Anda di halaman 1dari 16

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

HUBUNGAN NEGARA DENGAN WARGA NEGARA

PEMBIMBING :

ABD. MU’ID ARIS SHOFA,M.Sc

DISUSUN OLEH :

1. MUCHAMMAD BAGOES PUTRA R.


2. SYAIQUN NIZAR TRISNA SAPUTRA
3. YOGA PRASETYA

TAHUN 2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hubungan Negara dan Kewarganegaraan disini merupakan hal pokok dalam
membantu penyelenggaraan ketatanegaraan, tidak hanya pemerintah yang merupakan
tokoh utama penyelenggaraan warga negara yang memiliki kewajiban dalam
mengelola dan menata sistem kenegaraan, tetapi peran serta Warganegara juga sangat
berperan penting dalam ketatanegaraan yang memiliki peran sebagai pengawasan,
evaluasi dan kritik juga saran terhadap pemerintahan. Hubungan di antara kedua hal
ini terletak pada sistem Hak dan Kewajiban yang dimiliki oleh setiap komponen
Negara baik itu Rakyat sebagai pemilik suara mayoritas maupun pemerintah sebagai
pelaku utama sistem kenegaraan. Dalam pembahasan kali ini kami akan fakus
terhadap pengelolaan hukum yang dimiliki Negara Indonesia ini, dalam hal penepatan
kedudukan didepan hukum ditinjau dari pendahuluan kepentingan Negara maupun
Rakyat., dalam ini kepentingan pemerintah maupun negara haruslah dalam kadar dan
posisi yang sejajar.
Ketika terjadi beberapa permasalahan dalam hal kedudukan komponen
kenegaraan didepan hukum terlebih saat masa Orde Baru yakni dalam kepemimpinan
Soeharto, hubungan antara negara dan warga negara sempat memiliki keretakan, hal
ini disebabkan oleh pada masa itu pemerintah lebih memberikan otoritas lebih
terhadap pemerintahan daam hal memprioritaskan kepentingan pemerintahannya
dengan kata lain kepentingan Negara dan Warga negara berada dalam posisi yang
vertikal yakni kepentingan Pemerintahan lebih diutamakan dan kepentingan rakyat di
dinomor duakan, bahkan ketika kepentingan pemerintah tersebut didukung oleh
komponen penegak hukum yang terdapat di Indonesia seperti ABRI, Hakim, Jaksa,
dll.
Hal ini terlihat jelas bahwa hubungan antara Negara dan Kewarganegaraan
haruslah kami tegasan kembali dalam pembahasan pokok makalah kami ini, hal ini
haruslah dietahui dengan jelas oleh seluruh komponen Kenegaraan baik kita sebagai
warga negara maupun pemerintah yang memliki kekuasaan penuh terhadap
Penyelenggaraan ketatanegaraan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Hubungan Negara dan Warganegara ?
2. Apa yang dimaksud Sifat, fungsi dan tujuan negara ?
3. Apa Pengertian Negara hukum pancasila ?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Untuk dapat mengetahui tentang yang dimaksud Hubungan Negara dan
Warganegara
2. Agar dapat mengetahui tentang Sifat, fungsi, dan tujuan Negara
3. Untuk dapat mengetahui pengertian negara hukum pancasila
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hubungan Warga Negara dengan Negara

2.1.1 Warga negara

Warga negara merupakan hal yang penting bagi suatau negara. Adanya warga
negara merupakan salah satu unsur utama berdirinya sebuah negara, maka dari itu
warga negara sangatlah mempengaruhi baik buruk kondisi maupun perkembangan
yang ada di negara tersebut .didalam UUD 1945 pada pasal 26 juga
menjelaskantentang apa makna atau arti dari warga negara yaitu bahwa “Yang
menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara”.

Penjelasan secara rinci mengenai siapa itu warga negara juga di jelaskan pada
pasal 4 undang-undang nomor 12 tahun 2006, yang berbunyi sebagai berikut;

a. Setiap orang yang sebelum UU ini disahkan sudah menjadi warga negara
Indonesia;
b. Anak lahir dari perkawinan sah seorang ayah dan ibu WNI;
c. Anak lahir dari perkawinan sah dari seorang ayah WNI dan ibu WNA;
d. Anak lahir dari perkawinan sah dari seorang ayah WNA dan ibu WNI;
e. Anak lahir diluar perkawinan sah dari seorang ibu WNI, tetapi ayahnya
tidak punya status kewarganegaraan atau hukum negara asal tidak
memberikan kewarganegaraan kepada anak itu;
f. Anak yang lahir 300 hari setelah ayah meninggal dari perkawinan sah dan
ayahnya WNI;
g. Anak lahir diluar perkawinan sah dari seorang ibu WNI;
h. Anak lahir diluar perkawinan sah dari seorang ibu WNA, yang diakui
seorang ayah WNI sebagai anaknya dan belum usia 18 tahun atau belum
kawin;
i. Anak yang lahir diwilayah NKRI, yang tidak jelas status kewarganegaraan
ayah dan ibunya;
j. Anak yang baru lahir ditemukan di wilayah NKRI, selama ayah dan
ibunya tidak diketahui;
k. Anak yang lahir di wilayah NKRI, apabila ayah dan ibunya tidak
memunyai kewarganegaraan;
l. Anak yang dilahirkan di luar wilayah NKRI dari seorang ayah dan ibu
WNI, karena negara tempat anak itu lahir memberikan kewarganegaraan
anak yang bersangkutan; dan
m. Anak dari seorang ayah atau ibu yang dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, tetapi ayah dan ibu tersebut meninggal dalam
keadaan belum mengucapkan sumpah dan janji setia;

2.1.2 Kewarganegaraan

Di dalam II peraturan penutup undang-undang No. 62 tahun 1958,yang


memberikan penegasan bahwa;” kewarganegaraan adalah segala jenis hubungan
dalam suatau negara yang mengakibatkan adanya kewajiban negara untuk melindungi
orang-orang yang telah memenuhi syarat sebagai warga negara”. Dari hal tersebut
dapat disimpulkan akan timbul adanya hubungan timbal balik antara warga negara
dengan suatu negara yaitu berupa hak dan kewajiban. Maka dari itu dalam
menentukan status kwarganegaraan haruslah diatur dengan peraturan yang sesuai.

Secara umum di dalam menentukan status kewarganegaraan dibagi menjadi dua


asas yaitu asas ius soli dan asas sanguitis. Dalam asas ius soli memiliki arti bahwa
warga negara dapat memiliki suatu kewarganegaraan dengan ditentukan berdasarkan
daerah atau negara tempatnya dilahirkan, sedangkan asas ius sanguitis menerapkan
bahwa seseorang dapat memiliki status kewarganegaraan berdasarkan keturunannya.
Tetapi dari kedua asa tersebut sering terjadi permasalahan yang berupa
kewarganegaraan ganda (bipratide) dan tidak memiliki kewarganegaraan (apatride).
Selain dua asas tersebut juga terdapat stelsel kwarganegaraan yaitu stelsel pasif dan
stelsel aktif. Secara rinci stelsel pasif adalah secara sendirinya seseorang dapat
memiliki status kewarganegaraan atau hilang kewarganegaraannya. Sedangkan stelsel
aktif adalah seseorang didalam memiliki status kewarganegaraan haruslah melakukan
tindakan hukum untuk memiliki atau melepaskannya.dari stelsel tersebut maka
terdapat dua hak didalam memilih kewarganegaraan yaitu hak opsi dan hak repudasi.
Didalam hak opsi ini terdapat di stelsel aktif, dan hak repudasi adalah hak dimana
orang dapat menolak status kewarganegaraan yang diberikan kepada dirinya.
2.1.3 Peta Normatif Hubungan Negara dan warga Negara

Hubungan antara Negara dengan Warga Negara memang tidak


dipisahkan.tetapi didalam hubungan tersebut selalu menimbulkan beragam
permasalahan diantaranya yaitu letak atau posisi Negara dengan Warga Negara.
Apakah Negara harus diatas Warga negara ataukah keduanya harus sejajar didalam
hubungannya. Hal ini selalu menuai polemik yang rumit demi mencapai tujuan yang
diinginkan bersama.

Didalam wacana pendidikan kewarganegaraan hubungan antara Negara


dengan Warga negara haruslah diposisikan secara sejajar . warga negara haruslah
diposisikan sebagai mitra dengan Negara didalam menjalankan prosesnya. Karena
hanya jika keduanya diposisikan sejajar maka keduanya akan bisa berjalan sesuai
yang diinginkan. Karena keharmonisan dari keduanya merupakan suatu kunci didalam
pelaksanaannya. Maka dari itu akan timbul suatu hak dan kewajiban yang muncul
secara tepat diantara keduanya.

Ada beberapa macam upaya untuk membangun hubungan antara Negara


dengan Warga negara secara adil dan berimbang,normatif dan etik,dapat dilakukan
dengan hal berikut;

1) Invetarisasi variabel yang melekat pada diri warga negara;


2) Inventarisasi variabel yang melekat pada organisasi negara;
3) Menghubungkan variabel yang melekat pada diri warga negara dengan
variabel yang melekat pada organisasi negara;
4) Mempersiapkan hubungan kedua variabel(warga negara dan negara)
identik dengan hak dan kewajiban antara keduanya
5) Mencari dasar norma sebagai pembenar hubungan antara warga negara
dengan negara, yang bersumber dari jiwa dan nilai-nilai konstitusi.

Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa akan adanya hak dan keajiban yang
timbul antara hubungan negara dan warga negara, selain itu pula terjadi timbal balik
diantara keduanya. Maka dari itu antara negara warga negara haruslah diletakkan
secara sejajar karena dikeduanya memiliki nilai fungsional tersendiri.Berikut ini
merupakan suatu matrik hubungan warga negara dan warga negara;
KONSTITUSI

Warga Negara Negara

V V
A Potensi Politik A
R Kemampuan Ekonomi R
I Cita – cita Sosial – budaya I
A Aspirasi Hankam A
B Perilaku Pendidikan B
E Tindakan Hukum E
L Prestasi Agama L
Dsb. Dsb.

Hak dan
KEWAJIBAN

2.1.4 Legitimasi dan Korporatisasi Negara

Hubungan antara warga negara dengan suatu negara akan bersingungan


dengan suatu pengakuan dari keduanya.ditinjau dari sisi negara,legitimasi merupakan
suatu pengakuan dari warga negara kepada negaranya berupa suatu hak dari seorang
pemimpin. Biasanya hal ini menyinggung mengenai keputusan-keputusan yang dibuat
oleh suatu negara dalam bidang pemerintahan (khususnya dalam bidang politik).
Jikalau masyarakat menerima suatu keputusan tersebut dengan baik maka negara
tersebut telah menerima legitimasi dari masyarakatnya.legitimasi juga dibutuhkan
oleh masyarakat. Karena legitimasi akan sangat berperan dalam terlaksananya
program suatu pemerintahan yang nantinya akan berdampak pada kesejahteraan dari
masyarakat itu sendiri.

Pemerintah didalam mendapatkan legitimasi dari masyarakat dapat


digolongkan melalui tiga cara yaitu dengan cara simbolis,cara prosedural dan cara
matesial.cara simbolis dilakuakan dengan memanipulasi kecenderungan-
kecenderungan moral, emosional, tradisi, kepercayaan, dan nilai-nilai budaya yang
pada umumnya dalam bentuk simbolis. Cara prosedural dilakukan dengan
menyelenggarakan pemilihan umum untuk menentukan wakil-wakil rakyat, presiden
dan wakil presiden dan para anggota lembaga tinggi lainnya serta referendum untuk
mengesahkan kebijakan umum.sedangkan cara material dilakukan dengan menyajikan
atau memberikan kesejahteraan material kepada masyarakat, seperti jaminan
tersedianya kebutuhan dasar (basic needs),fasilitas kesehatan dan pendidikan, sarana
komunikasi dan transportasi,sarana ibadah,seni dan hiburan dan sebagainya.

Sedangkan korporatisasi dapat dimaknai sebagai suatu sistem oraganisasi


diberbagai bidang yang melibatkan kelompok-kelompok dari masyarakat demi yang
mementingkan kepentingan negara. Hal ini perlu dilakukan karena kebanyakan
masyarakat indonesia yang masih majemuk demi memajukan kehidupannya. Serta
didalam proses berjalannya hubungan antara keduanya haruslah bersifat mitra atau
sejajar. Sehingga akan muncul adanya saling memberdayakan dan memberadapkan
antara keduanya.

2.1.4 Negara dan Warga Negara (Refleksi Masa Orde Baru)

Pada masa Orde baru, memiliki harapan bahwa pada masa ini akan dapat
membuat kehidupan politik di indonesia dapat berjalan dengan baik. Pada saat masa
itu sangatlah membuat kehidupan bangsa menjadi baik karena pada saat itu
merupakan dimana pemerintahan berdiri sebagai kolektor bagi penyelewengan
pancasila dan UUD 45 serta sebagai landasan dari semua bidang.pada masa Orde ini
pembangunan nasional sangat diutamakan dengan dibantu pembangunan ekonomi
sebagai spektrum sentralnya. Tetapi pada prosesnya politik yang seharusnya
diutamakan juga malah diabaikan. Hal ini terlihat dari berbagai macam cara seperti
halnya dalam upaya menciptakan persatuan nasional yang dilakukan dibawah
kepemimpinan nasional.

Tetapi dalam proses praktiknya, pemerintahan dalam masa orde baru ini tidak
sesuai dengan apa yang telah disusun bahkan sering membuat masyarakat kecewa.
Hal tersebut disebabkan dengan pembangunan yang ada bukan ditujukan demi
kepentingan rakyat melainkan demi kepentingan partai pemerintahan, golongan,
rezim, keluarga serta pemerintah sendiri.kondisi seperti itu sudah tidak dipertahankan
lagi karena letak antara warga negara dengan negara yang sudah tidak sejajar
sehingga pada saat itu tanggal 21 Mei 1998 masa Orde baru berakhir.

Walaupun keadaan Orde baru semacam itu tetapi tetaplah memiliki manfaaat
dari beberapa kebijakan-kebijakan yang telah dibuatnya. Bahkan sampai saat inipun
masih dapat kita rasakan manfaatnya. Yaitu beberapa program pembangunan pelita ke
pelita yang memberikan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sehingga sangat
disayangkan Orde baru haruslah berakhir dengan cara yang tragis karena dalam
pelaksanaannya dicampuri kepentingan-kepentingan pribadi.

2.1.5 Pemerintahan Reformasi

Pada masa Reformasi ini bertujuan sebagai gerakan perubahan dan


pembaharuan kehidupan bangsa dan negara menjadi kehidupan yang lebih baik lagi
baik dibidang moral, politik, sosial dan budaya dalam membongkar budaya
feondalistik yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Cita-cita pada reformasi ini
berlandasan pada Pancasila dan UUD 45 sehingga akan secara penuh memiliki
dampak yang positif.

Tetapi jika melihat fakta yang ada pada masa reformasi ini tidak banyak
memberikan banyak perubahan serta tak memberikan harapan kepada masyarakat
secara umum. Pada era inipun banyak kasus kenegaraan dan kemsyarakatan yang
muncul bahkan sampai merambah ke dunia internasional.

Pada masa reformasi ini juga memiliki suatu hal yang dapat di nilai baik dari
proses berjalannya. Melakukan suatu tindakan secara maksimal dalam menjalankan
dan melaksanakan tugasnya walaupun kondisi negara masih belum stabil stelah masa
era Orde baru. Cita-cita pada reformasi ini seharusnya harus menjadi sebuah tujuan
yang utama dalam proses pelaksanaan pemerintahan, serta dijadikan sebagai nilai
moral untuk membangun hubungan antara negara dan warga negara yang lebih baik
lagi.

2.2 Sifat, Fungsi dan Tujuan Negara

2.2.1 Fungsi Negara

1. Fungsi Negara Pertahanan dan Keamanan

Fungsi Negara disini merupakan kewajiban dari sebuah negara untuk melindungi
rakyat, wilayah, dan pemerintahan dari ancaman bahaya dan Keamanan yang muncul
dari internal negara maupun External

2. Fungsi Keadilan

Fungsi negara dalam penegakan Hukum baik bagi warga negara maupun
Penyelenggara Negara secara tegas dengan memberikan pandangan umum terhadap
seluruh lapisan masyarakat bahwa rakyat selalu memiliki pandangan yang sama di
depan Hukum.

3. Fungsi Pengaturan dan Ketertiban

Negara wajib memiliki tatanan kenegaraan melalui Undang – undang yang disusun
berdasarkan kepentingan dari sebuah Negara agar terciptanya tatanan masyarakat
berbangsa dan bernegara.

4. Fungsi Kesejahteraan dan Kemakmuran

Fungsi Negara dalam memanfaatkan SDA dan SDM secara optimal guna mencapai
tujuan untuk mensejahterakan dan memakmurkan Rakyatnya, dengan mengexplore
seluruh Sumber daya Alam dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk
mengolahnya.
2.2.2 Sifat Negara

Sifat negara merupakan arti dari sebuah Negara itu sendiri yang memuat arti serta fungsi
yang dimiliki oleh Sebuah

1. Memaksa

Sifat egara yang pertama adalah memaksa, hal ini memiliki pengertian bahwa Negara
Berhak untuk memenuhi setiap hak dan kewajiban setiap warganya dan dengan hal
tersebut lah Negara juga memiliki kewenangan dan kekuasaan untuk mengatur setiap
warga negaranya melalui Peraturan yang ada dengan menggunakan beberapa
komponen Negara sebagai penegas setiap warga negara yang tidak patuh terhadap
peraturan tersebut.

2. Monopoli

Sifat Negara monopoli adalah menunjukkan bahwa Negara memiliki kekuasaan untuk
mengatur dan menata setiap bagian dari Negara untuk menentukan arah dan tujuan
untuk dicapai oleh sebuah negara tersebut dan hal tersebut pun legal demi mencapai
tujuan utama sebuah Bangsa.

3. Menyeluruh/Mencangkup Semua

Sifat ini merupakan sifat dimana peraturan dan ketatanegaraan memiliki penguasa
tunggal yakni Negara tanpa ada campur tangan dari warga negara, dan peraturan
tersebut haruslah di taati oleh seluruh lapisan masyarakat di negara yang bersangkutan
dikarenakan menjadi Warga negara itupun bukan kemauan dari setiap individu sendiri

2.2.3 Tujuan Negara

Negara merupakan tempat menaungi seluruh komponen yang terdapat di dalamnya.


Tujuan Negara Republik Indonesia tertuang pada Pembukaan UUD 1945 yaitu pada
Alinea keempat yang berbunyi.

“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan


Negara Indonesia yang melindungi segenap Bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan, Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-
Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan Mewujudkan suatu
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”.

Dari penggalan Pembukaan UUD 1945 di atas dapat ditarik point kesimpulan yaitu :

a. Negara Indonesia memiliki tujuan yaitu untuk melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia

b. Memajukan Kesejahteraan umum

c. Mencerdaskan kehidupan bangsa

d. Ikut serta dalam menciptakan Perdamaian Dunia

2.3 Negara Hukum Pancasila

Ditinjau dari pengertian, Negara Hukum adalah negara yang menjadikan


hukum sebagai dasar kekuasaan negara tersebut dan penyenggara negara di bawah
kekuasaan hukum. Daniel S. Lev (2002:2) berpendapat bahwa negara hukum ialah
suatu negara yang disandarkan pada pembagian kekuasaan yang bertujuan untuk
memperlemah elit-elit politik dan pembagian kekuasaan berdasarkan ide negara
hukum menjadi suatu hal yang sah. Terkait dengan negara hukum, ada beberapa unsur
yang dimiliki oleh negara hukum. Yakni memiliki konstitusi, adanya supremasi
hukum, adanya pembagian kekuasaan, semua alat perlengkapan negara dan warga
negara bisa tunduk pada ketentuan hukum yang berlaku, semua warga negara
mempunyai kedudukan yang sama dalam hukum dan pemerintahan, adanya
pengakuan dan perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia.

Berdasarkan kalimat pada alines ke 4 Pembukaan UUD 1945 : “Maka


disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undang-undang dasar
Negara Indonesia”, Republik Indonesia merupakan negara hukum yang berkonstitusi
(Yamin, 1952:15). Jika ditelusuri pada saat sidang BPUPKI, di dalam perumusan
UUD 1945 tidak ditemukan perdebatan secara mendalam bahwa Indonesia adalah
negara hukum. Walaupun pernyataan seperti ini tidak ditemukan pada proses
mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia, secara konseptual Indonesia
merupakan negara hukum karena adanya konstitusi merupakan konsekuensi dari
penerimaan konsep negara hukum. Menurut Moh. Mahfud (1999 : 133) pada saat
pendiri negara (founding fathers) berdebat untuk menyusun sebuah konstitusi, berarti
mereka secara sadar telah memilih konsep negara hukum yang akan. Konstitusi
memiliki fungsi membatasi secara hukum, oleh karena itu penggunaan kekuasaan
pemerintah tidak boleh melanggar hak asasi manusia dan tidak boleh melampui batas
kewenangan yang diberikan dalam konstitusi tersebut. Mengenai hal tersebut, Yusril
Ihza Mahendra (1996: 41) menyatakan : “Meskipun UUD 1945 merupakan naskah
konstitusi yang singkat, negara yang hendak dijelmakannya secara normatif
memenuhi syarat-syarat sebuah negara hukum”. Di samping itu, dalam sidang
BPUPKI (Azhary, 1995: 69) dapat ditemukan pendapat yang menginginkan agar
negara Indonesia yang akan didirikan itu merupakan negara kesejahteraan, negara
yang berkedaulatan rakyat, negara yang hendak mewujudkan keadilan, negara yang
menjamin kesehatan rakyat, negara yang menjamin kebebasan rakyat untuk
berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat. Hal tersebut dikemukakan oleh M.
Yamin, Soekarno, dan Hatta
Di dalam pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945 memang tidak
dikemukakan pernyataan yang eksplisit tentang negara hukum, namun tidak demikian
halnya dalam Penjelasan UUD 1945. Dalam Penjelasan Bagian Umum tentang Sistem
Pemerintahan Negara, ditegaskan ada tujuh pokok sistem Pemerintahan Negara yaitu
nomor pertama adalah: “Indonesia berdasar atas Hukum (rechtsstaat) tidak
berdasarkan atas kekuasaan belaka (machsstaat)”. Dan nomor kedua adalah: “Sistem
Konstitusional, yang menyatakan Pemerintahan berdsar atas sistem konstitusi (hukum
dasar) tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas)”. Perlu diingat
bahwa penjelasan UUD 1945 tidak pernah dibahas dalam BPUPKI, bahkan naskah
tersebut baru muncul kemudian menyertai naskah UUD 1945 setelah diumumkan
dalam Berita Republik Indonesia (BRI) Tahun II (Tahun 1946) Nomor 6.
Muhammad Yamin (1952: 75) menyatakan “Republik Indonesia ialah suatu
negara hukum (rechtsstaat, goverment of law) tempat keadilan yang tertulis berlaku,
bukanlah negara polisi atau negara militer, tempat polisi dan prajurit memegang
pemerintah dan keadilan, bukanlah pula negara kekuasaan (machtsstaat) tempat
tenaga senjata dan kekuatan badan melakukan sewenang-wenang”. Kesimpulan dari
penjelasan para Neegarawan bahwa Indonesia merupakan Negara Hukum yang
berdasarkan asas – asas yang tertuang didalam sila sila Pancasila.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari seluruh pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Hubungan antara
warga negara dengan negara sangatlah penting dan fundamental adanya. Hal ini
mengenai hak serta kewajiban yang harus dipenuhi oleh unsur-unsur tersebut.serta
hubungan yang terkait antara negara dan warga negaranya harus setara di dalam
pemrintahan sehingga akan dapat mencapai tujuan yang selama ini diinginkan oleh
negara Indonesia.
Sifat dan fungsi dari sebuah negara merupakan tujuan akhir dari terbentuknya
sebuah negara yakni sifat negara yang mencangkup memaksa, monopoli, mencangkup
seluruh. Dengan adanya hal ini dapat diketahui fungsi dari sebuah negara yakni
mencangkup segala hal yang melibatkan warganegara baik keamanan,
mensejahterakan dan menegakkan keadilan untuk seluruh warga negara. Serta Tujuan
utama Bangsa Indonesia tercangkup dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea keempat.
Pembahasan tentag Indonesia adalah Negara Hukum tidak pernha ditemukan
pada proses kemerdekaan Bangsa Indonesia. Akan tetapi yang ditemukan adalah
pembahasan menganai konstitusi Bangsa Indonesia sendiri. Secara konseptual
Indonesia merupakan negara hukum karena adanya konstitusi merupakan konsekuensi
dari penerimaan konsep negara hukum
Daftar Pustaka

Undang-undang Repubik Indonesia No. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan


Republik indonesia.(Online),( http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_kewarganegaraan_2006.htm)
diakses 9 Februari 2018

Undang-undang Dasar 1945.(Online),( http://jdih.pom.go.id/uud1945.pdf) diakses 9


Februari 2018

Wiyono, Suko. 2017. Reaktualisasi Pancasila dalan Kehidupan Berbangsa dan


Bernegara. Malang:Universitas Wisnuwardhana Press

Al hakim,suparlan. 2016.Pendidikan Kewarganegaraan.Malang:madani

Rudy. Kedudukan Dan Arti Penting Pembukaan UUD 1945.Universitas Lampung.


Lampung:Oktober 2015

Siswoyo, W. H.1996.Langkah Awal Memahami UUD 1945.Malang:Penerbit IKIP


Malang.

Anda mungkin juga menyukai