Anda di halaman 1dari 9

Ilmu Alamiah Dasar

M. Dwi Dito, M. Thoriq Nurrozikin, M. Lutfi Gufron, Arisma Damayanti


Universitas Al-Falah Assunniyyah
mdwidito2003@gmail.com, thoriqnurrozikin@gmail.com, m.lutfiguf@gmail.com,
arismadamayanti0@gmail.com

Abstrak
Berpikir adalah satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah
kepada suatu tujuan. Karenanya berpikir juga berarti berjerih payah secara mental untuk memahami
sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi. Dalam berpikir juga
termuai kegiatan meragukan dan memastikan, merancang, menghitung, mengukur, mengevaluasi,
membandingkan, menggolongkan, memilah-milah atau membedakan, menghubungkan, menafsirkan,
melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada, membuat analisis dan sintetis, menalar atau menarik
kesimpulan dari premis-premis yang ada, menimbang, dan memutuskan. Pada umummya, kegiatan
berpikir dimulai ketika muncul keraguan dan pertanyaan untuk dijawab atau berhadapan dengan
persoalan atau masalah yang memerlukan pemecahan.

Keyword : Eksistensi manusia dan perkembangan pemikiran


A. Pendahuluan
B. Diskusi dan Pembahasan
1. Pengertian Eksistensi Manusia

Eksistensi secara terminologi berasal dari bahasa inggris yaitu excitence, dan bahasa latin
existere yang berarti muncul, ada, timbul, memilih keberadaan actual. Beberapa pengertian
secara terminology yaitu pertama yang ada, kedua apa yang memiliki aktualitas ( ada ) dan
ketiga adalah segala sesuatu ( apa saja ) yang di dalam menekankan bahwa sesuatu itu ada.
Berbeda dengan esensi yang menekankan kealpaan sesuatu ( apa sebenarnya sesuatu itu dengan
kodrat inherennya ).

Menurut Bapak Gerakan Eksistensialis Kierkegaard, menegaskan bahwa yang pertama-tama


penting bagi keadaan manusia yakni keadaannya sendiri atau eksistensinya sendiri. Ia
menegaskan bahwa Eksistensi Manusia bukanlah ‘ada’ yang statis, melainkan ‘ada’ yang
‘menjadi’. Dalam arti terjadi perpindahan dari ‘kemungkinan’ ke ‘kenyataan’.
Kierkegaard menekankan bahwa eksistensi manusia berarti berani mengambil keputusan
yang menentukan hidup. Maka barang siapa tidak berani mengambil keputusan, ia tidak hidup
bereksistensi dalam arti sebenarnya.

Dengan demikian eksistensi manusia adalah suatu eksistensi yang dipilih dalam kebebasan.
Bereksistensi berarti muncul dalam suatu perbedaan, yang harus dilakukan tiap orang bagi
dirinya sendiri.

2. Tingkat Eksistensi Manusia

Soren Kierkagaard membagi eksistensi manusia kedalam tiga tingkat yang masing – masing
memiliki ciri khas, yaitu : (1) Eksistensi yang Estetik, (2) Eksistensi yang Etik, (3) Eksistensi
yang Religius. Ketiga bentuk tingkat eksistensi inilah yang akan mempengaruhi eksistensi
manusia dan merupakan cara keberadaan manusia. Adapun ketiga eksistensi manusia tersebut
sebagai berikut.

a. Eksistensi Estetik

Pada taraf ekstensi yang estetik ini perhatian manusia tertuju kepada segala sesuatu yang
berada di luar diri dan hidupnya di dalam masyarakat dengan segala yang dimiliki dunia dan
masyarakat. Kenikmatan jasmaniah dan rohaniah terpenuhi. Walaupun demikian dapat dikatakan
batinnya kosong karena ia menghindari diri dari keputusan-keputusan yang menentukan.
Keinginan-keinginan yang dinikmati seluruhnya hanya ada pada pengalaman emosi dan nafsu.
Dengan dorongan emosi dan nafsu tersebut ia menganggap kesenangan yang dicapai itu tidak
terbatas, tetapi anggapanya itu dapat dikatakan sama sekali. Hal ini karena akan sampai pada
kesadaran bahwa keadaan tersebut adanya terbatas sehingga ia akan sampai kepada keputusasaan

Pada kenyataanya dalam bentuk eksistensi ini manusia tidak akan dapat menemukan sesuatu
yang bisa meniadakan keputusasaan. Dengan demikian, manusia harus dapat memilih untuk
keluar dari keputusasaanya itu dengan upaya berpindah kepada bentuk eksistensi berikutnya,
yaitu dengan perbuatan atau sikap memilih. Hal ini karena manusia senantiasa berhadapan
dengan berbagai pilihan yang berkaitan dengan persoalan yang baik dan buruk serta sekaligus
harus dapat menempatkan diri di antara pilihan-pilihan tersebut. Sifat yang hakiki pada taraf
eksistensi estetik ini, yakni tidak adanya ukuran-ukuran moral umum yang ditetapkan, juga
kesadaran dan kepercayaan akan nilai-nilai agama.
b. Eksistensi Etik

Pada taraf eksistensi etik perhatian manusia benar-benar tertuju kepada batinnya, yakni ia
hidup dalam hal-hal yang kongkrit adanya. Sikap manusia sudah mengarah pada segi kehidupan
batiniah. Pergeseran dari taraf estetik ke taraf etik digambarkan oleh Kierkegaard sebagai orang
yang meninggalkan nafsu sementara dan masuk ke segalam bentuk kewajiban. Dalam hidupnya
manusia telah menyadari dan menghayati akan adanya patokan-patokan nilai yang sifatnya
umum. Oleh karena itu, manusia secara terus menerus dihadapkan pada pilihan-pilihan. Pillihan
manusia yang pertama dan senantiasa harus diputuskan, yaitu yang berhubungan dengan
persoalan yang baik dan buruk. Kemudian dalam waktu yang bersamaan ia juuga harus mampu
menempatkan diri antara kedua pilihan tersebut. Dengan berbuat dan bersikap terhadap keadaan
tersebut maka keputusannya akan menjadi bermakna. Sebaliknya, jiika tanpa adanya pendirian
yang kuat mengenai pilihan terhadap keputusan tersebut maka sebenarnya manusia itu tidak
menjalani suatu bentuk eksistensi yang berarti atau bermakna.

Dalam kehidupan ini, manusia harus bisa menetapkan bagi dirinya sendiri yaitu siapa, apa,
dan kemudian ia bertindak sesuai dengan pilihanya sebagai suatu keputusan baginya. Oleh
karena itu, semua tindakan atau keputusan tersebut didukung oleh sikap etis yang tidak
melepaskannya dari tanggung jawab. Pada taraf etik ini, manusia telah menyadari akan adanya
suatu pertimbangan-pertimbangan etis dan menghayati kesadaran moral.

c. Eksistensi Religius

Dalam perpindahan eksistensi etik ke eksistensi religious ini manusia harus melakukannya
dengan kesadaran dan keimanan. Manusia yang menurut Kierkegaard dapat dijadikan contoh
sebagai yang mampu mencapai tingkatan religious adalah Abraham. Dalam Fear and
Trembling, Kierkegaard menulis, Abraham was the greatest of all, great by that power whose
strength is powerlessness, great by that wisdom whose secret is foolishness, great by hope whose
form is madness, great by the love that is hatred to oneself ( Kierkegaard, 1983 : 16-17 ).

Bentuk eksistensi religius dapat memberikan suatu sikap dan perilaku manusia yang hakiki
dalam menghadapi yang abadi. Segala bentuk keputusan sudah berada di tangan Allah. Allah
menyataka diri dalam kesadaran manusia. Selanjutnya, untuk mencapai taraf eksistensi religius
tersebut manusia tidak hanya bisa melakukannya sekali saja melainkan harus berulang-ulang
sebagai suatu yang berkesinambungan atau berkelanjutan.

Pada eksistensi religius ini manusia menghayati pertemuannya dengan Allah sebagai dialog
yang sejati. Kepercayaan terhadap Allah merupakan suatu bentuk Tindakan transendetal yang
dimungkinkan oleh Allah sebab Allah memberikan kesempatan kepada manusia untuk mengatasi
dirinya dan menghadap kepada-Nya. Oleh karena itu, jalan menuju Allah tidak mungkin
ditempuh dengan logika yang abstrak, melainkan harus melalui suatu bentuk yang didasarkan
pada penghayatan subjektif.

3. Perkembangan pola pikir manusia

Perkembangan pola pikir manusia berkembang seiring dengan perkembangan umur dan
waktu di mana manusia tersebut hidup. Pada zaman prasejarah manusia hidup dari berburu dan
berladang yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain, kemudian meningkat menjadi petani
dan peternak yang menetap. Ada dua macam perkembangan alam pikiran manusia, yakni
perkembangan alam pikiran manusia sejak dilahirkan sampai akhir hayatnya dan perkembangan
alam pikiran manusia sejak zaman purba hingga dewasa ini. Berikut ini pengelompokan
perkembangan kecerdasan manusia berdasarkan usia dari bayi hingga dewasa.

1.1 Masa bayi (0 – 2 Tahun)

Masa bayi menurut psikologi disebut sebagai periode sensomotorik. Pada periode ini,
perkembangan kecerdasan bayi sangat cepat. Ia mulai belajar makan, berjalan, berbicara, dan
mengikatkan diri pada orang lain. Dengan gerakan–gerakan anggota tubuhnya, belajar
memadukan keterangan – keterangan melalui semua alat inderanya.

1.2 Masa Kanak – Kanak (3 – 5 Tahun)

Masa kanak – kanak disebut sebagai periode praoperasional, dengan kisaran usia 2 – 7
tahun. Pada periode ini, dorongan keingintahuannya sangat besar sehingga banyak yang
menyebut masa ini sebagai masa bertanya. Apalagi pada masa ini si anak sudah memiliki
keterampilan berbahasa lisan. Namun, pada masa ini pengungkapannya sering menggunakan
lambang– lambang, seperti bermain mobil dengan garasinya menggunakan kotak kosong.

1.3 Masa Kanak – Kanak (3 – 5 Tahun)


Masa kanak – kanak disebut sebagai periode praoperasional, dengan kisaran usia 2 – 7
tahun. Pada periode ini, dorongan keingintahuannya sangat besar sehingga banyak yang
menyebut masa ini sebagai masa bertanya. Apalagi pada masa ini si anak sudah memiliki
keterampilan berbahasa lisan. Namun, pada masa ini pengungkapannya sering menggunakan
lambang– lambang, seperti bermain mobil dengan garasinya menggunakan kotak kosong.

1.4 Masa Remaja (13 – 20 Tahun)

Periode ini merupakan masa pertentangan (konflik), baik dengan dirinya sendiri maupun
dengan orang dewasa. Mereka berusaha mengekspresikan dirinya sebagai orang dewasa, padahal
secara fisik, mental, dan emosional belum mampu menggunakan nalar serta berhipotesis.

1.5 Masa Dewasa ( > 20 Tahun )

Masa dewasa ini ditandai dengan kemampuan individu untuk berdiri sendiri. Mereka
mampu mengendalikan perilakunya dengan baik, menempatkan dirinya sebagai anggota dalam
kelompok, serta merupakan individu yang bertanggung jawab.

a. Aspek – aspek perkembangan


Perkembangan sebenarnya tidak terjadi dalam kotak yang terpisah-pisah namun untuk
menyederhanakan dan mempermudah pembahasan, perkembangan sering dibagi ke dalam beberapa aspek.
perkembangan sering membagi aspek-aspek tersebut ke dalam tiga area besar, dengan istilah yang berbeda-
beda. Di dalam Santrock (2009) disebutkan bahwa aspek tersebut meliputi aspek biologis, kognitif, dan
sosioemosional. Berk (2009) membaginya menjadi aspek fisik, kognitif, serta emosional dan sosial. Hal itu juga
kurang lebih serupa dengan Papalia dkk. (2009) yang membagi aspek-aspek perkembangan ke dalam aspek
fisik, kognitif, dan psikososial. Secara umum para ahli Pembagian aspek ke dalam jumlah yang lebih sedikit
bukan berarti meniadakan beberapa aspek yang sebelumnya telah disebutkan. Aspek fisik berkaitan dengan
pertumbuhan tubuh dan otak, kapasitas sensoris, keterampilan motor, dan kesehatan. Aspek kognitif
mempelajari atensi, memori, pemecahan masalah, proses berpikir, penalaran --termasuk di dalamnya penalaran
moral--, kreativitas, dan bahasa. Aspek psikososial meliputi perkembangan emosi, kepribadian, dan hubungan
sosial.
b. Hakikat manusia dan sifat keingintauhannya
Hakikat manusia adalah sebagai gagasan atau konsep yang mendasari manusia dan eksestensinya di
dunia yang berhubungan dengan dengan masa lalunya untuk menjangkau masa depan untuk mencapai tujuan
dalam hidupnya. Hakikat manusia berkaitan dengan unsur – unsur pokok yang membentuknya seperti dalam
pandangan monoteisme, yang mencari unsur pokok yang meemtukan yang bersifat tunggal, yakni dalam
pandangan spiritualisme atau dualism yang mempunyai pandangan yang menetapkan dua unsur pokok yang
kedua tidak saling menafikan yaitu materi dan rohani, seperti pandangan pluralisme yang menetapkan
padangan pada berbagai unsur pokok yang pada dasarnya mencerminkan unsur yang ada dalam makrokosmos
atau pandangan monodualis yang menetapkan manusia pada kesatuan dua unsur, atau monopluralisme yang
meletakkan hakikat pada kesatuan semua unsur yang membentuknya.
Sejalan dengan perkembangan manusia, sumber sumber daya manusia pun harus juga berkualitas dan
memiliki kebutuhan khusus dan memiliki penalaran yang logis, dan juga memiliki rasa ingin tau yang kuat
untuk mencari informasi. Pada dasarnya semua makhluk hidup mempunyai rasa keingintahuan, akan tetapi
Hasrat kaingin tahuan pada manusia tidak sama dengan hasrat makhluk hidup lainnya seprti pada hewan dan
tumbuh – tumbuhan. Hasrat kaingin tahuan pada hewan dan tumbuh – tumbuhan terbatas dan timbul semata –
mata hanya untuk mempertahankan kelestarian hidupnya. Hasrat keingintahuan pada hewan dan tumbuhan
bersifat tetap, tidak bisa berubah sepanjang masa.
Karena kelebihan itulah yang dimiliki manusia menyebabkan hasrat ingin tau manusia menjadi tidak
selamanya tetap, melainkan ia selalu berubah dan berkembang dari masa ke masa. Hasrat ingin tau manusia
juga selalu berubah – ubah dan berkembang sesuai dengan perubahan dan perkembangan kemampuan berpikir
manusia.
c. Prinsip – prinsip perkembangan
Baltes, dkk (dalam Papalia, dkk, 2009) mengidentifikasikan tujuh prinsip kunci tetang pendekatan
perkembangan sepanjang hidup. Prinsip – prinsip tersebut menjadi kerangka konseptual untuk mempelajari
perkembangan sepanjang hidup.
1.1 Development is Lifelong
Perkembangan adalah proses perubahan sepanjang hidup. Setiap periode dari rentang kehidupan
dipengaruhi oleh apa yang terjadi pada periode sebelumnya dan apa yang terjadi saat ini akan pula
mempengaruhi apa yang akan terjadi kemudian. Sebagai contoh, memiliki orang tua yang responsif dan sensitif
dapat mengembangkan rasa percaya (trust) pada bayi.
1.2 Development is Multidimensional
Perkembangan berlangsung dalam banyak dimensi (multidimensional). Maksudnya, perkembangan
terjadi pada dimensi biologis, psikologis, dan sosial. Setiap dimensi dapat berkembang dalam derajat yang
bervariasi, misalnya seorang anak berusia 4 tahun yang sangat cerdas, belum tentu memiliki kematangan emosi
pada tingkat yang seimbang dengan kecerdasannya.
1.3 Development is Multidirectional
Perkembangan berlangsung dalam lebih dari satu arah (multidirectional). Sejalan dengan meningkatnya
kemampuan di satu area, seseorang mungkin akan mengalami penurunan dalam area yang lain dalam waktu
yang bersamaan. Anak-anak kebanyakan tumbuh dalam satu arah, yaitu ke arah peningkatan, baik dalam
ukuran maupun kemampuan. Remaja, secara khusus, mengalami peningkatan dalam kemampuan fisik, tetapi
kecakapannya dalam belajar bahasa mengalami penurunan. Sebagai contoh, seorang atlet yang sudah tua dan
tidak sanggup lagi berlari kencang mungkin akan memilih untuk menjadi pelatih atau penulis buku olahraga,
sementara seorang nenek yang mengalami penurunan dalam daya ingat, mungkin akan membuat catatan-
catatan kecil untuk membantunya mengingat daftar belanjaan.

1.4 Relative Influences Of Biology and Culture Shift Over the Life Span
Proses perkembangan dipengaruhi oleh faktor biologis dan budaya. Keseimbangan di antara kedua
pengaruh tersebut berubah sepanjang waktu. Pengaruh biologis, seperti ketajaman sensoris dan memori,
menurun sejalan dengan bertambahnya usia. Akan tetapi, dukungan budaya, seperti penemuan kacamata dan
buku agenda, dapat mengompensasi penurunan yang terjadi. Contoh lainnya, otot yang belum matang mungkin
menghambat seorang bayi untuk bisa memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri. Akan tetapi adanya tuntutan dari
masyarakat terhadap orang tua untuk mengasuh anak membuat bayi tersebut tetap dapat melangsungkan
hidupnya.
1.5 Development Involves Chan Resource Allocations
Seseorang dapat mengalokasikan sumber-sumber yang ada, seperti waktu, energi, talenta, uang, dan
dukungan sosial dalam cara yang beragam. Pertama, sumber-sumber tersebut mungkin digunakan untuk
pertumbuhan. Sebagai contoh, seseorang mungkin menggunakan waktu dan uang yang dimilikinya untuk
belajar berenang. Kedua, sumber tersebut digunakan untuk memelihara atau memperbaiki diri, misalnya
seseorang yang belajar bermain piano supaya bakat musiknya tidak hilang atau seorang anak yang
menggunakan waktunya untuk mengikuti kursus bahasa Perancis sepulangnya ia dari Perancis selama beberapa
tahun. Dengan mengikuti kursus tersebut, keterampilan berbahasa Prancisnya diharapkan akan tetap bertahan.
Ketiga, sumber-sumber tersebut dipakai untuk menghadapi kehilangan atau penurunan ketika perbaikan tidak
dapat lagi dilakukan. Sebagai contoh, ketika seseorang merasa tidak lagi semampu masa-masa sebelumnya,
baik secara fisik maupun finansial, dukungan sosial dari orang- orang di sekitarnya mungkin menjadi sesuatu
yang diperlukan. Alokasi sumber-sumber ke dalam tiga fungsi tersebut berubah sepanjang hidup, sejalan
dengan menurunnya sumber-sumber tersebut. Misalnya, sumber energi menurun dengan bertambahnya usia
sementara sumber waktu menjadi meningkat. Pada masa anak-anak dan dewasa muda, sumber-sumber
tersebut digunakan untuk pertumbuhan. Orang-orang lanjut usia menggunakan sumber yang ada untuk
menghadapi kehilangan atau penurunan. Pada usia tengah baya, alokasi antara ketiga fungsi tersebut terlihat
lebih seimbang.
1.6 Development Shows Plasticity
Banyak kemampuan dapat ditingkatkan melalui latihan. Misalnya, anak- anak yang mengalami kesulitan
untuk membaca dan menulis, dapat dilatih dengan mengikuti program remedial. Namun, beberapa
kemampuan tetap memiliki keterbatasan sekalipun telah dimodifikasi.
1.7 Development is Influenced by the Historical and Cultural Context
Manusia tidak hanya mempengaruhi tetapi juga dipengaruhi oleh konteks sejarah dan budayanya. Sebagai
contoh, seorang anak yang terbiasa hidup bebas, mungkin akan memberontak saat berada di lingkungan yang
penuh dengan keteraturan. Contoh lainnya, anak yang diasuh dalam keluarga yang demokratis mungkin akan
berkembang menjadi anak yang penuh inisiatif di lingkungan teman-temannya.

KESIMPULAN
Eksistensi manusia berarti mengambil keputusan yang menentukan hidup. Maka jika manusia tidak berani
untuk mengambil keputusan ia berarti tidak hidup ber eksistensi dalam arti sebenarnya. Ada dua macam
perkembangan alam pikiran manusia, yakni perkembangan alam pikiran manusia sejak dilahirkan sampai akhir
hayatnya dan perkembangan alam pikiran manusia sejak zaman purba hingga dewasa ini.
Ilmu Pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu (curiousity). Rasa ingin tahu itu berkembang, baik tentang
dirinya sendiri maupun benda-benda di sekelilingnya dan rasa yang seperti itu tidak dimiliki oleh makhluk
hidup lainnya. Perkembangan pengetahuan pada manusia sangat dipengaruhi oleh perkembangan pengetahuan
semasa anak-anak, berupa bimbingan yang baik oleh orang tua dan lingkungan yang terus akan terbawa sampai
dewasa.
DAFTAR PUSTAKA
Akas Pinaringan, SujaluIsmail, Jumani, Heni Emawati, Lisa Astria Milasari, 2021 ILMU DASAR BISNIS,
Kalasan, Sleman, Yogyakarta, ZAHIR PUBLISHING
Rini hildayani,S.Psi., M.Si. Psikologi perkembangan

Anda mungkin juga menyukai