net/publication/340512042
CITATION READS
1 13,684
1 author:
Belvi Vatria
Politeknik Negeri Pontianak
22 PUBLICATIONS 70 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Belvi Vatria on 08 April 2020.
ANORGANIK
JENIS/SENYAWA
B3
PADAT
CAIR
WUJUD GAS
LIMBAH
SUARA
DOMESTIK
INDUSTRI
SUMBER TAMBANG
TRANSPORTASI
PERTANIAN
PERIKANAN
Jenis Limbah
1. MENCEGAH
2. MENGURANGI
3. GUNA ULANG
4. DAUR ULANG
5. MEMPEROLEH
KEMBALI
6. OLAH AMAN
Mencegah
WPP-RI 711 : Selat Karimata, Laut Natuna, dan Laut China Selatan
No SDI Potensi (ton) JTB (ton) Pemanfaatan
Daging/Otot Ikan • Jenis otot pada ikan, yaitu otot liken (polos), otot bergaris, dan otot
jantung. Daging/otot ikan terdiri dari otot gelap (merah) dan putih. Otot
gelap adalah lapisan otot berwarna merah yang terletak sepanjang badan
di bawah kulit ikan. Berkisar 1-2% untuk ikan berdaging putih dan 20%
untuk ikan berdaging merah
Rangka/tulang • Rangka axial, terdiri dari tulang tengkorak, tulang punggung dan tulang
rusuk,
• Rangka visceral, terdiri dari tulang lengkung insang dan turunannya, dan
• Rangka appendicular, yaitu rangka anggota badan, seperti jari-jari sirip
dan pelekat-pelekat lainnya
Organ Dalam • Saluran pencernaan terdiri atas mulut, pharinx, oesophagus, lambung,
pylorus, usus, rektum dan anus
• Kelenjar pencernaan terdiri atas hati, empedu dan pankreas
• Jantung untuk memompa darah
Kulit dan Sisik • Kulit berfungsi sebagai alat respirasi, ekskresi (pengeluaran), dan
osmoregulator (regulasi tekanan osmotik). Kulit ikan terdiri atas dua
lapisan, yaitu epidermis (lapisan luar), dan dermis (lapisan dalam)
• Sisik melekat pada kantung-kantung di dalam dermis . Terdiri dari Sisik
bagian luar (exposed part) dan bagian dalam (embeded part )
Lendir • Pada permukaan epidermis terdapat kelenjar-kelenjar lendir yang
mengeluarkan lendir pada permukaan kulit yang dapat memberikan bau
amis ikan
Kelenjar Racun • Beberapa jenis ikan, misalnya ikan pari, lele dan sejenisnya, cucut, dan
lain-lain, mempunyai kelenjar racun,umumnya terdapat dalam duri sirip
Persentase Komposisi Fisik Ikan
Golongan Ikan Air (%) Protein (%) Lemak (%) Abu (%)
Pengolahan
Hasil Perikanan
Pengendalian
Pengendalian Reduksi & Pelumatan
Water Activity
Suhu Ekstraksi Daging
(Aw)
Pendinginan
Pengeringan Tepung Ikan Surimi
(Ikan Segar)
Pembekuan
Penggaraman Kolagen Bakso Ikan
(Ikan Beku)
Sterilisasi
Fermentasi Minyak Ikan Sosis Ikan
(Ikan Kaleng)
Pasteurisasi
Nuget Ikan
(Perebusan)
Ikan Bersirip
Ikan bersirip dijual dalam bentuk:
1. Whole fish adalah ikan yang dipasarkan dalam bentuk dan
keadaan utuh seperti pada waktu diangkat dari air
2. Drawn fish adalah ikan yang telah dibuang insang dan isi
perutnya (jeroannya)
3. Dressed fish, di samping jeroan, dihilangkan pula kepala, ekor
dan sirip-siripnya
4. Steak adalah potongan melintang dari dressed fish
5. Fillets adalah daging tidak bertulang yang diperoleh dari hasil
potongan memanjang sepanjang sisi kiri dan kanan tulang
belakang
Ikan bersirip dijual menjadi produk ikan segar, ikan beku, dan ikan
kaleng
Udang
Udang untuk komoditi ekspor biasanya
dijual dalam bentuk beku (Frozen)
Untuk pasar domestik (lokal) dijual dalam
bentuk segar, namun biasanya kualitas
udang yang dijual dibawah standar ekspor
Udang beku tersedia dalam bentuk:
1. Head on shell on (HOSO): udang dalam bentuk
utuh seperti baru di tangkap/panen
2. Head less shell on (HLSO): udang yang
dibuang kepalanya tetapi kulitnya masih utuh
3. Peel undeveined (PUD): udang dikupas kepala
dan kulit hingga sisa dagingnya saja
4. Pell deveined (PD): udang dikupas kepala,
kulit, dan dibuang ususnya hingga sisa
dagingnya saja
5. Cook (dimasak): biasanya udang PUD dan PD
direbus setengah matang terlebih dahulu baru
dijual
Rajungan
Limbah hasil perikanan terdiri dari limbah cair (seperti; air cucian ikan,
darah ikan, dan sebagainya ) dan limbah padat (seperti; tulang, kepala,
insang, sirip,kulit, sisik, cangkang, isi perut, dan sebagainya)
Sebagian besar limbah hasil perikanan adalah limbah organik yang
dapat mengalami proses penguraian secara alamiah
Namun demikian jika tidak ditangani dengan baik dapat mencemari
lingkungan, antara lain:
Menghasilkan bau yang tidak enak (bau busuk)
Media tumbuhnya bakteri yang merugikan (pathogen)
Dapat mengkontaminasi produk yang dihasilkan
Limbah hasil perikanan juga dapat dimanfaatkan (memberikan nilai
tambah), seperti:
Menjadi perhiasan
Bahan dasar pakan ternak (seperti; silase dan tepung ikan)
Sebagai obat dan multivitamin (seperti; kolagen, minyak ikan)
Limbah Pengolahan Ikan
Proses
Bahan Baku
Produk
PRODUK INDUSTRI
KONSUMEN LIMBAH
PENGOLAHAN
LIMBAH PADAT
KITOSAN PERHIASAN
GELATIN LAIN-LAIN
Silase adalah produk cairan kental yang berasal dari ikan rucah (ikan
sisa hasil tangkapan yang kurang bermutu) atau sisa olahan hasil
perikanan (potongan kepala, sisa filet, isi perut ikan ) уаng sengaja
dicairkan оlеh enzim-enzim уаng terdapat pada ikan-ikan іtu sendiri
dеngаn bantuan asam atau mikroba уаng sengaja ditambahkan.
Silase merupakan produk alternatif yang dapat mengganti tepung ikan
sebagai sumber protein dalam pakan (ransum) budidaya ikan atau
ternak. Penggunaan silase sebagai pengganti tepung ikan dianggap
sangat menguntungkan, sebab mudah dibuat dan biaya yang lebih
murah tetapi kualitasnya tidak jauh berbeda dengan tepung ikan
Proses pembuatan silsase ikan dapat dilakukan dengan pendekatan secara
kimia atau secara biologis
Proses pembuatan silase secara kimia pada umumnya menggunakan jenis
asam mineral, asam organik atau campuran dari kedua jenis asam tersebut.
Senyawa asam tersebut berfungsi untuk melunakkan jaringan dan
menurunkan derajat keasaman ( pH ) dari bahan. Akibatnya, enzim proteolitik
yang terdapat dalam bahan ( ikan ) akan aktif memecah protein ( senyawa
kompleks ) menjadi senyawa asam amino ( senyawa sederhana ) yang bersifat
larut dalam air. Asam organik yang digunakan umumnya berupa asam
formiat dan asam propionat
Proses pembuatan silase secara biologis (cara fermentasi) dilakukan apabila
tidak menggunakan bahan kimia. Pada proses ini biasanya ditambahkan
bakteri asam laktat (lactobacillus) yang termasuk katagori food grade
microorganism, seperti Leuconostoc mesenteroides, Streptococcus faecalis,
dan Lactobacillus plantarum dengan jumlah yang cukup kemudian diinkubasi
pada suhu optimum bakteri tersebut (berkisar 30 oC ) dalam kondisi anaerob.
Waktu fermentasi biasanya akan berlangsung relatif lama lebih dari 10 hari,
ditandai dengan hancurnya daging dan rapuhnya tulang, sehingga bentuk
akhir menjadi seperti bubur.
Proses Pembuatan Silase Ikan
PENGUKUSAN
DEGUMMING
PENGEPRESAN
PENETRALAN
PENYARINGAN
PEMUCATAN
Minyak Ikan Kasar
DEODORISASI
PENGEMASAN
LIMBAH UDANG
KITIN
KITOSAN
1. Deproteinasi: bertujuan untuk pemisahan protein pada kitin dengan
larutan basa. Kulit, kepala, dan ekor udang dikeringkan di udara
terbuka dihancurkan kemudian diayak menghasilkan serbuk udang
dan ditempatkan dalam wadah yang bersih. Selanjutnya ditambahkan
larutan NaOH 3,5% dengan perbandingan serbuk udang dengan NaOH
adalah 1:10 (gr serbuk/ml NaOH) sambil diaduk selama 60 menit pada
suhu 70 0C. Kemudian campuran dicuci dengan aquades beberapa kali
sampai pH netral, lalu disaring untuk diambil endapannya dan
dikeringkan
2. Demineralisasi: bertujuan untuk menghilangkan mineral yang terdapat
pada serbuk udang dengan menggunakan pelarut asam. Proses ini
dilakukan dengan penambahan HCl 1 N dengan perbandingan sampel
dengan larutan HCl adalah 1:10 (gr serbuk/ml HCl) sambil diaduk
selama 120 menit pada suhu 70 0C. Kemudian dicuci dengan aquades
sampai pH netral, lalu disaring untuk diambil endapannya dan
dikeringkan
3. Pemutihan: bertujuan untuk menghilangkan zat-zat warna yang tidak
diinginkan pada kitin yang hendak dihasilkan. Endapan hasil
demineralisasi diekstrak dengan aseton (cairan pelepas) dan
diputihkan dengan natrium hipoklorit (NaOCl) 0,315% selama 5 menit
pada suhu kamar (20-25 0C. Perbandingan padatan dengan pelarut
adalah 1:10 (gr/ml NAOCL). Kemudian dicuci dengan aquades sampai
pH netral, lalu disaring untuk diambil endapannya dan dikeringkan
4. Deasetilasi: merupakan proses pengubahan kitin menjadi kitosan
dengan cara menghilangkan gugus asetil. Kitin yang telah diperoleh
dicampur dengan NaOH 50 % dengan perbandingan 1 : 20 (gr/ml
NAOH) sambil diaduk kecepatan konstan selama 60 menit pada suhu
pada suhu 100 0C . Hasilnya berupa bubur (slurry ) yang harus
disaring dan padatannya dicuci dengan aquades lalu ditambah larutan
HCl encer hingga pH netral kemudian dikeringkan sehingga
terbentuklah kitosan. Selanjutnya kitosan yang diperoleh dianalisis
dengan menggunakan metode Fourier Transform Infra Red (FTIR)
untuk mengetahui Derajat Deasetilasi (DD).
Produk Kitin dan Kitosan
Kulit Udang
Kitin
Kitosan
3.5. Pembuatan Gelatin
Kolagen berasal dari bahasa yunani yang artinya bersifat lekat atau
menghasilkan pelekat
Kolagen merupakan protein penghubung jaringan yang banyak
dijumpai pada hewan dan manusia sebagai struktur organik
pembangun tulang, gigi, dan kulit
Kolagen termasuk golongan protein fibril yang terdiri dari beberapa
rantai polipeptida memanjang yang dihubungkan satu dengan lain oleh
beberapa ikatan silang hingga berbentuk serat yang stabil
Kolagen murni sangat sentitif terhadap enzim dan kimia, perlakukan
asam dan basa dapat menyebabkan kolagen berkembang yang sering
dikonversikan menjadi gelatin
Gelatin merupakan senyawa turunan yang dihasilkan dari serabut
kolagen yang dihidrolisis dengan asam atau basa. Untuk mengubah
kolagen menjadi gelatin adalah melalui proses denaturasi kolagen
Fungsi utama gelatin dalam industri adalah mengubah cairan (sol)
menjadi padatan yang elastis (gel)
Kegunaan Gelatin
Aplikasi Kegunaan
Produk Pangan (Umum) Penstabil (stabilizer), pembentuk gel (geliflying agent),
pengikat (binder), pengental (thickner), pengemulsi
(emulsifier), perekat (adhesive), penggumpal,
elastisitas, pembentuk busa, pengikat air (sineresis),
meningkatkan kosistensi, dan pembungkus makanan
yang bersifat dapat dimakan (edible coating)
Daging Olahan Pengikat air, meningkatkan kosistensi, penstabil,
pelapis, seperti sosis, kornet, ham
Susu Olahan Memperbaiki tekstur, stabilitas, konsistensi, mengikat
air, seperti yogurt, es krim, susu asam
Minuman Sebagai penjernih bir, wine, sari buah, dan sebagainya
Farmasi Pembungkus kapsul atau tablet obat
Kosmetik Penstabil emulsi pada shampo, penyegar dan
pelindung kulit, busa cukur, lipstik, cat kuku, krim
pelindung
Film Membuat film menjadi lebih sensitif
Pada prinsipnya proses pembuatan gelatin dapat dibagi menjadi dua
macam yaitu gelatin tipe A dan tipe B. Perbedaan kedua Tipe tersebut
terletak pada proses perendamannya. Gelatin tipe A menggunakan
perendaman dengan larutan asam, biasanya untuk bahan baku dari
tulang atau kulit ikan yang yang tidak terlalu keras hingga mudah
dilunakkan. Gelatin tipe B menggunakan perendaman dengan larutan
basa yang biasanya memerlukan waktu lebih lama untuk menghidrolisis
kolagen
Sifat fisik gelatin adalah berbentuk padat, kering, tidak berasa, tidak
berbau, dan mengembang dalam air dingin
Proses utama pembuatan gelatin dibagi dalam tiga tahap, yaitu:
1. Tahap pre-treatment (persiapan) penghilangan komponen
non kolagen dari bahan baku (degreasing)
2. Tahap konversi kolagen menjadi gelatin (hidrolisis)
3. Pemurnian dan pengeringan gelatin (purification)
Proses Pembuatan Gelatin
suhu 1000C
30 menit
DEGREASING
PERENDAMAN
H2SO4
Ca(OH)2
1:6 (w/v) ASAM BASA
1:6 (w/v)
suhu 5-100C
suhu 5-100C
48 jam
48 – 96 jam
aquades
PENCUCIAN
pH 6-7
suhu 500C
PENGERINGAN 24 jam
GELATIN SERBUK
1. Pembuangan lemak (degreasing): bahan baku (kulit atau
tulang) dibersihkan dari sisa-sisa daging dan lemak yang
masih menempel yaitu dengan direndam dalam air mendidih
(100 oC) selama 30 menit sambil diaduk-aduk. Kemudian
bahan baku dipotong-potong atau diberikan proses pengecilan
ukuran. Pengecilan ukuran bahan baku diperlukan untuk
memperluas permukaan bahan yang terendam dalam larutan
sehingga proses ekstraksi dapat berlangsung lebih cepat dan
sempurna
2. Perendaman: pada proses asam (Tipe A) bahan baku direndam
asam sulfat (H2SO4) dengan perbandingan 1:6 (w/v) selama 48
jam pada suhu 5-10 oC. Sedangkan pada Proses Basa (Tipe B)
bahan baku direndam kalsium hidroksida (Ca(OH)2) dengan
perbandingan 1:6 (w/v) selama 48 - 96 jam pada suhu 5-10 oC
3. Pencucian: pencucian bertujuan untuk menetralkan bahan baku
yang telah direndam larutan asam atau basa dengan cara
dibilas dengan aquades berkali-kali hingga pH netral (pH 6-7)
4. Ekstraksi: bahan baku yang ber-pH netral tersebut
dimasukkan ke dalam beaker glass dan ditambahkan aquades,
perbandingan bahan baku dengan aquades adalah 1 : 3 (w/v).
Setelah itu diekstraksi dalam waterbath pada suhu 90oC
selama 7 jam. Kemudian disaring dengan kertas saring
whatman. Cairan gelatin murni yang telah disaring kemudian
dipekatkan dengan cara didinginkan dalam refrigerator suhu
± 5-10oC selama 30 menit
5. Pengeringan: cairan pekat gelatin yang diperoleh kemudian
dituang ke dalam loyang aluminium yang diberi alas plastik
untuk dikeringkan dalam oven pada suhu 50oC selama 24 jam.
Gelatin padat yang dihasilkan kemudian dihaluskan sehingga
diperoleh serbuk gelatin
Produk Gelatin
Standar Mutu Gelatin
(SNI 06-3735:1995 dan Britis Standard 757:1975)
3.6. Pembuatan Penyedap Rasa (Flavor)
Limbah kepala, kulit, dan tulang ikan dapat dimanfaatkan sebagai
sebagai penyedap rasa (flavour) karena mengandung Protein, lemak,
dan karbohidrat sebagai sumber utama pembentuk flavor
Flavor didefinisikan sebagai sensasi dari gabungan sinyal-sinyal akibat
rasa, bau, dan rangsangan mulut lainnya saat mengkonsumsi
makanan. Rasa merupakan kombinasi sensasi dari reaksi kimia yang
diterima oleh lidah seperti rasa manis asam pahit, dan asin. Bau
merupakan sensasi yang ditimbulkan oleh komponen volatil yang
diterima oleh hidung.
Tujuan pemberian flavor pada makanan adalah untuk memperkuat
flavour alami, menggantikan flavour alami yang hilang selama
pengolahan makanan, menutupi flavor yang tidak enak dan
memperkaya cita rasa alami makanan
Berdasarkan bahan bakunya flavor diklasifikasikan menjadi dua jenis,
yaitu natural flavour dan artificial flavor. Natural flavor adalah flavor
yang semula bahan komponennya berasal dari bahan-bahan alami.
Sedangkan artificial flavor adalah flavor yang mengandung senyawa
kimia sintetik dalam susunan komponennya
Proses Pembuatan Penyedap Rasa (Flavor)
PENCUCIAN
15%
PENAMBAHAN TEPUNG (w/v)
PENAMBAHAN AIR
PENGERINGAN Teflon
3 menit
PENAMBAHAN BUMBU
PENGGILINGAN
90-1000C
120 menit
PEREBUSAN
PENGEMASAN
PENYARINGAN
Kaldu Bubuk
Kaldu Cair
1. Limbah kepala, kulit, dan tulang ikan/udang segar dipotong
kecil-kecil dan dicuci hingga bersih
2. Limbah ikan yang sudah bersih dimasukkan kedalam panci
perebus kemudian ditambahkan air dengan perbandingan 1:2
(w/v)
3. Selanjutnya ditambahkan bumbu-bumbu (w/v air): bawang
putih 2%, bawang merah 2%, merica 0,5%, dan garam 10%
4. Setelah Limbah ikan, bumbu, dan air dicampur di dalam panci
kemudian direbus selama 120 menit pada suhu 900C-1000C.
5. Kaldu (filtrat) hasil rebusan disaring dengan saringan kawat
sampai bebas dari ampas
6. Kaldu (filtrat) yang sudah disaring kemudian ditambahkan
bahan pengisi berupa tepung terigu sekitar 15% dari berat
kaldu (filtrat) yang dihasilkan dan diaduk sampai homogen
hingga menghasilkan pasta flavor.
7. Pasta flavor tersebut dikeringkan dengan pengering teflon
(wajan anti lengket) selama kurang lebih 3 menit, pasta flavor
dihamparkan tipis-tipis sehingga dihasilkan lapisan tipis
flavor kering dengan ketebalan sekitar 0,3 mm. Pengeringan
pasta flavor juga dapat dilakukan dengan metode freeze
drying (pengeringan beku), spray drying (pengeringan
semprot) dan foammat drying (pengeringan busa).
8. Pasta flavor yang telah kering dihaluskan menggunakan
grinder hingga berbentuk bubuk/tepung
9. Bubuk flavor tersebut kemudian dikemas dengan plastik yang
kedap air dan kedap udara agar kaldu bubuk yang dihasilkan
dapat disimpan lama.
Produk Penyedap Rasa (Flavor) Limbah Kepala Udang/Ikan
3.7. Pembuatan Snacks
Snack atau camilan adalah makanan ringan yang dikonsumsi diantara
waktu makan utama atau sebagai pelengkap makanan utama, dimana
sebagian besar snack memiliki rasa asin, manis, berbumbu, dan gurih.
Produk yang termasuk dalam kategori snack food antara lain produk
dari tepung seperti cookies/cracker, meat snack, snack susu, nuts
snack, potatos snack, health food snacks, fish crackers, dan shellfish
crackers
Limbah kulit ikan, kulit udang, dan tulang ikan dapat dimanfaatkan
untuk pembuatan fish crackers atau shellfish crackers seperti keripik,
kerupuk, dan sebagainya
Limbah tersebut dimanfaatkan sebagai bahan dasar, penambah rasa,
dan gizi (kalsium, pospor, protein, dll) pada produk keripik atau
kerupuk yang dihasilkan
Proses pembuatan kerupuk dari limbah ikan atau udang bermacam-
macam sesuai dengan keinginan, prinsip kerjanya adalah kepala, kulit,
dan tulang ikan dihaluskan dan dicampur dengan tepung dan bumbu-
bumbu lainnya sehingga menjadi adonan yang siap digoreng, atau
adonan dikukus terlebih dahulu kemudian dicetak (diiris tipis) untuk
dikeringkan dan kemudian digoreng
Proses Pembuatan Kerupuk Kepala Udang
1. PEREBUSAN 5. PEMOTONGAN
2. PENGGILINGAN 6. PENJEMURAN
3. PENGADONAN 7. PENGGORENGAN
4. PENGUKUSAN 8. PENGEMASAN
1. Perebusan: kepala udang dicuci hingga bersih kemudian direbus
untuk diambil kaldunya
2. Pengilingan: kepala udang yang sudah direbus kemudian digiling
hingga hancur dengan penggiling
3. Pengadonan: dalam panci kukus masukkan tepung tapioka 1000 gr,
tepung terigu 100 gr, kepala udang yang sudah hancur 100 gr,
bawang putih halus 4 siung, garam 1,5 sendok teh, gula 1.5 sendok
teh, pewarna 2 sendok teh, air kaldu kepala udang 4 cangkir, MSG 0.5
sendok teh, STTP (pengembang) 1 sendok teh. Kemudian campur
adonan hingga homogen
4. Pengukusan: masukan adonan yang telah jadi kedalam plastik
pembungkus adonan kemudian dikukus hingga matang pada suhu
80-100 0C selama kurang lebih 3 jam. Adonan yang sudah matang
dapat dites dengan menusukkan lidi kedalam adonan, jika adonan
sudah tidak lengket berarti sudah matang, kemudian dinginkan
selama 12 Jam
5. Pemotongan: adonan matang yang sudah dingin kemudian dipotong-
potong dengan ketebalan maksimal 1 mm dan hasil potongan harus
rata
6. Penjemuran: adonan yang sudah dipotong-potong kemudian dijemur
hingga kering selama kurang lebih 3 hari dengan kondisi matahari
cerah.
7. Penggorengan: kerupuk mentah kering yang dihasilkan kemudian
digoreng dengan minyak panas sedang kemudian didinginkan
8. Pengemasan: kerupuk matang yang sudah dingin kemudian dikemas
dengan baik dengan menggunakan pengemas yang kedap air dan
udara agar dapat disimpan dalam waktu yang lama.
Produk Kerupuk Kepala Udang
Kepala Udang
Kerupuk Mentah
Kerupuk Matang
3.8. Pembuatan Pupuk Cair
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau
tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman
sehingga mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat
berupa bahan organik ataupun non-organik (mineral)
Berdasarkan bentuk fisiknya, pupuk dibedakan menjadi pupuk padat
dan pupuk cair. Pupuk padat diperdagangkan dalam bentuk remahan,
butiran, atau kristal. Pupuk cair diperdagangkan dalam bentuk
konsentrat atau cairan. Pupuk padatan biasanya diaplikasikan ke
tanah/media tanam, sementara pupuk cair diberikan secara disemprot
ke tubuh tanaman
Limbah hasil perikanan seperti seperti kepala, insang, isi perut, kulit,
sisik, dan lain sebagainya mengandung berbagai nutrien yaitu seperti
N (Nitrogen), P (Phospor), K (Kalium) yang merupakan komponen
penyusun pupuk organik
Keunggulan pupuk organik dari limbah ikan antara lain; pupuk yang
dihasilkan memiliki unsur hara lebih lengkap dibandingkan pupuk
anorganik, bahan baku banyak dan murah karena memanfaatkan
limbah pengolahan ikan, harga jual menjadi kompetitif, salah satu
implementasi produksi bersih (zero waste) bidang perikanan
Proses Pembuatan Pupuk Organik Cair Limbah Hasil Perikanan
Gula
Merah
EM4
Cair
Simpan
1-2 Bulan
AIR LIMBAH
BIOFILTER
AEROB
Biofilter
Panyaringan &
Pengendapan
Disinfeksi &
Lumpur Pengendapan
Biofilter anaerobik memiliki kelebihan mampu mengolah air
limbah dengan kandungan bahan organik yang tinggi dan tahan
terhadap perubahan konsentrasi serta debit aliran secara
mendadak.
Kelebihan lain pada proses anaerobik dihasilkannya lumpur
biologis jauh lebih sedikit dibandingkan dengan proses aerobik.
Kelemahan proses ini kadang menimbulkan bau akibat produksi
gas H2S ataupun asam - asam organik.
Mekanisme Biofilter Aerob
Blower
CO2,H2O, Nitrit,Sulfat
Biofilter
Panyaringan &
Pengendapan
Disinfeksi &
Lumpur Pengendapan
Operasional Biofilter aerobik memerlukan tambahan pasokan
oksigen melalui injeksi udara dari unit kompressor atau blower
yang memerlukan energi listrik
Udara diinjeksikan pada bagian bawah media filter dengan
tekanan tertentu lewat media porous (unit diffuser) atau pipa
berlobang (perforated pipe).
Biofilter aerobik dioperasikan dengan beban pengolahan air
limbah yang lebih rendah, sehingga proses aerobik selalu
diletakkan setelah proses anaerobik.
Faktor yang mempengaruhi kinerja biofilter aerobik antara lain;
jumlah nutrisi bakteri pengurai, beban organik (organic
loading), beban hidrolis (hydrolic loading), kebutuhan oksigen
(do), dan logam berat
Mekanisme Biofilter Anaerob-Aerob (Hybrid)
Blower
OUTLET
CO2,H2O
BOD,COD,TSS Nitrit,Sulfat
Biofilter Biofilter
Panyaringan &
Pengendapan
Disinfeksi &
Lumpur Pengendapan
Proses biofilter anaerob-aerob (hybrid) memerlukan dua buah
kolam biofilter, yaitu kolam biofilter anaerobik dan kolam
biofilter aerobik
Proses biofilter anaerob-aerob (hybrid) juga memerlukan energi
listrik untuk menggerakkan kompressor atau blower agar dapat
menyuplai pasokan oksigen pada kolam Biofilter aerobik
Kualitas hasil olahan limbah cair pada Proses biofilter anaerob-
aerob akan lebih baik, sehingga air hasil olahan tersebut
dimungkinkan untuk digunakan ulang (re-use) pada aktifitas
lainnya
Alur Proses IPAL (Anaerob-Aerob)
Pabrik
Nutrisi bakteri
Lumpur aktif Disinfeksi
Aerator
(blower)
Re-use
Lingkungan
1. Primary Treatment
Apabila setelah melalui proses pengolahan primer dan sekunder masih ada zat
dalam limbah yang berbahaya bagi lingkungan, maka akan dilanjutkan ke tahap
selanjutnya yaitu pengolahan tersier (tertiary treatment). Pengolahan ini
umumnya bersifat khusus yang berarti pengolahan akan disesuaikan dengan
kandungan zat yang masih tertinggal pada limbah cair tersebut.
Adapun zat zat yang biasanya masih tertinggal adalah nitrat, fosfat, dan garam.
Pengolahan tersier terdiri atas rangkaian dari proses kimia dan fisika. Pada
praktiknya metode pengolahan ini jarang sekali digunakan karena biaya tinggi
(tidak efisien)
Pada tahap pengolahan tersier (tertiary treatment) juga dilakukan desinfeksi
atau proses pembunuhan mikroorganisme terutama bakteri pathogen yang ada
dalam limbah cair menggunakan bahan kimia .
Hal yang perlu diperhatikan dalam menambahkan senyawa kimia tersebut
adalah daya tingkat racun, efektivitasnya, dosis yang digunakan, daya tahan air
dan harga bahan kimia tersebut. Salah satu contoh pada proses ini adalah
dengan menambahkan klorin. Apabila benar-benar sudah bersih maka limbah
sudah aman untuk dibuang ke lingkungan atau digunakan ulang (re-use) untuk
aktifitas lainnya
4. Pengolahan Lumpur Endapan