Anda di halaman 1dari 9

Kebijakan - Kebijakan

Jepang di Bidang Ekonomi


Sejarah Indonesia kelas XI F
Anggota kelompok :
04 10
Aghnia Balqis Ardini Annisa Dwi Cahyani
30
Retno Dyah Permatasari
34
Stefani Maylda Anggraeni
Kebijakan Jepang Bidang Ekonomi

1 2 3
Pengerahan Tenaga Penerapan Memonopoli Hasil
Kerja Romusha Sistem Autarki Perkebunan

4 5
Pengawasan Pertanian Kebijakan Wajib
dan Perkebunan Serah Padi
Romusha
Adanya pengerahan tenaga yakni Romusha. Romusha adalah sistem
kerja paksa yang diterapkan Jepang kepada penduduk Indonesia.
Mereka bekerja di tempat terbuka, seperti di lingkungan
pembangunan basis pertahanan, jalan raya, dan lapangan udara. Di
kota-kota, sudah mulai membentuk barisan Romusha sebagai alat
propaganda pemerintah Jepang. Jepang mewajibkan desa-desa
menyiapkan tenaga kerja Romusha.
Panitia untuk merekrut Romusha disebut Romukyokai.
Sistem Autarki
Sistem Autarki, yakni rakyat dan pemerintah daerah wajib
memenuhi kebutuhan sendiri untuk menunjang
kepentingan perang Jepang. Autarki adalah kebijakan
ekonomi untuk membatasi perdagangan hanya dilakukan
di dalam suatu negara. Tujuan autarki ialah mencegah
penyebaran pengaruh politik, ekonomi, dan militer dari
negara lain di dalam negeri.
Monopoli Hasil Perkebunan
Jepang memonopoli hasil perkebunan berdasarkan UU No. 22 Tahun
1942 yang dikeluarkan oleh Gunseikan atau Kepala Pemerintah Militer
Jepang yang menyatakan bahwa :
"Pemerintah militer (Gunseikan) langsung mengawasi perkebunan,
sedangkan perkebunan-perkebunan yang tidak ada kaitannya dengan
perang, ditutup. “
Dengan itu, pemerintah Jepang selalu mengawasi aktivitas dalam
perkebunan, dan bila ada aktivitas yang tidak berkaitan dengan
perekebunan, maka akan ditutup oleh pemerintah Jepang.
Pengawasan Pertanian
dan Perkebunan
Pelaksanaan pertanian diawasi secara ketat dengan Jepang hanya mengizinkan dua jenis tanaman
tujuan untuk mengendalikan harga barang, terutama perkebunan yaitu karet dan kina. Sedangkan tembakau,
beras. Hasil pertanian diatur sebagai berikut: 40% untuk teh, kopi harus dihentikan penanamannya karena hanya
petani, 30% harus dijual kepada pemerintah Jepang berhubungan dengan kenikmatan. Padahal, ketiga jenis
dengan harga yang sangat murah, dan 30% harus tanaman itu sangat laku di pasaran dunia. Dengan
diserahkan ke ‘lumbung desa’. Ketentuan itu sangat demikian, kebijakan pemerintah Jepang di bidang
merugikan petani dan yang berani melakukan ekonomi sangat merugikan rakyat. Rakyat harus
pelanggaran akan dihukum berat. Untuk menguasai hasil- menyerahkan barang-barang berharga (emas dan
hasil pertanian dan kekayaan penduduk, Jepang selalu berlian), hewan, bahan makanan kepada pemerintah
berdalih bahwa untuk kepentingan perang. Setiap Jepang. Untuk memperlancar usaha usahanya, Jepang
penduduk harus menyerahkan kekayaannya kepada membentuk Jawa Hokokai (Kebaktian Rakyat Jawa) dan
pemerintah Jepang. Nogyo Kumiai (Koperasi Pertanian).
Wajib Serah Padi
Pada masa pendudukan Jepang, Jawa ditetapkan sebagai
pemasok beras pulau-pulau diluar Jawa serta untuk
keperluan medan pertempuran di Pasifik Selatan. Beras
Jawa dikenal bermutu tinggi dan rasanya enak. Oleh
karena itu, Jepang berkeinginan untuk memperolah beras
dari Jawa sehingga kebijakan mereka ditujukan untuk
memaksimalkan produksi dan pengumpulan beras.
Terima Kasih!
Apakah ada yang ingin bertanya atau menanggapi?

Anda mungkin juga menyukai