Anda di halaman 1dari 10

Kapata Arkeologi, 12(2), 137-146

ISSN (cetak): 1858-4101


ISSN (elektronik): 2503-0876
http://kapata-arkeologi.kemdikbud.go.id

TEKNOLOGI TEMPA LOGAM PADA MASA LALU DI DAERAH


ALIRAN SUNGAI PAWAN, KALIMANTAN BARAT
(sebuah pendekatan etnoarkeologi)
Metal Forging Technology in the Past in the Pawan Watershed, West
Kalimantan
(An Ethnoarchaeology Approach)

Ida Bagus Putu Prajna Yogi


Balai Arkeologi Kalimantan Selatan - Indonesia
Jl. Gotong Royong II. RT. 06/ RW.03, Banjarbaru, Kalimantan Selatan
idabagus.prajna@kemdikbud.go.id

Naskah diterima: 10/09/2016; direvisi: 23/11 ± 29/11/2016; disetujui: 15/12/2016


Publikasi ejurnal: 30/12/2016

Abstract
Archaeological evidence of metal artifacts found in the area Pawan Watershed in the number
of inviting attention to be investigated, that is how the process of technology in the past. The
existence of the craftsmen of wrought metal along the watershed area Pawan certainly was
not a coincidence. There might be a relationship between the presence of artifacts with
traditional metal forging which is still survive until recently. Ethnoarchaeological approach
that has been undertaken is expected to give an idea to reconstructs the metal forging
technology in the past on Pawan Watershed; to understand the cultural continuity that still
exists today in the area. Metal forging technology using the "ububan" the which is still used
today in several locations in Indonesia, as well as in Pawan Watershed. This study concluded
that the technology workmanship metal artifacts in the past has the similarity from the
technological progress that has continued until recently.

Keywords: Artifacts Metals, Pawan River, Ethnoarchaeology, Metals Technology

Abstrak
Bukti arkeologi berupa artefak logam yang ditemukan di daerah aliran Sungai Pawan dalam
jumlah yang cukup banyak mengundang perhatian untuk diteliti, yaitu bagaimana teknologi
dan proses pengerjaannya pada masa lalu. Keberadaan pengrajin logam tempa di sepanjang
daerah aliran Sungai Pawan tentu bukan suatu kebetulan, mungkin ada hubungan antara
kehadiran artefak dengan teknologi tempa logam tradisional yang masih bertahan saat ini.
Pendekatan etnoarkeologi dilakukan dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan
gambaran untuk merekonstruksi teknologi tempa logam di masa lalu di daerah aliran Sungai
Pawan untuk melihat dan belajar tentang kelangsungan budaya yang masih ada saat ini di
lokasi tersebut. Teknologi penempaan logam dengan menggunakan "ububan" yang masih
digunakan saat ini di beberapa lokasi di Indonesia dan di daerah aliran Sungai Pawan.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa teknologi artefak pengerjaan logam di masa lalu tidak
jauh berbeda dari kemajuan teknologi yang masih berlangsung hingga saat ini.

Kata kunci: Artefak Logam, Sungai Pawan, Ethnoarkeologi, Teknologi Logam

PEDAHULUAN emosi dan intelegensianya sampai pada taraf


Dalam pemenuhan kebutuhan manusia, yang sangat tinggi. Dengan kemampuannya,
teknologi merupakan intrumen penting dalam manusia mampu menciptakan teknologi berbagi
menunjang kebutuhan manusia. Manusia telah alat dan teknologi untuk melakukan abstraksi
menerapkan teknologi sejak keberadaannya di secara efisien, apa yang dibutuhkan bagi
muka bumi ini. Manusia merupakan satu- kehidupannya dengan memanfaatkan sumber
satunya mahluk yang berhasil mengembangkan

137
© Kapata Arkeologi Balai Arkeologi Maluku. Bebas akses di bawah lisensi CC BY-NC-SA.
Nomor Akreditasi: (LIPI) 678/Akred/P2MI-LIPI/07/2015.
daya yang ada di sekelilingnya (Sahari 2008, 9- Sungai Pawan, sebagai saran transportasi dan
10). untuk melakukan aktifitas lainnya.
Dalam kehidupan manusia paling tidak
ada empat jenis bahan utama yang pada
umumnya dipakai oleh manusia untuk
pembuatan alat, yaitu tanah, batu, logam, dan
kayu atau bambu. Tiga jenis bahan yang pertama
adalah jenis bahan yang seringkali masih
bertahan menghadapi perjalanan waktu sehingga
dapat ditemukan para peneliti, ketiga jenis bahan
tersebut memiliki proses yang lebih rumit
Gambar 1. Citra Satelit 1: Lokasi Penelitian
dibandingkan dengan yang lain, terutama bahan (Sumber: Google Earth yang dimodifikasi oleh IBP.
logam. Itulah sebabnya teknologi logam pada Prajna Yogi, 2016)
umumnya, merupakan indikator perkembangan
peradaban tinggi yang telah dicapai manusia
(Haryono, 2001: 1).
Teknologi logam termasuk sebagai
extractive technology, yaitu teknologi yang
dalam prosesnya mengurangi, dari bahan dasar
teknologi logam pada umumnya, merupakan
indikator perkembangan peradaban tinggi yang
telah dicapai manusia, kemudian direduksi Gambar 2. Citra Satelit 2: Wilayah Penelitian
sampai menjadi bentuk artefak. Diawali dari (Sumber: Google Earth yang dimodifikasi oleh IBP.
tahap pengadaan bahan mentah dengan cara Prajna Yogi, 2016)
penambangan bijih logam, kemudian dilanjutkan
dengan pengolahan untuk mendapatkan bahan Dalam beberapa penelitian ekplorasi
siap pakai sampai kemudian menjadi artefak. arkeologi, banyak ditemukan data arkeologi
Proses yang rumit itulah yang kemudian berupa artefak logam di daerah Aliran Sungai
melahirkan pengetahuan metalurgi. Dalam Pawan, selain itu secara tidak sengaja juga dalam
sejarah peradaban manusia, penggunaan dan proses survei tersebut pada setiap permukiman
pemanfaatan logam merupakan suatu revolusi yang hingga kini masih dihuni oleh masyarakat,
teknologi, dalam pengertian bahwa telah terjadi hampir selalu ditemui para pandai besi yang
perubahan teknologi dari teknologi batu atau menggunakan teknologi tempa tradisonal.
tanah ke teknologi logam (Haryono, 2008: 50). Berdasarkan fenomena tersebut maka dilakukan
Sungai Pawan terletak di Propinsi penelitian yang lebih spesifik mengenai
Kalimantan Barat, sungai ini bermuara di teknologi pembuatan artefak besi tersebut pada
Kabupaten Ketapang dan mengaliri beberapa masa lalu dengan tujuan untuk mengetahui dan
wilayah di Kalimantan Barat. Sungai Pawan rekontruksi teknologi tempa logam tradisonal
memiliki beberapa anak sungai dan hulunya pada masa lalu di Daerah Aliran Sungai Pawan.
berasal dari beberapa tempat yaitu di daerah Teknologi tempa logam, merupakan salah
pegunungan Scawaner di kabupaten Sintang, di satu bagian dari kegiatan untuk memenuhi
kabupaten Skadau dan beberapa berasal dari kebutuhan ekonomi. Untuk memenuhi
pegunungan di Kalimantan Tengah. Di kebutuhan, maka manusia membutuhkan
sepanjang aliaran Sungai Pawan dan anak kegiatan-kegiatan yang menyangkut atas
sungianya, terdapat beberapa desa yang kebutuhan, kegiatan ini disebut juga sebagai
letaknya tepat berada di tepi Sungai Pawan dari kegiatan ekonomi. Sebagaimana yang
muara hingga ke hulu sungai. didefinisikan oleh ahli antropologi ekonomi
Sungai ini memiliki lebar rata-rata badan yang dikemukakan oleh Karl Polanyi bahwa
sungai di daerah muara sebesar 500 M. Sungai ekonomi adalah upaya yang dilakukan manusia
ini dapat dilayarai oleh kapal berukuran sedang untuk memenuhi kebutuhan hidup di tengah
hingga sampai ke daerah hulu. Di sepanjang lingkungan alam dan lingkungan sosialnya
aliran Sungai ini banyak terdapat desa-desa yang (Polanyi dalam Sairin, 2002, 16-17).
masyarakatnya banyak bergantung pada aliran

138
Kapata Arkeologi Volume 12 Nomor 2, November 2016: 137-146
Ilmu arkeologi berusaha untuk memberikan gambaran rekonstruksi tentang
mengetahui aspek perilaku manusia masa masa lalu melalui tinggalan-tinggalan yang
lampau melalui jejak-jejak yang ditinggalkan, masih dijumpai dan dipergunakan hingga saat ini
yang berupa benda-benda, baik yang berbentuk oleh sekelompok masyakarakat atau suku.
alat maupun bukan alat. Perilaku manusia yang Penggunaan data etnografi sebagai bahan
telah mengahasilkan tinggalan-tinnggalan analogi untuk mengungkap kembali tatacara
arkeologis mencakup 3 hal, yaitu buat, pakai dan kehidupan masa lampau biasanya mempunyai
buang (Sharer and Ashmore, 1977) yang kedudukan sebagai interpretasi (Tanudirdjo,
merupakan proses awal tebentuknya data 1987 : 24).
arkeologi. Data diperoleh melalui observasi
Pembuatan artefak logam memiliki lapangan, survei, dan wawancara mendalam
tingkat kesulitan paling tinggi dan prosesnya sebagai upaya untuk menggali data etnografi
lebih rumit dibandingkan dengan bahan yang yang ada saat ini sehingga diharapkan dapat
lainnya yang kemudian melahirkan pengetahuan digunakan sebagai pendukung dalam proses
metalurgi. Karena kerumitan itulah maka tidak rekontruksi mengenai teknologi pembuatan
mengherankan apabila pengetahuan metalurgi peralatan logam besi di Daerah Aliaran Sungai
kemudian menjadi tolok ukur bagi munculnya Pawan pada masa lalu. Selain itu studi pustaka
peradaban (Childe, 1950). digunakan sebagai data sekunder dan
Para Pandai logam dikatakan sebagai full- pelengakap dalam tulisan ini.
time specialist atas dasar dua pertimbangan.
Pertama bahwa pengerjaan logam memerlukan HASIL DAN PEMBAHASAN
perhatian yang penuh. Pertimbangan kedua, Temuan Artefak Logam di DAS Pawan
dalam sejarah para pandai logam bangsa Eropa Dalam kegiatan penelitian ekplorasi
pada awalnya mereka adalah itinerant yang tidak arkeologi yang kami lakukan di Daerah Aliran
sempat atau tidak dapat memproduksi Sungai Pawan pada tahun 2012, 2013 dan tahun
makanannya sendiri: ³0HWDOZRUNHUV WKXV KDG WR 2015 kami menemukan cukup banyak artefak
PDNH WKHLU OLYLQJ ³RQ WKH URDG´ SURYLGLQJ WKHLU logam dibeberapa titik di sepanjang aliran
VHUYLFHV WR PDQ\ FKLHIV DQG YLOODJHV´(Wailles, Sungai Pawan dan anak sungainya. Artefak
1996:5). logam tersebut beberapa ditemukan masyarakat
Isu tentang budaya logam berpengaruh di sekitar permukiman mereka, di kebun ketika
dalam hal difusi kebudayaan, khususnya unsur bercocok tanam, dan ada pula yang ditemukan
teknologi. Di satu pihak adalah kelompok yang mereka di dasar sungai ketika menjala ikan.
berpendapat bahwa hanya ada satu pusat Jumlah temuannyapun tidak sedikit, Pak Yos (64
munculnya pengetahuan metalurgi yang Tahun) mengungkapkan, bahwa sekitar 30 tahun
kemudian menyebar ke beberapa temapat yang lalu ketika beliau menjala ikan di sungai di
melalui difusi, sedangkan pihak lain berpendapat sekitar Desa Kenyabur di Hulu Sungai Pawan,
bahwa ada beberapa pusat munculnya budaya menemukan parang pendek yang belum selesai
logam sebagai local development. Isu tersebut dibuat (belum ada sisi tajaman) dengan jumlah
sangat mewarnai permasalahan kebudayaan yang cukup banyak diikat dengan rotan. Selain
logam di Asia Tenggara ( Bayard 1979. ). itu beliau juga sangat sering menemukan benda
logam seperti kacip (alat pembelah pinang) dan
METODE beliung besi di ladang sekitar permukiman
Data dalam penelitian ini adalah bersifat (Yogi, 2013, 2015).
kualitatif, dimana pendekatan yang digunakan Di Desa Sengkuang tepat di sekitar
adalah pendekatan etnoarkeologi. Oswalt (1974) temuan Lingga, ketika kami melakukan
menyatakan bahwa etnoarkeologi adalah penelitian pada tahun 2013 menemukan pahat
penelitian yang dilakukan menggunakan besi berukuran kecil pada kedalaman sekitar 10
perspektif arkeologi tentang budaya material, cm dari permukaan tanah (Foto 2). Pahat
berdasarkan informasi lisan tentang artefak yang tersebut tajam dibagian muka, memiliki bagian
diperoleh dari orang yang berhubungan langsung yang seharusnya masuk kedalam handle yang
dengan artefak tersebut atau keturunan langsung kemungkinan terbuat dari kayu. Ada beberapa
dari mereka (Ameer, 1998: 18). Studi bentuk serampang (tombak ikan) yang
etnoarkeologi memiliki tujuan untuk ditemukan di daerah Aliran Sungai Pawan, mulai

139
Teknologi Tempa Logam pada Masa Lalu di Daerah Aliran Sungai Pawan, Kalimantan Barat
(sebuah pendekatan etnoarkeologi), Ida Bagus Putu Prajna Yogi
dari yang bermata satu hingga tiga dengan
berbagai macam ukuran. Menurut keterangan
beberapa narasumber di lapangan dahulu di
Sungai Pawan banyak terdapat Ikan dengan
ukuran besar, bahkan jenis ikan tapah dapat
mencapai panjang dua hingga tiga meter, maka
sangat mungkin ditemukan serampang dengan
ukuran yang besar pula.

Gambar 6. Serampang tiga dan serampang satu


(tombak ikan)
(Sumber: Difoto oleh IBP Prajna Yogi, 2012)

Teknologi dan Proses Pembuatan Benda


Logam Yang Masih Berlangsung Di Sungai
Pawan
Saat ini hampir di setiap desa yang berada
di Daerah Aliran Sungai Pawan terdapat pandai
Gambar 3. Parang pendek unfinishing yang besi yang masih memproduksi berbagai
ditemukan di dasar Sungai Pawan peralatan logam besi. Mereka melakukan
(Sumber: Difoto IBP Prajna Yogi, 2012) penempaan logam besi tersebut menggunakan
tekQRORJL SHPDQDVDQ \DQJ GLVHEXW ³puput´
(istilah lokal) dan lebih dikenal di Jawa dengan
istilah ububan (Foto 3 dan 4). Ububan atau puput
ini adalah sebuah alat penghasil udara yang
dihasilkan dari dua tabung yang dipompa oleh
satu orang pekerja. Tabung tersebut terbuat dari
pipa paralon berdiameter 5 inci dan dimasuki
klep yang berfungsi sebagai penekan udara
keluar bekerja seperti sebuah piston kendaraan
bermotor. Dahulu tabung puput ini terbuat dari
batang kayu belian/besi/ulin yang dilubangi
Gambar 4. Kacip pembelah pinang tengahnya dan klepnya terbuat dari kumpulan
(Sumber: Difoto IBP Prajna Yogi, 2012) bulu burung Ruai (Kuau) yang mereka peroleh
di hutan. Sedangkan handle untuk pegangan
dalam menggerakan klep terbuat dari rotan.
Udara yang keluar dari kedua tabung tersebut
kemudian dialirkan menggunakan dua pipa kecil
untuk disemburkan perapian yang sedang
menyala. Perapian yang menyala tersebut
merupakan arang kayu tertentu yang memiliki
daya bakar cukup lama. Biasanya kayu yang
digunakan adalah kayu-kayu keras yang
diperoleh di hutan, sehingga pembakaran dapat
maksimal.
Gambar 5. Pahat besi yang ditemukann disekitar Berdasarkan hasil wawancara dengan
temuan Lingga beberapa padai besi, mereka menyatakan bahwa
(Sumber: Difoto oleh IBP Prajna Yogi, 2012) teknologi tersebut sudah berlangsung sejak
dahulu kala dan diturunkan secara turun-
temurun oleh para orang tua meraka. Rata-rata
para pandai besi yang terdapat di daerah Aliran

140
Kapata Arkeologi Volume 12 Nomor 2, November 2016: 137-146
Sungai Pawan ini merupakan anak-anak yang dipandang mengandung kekuatan dan keteguhan
melanjutkan usaha orang tua mereka yang sejak (Reid, 2011: 120).
dahulu kala berprofesi sebagai pandi besi. Untuk
membuktikan hasi kerja dan kualitas
produksinya maka kami mencoba memesan
sebuah mandau. Dalam waktu sekitar satu
minggu dihasilkan mandau dengan kualitas yang
sangat baik dengan pengerjaan yang halus serta
presisi yang sangat baik.

Gambar 7. Aktifitas pandai besi di Hulu Sungai


Pawan
(Sumber: Difoto IBP Prajna Yogi, 2012)

Saat ini benda-benda yang dihasilkan oleh


para pengerajin tempa logam di Daerah Aliran Gambar 8. Aktivitas pandai besi di daerah Hilir
Sungai Pawan ini berupa peralaan pertanian, Sungai Pawan
peralatan berburu dan beberapa perlatan rumah (Sumber: Difoto IBP Prajna Yogi, 2012)
tangga lainnya. Para pandai besi ini juga masih
dapat membuat bebrpa benda yang ditemukan Proses Pembuatan Benda Logam di Darah
dalam penelitain arkeologi di Daerah Aliran Aliran Sungai Pawan saat ini melalui beberapa
Sungai Pawan, seperti parang, serampang, tahapan. (1) mencari bahan baku logam yang
tombak dan pahat yang terbuat dari besi. akan dipanaskan dan membuat model benda
Selain puput sebagai pengasil udara dalam yang akan dibentuk, (2) menyiapkan bara api (3)
proses tempa besi, peralatan lain yang digunakan membakar logam sampai merah membara
yaitu: Tang jepit untuk menjepit besi dalam sehingga mudah dibentuk (4) menempa sesuai
keadaan panas, palu besi dengan berbagai model yang diinginkan (untuk tahapan 3 dan 4
ukuran, landasan pukul yang terbuat dari besi, dapat dilakukan berulang ulang hingga menjadi
dan baskom air atau bak air untuk mendinginkan bentuk yang diinginkan) (5) mencelup kedalam
besi yang sudah selesai ditempa. air agar suhu panasnya berkurang (6) jika sudah
Mereka menyebut profesi mereka ini menjadi bentuk yang diinginkan kemudian
sebagai Pande, sama seperti sebutan bagi pandai dikikir /digrenda supaya rapi (7) untuk membuat
besi yang ada di Jawa saat ini. Istilah apande wsi senjata tajam atau peralatan tajam lainnya
menunjukkan bahwa ia adalah tukang pande diperlukan tahapan pengasahan.
yang khusus atau ahli membuat barang-barang Dalam sebuah bengkel pandai besi
dari besi. Barang-barang tersebut mungkin sebenarnya ada empat pembagian kerja untuk
sekali adalah alat pertanian dan senjata (Kusen memperoleh hasil pekerjaan yang maksimal
et.al., 1993: 253-254). Pengerjaan barang- dengan waktu yang singkat. Empat pembagian
barang dari logam merupakan penciptaan kerja tersebut ialah:
kekuasaan, sebab alat-alat dari logam pertama- 1. Pande
tama diperlukan untuk perang, baru sesudahnya Pande atau ada yang menyebut Empu atau
untuk pertanian. Logam, khususnya besi, guru pandai besi. Dia mengatur produksi

141
Teknologi Tempa Logam pada Masa Lalu di Daerah Aliran Sungai Pawan, Kalimantan Barat
(sebuah pendekatan etnoarkeologi), Ida Bagus Putu Prajna Yogi
setiap peralatan yang dibuat. Empu bekerja, dia terkadang duduk bersila, dan
memegang besi yang akan dibentuk sekaligus terkadang duduk dengan satu kaki menjulur
mengatur bagian mana yang harus ditempa menahan rak kecil tempat bersandarnya alat
agar menjadi bentuk alat seperti yang di yang sedang dikerjakan.
inginkan. Penempaan besi ini tergantung
arahan dari empu. Bisa dikatakan empu ini Cerita Rakyat Mengenai Teknologi Tempa
merupakan desainer dalam pande besi. Logam di DAS Pawan
2. Panjak Beberapa narasumber yang ditemui
Panjak merupakan pengayun palu. Ada dua dilapangan memberikan gambaran mengenai
atau tiga orang panjak dalam satu area kerja siapa yang mengajarkan teknologi pengerjaan
pande besi. Selama logam di daerah aliran Sungai Pawan pada masa
bekerja, panjak mengambil tempat di lalu. Petrus Singa Bansa (45 tahun) yang juga
belakang paron (landasan tempa), saat ini merupakan Raja dari Kerajaan Hulu Aik
menghadap empu. Ketika empu meletakkan di Hulu Sungai Pawan mengkisahkan bahwa
batang besi merah panas di atas paron ³,OPX PHQHPSD ORJDP GL GDHUDK DOLUDQ 6XQJDL
(landasan tempa), panjak mengayunkan pawan ini diajarkan oleh tokoh yang bernama
palunya di atas kepala, menghentakkannya ke Sengkumang, tokoh ini dikisahkan datang dari
bawah dengan pukulan keras, mengubah tanah Jawa pada masa kerajaan Majapahit
bentuk batang logam itu dan sekaligus bersama sekor anjing kesayangannya dan
meningkatkan kepadatannya. Jika ada dua mengajarkan cara menempa logam dan membuat
atau tiga panjak, mereka menempa secara berbagai peralatan dari logam. Tokoh ini
bergantian, menciptakan nada dua atau tiga digambarkan tinggal disekitar di sekitar Desa
ketukan yang terdengar seperti musik. Sengkuang saat ini di sekitar telaga pancur
3. Tukang Puput keramat. Di telaga pancur keramat sendiri saat
Tukang puput adalah orang yang bertugas ini terdapat tinggalan berupa lingga batu tanpa
memompa angin agar arang membara. yoni. Masyarakat sekitar di hulu Sungai Pawan
Tukang ubub duduk di atas panggung pompa menyebut batu tersebut sebagai Butuh
dan menurunkan batang ubub dengan irama Sengkumang (kemaluan si Sengkumang) dan
dua ketukannya sendiri. Ububan (pompa) masyarakat tidak mengetahui kalo itu
berupa dua buah tabung silindris yang merupakan lingga.
dipasang berjejeran. Dua tabung ini di
dalamnya diberi klep yang bisa digerakkan ke
atas dan ke bawah seperti gerak pompa ban.
Pada bagian lain dari tabung ububan ini
terdapat pipa pendek. Pipa pendek ini
ditanam di dalam tanah dalam kedalaman
sekitar 10-15 cm. Pada bagian ujung pipa ini
diletakkan (ditimbunkan) arang membara.
Nyala api bara ini bisa diperpanas atau
GLSHUEHVDU GHQJDQ ´WLXSDQ´ DQJLQ GDUL Gambar 9. Lingga dengan Inskripsi ditemukan di
ububan. Kadang ububan juga dapat Desa Sengkumang di Daerah Aliran Sungai Pawan
digantikan dengan pompa tangan. (Sumber: Difoto oleh IBP Prajna Yogi, 2013)
4. Tukang Kikir
Tukang kikir mengasah dan/atau Dalam penelitian di tahun 2013, kami
menggerinda bagian pinggiran alat untuk berusaha membersihkan lingga tersebut dari
membuatnya tajam. Dia bisa jadi lumut yang tumbuh memenuhi seluruh
mengerjakan tugas finishing lainnya, seperti permukaan, setelah lingga tersebut dibersihkan
menggosok permukaan alat dengan ampelas, ternyata terdapat Inskripsi di bagian Visnu
atau memoles bagian luarnya dengan lapisan Bagha nya. Setelah kami berkonsultasi dengan
pelindung anti karat. Tukang kikir duduk beberapa epigraf di Indonesia, analisis awal
terpisah dari pekerja lainnya, di sebuah sudut menyebutkan inskripsi tersebut bertuliskan
area kerja atau di tempat yang teduh di bawah aksara palawa muda diperkirakan berasal dari
lis atap persis di luar area kerja. Sembari abad ke 13 M hingga awal abad ke 16 M.

142
Kapata Arkeologi Volume 12 Nomor 2, November 2016: 137-146
Namun, hingga saat ini inskripsi tersebut belum membuat senjata, seperti halnya dalam Kerajaan
terbaca. Banjar, terutama di daerah Negara (sekalipun
Berdasarkan cerita rakyat yang terdapat kekurangan bahan) yang mencapai
berkembang di masyarakat tersebut dan tingkat kualitas yang tinggi; saya tidak bisa
didukung oleh data material, menunjukan bahwa menuturkan; namun hal ini mungkin saja. di
ada sebuah difusi budaya teknologi logam yang wlayah Kapuas, orang-orang Dayak yang tidak
berasal dari luar. Kemungkinan budaya tersebut menambang besi dan meleburnya (dan hanya
dibawa oleh pihak luar dan kemudian ditiru atau dibeberapa tempat saja hal ini ada), ternyata
sengaja diajarkan pada masyarakat lokal. mampu mengolah dan mengerjakan besi menjadi
Kebudayaan yang baru tersebut kemudian tombak, parang, dan peralatan lain, dengan
diturunkan secara turun temurun melalui proses menggunakan besi yang berasal dari Inggris atau
belajar. Swedia, yang mereka peroleh melalui raja-raja
mereka (Veth, 2012:136-137).
Ketersediaan Sumber Bahan Logam di DAS Saat ini para Pandai besi di Daerah Aliran
Pawan Sungai pawan memperoleh bahan baku untuk
Pertimbangan ekonomis berhubungan membuat benda logam terutama yang berbahan
dengan keberadaan sumber bahan. Di dalam besi dengan cara mendaur uang besi bekas yang
teori invensi dikatakan bahwa invensi teknologi sudah tidak digunakan lagi seperti fungsi
di suatu wilayah budaya akan terjadi apabila awanya, seperti: besi bekas per mobil, cakram
terpenuhi beberapa syarat, yaitu kepandaian kendaraan, bekas mata pisau pemotong kayu,
masyarakat (genius), kebutuhan terhadap benda ataau berbagai benda besi lainnya. Beberapa
itu sendiri (needs), kesempatan untuk mencipta pengerajin menyatakan dahulu berdasarkan
(opportunity), dan tersedianya sumber bahan kisah para pendahulu mereka, bahwa ada bahan
(resources). Ketersediaan sumber bahan belum besi yang bisa ditemukan disekitar Daerah
menjamin terciptanya suatu karya apabila Aliran Sungai Pawan bagian hulu, namun saat
masyarakatnya belum memiliki kemampuan. ini sudah sangat sulit ditemui lagi material besi
Demikian pula sebaliknya tidak adanya sumber yang ada di alam. Wujud besi alam tersebut
bahan bukan faktor penghalang terjadinya bongkahan besi menyerupai batu.
invensi teknologi karena masyarakat sangat
memerlukan kepandaian untuk menghasilkan Teknologi Tempa Logam Menggunakan
suatu benda. Oleh karena itu, kalau tuntutan Ububan (Puput) di Nusantara
kebutuhan masyarakat akan benda-benda yang Nusantara telah mempunyai kemampuan
terbuat dari logam cukup besar, meskipun di mengolah berbagai benda kebutuhan
wilayah yang bersangkutan tidak cukup tersedia menggunakan bahan bermaterial logam sebelum
deposit bijih logam bahan dasar, maka bahan adanya pengaruh budaya dari luar. Secara
dasar dapat diperoleh melalui kontak dagang. hipotesis Dr. J.L.A. Brandes pernah menyatakan
Pada masa klasik, sebagaimana tampak dari bahwa jauh sebelum mendapat pengaruh dari
berbagai prasasti tercermin adanya kegiatan kebudayaan India, bangsa Indonesia telah
ekonomi menjual logam sebagai bahan dasar memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam
pembuatan artefak-artefak. (Haryono, 2001: 6). bidang metalurgi. Pengetahuan metalurgi
Kekayaan Daerah Aliran Sungai Pawan merupakan salah satu dari 10 unsur kebudayaan
akan barang tambang, utamanya adalah timah yang telah dimiliki bangsa Indonesia, yaitu:
dan besi pada masa lalu juga dibicarakan dalam wayang, gamelan, ilmu irama puisi, membatik,
catatan P.J Veth dari laporan perjalanan mengerjakan logam, sistem mata uang, ilmu
beberapa orang Eropa pada masa lalu. Besi, pelayaran, astronomi, penanaman padi, dan
selain ditambang dan diolah oleh orang-orang birokrasi pemerintahan (Timbul Haryono, 2008:
Dayak di daerah Siduk, juga ditambang di 60).
daerah pantai Selatan Muara Sungai pawan, Logam besi adalah jenis logam yang
khususnya di kawasan sungai Air Itam dan Jelai. pengerjaannya termasuk teknik tempa panas (hot
Besi ini yang dikenal dengan sebutan baja dari working). Teknologi logam Jawa kuno pada
Matan (Kesultanan Islam pada masa itu), abad VIII tidak lagi dalam tahap eksperimental,
banyak dikirim ke Pontianak. Mengenai soal tetapi sudah mencapai tahap yang matang, yang
apakah orang-orang Dayak di Matan juga disebabkan oleh faktor kebutuhan yang lebih

143
Teknologi Tempa Logam pada Masa Lalu di Daerah Aliran Sungai Pawan, Kalimantan Barat
(sebuah pendekatan etnoarkeologi), Ida Bagus Putu Prajna Yogi
banyak terhadap benda-benda yang digunakan menghadapi sebuah ububan (alat penghembus
dalam sistem budaya pada saat itu. Penentuan udara), dengan kedua tangannya memegangi
dan pemilihan logam secara sengaja, didasarkan kedua tongkat ububan. Tokoh yang ke 2 berada
pada pertimbangan-pertimbangan tertentu, di sebelah kiri (utara) dalam posisi duduk
seperti faktor teknis, faktor simbolis, faktor jongkok dengan kedua kaki terbuka, sedangkan
estetis dan mungkin juga faktor ekonomis. tangan kiri memegang sebuah tongkat panjang
Pertimbangan-pertimbangan tersebut akan yang disodorkan ke arah tempat keluarnya api
disesuaikan dengan pertimbangan yang dari ububan. Di depan tokoh tersebut terdapat
menyangkut segi-segi teknik perwujudan suatu bermacam-macam alat atau barang yang
benda. Dalam sejarah teknologi terbukti bahwa dihasilkan. Di antara kedua tokoh tersebut
jauh sebelum manusia menemukan unsur-unsur terdapat relief yang menggambarkan seorang
suatu material, mula-mula yang menarik manusia berkepala gajah, dengan posisi berdiri
perhatian manusia adalah daya tarik estetisnya. di atas satu kaki membelakangi tokoh yang
Kemudian setelah itu dimanfaatkan untuk tujuan memegang tongkat ububan. Tangan kanan
artistik, magis dan religius (Haryono, 2001: 5- memegang seekor binatang, sedangkan tangan
7). kiri memegang ekor binatang tersebut. Sebagai
Di Jawa sendiri sumber dari relief latar belakang gambar binatang tersebut, tampak
memang tidak begitu banyak yang memberikan adanya gambar seperti lidah api. Kalau kedua
gambaran tentang kelompok penggarap industri tokoh yang pertama digambarkan lengkap
ini. Namun ada satu adegan dalam salah satu dengan pakaian dan perhiasan, tetapi tidak
relief Candi Sukuh di lereng Gunung Lawu yang demikian halnya dengan tokoh manusia
menggambarkan suatu kelompok industri berkepala gajah, hanya ada surban di kepalanya.
khususnya pande besi. Bahkan pada relief Dengan adanya relief pandai besi pada suatu
tersebut terlihat pula gambaran tentang alat-alat candi, menunjukkan bahwa golongan pekerja ini
yang digunakan serta alat-alat yang dihasilkan mempunyai peranan dan kedudukan penting
(Subroto dan Pinardi, 1993: 208-209). dalam menunjang kehidupan suatu kerajaan
(Subroto dan Pinardi, 1993: 213).
Alat-alat yang tampak di relief Candi
Sukuh adalah ububan, supit / sapit, palu, paron,
tatah dan kikir. Sapit adalah alat untuk menjepit
bahan logam yang akan di tempa, baik dalam
perapian maupun sedang ditempa. Palu adalah
alat untuk memukul bahan tempaan agar
menjadi tipis dan padat. Paron adalah landasan
benda tempaan. Di Candi Sukuh, paron
diletakkan bersama-sama dengan atau
sekelompok dengan palu. Jenis alat lain yang
(Gambar 10. Relief di Candi Sukuh,
terdapat di Candi Sukuh adalah tatah (Subroto
menggambarkan pandai besi yang menggunakan dan Pinardi, 1993: 213).
Ububan) Lain halnya di Tidore, dalam bahasa lokal
(Sumber: Subroto, 1993) (Tidore) alat penghasil hembusan angin disebut
dengan nama dua dua. Hembusan angin
Dari gambaran yang ada, dapat diketahui merupakan peralatan penting yang pakai dalam
alat-alat yang digunakan serta posisi masing- pekerja pandai besi yang berfungsi memompa
masing tokoh dalam relief tersebut sehingga angin ke tungku. Hembusan angin terbuat dari
dapat diketahui cara kerja pande besi pada saat Pohon Linggua yang dilubangi bagian tengahnya
itu. Berdasarkan gambar relief tersebut, untuk atau dapat mengunakan pipa. Hembusan angin
pekerjaan pande besi, paling tidak diperlukan ini kemudian disambung bambu/pipa kecil pada
dua pekerja (1 orang pengubub dan 1 orang bagian bawahnya, dan sambungan tersebut
pande). Pada salah satu bangunan di Candi mengarah ke tungku. Dan untuk menghasilkan
Sukuh digambarkan dua tokoh saling angin, hembusan tersebut dipompa dengan
berhadapan, tokoh yang pertama berada di mengunakan dua batang rotan atau bambu pada
sebelah kanan (selatan) digambarkan berdiri dua hembusan tersebut kemudian ujung

144
Kapata Arkeologi Volume 12 Nomor 2, November 2016: 137-146
rotan/bambu di ikat dengan bulu ayam sesuai Namun, mengenai pengaruh atau difusi
dengan ukuran lubang hembusan. Bahan bakar budaya yang terjadi, sebaiknya dilakukan
yang di gunakan yaitu arang dari kulit kenari. penelitian yang lebih spesifik agar intepretasi
Bahan bakar tersebut masih mudah didapatkan awal tersebut dapat terbukti dan data-datanya
yakni mereka mengambilnya di kebun atau di semakin lengkap. Kesimpulan diatas dapat
hutan. Arang dari kulit kenari lebih tebal dapat digunakan sebagai hipotesa dalam penelitian
dipakai membakar besi selama dua atau tiga mengenai difusi budaya yang terjadi di Daerah
produksi (Dukomalamo, 2012: 6-7). Aliran Sungai Pawan pada masa lalu.

KESIMPULAN Ucapan Terima Kasih


Banyaknya temuan artefak logam di Artikel ini merupakan salah satu hasil dari
Daerah Aliran Sungai Pawan dan keberadaan penelitian eksplorasi arkeologi Daerah Aliran
pandai besi di setiap desa di sepanjang aliran Sungai Pawan di Kalimantan Barat. Artikel dari
Sungai Pawan dan anak sungainya hingga saat hasil penelitian ini tidak akan terwujud tanpa
ini bukan suatu hal yang kebetulan, namun bantuan banyak pihak.Penulis mengucapkan
sebuah kebersinambungan budaya yang terus terimakasih kepada semua pihak yang telah
berlanjut sejak masa lalu. Dalam merekontruksi banyak membantu sehingga terlaksananya
teknologi pembuatan artefak logam yang beberapa penelitian arkeologi yang berlagsung
ditemukan di beberapa tempat di Daerah Aliran di Daerah Aliran Sungai Pawan, yaitu; seluruh
Sungai Pawan menggunakan pendekatan staf Balai Arkeologi Banjarmasin, khususnya
etnoarkeologi sangat memungkinkan untuk saudara Imam Hindarto dan Eko Herwanto yang
dilakuakan. selalu memberikan masukan kepada penulis
Berdasarkan hasil observasi dan selama melakukan penelitian arkeologi di
wawancara mendalam di lapangan, diperoleh Daerah Aliran Sungai pawan, Kalimantan Barat.
suatu gambaran mengenai teknologi tempa Tidak lupa pula penulis ucapakan
logam yang diturunkan secara turun temurun terimakasih kepada seluruh sahabat di
oleh nenek moyang mereka. Kemungkinan Kabupaten Ketapang yang telah banyak
teknologi yang digunakan pada masa lalu tidak membantu penulis dalam berbagai kegiatan
jauh berbeda dengan teknologi tradisional yang penelitian Arkeologi di daerah Sungai Pawan,
masih berlangsung hingga saat ini. Artefak yaitu; Pak Muryani, Pak Yudo, Pak Yos di
logam yang ditemukan di beberapa situs yang menyumbung, almarhum Pak Montel (ketua
terdapat di daerah aliran Sungai Pawan dalam Lembaga Adat Dayak Kerio), Pak Kutal, Raja
beberapa penelitian arkeologi kemungkinan Hulu Aik (Petrus Singa Bangsa), Gusti Kamboja
besar dapat diproduksi secara lokal oleh (Pangeran Kerajaan Matan) dan semua pihak
pengerajin-pengerajin yang diperkirakan mulai yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
ada di Daerah Aliran Sungai Pawan tersebut
sejak abad ke-14 seiring dengan masuknya *****
pengaruh luar di wilayah tersebut berdasarkan
data arkeologi yang menunjukan masa tersebut. DAFTAR PUSTAKA
Teknologi pemanasan material logam Ameer, Naseem. K.Thimma Reddy. (1998).
agar mudah dibentuk menggunakan alat yang Settlement Archaeology. New Delhi: Reliance
dikenal dengan nama ububan di Jawa dan puput Publishing House.
di Daerah Aliran Sungai Pawan, menunjukkan Bayard, Donn T. (1979) ³7KH &KURQRORJ\ RI
sebuah pengaruh yang dibawa seiring dengan Prehistoric Metallurgy in Northeast Thailand:
perluasan kekuasaan dari pusat kerajaan besar Silabhumi or Samraddhabhumi? Dalam R.B.
yang berkembang di Jawa pada masa itu Smith and W. Waston (ed.).Early South East
Asia. Essays in Archaeology, History, and
berdasarkan artefak pembanding lainnya yang
Historical geography. New York: Oxford.
ditemukan. Data arkeologi seperti yang Dukomalamo, Syahril. (2012). Pandai Besi di
digambarkan pada relief di candi Sukuh (Abad Kelurahan Toloa Kecamatan Tidore Selatan
15) menunjukan aktifitas tempa logam yang Kota Tidore Kepulauan. Jurnal Holistik Tahun
menggunakan peralatan dan proses yang sama V No 10 A. Manado: Fakultas Ilmu Solial dan
dengan apa yang saat ini masih berlangsung di Politik Universitas Sam Ratulangi.
Daerah Aliaran Sungai Pawan.

145
Teknologi Tempa Logam pada Masa Lalu di Daerah Aliran Sungai Pawan, Kalimantan Barat
(sebuah pendekatan etnoarkeologi), Ida Bagus Putu Prajna Yogi
Haryono, Timbul, dkk. (2000). Koleksi Emas Bagian Hilir dan Pesisir Kabupaten Ketapang
Museum Sonobudoyo, Yogyakarta: Proyek ³/DSRUDQ 3HQHOLWLDQ $UNHRORJL:´ Banjarbaru:
Pembinaan Permuseuman DIY. Balai Arkeologi Banjarmasin.
Haryono, Timbul. (2001). Analisis Metalurgi:
Peranannya Dalam Eksplanasi Arkeologi. Data Informan Wawancara
Humaniora Volume XIII, No. 1. Yogyakarta: Nama : Pak Yos
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Usia : 64 Tahun
Mada. Pekerjaan : Pensiunan Kepala Sekolah dan
Haryono, Timbul. (2001). Logam dan Peradaban Dewan Adat Dayak Kerio
Manusia. Yogyakarta: Philosophy Press.
Haryono, Timbul. (2008). Seni Pertunjukan dan Seni Nama : Raja Hulu Aik ( Petrus Singa
Rupa dalam Perspektif Arkeologi Seni, Bansa)
Surakarta: ISI Press Solo. Usia : 45 Tahun
Kusen et.al. (1993) ³6HQL 0DMDSDKLW´ [The Art of Pekerjaan : Juru Pelihara Pancur Keramat
Majapahit], article in 700 Tahun Majapahit. (Lingga)
Suatu Bunga Rampai [700 Years of Majapahit.
An Anthology], Surabaya: Dinas Pariwisata, Nama : Pak Yena
pp.235æ 268. Usia : 62 Tahun
Reid, Anthony. (2011). Asia Tenggara dalam Kurun Pekerjaan : Pandai Besi di Desa Demit
Niaga 1450-1680 Jilid 1: Tanah di Bawah
Angin, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Nama : Hendrikus Igang
Indonesia. Usia : 49 Tahun
Tanudirdjo, Daud Aris. (1987). Laporan Penelitian Pekerjaan : Pandai Besi di Desa
Penerapan Etnoarkeologi di Indonesia. Menyumbung
Yogyakarta: Fakultas Sastra Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta.
Sahari Besari, M. (2008). Teknologi Di Nusantara:
40 Abad Hambatan Inovasi. Salemba Teknika.
Jakarta.
Sairin, Sjafri. (2002). Pengantar Antropologi
Ekonomi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Sharer, Robert J. dan Wendy Ashmore. (1975).
Fundmentals of Archaeology. California: The
Banjamin/ Cumming Pubishing Company, Inc.
Subroto dan Slamet Pinardi. (1993) ³6HNWRU ,QGXVWUL
SDGD 0DVD 0DMDSDKLW´ GDODP 6DUWRQR
Kartodirdjo dkk (ed), 700 Tahun Majapahit
(1293-1993): Suatu Bunga Rampai, Surabaya,
Dinas Pariwisata Daerah Jawa Timur.
Veth, P.J. (2012). Borneo Bagian Barat Geografis,
6WDWLVWLV +LVWRULV ´ 'LDOLK EDKDVDNDQ RODK
<HUL 3 2)0 &DS %XNX $VOL %RUQHR¶V
Westerafdeeling Geographisch, Statistisch,
+LVWRULVFK´ =DOWERPPHO -RK 1RPDQ HQ =RRQ
(1856). Pontianak: Institut Dayakologi.
Wailes, Bernard. (1996) ³9 *RUGRQ &KLOGH DQG the
5HODWLRQV RI 3URGXFWLRQ´ %ernard Wailies (ed).
Craft Specialization and Social evolution: In
Memory of V. Gordon Childe.
Wertime, Th. A. (1964) ³0DQ¶V )LUVW (QFRXQWHUV
ZLWK 0HWDOOXUI\´ LQ 6FLHQFH -1267.
Yogi, IBP. Prajna. (2013). Eksplorasi DAS Pawan
Bagian Hulu dan Anak Sungainya di
.DOLPDQWDQ %DUDW ³/Dporan Penelitian
Arkeologi:´ Banjarbaru: Balai Arkeologi
Banjarmasin.
Yogi, IBP. Prajna. (2015). Survei Eksplorasi
Arkeologi di Daerah Aliran Sungai Pawan

146
Kapata Arkeologi Volume 12 Nomor 2, November 2016: 137-146

Anda mungkin juga menyukai