Anda di halaman 1dari 43

Nama : Salsabila Dian Styowati

NIM : P0713221065

Prodi : STr. Sanitasi Lingkungan

Kelas : Reg B

Menentukan Masalah

No Masalah What Is What Should Be


1  Pengelolaan  Limbah sampah pasar oleh NAB ttg Pengelolaan Pasar
sampah dan limbah masyarakat diproses dengan Republik Indonesia Nomor
di Pasar tidak pilihan paling praktid dan 519/MENKES/SK/VI/2008
memenuhi standart berbiaya murah. Secara sengaja, Tentang Pedoman
baku mutu. beban persampahan tersebut Penyelenggaraan pasar
 Pencemaran diproses dengan cara
lingkungan akibat pembakaran, pembuangan ke
sampah yang aliran sungai, dan pengumpulan
tidak diproses menuju tempat sampah
dalam siklum terdekat untuk diangkut secara
pembuangan dan masal ke TPA .Tindakan
pengolahan tersebut yang tidak
berkelanjutan dan berorientasi
pada lingkungan sementara.
Akumulasi dan gundukan
sampah berada di zona landfill /
TPA menyebabkan penurunan
kualitas.
 Timbunan sampah yang sudah
dihancurkan dan ditutupi
dengan metode dumping,
mengeluarkan gas metan yang
mendorong percepatan suatu
pemanasan global dan
perubahan iklim, karena
berbagai penelitian
menyimpulkan daya rusak gas
tersebut mencapai 23 kali lipat,
dibandingkan karbon (Dias,
2009; Sony, 2010, Banowati,
2011).
2 Kebisingan pada halaman Dari hasil penelitian ditemukan bahwa Nilai Ambang Batas (NAB) yang
bakso Sera di kecamatan kuat bunyi pada area sempadan berkisar diizinkan dalam waktu 8 jam
Simo, Boyolali 102,5 dB(A), sementara dalam perhari menurut Kementerian
bangunan yang terdekat dengan dinding Tenaga Kerja Trans
terluar berkisar 72, 3 dB(A). Maka dari No.PER.13/MEN/X/2011 adalah
itu jauh melebihi nilai ambang batas 85 dB
yaitu Standar baku mutu kebisingan
dalam bangunan hunian yakni 50 – 60
dB(A), oleh karena itu diperlukan suatu
kriteria rancangan sempadan bangunan
yang mampu mereduksi kebisingan
yang ada.
3 Tingginya Kandungan Berdasarkan hasil analisis limbah baku mutu kadar buildrers dan
builders dan surfaktan detergen laundry tersebut yang dominan sufaktan menurut Peraturan
detergen yang jauh adalah kandungan builders dan Pemerintah Nomor 82 Tahun
melebihi ambang batas surfaktan, sebagaimana yang disajikan 2001 kadar anion surfaktan batas
yang ditetapkan oleh Smulders, E. (2002)bahwa normal yaitu 0,2 mg/L. Apabila
kandungan builders berkisar antara kadar tersebut melebihi ambang
75-85% dan surfaktan berkisar antara batas maka dapat menimbulkan
25-35%. dampak negatif seperti
mempertinggi toksisitas racun,
dapat menjadi zat karsinogenik
atau penyebab kanker,
menimbulkan rasa pada air
apabila dikonsumsi, menurunkan
absobsi oksigen di perairan,
merusak insang dan organ nafas
ikan serta dapat menganggu
proses fotosintesis tanaman air
(Depkes RI, 2001)

Seleksi Masalah

Masalah Menawarkan Jawaban Diuji Kerangka Jumlah


informasi >1 Empiris Teori Point
baru
Sampah serta limbah sayur √√ √ √ √ 5
dan buah di pasar pada
musim hujan
Kebisingan pada halaman - √ √ √ 3
bakso Sera di kecamatan
Simo, Boyolali
Tingginya Kandungan √ - √ √ 3
builders dan surfaktan
detergen yang jauh melebihi
ambang batas yang
ditetapakan
Rumusan Masalah (Tidak Langsung)

Problem Statement :

1. Pengelolaan sampah dan limbah di Pasar tidak memenuhi standart baku mutu.
2. Pencemaran lingkungan akibat sampah yang tidak diproses dalam siklum pembuangan
dan pengolahan

Research Question :

Berdasarkan Jurnal implementasi perbaikan (berupa Sampah organik pasar Sampah dan
limbah Baru sudah diolah menjadi pupuk kompos) yang telah dilakukan perhitungan efisiensi
dari pengolahan sampah organic yang dijadikan pupuk kompos dengan hasil yang didapatkan
terjadi penurunan sebesar 15.660 kg/tahun yaitu 46,4 %. Hal ini perlu ditingkatkan lagi
efektivitasnya dengan penurunan yang lebih besar. Oleh karena itu, dapat diinovasikan menjadi
produk Eco enzyme yaitu handsanitizer.

Apakah ada pengaruh penurunan pengelolaan Sampah serta limbah sayur dan buah di pasar?

Rumusan Masalah 

Berdasarkan jurnal sebelumnya yang berjudul “Potensi Sampa Organik Menjadi Pupuk
Kompos Pada Kawasan Perkantoran “pada tahun 2013, ditemukan efektifitas limbah dan
sampah organik yang dijadikan menjadi kompos yaitu hanya sebesar 46,6% .Pada penelitian ini
apakah ada pengaruh dari varasi dari satuan massa sampah dan limbah buah terhadap keefektifan
membunuh kuman pada produk ecoenzym sebagai handsanitizer pada pengelolaan Sampah serta
limbah organik di pasar.

Judul :

Pengaruh variasi satuan massa sampah dan limbah buah terhadap keefektifan membunuh
kuman pada produk ecoenzym sebagai handsanitizer pada pengelolaan Sampah serta organik di
pasar .
Tugas 3 Penyusunan Latar Belakang

Jawaban 1-5 :
1. Community Concern
Setelah dilakukan studi pendahuluan pada pasar, diketahui limbah dan sampah
pasar diproses dengan cara pembakaran, pembuangan ke aliran sungai, dan
pengumpulan menuju tempat sampah terdekat untuk diangkut secara masal ke TPA
.Tindakan tersebut yang tidak berkelanjutan dan berorientasi pada lingkungan
sementara. Akumulasi dan gundukan sampah berada di zona landfill / TPA menyebabkan
penurunan kualitas

2. Seriousness of the Problem


Sampah organik yang berserakan di pasar menarik kehadiran tikus, kecoa, lalat,
hingga burung yang bisa menjadi media penularan penyakit. dimana sampah yang
berserakan dan dengan bebas hinggap di makanan, membawa bakteri dan kuman
penyebab penyakit. lalat dapat menularkan penyakit seperti infeksi usus (disentri, diare,
tifus, kolera, dan infeksi cacing), infeksi mata (trakoma dan konjungtivis epidemi),
poliomyelitis, dan infeksi kulit seperti difteri., kecoa dapat membawa bakteri yang
pembawa penyakit seperti salmonella, staphylococcus, dan juga streptococcus. Bakteri
tersebut dapat menyebabkan penyakit seperti disentrim diare, demam tifoid, juga kolera.
Timbunan sampah yang sudah dihancurkan dan ditutupi dengan metode dumping,
mengeluarkan gas metan yang mendorong percepatan suatu pemanasan global dan
perubahan iklim, karena berbagai penelitian menyimpulkan daya rusak gas tersebut
mencapai 23 kali lipat, dibandingkan karbon

3. Political Concern
Pajanan penglolaan sampah dan limbah di lingkungan pasar harus memenuhi
persyaratan kesehatan. Dimana Persyaratan kesehatan pasar mengacu pada Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519/MENKES/SK/VI/2008 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat

4. Magnitude 
Dari studi pendahuluan Limbah sampah pasar oleh masyarakat diproses dengan
pilihan paling praktid dan berbiaya murah., diproses dengan cara pembakaran,
pembuangan ke aliran sungai, dan pengumpulan menuju tempat sampah terdekat
untuk diangkut secara masal ke TPA .Tindakan tersebut berorientasi pada
lingkungan sementara. Akumulasi dan gundukan sampah berada di zona landfill / TPA
menyebabkan penurunan kualitas. Dan timbunan sampah yang sudah mendorong
percepatan suatu pemanasan global dan perubahan iklim, karena berbagai penelitian
menyimpulkan daya rusak gas tersebut mencapai 23 kali lipat, dibandingkan karbon
(Dias, 2009; Sony, 2010, Banowati, 2011). Sedangkan Persyaratan kesehatan pasar
mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
519/MENKES/SK/VI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat,yang
seharusnya adalah upaya pencegahan penyakit dan/atau gangguan kesehatan dari faktor
risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yangsehat baik dari aspek fisik,
kimia, biologi, maupun sosial. Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan adalah
spesifikasi teknis atau nilai yang di bakukan pada media lingkungan yang berhubungan
atau berdampak langsung terhadap kesehatan masyarakat. Persyaratan Kesehatan adalah
kriteria dan ketentuan teknis kesehatan pada medialingkungan .

5. Manageability
Bahan yang digunakan untuk membuat inovasi dari produk Eco enzyme sebagai
handsanitazer mudah untuk didapatkan dan inovasi dari bahan sampah dan limbah
organic ini bahan diaplikasikan ke dalam produk handsanitizer.

Pertanyaan ke 2 : Mengapa memilih lokasi tersebut?


Berdasarkan penelitian target Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun
2015 tingkat pelayanan persampahan ditargetkan mencapai 80%. Namun di Indonesia
berdasarkan data BPS hanya 41,28% sampah dipasar yang dibuang ke tempat
pembuangan sampah (TPA), dibakar sebesar 35,59%, dibuang ke sungai 14,01%, dikubur
sebesar 7,79% dan hanya 1,15% yang diolah sebagai kompos.. Hal ini berarti tidak perlu
dilakukan penelitian lanjutan karena tingkat timbunan sudah di bawah ambang batas.
Lalu, pada tahun 2015 pada penelitian Arif Pahlevi dan Devianta Amira didapatkan hasil
sampah pasar dalam satu hari yang terdiri dari 62% sampah organik, dan 38% sampah
non organik. Usaha pengelolaan sampah di masyarakat kebanyakan diatasi dengan
membakar sampah, dibuang ke sungai atau dikumpulkan di tempat sampah terdekat yang
kemudian diangkut oleh petugas ke. Pada penelitian yang dilakukan oleh (Reny Indrayani
dkk pada tahun 2021) di TPA Banjarsari berasal dari sampah pasar yaitu ±22,04% dari
total keseluruhan timbulan yang berdasarkan dari data teknis UPTD TPA Banjarsari
Kabupaten Bojonegoro (2021). Namun pada pengelolaan sampahnya, Pasar Banjarejo
sebagai pasar “baru” dapat dikatakan kurang sesuai dengan SNI 19-2425-2002 tentang
Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan, Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya
pemilahan sampah, jenis pewadahan yang tidak sesuai serta penyebaran pewadahan yang
tidak merata. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan memberikan pengaruh negative
bagi kesehatan manusia, lingkungan maupun gangguan estetika pemandangan dan bau
tidak sedap .
Pertanyaan ke 3 : Mengapa menggunakan  sampah dan limbah sebagai inovasi dari
produk Eco enzyme sebagai handsanitazer
Berdasarkan penelitian Lya Meilany Setyawati dkk pada tahun 2013, ditemukan
efektifitas limbah dan sampah organik yang dijadikan menjadi kompos yaitu sebesar
46,6% Tingkat keefektifan penurunan pencemaran limbah dan sampah organi dapat
ditingkatkan dengan menggunakan inovasi produk Eco enzyme sebagai handsanitazer
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah sampah tidak akan terlepas dari masalah perilaku dan pola hidup.
Peningkatan aktivitas di pasar sangat mempengaruhi kuantitas tumpukan sampah di
lingkungan pasar. Pengelolaan sampah yang buruk di Pasar Sleman. Pengelolaan sampah
yang tidak sesuai dengan standar sebagaimana menurut Menurut Cunningham (2004).
tahap pengelolaan sampah modern terdiri dari 3R (Reduce, Reuse, Recycle) sebelum
akhirnya dimusnahkan atau dihancurkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat
bagaimana bentuk pengelolaan dan strategi yang tepat digunakan dalam pengelolaan
limbah dan sampah dipasar. Pengelolaan limbah dan sampah itu sendiri sudah menjadi
masalah yang perlu ditangani secara serius, untuk mengantisipasi hal tersebut
dikembangkan berbagai jenis penanggulangan salah satunya yaitu sampah dan limbah
organic dipasar diinovasikan menjadi berbagai inovasi produk.
Salah satu contoh pencemaran yang timbul, terjadi di pasar Sleman. Setelah
dilakukan studi pendahuluan pada pasar tersebut, diketahui limbah dan sampah pasar
diproses dengan cara pembakaran, pembuangan ke aliran sungai, dan pengumpulan
menuju tempat sampah terdekat untuk diangkut secara masal ke TPA .Tindakan
tersebut yang tidak berkelanjutan dan berorientasi pada lingkungan sementara.
Akumulasi dan gundukan sampah berada di zona landfill / TPA menyebabkan penurunan
kualitas. Sampah organik yang berserakan di pasar menarik kehadiran tikus, kecoa, lalat,
hingga burung yang bisa menjadi media penularan penyakit. dimana sampah yang
berserakan dan dengan bebas hinggap di makanan, membawa bakteri dan kuman
penyebab penyakit. lalat dapat menularkan penyakit seperti infeksi usus (disentri, diare,
tifus, kolera, dan infeksi cacing), infeksi mata (trakoma dan konjungtivis epidemi),
poliomyelitis, dan infeksi kulit seperti difteri., kecoa dapat membawa bakteri yang
pembawa penyakit seperti salmonella, staphylococcus, dan juga streptococcus. Bakteri
tersebut dapat menyebabkan penyakit seperti disentrim diare, demam tifoid, juga kolera.
Dari studi pendahuluan Limbah sampah pasar oleh masyarakat diproses dengan pilihan
paling praktid dan berbiaya murah., Secara sengaja, beban persampahan tersebut diproses
dengan cara pembakaran, pembuangan ke aliran sungai, dan pengumpulan menuju tempat
sampah terdekat untuk diangkut secara masal ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
Tindakan tersebut yang tidak berkelanjutan dan berorientasi pada lingkungan sebenarnya
hanya menyelesaikan masalah sampah secara sementara. Akumulasi dan gundukan
sampah berada di zona landfill / TPA secara perlahan tapi pasti menyebabkan penurunan
kualitas kebersihan lingkungan. Timbunan sampah yang sudah dihancurkan dan ditutupi
dengan metode dumping, mengeluarkan gas metan yang mendorong percepatan suatu
pemanasan global dan perubahan iklim, karena berbagai penelitian menyimpulkan daya
rusak gas tersebut mencapai 23 kali lipat, dibandingkan karbon (Dias, 2009; Sony, 2010,
Banowati, 2011). Sedangkan Persyaratan kesehatan pasar mengacu pada Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519/MENKES/SK/VI/2008 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat ,seharusnya Kesehatan Lingkungan adalah upaya
pencegahan penyakit dan/atau gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk
mewujudkan kualitas lingkungan yangsehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun
sosial.Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan adalah spesifikasi teknis atau nilai yang
di bakukan pada media lingkungan yang berhubungan atau berdampak langsung terhadap
kesehatan masyarakat. Persyaratan Kesehatan adalah kriteria dan ketentuan teknis
kesehatan pada media lingkungan). (Setyawati, 2013)
Tingkat pelayanan persampahan ditargetkan mencapai 80%. Namun di Indonesia
berdasarkan data BPS hanya 41,28% sampah dipasar yang dibuang ke tempat
pembuangan sampah (TPA), dibakar sebesar 35,59%, dibuang ke sungai 14,01%, dikubur
sebesar 7,79% dan hanya 1,15% yang diolah sebagai kompos.. Hal ini berarti tidak perlu
dilakukan penelitian lanjutan karena tingkat timbunan sudah di bawah ambang batas.
Lalu, pada tahun 2015 Arif Pahlevi dan Devianta Amira didapatkan hasil sampah pasar
dalam satu hari yang terdiri dari 62% sampah organik, dan 38% sampah non organik.
Usaha pengelolaan sampah di masyarakat kebanyakan diatasi dengan membakar sampah,
dibuang ke sungai atau dikumpulkan di tempat sampah terdekat yang kemudian diangkut
oleh petugas ke. Pada penelitian yang dilakukan oleh (Reny Indrayani dkk pada tahun
2021) di TPA Banjarsari berasal dari sampah pasar yaitu ±22,04% dari total keseluruhan
timbulan yang berdasarkan dari data teknis UPTD TPA Banjarsari Kabupaten
Bojonegoro (2021). Namun pada pengelolaan sampahnya, Pasar Banjarejo sebagai pasar
“baru” dapat dikatakan kurang sesuai dengan SNI 19-2425-2002 tentang Operasional
Pengelolaan Sampah Perkotaan, Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya pemilahan
sampah, jenis pewadahan yang tidak sesuai serta penyebaran pewadahan yang tidak
merata. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan memberikan pengaruh negative bagi
kesehatan manusia, lingkungan maupun gangguan estetika pemandangan dan bau tidak
sedap.
B. Rumusan Masalah 
Berdasarkan jurnal sebelumnya yang berjudul “Potensi Sampa Organik Menjadi
Pupuk Organik Pada Kawasan Perkantoran “pada tahun 2013, ditemukan efektifitas
limbah dan sampah organik yang dijadikan menjadi kompos yaitu hanya sebesar
46,6% .Pada penelitian ini apakah ada pengaruh variasi satuan massa sampah dan limbah
buah terhadap keefektifan membunuh kuman pada produk ecoenzym sebagai
handsanitizer pada pengelolaan Sampah serta organik di pasar?
C. Tujuan
1) Tujuan Umum
Diketahui Pengaruh dari variasi satuan massa dan jenis limbah kulit
buah ,terhadap keefektifan membunuh kuman pada produk ecoenzym sebagai
handsanitizer pada pengelolaan Sampah serta limbah organik di pasar
2) Tujuan Khusus
a. Diketahui pengaruh variasi 400gram kulit buah terhadap keefektifan
membunuh kuman pada produk ecoenzym pada handsanitizer.
b. Diketahui pengaruh variasi 800 gram kulit buah terhadap keefektifan pada
produk ecoenzym pada handsanitizer
c. Diketahui pengaruh variasi 1600 gram kulit buah terhadap keefektifan
pada produk ecoenzym pada handsanitizer
D. Manfaat
1) Manfaat Teoritis
Dari upaya pengolahan sampah dan limbah organic menjadi kompos bisa
dikembangkan menjadi inovasi produk ecoenzym sebagai handsanitizer. Karena
fermentasi pada pengolahan limbah menjadi ecoenzym akan menimbulkan
penyelamatan lingkungan, dimana selama proses fermentasi ada gas O3 dan bisa
meningkatkan jumlah ozon dan gas ini akan keluar ketika kita membuka wadah
fermentasi ,dan juga Manfaat dari hasil fermentasi eco enzyme yaitu sebagai
desinfektan karena mengandung alkohol dan asam asetat. Eco enzyme adalah
hasil dari aktivitas enzim yang terkandung di dalam bakteri atau fungi (Astoko,
2019).
2) Manfaat Praktis
a. Untuk masyarakat (pedagang,pembeli,pengelola pasar) dapat
memanfaatkan informasi tersebut untuk mengetahui karakteristik dan
komposisi sampah sangat penting dan akan sangat berguna mengenai
kemungkinan potensi pemanfaatan sampah pasar menghasilkan produk
yang mempunyai nilai ekonomis dan manfaat yang lebih tinggi.
b. Untuk pengelola / petugas kebersihan dipasar dapat memanfaatkan
informasi tersebut , dalam menguraikan dan pemeliharaan kebersihan
Iingkungan Pasar
c. Untuk UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah Pengelola Pasar) dapat
meningkatkan partisipasi para pedagang dengan cara memotivasi dan
melibatkan para pedagang dalam perumusan ,pengelolaan,dan pelaksanaan
kebijakan pemeliharaan kebersihan pasar.
E. Ruang Lingkup
1. Lingkup Keilmuan
Penelitian ini termasuk dalam lingkup penelitian ilmu Kesehatan Lingkungan
khususnya di bidang Pengolahan Limbah
2. Obyek Penelitian
Obyek yang diteliti adalah Handsanitizer yang terbuat dari limbah dan sampah
Organik dari kulit buah di Pasar
3. Lokasi Penelitian
Lokasi peneitian dilakukan dipasar Godean ,Kabupaten Sleman dan indekos
peneliti di Banyuraden , Gamping ,Sleman
4. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada musim hujan

F. Keaslian Penelitian

Nama Peneliti, Tahun, Judul Penelitan Persamaan Perbedaan


Dawam Suprayogi,Revis Asra1) dan Risma Sama- sama Penelitian Dawam
Mahdalia. (2022). meneliti Suprayogi,Revis
Pengolahan dan Asra1) dan Risma
keefektifan potensi Mahdalia :
produk pada menggunakan inovasi
sampah organic produk ecoenzym
sbg handsanitizer
(dari kulit buah nanas
dan jeruk berastagi ,
dan sayur bayam)
Brier, J., & lia dwi jayanti. (2020). dampak limbah Sama- sama Variable terikat
dan sampahrumah tangga. 21(1), 1–9. meneliti peneliti sebelumnya :
http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM Pengolahan dan Potensi Sampah
/article/view/2203 keefektifan potensi Organik menjadi
produk pada pupuk organic
sampah organic.
Variable terikat
peneliti :
Potensi keefektifan
menggunakan inovasi
produk ecoenzym
sbg handsanitizer
(dari kulit buah nanas
dan jeruk
berastagi ,dan sayur
bayam)

Sama- sama Variable terikat


meneliti peneliti sebelumnya :
Budiyanto, C. W., Yasmin, A., Fitdaushi, A. N.,
Pengolahan dan Pengelolaan dan
Rizqia, A. Q. S. Z., Safitri, A. R., Anggraeni, D.
pemanfaatan pada pemanfaatan Sampah
N., Farhana, K. H., Alkatiri, M. Q., Perwira, Y.
sampah organic organic menjadi
Y., & Pratama, Y. A. (2022). Mengubah
inovasi produk
Sampah Organik Menjadi Eco Enzym
dompet dan tas
Multifungsi: Inovasi di Kawasan Urban.
dengan teknik
DEDIKASI: Community Service Reports, 4(1),
keranjang Takakura
31–38.
https://doi.org/10.20961/dedikasi.v4i1.55693
Variable terikat
peneliti :
Potensi keefektifan
menggunakan inovasi
produk ecoenzym
sbg handsanitizer
(dari kulit buah nanas
dan jeruk berastagi
dan sayur bayam )

Frac, M., & Ziemiński, K. (2012). “Methane Sama sama Penelitian Frac, M.,
fermentation process for utilization of organic meneliti tentang & Ziemiński, K :
waste”International Agrophysics, 2 pengolahan dan menggunakan
penanggulangan metode fermentasi
sampah dan limbah metana untuk proses
organic. penanggulangan
untuk membuang
berbagai jenis limbah
organik

Pahmeyer, M. J., Siddiqui, S. A., Pleissner, D., Sama sama Penelitian Pahmeyer,
Gołaszewski, J., Heinz, V., & Smetana, S. (2022). meneliti tentang M. J., Siddiqui, S. A.,
“An automated, modular system for organic waste pengolahan dan Pleissner, D.,
utilization using Hermetia illucens larvae” penanggulangan Gołaszewski, J.,
sampah dan limbah Heinz, V., &
organic. Smetana, S. :
Penelitian ini
menyajikan desain
modular dengan
mengolah limbah dan
sampah organic
menjadi biomassa.
A. Thomson , G.W Prince. (2022). “Review of the Sama- sama Variable terikat
potential for recycling CO2 from organic waste meneliti peneliti sebelumnya :
composting into plant production under controlled Pengolahan dan Pengelolaan dan
environment agriculture “ pemanfaatan pada pemanfaatan Sampah
sampah organic organic menjadi
inovasi produk
kompos dengan
tehnik pengomposan
aerobic
Variable terikat
peneliti :
Potensi keefektifan
menggunakan inovasi
produk ecoenzym
sbg handsanitizer
(dari kulit buah nanas
dan jeruk berastagi
an sayur bayam)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Pengertian Pasar

Pasar merupakan seperangkat pembeli aktual dan juga potensial dari suatu
produk atau jasa. Ukuran dari pasar itu sendiri tergantung dengan jumlah orang
yang menunjukkan tentang kebutuhan, mempunyai kemampuan dalam
bertransaksi (Hudaifah et al., 2021a). Banyak pemasaran yang memandang bahwa
penjual dan pembeli sebagai sebuah pasar, dimana penjual tersebut akan
mengirimkan produk serta jasa yang mereka produksi dan juga guna
menyampaikan atau mengkomunikasikan kepada pasar. Sebagai gantinya, mereka
akan mendapatkan uang dan informasi dari pasar tersebut .

Menurut Permenkes No.519/Menkes/SK/VI/2008 tentang Pedoman


Penyelenggaraan Pasar Sehat, pasar tradisional adalah pasar yang berlokasi
permanen, ada pengelola sebagian barang yang diperjual belikan adalah
kebutuhan dasar sehari-hari dengan praktek perdagangan dan fasilitas
infrastruktur yang sederhana dan ada interaksi langsung antar penjual dan
pembeli.

2. Pengertian Sampah dan Limbah


1) Sampah merupakan suatu hal yang selalu ada dalam kehidupan sehari-hari.
Semua yang beraktivitas pasti akan menghasilkan sampah dan begitu juga yang
terjadi di Desa Disanah Kecamatan Sreseh Kabupaten Sampah (Hudaifah et al.,
2021b)
Pengertian Sampah Menurut beberapa ahli definsi sampah sebagai berikut:
a. Menurut Kodoatic (2003), sampah merupakan limbah padat atau setengah
padat dari hasil kegiatan manusia, hewan atau tumbuhan atau kegiataan
perkotaan.
b. Menurut Azwar (1990) menerangkan dalam bukunya bahwa sampah adalah
segala sesuatu yang sudah tidak dipakai, dipergunakan, disenangi sehingga
harus dibuang.
c. Menurut SK SNI T-13-1990 F, sampah adalah limbah padat baik yang terdiri
dari zat organik maupun anorganik yang di kelola dengan komponen-
komponen subsistem yang saling mendukung, berinteraksi dan berhubungan
satu sama lain.
d. Menurut Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses
alam yang berbentuk padat. Kemudian yang dimaksud dengan sampah
spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan atau volumenya
memerlukan pengelolaan khusus. Pengelolaan sampah dimaksudkan adalah
kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan.

2) Limbah dan Klasifikasinya

Limbah adalah sisa dari suatu usaha maupun kegiatan yang mengandung
bahan berbahaya atau beracun yang karena sifat, konsentrasi, dan jumlahnya, baik
yang secara langsung maupun tidak langsung dapat membahayakan lingkungan,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya (Perdanawati
Pitoyo et al., 2016)

a. Sumber Sampah dan Limbah


Sumber sampah yang ada di permukaan bumi ini berasal dari beberapa tempat
yaitu:
1) Sampah dari pemukiman penduduk atau rumah tangga Jenis sampah yang
dihasilkan biasanya sisa makanan dan bahan sisa proses pengolahan
makanan atau sampah basah (garbage), sampah kering (rubbish) abu dan
sisa tumbuhan.
2) Sampah dari tempat-tempat umum dan tempat-tempat perdagangan.
Tempat umum adalah tempat yang dimungkinkan 13 banyaknya orang
berkumpul dan melakukan kegiatan, termasuk juga tempat perdagangan.
Jenis sampah yang dihasilkan dari tempat semacam itu dapat berupa sisa-
sisa makanan (garbage).
3) Sarana pelayanan masyarakat milik pemerintah Seperti taman, jalan
umum, tempat-tempat parkir serta lainya.
4) Industri Misalnya dari pabrik-pabrik produksi barang bahan-bahan,
perusahaan kayu, perusahaan logam, perusahaan kimia serta lainya.
5) Pertanian Sampah dihasilkan dari tanaman atau binatang. Lokasi pertanian
seperti kebun, ladang maupun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-
bahan makanan yang mudah membusuk, sampah pertanian, pupuk
maupun bahan pembasmi serangga tanaman.
b. Jenis-jenis sampah sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa kategori
(Nurdiana, Juli, Indriana, Hana and Meicahayanti, 2017)
Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya :
a) Organik, misalnya : sisa makanan, daun, sayur,buah.
b) Anorganik, misalnya : logam, pecahan belah.

Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk :

a) Mudah membusuk misalnya sisa makanan, potongan daging.


b) Sulit membusuk misalnya plastik, karet, besi, gelas dal lainlainya. 14 3)
Berdasarkan ciri atau karakteristik sampah :
c) Garbage, terdiri atas zat-zat yang mudah membusuk dan dapat terurai
dengan cepat, khususnya jika cuaca panas. Proses pembusukan sering kali
menimbulkan bau busuk. Sampah jenis ini dapat ditemukan di tempat
pemukiman, rumah makanan, rumah sakit, pasar dan sebagainya.
d) Rubbish terbagi menjadi dua :
 Rubbish mudah terbakar terdiri atas zat-zat organik, misal kertas,
kayu, karet, daun kering dan sebagainya
 Rubbish tidak mudah terbakar terdiri atas zat-zat anorganik, misalnya
kaca, kaleng, dan sebagainya
 Ashes yaitu semua sisa pembakaran dari industri
 Dead Animal yaitu bangkai binatang besar (anjing, kucing, dan
sebgaainya) yang mati akibat kecelakaan atau secara alami
 House Hold Refuse atau sampah campuran yang berasal dari
perumahan.
 Abandoned Vehicle berasal dari bangkai kendaraan g) Demolision
Waste berasal dari sisa pembangunan gedung
 Sampah Industri berasal dari pertanian, perkebunan, dan industri.
 Santage Solid terdiri atas benda-benda solid atau kasar yang biasanya
berupa zat organik, pada pintu masuk pusat pengolahan limbah cair
 Sampah Khusus atau sampah yang memerlukan penaganan khusus
seperti kaleng dan zat radioaktif

3. Dampak Sampah Dan Limbah Pasar


Dampak Sampah dan Limbah Pasar (Brier & lia dwi jayanti, 2020) secara umum
memberikan dampak baik positif maupun negatif sebagai berikut:
1) Dampak Positif Pengelolaan sampah dan limbah pasar yang baik akan
memberikan pengaruh yang positif terhadap masyarakat dan lingkunganya
sebagai berikut:
a. Sampah dapat di manfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa-rawa
dan dataran rendah.
b. Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk
c. Sampah dapat di gunakan untuk memberikan makan ternak setelah
menjalani proses pengelolaan yang telah ditentukan lebih dahulu untuk
mencegah pengaruh buruk sampah tersebut terhadap ternak.
d. Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubunganya
dengan sampah
e. Keadaan estetika lingkungan pasar yang bersih menimbulkan kegairah
hidup masyarakat disekitar lingkungn pasar
2) Dampak Negatif
Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif bagi
kesehatan, lingkungan, maupun kehidupan sosial ekonomi dan buadaya
masyarakat sebagi berikut:
a. Dampak bagi kesehatan
a) Pengelolaan dan limbah pasar yang kurang baik akan menjadikan
sampah sebagai tempat perkembangbiakan vektor penyakit , seperti lalat,
tikus.
b) Insidensi penyakit demam berdarah dangue akan meningkat karena vektor
penyakit hidup dan berkembang biakan dalam sampah kaleng ataupun ban
bekas yang berisi air hujan.
c) Terjadi kecelakaan kerja anatara penjual,pembeli ,dan pengelola pasar
(masyarakat)akibat pembuangan sampah secara sembarangan misalnya
luka akibat benda tanjam.
d) Gangguan psikosomatis misalnya sesak napas.
b. Dampak terhadap lingkungan
a) Estetika lingkungan pasar menjadi kurang sedap di pandang mata
b) Proses pembusukan sampah danlimbah pasar oleh mikroorganisme akan
menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk.
c) Pembakaran sampah dan limbah pasar dapat menyebabkan pencemaran
udara dan bahaya kebakaran yang luas.
c. Dampak terhadap keadaan sosiaal dan ekonomi
a) Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat mencerminkan keadaan
sosisal budaya masyarakat disekitar lingkungan pasar.
b) Keadaan lingkungan pasar yang jorok atau kurang baik akan
menyebabkan menurunkan minat dan hasrat pembeli dan pemasok untuk
datang berkunjung ke pasar sehingga menurunkan tingkat pendapatan
penjual, dan pengelola pasar.
c) Penumpukan sampah di pinggir jalan lingkungan pasar menyebabkan
kemacetan lalu lintas yang dapat menghambat kegiatan transportasi dan
jasa.
d) Dapat menjadi perselisihan antar penduduk setempat dan pihak pengelola.
e) Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan
akan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan,
jembatan, drainase dan lain-lain

4. Pengolahan Sampah dan Limbah Pasar


a. Definisi pengelolaan
Pengelolaan sampah adalah upaya untuk menciptakan keindahan dengan cara
harmonis antara rakyat dan pengelola atau pemerintah secara bersama-sama.
Pengolahan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan untuk menangani
sampah dari timbulan sampai pembuangan akhir (Ii & Teori, 2015).
b. Mekanisme Penanganan Sampah
1) Penimbunan sampah
Penimbulan sampah pada dasarnya tidak diproduksi, tetapi di timbulkan.
Dalam pengelolaan sampah padat ukuran yang sering dipakai adalah
ukuran berat dan volume.
a) Ukuran berat : kilogram perorang perhari (kg/o/h) atau kilogram
permeter-persegi bagunan perhari (kg/m/h) atau kilogram pertempat
perhari (kg/bed/h).
b) Satuan volume : liter/orang/hari (L/o/h), liter per meter persegi bagunan
perhari (L/m2 /h),
2) Penyimpanan sampah
Penyimpanan sampah merupakan hal yang sangat penting sebab
melibatkan nilai-nilai keindahan dan kesehatan. Bak-bak sampah yang
digunakan harus memenuhi syarat kesehatan yang telah ditentukan.
Penyimpanan sampah dalam tempat sampah keadaan terbuka merupakan
hal yang tidak diinginkan akan tetapi keadaan ini sering terlihat di tempat-
tempat komersial. Oleh karena itu bak pengumpul sampah harus
memenuhi syarat tertentu sehingga apabila terjadi keterlambatan dalam
pengangkutan tidak menganggu pandangan maupun kesehatan pada
umumnya. Menurut Permenkes No.519/Menkes/SK/VI/2008 Setiap los
atau kios terdapat tempat sampah.
Adapun tempat sampah yang harus di miliki harus memenuhi kriteria
dalam pengelolaan sampah :
a) Terbuat dari bahan yang kedap air
b) tidak mudah berkarat
c) kuat
d) Tertutup
e) mudah di bersihkan.

3) Pengumpulan

Pengumpulan ini merupakan tindakan pengumpulan sampah dari


sumbernya menuju ke TPS dengan menggunakan mobil pick up atau gerobak
dorong. Prinsip pengumpulan yaitu mengusahakan sampah dari sumber
sampah ke penampungan sampah sampai ke tempat pembuangan sementara
atau pengolahan sampah dapat di angkut tanpa berceceran baik di tempat asal
maupun di perjalanan, pada pengumpulan biasanya sampah diangkut dengan
alat gerobak atau truk ke tempat pembuangan sementara (SNI 19-2454-2002).
Menurut Permenkes No.519/Menkes/SK/VI/2008 syarat alat pengangkut
sampah yaitu :

a) Kuat

b) Mudah di bersihkan

c) Mudah di pindahkan

4) Pengangkutan
Kegiatan pengangkutan yang dilakukan oleh petugas kebersihan sampah
pasar untuk di bawa ke penampungan sementara. Pengangkutan dalam
bentuk membawa sampah dari TPS ke TPA. Menurut Permenkes
No.519/Menkes/SK/VI/2008 tentang pedoman penyelengaraan pasar sehat
ada beberapa hal yang harus di perhatikan dalam pengangkutan sampah :
a) Sampah Pengangkutan di pasar sehat sampah minimal dilakukan 1
kali 24 jam.
b) Tersedia alat pengangkut berupa (kendaraan/ truk) dengan syarat
kuat, mudah dibersihkan, mudah di pindahkan Menurut kepmenkes
RI Nomor 1204 tahun 2004 menjelaskan tata laksana kepada
petugas yang menangani sampah harus menggunakan alat
pelindung diri APD berupa :
1. Topi/ helm berfungsi sebagai kepala dari benda yang bisa
mengenai kepala secara langsung
2. Masker berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat
bekerja ditempat kerja dengan kualitas udar yang buruk c)
Pakaian panjang berfungsi untuk melindungi badan sebagian
atau seluruh bagian badan dari bahaya saat melakukan
pekerjaan
3. Pelindung kaki atau sepatu boot berfungsi sebagai alat
pengaman saat bekerja ditempat yang becek atau lumpur
4. Sarung tangan khusus berfungsi melindungi diri tangan dari
cedara saat bekerja di tempat atau situasi yang menyebabkan
cidera tangan.
5) Pengolahan dan Pemanfaatan kembali
Pengolahan Berdasarkan Peraturan Daerah Daerah Istimewa
Yogyakarta No. 3 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, pengolahan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat 1 24 dilakukan dengan
mengubah karakteristik sampah, komposisi dan jumlah sampah yang
meliputi perubahan fisik, perubahan melalui proses kimia dan perubahan
melalui proses biologi. Sampah dapat diolah tergantung dengan jenis dan
komposisinya. Di Indonesia, sekitar 56% sampah dikelola oleh
pemerintah. Sisanya dikelola dengan cara dibakar sebesar 35%, dikubur
7,5%, dikompos 1,6%, dan dengan cara lain 15,9% (Nilam, 2016).
Berbagai alternatif yang tersedia dalam proses pengolahan sampah
diantaranya adalah sebagi berikut
a) Transformasi fisik, meliputi pemisahan sampah dan pemadatan
yang bertujuan untuk memudahkan penyimpanan dan
pengangkutan.
b) Pembuatan kompos
Pembuatan kompos yaitu mengubah sampah melalui proses
mikrobiologi menjadi produk lain yang dapat dipergunakan.
Output dari proses ini adalah kompos. Pengolahan dengan cara
pengomposan dilakukan dengan cara menumpuk sampah pada
lubang kecil tertentu untuk menghasilka pupuk yang alamiah.
Kompos yang terbuat dari sampah organik berfungsi untuk
mereduksi timbunan sampah. Teknik pengomposan akan
mengurangi sampah yang akan di angkut ke TPA.
c) Energy recovery, yaitu transformasi sampah menjadi energi, baik
energi panas maupun energi listrik.
d) Ecoenzym ,merupakan hasil dari fermentasi limbah sampah
organik seperti ampas buah dan sayuran, gula (gula aren, gula
merah, atau gula tebu), dan air (Budiyanto et al., 2022).Sampah
organik sebagai bahan baku pembuatan Eco-enzyme, dengan
proses fermentasi proses fermentasinya menghasilkan gas O3
(ozon). dan Ecoenzyme memiliki manfaat yang berlipat
ganda salah satunya adalah cairan pembersih serta pupuk yang
ramah lingkungan.

5. Inovasi Ecoenzym sebagai Upaya Penurunan Sampah dan Limbah di Pasar


1) Pengertian Ecoenzym
Ecoenzym ,merupakan hasil dari fermentasi limbah sampah
organik seperti ampas buah dan sayuran, gula (gula aren, gula merah, atau
gula tebu), dan air (Budiyanto et al., 2022) . Sampah organik sebagai
bahan baku pembuatan Eco-enzyme, dengan proses fermentasi proses
fermentasinya menghasilkan gas O3 (ozon). dan Ecoenzyme memiliki
manfaat yang berlipat ganda salah satunya adalah cairan pembersih serta
pupuk yang ramah lingkungan.
2) Manfaat Ecoenzym (Jelita, 2022)
a. Sebagai cairan pembersih (Desinfektan ) menggunakan cairan Eco Enzyme
sebagai cairan untuk membersihkan seluruh rumah, baju, bahkan sayur dan
buah juga lho. Dengan catatan: hanya siapkan larutan campuran Eco-
Enzyme dan air setiap kali pakai atau dengan maksimal waktu penyimpanan
7 hari. Penyimpanan lebih dari 7 hari akan menyebabkan bakteri yang ada
pada air tumbuh dan merusak larutan pembersih.
b. Pupuk tanaman,, .Eco Enzyme bermanfaat untuk menyuburkan tanah dan
tanaman, menghilangkan hama, dan meningkatkan kualitas dan rasa buah
dan sayuran yang kamu tanam.
c. Pengusir hama, ecoenzym mempunyai daya bunuh efektif untuk mengusir
hama tanaman seperti anggrek dan sayur-sayuran bahkan hama atau hewan
yang mengganggu di sekitar rumah, seperti kecoa, semut, lalat, nyamuk, dan
serangga lainnya..
d. Melestarikan lingkungan, menurut Joean Oon 1 liter larutan Eco Enzyme
dapat membersihkan hingga 1000 liter air sungai yang tercemar. Maka
penggunaan ecoenzym maka telah berkontribusi dalam pelestarian
lingkungan di sekitar kita.

3 ) Fungsi Eco Enzym

Reaksi kimia yang terjadi pada Fermentasi Eco Enzym

CO2 + N2O + O2 → O3 + NO3 + CO3

Enzim yang terkandung dalam proses Fermentasi yaitu enzim lipase, tripsin,
amilase, mampu membunuh kuman, virus, dan bakteri. Dilihat dari segi ekonomi
pembuatan eco enzyme juga dapat mengurangi penggunaan cairan pembersih
lantai atau pun pembasmi serangga. Eco enzyme berfungsi diantara lain yaitu
menguraikan, menyusun, mengubah dan mengkatalis. Eco enzyme bisa digunakan
sebagai disenfeksi dalam untuk keperluan rumah tangga seperti pembersih lantai
karena bersifat asam, sebagai pemurnian udara atau menghilangkan bau dan udara
beracum terlarut, sebagai pengawet makanan karena mengandung asam propionat
yang efektif dalam mencegah pertumbuhan mikroba. Didalam Eco Enzym juga
terkanung asam asetat yang dapat menghancurkan organisme, sehingga dapat
digunakan sebagai insektisida dan pestisida. Pengaplikasian eco enzyme ini dapat
digunakan untuk pengawetan buah stoberi dan buah tomat. Buah yang mengalami
pembusukan terjadi perubahan tekstur. Pembusukan buah tomat terjadi pada hari
keempat, setelah diberi eco enzime 100% mengalami penurunan kualitas pada
hari keenam, sedangkan yang diberikan konsentrasi 50% mengalami penurunan
kualitas pada hari kelima (Suprayogi et al., 2022).

4) Bahan Yang Diunakan dalam Pembuatan Eco Enzym


Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan Eco Enzym yaitu air, gula merah
dan sisa buah atau sayur. Dalam Fermentasi Eco Enzym molase digunakan sebagi
penggaanti gula merah. Molase adalah produk limbah industri gula yang harganya
lebih murah, yaitu produk sampingan dari tebu dan produksi gula. Molase
mengandung karbohidrat yang langsung difermentasi tanpa adanya perlakuan
terlebih dahulu karena berbentuk gula. Proses fermentasi yang dilakukan dengan
menggunakan bahan tembahan molase secara tidak langsung proses fermentasi ini
memberikan kualitas fisik-kimia dan mikrobiologi produk (Suprayogi et al.,
2022).
Pada penelitian Larasati, dkk., (2020) pengujian eco enzyme mengunakan cara
organoleptik yang dilakukan pada beberapa variasi. Variasi yang dilakukan pada
penelitian ini yaitu variabel 1 yaitu 100 gr sayur sawi, variabel 2 yaitu 100 sayur
bayam, variabel 3 yaitu 150 gr sayur sawi dan bayam. Hasil yang didapatkan
yaitu beraroma asam dari limbah sayur yang lebih dominan digunakan.
Sedangkan untuk variabel 3 beraroma busuk seperti sayur busuk. Warna produk
yang dihasilkan coklat keruh pada variabel 1 sampai 2, berwarna coklat orange.
sedangkan volume terbanyak yaitu variabel 3 yaitu 500 mL.

5) Proses Pengelolaan Sampah dan Limbah Organik sebagai Ecoenzym


Proses pembuatan ekoenzim mudah dan dapat dikerjakan di rumah menggunakan
sampah sisa dari sampah organik rumah tangga. Peoses pembuatan Eco enzym
juga tidak membutuhkan media yang sulit dan luas. Alat yang digunakan yaitu
botol-botol plastik bekas minum atau tempat plastik biasa, penggunaan wadah
kaca tidak disarankan (Yulistia & Chimayati, 2021).
a. Bahan yang diperlukan :
1. limbah rumah tangga, khusus sayuran atau kulit buah segar. Jangan
yang sudah busuk, berjamur atau terkena minyak.
2. Molase atau air gula (bisa diganti dengan gula coklat atau gula
aren)
3. Air. Lebih baik air sumur, bukan air PDAM, karena air PDAM
mengandung kaporit. Jika mau menggunakan air PDAM harus
diendapkan dulu selama 3 hari
4. Wadah palstik.
b. Cara Pembuatan Produk Eco Enzym (Jelita, 2022)
1. Campurkan bahan tadi dengan perbandingan 1:3:10 yaitu molase :
sampah organik : air
2. Campuran tersebut dimasukkan ke dalam botol dengan penutup
sehingga tidak ada udara yang masuk
3. Proses pembuatan campuran tersebut diddiamkan selama 3 bulan.
Selama proses fermentasi akan dihasilkan gas, jadi selama sekitar 2
pekan pertama, buka tutup botol tiap hari untuk mengeluarkan gas.
maka, gunakan botol yang kapasitasnya lebih besar dari Eco
Enzyme yang kita buat, agar ada ruang udara. Isikan ¾ dari isi
botol selama proses pembuatan letakan ditempat yang sejuk dan
ventilasi baik, dan hindarka dari sinar matahari langung.
4. Setelah proses Fermentasi selama 3 bulan. Hasil akan lebih efekif
apabila didiamkan lebih lama lagi . Larutan ini tidak memiliki
waktu kadaluarsa. Sisa organik dapat dimasukkan ke dalam
komposter, dijadikan pupuk, atau digunakan untuk fermentasi
kembali.
6) Factor yang Mempengaruhi Efektivitas Produk Eco Enzym
Setelah dilakukan proses Fermentasi yaitu dilakukan evaluasi dengan uji
organoleptik pada produk akhir ekoenzim, dengan munguji perbedaan kadar
air bahan baku yang digunakan. Pada penenlitian evaluasi ini dilakukan untuk
mengetahui Efektivitas yaitu perbandingan produk akhir fermentasi ekoenzim
melalui uji organoleptik . Faktor yang mempengaruhi Efektivitas Eco Enzym
meliputi (Nissa et al., 2020) :
a. Deskripsi aroma produk ekoenzim, pada proses Fermentasi Eco
Enzym hasil fermentasi selama 3 bulan warna yang dihasilkan warna
coklat keruh disebabkan dari dominasi molase yang berwarna hitam
pekat.
b. Deskripsi warna produk ekoenzim, pada proses Fermentasi Eco
Enzym Lama waktu fermentasi eco enzyme tidak mempengaruhi
dampak yang signifikan terhadap aroma produk yang dihasilkan. Pada
peneltian yang telah dilakukan ,Eco Enzyme memiliki aroma
fermentasi asam manis yang kuat. Karen secara umum produk yang
dihasilkan dari pengolahan sampah danlimbah organic yang diolah
menjadi eco enzyme memiliki aroma yang sesuai dengan bahan oganik
yang digunakan
c. Deskripsi kadar cairan produk ekoenzim, produk eco enzyme yang
dilakukan Fermetasi akan mengalami penurunan volume setelah
dilakukan fermentasi selama 30 hari, 60 hari, dan 90 hari (Suprayogi et
al., 2022). Penurunan ataupun penambahan volume tersebut
dipengaruhi berdasarkan limbah yang digunakan untuk mendapatkan
produk eco enzyme.
d. Deskripsi efektivitas membunuh kuman, Didalam Eco Enzyme
mengandung Asam Asetat (H3COOH), zat tersebut dapat membunuh
kuman, virus dan bakteri. Sedangkan kandungan Enzyme itu sendiri
adalah Lipase, Tripsin, Amilase yang mampu membunuh dan
mencegah bakteri Patogen. Selain itu hasil fermentasi dari Eco Enzym
menghasilkan NO3 (Nitrat) dan CO3 (Karbon trioksida) yang
dibutuhkan oleh tanah sebagai nutrient. Dilihat dari segi ekonomi,
pengolahan Eco Enzym dapat mengurangi konsumsi untuk membeli
cairan pembersih lantai ataupun pembasmi serangga (Rochyani et al.,
2020)

B. Kerangka Teori
1. Variabel Bebas 2. Variabel Terikat
C. Kerangka Konsep
Metode Sampah dan Limbah
Pasar
Pengolahan dan (Hudaifah et al., 2021b)
pemanfaatan kembali(Ii
& Teori, 2015).
Mekanisme penurunan
Media Sampah dan Sampah dan Limbah di
Variasi
Limbah Pasar Pasar
Satuan massa
Organic ( buah) (Ii & Teori, 2015).

Faktor Angka membunuh


Inovasi
kuman yang mempengaruhi
Ecoenzym
Ecoenzym (Budiyanto keefektifan Ecoenzym
mmm
et al., 2022).
(Suprayogi et al., 2022).

Pengolahan dan
pemanfaatan sampah dan Keefektifan membunuh kuman pada
limbah kulit buah dengan produk ecoenzym sebagai
variasi satuan massa pada handsanitizer pada pengelolaan
produk ecoenzym sebagai Sampah serta limbah organic di
handsanitizer pasar

D. Hubungan Antar Variabel


Variabel Pengganggu
Variabel Bebas Variabel Terikat
Pengolahan dan Pengelolan Sampah dan
pemanfaatan sampah dan Limbah Organik di Pasar
limbah kulit buah dengan
variasi satuan massa pada
produk ecoenzym sebagai Faktor Angka membunuh
handsanitizer kuman yang mempengaruhi
keefektifan Ecoenzym

1. Kepadatan lalat.
2. Waktu (minimal 3
bulan)

E. Hipotesis
1) Hipotesis Mayor
Ada pengaruh variasi satuan massa dan jenis limbah kulit buah ,terhadap
keefektifan membunuh kuman pada produk ecoenzym sebagai handsanitizer pada
pengelolaan Sampah serta limbah organik di pasar.
2) Hipotesis Minor
a. Ada pengaruh variasi 200gram kulit buah terhadap keefektifan
membunuh kuman pada produk ecoenzym pada handsanitizer
b. Ada pengaruh variasi 400gram kulit buah terhadap keefektifan
membunuh kuman pada produk ecoenzym pada handsanitizer.
c. Ada pengaruh variasi 800 gram kulit buah terhadap keefektifan pada
produk ecoenzym pada handsanitizer
d. Ada pengaruh variasi 1600 gram kulit buah terhadap keefektifan pada
produk ecoenzym pada handsanitizer
BAB 1II

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen, dengan kata lain
penelitian eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat. Desain
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest-Postest without Control Group, yaitu
desain penelitian yang terdapat pretest dan posttest setelah tanpa diberi perlakuan.
Dengan demikian dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan
diadakan sebelum diberi perlakuan. Pada penelitian ini control R digunakan sebagai
pengurang dari perlakuan yaitu inovasi produk Eco Enzym sebagai
Handsanitizer ,dengan variasi satuan massa kulit buah dengan perbedaan satuan massa
400 gram, 800 gram, dan 1600 gram.

Desain Penelitian yang digunakan dapat digambarkan sebagai berikut :

Pre Test Perlakuan Post Test


O1 - O1’
O2 - O2’
O3 - O3’
OK - OK’
Keteragan :
O1 : Pengendalian Sampah dan Limbah Pasar sebelum dilakukan pengelolaan dengan
inovasi Eco Enzym Handsanitizer dan Keefektifan angka membunuh kuman pada
Hansanitzer dengan satuan massa 400 gram

O2 : Pengendalian Sampah dan Limbah Pasar sebelum dilakukan pengelolaan dengan


inovasi Eco Enzym Handsanitizer dan Keefektifan angka membunuh kuman pada
Hansanitzer dengan satuan massa 800 gram

O3 : Pengendalian Sampah dan Limbah Pasar sebelum dilakukan pengelolaan dengan


inovasi Eco Enzym Handsanitizer dan Keefektifan angka membunuh kuman pada
Hansanitzer dengan satuan massa 1600 gram

OK- : Pengendalian Sampah dan Limbah Pasar tanpa dilakukan pengelolaan dengan
inovasi Eco Enzym Handsanitizer

O1’ : Pengendalian Sampah dan Limbah Pasar setelah dilakukan pengelolaan dengan
inovasi Eco Enzym Handsanitizer dan Keefektifan angka membunuh kuman pada
Hansanitzer dengan satuan massa 400 gram

O2’ : Pengendalian Sampah dan Limbah Pasar setelah dilakukan pengelolaan dengan
inovasi Eco Enzym Handsanitizer dan Keefektifan angka membunuh kuman pada
Hansanitzer dengan satuan massa 800 gram

O3’ : Pengendalian Sampah dan Limbah Pasar setelah dilakukan pengelolaan dengan
inovasi Eco Enzym Handsanitizer dan Keefektifan angka membunuh kuman pada
Hansanitzer dengan satuan massa 1600 gram

OK- ‘ : Pengendalian Sampah dan Limbah Pasar tanpa dilakukan pengelolaan dengan
inovasi Eco Enzym Handsanitizer

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah 15. 000 gram (15 kg) limbah dan sampah
organik di Pasar, yang didapat di pasar Gamping ,Sleman ,Yoyakarta.

2. Sampel

Tehnik pengambilan sampel liba dan sampah organik di pasar dilakukan dengan
cara purposive sampling yaitu penarikan sampel dengan jumlah
tertentu ,pertimbangan tersebut didasarkan pada tujuan peneltian ,karena peneliti
merasa sample yang di ambil perlu perlakuan pemanfaatan tentang masalah yang
akan di teliti oleh peneliti. (Chan et al., 2019) . Pengolahan yang dilakukan adalah
pemanfaatan limbah dan sampah organik dipasar dari kegiatan jual beli dan system
pengelolaan sampah dan limbah oleh petugas pengelola di pasar . Variasi satuan
massa ya digunakan adalahh 400 gram, 800 gram, 1600 gram yang dilakukan
pengulangan sebanyak 3 kali, sehingga total limbah dan sampah yang digunakan
adalah 8.400 gram (8,4 kg) . Sampel uji kualitas pada produk ecoenzym pada
handsanitizer dibuat seebanyak 9 sampel.

C. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel Penelitian D.O Skala Teknik Instrumen


Pengumpulan
Data
1. Variabel Bebas
Ecoenzym Pengelolaan dan Pemanfaatan Sampah Rasio Observasi Cheklist ,
sebagai Sejenis Sampah Rumah Tangga(organic) Eksperimen Alat – alat mekanik
handsanitizer dari sisa kegiatan jual beli dan system
pengelolaan sampah dan limbah oleh
petugas pengelola di pasar yang
dimanfaatkan sbg produk Ecoenzym
Handsanitizer Pengolahan dan dengan
variasi satuan massa 400 gram,800
gram,dan 1600 gram pada produk
ecoenzym sebagai handsanitizer
2. Variable Terikat
Limbah dan Sampah limbah dan Sampah Organik dari Nominal Pengamatan Skala Peniliaian
organic di pasar dan Sistematis
tempat-tempat perdagangan di pasar ,dan
Kosentrasi angka
membunuh pada juga dari sisa kegiatan jual beli serta
produk Ecoenzym system pengelolaan sampah dan limbah
sebagai
handsanitizer oleh petugas pengelola pasar dan
masyarat, diproses dengan pilihan paling
praktid dan berbiaya murah. Tindakan
tersebut yang tidak berkelanjutan dan
berorientasi pada lingkungan .
Pada penenlitian evaluasi ini dilakukan
untuk mengetahui Efektivitas yaitu
perbandingan produk akhir fermentasi
ekoenzim melalui uji organoleptik .
Faktor yang mempengaruhi Efektivitas
Eco Enzym salah satunya yaitu
keefektifan angka membunuh kuman .

Variabel Pengganggu Pengendalian


1. Kepadatan Lalat Dalam proses pembuatan produk Ecoenzym
Hansanitizer merupakan hasil fermentasi
limbah dapur organik ampas buah dan
sayuran, gula (gula coklat, gula merah atau
gula tebu). Fermentasi yang menghasilkan
alcohol, dan asam asetat pada produk tanaman
karena kandungan karbohidrat (gula)  serta
bahan yang digunakan merupakan limbah
sehingga sangat memungkinkan keberadaan
banyaknya lalat sangat mempengaruhi proses
pembuatan. Keberedaan lalat sangat karena
lalat merupakan binatang vector. Lalat
dikendalikan dengan fly grill dan fly trap.
2. Waktu (lamanya proses pembuatan Waktu Proses pembuatan Ecoenzym
minimal 3 bulan)
membutuhkan rentang waktu yang cukup
lama , yaitu minimal 3 bulan Hasil akan lebih
efekif apabila didiamkan lebih lama lagi .
Maka dari proses pengolahan yang dikatakan
cukup lama sehingga sangat memungkinkan
banyaknya limbah dan sampah yang menupuk
dan belum dikendalikan pada saat proses
pengolahan dilakukan. Lamanya waktu
pembuatan tidak berpengaruh terhadap
variable terikat , sehingga tidak dikendalikan.

D. Hubungan Antar Variabel


Variabel Pengganggu
Variabel Bebas Variabel Terikat
Pengolahan dan Pengelolan Sampah dan
pemanfaatan sampah dan Limbah Organik di Pasar
limbah kulit buah dengan
variasi satuan massa pada
produk ecoenzym sebagai Faktor Angka membunuh
handsanitizer kuman yang mempengaruhi
keefektifan Ecoenzym

3. Kepadatan lalat.
4. Waktu (minimal 3
bulan)
E. Instrumen dan Pengumpulan Data

a) Jenis dan Teknik Pengumpulan Data


1) Data Sekunder
Teknik pengumpulan data pada saat penyusunan rancangan penelitian adalah
dengan observasi dan wawancara ke Pasar Gamping, Sleman melihat skripsi
yang menggunakan media Limbah dan Sampah Organik Pasar sebagai
mekanisme pengelolaan dalam penurunan Limbah dan Sampah di Pasar .
2) Data Primer
Data didapatkan pada saat penelitian yaitu dengan Pengolahan terhadap sampel
limbah dan Sampah di Pasar .
b) Instrumen Penelitian
1) Instrumen hasil dalam penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel limbah
dan sampah organic pada sebelum dan sesudah eksperimen, untuk memperoleh
data .
2) Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitiam ini yaitu Molase atau air gula
dengan media limbah rumah tangga, khusus sayuran atau kulit buah segar.
3) Cara yang digunakan untuk pengelolaan sampel limbah dan sampah organic
produk ecoenzym sebagai handsanitizer dalam Proses pembuatan campuran
pengolahan dilakukan dengan proses Frementasi. Dan untuk Uji Efektivitas
produk antiseptik hand sanitizer dilakukan secara difusi yaitu, dengan
memasukkan kapas lidi steril pada tabung inokulum berisi suspensi bakteri dan
mengoleskan pada permukaan media Muller Hinton Agar secara merata. Setelah
itu, blank disc ditempelkan pada permukaan media
F. Alat dan Bahan
1. Alat dan bahan untuk Proses Pengelolaan Sampah dan Limbah Organik sebagai Ecoenzym
a. Alat :
1) Wadah palstik.
b. Bahan :
1) limbah rumah tangga, khusus sayuran atau kulit buah segar. Jangan yang sudah
busuk, berjamur atau terkena minyak.
2) Molase atau air gula (bisa diganti dengan gula coklat atau gula aren)
3) Air. Lebih baik air sumur, bukan air PDAM, karena air PDAM mengandung
kaporit. Jika mau menggunakan air PDAM harus diendapkan dulu selama 3 hari
2. Alat dan Bahan yan diunakan untuk Uji Efektiitas mebunuh kuman
a. Alat ;
1) kapas lidi
2) tabung reaksi
3) rak tabung
4) blank disc

b. Bahan :
1) Muller Hinton Agar
2) produk antiseptik hand sanitizer
G. . Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan Penelitian


a. Melakukan Survei Lokasi Survei dilakukan untuk mengetahui kondisi awal
permasalahan dalam pengelolaan Limbah dan Sampah di Pasar Gamping,.
b. Mempersiapkan Perizinan Lokasi Penelitian Perizinan dilakukan kepada Pengelola
Pasar Gamping
c. Melakukan Uji Pendahuluan Uji pendahuluan dilakukan dengan mengambil sampel
limbah dan sampah pada lokasi penelitian kemudian diuji keefektifan dengan inovasi
dan variasi dengan penelitian sebelunya.
d. Mempersiapkan Alat dan Bahan Mempersiapkan alat dan bahan untuk Pengelolaan
limbah dan sampah organik di pasar pada produk ecoenzym sebagai handsanitizer
dan Uji efektifitas mebunuh kuman
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
a. Pembuatan produk ecoenzym sebagai handsanitizer
1) Campurkan bahan tadi dengan perbandingan 1:3:10 yaitu molase : sampah
organik : air
2) Campuran tersebut dimasukkan ke dalam botol dengan penutup sehingga tidak
ada udara yang masuk
3) Proses pembuatan campuran tersebut diddiamkan selama 3 bulan. Selama proses
fermentasi akan dihasilkan gas, jadi selama sekitar 2 pekan pertama, buka tutup
botol tiap hari untuk mengeluarkan gas. maka, gunakan botol yang kapasitasnya
lebih besar dari Eco Enzyme yang kita buat, agar ada ruang udara. Isikan ¾ dari
isi botol selama proses pembuatan letakan ditempat yang sejuk dan ventilasi baik,
dan hindarka dari sinar matahari langung.
4) Setelah proses Fermentasi selama 3 bulan. Hasil akan lebih efekif apabila
didiamkan lebih lama lagi . Larutan ini tidak memiliki waktu kadaluarsa. Sisa
organik dapat dimasukkan ke dalam komposter, dijadikan pupuk, atau digunakan
untuk fermentasi kembali.
b. Pelaksanaan Uji Efektifitas
1) memasukkan kapas lidi steril pada tabung inokulum berisi suspensi bakteri
2) mengoleskan pada permukaan media Muller Hinton Agar secara merata
3) Setelah itu, blank disc ditempelkan pada permukaan media
4) mengambil mikropipet kemudian setiap produk antiseptik hand sanitizer
diteteskan pada blank disc sebanyak 20 µl dengan menggunakan mikropipet.
Hal yang sama dilakukan pada setiap variasi produk antiseptik hand sanitizer
H. Analisis Data
Data hasil pemeriksaan mekanisme penurunan pengelolaan Limbah dan Sampah
dilakukan uji normalitas Sahpiro Wilk karena sampel dan pengulangan dalam penenelitan
ini apabila dikalikan memperoleh hasil yang kurang dari 50 yaitu 27. Kemudian
dilakukan uji One Way Anova ,karena pada peneltian ini terdapat tiga hipotesis dan tujuan
penelitian pada penelitian ini yaitu anailisis inferensial. Apabila hasil yang didapatkan
kurang dari 0,05 maka dinyatakan data tersebut tidak berdistribsui normal (non
parametric) sehingga dilakukan uji Kruskal Wals. Hal ini untuk mengetahui pengaruh
penambahan variasi satuan massa 400 gram,800 gram ,dan 1600 gram dan jenis limbah
kulit buah ,terhadap keefektifan membunuh kuman pada produk ecoenzym sebagai
handsanitizer pada pengelolaan Sampah serta limbah organik di pasar.
REFERENSI

Brier, J., & lia dwi jayanti. (2020). dampak limbah dan sampahrumah tangga. 21(1), 1–9.
http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/2203

Budiyanto, C. W., Yasmin, A., Fitdaushi, A. N., Rizqia, A. Q. S. Z., Safitri, A. R., Anggraeni, D.
N., Farhana, K. H., Alkatiri, M. Q., Perwira, Y. Y., & Pratama, Y. A. (2022). Mengubah
Sampah Organik Menjadi Eco Enzym Multifungsi: Inovasi di Kawasan Urban. DEDIKASI:
Community Service Reports, 4(1), 31–38. https://doi.org/10.20961/dedikasi.v4i1.55693

Chan, F., Kurniawan, A. R., Kalila, S., Amalia, F., Apriliani, D., & Herdana, S. V. (2019). the
Impact of Bullying on the Confidence of Elementary School Student. Jurnal Pendas
Mahakam, 4(2), 152–157.
https://jurnal.fkip-uwgm.ac.id/index.php/pendasmahakam/article/download/347/220/

Hudaifah, A., Cholilie, I. A., & Tutuko, B. (2021a). Sistem Pengelolaan dan Pengolahan Limbah
Pasar Tradisional Terpadu Guna Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Desa Sumput,
Driyorejo, Kab. Gresik. Jurnal Pengabdian Dan Pemberdayaan Masyarakat, 1(1), 14–23.
https://journal.inspirasi.or.id/index.php/jppm

Hudaifah, A., Cholilie, I. A., & Tutuko, B. (2021b). Sistem Pengelolaan dan Pengolahan Limbah
Pasar Tradisional Terpadu Guna Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Desa Sumput,
Driyorejo, Kab. Gresik. Jurnal Pengabdian Dan Pemberdayaan Masyarakat, 14–23.

Ii, B. A. B., & Teori, A. D. (2015). No Title.

Jelita, R. (2022). Produksi Eco Enzyme dengan Pemanfaatan Limbah Rumah Tangga untuk
Menjaga Kesehatan Masyarakat di Era New Normal. Jurnal Maitreyawira, 3 (1)(69), 5–24.

Nissa, U. R., Astuti, A. P., & Maharani, E. T. W. (2020). Organoleptic Test of the Ecoenzyme
Pineapple Honey With Variations in Water Content. Seminar Nasional Edusaintek FMIPA
UNIMUS 2020, 408–414.

Nurdiana, Juli, Indriana, Hana and Meicahayanti, I. (2017). Analisis Pengelolaan Sampah
Berdasarkan Komposisi Sampah. August.

Perdanawati Pitoyo, P. N., Arthana, I. W., & Sudarma, I. M. (2016). Kinerja Pengelolaan
Limbah Hotel Peserta Proper Dan Non Proper Di Kabupaten Badung, Provinsi Bali.
ECOTROPHIC : Jurnal Ilmu Lingkungan (Journal of Environmental Science), 10(1), 33.
https://doi.org/10.24843/ejes.2016.v10.i01.p06

Rochyani, N.-, Utpalasari, R. L., & Dahliana, I. (2020). ANALISIS HASIL KONVERSI ECO
ENZYME MENGGUNAKAN NENAS (Ananas comosus ) DAN PEPAYA (Carica papaya
L.). Jurnal Redoks, 5(2), 135. https://doi.org/10.31851/redoks.v5i2.5060

Setyawati, L. M. (2013). Potensi Sampah Organik Menjadi Pupuk Organik pada Kawasan
Perkantoran. Jurnal Permukiman, 8(1), 45. https://doi.org/10.31815/jp.2013.8.45-52

Suprayogi, D., Asra, R., & Mahdalia, R. (2022). Analisis produk eco enzyme dari kulit buah
Nanas (Ananas comosus L.) dan Jeruk Berastagi (Citrus X sinensis L.). Jurnal Redoks, 7(1),
20–21.

Yulistia, E., & Chimayati, R. L. (2021). Pemanfaatan Limbah Organik menjadi Ekoenzim.
Unbara Environment Engineerring Journal, 02(01), 1–6.

Anda mungkin juga menyukai