Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN KESEIMBANGAN SUHU TUBUH

A. Tinjauan medis
1. Definisi
Suhu tubuh merupakan salah satu tanda vital yang menggambarkan status
kesehatan seseorang. Suhu adalah pernyataan tentang perbandingan (derajat) panas
suatu zat. Dapat juga dikatakan sebagai ukuran panas/dinginnya suatu benda. Suhu
tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan
jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke
lingkungan luar. Produksi panas – kehilangan panas = suhu badan/tubuh. (Haswita
dan Sulistyowati, 2017)
2. Organ pengatur suhu tubuh
Pusat pengatur panas dalam tubuh adalah hipotalamus, hipotalamus dikenal dengan
thermostat yang berada di bawah otak. Terdapat dua hipotalamus, yaitu :
a. Hipotalamus anterior, berfungsi mengatur pembuangan panas.
b. Hipotalamus posterior, berfungsi mengatur penyimpanan panas.
Saraf-saraf yang terdapat pada bagian preoptic hipotalamus anterior dan hipotalamus
posterior memperoleh 2 sinyal, yaitu :
a. Berasal dari saraf perifer yang menghantarkan sinyal dari reseptor panas/dingin.
b. Berasal dari suhu darah yang memperdarahi bagian hipotalamus itu sendiri.
Thermostat hipotalamus memiliki semacam titik control yang disesuaikan untuk
mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu tubuh turun sampai dibawah atau sampai titik
ini, maka pusat akan memulai impuls untuk menahan panas atau meningkatkan
pengeluaran panas. (Haswita dan Sulistyowati, 2017)
3. Mekanisme pemindahan/ kehilangan panas
a. Radiasi
Radiasi adalah perpindahan panas dari permukaan satu objek ke permukaan lain
tanpa kontak langsung antara keduanya. Radiasi terjadi karena perpindahan kalor
melalui gelombang elektromagnetik.
b. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas mdari suatu onjek ke onjek lain dengan
kontak langsung.
c. Koveksi
Konveksi adalah perpindahan panas melalui pergerakan udara atau air. Panas
konduksi ke udara terlebih dahulu sebelum dibawa aliran konveksi.
d. Evaporasi
Evaporasi adalah perpindahan energy panas dengan penguapan. Pembuangan
panas dengan evaporasi menyebabkan kita merasa lebih dingin ketika naju renang
basah daripada ketika kering. (Haswita dan Sulistyowati, 2017)
4. Factor yang mempengaruhi suhu tubuh
a. Umur
BBL : 36,1 – 37,70C
1 tahun : 37,70C
2-5 tahun : 37,20C
6-dewasa : 370C
Usila : 360C
>75 tahun mempunyai resiko Hipotermia (<360C) karena :
Tidak adekuatnya diet sehingga tidak adekuat produksi panas. Hilangnya lemak
sub kutan sehingga tidak adekuat isolasi panas. Kurang aktivitas.
b. Waktu
Bervariasi 1,10 – 1,60 C
c. Jenis kelamin
Wanita biasanya lebih baik dalam mengisolasi panas dan menjaga suhu internal.
Peningkatan progesterone selama ovulasi menyebabkan perubahan suhu sekitar
0,3 – 0,50C. Esterogen dan prosterogen menyebabkan peningkatan BMR
d. Emosi
Saat emosi tidak stabil misalnya dalam keadaan marah akan menyebabkan
meningkatnya suhu tubuh. Sedangkan apatis dan depresi menyebabkan
menurunnya suhu tubuh.
e. Olahraga
Aktivitas otot menyebabkan suhu tubuh meningkat. Aktivitas berat  suhu naik
2,70. Mengunyah permen karet penuh semangat  suhu mulit naik 0,50C.
f. Makanan, cairan dan merokok
Minum, makan panas menyebabkan suhu oral naik, sedangkan saat minum air es
menyebabkan suhu oral turun +- 0,90 C. demikian halnya juga setelah sesaat
makan dan merokok akan menyebabkan suhu meningkat.
g. Lingkungan
Pada lingkungan yang lebih tinggi suhunya dibandingkan suhu tubuh maka tubuh
akan menyerap panas dari lingkungan demikian juga sebaliknya. (Elang dan
Engkus)
5. Tempat untuk memantau suhu tubuh
a. Mulut
b. Aksila
c. Rectum
d. Gendang telinga (Membrane Tympani)
e. Arteri temporalis (alat terkomputerisasi ditembakkan dari satu sisi ke sisi lain
menyebrangi dahi melewati arteri temporalis, yang terletak kurang 2 mm di
bawah permukaan kulit pada daerah ini. (Haswita dan Sulistyowati, 2017)
6. Masalah-masalah perubahan suhu tubuh
a. Demam
Demam atau hiperpireksia terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tidak
mampu untuk mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan prosuksi panas,
yang mengakibatkan peningkatan suhu tubuh abnormal.
b. Kelelahan akibat panas
Kelelahan akibat panas terjadi bila diaphoresis yang banyak mengakibatkan
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan
yang terpajan panas.
c. Hipertemia
Merupakan peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh
untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas.
d. Heat stroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi
dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas.
e. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin memengaruhi
kemampuan tubuh untuk memproduksi panas sehingga akan mengakibatkan
hipotermia. (Haswita dan Sulistyowati, 2017)
B. Tinjauan keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
1) Umur
2) Jenis kelamin
3) Pekerjaan
b. Status kesehatan
1) Keluhan utama : panas
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat kesehatan lalu
1) Hipertermia : sejak kapan timbul demam, gejala lain yang menyertai demam,
apakah menggigil atau gelisah.
2) Hipotermia : tanyakan suhu pasien sebelumnya, sejak kapan timbul gejala
gemetar, hilang ingatan, depresi, dan gangguan menelan.
e. Pemeriksaan fisik : ttv, inspeksi dan palpasi kulit, tanda tanda dehidrasi,
perubahan tingkah laku (bingung, gelisah, disorientasi)
2. Diagnosis keperawatan
a. Hipertermia
1) Definisi
Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh.
2) Penyebab
a) Dehidrasi
b) Terpapar lingkungan panas
c) Proses penyakit (mis. infeksi, kanker)
d) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
e) Peningkatan laju metabolisme
f) Respon trauma
g) Aktivitas berlebihan
h) Penggunaan inkubator
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif
(tidak tersedia)
b) Objektif
(1) Suhu tubuh di atas normal
4) Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif
(tidak tersedia)
b) Objektif
(1) Kulit merah
(2) Kejang
(3) Takikardia
(4) Takipnea
(5) Kulit terasa hangat
5) Kondisi Klinis Terkait
a) Proses infeksi
b) Hipertiroid
c) Stroke
d) Dehidrasi
e) Trauma
f) Prematuritas
b. Hipotermia
1) Definisi
Suhu tubuh meningkat di bawah rentang normal tubuh
2) Penyebab
a) Kerusakan hipotalamus
b) Konsumsi alkohol
c) Berat badan ekstrem
d) Kekurangan lemak subkutan
e) Terpapar suhu lingkungan rendah
f) Malnutrisi
g) Pemakain pakaian tipis
h) Penurunan laju metabolisme
i) Tidak beraktivitas
j) Transfer panas (mis. konduksi, konveksi, evaporasi, radiasi)
k) Trauma
l) Proses penuaan
m) Efek agen farmakologis
n) Kurang terpapar infromasi tentang hipotermia
3) Gejala Dan Tanda Mayor
a) Subjektif
(tidak tersedia)
b) Objektif
(1) Kulit teraba dingin
(2) Menggigil
(3) Suhu tubuh di bawah nilai normal
4) Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif
(tidak tersedia)
b) Objektif
(1) Akrosianosis
(2) Bradikardi
(3) Dasar kuku sianotik
(4) Hipoglikemia
(5) Hipoksia
(6) Pengisian kapiler > 3 detik
(7) Konsumsi oksigen meningkat
(8) Ventilasi menurun
(9) Piloereksi
(10) Takikardia
(11) Vasokontriksi perifer
(12) Kutis memorata (pada neonatus)
5) Kondisi Klinis Terkait
a) Hipotiroidisme
b) Anoreksia nervosa
c) Cedera batang otak
d) Prematuritas
e) Berat badan lahir rendah (BBLR)
f) Tenggelam
c. Risiko hipertermia
1) Definisi
Berisiko mengalami kegagalan termoreguler yang dapat
,mengakibatkan suhu tubuh berada di bawah rentang normal.
2) Faktor Risiko
a) Berat badan ekstrem
b) Kerusakan hipotalamus
c) Konsumsi alkohol
d) Kurangnya lapisan lemak subkutan
e) Suhu lingkungan rendah
f) Malnutrisi
g) Pemakaian pakaian yang tipis
h) Penurunan laju metabolisme
i) Terapi radiasi
j) Tidak beraktivitas
k) Transfer panas (mis.konduksi, konveksi, evaporasi, radiasi)
l) Trauma
m) Prematuritas
n) Penuaan
o) Bayi baru lahir
p) Berat badan lahir rendah
q) Kurang terpapar informasi tentang pencegahan hipotermia
r) Efek agen farmakologis
3) Kondisi Klinis Terkait
a) Berat badan ekstrem
b) Dehidrasi
c) Kurang mobilitas fisik
d. Risiko hipotermia perioperative
1) Definisi
Berisiko mengalami penurunan suhu tubuh di bawah 36 C secara tiba- tiba
yang terjadi satu jam sebelum pembedahan hingga 24 jam setelah
pembedahan.
2) Faktor Risiko
a) Berat badan ekstrem
b) Kerusakan hipotalamus
c) Konsumsi alkohol
d) Kurangnya lapisan lemak subkutan
e) Suhu lingkungan rendah
f) Malnutrisi
g) Pemakaian pakaian tipis
h) Penurunan laju metabolisme
i) Terapi radiasi
j) Tidak beraktivitas
k) Transfer panas (mis. konduksi, konveksi, evaporasi, radiasi)
l) Trauma
m) Prematuritas
n) Penuaan
o) Bayi baru lahir
p) Berat badan lahir rendah
q) Kurang terpapar informasi tentang pencegahan hipotermia
r) Efek agen farmakologis
3) Kondisi Klinis Terkait
a) Berat badan ekstrem
b) Dehidrasi
c) Kurang mobilitas fisik
e. Risiko termoregulasi tidak efektif
1) Definisi
Berisiko mengalami kegagalan mempertahaknkan suhu tubuh dalam rentang
normal.
2) Factor risiko
a) Cedera otak akut
b) Dehidrasi
c) Pakaian yang tidak sesuai untuk suhu lingkungan
d) Peningkatan area permukaan tubuh terhadap rasio berat badan
e) Kebutuhan oksigen meningkat
f) Perubahan laju metabolism
g) Proses penyakit (mis. Infeksi)
h) Suhu lingkungan ekstrem
i) Suplai lemak subkutan tidak memadai
j) Proses penuaan
k) Berat badan ekstrem
l) Efek agen farmakologis (mis sedasi)
3) Kondisi klinis terkait
a) Cedera akut
b) Dehidrasi
c) Trauma
f. Termoregulasi tidak efektif
1) Definisi
Kegagalan mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
2) Penyebab
a) Stimulasi pusat termoregulasi hipotalamus
b) Fluktuasi suhu lingkungan
c) Proses infeksi (mis. Infeksi)
d) Dehidrasi
e) Proses penuaan
f) Ketidaksesuaian pakaian untuk suhu lingkungan
g) Kebutuhan oksigen meningkat
h) Perubahan laju metabolism
i) Suhu lingkungan ekstrem
j) Ketidakadekuatan suplai lemak subkutan
k) Berat badan ekstrem
l) Efek agen farmakologis (mis. Sedasi)
3) Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif
(tidak tersedia)
b) Objektif
(1) Kulit dingin/hangat
(2) Menggigil
(3) Suhu tubuh fluktualtif
4) Gejala dan tanda minor
a) Subjektif
(tidak tersedia)
b) Objektif
(1) Piloereksi
(2) Pengisian kaplier > 3 detik
(3) Tekanan darah meningkat
(4) Pucat
(5) Frekuensi napas meningkat
(6) Takikardia
(7) Kejang
(8) Kulit kemerahan
(9) Sadar kuku sianotik
5) Kondisi klinis terkait
a) Cedera medulla spinalis
b) Infeksi/sepsis
c) Pembedahan
d) Cedera otak akut
e) Trauma
3. Intervensi keperawatan (tim pokja PPNI, 2018)
a. Hipertermia : Manajemen Hipertermia
1) Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola peningkatan suhu tubuh akibat
disfungsi termoregulasi.
2) Tujuan : Termoregulasi
a) Definisi
Pengaturan suhu tubuh agar tetap berada pada rentang normal.
b) Kriteria hasil
(1) Menggigil
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(2) Kulit merah
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(3) Kejang
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(4) Akrosianosis
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(5) Konsumsi oksigen
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(6) Piloereksi
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(7) Vasokontriksi perifer
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(8) Kutis memorata
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(9) Pucat
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(10) Takikardi
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(11) Takipnea
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(12) Bradikardi
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(13) Dasar kuku sianotik
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun

(14) Hipoksia
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(15) Suhu tubuh
1 memburuk, 2 cukup memburuk, 3 sedang, 4 cukup membaik, 5
membaik
(16) Suhu kulit
1 memburuk, 2 cukup memburuk, 3 sedang, 4 cukup membaik, 5
membaik
(17) Kadar glukosa darah
1 memburuk, 2 cukup memburuk, 3 sedang, 4 cukup membaik, 5
membaik
(18) Pengisian kapiler
1 memburuk, 2 cukup memburuk, 3 sedang, 4 cukup membaik, 5
membaik
(19) Ventilasi
1 memburuk, 2 cukup memburuk, 3 sedang, 4 cukup membaik, 5
membaik
(20) Tekanan darah
1 memburuk, 2 cukup memburuk, 3 sedang, 4 cukup membaik, 5
membaik
3) Tindakan
a) Observasi
(1) Identivikasi penyebaba hipertermia(mis. Dehidrasi, terpapar
lingkungan panas, penggunaan incubator)
(2) Monitor suhu ttubuh
(3) Monitor kadar elektrolit
(4) Monitor haluaran urin
(5) Monitor komplikasi akibat hipertermia
b) Terapeutik
(1) Sediakan lingkungan yang dingin
(2) Longgarkan atau lepaskan pakaian
(3) Basahi dan kipasi permukaan tubuh
(4) Berikan cairan oral
(5) Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami
hyperhidrosis(keringat berlebih)
(6) Lakukan pendinginana eksternal(mis. Selimut hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
(7) Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
(8) Berikan oksigen jika perlu
c) Edukasi
(1) Anjurkan tirah baring
d) Kolaborasi
(1) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena jika perlu
b. Hipotermia : Manajemen Hipotermia
1) Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola kadar glukosa darah rendah.
2) Tujuan : Termoregulasi
a) Definisi
Pengaturan suhu tubuh agar tetap berada pada rentang normal.
b) Kriteria hasil
(1) Menggigil
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(2) Kulit merah
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(3) Kejang
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun

(4) Akrosianosis
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(5) Konsumsi oksigen
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(6) Piloereksi
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(7) Vasokontriksi perifer
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(8) Kutis memorata
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(9) Pucat
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(10) Takikardi
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(11) Takipnea
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(12) Bradikardi
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(13) Dasar kuku sianotik
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun

(14) Hipoksia
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(15) Suhu tubuh
1 memburuk, 2 cukup memburuk, 3 sedang, 4 cukup membaik, 5
membaik
(16) Suhu kulit
1 memburuk, 2 cukup memburuk, 3 sedang, 4 cukup membaik, 5
membaik
(17) Kadar glukosa darah
1 memburuk, 2 cukup memburuk, 3 sedang, 4 cukup membaik, 5
membaik
(18) Pengisian kapiler
1 memburuk, 2 cukup memburuk, 3 sedang, 4 cukup membaik, 5
membaik
(19) Ventilasi
1 memburuk, 2 cukup memburuk, 3 sedang, 4 cukup membaik, 5
membaik
(20) Tekanan darah
1 memburuk, 2 cukup memburuk, 3 sedang, 4 cukup membaik, 5
membaik
3) Tindakan
a) Observasi
(1) Monitor suhu tubuh
(2) Identifikasi penyebab hiportermia (mis. Terpapar suhu lingkungan
rendah, pakaian tipis, kerusakan hipotalamus, penurunan laju
metabolisme, kekurangan lemak subkutan)
(3) Monitor tanda dan gejala akibat hipotermia (hiportermia ringan:
takipnea, disatria, menggigil, hipertensi, diuresis, hiportermia sedang:
aritmia, hipotensi, apatis, koagulopati, refleks menurun, hipotermia
berat: oliguria, refleks menghilang, edema paru, asam basa abnormal)
b) Terapeutik
(1) Sediakan lingkungan yang hangat(mis. atur suhu ruangan, inkubator)
(2) Ganti pakaian dan atau linen yang basah
(3) Lakukan penghangatan pasif (mis. Selimut, menutup kepala, pakaian
tebal)
(4) Lakukan penghangatan aktif eksternal (mis. Kompres hangat, botol
hangat , selimut hangat, perawatan metode kangguru)
(5) Lakukan penghangatan aktif internal (mis. Infus cairan hangat,
oksigen hangat, lavase peritoneal dengan cairan hangat)
c) Edukasi
(1) Anjurkan makan atau minum hangat
c. Risiko hipotermia : Regulasi Temperatur
1) Definisi
Mempertahankan suhu tubuh dalam rentan normal.
2) Tujuan : Termoregulasi
a) Definisi
Pengaturan suhu tubuh agar tetap berada pada rentang normal.
b) Kriteria hasil
(1) Menggigil
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(2) Kulit merah
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(3) Kejang
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun

(4) Akrosianosis
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(5) Konsumsi oksigen
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(6) Piloereksi
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(7) Vasokontriksi perifer
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(8) Kutis memorata
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(9) Pucat
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(10) Takikardi
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(11) Takipnea
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(12) Bradikardi
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(13) Dasar kuku sianotik
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun

(14) Hipoksia
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(15) Suhu tubuh
1 memburuk, 2 cukup memburuk, 3 sedang, 4 cukup membaik, 5
membaik
(16) Suhu kulit
1 memburuk, 2 cukup memburuk, 3 sedang, 4 cukup membaik, 5
membaik
(17) Kadar glukosa darah
1 memburuk, 2 cukup memburuk, 3 sedang, 4 cukup membaik, 5
membaik
(18) Pengisian kapiler
1 memburuk, 2 cukup memburuk, 3 sedang, 4 cukup membaik, 5
membaik
(19) Ventilasi
1 memburuk, 2 cukup memburuk, 3 sedang, 4 cukup membaik, 5
membaik
(20) Tekanan darah
1 memburuk, 2 cukup memburuk, 3 sedang, 4 cukup membaik, 5
membaik
3) Tindakan
a) Observasi
(1) Monitor suhu bayi sampai stabil (36,5°C-37,5°C)
(2) Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam jika perlu
(3) Monitor tekanan darah, frekuensi pernafasan dan nadi
(4) Monitor warna dan suhu kulit
(5) Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau hipertermia
b) Terapeutik
(1) Pasang alat pemantau suhu kontinu, jika perlu
(2) Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
(3) Bedong bayi segera setelah lahir untuk mencegah kehilangan panas
(4) Masukan bayi BBLR ke dalam plastic segera setelah lahir(mis.
Bahan polyethylene, polyurethane)
(5) Gunakan topi bayi untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru
lahir
(6) Tempatkan bayi baru lahir dibawah radiant warmer
(7) Pertahankan kelembaban incubator 50% atau lebih untuk
mengurangi kehilangan panas karna proses evaporasi
(8) Atur suhu inkubator sesuai dengan kebutuhan
(9) Hangatkan terlebih dahulu bahan bahan yang akan kontak dengan
bayi(mis. Selimut, kain bedongan, stetoskop)
(10) Hindari meletakkan bayi di dekat jendela terbuka atau diarea aliran
pendingin ruangan atau kipas angin
(11) Gunakan matras penghangat, selimutt hangat, dan
penghangat ruangan untuk menaikkan suhu tubuuh jika perlu
(12) Gunakan kasur pendingin untuk menurunkan suhu tubuh
(13) Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien
c) Edukasi
(1) Jelaskan cara pencegahan heat exhaustion dan heat stroke
(2) Jelaskan cara pencegahan hipotermi karna terpapar udara dingin
(3) Demonstrasikan teknik perawatan metode kangguru(PMK) untuk bayi
BBLR
d) Kolaborasi
(1) Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu
d. Risiko termoregulasi tidak efektif : Edukasi Pengukuran Suhu Tubuh
1) Definisi
Mengajarkan cara pengukuran suhu tubuh
2) Tindakan
a) Observasi
(1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
b) Terapeutik
(1) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
(2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
(3) Berikan kesempatan untuk bertanya
(4) Dokumentasikan hasil pengukuran suhu
c) Edukasi
(1) Jelaskan prosedur pengukuran suhu tubuh
(2) Anjurkan terus menerus memegang bahu dan menahan dada saat
pengukuran aksila
(3) Ajarkan memilih lokasi pengukuran suhu oral atau aksila
(4) Ajarkan cara meletakkan ujung termometer di bawah ludah atau
dibagian tengah aksila
(5) Ajarkan cara membaca hasil termometer raksa dan/ elektronik
e. Risiko termoregulasi tidak efektif : Edukasi Termoregulasi
1) Definisi
Mengajarkan pasien untuk mendukung keseimbangan antara produksi panas,
mendapatkan panas, dan kehilangan panas.
2) Tujuan
a) Definisi
Pengaturan suhu tubuh agar tetap berada pada rentang normal.
b) Kriteria hasil
(1) Menggigil
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(2) Kulit merah
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(3) Kejang
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(4) Akrosianosis
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(5) Konsumsi oksigen
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(6) Piloereksi
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(7) Vasokontriksi perifer
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(8) Kutis memorata
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(9) Pucat
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(10) Takikardi
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(11) Takipnea
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(12) Bradikardi
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(13) Dasar kuku sianotik
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun

(14) Hipoksia
1 meningkat, 2 cukup meningkat, 3 sedang, 4 cukup menurun, 5
menurun
(15) Suhu tubuh
1 memburuk, 2 cukup memburuk, 3 sedang, 4 cukup membaik, 5
membaik
(16) Suhu kulit
1 memburuk, 2 cukup memburuk, 3 sedang, 4 cukup membaik, 5
membaik
(17) Kadar glukosa darah
1 memburuk, 2 cukup memburuk, 3 sedang, 4 cukup membaik, 5
membaik
(18) Pengisian kapiler
1 memburuk, 2 cukup memburuk, 3 sedang, 4 cukup membaik, 5
membaik
(19) Ventilasi
1 memburuk, 2 cukup memburuk, 3 sedang, 4 cukup membaik, 5
membaik
(20) Tekanan darah
1 memburuk, 2 cukup memburuk, 3 sedang, 4 cukup membaik, 5
membaik
3) Tindakan
a) Observasi
(1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
b) Terapeutik
(1) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
(2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
(3) Berikan kesempatan untuk bertanya
c) Edukasi
1) Ajarkan kompres hangat jika demam
2) Ajarkan cara pengukuran suhu
3) Anjurkan penggunaan pakaian yang dapat menyerap keringat
4) Anjurkan tetap memandikan pasien, jika memungkinkan
5) Anjurkan pemberian antipiretik, sesuai indikasi
6) Anjurkan menciptakan lingkungan yang nyaman
7) Anjurkan memperbanyak minum
8) Anjurkan analgesik jika merasa pusing, sesuai indikasi
9) Anjurkan melakukan pemeriksaan darah jika demam .>3 hari.
4. Implementasi
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi-
intervensi keperawatan. Implementasi terdiri atas melakukan dan
mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang
diperlukan untuk melaksanakan intervensi.
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncakan dalam rencana
perawat. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan
tindakan kolaborasi.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah pegukuran keefektifan pengkajian, diagnosis, perencanaan, dan
implementasi. Klien adalah fokus evaluasi. Langkah- lagkah dalam mengevaluasikan
asuhan keperawatan adalaha menganalisis respons klien, mengidentifikasi faktor ang
berkontribusi terhadap keberhasilan atau kegagalan, dan perencanaan untuk asuhan di
masa depan.
Evaluasi merupakan evaluasi intervensi keperawatan dan terapi dengan
membandingkan kemajuan klien dengan tujuan dan hasil yang diinginkan dan
direncanakan keperawatan.
Perawat mengevaluasi keberhasilan intervensi. Perawat harus
mempersiapkan untuk mengubah rencana jika berhasil.Evaluasi keperawatan adalah
aktivitas yang dirancanakan berkelanjutan dan terarah Ketika klien menuju
pencapaian tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan

Anda mungkin juga menyukai