1. Terangkanlah mengenai apa yang menjadi Letak Persamaan & Letak Perbedaan antara
Pekerjaan dengan Profesi dan Etika dengan Hukum, disertai dengan contoh-contohnya !
Jawaban :
Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang tersebut untuk mencari nafkah. Ini bisa
berupa bisnis, profesi, atau pekerjaan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan uang.
Banyak yang berpikir bahwa pekerjaan dan profesi adalah sinonim, tetapi kenyataannya mereka
berbeda.
Dasar untuk
Pekerjaan Profesi
Perbandingan
Diatur oleh
Tidak iya nih
undang-undang
Dasar
Menghasilkan Keterampilan dan Pengetahuan
pembayaran
Pendidikan yang
Tidak iya nih
lebih tinggi
Penghargaan dan
Rendah Sangat tinggi
Status
Definisi Pekerjaan
Pekerjaan mengacu pada jenis kegiatan ekonomi yang diusahakan oleh seseorang secara teratur
untuk mendapatkan uang. Ketika seseorang melibatkan atau menduduki dirinya sendiri, sebagian
besar waktu, dalam aktivitas ekonomi apa pun, aktivitas itu dikenal sebagai pekerjaannya.
Contoh : Pengemudi, pemilik toko, pegawai pemerintah, pegawai, akuntan, dll.
Suatu pekerjaan tidak selalu membutuhkan sekolah khusus dalam aliran tertentu. Kedua jenis
pekerjaan fisik atau mental termasuk dalam pekerjaan. Ini dibagi menjadi beberapa kategori
berikut:
Definisi Profesi
Profesi adalah pekerjaan, di mana seseorang harus menjalani pelatihan khusus atau magang,
untuk mendapatkan pendidikan dan keahlian tingkat tinggi di bidang yang bersangkutan. Tujuan
utama dari profesi ini adalah untuk memberikan layanan kepada mereka yang membutuhkannya.
Profesi diatur oleh badan atau undang-undang profesional. Untuk disebut sebagai seorang
profesional, seseorang harus melanjutkan studi yang lebih tinggi dan memenuhi syarat ujian
yang dilakukan oleh badan pengatur. Biasanya, seorang profesional dikatakan ahli di bidangnya.
Kode etik dikembangkan oleh badan profesional yang harus diikuti oleh para profesional, untuk
memastikan keseragaman dalam pekerjaan mereka.
Contoh : Dokter, Insinyur, Pengacara, Chartered Accountant, dll.
Suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang yang biasanya untuk kompensasi moneter
dikenal sebagai Pekerjaan. Profesi mengacu pada panggilan, di mana pendidikan atau
keterampilan tingkat tinggi diperlukan.
Tidak seperti pekerjaan, profesi memiliki kode etik.
Pekerjaan tidak memerlukan pelatihan apa pun di bidang tertentu, tetapi profesi
memerlukan spesialisasi di bidang tertentu, dan itulah sebabnya pelatihan adalah suatu
keharusan.
Secara umum, profesi diatur oleh undang-undang badan khusus atau profesional
sedangkan pekerjaan tidak.
Seseorang yang melakukan pekerjaan dibayar untuk apa yang dia hasilkan, sedangkan
profesi dibayar sesuai dengan pengetahuan dan keahliannya.
Profesi juga merupakan pekerjaan ketika orang dibayar untuk memanfaatkan
keterampilan dan keahliannya.
Seorang profesional adalah independen, yaitu karyanya tidak dipengaruhi oleh kekuatan
eksternal. Sebaliknya, ada kurangnya kemandirian dalam profesi karena orang yang
melakukan pekerjaan harus mengikuti perintah atasannya.
Ada beberapa tanggung jawab yang terkait dengan profesi. Namun suatu pekerjaan tidak
didukung dengan tanggung jawab seperti itu.
Upah dasar dalam profesi biasanya lebih tinggi daripada dalam pekerjaan.
Para profesional dihormati oleh orang-orang dan memiliki status tinggi di masyarakat
dibandingkan dengan pekerjaan.
Kesimpulan
Setelah diskusi di atas, dapat dikatakan bahwa pekerjaan adalah istilah yang lebih luas, dan itu
termasuk profesi. Sementara pekerjaan juga mencakup pekerjaan-pekerjaan yang biasa dan
karenanya mereka tidak mendapatkan pengakuan tinggi dari masyarakat, para profesional
terutama dikenal dengan pekerjaan mereka, dan itulah sebabnya mereka menerima tingkat
penghargaan dan pengakuan yang tinggi dari masyarakat.
Hukum dan Etika memiliki pengertian yang mirip, yaitu sama-sama peraturan. Namun,
ada perbedaan mendasarantara keduanya.
Dalam pengertian praktis, hukum adalah aturan yang bersifat formal dan memiliki sanksi
tegas. Etika itu aturan nonformal dan lebih merupakan sopan-santu, adab, atau tatakrama.
Perbedaan lainnya, hukum bersifat tertulis. Etika ummnya tidak tertulis.
Secara bahasa, menurut KBBI, hukum adalah peraturan atau adat yang secara resmi
dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah; undang-undang, peraturan,
dan sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat; patokan (kaidah, ketentuan)
mengenai peristiwa (alam dan sebagainya) yang tertentu; dan keputusan (pertimbangan) yang
ditetapkan oleh hakim (dalam pengadilan); vonis
Etika secara bahasa artinya ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang
hak dan kewajiban moral (akhlak). Kata sifat etika adalah etis, artinya Berhubungan (sesuai)
dengan etika dan sesuai dengan asas perilaku yang disepakati secara umum.
Pengertian Hukum
Hukum adalah himpunan peraturan (perintah dan larangan) yang mengurusi tata tertib
suatu masyarakat dan harus ditaati oleh masyarakat tersebut. Hukum berisi sanksi yang tegas
bagi mereka yang melanggar peraturan-peraturan tersebut.
Unsur-unsur yang terkandung dalam definisi hukum sebagai berikut :
1. Peraturan dibuat oleh yang berwenang
2. Tujuannya mengatur tata tertib kehidupan masyarakat
3. Mempunyai ciri memerintah dan melarang
4. Bersifat memaksa dan ditaati
Tujuan Hukum
Menurut Apeldoorn, tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam masyarakat secara
damai dan adil. Prof. Soebekti mengatakan, tujuan hukum adalah mengabdi pada tujuan negara
yang intinya mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan rakyatnya. Peraturan Hukum adalah
sekumpulan peraturan yang terdiri atas norma dan sanksi dengan tujuan untuk menciptakan
ketertiban dalam sosialisasi antar manusia.
Peraturan di sini bersifat memaksa dan orang yang melanggarnya akan pendapatkan
hukuman tertentu. peraturan ini tidak mengikat kepada sekelompok orang saja tetapi berlaku
universal kepada setiap orang yang berada dalam lingkup peraturan
tersebut diberlakukan.
Pengertian Etika
Berasal dari bahasa Yunani “ethos”. Artinya: “custom” atau kebiasaan yang berkaitan
dengan tindakan atau tingkah laku manusia.
Istilah Etika digunakan untuk menyebut ilmu dan prinsip dasar penilaian baik buruknya
perilaku manusia atau berisi tentang kajian ilmiah terhadap ajaran moral. Etika adalah filsafat
moral yang berkaitan dengan studi tentang tindakan baik atau buruk manusia dalam mencapai
kebahagiaan. Modal dasar dalam etika adalah perilaku,,sedang perilaku manusia dipengaruhi
oleh pikiran dan hati (perasaan).
Fungsi Etika
Fungsi etika adalah sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan
berbagai moralitas. Orientasi kritis diperlukan karena kita dihadapkan dengan pluralisme moral.
Etika bersifat lebih umum, konseptual, dan hanya berlaku dalam pergaulan (saat ada
orang lain) sedangkan moral bersifat lebih detail dan secara langsung, moral berlaku sepanjang
hidup (ada atau tidak ada orang lain.
Etika adalah kebiasaan atau adat istiadat yang sudah disepakati bersama.
Jenis-Jenis Etika
Ada dua macam etika yang menentukan baik buruknya perilaku manusia yaitu Etik
Deskriptif dan Etik Normatif. Dari kedua hal tersebut disusunlah Kode Etik yaitu peraturan
tertulis yang mengikat dan memiliki sanksi.
Perbedaannya dengan peraturan hukum yang berlaku di masyarakat, kode etik hanya
mengikat pada sekelompok orang atau profesional tertentu. Sankisi yang diterapkan pun tidak
berupa sanksi pidana melainkan berupa sanksi etik.
Contoh profesional yang terikat kode etik misalnya :
1. Dokter
2. Wartawan
3. Pengacara
4. Psikolog
5. Hakim
6. Anggota Parlemen
Tujuan diberlakukannya kode etik adalah agar masyarakat bertanggung jawab kepada apa
saja yang dilakukannya dan sebagai pegangan dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat
ataupun berkarya di profesi tertentu.
Soal
2. Jelaskan tentang kedudukan atau eksistensi Hukum Kesehatan didalam
Sistematika Hukum Nasional sehingga ini menjadi Keunikan / Keistimewaan dari
Hukum Kesehatan Itu sendiri
Jawaban :
terminologi hukum di bidang kesehatan, “medical law”, “health law”, “healthcare law”,
HK KESEHATAN BERADA PADA RANAH HK PUBLIK, KHUSUSNYA HUKUM ADMINISTRASI NEGARA PADA
BAGIAN LAIN HK KESEHATAN JUGA TERMASUK PADA HK.PRIVAT (PERDATA) DAN HUKUM PIDA
3.
Hukum kesehatan pada saat ini dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu hukum
kesehatan public (public health law) dan Hukum Kedokteran (medical law). Hukum kesehatan
public lebih menitikberatkan pada pelayanan kesehatan masyarakat atau mencakup pelayanan
kesehatan rumah sakit, sedangkan untuk hukum kedokteran, lebih memilih atau mengatur
tentang pelayanan kesehatan pada individual atau seorang saja, akan tetapi semua menyangkut
tentang pelayanan kesehatan.
Secara umum dari lingkup hukum kesehatan tersebut, materi muatan yang dikandung
didalamnya pada asasnya adalah memberikan perlindungan kepada individu, masyarakat, dan
memfasilitasi penyelenggaraan upaya kesehatan agar tujuan kesehatan dapat tercapai. Jayasuriya
bertolak dari materi muatan yang mengatur masalah kesehatan menyatakan ada 5 (lima) fungsi
yang mendasar, yaitu pemberian hak, penyediaan perlindungan, peningkatan kesehatan,
pembiayaan kesehatan, dan penilaian terhadap kuantitas dan kualitas dalam pemeliharaan
kesehatan.
Etika penelitian adalah acuan moral bagi peneliti dalam melaksanakan proses penelitian untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. David B. Resnik, J.D, Ph.D dalam “What is
Ethics in Research and Why is it Important?” mendefinisikan etika sebagai metode, prosedur
dan perspektif yang digunakan untuk bertindak dan menganalisa sebuah permasalahan
kompleks.
Etika penelitian berkaitan dengan beberapa norma, yaitu norma sopan-santun yang
memperhatikan konvensi dan kebiasaan dalam tatanan di masyarakat, norma hukum mengenai
pengenaan sanksi ketika terjadi pelanggaran, dan norma moral yang meliputi itikad dan
kesadaran yang baik dan jujur dalam penelitian (nic.unud.ac.id). Selain itu, di dalam etika
penelitian juga terkandung empat prinsip utama, yaitu menghormati harkat dan martabat
manusia, menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian, keadilan dan inklusivitas dan
memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (jurnal.pdii.lipi.go.id). Hal-hal lain
yang harus diperhatikan dalam etika penelitian adalah (repository.ui.ac.id):
Peneliti membaktikan diri pada pencarian kebenaran ilmiah untuk memajukan
ilmu pengetahuan, menemukan teknologi, dan menghasilkan inovasi bagi peningkatan
peradaban dan kesejahteraan manusia
Peneliti melakukan kegiatannya dalam cakupan dan barisan yang
diperkenankan oleh hukum yang berlaku, bertindak dengan mendahulukan kepentingan
dan keselamatan semua pihak yang terkait dengan penelitiannya, berlandaskan tujuan
mulia berupa penegakan hak-hak asasi manusia dengan kebebasan-kebebasan
mendasarnya
Peneliti mengelola sumber daya keilmuan dengan penuh rasa tanggung jawab,
terutama dalam pemanfaatannya, dan mensyukuri nikmat anugerah tersedianya sumber
daya keilmuan baginya
Peneliti mengelola jalannya penelitian secara jujur, bernurani, dan berkeadilan
terhadap lingkungan penelitiannya; menghormati obyek penelitian manusia, sumber
daya alam hayati dan non-hayati secara bermoral; berbuat sesuai dengan perkenan
kodrat dan karakter objek penelitiannya, tanpa diskriminasi dan tanpa menimbulkan rasa
merendahkan martabat sesama ciptaan Tuhan
Peneliti membuka diri terhadap tanggapan, kritik, dan saran dari sesama peneliti
terhadap proses dan hasil penelitian, yang diberinya kesempatan dan perlakuan timbal
balik yang setara dan setimpal; saling menghormati melalui diskusi dan pertukaran
pengalaman dan informasi ilmiah yang objektif
3.
Dalam kasus Prita, telah jelas bahwa hak-haknya sebagai konsumen dan pasien
dari rumah sakit OMNI International Hospital telah terenggut misalnya hak untuk
mendapat informasi yang benar atas hasil diagnosa dokter terhadap pemeriksaan kondisi
tubuhnya (sakitnya), oleh karena pihak OMNI tidak memberikan respon positif saat Prita
menanyakan perihal penyakit Prita yang sebenarnya.
Hal ini jelas merupakan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 4 huruf (c)
Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang menyatakan :
”Hak konsumen antara lain adalah hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur
mengenai kondisi dan jaminan barang dan atau jasa”. (Redaksi Sinar Grafika, 1999,
hal.2). Prita yang mendapat berbagai infus dan berbagai suntikan tanpa penjelasan dan
izin dari Prita (pasien) atau keluarga Prita (keluarga pasien) untuk apa hal itu dilakukan,
bahkan ketika Prita meminta keterangan perihal tujuan berbagai suntikan dan infus
dimaksud, tidak ada keterangan, penjelasan dan jawaban apapun, hal demikian jelas
merupakan sebuah pelanggaran terhadap ketentuan pasal 45 ayat (1), (2), (3), (4), (5)
dan (6) Undang-Undang No.29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran yang
menyatakan :
(1) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter
atau dokter gigi terhadap pasienharus mendapat persetujuan.
(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien mendapat
penjelasan secara lengkap.
(3) Penjelasan sebagaimana dimaksud ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup :
a. Diagnosis dan tata cara tindakan medis,
b. Tujuan tindakan medis yang dilakukan,
c. Alternatif tindakan lain dan resikonya,
d. Resiko dan kompilasi yang mungkin terjadi.
(4) Persetujuan sebagaimana dimaksud ayat (2) dapat diberikan baik secara tertulis
maupun lisan. 5
(5) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung resiko tinggi
harus diberikan dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak
memberikan persetujuan.
(6) Ketentuan mengenai tata cara persetujuan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2), (3), (4) dan (5) diatur dengan Peraturan
Menteri. (IKAPI, 2004, hal.22-23).