melayani dengan senyum, menyapa dan memberi salam, serta
berpenampilan rapih; melayani dengan cepat dan tepat waktu; melayani
dengan memberikan kemudahan bagi Anda untuk memilih layanan yang
tersedia; serta melayani dengan dengan kemampuan, keinginan dan tekad
memberikan pelayanan yang prima. Pemberian layanan bermutu tidak boleh
berhenti ketika kebutuhan masyarakat sudah dapat terpenuhi, melainkan
harus terus ditingkatkan dan diperbaiki agar mutu layanan yang diberikan
dapat melebihi harapan pengguna layanan.

MODUL II
AKUNTABEL
A. POTRET PELAYANAN PUBLIK NEGERI INI
memberikan layanan spesial bagi mereka yang memerlukan waktu
layanan yang lebih cepat dari biasanya. Sayangnya, konsep ini sering
bercampur dengan konsep sedekah dari sisi penerima layanan yang
sebenarnya tidak tepat. Waktu berlalu, semua pihak sepakat, menjadi
kebiasaan, dan dipahami oleh hampir semua pihak selama puluhan tahun.
Sehinga, di masyarakat muncul peribahasa baru, sebuah sarkasme, ‘kalau
bisa dipersulit, buat apa dipermudah’. Terminologi ‘oknum’ sering dijadikan
kambing hitam dalam buruknya layanan publik, namun, definisi ‘oknum’ itu
seharunya bila hanya dilakukan oleh segelintir personil saja, bila dilakukan
oleh semua, berarti ada yang salah dengan layanan publik di negeri ini.
Payung hukum terkait Layanan Publik yang baik tertuang dalam
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Layanan Publik. Pasal 4
menyebutkan Asas Pelayanan Publik yang meliputi:
 kepentingan Umum,
 kepastian hukum,
 kesamaan hak,
 keseimbangan hak dan kewajiban,
 keprofesionalan,
 partisipatif,
 persamaan perlakuan/tidak diskriminatif
 keterbukaan,
 akuntabilitas,
 fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan,
 ketepatan waktu, dan
 kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan
Tugas berat Anda sebagai ASN adalah ikut menjaga bahkan ikut berpartisipasi dalam
proses menjaga dan meningkatkan kualitas layanan tersebut. Karena, bisa jadi, secara aturan
dan payung hukum sudah memadai, namun, secara pola pikir dan mental, harus diakui, masih
butuh usaha keras dan komitment yang ekstra kuat. Sekali lagi, tantangan yang dihadapi
bukan hanya di lingkungan ASN sebagai pemberi layanan, namun juga dari masyarakat
penerima layanan.
B. KONSEP AKUNTABILITAS
Amanah seorang ASN menurut SE Meneteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin
terwujudnya perilaku yang sesuai dengan Core Values ASN BerAKHLAK.
Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:
 Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab,
cermat, disiplin dan berintegritas tinggi
 Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien
 Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan
berintegritas tinggi.

ASPEK-ASPEK AKUNTABILITAS
 Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship)
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara
individu/kelompok/institusi dengan negara dan masyarakat.
 Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented)
Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat
pemerintah yang bertanggung jawab, adil dan inovatif
 Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers
reporting) Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas.
 Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless
without consequences) Akuntabilitas menunjukkan tanggungjawab, dan
tanggungjawab menghasilkan konsekuensi.
 Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves
performance) Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk
memperbaiki kinerja ASN dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat
Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku pada
setiap level/unit organisasi sebagai suatu kewajiban jabatan dalam
memberikan pertanggungjawaban laporan kegiatan kepada atasannya.
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas vertikal
(vertical accountability), dan akuntabilitas horizontal (horizontal
accountability).
Akuntabilitas vertikal adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan
dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-
unit kerja (dinas) kepada pemerintah daerah, kemudian pemerintah daerah
kepada pemerintah pusat, pemerintah pusat kepada MPR.
Akuntabilitas horizontal adalah pertanggungjawaban kepada
masyarakat luas. Akuntabilitas ini membutuhkan pejabat pemerintah untuk
melaporkan "ke samping" kepada para pejabat lainnya dan lembaga negara.
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas vertical
(vertical accountability), dan akuntabilitas horizontal (horizontal
accountability).
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas
personal, akuntabilitas individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas
organisasi, dan akuntabilitas stakeholder.

C. PANDUAN PERILAKU AKUNTABEL


Akuntabilitas dan Integritas adalah dua konsep yang diakui oleh banyak
pihak menjadi landasan dasar dari sebuah Administrasi sebuah negara
(Matsiliza dan Zonke, 2017). Kedua prinsip tersebut harus dipegang teguh
oleh semua unsur pemerintahan dalam memberikan layanang kepada
masyarakat.
Sebagai individu, Kita, dapat melakukan gerakan pemberantasan korupsi
yang dimulai dari diri sendiri. Walaupun diakui kadang sulit melakukannya
dalam sistem di mana semua orang melakukan hal-hal yang koruptif, paling
tidak, Kita bisa memulainya untuk diri Kita sendiri.
Apa yang Diharapkan dari seorang ASN
Perilaku Individu (Personal Behaviour)
 ASN bertindak sesuai dengan persyaratan legislatif, kebijakan lembaga
dan kode etik yang berlaku untuk perilaku mereka;
 ASN tidak mengganggu, menindas, atau diskriminasi terhadap rekan
atau anggota masyarakat;
 Kebiasaan kerja ASN, perilaku dan tempat kerja pribadi dan
profesional hubungan berkontribusi harmonis, lingkungan kerja yang
aman dan produktif;
 ASN memperlakukan anggota masyarakat dan kolega dengan hormat,
penuh kesopanan, kejujuran dan keadilan, dan memperhatikan tepat
untuk kepentingan mereka, hak-hak, keamanan dan kesejahteraan;
Perilaku Individu (Personal Behaviour)
ASN bertindak sesuai dengan persyaratan legislatif, kebijakan lembaga
dan kode etik yang berlaku untuk perilaku mereka;
 ASN tidak mengganggu, menindas, atau diskriminasi terhadap rekan
atau anggota masyarakat;
 Kebiasaan kerja ASN, perilaku dan tempat kerja pribadi dan
profesional hubungan berkontribusi harmonis, lingkungan kerja yang
aman dan produktif;
 ASN memperlakukan anggota masyarakat dan kolega dengan hormat,
penuh kesopanan, kejujuran dan keadilan, dan memperhatikan tepat
untuk kepentingan mereka, hak-hak, keamanan dan kesejahteraan;
 ASN melayani Pemerintah setiap hari dengan tepat waktu,
memberikan masukan informasi dan kebijakan.
D. AKUNTABEL DALAM KONTEKS ORGANISASI PEMERINTAH
“Informasi publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola,
dikirim, dan/atau diterima oleh suatu Badan Publik yang berkaitan dengan
penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan
penyelenggaraan Badan Publik lainnya yang sesuai dengan Undang-undang
ini serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik” (Pasal 1
Ayat 2). Informasi publik terbagi dalam 2 kategori:
 Informasi yang wajib disediakan dan diumumkan.
 informasi yang dikecualikan (informasi publik yang perlu dirahasiakan).
Pengecualiannya tidak boleh bersifat permanen. Ukuran untuk
menjadikan suatu informasi publik dikecualikan atau bersifat rahasia
adalah: (i) Undangundang; (ii) kepatutan; dan (iii) kepentingan umum
Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan
lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan
negara, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah, atau organisasi nonpemerintah yang sebagian atau seluruh dananya
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, sumbangan masyarakat,
dan/atau luar negeri (Pasal 1 Ayat 3
Perilaku berkaitan dengan Penyimpanan dan Penggunaan Data serta
Informasi Pemerintah (Record Keeping and Use of Government Information):
 ASN bertindak dan mengambil keputusan secara transparan;
 ASN menjamin penyimpanan informasi yang bersifat rahasia;
 ASN mematuhi perencanaan yang telah ditetapkan;
 ASN diperbolehkan berbagi informasi untuk mendorong efisiensi dan
kreativitas;
 ASN menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
 ASN memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan
kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan
kedinasan;
 ASN tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status,
kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan
atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain.
MODUL 3
KOMPETEN

• Implikasi VUCA menuntut diantaranya penyesuaian proses bisnis,


karakter dan tuntutan keahlian baru.
• Perilaku ASN untuk masing-masing aspek BerAkhlak sebagai berikut:
1. Berorientasi Pelayanan: Memahami dan memenuhi
kebutuhan masyarakat, ramah, cekatan, solutif, dapat
diandalkan, dan melakukan perbaikan tiada henti.
2. Akuntabel: Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung
jawab, cermat, disiplin, berintegritas tinggi, menggunakan
kelayakan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif, dan efesien.
3. Kompeten: Meningkatkan kompetensi diri untuk mengjawab
tantangan yang selalu berubah, membantu orang lain belajar,
dan melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.
4. Harmonis: Menghargai setiap orang apappun latar
belakangnya, suka mendorong orang lain; membangun
lingkungan kerja yang kondusif.
5. Loyal: Memegang teguh ideology Pancasila, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, setia kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia serta pemerintahan
yang sah, menjaga nama baik sesame ASN, pimpinan,
insgansi, dan negara, menjaga rahasia jabatan dan negara.
6. Adaptif: Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan,
terus berinovasi dan mengembangakkan kreativitas, bertindak
proaktif.
7. Kolaboratif: Memberi kesempatan kepada berbagai pihak
untuk berkontribusi, terbuka dalam bekerja sama untuk
menghasilkanersama nilai tambah, menggaerakkan
pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk tujuan bersama.
• Prinsip pengelolaan ASN yaitu berbasis merit, yakni seluruh aspek
pengelolaan ASN harus memenuhi kesesuaian kualifikasi, kompetensi,
dan kinerja, termasuk tidak boleh ada perlakuan yang diskriminatif,
seperti hubungan agama, kesukuan atau aspek-aspek primodial
lainnya yang bersifat subyektif.
• Pembangunan Apartur sesuai Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, diharapkan menghasilkan
karakter birokrasi yang berkelas dunia (world class bureaucracy), yang
dicirikan dengan beberapa hal, yaitu pelayanan publik yang semakin
berkualitas dan tata kelola yang semakin efektif dan efisien.
• Terdapat 8 (delapan) karakateristik yang dianggap relevan bagi ASN
dalam menghadapi tuntutan pekerjaan saat ini dan kedepan.
Kedelapan karakterisktik tersebut meliputi: integritas, nasionalisme,
profesionalisme, wawasan global, IT dan Bahasa asing, hospitality,
networking, dan entrepreneurship.
• Konsepsi kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting berkaitan
dengan perilaku kompetensi meliputi aspek pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan.
• Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang
Standar Kompetensi ASN, kompetensi meliputi:
1) Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan yang
spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan;
2) Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk
memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan
3) Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait
dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat majemuk
dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan
kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang harus
dipenuhi oleh setiap pemegang Jabatan untuk memperoleh hasil
kerja sesuai dengan peran, fungsi dan Jabatan.
• Berkinerja yang BerAkhlak: Setiap ASN sebagai profesional sesuai
dengan kualifikasi, kompetensi, dan kinerja. Selain ciri tersebut ASN
terikat dengan etika profesi sebagai pelayan public. Perilaku etika
profesional secara operasional tunduk pada perilaku BerAkhlak.
• Meningkatkan kompetensi diri: Meningkatkan kompetensi diri untuk
menjawab tantangan yang selalu berubah adalah keniscayaan.
Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan Heutagogi atau
disebut juga sebagai teori “net-centric”, merupakan pengembangan
berbasis pada sumber pembelajaran utama dari Internet. Perilaku lain
ASN pembelajar yaitu melakukan konektivitas dalam basis online
network. Sumber pembelajaran lain bagi ASN dapat memanfaatkan
sumber keahlian para pakar/konsultan, yang mungkin dimiliki unit kerja
atau instansi tempat ASN bekerja atau tempat lain. Pengetahuan juga
dihasilkan oleh jejaring informal (networks), yang mengatur diri sendiri
dalam interaksi dengan pegawai dalam organisasi dan atau luar
organisasi.
• Membantu Orang Lain Belajar: Sosialisasi dan Percakapan di ruang
istirahat atau di kafetaria kantor termasuk morning tea/coffee sering kali
menjadi ajang transfer pengetahuan. Perilaku berbagi pengetahuan
bagi ASN pembelajar yaitu aktif dalam “pasar pengetahuan” atau forum
terbuka (Knowledge Fairs and Open Forums). Mengambil dan
mengembangkan pengetahuan yang terkandung dalam dokumen kerja
seperti laporan, presentasi, artikel, dan sebagainya dan
memasukkannya ke dalam repositori di mana ia dapat dengan mudah
disimpan dan diambil (Knowledge Repositories). Aktif untuk akses dan
transfer Pengetahuan (Knowledge Access and Transfer), dalam bentuk
pengembangan jejaring ahli (expert network), pendokumentasian
pengalamannya/ pengetahuannya, dan mencatat pengetahuan
bersumber dari refleksi pengalaman (lessons learned).
• Melakukan kerja terbaik: Pengetahuan menjadi karya: sejalan dengan
kecenderungan setiap organisasi, baik instansi pemerintah maupun
swasta, bersifat dinamis, hidup dan berkembang melalui berbagai
perubahan lingkungan dan karya manusia. Pentingnya berkarya terbaik
dalam pekerjaan selayaknya tidak dilepaskan dengan apa yang
menjadi terpenting dalam hidup seseorang.

MODUL 4
HARMONIS
A. KEANEKARAGAMAN BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA
Keaneka ragaman suku bangsa itu dapat dipahami disebabkan karena
kondisi letak geografis Indonesia yang berada di persimpangan dua benua
dan samudra. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya percampuran ras, suku
bangsa, agama, etnis dan budaya yang membuat beragamnya suku bangsa
dan budaya diseluruh indonesia. Keanekaragaman suku bangsa dan budaya
membawa dampak terhadap kehidupan yang meliputi aspek aspek sebagai
berikut:
1. Kesenian
2. Religi
3. Sistem Pengetahuan
4. Organisasi social
5. Sistem ekonomi
6. Sistem teknologi
7. Bahasa.
kelahiran Budi Oetomo Tahun 1908 dianggap sebagai dimulainya
Kebangkitan Nasional karena menggunakan strategi perjuangan yang baru
dan berbeda dengan perjuangan sebelumnya. Kebangkitan nasional
mendorong perjuangan kemerdekaan dapat berhasil jika bangsa Indonesia
Bersatu, yang gelombang nya memuncak pada saat kongres Pemuda dengan
merumuskan Sumpah Pemuda. Dimana istilah satu Indonesia dan untuk
pertama kalinya Lagu Indonesia Raya dikumandangkan. Konsep Persatuan
Bangsa ini sebenarnya merupakan nilai dasar yang telah dimiliki bangsa
Indonesia pada masa lalu. Semboyan Bhineka tunggal ika telah lama dimiliki
bangsa di nusantara. Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang dirumuskan oleh para pendiri
bangsa.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun
1951 tentang Lambang Negara, Bhinneka Tunggal Ika ditulis dengan huruf
latin dalam bahasa Jawa Kuno tepat di bawah lambang negara.
Sebagaimana bunyi Pasal 5 sebagai berikut: "Di bawah lambang tertulis
dengan huruf latin sebuah semboyan dalam bahasa Jawa-Kuno, yang
berbunyi: BHINNEKA TUNGGAL IKA." Nampak jelas bahwa para pendiri
bangsa sangat peduli dan penuh kesadaran bahwa bangsa Indonesia
merupakan perkumpulan bangsa yang berbeda dan hanya rasa persatuan,
toleransi, dan rasa saling menghargai yang dapat membuat tegaknya NKRI.
Kebhinekaan dan Keberagaman suku bangsa dan budaya memberikan
tantangan yang besar bagi negara Indonesia. Wujud tantangan ada yang
berupa keuntungan dan manfaat yang antara lain berupa:
1. Dapat mempererat tali persaudaraan
2. Menjadi aset wisata yang dapat menghasilkan pendapatan negara
3. Memperkaya kebudayaan nasional
4. Sebagai identitas negara indonesia di mata seluruh negara di dunia
5. Dapat dijadikan sebagai ikon pariwisata sehingga para wisatawan dapat
tertaarik dan berkunjung di Indonesia
6. Dengan banyaknya wisatawan maka dapat menciptkan lapangan
pekerjaan
7. Sebagai pengetahuan bagi seluruh warga di dunia
8. Sebagai media hiburan yang mendidik
9. Timbulnya rasa nasionalisme warga negara terhadap negara Indonesia
10. Membuat Indonesia terkenal dimata dunia berkat keberagaan budaya
yang kita miliki.
B. MEWUJUDKAN SUASANA HARMONIS DALAM LINGKUNGAN BEKERJA
DAN MEMBERIKAN LAYANAN KEPADA MASYARAKAT
Dalam Kamus Mariam Webster Harmonis (Harmonious) diartikaan
sebagai having a pleasing mixture of notes. Sinonim dari kata harmonious
antara lain canorous, euphonic, euphonious, harmonizing, melodious,
musical, symphonic, symphonious, tuneful. Sedangkan lawan kata dari
harmonious adalah discordant, disharmonious, dissonant, inharmonious,
tuneless, unmelodious, unmusical.
Kode etik adalah rumusan eksplisit tentang kaidah-kaidah atau norma
yang harus ditaati secara sukarela oleh para pegawai di dalam organisasi
publik. Kode etik biasanya merupakan hasil dari kesepakatan atau konsensus
dari sebuah kelompok sosial dan pada umumnya dimaksudkan untuk
menunjang pencapaian tujuan organisasi. Maka sebagai aparat pemerintah,
para pejabat publik wajib menaati prosedur, tata-kerja, dan peraturan-
peraturan yang telah ditetapkan oleh organisasi pemerintah. Sebagai
pelaksana kepentingan umum, para pejabat atau pegawai wajib
mengutamakan aspirasi masyarakat dan peka terhadap kebutuhan-
kebutuhan masyarakat. Dan sebagai manusia yang Modul Harmonis 32
bermoral, pejabat dan pegawai harus memperhatikan nilainilai etis di dalam
bertindak dan berperilaku. Dengan kata lain, seorang pejabat dan pegawai
pemerintah harus memiliki kewaspadaan profesional dan kewaspadaan
spiritual.
Secara umum, menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Pasal 11
tentang ASN, tugas pegawai ASN adalah sebagai berikut;
a) Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
b) Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas.
c) Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Beberapa peran ASN dalam kehidupan berbangsa dan menciptakan
budaya harmoni dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya adalah sebagai
berikut:
a. Posisi PNS sebagai aparatur Negara, dia harus bersikap netral dan
adil. Netral dalam artian tidak memihak kepada salah satu kelompok
atau golongan yang ada. Adil, berarti PNS dalam melaksanakna
tugasnya tidak boleh berlaku diskriminatif dan harus obyektif, jujur,
transparan.
b. PNS juga harus bisa mengayomi kepentingan kelompok kelompok
minoritas, dengan tidak membuat kebijakan, peraturan yang
mendiskriminasi keberadaan kelompok tersebut. Termasuk
didalamnya ketika melakukan rekrutmen pegawai, penyusunan
program tidak berdasarkan kepada kepentingan golongannya.
c. PNS juga harus memiliki sikap toleran atas perbedaan untuk
menunjang sikap netral dan adil karena tidak berpihak dalam
memberikan layanan.
d. Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban PNS juga harus memiliki
suka menolong baik kepada pengguna layanan, juga membantu
kolega PNS lainnya yang membutuhkan pertolongan.
e. PNS menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya. PNS
juga harus menjadi tokoh dan panutan masyarakat. Dia senantiasa
menjadi bagian dari problem solver (pemberi solusi) bukan bagian
dari sumber masalah (trouble maker). Oleh sebab itu , setiap ucapan
dan tindakannya senantiasa menjadi ikutan dan teladan warganya.
Dia tidak boleh melakukan tindakan, ucapan, perilaku yang
bertentangan dengan norma norma sosial dan susila, bertentangan
dengan agama dan nilai local yang berkembang di masyarakat

MODUL V
LOYAL
A. MATERI POKOK 1 KONSEP LOYAL
Salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang ASN ideal
sebagaimana tersebut di atas adalah sifat loyal atau setia kepada bangsa dan
negara. Sifat dan sikap loyal terhadap bangsa dan negara dapat diwujudkan
dengan sifat dan sikap loyal ASN kepada pemerintahan yang sah sejauh
pemerintahan tersebut bekerja sesuai dengan peraturan perundangundangan
yang berlaku, karena ASN merupakan bagian atau komponen dari
pemerintahan itu sendiri.
Karena pentingnya sifat dan sikap ini, maka banyak ketentuan yang
mengatur perihal loyalitas ASN ini (akan dibahas lebih rinci pada bab-bab
selanjutnya), diantaranya yang terkait dengan bahasan tentang:
 Kedudukan dan Peran ASN
 Fungsi dan Tugas ASN
 Kode Etik dan Kode Perilaku ASN
 Kewajiban ASN
 Sumpah/Janji PNS
 Disiplin PNS
Selain itu, masalah lain yang harus dihadapi dengan loyalitas tinggi
oleh seorang ASN adalah semakin besar peluang masuknya budaya dan
ideologi alternatif dari luar ke dalam segenap sendi-sendi bangsa melalui
media informasi yang dapat dijangkau oleh seluruh anak bangsa yang
berpotensi merusak tatanan budaya dan ideologi bangsa.
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk
mengaktualisasikan panduan perilaku loyal tersebut di atas diantaranya
adalah sebagai berikut : Komitmen, Dedikasi, Kontribusi, Nasionalisme,
Pengabdian. yang dapat disingkat menjadi “KoDeKoNasAb”
1. Membangun Perilaku Loyal
Secara umum, untuk menciptakan dan membangun rasa setia (loyal)
pegawai terhadap organisasi, hendaknya beberapa hal berikut dilakukan:
 Membangun Rasa Kecintaaan dan Memiliki
 Meningkatkan Kesejahteraan
 Memenuhi Kebutuhan Rohani
 Memberikan Kesempatan Peningkatan Karir
 Melakukan Evaluasi secara Berkala
2. Memantapkan Wawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam
rangka mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh
jati diri bangsa (nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional
(national system) yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945,
NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai persoalan
yang dihadapi bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman,
adil, makmur, dan sejahtera.
3. Meningkatkan Nasionalisme
Setiap pegawai ASN harus memiliki Nasionalisme dan Wawasan
Kebangsaan yang kuat sebagai wujud loyalitasnya kepada bangsa dan
negara dan mampu mengaktualisasikannya dalam pelaksanaan fungsi dan
tugasnya sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta perekat
dan pemersatu bangsa berlandaskan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.
Diharapkan dengan nasionalisme yang kuat, setiap pegawai ASN
memiliki orientasi berpikir mementingkan kepentingan publik, bangsa dan
negara. Dengan demikian ASN tidak akan lagi berpikir sektoral dengan
mental block-nya, tetapi akan senantiasa mementingkan kepentingan yang
lebih besar yakni bangsa dan negara.

B. MATERI POKOK 2 PANDUAN PERILAKU LOYAL


1. Panduan Perilaku Loyal
a. Memegang Teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Setia kepada NKRI serta
Pemerintahan yang Sah
ASN sebagai profesi, salah satunya berlandaskan pada prinsip
Nilai Dasar sebagaimana termuat pada Pasal 4 UU ASN. Beberapa
Nilai-Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan Panduan
Perilaku Loyal yang pertama ini diantaranya:
 Memegang teguh ideologi Pancasila;
 Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta
pemerintahan yang sah;
 Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia; dan
 Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan
dan program pemerintah.
Kewajiban pegawai ASN yang disebutkan dalam Pasal 23 UU
ASN yang dapat diwujudkan dengan Panduan Perilaku Loyal yang
pertama ini diantaranya:
 Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah;
 Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
 Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat
pemerintah yang berwenang;
 Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
 Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
b. Menjaga Nama Baik Sesama ASN, Pimpinan Instansi dan Negara
Adapun beberapa Nilai-Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan
dengan Panduan Perilaku Loyal yang kedua ini diantaranya:
 Menjalankan tugas secara profesional dan tidak
berpihak;
 Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
 Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif;
 Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya
kepada publik;
 Memberikan layanan kepada publik secara jujur,
tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil
guna, dan santun;
 Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
 Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;
 Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong
kinerja pegawai;
 Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan
 Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang
demokratis sebagai perangkat sistem karier.
c. Menjaga Rahasia Jabatan dan Negara
Sementara itu, Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan
Panduan Perilaku Loyal yang ketiga ini diantaranya: memelihara dan
menjunjung tinggi standar etika yang luhur.
Sedangkan beberapa Kode etik dan Kode Perilaku ASN yang
dapat diwujudkan dengan Panduan Perilaku Loyal yang ketiga ini
diantaranya:
 Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan
negara;
 Memberikan informasi secara benar dan tidak
menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan
informasi terkait kepentingan kedinasan;
 Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas,
status, kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau
mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau
untuk orang lain; dan
 Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung
jawab, dan berintegritas tinggi.
2. Sikap Loyal ASN Melalui Aktualisasi Kesadaran Bela Negara
Nilai Rela Berkorban Berkorban untuk Bangsa untuk Bangsa
dan Negara, Negara, dapat diaktualisasikan diaktualisasikan dengan
sikap dan perilaku sebagai berikut:
 Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak
 Berpikir, bersikap dan berbuat yang sesuai peran, tugas
dan fungsi ASN
 Bersedia secara sadar untuk membela bangsa dan
negara dari berbagai macam ancaman
 Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia.
C. MATERI III LOYAL DALAM KONTEKS ORGANISASI PEMERINTAH
1. Komitmen pada Sumpah/Janji sebagai Wujud Loyalitas PNS
Di dalam pasal 66 UU ASN disebutkan bahwa Setiap calon PNS pada
saat diangkat menjadi PNS wajib mengucapkan sumpah/janji. Dimana
dalam bunyi sumpah/janji tersebut mencerminkan bagaimana Core Value
Loyal semestinya dipahami dan diimplementasikan oleh setiap PNS yang
merupakan bagian atau komponen sebuah organisasi pemerintah.
2. Penegakkan Disiplin Wujud Loyalitas PNS
Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui
proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilainilai ketaatan,
kepatuhan, kesetiaan (loyalitas), ketenteraman, keteraturan, dan
ketertiban. Sedangkan Disiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk
menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan. Dampak negatif yang dapat terjadi jika
seorang PNS tidak disiplin adalah turunnya harkat, martabat, citra,
kepercayaan, nama baik dan/atau mengganggu kelancaran pelaksanaan
tugas Unit Kerja, instansi, dan/atau pemerintah/negara.
Berdasarkan pasal 10 Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara, seorang ASN memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu sebagai
pelaksana kebijakan publik, pelayan publik serta perekat dan pemersatu
bangsa. Kemampuan ASN dalam melaksanakan ketiga fungsi tersebut
merupakan perwujudan dari implementai nilai-nilai loyal dalam konteks
individu maupun sebagai bagian dari Organisasi Pemerintah.
MODUL VI
ADATIF
A. MENGAPA ADATIF
Perubahan dalam konteks pembangunan ekonomi antar negara
mendorong adanya pergeseran peta kekuatan ekonomi, di mana daya saing
menjadi salah satu ukuran kinerja sebuah negara dalam kompetisi global. a
saing menjadi salah satu ukuran kinerja sebuah negara sebuah negara dalam
kompetisi global. Bentuk-ben dalam kompetisi global. Bentuk-bentuk
kompetisi tuk kompetisi tidak langsung bagi negara adalah seperti kriteria
kemajuan pembangunan, indeksasi tertentu atau event-event olahraga dan
sebagainya. Beberapa lembaga internasional ataupun supranasional
membuat kriteria negara yang seringkali digunakan sebagai rujukan
keberhasilan kinerja sebuah negara.
Standar mutu pelayanan, ASN yang responsif dan cerdas dalam
menyelenggarakan pelayanan, serta literasi publik atas kualitas layanan yang
terus meningkat menjadi faktor-faktor yang mendorong komitmen mutu yang
lebih tmen mutu yang lebih baik.
Pelayanan publik berbasis digital menjadi salah satu tuntutan
perkembangan teknologi dan juga kebutuhan kemudahan bagi warga dalam
mengakses dan mendapatkannya. Digitalisasi pelayanan menjadi keharusan
bagi pemerintah untuk menyesuaikan dengan peningkatan literasi digital
masyarakat.
Praktek administrasi publik sebagai pengejawantahan fungsi
pelayanan publik oleh negara dan pemerintah selalu berhadapan dengan
tantangan yang terus berubah dari waktu ke waktu. Tantangan ini menjadi
faktor yang memaksa pemerintah untuk melakukan adaptasi dalam
menjalankan fungsinya
Pandemi Covid 19 yang menghantam negara-negara di dunia pada
awal tahun 2020 juga turut meningkatkan intensitas tekanan VUCA
khususnya terhadap praktek penyelenggaraan administrasi publik. Sementara
itu pemerintah tetap berkewajiban menjalankan fungsi pelayanan publiknya
dalam situasi aktivitas fisik yang sangat dibatasi. Sehingga dengan demikian
memanfaatkan teknologi menjadi salah satu pilihan terbaik untuk memastikan
semua pelayanan tetap berjalan.
B. MEMAHAMI ADATIF
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk
bertahan hidup dan menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman
yang timbul. Dengan demikian adaptasi merupakan kemampuan mengubah
diri sesuai dengan keadaan lingkungan tetapi juga mengubah lingkungan
sesuai dengan keadaan (keinginan diri). Sejatinya tanpa beradaptasi akan
menyebabkan makhluk hidup tidak dapat mempertahankan diri dan musnah
pada akhirnya oleh perubahan lingkungan. Sehingga kemampuan adaptif
merupakan syarat penting bagi terjaminnya keberlangsungan kehidupan.
Budaya adaptif dalam pemerintahan merupakan budaya organisasi di
mana ASN memiliki kemampuan menerima perubahan, termasuk
penyelarasan organisasi yang berkelanjutan dengan lingkungannya, juga
perbaikan proses internal yang berkesinambungan.
C. PANDUAN PERILAKU ADATIF
Seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) harus selalu adaptif atau mampu
menyesuaikan diri terhadap berbagai keadaan. Contonya, di masa pandemi
Covid-19 saat ini, ASN sejatinya tampil di depan dalam hal pelayanan
masyarakat, terutama ASN yang berada pada garda terdepan pelayanan
publik seperti tenaga kesehatan (nakes).
Organisasi adaptif baik di sektor publik maupun bisnis dapat dibangun
dengan beberapa preskripsi yang kurang lebih sama, yaitu antara lain:
 Membuat Tim yang Diarahkan Sendiri,
 Menjembatani Silo Melalui Keterlibatan Karyawan,
 Menciptakan Tempat dimana Karyawan dapat Berlatih
Berpikir Adaptif
Untuk membangun sebuah organisasi yang adaptif, yang dapat terus
berkembang dan survive meski berada di lingkungan yang terus berubah
perlu konsep dan strategi sebagai berikut: Landscape, Learning, Leadership.
D. ADATIF DALAM KONTEKS ORGANISASI PEMERINTAH
Pemerintahan adaptif bergantung pada jaringan yang menghubungkan
individu, organisasi, dan lembaga di berbagai tingkat organisasi (Folke et al,
2005). Bentuk pemerintahan ini juga menyediakan pendekatan kolaboratif
fleksibel berbasis pembelajaran untuk mengelola ekosistem yang disebut
sebagai "pengelolaan bersama adaptif". Sistem sosial-ekologis selama
periode perubahan mendadak/krisis dan menyelidiki sumber sosial
pembaruan reorganisasi.
Pemerintahan adaptif dengan demikian mengacu pada caracara di
mana pengaturan kelembagaan berkembang untuk memuaskan kebutuhan
dan keinginan masyarakat dalam lingkungan yang berubah. Secara lebih
formal, tata kelola adaptif didefinisikan sebagai berikut: mengacu pada evolusi
aturan dan norma yang mempromosikan kepuasan kebutuhan dan preferensi
manusia yang mendasari perubahan yang diberikan dalam pemahaman,
tujuan, dan konteks sosial, ekonomi dan lingkungan.
Tata kelola yang dinamis mencapai relevansi saat ini dan masa depan
dan efektivitas melalui kebijakan yang terus beradaptasi dengan perubahan di
lingkungan. Adaptasi kebijakan tidak hanya pasif reaksi terhadap tekanan
eksternal tetapi pendekatan proaktif terhadap inovasi, kontekstualisasi, dan
eksekusi. Inovasi kebijakan berarti baru dan ide-ide segar dicoba dan
dimasukkan ke dalam kebijakan sehingga hasil yang lebih baik dan berbeda
dapat dicapai. Ide-ide ini adalah dirancang secara kontekstual ke dalam
kebijakan sehingga warga negara akan menghargai dan menanggapi mereka
dengan baik.
E. STUDI KASUS ADATIF
1. Berdasarkan pengamatan dan kajian yang dilakukan Bappenas, diperoleh
prediksi tantangan yang akan dihadapi Indonesia seiring tren masyarakat
global pada 25 tahun yang akan datang adalah sebagai berikut:
 Demografi Global,
 Urbanisasi Global,
 Perdagangan Internasional,
 Perubahan Geo Ekonomi Global dan geopolitik,
 Perubahan Iklim,
 Perkembangan Teknologi.

2. Aplikasi Perlindungan
PeduliLindungi adalah aplikasi yang dikembangkan untuk membantu
instansi pemerintah  pemerintah terkait terkait dalam melakukan
melakukan pelacakan pelacakan untuk menghentikan menghentikan
penyebaran penyebaran Coronavirus Disease (COVID-19). Aplikasi ini
mengandalkan partisipasi masyarakat untuk saling membagikan data
lokasinya saat bepergian agar   penelusuran riwayat kontak dengan
penderita COVID-19 dapat dilakukan
3. Kasus Ponsel Blackberry dan Nokia
Merk ponsel Blackberry pernah merajai pasar ponsel di era 2000 an,
sebagai produk high-end. Penggunanya memiliki kesan dan kepuasan
yang sangat tinggi, karena spesifikasi dan teknologi yang ditawarkan
sangat bagus pada masanya. Figur penting yang juga mendorong
popularitas Blackberry ini salah satunya adalah Presiden Barrack Obama.
Pada saat kampanye pemilihan Presiden AS, Barack Obama selalu
terlihat membawa gadget Blackberry sebagai alat multifungsi yang
mendukung aktivitasnya, salah satunya fitur Blackberry Messenger (BBM).
Di sisi lain, Nokia adalah contoh organisasi yang tidak adaptif. Dalam
Bahasa organisasi, perusahaan ini mengalami learning disability atau
ketidakmampuan belajar. Mereka berpikir bahwa perusahaan yang sudah
leading selama ini tidak mungkin kalah. Perusahaan terlena oleh
kesuksesan masa lalu, sehingga gagal membaca perkembangan yang
terjadi pada lingkungan atau konsumennya. Secara sederhana Nokia
mengalami sindrom success causes failure: kesuksesan menjadi
penyebab kegagalan.
Kedua kasus Blackberry dan Nokia menjadi pelajaran penting
mengenai bagaimana organisasi membutuhkan perubahan dan adaptasi
terhadap lingkungannya. Kesalahan dalam membaca perubahan
lingkungan dan kesalahan dalam merespon perubahan tersebut akan
membawa akibat fatal bagi kelangsungan bisnis perusahaan. Kesuksesan
masa lalu hanya menjadi milestone yang pada akhirnya harus dijadikan
lecutan untuk mencari dan menciptakan kesuksesan berikutnya. Tidak ada
kesuksesan organisasi yang bertahan dengan pendekatan status quo.

MODUL VII
KOLABORATIF
A. KONSEP KOLABORATIF
Berkaitan dengan definisi, akan dijelaskan mengenai beberapa definisi
kolaborasi dan collaborative governance. Dyer and Singh (1998, dalam Celik
et al, 2019) mengungkapkan bahwa kolaborasi adalah “ value generated from
an alliance between two or more firms aiming to become more competitive by
developing shared routines”.
Collaborative governance dalam artian sempit merupakan kelompok
aktor dan fungsi. Ansell dan Gash A (2007:559), menyatakan Collaborative
governance mencakup kemitraan institusi pemerintah untuk pelayanan publik.
Sebuah pendekatan pengambilan keputusan, tata kelola kolaboratif,
serangkaian aktivitas bersama di mana mitra saling menghasilkan tujuan dan
strategi dan berbagi tanggung jawab dan sumber daya (Davies Althea L
Rehema M. White, 2012).
1. Whole of Government (WoG); Kongkretisasi Kolaborasi Pemerintah
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan
yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan
sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai
tujuan- tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan
pelayanan publik. Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai pendekatan
interagency, yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan
yang terkait dengan urusan-urusan yang relevan.
Definisi WoG yang dinyatakan dalam laporan APSC sebagai : “[it]
denotes public service agencies working across portfolio boundaries to
achieve a shared goal and an integrated government response to
particular issues. Approaches can be formal and informal. They can focus
on policy development, program management and service delivery”
(Shergold & others, 2004).
B. PRAKTIK ASPEK NORMATIF KOLABORASI PEMERINTAH
Penelitian yang dilakukan oleh Custumato (2021) menunjukkan bahwa
faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antar lembaga
pemerintah adalah kepercayaan, pembagian kekuasaan, gaya
kepemimpinan, strategi manajemen dan formalisasi pada pencapaian
kolaborasi yang efisien dan efektif antara entitas public.
Dalam hal pelaksanaan Bantuan Kedinasan menimbulkan biaya, maka
beban yang ditimbulkan ditetapkan bersama secara wajar oleh penerima dan
pemberi bantuan dan tidak menimbulkan pembiayaan ganda. Yang dimaksud
dengan “secara wajar” adalah biaya yang ditimbulkan sesuai kebutuhan riil
dan kemampuan penerima Bantuan Kedinasan Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan dapat menolak memberikan Bantuan Kedinasan apabila:
 mempengaruhi kinerja Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
pemberi bantuan;
 surat keterangan dan dokumen yang diperlukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan bersifat rahasia; atau
 ketentuan peraturan perundang-undangan tidak
memperbolehkan pemberian bantuan.
Kerja sama dimaksud dapat dilakukan oleh Daerah dengan:
 Daerah lain Kerja sama dengan Daerah lain ini dikategorikan
menjadi kerja sama wajib dan kerja sama sukarela;
 pihak ketiga; dan/atau
 lembaga atau pemerintah daerah di luar negeri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
Dalam penelitinya ditemukan bahwa sosok pemimpin memiliki peran
yang sangat penting pada dimensi kondisi awal (starting condition). Temuan
baru dalam penelitian ini menempatkan unsur latar belakang pemimpin
(leader’s individual background) bersama dengan asimetri kekuasaan dan
sejarah kerjasama/konflik sebagai dasar yang dapat menghambat atau
mendukung proses kolaborasi yang terbangun.
Salah satu contoh kolaboratif yang dapat digunakan menjadi studi
kasus adalah kerjasama yang dilakukan oleh Kabupaten Sleman Kabupaten
Bantul dan Kota Yogyakarta yang membentuk sebuah Sekretariat bersama
Kartamantul (Sekber kartamantul).

MATERI AGENDA III


KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI
MODUL 1
SMART ASN
A. KEGIATAN BELAJAR 1: LITERASI DIGITAL
Kompetensi literasi digital diperlukan agar seluruh masyarakat digital
dapat menggunakan media digital secara bertanggung jawab. Hal ini
termasuk dalam visi misi Presiden Jokowi untuk meningkatkan Sumber Daya
Manusia (SDM). Penilaiannya dapat ditinjau dari etis dalam mengakses
media digital (digital ethics), budaya menggunakan digital (digital culture),
menggunakan media digital dengan aman (digital safety), dan kecakapan
menggunakan media digital (digital skills).
5 arahan presiden untuk percepatan transformasi digital:
 Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.
 Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektor-
sektor strategis, baik di pemerintahan, layanan publik,
bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor kesehatan,
perdagangan, sektor industri, sektor penyiaran.
 Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana
sudah dibicarakan.
 Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital
 Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema
pendanaan dan pembiayaan transformasi digital
dilakukan secepat-cepatnya (Oktari, 2020).
Menurut data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia,
Pemerintah Indonesia dan perusahaan telekomunikasi telah menggelar
jaringan kabel serat optik sepanjang 342.000 kilometer di darat dan laut.
Jaringan ini merupakan tulang punggung atau backbone konektivitas
teknologi informasi dan komunikasi. Ditambah lagi, ada lebih dari 12.000
kilometer dibangun di bawah proyek nasional jaringan Palapa Ring. Selain itu,
upaya pemerataan pembangunan infrastruktur digital yang dilakukan oleh
Pemerintah Indonesia juga meliputi penggelaran jaringan serat optik
backbone, pengembangan jaringan fiber-link dan microwave-link, peluncuran
9 satelit telekomunikasi, dan pembangunan 559.000 stasiun pemancar sinyal
(base-transceiver stations/BTS).
Lankshear dan Knobel (dalam Bawden, 2008) mendefinisikan literasi
digital sebagai analisis praktik sosial yang mengidentifikasi poin-poin penting
untuk pembelajaran yang efektif. Aktivitas literasi digital ini terjadi dalam
sistem pembelajaran sosioteknis yang efisien serta prinsip-prinsip
pembelajaran dasar yang dapat disesuaikan dan dimanfaatkan untuk
pembelajaran pendidikan yang adil.
B. KEGIATAN BELAJAR 2: PILAR LITERASI DIGITAL
Peran dan tanggung jawab para peserta CPNS sangatlah besar,
sehingga kemampuan menggunakan gawai saja tidaklah cukup, diperlukan
kemampuan lainnya yakni literasi digital. Literasi digital memiliki 4 pilar wajib
yang harus dikuasai oleh para peserta CPNS yang terdiri dari etika,
keamanan, budaya, dan kecakapan dalam bermedia digital.
Terdapat dua poros yang membagi area setiap domain kompetensi
yang termasuk dalam pilar-pilar literasi digital. Poros pertama, yaitu domain
kapasitas ‘single–kolektif’ memperlihatkan rentang kapasitas literasi digital
sebagai kemampuan individu untuk mengakomodasi kebutuhan individu
sepenuhnya hingga kemampuan individu untuk berfungsi sebagai bagian dari
masyarakat kolektif/societal. Sementara itu, poros berikutnya adalah domain
ruang ‘informal–formal’ yang memperlihatkan ruang pendekatan dalam
penerapan kompetensi literasi digital.
a. Etika Bermedia Digital
Etika bermedia digial adalah kemampuan individu dalam
menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan,
mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital
(netiquette) dalam kehidupan sehari-hari:
 Dasar 1: Pengetahuan dasar akan peraturan, regulasi
yang berlaku, tata krama, dan etika berinternet
(netiquette)
 Dasar 2: Pengetahuan dasar membedakan informasi
apa saja yang mengandung hoax dan tidak sejalan,
seperti: pornografi, perundungan, dll.
 Dasar 3: Pengetahuan dasar berinteraksi, partisipasi dan
kolaborasi di ruang digital yang sesuai dalam kaidah etika
digital dan peraturan yang berlaku.
 Dasar 4: Pengetahuan dasar bertransaksi secara
elektronik dan berdagang di ruang digital yang sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
Kesadaran adalah kondisi individu yang menyediakan sumber daya
secara penuh ketika menggunakan media digital, sehingga individu tersebut
memahami apa saja yang sedang dilakukannya dengan perangkat digital.
Sementara itu, kebajikan menyangkut hal-hal yang bernilai
kemanfaatan, kemanusiaan, dan kebaikan serta prinsip penggunaan media
digital untuk meningkatkan derajat sesama manusia atau kualitas kehidupan
bersama, dan integritas adalah prinsip kejujuran sehingga individu selalu
terhindar dari keinginan dan perbuatan untuk memanipulasi, menipu,
berbohong, plagiasi, dan sebagainya, saat bermedia digital (Frida dkk, 2021
dalam Frida dan Astuti, 2021).
Masyarakat yang modern saat ini hidupnya sangat dipengaruhi oleh
internet. Kehidupan masyarakat sangat tergantung dengan adanya internet.
Kesukaan dan minat masyarakat melalui dalam berkomunikasi melalui ruang
digital, khususnya mempergunakan gadget harus sesuai dengan konten yang
bermanfaat bagi pengembangan diri, kecerdasan yang positif dan
pengembangan relasi mereka dengan lingkungannya.
Perangkat keras adalah perangkat yang secara fisik bisa kita lihat dan
pegang, seperti layar ponsel, monitor, keyboard, hard disk, dan kartu
penyimpanan. Sedangkan perangkat lunak merupakan aplikasi dan program
yang ditanamkan di dalam perangkat untuk membuatnya mampu bekerja
dengan baik. Kedua komponen ini saling terkait sehingga upaya
pengamanannya pun dilakukan secara berkesinambungan.
Sebagai pengguna platform digital, kita pasti menyimpan dan
mengelola identitas digital dan data pribadi ke dalam platform tersebut.
Persoalannya, perlindungan terhadap identitas digital dan data pribadi ini
masih jadi persoalan di berbagai belahan dunia (Sammons & Cross, 2017
dalam Adikara dan Kurnia, 2021).
Penipuan daring memanfaatkan seluruh aplikasi pada platform media
internet untuk menipu para korban dengan berbagai modus. Penipuan jenis
ini menggunakan sistem elektronik (komputer, internet, perangkat
telekomunikasi) yang disalahgunakan untuk menampilkan upaya menjebak
pengguna internet dengan beragam cara. Strateginya biasanya dilakukan
secara bertubi-tubi tanpa diminta dan sering kali tidak dikehendaki oleh
korbannya (Sitompul, 2012; Elsina, 2015 dalam Adikara dan Kurnia, 2021).
Melaporkan penipuan digital menjadi langkah tepat untuk
mendapatkan solusi dan mencegah terulangnya penipuan. Beberapa hal
yang berkaitan dengan pelaporan penipuan digital baik melalui situs resmi
maupun laporan secara langsung ke kepolisian terdekat.
Jejak digital dikategorikan dalam dua jenis, yakni jejak digital yang
bersifat pasif dan jejak digital yang bersifat aktif. 1. Jejak digital pasif adalah
jejak data yang kita tinggalkan secara daring dengan tidak sengaja dan tanpa
sepengetahuan kita. Biasanya digunakan untuk mencari tahu profil
pelanggan, target iklan, dan lain sebagainya. Jejak ini tercipta saat kita
mengunjungi situs web tertentu dan server web mungkin mencatat alamat IP
kita, yang mengidentifikasi penyedia layanan Internet dan perkiraan lokasi. 2.
Jejak digital aktif mencakup data yang dengan sengaja kita kirimkan di
internet atau di platform digital. Contohnya seperti mengirim email,
mempublikasikan di media sosial, mengisi formulir daring, dan lain
sebagainya. Hal-hal tersebut berkontribusi pada jejak digital aktif kita karena
kita memberikan data untuk dilihat dan/atau disimpan oleh orang lain.
Semakin banyak email yang kita kirim, semakin banyak jejak digital kita
(Vonbank, 2019 dalam Adikara dan Kurnia, 2021).
Aplikasi percakapan dan media sosial adalah salah satu bagian dari
perkembangan teknologi yang disebut sebagai tolok ukur yang sangat
menarik yang memiliki kaitan dengan berbagai aspek (Sun, 2020 dalam
Monggilo dan Kurnia 2021). Aplikasi percakapan adalah penunjang
komunikasi kita dalam jaringan. Aplikasi percakapan menjadi salah satu
garda terdepan terjadinya komunikasi daring, terlebih di masa pandemi
COVID-19. Komunikasi kini lebih banyak terjadi dalam jaringan sehingga
akses pada aplikasi percakapan sangat tinggi.
C. KEGIATAN BELAJAR 3: IMPLEMENTASI LITERASI DIGITAL DAN
IMPLAKASINYA
Salah satu hal yang sering kita jumpai dalam dunia digital adalah
internet. Internet merupakan jaringan komputer yang memungkinkan satu
komputer saling berhubungan dengan komputer lain (Levine & Young, 2010).
Karena hal tersebut, maka pengguna komputer dapat berkomunikasi dengan
pengguna komputer lainnya. Komunikasi yang bisa dilakukan antar pengguna
ini juga bersifat timbal balik. Jika komputer A mengirimkan sebuah pesan ke
komputer B, maka komputer B dapat membalas pesan tersebut ke komputer
A (Levine & Young, 2010).
Dengan mendaftar ke penyedia jasa internet, kita bisa mengakses
internet secara personal dengan teknologi kabel atau Wi-Fi. Wi-Fi, singkatan
dari wireless fidelity, merupakan istilah bagi koneksi standar tanpa kabel
(Miller, 2016). Kita bisa terhubung dengan internet dengan menggunakan Wi-
Fi lewat penyedia jasa internet yang kita gunakan. Tidak hanya di rumah,
berbagai kafe, restoran, hotel, bandara, dan ruang publik lainnya yang
menyediakan akses Wi-Fi baik gratis maupun berbayar (Miller, 2016).
Sejak kemunculannya di kehidupan kita, beragam aktivitas sosial,
ekonomi, dan politik yang kita lalui tidak terlepas dari koneksi internet.
Anggaran untuk internet selalu diprioritaskan bahkan cenderung semakin
besar (APJII, 2020). Contohnya saja dalam transaksi jual beli. Dengan
koneksi internet, kita tak harus datang ke toko luring. Sebagai pembeli, kita
dimanjakan dengan kemudahan dan kenyamanan. Sementara itu, sebagai
penjual, tidak perlu menghabiskan biaya operasional untuk meningkatkan
pendapatan penjualan mereka (Kurnia dkk., 2020)
Hoaks, sebuah kata yang tidak asing lagi bagi kita. KBBI mengartikan
hoaks sebagai informasi bohong. Kata ini sangat populer belakangan ini di
Indonesia. Berbagai peristiwa besar sering diiringi oleh kemunculan hoaks,
misalnya seperti peristiwa politik, bencana alam, ekonomi, sosial dan
Kesehatan
Pengertian ujaran kebencian atau hate speech adalah ungkapan atau
ekspresi yang menganjurkan ajakan untuk mendiskreditkan, menyakiti
seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan membangkitkan
permusuhan, kekerasan, dan diskriminasi kepada orang atau kelompok
tersebut (Gagliardone, Gal, Alves, & Martinez, 2015). Pada banyak kasus,
ujaran kebencian ini dapat membakar massa untuk melakukan kekerasan
fisik terhadap sasaran dari ujaran tersebut.
Ada beberapa pertimbangan dalam memilih jasa internet yang bisa kita
gunakan.
 Kecepatan akses. Kita perlu mengetahui kecepatan
akses internet yang bisa kita dapatkan.
 Stabilitas. Kita perlu memastikan bahwa penyedia jasa
internet tersebut menyediakan akses internet yang stabil,
terutama di lokasi tempat kita berada.
 Pelayanan terhadap pelanggan. Kita perlu mengetahui
bagaimana pelayanan yang diberikan terhadap kendala
yang mungkin kita temui saat mengakses internet
(Handayani, 2020).
 Selain tips tersebut, tentu kita perlu menyesuaikan biaya
jasa internet dengan kemampuan dan kebutuhan kita
Setelah dapat mengakses internet, maka kita perlu menyeleksi dan
memahami berbagai hal berkaitan dengan internet. Istilah yang sering kita
dengar adalah web. Web adalah kumpulan halaman yang menghubungkan
satu informasi dengan informasi lainnya (Levine & Young, 2010). Setiap
halaman informasi ini bisa berisi berbagai tulisan, gambar, suara, video,
animasi, atau hal lain (Levine & Young, 2010).
Hasil survei yang dikeluarkan oleh Hootsuite dan We are Social di
tahun 2020 menunjukkan bahwa Google menempati peringkat pertama
sebagai mesin pencarian informasi yang paling banyak diakses. Ia lebih
banyak diakses secara mobile dibandingkan melalui komputer. Situs ini
digunakan oleh semua kelompok usia hampir secara merata. Pengguna
terbanyak ada pada kelompok usia 25-34 tahun yaitu sebesar 32%.
Sedangkan penggunaan Google pada kelompok usia lainnya berkisar antara
9 hingga 17% (Hootsuite & We Are Social, 2021).
Akses sebagai kompetensi dasar pertama memiliki peranan kunci
sebab ketidakmampuan pengguna dalam mengakses aplikasi tertentu akan
menghambat penggunaan aplikasi tersebut. Akses percakapan biasanya
diperoleh secara personal maupun atas saran dari kelompok tertentu, seperti
kelompok kaum perempuan yang mengakses grup WhatsApp untuk
memperoleh informasi (Monggilo, dkk., 2020; Wenerda & Supenti, 2019).
Internet hadir bagai pisau bermata dua yaitu dapat memberikan
manfaat positif sekaligus memberikan dampak negatif sehingga diperlukan
pengetahuan serta kedewasaan. Demikian pula ragam informasi yang
didapatkan juga semakin terbuka baik konten positif maupun konten negative.
Hasil penelitian Joint Research Centre (JRC) European Commission
dengan program yang bernama The European Digital Competence
Framework for Citizens atau disingkat DigComp 2.1 mencetuskan lima
kompetensi literasi media yaitu kelola data dan informasi, komunikasi dan
kolaborasi, kreasi konten, keamanan digital, serta partisipasi dan aksi. Maka,
bab ini fokus membahas mengenai kompetensi komunikasi dan kolaborasi
serta partisipasi dan aksi.
Mengapa penting melakukan proteksi perangkat digital? Perangkat
digital yang kita miliki saat ini menjadi kunci untuk berbagai aktivitas digital.
Tidak hanya mencari hiburan, melainkan juga bertransaksi secara daring. Di
dalam perangkat digital kita tersimpan beragam informasi penting. Mulai dari
galeri foto dan video pribadi, daftar kontak, sampai data-data keuangan yang
diperlukan bertransaksi termasuk uang digital.
Dalam menjalankan upaya penipuan, peretas biasanya menyamarkan
malware sebagai aplikasi seluler yang tampak aman di toko aplikasi dan situs
web. Misalnya kita selama ini mengenal aplikasi permainan Angry Birds
sebagai aplikasi yang aman. Peretas kemudian berusaha membuat program
tiruan yang berisi malware dengan imingiming semua level yang berbayar
bisa terbuka secara gratis. Aplikasi tiruan ini biasanya diedarkan di luar toko
aplikasi resmi. Ketika pengguna mengunduhnya, tanpa dia sadari pengguna
itu tengah memasukkan aplikasi tiruan yang membahayakan perangkat digital
dan data yang ada di dalamnya (Lookout.com, 2020).
Pemerintahan Indonesia menganut sistem presidensial berdasarkan
Pancasila. Memasuki era The Death of Expertise dimana Internet
memungkinkan kita untuk menjadi produsen informasi, peran partisipatif
warga negara digital yang baik sangat diperlukan. Artinya, menjadi kewajiban
kita untuk memastikan tidak memproduksi dan menyebarluaskan informasi
yang tidak benar, sekaligus memproduksi konten positif. Selain partisipasi,
kita juga diharapkan memiliki kecakapan berkolaborasi, dalam hal ini secara
aktif menginisiasi, menggerakkan dan mengelola kegiatan bermedia digital
yang positif,
Kolaborasi Budaya Visual: Lembaga, Pameran, Intervensi Budaya.
Kompetensi kolaborasi adalah lanjutan dari kompetensi partisipasi yaitu
kolaborasi budaya visual: lembaga, pameran, intervensi budaya. Tentu saja,
sebagai kompetensi dengan tingkat keterampilan yang lebih kompleks, tidak
mudah untuk melakukannya. Namun, jika kita betul-betul berminat pada isu
budaya, kita tetap bisa menjalankannya, karena terdapat banyak pilihan
kategori kegiatan, maupun tingkatan yang dimiliki.
Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita.
Berbagai fasilitas dan aplikasi yang tersedia pada gawai sering kita gunakan
untuk mencari informasi bahkan solusi dari permasalahan kita sehari-hari.
Durasi penggunaan internet harian masyarakat Indonesia hingga tahun 2020
tercatat tinggi, yaitu 7 jam 59 menit (APJII, 2020. Angka ini melampaui waktu
rata-rata masyarakat dunia yang hanya menghabiskan 6 jam 43 menit setiap
harinya. Bahkan menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia (APJII) tahun 2020, selama pandemi COVID-19 mayoritas
masyarakat Indonesia mengakses internet lebih dari 8 jam sehari. Pola
kebiasaan baru untuk belajar dan bekerja dari rumah secara daring ikut
membentuk perilaku kita berinternet. Literasi Digital menjadi kemampuan
wajib yang harus dimiliki oleh masyarakat untuk saling melindungi hak digital
setiap warga negara.
Media sosial seperti Facebook, Instagram, Whatsapp Grup menjadi
pilihan yang paling diminati para pengusaha home industri yang didominasi
dari kalangan ibu-ibu rumah tangga, dari berjualan aneka makanan, pakaian,
kosmetik, dan lain sebagainya. Banyak grup-grup jual beli yang akhirnya
bermunculan mengikuti perilaku konsumen. Sedangkan para pengusaha
menengah ke atas telah menggunakan fasilitas yang lebih baik lagi seperti
fasilitas web.
MODUL II
MANAJEMEN ASN
A. KEGIATAN BELAJAR I: KDUDUDKAN,PERAN HAK DAN
KEWAJIBAN,DAN KODE ETIK ASN
1. Kedududkan ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan
Pegawai ASN yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas
dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas: 1) Pegawai Negeri
Sipil (PNS); dan 2) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
PNS merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat
pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan, memiliki
nomor induk pegawai secara nasional. Sedangkan PPPK adalah warga
Negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian berdasarkan perjanjian kerja sesuai
dengan kebutuhan Instansi Pemerintah untuk jangka waktu tertentu dalam
rangka melaksanakan tugas pemerintahan.
Kedudukan ASN berada di pusat, daerah, dan luar negeri. Namun
demikian pegawai ASN merupakan satu kesatuan. Kesatuan bagi ASN ini
sangat penting, mengingat dengan adanya desentralisasi dan otonomi
daerah, sering terjadi adanya isu putra daerah yang hampir terjadi
dimana-mana sehingga perkembangan birokrasi menjadi stagnan di
daerah-daerah.
2. Peran ASN
Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi
sebagai berikut
 Pelaksana kebijakan public;
 Pelayan public
 Perekat dan pemersatu bangsa.
Selanjutnya peran ASN bertugas
 Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
 Memberikan pelayanan public yang professional dan
berkualitas, dan
 Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia
Selanjutnya peran dari Pegawai ASN: perencana, pelaksana, dan
pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan
pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan
publik yang professional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
3. Hak dan Kewajiban ASN
Hak adalah suatu kewenangan atau kekuasaan yang diberikan oleh
hukum, suatu kepentingan yang dilindungi oleh hukum, baik pribadi
maupun umum. Hak PNS dan PPPK yang diatur dalam UU ASN sebagai
berikut PNS berhak memperoleh:
 gaji, tunjangan, dan fasilitas;
 cuti;
 jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
 perlindungan;
 pengembangan kompetensi
Sedangkan PPPK berhak memperoleh:
 gaji dan tunjangan;
 cuti;
 perlindungan;
 pengembangan kompetensi
Berdasarkan Pasal 92 UU ASN Pemerintah juga wajib memberikan
perlindungan berupa:
 jaminan kesehatan;
 jaminan kecelakaan kerja;
 jaminan kematian;
 bantuan hukum.
Sedangkan kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang
bersifat kontraktual. Dengan kata lain kewajiban adalah sesuatu yang
sepatutnya diberikan. Kewajiban pegawai ASN yang disebutkan dalam UU
ASN adalah:
 setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah;
 menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
 melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat
pemerintah yang berwenang;
 menaati ketentuan peraturan perundang-undangan
 melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh
pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab;
 menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap,
perilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik
di dalam maupun di luar kedinasan;
 menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat
mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
 bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
4. Kode Etik dan Kode Perilaku ASN
Dalam UU ASN disebutkan bahwa ASN sebagai profesi berlandaskan
pada kode etik dan kode perilaku. Kode etik dan kode perilaku ASN
bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN.
Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar Pegawai
ASN:
 melaksanakan tugasnya dengan jujur,
bertanggungjawab, dan berintegritas tinggi;
 melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
 melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa
tekanan;
 melaksnakan tugasnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
 melaksnakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan
atau Pejabat yang Berwenang sejauh tidak bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
etika pemerintahan;
 menjaga kerahasian yang menyangkut kebijakan Negara;
 menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara
bertanggungjawab, efektif, dan efisien;
 menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam
melaksanakan tugasnya;
 memberikan informasi secara benar dan tidak
menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan
informasi terkait kepentingan kedinasan;
 memberikan informasi secara benar dan tidak
menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan
informasi terkait kepentingan kedinasan;
 memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga
reputasi dan integritas ASN; dan
 melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan
mengenai disiplin Pegawai ASN.
Kode etik dan kode perilaku yang diatur dalam UU ini menjadi acuan
bagi para ASN dalam penyelenggaraan birokrasi pemerintah. Fungsi kode
etik dan kode perilaku ini sangat penting dalam birokrasi dalam
menyelenggarakan pemerintahan. Fungsi tersebut, antara lain:
 Sebagai pedoman, panduan birokrasi public/aparatur sipil
negara dalam menjalankan tugas dan kewanangan agar
tindakannya dinilai baik.
 Sebagai standar penilaian sifat, perilaku, dan tindakan
birokrasi public/aparatur sipil negara dalam menjalankan
tugas dan kewenangannya.
B. KEGIATAN BELAJAR 2: KONSEP SISTEM MERIT DALAM
PENGELOLAAN ASN
Pengelolaan SDM harus selalu berkaitan dengan tujuan dan sasaran
organisasi (strategic alignment), dalam konteks ini aktivitas dalam
pengelolaan SDM harus mendukung misi utama organisasi. Pengelolaan
SDM/ASN dilakukan untuk memotivasi dan juga meningkatkan produktivitas
pegawai dalam melaksanakan tugasnya sehingga mampu berkontribusi pada
pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Organisasi membutuhkan
pegawai yang jujur, kompeten dan berdedikasi.
Sistem merit menjadi prinsip uatma dalam UU ASN, bahkan UU ini juga
menyediakan aturan kelembagaan untuk menjamin keberadaan sistem merit
dalam pengelolaan ASN. Lembaga-lembaga tersebut adalah:
 Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) yang diberikan
kewenangan untuk melakukan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan kebijakan dan manajemen ASN untuk
menjamin perwujudan atau pelaksanaan sistem merit ini
pada instansi pemerintah
 Kementrian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur negara
(yang saat ini di sebut Kementrian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi/kemen PAN
dan RB) yang bertugas emberikan pertimbangan kepada
Presiden dalam penindakan Pejabat yang Berwenang
dan Pejabat Pembina Kepegawaian atas penyimpangan
Sistem merit dalam pengelolaan ASN.
C. KEGIATAN BELAJAR 3: MEKANISME PENGELOLAAN ASN
1. Manajemen PNS dan PKK
Manajemen PNS pada Instansi Pusat dilaksanakan oleh pemerintah
pusat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Manajemen PNS pada Instansi Daerah dilaksanakan oleh pemerintah
daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Penyusunan dan Penetapan Kebutuhan
 Pengadaan
 Pangkat dan Jabatan
 Pengembangan Karier
 Pola Karier
 Promosi
 Mutasi
 Penilaian Kinerja
 Penggajian dan Tunjangan
 Penghargaan
 Disiplin
 Pemberhentian
 Perlindungan
2. Manajemen PPPK
Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan, pengadaan,
penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, pengembangan kompetensi,
pemberian penghargaan, disiplin, pemutusan hubungan perjanjian kerja
dan perlindungan.
 Penetapan Kebutuhan
 Pengadaan
 Penilaian Kinerja
 Penggajian dan Tunjangan
 Pengembangan Kompetensi
 Pemberian Penghargaan
 Disiplin
 Pemutusan Hubungan Perjanjian Kerja
3. Pengelolaan Jabatan Pipinan Tinggi
 Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi
 Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi di Instansi Pusat
 Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi di Instansi Daerah
 Penggantian Pejabat Pimpinan Tinggi
 Pengawasan dalam Proses Pengisian Jabatan Pimpinan
Tinggi
 Pegawai ASN yang menjadi Pejabat
4. Organisasi
Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN
Republik Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia
memiliki tujuan:
 menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi
ASN; dan
 mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa.
5. Sistem Informasi ASN
Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan
keputusan dalam Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN.
Sistem Informasi ASN diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi
antarInstansi Pemerintah. Untuk menjamin keterpaduan dan akurasi data
dalam Sistem Informasi ASN, setiap Instansi Pemerintah wajib
memutakhirkan data secara berkala dan menyampaikannya kepada BKN.
6. Penyelesaian Sengketa
Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif.
Upaya administratif terdiri dari keberatan dan banding administratif.
Keberatan diajukan secara tertulis kepada atasan pejabat yang
berwenang menghukum dengan memuat alasan keberatan dan
tembusannya disampaikan kepada pejabat yang berwenang menghukum
Banding administratif diajukan kepada badan pertimbangan ASN.
Ketentuan lebih lanjut mengenai upaya administratif dan badan
pertimbangan ASN diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai